24
Tugas Makalah DASAR MANAJEMEN “Mengagas Pemimpin yang Betanggung Jawab” Oleh: LM. ARJUNA RUSLAN D1A1 12 031 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO 2014

makalah Dasar Manajemen

Embed Size (px)

Citation preview

Tugas Makalah

DASAR MANAJEMEN

“Mengagas Pemimpin yang Betanggung Jawab”

Oleh:

LM. ARJUNA RUSLAND1A1 12 031

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas makalah “Menggagas Pemimpin yang

Bertanggung Jawab”, ini dengan baik dan lancar.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari

sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga

makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan

penulis makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya sebagai referensi tambahan.

Kendari,

April, 2014

Penyusun

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup

sendiri, dalam hidup manusia selalu berinteraksi dengan

sesame serta lingkungannya. Manusia hidup berkelompok,

baik dalam kelompok besar maupun kecil. Hidup dalam

kelompok tidaklah mudah, untuk menciptakan kondisi

kehidupan yang harmonis, anggota kelompok haruslah saling

menghormati dang menghargai. Agar terciptanya suatu

organisasi yang harmonis, maka manusia harus memiliki

kelompok dalam suatu organisasi tertentu. Kepemimpinan

merupakan hal yang selalu menarik dibicarakan. Lebih dari

itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan

kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian

organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam

pengarahan adalah faktor penting efektifitas pemimpin.

Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-

kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan

untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif maka

organisasi tersebut akan maju dan mendapatkan simatik

dari masyarakat.

Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia

dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan

sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia

ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana

termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang

berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada

Malaikat”;  “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam

menjadi Khalifah di muka Bumi”.

Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas

bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau

pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin

sesuatu” ( Arief Furchan, 2004 ) . Dari uraian tersebut

jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan

sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa

sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu

sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia

yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya.

Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya

proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat

manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya

tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan

pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa

adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik,

yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan

diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk

menjadi seorang pemimpin.

B. Tujuan Penulisan Makalah

Sesuai dengan permasalah yang telah dikemukakan di

atas, maka tujuan penulisan ini diarahkan untuk :

a. Untuk mengetahui hakikat pemimpin

b. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas

kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pemimpin

“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang

mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang

lain di dalam kerjanya dengan menggunakan

kekuasaan.”( Burhanuddin, 1994). Dalam kegiatannya bahwa

pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan

mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas

yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas

pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang

jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat

dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan.

Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi

kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan

anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan

anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata

lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan

apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi

bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga

terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi

antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi

suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa

pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan

kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan

untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan

dapat tercapai secara maksimal, (Burhanuddin, 1994 ).

B. Tipe-Tipe Kepemimpinan

Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam

melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu

permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya,

hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman

Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan

menjadi 6, yaitu :

1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam

system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu

dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk

itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan

secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.

2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal

leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang

dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non

pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.

3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership).

Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-

sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut

peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan

instruksi-instruksinya harus ditaati.

4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership).

Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai

bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan

kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang

terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut

bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta

dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,

pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap

sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian

tujuan.

5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis

leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu

pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan

pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk

melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya

seorang bapak kepada anaknya.

6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious

leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang

yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan

adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan

klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya

akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara

yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang

keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.

Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa

pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis,

demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para

pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang

salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan

melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan

diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan

harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau

dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada

akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh

para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-

benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang

professional, (Maman Ukas, 1999 ).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin

Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor

tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz

(1981) yang dikutip Nanang Fattah, sebagai berikut :

1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan

harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar

belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan

akan gaya kepemimpinan.

2. Harapan dan perilaku atasan.

3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan

mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.

4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan

mempengaruhi gaya pemimpin.

5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan

perilaku bawahan.

6. Harapan dan perilaku rekan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah

bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi

oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya

suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan

tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan

atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di

samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki

pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi,

kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan

sikap-sikap hubungan manusiawi.

Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana

dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :

1. Sebagai pelaksana (executive)

2. Sebagai perencana (planner)

3. Sebagai seorangahli (expert)

4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar

(external group representative)

5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota

kelompok (controller of internal relationship)

6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman

(purveyor of rewards and punishments)

7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and

mediator)

8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)

9. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the

group)

10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya

(surrogate for individual responsibility)

11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)

12. Bertindak sebagai seorang aya (father figure)

13. Sebagai kambing hitam (scape goat).

Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah

bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-

peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin

memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M.

Ngalim Purwanto, sebagai berikut :

1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan

kelompoknya.

2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak

yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.

3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi

kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang

sebenarnya merupakan khayalan.

 Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik

apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus

dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak

dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing,

mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran,

perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.

Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan

diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia

memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang

pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang

pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan

kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya

suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram,

dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan

gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang

telah ditetapkan. 

III. PEMBAHSAN

A. HAKIKAT KEPEMIMPINAN

Dalam kehidupan sehari – hari, baik di lingkungan

keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan

pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin,

kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang

memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk

dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia

tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang

terbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak

definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa

: Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta

memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus

atau mengatur orang lain.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi

dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai

tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi

dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku

pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk

memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan

adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau

melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang

lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak

lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta

kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki

keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk

menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama

lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil

hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada

sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu

kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya,

atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya

sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya

kepemimpinan yang akan diterapkan.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas,

dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan

sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style),

yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya

dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya

kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,

berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam

mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut

bisa berbeda – beda atas dasar motivasi , kuasa ataupun

orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara

beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang

positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada

cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila

pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada

imbalan atau reward (baik ekonomis maupun nonekonomis)

berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif.

Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman

atau punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan

negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan

prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi

menimbulkan kerugian manusiawi.

Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya

lainnya.

1. Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan

kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan

strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan.

Memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi

dirinya sendiri, dan menata situasi kerja yang rumit

bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang

diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif,

yang berdasarkan atas ancaman dan hukuman. Meskipun

demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya

memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta

memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang

kompeten.

2. Partisipasif

Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang

dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak

bersifat sepihak.

3. Demokrasi

Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya

menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang

kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang

demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama,

mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri

sendiri.

4. Kendali Bebas

Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan,

struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin

bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan

tanggung – jawab, kemudian menggantungkannya kepada

kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi

masalahnya sendiri.

B. KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI

Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering

diartikan kepemimpinan adalah jabatan formal, yang

menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari

konstituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di

antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa

jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya

sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada

pemimpin yang sungguh – sungguh menerapkan kepemimpinan

dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani.

a. Karakter Kepemimpinan

Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri

kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam

hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang melayani

dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk

melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya

karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi

pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya.

Kembali kita saksikan betapa banyak pemimpin yang mengaku

wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak

memiliki integritas sama sekali, karena apa yang

diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam pemilu

tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk

nyaman di kursinya.

Sejumlah ciri –ciri dan nilai yang muncul dari

seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu

tujuan utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan

mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk

kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi justru

kepentingan publik yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun

dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh

banyak pemimpin dalam kelomponya. Keberhasilan seorang

pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk

membangun orang – orang di sekitarnya, karena

keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada

potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.

Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak

anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa

tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian

kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam

bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian da

harapan dari mereka yang dipimpinnya. Seorang pemimpin

yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas

( accountable ). Istilah akuntabilitas adalah berarti

penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya

seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat

dipertanggungjawabkan kepada public atau kepada setiap

anggota organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau

mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan

harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani

adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan

kepentingan pribadinya melebihi kepentingan public atau

mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat

mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang

dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan

tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi.

II. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki

keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk

menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama

lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil

hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada

sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu

kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya,

atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya

sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya

kepemimpinan yang akan diterapkan.

Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar

seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan

kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang

pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya

sebelum sibuk memperbaiki orang lain.

Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang

diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan

berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir

dari proses internal (leadership from the inside out).

B. SARAN

Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada

setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu

selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk

memimpin diri sendiri.

Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat

tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh

bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,

pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa

memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau

lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung

kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka

makin kuat pula yang dipimpin.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta

: Pustaka Pelajar, 2004).

Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,

(Malang : Bumi Aksara, 1994).

Dadang Sulaeman dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung :

IKIP Bandung, 1983).  

I.Nyoman Bertha, Filsafat dan Teori Pendidikan, (Bandung : FIP

IKIP Bandung, 1983).

M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta :

Mutiara Sumber-Sumber Benih Kecerdasan, 1981). 

Maman Suherman, Pengembangan Sarana Belajar, (Jakarta :

Karunia, 1986).

Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung :

Ossa Promo, 1999).