Upload
independent
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tugas Makalah
DASAR MANAJEMEN
“Mengagas Pemimpin yang Betanggung Jawab”
Oleh:
LM. ARJUNA RUSLAND1A1 12 031
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah “Menggagas Pemimpin yang
Bertanggung Jawab”, ini dengan baik dan lancar.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan
penulis makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya sebagai referensi tambahan.
Kendari,
April, 2014
Penyusun
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri, dalam hidup manusia selalu berinteraksi dengan
sesame serta lingkungannya. Manusia hidup berkelompok,
baik dalam kelompok besar maupun kecil. Hidup dalam
kelompok tidaklah mudah, untuk menciptakan kondisi
kehidupan yang harmonis, anggota kelompok haruslah saling
menghormati dang menghargai. Agar terciptanya suatu
organisasi yang harmonis, maka manusia harus memiliki
kelompok dalam suatu organisasi tertentu. Kepemimpinan
merupakan hal yang selalu menarik dibicarakan. Lebih dari
itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan
kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian
organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam
pengarahan adalah faktor penting efektifitas pemimpin.
Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-
kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan
untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif maka
organisasi tersebut akan maju dan mendapatkan simatik
dari masyarakat.
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia
dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan
sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia
ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana
termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang
berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam
menjadi Khalifah di muka Bumi”.
Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas
bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau
pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin
sesuatu” ( Arief Furchan, 2004 ) . Dari uraian tersebut
jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan
sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa
sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu
sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia
yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya.
Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya
proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat
manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya
tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan
pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa
adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik,
yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan
diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk
menjadi seorang pemimpin.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan permasalah yang telah dikemukakan di
atas, maka tujuan penulisan ini diarahkan untuk :
a. Untuk mengetahui hakikat pemimpin
b. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakikat Pemimpin
“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang
mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang
lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan.”( Burhanuddin, 1994). Dalam kegiatannya bahwa
pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas
pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang
jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat
dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi
kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan
anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan
anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata
lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan
apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga
terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi
antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi
suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa
pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan
kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan
untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan
dapat tercapai secara maksimal, (Burhanuddin, 1994 ).
B. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam
melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu
permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya,
hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman
Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan
menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam
system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu
dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk
itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan
secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal
leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang
dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non
pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership).
Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-
sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan
instruksi-instruksinya harus ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership).
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai
bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan
kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang
terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut
bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta
dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap
sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian
tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis
leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu
pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan
pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk
melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya
seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious
leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang
yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan
adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan
klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya
akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara
yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang
keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa
pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis,
demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para
pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang
salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan
melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan
diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan
harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau
dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada
akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh
para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-
benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang
professional, (Maman Ukas, 1999 ).
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor
tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz
(1981) yang dikutip Nanang Fattah, sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan
harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar
belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan
akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan
mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan
mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan
perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah
bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi
oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya
suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan
tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan
atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di
samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki
pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi,
kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan
sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana
dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana (executive)
2. Sebagai perencana (planner)
3. Sebagai seorangahli (expert)
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar
(external group representative)
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota
kelompok (controller of internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman
(purveyor of rewards and punishments)
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and
mediator)
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the
group)
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
(surrogate for individual responsibility)
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12. Bertindak sebagai seorang aya (father figure)
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah
bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-
peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin
memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M.
Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan
kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak
yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi
kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang
sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik
apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus
dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak
dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran,
perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan
diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia
memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang
pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan
kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya
suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram,
dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan
gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang
telah ditetapkan.
III. PEMBAHSAN
A. HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan
keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan
pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang
memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk
dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia
tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang
terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak
definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa
: Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta
memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus
atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi
dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai
tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi
dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku
pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau
melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak
lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk
menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil
hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada
sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas,
dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan
sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style),
yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya
dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya
kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam
mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut
bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun
orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara
beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang
positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada
cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila
pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada
imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis)
berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.
Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman
atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan
negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan
prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi
menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya
lainnya.
1. Otokratis
Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan
kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan.
Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi
dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit
bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif,
yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun
demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta
memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang
kompeten.
2. Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang
dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak
bersifat sepihak.
3. Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya
menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang
demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,
mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri
sendiri.
4. Kendali Bebas
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan,
struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin
bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan
tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada
kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi
masalahnya sendiri.
B. KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering
diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang
menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari
konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di
antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa
jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya
sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada
pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan
dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.
a. Karakter Kepemimpinan
Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri
kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam
hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk
melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya
karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi
pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya.
Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku
wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak
memiliki integritas sama sekali, karena apa yang
diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu
tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk
nyaman di kursinya.
Sejumlah ciri –ciri dan nilai yang muncul dari
seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu
tujuan utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan
mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk
kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru
kepentingan publik yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun
dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh
banyak pemimpin dalam kelomponya. Keberhasilan seorang
pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang – orang di sekitarnya, karena
keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada
potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak
anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa
tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian
kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam
bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da
harapan dari mereka yang dipimpinnya. Seorang pemimpin
yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas
( accountable ). Istilah akuntabilitas adalah berarti
penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat
dipertanggungjawabkan kepada public atau kepada setiap
anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau
mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani
adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau
mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat
mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang
dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan
tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.
II. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki
keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk
menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama
lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil
hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada
sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya,
atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya
sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar
seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan
kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang
pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya
sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan
berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir
dari proses internal (leadership from the inside out).
B. SARAN
Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada
setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu
selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk
memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat
tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh
bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa
memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau
lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung
kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka
makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta
: Pustaka Pelajar, 2004).
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
(Malang : Bumi Aksara, 1994).
Dadang Sulaeman dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung :
IKIP Bandung, 1983).
I.Nyoman Bertha, Filsafat dan Teori Pendidikan, (Bandung : FIP
IKIP Bandung, 1983).
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta :
Mutiara Sumber-Sumber Benih Kecerdasan, 1981).
Maman Suherman, Pengembangan Sarana Belajar, (Jakarta :
Karunia, 1986).
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung :
Ossa Promo, 1999).