Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang mengalami
perkembangan sangat pesat. Untuk melihat perkembangan pasar modal
Indonesia salah satu indikator yang sering digunakan adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang
digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasar modal merupakan indikator
kemajuan perekonomian suatu negara serta penunjang ekonomi negara yang
bersangkutan (Ang,1997). Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian
suatu Negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai
sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana yang
diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi,
penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi
masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,
reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana
yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-
masing instrumen keuangan di atas.
Pada saat krisis ekonomi 1997, kinerja pasar modal sempat mengalami
penurunan tajam bahkan banyak tak sdikit pihak yang mengalami kerugian. Kondisi
seperti ini tentu akan mempengaruhi investor yang ingin melakukan investasi di
pasar modal khususnya saham. Hal ini akan berdampak terhadap harga pasar
saham di bursa karena banyak investor yang enggan berinvestasi sehingga demand
saham berkurang yang akhirnya membuat kondisi pasar modal semakin lesu. Selain
itu, krisis ekonomi juga menyebabkan variable-variabel ekonomi, seperti nilai tukar
rupiah, suku bunga, inflasi, maupun pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan
yang cukup tajam. Inflasi meningkat sampai mencapai angka 77% pertahun pada
tahun 1998, demikian juga suku bunga mencapai angka 68,76% pertahun (Statistik
Ekonomi Keuangan Indonesia,1998).
1
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupak salah satu indikator yang
digunakan untuk melihat perkembangan pasar modal Indonesia. Indikator pasar
modal ini dapat berubah naik atau turun (fluktuatif) seiring dengan perubahan
indikator-indikator makro yang ada seperti perubahan suku bunga, inflasi, kurs, dll.
Indikator ekonomi makro sendiri juga bersifat fluktuatif.
Data empiris memperlihatkan bahwa dari tahun 2005 hingga 2014 terjadi fluktuasi
pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi cenderung mengalami kenaikan
seperti terlihat pada gambar dibawah
Gambar 1.1
Perkembangan IHSG periode 2005-2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 100
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1,089.71,442.9
2,211.0 2,087.6 2,014.1
3,095.1
3,744.04,118.8
4,606.24,937.5
IHSG periode 2005-2014
IHSG
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (data diolah)
Banyak teori yang mengungkapkan bahwa pergerakan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor eksternal, yakni
faktor berasal dari luar negeri dan faktor internal, yakni factor yang berasal dari
dalam negeri. Faktor yang berasal dari luar negeri tersebut bisa datang dari indeks
bursa asing negara lain ( Wall Street, Dow Jones, Hang Seng, Nikkei 225, dll), tren
2
harga emas dunia, tren perubahan harga minyak dunia, sentimen pasar luar negeri,
dll. Sementara beberapa faktor internal yaitu perubahan suku bunga, perubahan nilai
tukar, inflasi, kondisi sosial dan politik suatu negara, jumlah uang beredar dll.
Menurut Elton dan Gruber (1995:19), return saham akan dipengaruhi oleh
indeks pasar dan faktor-faktor makro seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga,
serta pertumbuhan ekonomi, sehingga pemodal perlu melakukan penelitian
terhadap kondisi perekonomian dan implikasinya terhadap pasar modal. Variabel
ekonomi yang berpengaruh terhadap IHSG di Indonesia adalah tingkat suku
bunga domestik yang diwakili oleh tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan nilai kurs
(Sjahrir:1995:58).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri merupakan salah satu
instrumen pasar modal pertama kali diperkenalkan pada 1 April 1983 sebagai
indikator pergerakan harga saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ), baik
saham biasa maupun saham preferen. IHSG menggunakan semua saham yang
tercatat di BEJ sebagai komponen penghitungan indeks. IHSG dihitung dengan
menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar. Setelah dilakukan deregulasi
tersebut minat emiten maupun investor dalam memanfaatkan pasar modal sebagai
sumber pembiayaan bagi perusahaan di satu pihak dan sarana investasi bagi
pemodal meningkat secara drastis yang tercermin dari banyaknya perusahaan yang
melakukan emisi saham dan obligasi serta naiknya kapitalisasi dana.
Kinerja Bursa Efek Indonesia yang terlihat mengalami pertumbuhan
fantastis sebelum pertengahan 1997 kemudian mengalami penurunan terus-
menerus setelah krisis tersebut. Hal ini berdampak terhadap investasi di pasar
modal sebab dengan beralihnya investor ke pasar uang, investasi yang ditanamkan
menjadi berkurang dan kaitannya dengan pasar modal, IHSG menjadi turun
karena kondisi pasar sekuritas yang mengalami kelesuan dan penurunan. Dari
gambaran tersebut pelaku pasar atau investor perlu memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi saham, instrumen pasar keuangan serta faktor makroekonomi
maupun mikroekonomi.
3
Dari pemaparan yang dijelaskan diatas, maka diambil satu judul yaitu
“Pengaruh Inflasi, Kurs, Suku Bunga Deposito, dan GDP Terhadap Tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”.
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah yang dapat diambil yaitu:
a. Seberapa besar pengaruh Inflasi, Kurs, Suku Bunga Deposito, dan GDP
terhadap Tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis seberapa besar pengaruh Inflasi, Kurs, Suku Bunga
Deposito, dan GDP erhadap Tren Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
1.3.2 Manfaat PenelitianManfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Sebagai implementasi ilmu yang diperoleh dari bangku kuliah.
Penelitian ini juga memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi
penulis tentang pengaruh Inflasi, Kurs, Suku Bunga Deposito, dan GDP
Terhadap Tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
2. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya karya tulis ini, diharapkan karya tulis ini dapat
digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian
dimasa yang akan datang.
3. Bagi Dunia Akademik
Memberikan sedikit kontribusi ke ilmuan yang diharapkan mampu
memberikan manfaatnya didalam dunia pendidikan atau akademis
maupun dalam dunia praktik.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian TerdahuluBeberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara
lain:
1. Syaifudin (2005)
Pada penelitian ini menjelaskan tentang pengaruh perubahan suku bunga,
inflasi dan kurs terhadap perubahan IHSG dengan metode analisis deskriptif
dan analisis regresi linear berganda dan hasilnya hanya kurs yang
berpengaruh signifikan.
2. Satrio (2006)
Dari penelitian ini dijelaskan bahwa hasil regresi jangka pendek kurs rupiah
dan tingkat suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG, inflasi
berpengaruh positif terhadap IHSG. Dari hasil regresi jangka panjang kurs
rupiah dan inflasi berpengaruh positif terhadap IHSG, serta tingkat suku
bunga SBI berpengaruh negative terhdapa IHSG.
3. Hajiji (2008)
Pada penelitian ini berisi tentang analisis pengaruh kurs dolar Amerika
Serikat, suku bunga SBI dan inflasi terhadap perubahan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan hasilnya
perkembangan nilai IHSG secara bersama-sama (simultan) dipengaruhi
oleh instrumen pasar keuangan seperti suku bunga SBI, inflasi dan kurs
Rupiah terhadap dolar AS. Kurs berpengaruh negatif dan signifikan secara
statistik terhadap IHSG, sedangkan suku bunga SBI dan inflasi juga
berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan secara statistik.
2.2 Landasan Teori2.2.1 IHSG
Indeks harga saham gabungan (IHSG) merupakan indeks seluruh saham
yang diperdagangkan di bursa efek Indonesia (BEI). Berikut penjelasan
beberapa hal mengenai IHSG:
5
2.2.1.1 Seputar IHSG
Dalam suatu perkembangan variabel dari waktu ke waktu banyak
dianalisis dengan menggunakan angka indeks. Indeks merupakan
suatu angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
dipergunakan untuk melakukan perbandingan antara kegiatan yang
sama (Supranto,1994). Dalam keputusan direksi PT. Bursa Efek
Indonesia, Indeks dapat berupa satu saham, sekumpulan saham dalam
suatu industri tertentu atau semua saham gabungan (IHSG). Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dihitung di Bursa Efek
Indonesia (BEI) adalah indeks rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market
value weighted average price index). Indeks harga saham terdiri dari:
a. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di mana semua saham
tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
b. Indeks Sektoral di mana saham yang termasuk dalam masing-masing
sector (primer, sekunder dan tersier) tercatat.
c. Indeks LQ-45 yaitu indeks yang menggunakan 45 saham terpilih
setelah dilakukan seleksi.
d. Indeks Individual yaitu harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya.
2.2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi IHSG
Banyak teori dan penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa
pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti faktor eksternal, yakni faktor berasal dari luar
negeri dan faktor internal, yakni factor yang berasal dari dalam negeri.
Faktor yang berasal dari luar negeri tersebut bisa datang dari indeks
bursa asing negara lain ( Wall Street, Dow Jones, Hang Seng, Nikkei 225,
dll), tren harga emas dunia, tren perubahan harga minyak dunia, sentimen
pasar luar negeri, dll. Sementara beberapa faktor internal yaitu perubahan
suku bunga, perubahan nilai tukar, inflasi, kondisi sosial dan politik suatu
negara, jumlah uang beredar dll.
6
Berikut beberapa penjelasan singkat mengenai fakta terkait pengaruh dari
variabel-variabel ekonomi terhadap IHSG:
1. Kurs rupiah
Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing memiliki
pengaruh negatif terhadap pasar modal.
2. Tingkat bunga
Tingkat bunga yang tinggi akan berpengaruh negatif terhadap
pasar modal.
3. Inflasi
Inflasi dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pasar
modal. Bagi perusahaan yang memiliki dampak positif terhadap
inflasi maka akan mempunyai pengaruh yang positif juga terhadap
pasar modal, begitu juga sebaliknya.
4. Bursa-bursa regional
Perkembangan yang terjadi pada bursa-bursa di AS berpengaruh
positif terhadap bursa-bursa di Asia.
5. Harga emas dunia Peningkatan harga emas dunia berpengaruh
negatif terhadap IHSG.
6. Harga minyak dunia
Kenaikan harga minyak dunia mengakibatkan kenaikan biaya
produksi sehingga memicu terjadinya inflasi di masyarakat.
7. Sentimen pasar
Sentimen pasar yang positif juga akan berpengaruh positif
terhadap IHSG dan sebaliknya.
8. Pertumbuhan GDP
Meningkatnya GDP akan berpengaruh positif terhadap pasar modal.
9. Volume perdagangan
Meningkatnya volume perdagangan seharusnya akan menjadi reaksi
positif terhadap pasar modal.
10. Pertumbuhan produksi industry
7
Naiknya indeks produksi akan memberikan pengaruh positif
terhadap pasar modal.
2.2.2 Kurs
2.2.2.1 Pengaruh Kurs terhadap IHSG
Menurut Samsul (2006:202), perubahan satu variabel makro ekonomi
memiliki dampak yang berbeda terhadap harga saham, yaitu suatu
saham dapat terkena dampak positif sedangkan saham lainnya
terkena dampak negatif. Misalnya, perusahaan yang berorientasi
impor, depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang tajam akan
berdampak negatif terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu,
perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima dampak positif dari
depresiasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika. Ini berarti harga saham
yang terkena dampak negatif akan mengalami penurunan di Bursa Efek
Indonesia (BEI), sementara perusahaan yang terkena dampak positif akan
mengalami kenaikan harga sahamnya. Bagi investor sendiri, depresiasi
rupiah terhadap dolar menandakan bahwa prospek perekonomian
Indonesia kurang baik. Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila
faktor fundamental perekonomian Indonesia tidakl kuat, sehingga dolar
Amerika akan menguat dan akan membuat Indeks Harga Saham
mengalami penurunan (Sunariyah,2006).
Hal ini tentunya menambah risiko bagi investor apabila hendak
berinvestasi di bursa saham Indonesia (Ang,1997). Investor tentunya akan
cenderung menghindari risiko, sehingga investor akan cenderung
melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian
dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan
mendorong penurunan indeks harga saham di BEI dan mengalihkan
investasinya ke dolar Amerika (Joesoef,2007).
2.2.2.2 Faktor Penentu Kurs
Penentuan Nilai Tukar Ada beberapa faktor penentu yang
mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura,1993):
a. Faktor Fundamental
8
Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi,
suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi
pasar dan intervensi bank sentral.
b. Faktor Teknis
Faktor ini berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran
devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan,
sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan
terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan,
sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan
terdepresiasi.
c. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik
yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik
atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau
berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
2.2.3 Inflasi
Merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap
terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan
saling pengaruh-memengaruhi. Berikut penjelasan tentang inflasi:
2.2.3.1 Pengaruh Inflasi Terhadap IHSG
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara
umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu / dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
(mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang
lainnya (Boediono,1999:155). Tingkat inflasi (persentase pertambahan
kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya dan
berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya (Sukirno,2004).
Kenaikan barang ini dapat diukur dengan menggunakan indeks
harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk
mengukur inflasi antara lain: Indeks biaya hidup, Indeks Harga
Konsumen (Consumer Price Index), Indeks Harga Perdagangan Besar
(Wholesale Price Index), dan GNP Deflator.
9
Inflasi adalah suatu variabel ekonomi makro yang dapat
sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan. Tandelilin
(2001:214) melihat bahwa peningkatan inflasi secara relatif
merupakan signal negatif bagi pemodal di pasar modal. Hal ini
dikarenakan peningkatan inflasi akan meningkatkan biaya perusahaan.
Jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari peningkatan harga
yang dapat dinikmati oleh perusahaan, maka profitabilitas perusahaan
akan turun. Secara langsung, inflasi mengakibatkan turunnya
profitabilitas dan daya beli uang. Secara tidak langsung inflasi
mempengaruhi lewat perubahan tingkat bunga. Sirait dan Siagian
(2002:227), mengemukakan bahwa kenaikan inflasi dapat menurunkan
capital gain yang menyebabkan berkurangnya keuntungan yang
diperoleh investor. Di sisi perusahaan, terjadinya peningkatan inflasi, di
mana peningkatannya tidak dapat dibebankan kepada konsumen, dapat
menurunkan tingkat pendapatan perusahaan. Hal ini berarti risiko yang
akan dihadapi perusahaan akan lebih besar untuk tetap berinvestasi
dalam bentuk saham, sehingga permintaan terhadap saham menurun.
Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatu perusahaan sehingga
sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik. Hal
ini berarti inflasi memiliki hubungan yang negatif dengan return saham.
Menurut Samsul (2006:201), penurunan inflasi akan membuat
perusahaan memperoleh profitabilitas lebih besar karena harga bahan
baku menjadi lebih murah dengan asumsi harga penjualan tetap atau
bahkan naik.
2.2.4 Suku Bunga
Suku bunga merupakan salah satu factor yang dapat berpengaruh
terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berikut
beberapa hal terkait dengan suku bunga:
2.2.4.1 Beberapa faktor yang dapat menentukan besar kecilnya suku bunga,
dimana faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Kebutuhan dana
10
Apabila permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh
bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku
bunga simpanan. Otomatis bila hal tersebut dilakukan maka suku
bunga pinjaman juga akan mengalami peningkatan.
b. Persaingan
Dalam menarik konsumen agar menyimpan uang dan melakukan
pinjaman kepada sebuah bank, maka yang seharusnya dilakukan
bank tersebut adalah memperhatikan bunga simpanan dan bunga
pinjaman yang ditawarkan oleh pesaing. Dimana bila pesaing memberi
harga untuk bunga simpanan sebesar 9% pertahun maka hendaknya
bank yang bersangkutan memberikan harga diatas harga pesaing,
namun dengan tetap memperhatikan harga bunga simpanan yang
telah ditetapkan oleh BI
c. Target Laba yang Inginkan
Harga bunga yang akan ditetapkan didalamnya telah terkandung
target laba yang diharapkan.
d. Kualitas Jaminan
Nilai jaminan yang dapat segera dicairkan, misalnya seperti sertifikat
deposito harganya juga akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
nilai jaminan yang tidak dapat segera dicairkan
2.2.4.2 Pengaruh Suku Bunga terhadap IHSG
Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban
perusahaan (emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga
saham. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan
dananya ke pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga
investasi di lantai bursa turun dan selanjutnya dapat menurunkan
harga saham. Hal ini telah dibuktikan oleh Sitinjak dan Kurniasari
(2003) bahwa tingkat bunga berpengaruh negative terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
11
2.3 Kerangka Pikir Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh Inflasi, Kurs, Suku Bunga
Deposito, dan GDP, baik secara individual maupun secara bersama-sama
pengaruhnya terhadap Tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Setelah
menelusuri konsep, teori dan fenomena masalah bahwa dalam pengamatan
variabel Inflasi, Kurs, Suku Bunga Deposito, dan GDP berarti antara variabel
independen terdapat korelasi sehingga pada penelitian ini digunakan regresi
linier. Dari penjelasan diatas dapat diilustrasikan pada gambar berikut ini :
Gambar 2.1Kerangka Pikir
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
seragkaian masalah yang ditetapkan (Abdul Hamid,2007:22).
2.4 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dan landasan analisa teori diatas dapat
disusun suatu hipotesis yang merupakan jawaban yang bersifat sementara dari
permasalahan penelitian dan harus dibuktikan secara empiris yaitu sebagi
berikut
“Dari dugaan sementara bahwa Inflasi, Kurs, Suku Bunga Deposito, dan
GDP Tren berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG)”.
12
Inflasi (X1)
Kurs (X2)
PDB (X4)
Tren IHSG (Y)Variabel Ekonomi Suku bunga (X3)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh Inflasi, Kurs,
Suku Bunga Deposito, dan Produk Domestik Bruto (GDP) terhadap tren
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 2005-2014.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti supaya dapat dipelajari dan ditarik suatu kesimpulan
(Sugiono, 2009:80). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data inflasi,
kurs, suku bunga deposito, GDP, dan IHSG pada periode 2005-2014.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiono, 2009:81). Pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, dimana
pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. Jadi sampel di
ambil dari data inflasi, kurs, suku bunga deposito, GDP, dan IHSG yang data
bulanan diubah menjadi data triwulan pada periode 2005-2014
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data sekunder
13
Data sekunder adalah data yang dipe roleh dari pihak lain dalam
bentuk jadi dan dipublikasikan. Data-data di peroleh dari Bank Indonesia,
Official Website Pusatdata Kontan, Yahoo Finance, dan Badan Pusat
Statistik (BPS). Data tersebut berupa data time series dari variabel-variabel
seperti Inflasi, Kurs, Suku Bunga Deposito, GDP, dan IHSG pada periode
2005-2014.
b. Riset kepustakaan
Riset kepustakaan merupakan pelaksanakan studi kepustakaan
dengan teknik pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan
mempelajari serta menganalisis literatur yang bersumber baik dari buku
maupun jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis
Dalam penelitian ini analisis hubungan dilakukan dengan analisis
regresi linier berganda. Digunakan regresi linier berganda karena regresi
sederhana tidak mencerminkan perilaku variabel ekonomi yang sebenarnya.
Sebuah variabel dependen biasanya tidak dipengaruhi satu variabel tapi
dipengaruhi banyak variabel (Widarjono, 2010:14). Hubungan antar variabel
tersebut di representasikan dengan bentuk persamaan yang
menghubungkan variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel
dependen (Y).
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Inflasi, Kurs, Suku
Bunga Deposito, dan GDP terhadap tren Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Berikut adalah metode yang digunakan dalam analisis data
penelitian ini:
3.4.1 Analisis Regresi Berganda
Pada analisis regresi berganda bahwa regresi berganda variabel
tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas sehingga
hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X1,
X2, …., Xn). Kemudian dapat ditulis sebagai berikut (Suliyanto, 2011:53) :
14
Y = f (X1, X2, ….., Xn)
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat (dependent)
X1, X2, ..., Xn = Variabel bebas (independent)
Berikut grafik model fungsional di atas dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 3.1
Model Regresi berganda
Model di atas terlihat bahwa variabel tergantung (terikat) dipengaruhi
dua atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat pengaruh regresi
linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e
Keterangan:
Y : Variabel terikat
A : Konstanta
b1 : Koefisien regresi untuk X1
b2 : Koefisien regresi untuk X2
15
X1
X2
Xn
Y
e
X1 : Variabel bebas pertama
X2 : Variabel bebas kedua
Bn : Koefisien regresi untuk Xn
Xn : Variabel bebas ke n
e : Nilai residu
Maka berdasarkan model persamaan analisis regresi linierberganda
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
IHSG = a + b1INF + b2KURS +b3R + b4GDP + e
Keterangan:
ROA : Variabel terikat (Y)
a : Intercept (konstanta)
b1 : Koefisien regresi untuk X1
b2 : Koefisien regresi untuk X2
b3 : Koefisien regresi untuk X3
b4 : Koefisien regresi untuk X4
INF : Inflasi, variabel bebas pertama (X1)
KURS : Kurs (USD/IDR), variabel bebas kedua (X2)
R : Suku Bunga Deposito,variabel bebas ketiga (X3)
GDP : Produk Domestik Bruto, variabel bebas keempat (X4)
e : Nilai Residu
3.4.2 Pengujian Asumsi Klasik
16
Model regresi linear adalah salah satu teknik analisis kuantitatif yang
dapat digunakan untuk memberikan informasi besarnya hubungan sebab
akibat (kausatif) antara suatu faktor dengan faktor lainnya (Nachrowi dan
Usman, 2006:7). Setelah dilakukan analisis regresi, maka dilakukan
pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah model tersebut bersifat
Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dengan beberapa pengujian, yaitu
pengujian normalitas, pengujian multikolinieritas, pengujian
heteroskedastisitas dan pengujian autokorelasi.
3.4.2.1 Uji normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan
variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi normal
adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis
diagonal. Menurut Suliyanto (2011:69), uji normalitas dimaksudkan untuk
menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi
berditribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal
jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai
rata-ratanya. Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika
digambarkan dalam bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng (bell-
shaped curve) yang kedua sisinya melebar hingga sampai tidak terhingga.
Disamping itu, uji normalitas dengan analisis grafik dapat memberikan
hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu dengan yang lain dapat
berbeda dalam menginterpretasikannya, maka peneliti menggunakan uji
normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Nilai residual terstandarisasi
berdistribusi normal jika nilai Signifikansi (Sig) > alpha (α) atau K hitung < K
tabel (Suliyanto, 2011:75).
3.4.2.2 Uji Multikolinieritas
Indikasi adanya multikolinieritas yaitu munculnya peluang diantara
beberapa variabel bebas untuk saling berkorelasi, pada praktiknya
multikolinieritas tidak dapat dihindari. Imam Ghozali (2011) mengukur
multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor
17
(VIF). VIF ini mengukur variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF =
1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.05 atau sama dengan VIF > 5.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinieritas adalah:
a) H0: VIF > 5, terdapat multikolinieritas
b) H1: VIF < 5, tidak terdapat multikolinieritas
3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error
mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk mengetahui
apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu
pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan
metode Analisis Grafik.
Metode analisis grafik dilakukan dengan mengamati scatterplot di
mana sumbu horizontal menggambarkan Predicted Standardized sedangkan
sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized. Jika scatterplot
membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya masalah
heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk (Suliyanto, 2011:97).
3.4.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui
apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang
diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu
penyebab munculnya masalah autokorelasi adalah adanya kelembaman
(inertia) artinya kemungkinan besar akan mengandung saling
ketergantungan (interdependence) pada data observasi periode sebelumnya
dan periode sekarang (Suliyanto, 2011:125).
18
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah
autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan
sebagai berikut (Danang Sunyoto, 2011:134) :
1. Terjadi otokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)
2. Tidak terjadi otokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -
2 < DW < +2
3. Terjadi otokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW > +2
Menurut Singgih (2012) cara untuk menentukan ada tidaknya
autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif
2. Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi
3. Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negative
3.4.3 Pengujian Hipotesis
Dalam melakukan pengujian hipotesis, penulis memakai α = 5%
(0,05) atau tingkat kepercayaan 95%. Metode pengujian hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.4.3.1 Uji F
Menurut Suliyanto (2011:55), Uji F hitung digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau
untuk menguji ketepatan model (goodness of fit).
Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap
variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria
signifikan. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka
masuk dalam kategori tidak signifikan.
Ada tat cara dalam uji F. Yang pertama, dengan menggunakan suatu
tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan
melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05
19
maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1 diterima.
Yang kedua, dapat juga dilihat dari nilai F hitung dan F tabel. Jika Fhitung >
Ftabel maka variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel
terikatnya di mana Ftabel dengan derajat bebas, df: α, (k-1), (n-k). Dimana
n adalah jumlah pengamatan, k adalah jumlah variabel (Suliyanto,
2011:62).
3.4.3.2 Uji t
Menurut Suliyanto (2011:55), nilai t hitung digunakan untuk menguji
pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap terikatnya. Apakah variabel
tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel terikatnya atau
tidak. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).
3.4.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefesiensi determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit).
Koefisiensi determinasi ini mengukur prosentase total varian variabel
dependen (Y) yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis
regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilai R2 mempunyai interval antara 0
sampai 1 (0< R2 < 1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil
untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel
independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel
dependen.
Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Semakin tinggi koefisien determinasi (jika R2 mendekati angka 1), semakin
tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan
pada variabel terikatnya. Begitu pula sebaliknya jika semakin rendah
20
koefisien determinasi ( jika R2 mendekati angka 0), semakin rendah
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada
variabel terikatnya.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah
variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap
penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model
akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk
mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi
yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi
yang telah disesuaikan (R2adj) berarti bahwa koefisien tersebut telah
dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang
digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan
maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun
oleh adanya penambahan variabel baru dalam model.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasi Variabel Penelitian ini merupakan bagian yang paling
penting dalam bab ini, karena menjelaskan pengertian serta cara mengukur dari
masing-masing variabel. Definisi operasi varabel dalam penelitian ini meliputi,
definisi variabel independen dan dependen.
3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variable yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG),
3.5.2 Variabel Independen
Adapun beberapa variabel independen, berikut penjelasannya:
3.5.2.1 Inflasi
21
Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara umum yang
terjadi terus menerus. Tingkat inflasi yang digunakan adalah
tingkat inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK).
Pengukuran yang digunakan adalah dalam satuan persen.
3.5.2.2 Kurs (USD/IDR)Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata
uang negara lain. Nilai tukar yang digunakan adalah kurs dolar
Amerika terhadap rupiah yang dihitung berdasarkan kurs tengah
yang dihitung berdasarkan kurs jual dan kurs beli yang diatur oleh
Bank Indonesia.
2.5.2.3 Suku Bunga DepsitoSuku bunga deposito adalah nilai yang harus diberikan oleh pihak
bank kepada nasabah sebagai imbalan atas simpanan nasabah
saat ini yang akan dikembalikan bank pada kemudian hari,
perhitunganya biasa menggunakan satuan persen.
2.5.2.4 GDPProduk domestik bruto (GDP) adalah nilai pasar semua barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu.
GDP merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan
nasional. GDP diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang
dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka
waktu tertentu (biasanya per tahun).
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.5 Uji Asumsi Klasik4.5.1 Uji Normalitas
Setelah melakukan pengolahan data menggunakan analisis
grafik histogram dan normal probability plot, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
Gambar 4.1
Output Uji Normalitas Analisis Histogram
23
Gambar 4.2
Output Uji Normalitas Analisis Grafik
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dari gambar di atas
dapat terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal,maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali,2005:112). Pada grafik histogram tampak bahwa residual
terdistribusi secara normal karena tidak menceng ke kanan dan ke kiri.
24
Namun disisi lain, karena uji normalitas dengan grafik dan histogram
cenderung dapat kurang akurat, oleh sebab itu uji grafik di atas dilengkapi
dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan oleh penulis adalah uji
statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S) dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Output Uji Normalitas Analisis Statistik
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .19519984
Most Extreme Differences Absolute .116
Positive .084
Negative -.116
Kolmogorov-Smirnov Z .736
Asymp. Sig. (2-tailed) .652
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,736 dan tingkat signifikansi 0,05
(karena p = 0,652 > 0,05) jadi H0 ditolak, sehingga residual tidak terdistribusi
secara normal dengan kata lain residual terdistribusi normal. Namun, hal ini
membuat hasil uji berbeda dengan uji sebelumnya.
4.5.2 Uji Multikolinearitas
25
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen, Seperti terlihat pada table berikut:
Tabel 4.4
Output Uji Multikolineartas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Inflasi .886 1.128
sukubunga .533 1.875
LN_kurs .937 1.067
LN_gdp .556 1.798
a. Dependent Variable: LN_ihsg
Dari uji di atas dapat dilihat bahwa data yang diuji tidak memiliki nilai
tolerence kurang dari 0,05. Untuk variabel Infalsi memiliki tolerance sebesar
0,886, kemudian nilai suku bunga deposito sebesar 0,533, kemudian nilai
kurs sebesar 0,937, nilai gdp sebesar 0,556.
Hasil dari perhitungan nilai variance inflation faktor (VIF) juga
menunjukan hal yang sama yaitu nilai VIF tidak lebih dari 5 dari variabel
independen. Nilai VIF Inflasi menunjukan angka sebesar 1.128, nilai suku
26
bunga deposito yakni sebesar 1.875, nilai kurs sebesar 1.067, serta nilai gdp
sebesar 1,798.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari data yang di uji tidak
terjadi multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
4.5.3 Uji Heterokedastisitas
Gambar 4.5Output Uji Heterokedastisitas
27
Dari gambar diatas dapat lihat bahwa titik-titik menyebar secara acak,
serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu y. Dapat
disimpulkan bahwa dari data yang diuji tidak terjadi Heteroskedastissitas
pada model regresi ini, sehingga model regresi ini layak untuk dijadikan
sebagai alat untuk memprediksi tren Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) kedepannya.
4.5.4 AutokorelasiTabel 4.6
Output Uji Autokorelasi
28
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
EstimateDurbin-Watson
1 .925a .856 .839 .20605 .579
a. Predictors: (Constant), LN_gdp, inflasi, LN_kurs, sukubunga
b. Dependent Variable: LN_ihsg
Nilai DW sebesar 0,579, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel
dengan menggunakan signifikansi sebesar 5%, jumlah sampel 40 (n) dan
jumlah variabel independen 4 (k = 4) maka nilai yang didapatkan dari tabel
Durbin-Watson yakni sebagai berikut:
Gambar 4.5
Posisi Angka Durbin-Watson
Oleh karena nilai DW 0.579 yang nilainya lebih kecil dari nilai (dL)
sebesar 1,285, maka dapat disimpulakan bahwa H0 ditolak yang
menyatakan bahwa ada autokorelasi positif atau terdapat autokorelasi.
4.6 Uji Hipotesis4.6.1 Uji F
Tabel 4.7
29
Output Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8.824 4 2.206 51.958 .000a
Residual 1.486 35 .042
Total 10.310 39
a. Predictors: (Constant), LN_gdp, inflasi, LN_kurs, sukubunga
b. Dependent Variable: LN_ihsg
Dari tabel diatas dapat dlihat bahwa nilai Fhitung diperoleh sebesar
51.958 dengan tingkat sigifikansi sebesar 0.000, karena tingkat signifikansi
lebih kecil dari α (α=0,05) maka H1 diterima dan Fhitung lebih besar daripada
Ftabel ( 51,958 > 2,64 ) dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (5-1),
(40-5) = 2,64. Jadi dapat disimpulkan bahwa Inflasi, Kurs, Suku Bunga
Deposito, dan GDP berpengaruh secara signifikan terhadap tren Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
4.6.2 Uji tTabel 4.8
Output Uji t
30
Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .334 3.310 .101 .920
inflasi 1.229 2.052 .041 .599 .553
sukubunga -8.765 2.701 -.285 -3.245 .003
LN_kurs .098 .367 .018 .265 .792
LN_gdp .526 .063 .721 8.383 .000
a. Dependent Variable: LN_ihsg
a. Uji t terhadap variabel inflasi
Hasil yang didapat pada tabel variabel inflasi secara statistik
menunjukkan hasil yang tidak signifikan karena nilainya lebih besar dari α
(0,0553 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = 0.599 dan t table sebesar
1.68957 (df (n-k) 40-5=36, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (0,599 <
1.68957). Maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
parsial variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG.
b. Uji t terhadap variabel suku bunga deposito
Hasil yang didapat pada tabel variabel suku bunga secara statistik
menunjukkan hasil yang signifikan karena nilainya lebih kecil dari α
(0,003 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = -3.245 dan t table sebesar
1.68957 (df (n-k) 40-5=36, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-3,245 <
-1.68957). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
parsial variabel suku bunga deposito berpengaruh negatif terhadap
IHSG.
c. Uji t terhadap variabel kurs
Hasil yang didapat pada tabel variabel kurs secara statistik
menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih besar dari α
(0,792 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = 0,792 dan t table sebesar
31
1.68957 (df (n-k) 40-5=36, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-3,245 <
-1.68957). Maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
parsial variabel kurs tidak berpengaruh terhadap IHSG.
d. Uji t terhadap variabel GDP
Hasil yang didapat pada tabel variabel kurs secara statistik
menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 >
0,05). Sedangkan nilai t hitung X4 = 8,383 dan t table sebesar 1.68957 (df
(n-k) 40-5=36, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (8,383< 1.68957).
Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel berpengaruh
berpengaruh positif terhadap IHSG.
4.6.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)Tabel 4.9
Output Uji Koefisien Determinasi
Dari data diatas dapat dilihat bahwa nilai adjusted R square sebesar
0,839. yang artinya bahwa variabel independen (inflasi, kurs, suku bunga
deposito, GDP) mempengaruhi variabel dependen (IHSG) sebesar 83,9
%. Sedangkan sisanya sebesar 16,1%, artinya bahwa variabel-variabel
lain selain diluar obyek penelitian mempengaruhi variabel dependen
(IHSG) sebesar 16,1 %.
Selain itu ada koefisien korelasi ( R ) menunjukan nilai sebesar 0,925
yang menandakan bahwa hubungan antara variabel dependen dengan
32
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate
1 .925a .856 .839 .20605
a. Predictors: (Constant), LN_gdp, inflasi, LN_kurs, sukubunga
b. Dependent Variable: LN_ihsg