Upload
independent
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Tata AirSub DAS Batang Tampang Kiri
Zulkarnain1), Deddy Prasetyo Utomo1), Fajar Sigit Winardi1), Syamsul Hidayat1)
1)Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Riau, Pekanbaru 28293
1. Latar Belakang
Di Propinsi Riau terdapat 10 Wilayah
sungai yaitu WS Kubu, WS Rokan, WS
Bukit Batu, WS Siak, WS Rawa, WS
Kampar, WS Guntung-Kateman, WS
Indragiri-Akuaman, WS Reteh dan WS
Bengkalis-Meranti. Sidangkan di Wilayah
Sungai Siak terdapat 2 DAS yaitu DAS Siak
dan DAS Siak Kecil. SubDAS Batang
Tampang Kiri adalah bagian dari DAS Siak
yang terletak di bagian hulu DAS Siak. Luas
WS Siak dari hasil analisis data spasial
adalah 14.883 Km2, sedangkan luas SubDas
Batang Tampang Kiri adalah 2.028 Km2.
Analisis terhadap kuantitas hasil air
dilakukan melalui parameter jumlah air
mengalir yang keluar dari SubDAS Batang
Tampang Kiri pada setiap periode waktu
tertentu. Muatan sedimen (sediment load)
pada aliran sungai merupakan refleksi hasil
erosi yang terjadi di DTA-nya. Demikian
juga bahan pencemar yang terlarut dalam
aliran air dapat digunakan sebagai indikator
asal sumber pencemarnya, apakah dampak
dari penggunaan pupuk, obat-obatan
pertanian, dan atau dari limbah rumah tangga
dan pabrik/industri.
Selanjutnya kondisi hasil air dari
SubDAS Batang Tampang Kiri dapat
diketahui secara time series melalui evaluasi
nilai perubahan/kecenderungan parameter-
parameternya dari tahun ke tahun.
2
Gambar 1.1 Peta Wilayah Sungai di Propinsi Riau
Gambar 1.2 Peta Wilayah Sungai Siak
Gambar 1.3 Peta Sub DAS Batang Tampang Kiri terhadap WS Siak
3
2. Maksud dan Tujuan
Monitoring tata air SubDAS Batang
Tampang Kiri dimaksudkan untuk
memperoleh data dan informasi tentang
aliran air (hasil air) yang keluar dari daerah
tangkapan air (DTA) secara terukur, baik
kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran
airnya. Untuk mengetahui hubungan antara
masukan dan luaran di SubDAS Batang
Tampang Kiri perlu juga dilakukan
monitoring data hujan yang berada di dalam
dan di luar DTA atau DAS/Sub DAS
bersangkutan.
Evaluasi tata air SubDAS Batang
Tampang Kiri dimaksudkan untuk
mengetahui perkembangan nilai luaran (off-
site) sebagai dampak adanya kegiatan
pengelolaan biofisik yang dilaksanakan di
dalam SubDAS Batang Tampang Kiri, yaitu
kondisi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas
hasil air dari SubDAS Batang Tampang Kiri.
3. Analisis Data Hidrologi
Analisis data tata air SubDAS Batang
Tampang Kiri untuk indikator-indiktor
kuantitas, kontinuitas, dan kualitas hasil air
sangat terkait dengan permasalahan-
permasalahan : 1) banjir dan kekeringan
(debit air sungai), yang merupakan indikator
dari kuantitas dan kontinuitas hasil air; dan
2) tingkat sedimentasi dan kandungan
pencemar yang merupakan indikator dari
kualitas hasil air. Data debit air sungai untuk
SubDAS Batang Tampang Kiri bisa
didapatkan dari stasiun suga air (AWRL)
Pantai Cermin, sedangkan data curah hujan
bisa didapatkan dari stasiun petapahan.
Indikator terkait kuantitas hasil air, yaitu
debit air sungai (Q) dengan parameter nilai
koefisien rejim sungai (KRS), indeks
penggunaan air (IPA), dan koefisien
limpasan (C).Indikator terkait kontinuitas
hasil air berupa nilai variasi debit tahunan
(CV).Indikator terkait kualitas hasil air yaitu
tingkat muatan bahan yang terkandung
dalam aliran air, baik yang terlarut maupuan
tersuspensi, nilai SDR (nisbah hantar
sedimen), dan kandungan pencemar
(polutan).
a. Koefisien Regim Sungai (KRS)
a.1. Koefisien regim sungai (KRS) adalah
perbandingan antara debit maksimum
(Qmaks) dengan debit minimum
(Qmin) dalam suatu DAS.= QmaxQminKet : Q_maks (m
3/det) = debit 15 harian
rata-rata (Q) tahunan tertinggi
Q_min (m3/det) = debit 15 harian
rata-rata (Q) tahunan terendah
Data Qmaks dan Qmin diperoleh dari
nilai rata-rata debit harian (Q) dari
hasil pengamatan di SubDAS Batang
Tampang Kiri. Klasifikasi nilai KRS
untuk menunjukkan karakteristik tata
air DAS disajikan pada Tabel 3.1.
4
Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai KRS
NoNilai
KRSKelas
Skor
1 < 50 Baik 1
2 50 – 120 Sedang 3
3 > 120 Jelek 5
a.2. Koefisien regim sungai (KRS) adalah
perbandingan antara debit maksimum
(Qmaks) dengan debit andalan.
Cara perhitungan sebagai berikut := QmaxQaQa = 0,25 x Q
rerata
Ket : Qmaks
(m3/det) = debit harian
rata-rata (Q) tahunan tertinggi
Qa(m
3/det) = debit andalan
Qrerata
= debit rata-rata bulanan lebih
dari 10 tahun
Klasifikasi nilai KRS untuk
menunjukkan karakteristik tata air
DAS disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai KRS
No Nilai KRS Kelas Skor
1 0 < KRS ≤ 5 Sangat Baik 1
2 5 < KRS ≤10 Baik 2
3 10 < KRS ≤ 15 Sedang 3
4 15 < KRS ≤ 20 Agak Jelek 4
5 > 20 Jelek 5
Berdasarkan hasil analisis
nilai KRS (Qmax/Qa) yang relative
baik (5<KRS<10) kearah sedang
(10<KRS<15), hal inimenunjukkan
bahwa kisaran nilai limpasan pada
musim penghujan (air banjir) yang
terjadi agak besar, sedang pada
musim kemarau aliran air yang terjadi
penurunan atau menunjukkan adanya
baseflow yang cukup baik. Secara
tidak langsung kondisi ini
menunjukkan bahwa daya resap lahan
di DAS/Sub DAS Batang Tampang
Kiri telah ada indikasi
menurundalamkemampuan menahan
dan menyimpan air hujan yang jatuh
dan air limpasannya banyak yang
terus masuk ke sungai dan terbuang
ke laut sehingga ketersediaan air di
DAS/Sub DAS Batang Tampang
Kirisaat musim kemarau mulai
berkurang.
5
Tabel 3.3 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit
dan Waktu (Tahun)
Tabel 3.4 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit
dan Keandalan Debit
Gambar 3.1 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan)
dan Waktu (Tahun)
Q MAX Q a KRS
m3/det m3/det (Qmax/ Qa)
1 2005 81.52 12.34 6.612 2006 118.55 13.91 8.523 2007 100.45 17.50 5.744 2008 128.42 14.40 8.925 2009 111.36 13.34 8.35
TAHUNNO
KEANDALAN Q MAX Q a KRS
P % m3/det m3/det (Qmax/ Qa)
1 17% 100.45 17.50 5.742 33% 128.42 14.40 8.923 50% 118.55 13.91 8.524 67% 111.36 13.34 8.355 83% 81.52 12.34 6.61
NO
5
Tabel 3.3 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit
dan Waktu (Tahun)
Tabel 3.4 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit
dan Keandalan Debit
Gambar 3.1 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan)
dan Waktu (Tahun)
Q MAX Q a KRS
m3/det m3/det (Qmax/ Qa)
1 2005 81.52 12.34 6.612 2006 118.55 13.91 8.523 2007 100.45 17.50 5.744 2008 128.42 14.40 8.925 2009 111.36 13.34 8.35
TAHUNNO
KEANDALAN Q MAX Q a KRS
P % m3/det m3/det (Qmax/ Qa)
1 17% 100.45 17.50 5.742 33% 128.42 14.40 8.923 50% 118.55 13.91 8.524 67% 111.36 13.34 8.355 83% 81.52 12.34 6.61
NO
5
Tabel 3.3 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit
dan Waktu (Tahun)
Tabel 3.4 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit
dan Keandalan Debit
Gambar 3.1 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan)
dan Waktu (Tahun)
Q MAX Q a KRS
m3/det m3/det (Qmax/ Qa)
1 2005 81.52 12.34 6.612 2006 118.55 13.91 8.523 2007 100.45 17.50 5.744 2008 128.42 14.40 8.925 2009 111.36 13.34 8.35
TAHUNNO
KEANDALAN Q MAX Q a KRS
P % m3/det m3/det (Qmax/ Qa)
1 17% 100.45 17.50 5.742 33% 128.42 14.40 8.923 50% 118.55 13.91 8.524 67% 111.36 13.34 8.355 83% 81.52 12.34 6.61
NO
6
Gambar 3.2 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan) dan
Keandalan Debit
Gambar 3.1 menunjukkan
bahwa Kondisi KRS dari tahun ke
tahun relative stabil yaitu kurang dari
10, hal ini dapat dikatakan bahwa
perbedaan nilai maksimum dan
minimum tidak terlalu besar pada
kurun waktu 5 tahun.
Gambar 3.2 menunjukkan
bahwa keandalan debit semakin besar
maka nilai KRS nya semakin kecil,
hal ini dapat dikatakan bahwa
perbedaan nilai maksimum dan
minimum tidak terlalu besar pada
kondisi tahun kering.
b. Indeks Penggunaan Air (IPA)
Perhitungan indeks penggunaan air dibagi
2 cara, yaitu :
b.1. Perbandingan antara kebutuhan air
dengan persediaan air yang ada di
DAS.
= PersediaanKebutuhanKet : - Kebutuhan air (m
3atau mm) =
jumlah air yang dikonsumsi
untuk berbagai
keperluan/penggunaan lahan
di DTA selama satu tahun
(tahunan) misalnya untuk
pertanian, rumah tangga,
industri dll.
- Persediaan air (m3 atau mm),
dihitung dengan cara
langsung, yaitu dari hasil
pengamatan volume debit (Q,
6
Gambar 3.2 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan) dan
Keandalan Debit
Gambar 3.1 menunjukkan
bahwa Kondisi KRS dari tahun ke
tahun relative stabil yaitu kurang dari
10, hal ini dapat dikatakan bahwa
perbedaan nilai maksimum dan
minimum tidak terlalu besar pada
kurun waktu 5 tahun.
Gambar 3.2 menunjukkan
bahwa keandalan debit semakin besar
maka nilai KRS nya semakin kecil,
hal ini dapat dikatakan bahwa
perbedaan nilai maksimum dan
minimum tidak terlalu besar pada
kondisi tahun kering.
b. Indeks Penggunaan Air (IPA)
Perhitungan indeks penggunaan air dibagi
2 cara, yaitu :
b.1. Perbandingan antara kebutuhan air
dengan persediaan air yang ada di
DAS.
= PersediaanKebutuhanKet : - Kebutuhan air (m
3atau mm) =
jumlah air yang dikonsumsi
untuk berbagai
keperluan/penggunaan lahan
di DTA selama satu tahun
(tahunan) misalnya untuk
pertanian, rumah tangga,
industri dll.
- Persediaan air (m3 atau mm),
dihitung dengan cara
langsung, yaitu dari hasil
pengamatan volume debit (Q,
6
Gambar 3.2 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan) dan
Keandalan Debit
Gambar 3.1 menunjukkan
bahwa Kondisi KRS dari tahun ke
tahun relative stabil yaitu kurang dari
10, hal ini dapat dikatakan bahwa
perbedaan nilai maksimum dan
minimum tidak terlalu besar pada
kurun waktu 5 tahun.
Gambar 3.2 menunjukkan
bahwa keandalan debit semakin besar
maka nilai KRS nya semakin kecil,
hal ini dapat dikatakan bahwa
perbedaan nilai maksimum dan
minimum tidak terlalu besar pada
kondisi tahun kering.
b. Indeks Penggunaan Air (IPA)
Perhitungan indeks penggunaan air dibagi
2 cara, yaitu :
b.1. Perbandingan antara kebutuhan air
dengan persediaan air yang ada di
DAS.
= PersediaanKebutuhanKet : - Kebutuhan air (m
3atau mm) =
jumlah air yang dikonsumsi
untuk berbagai
keperluan/penggunaan lahan
di DTA selama satu tahun
(tahunan) misalnya untuk
pertanian, rumah tangga,
industri dll.
- Persediaan air (m3 atau mm),
dihitung dengan cara
langsung, yaitu dari hasil
pengamatan volume debit (Q,
7
mm) pada SPAS serta jumlah
curah hujan rata-rata tahunan
(P, mm) di DTA.
Penilaian kebutuhan air untuk
tanaman didekati dengan menggunakan
nilai evapotranspirasi (ET) dari berbagai
jenis vegetasi yang ada di DTA. Perkiraan
kebutuhan air pada berbagai penggunaan
lahan dan jenis vegetasi disajikan pada
Tabel 8, 9 dan 10.
b.2. Perbandingan total kebutuhan air
dengan debit andalan
= Total Kebutuhan AirQaKet :
- total kebutuhan air = kebut.air
untuk irigasi + DMI +
penggelontoran kota
- DMI = domestic, municiple,
industry
- Qa = debit andalan
Klasifikasi Indeks Penggunaan Air
(IPA) suatu DAS disajikan pada Tabel
3.5 sebagai berikut :
Tabel 3.5 Klasifikasi nilai Indeks
Penggunaan Air (IPA)
No Nilai IPA Kelas Skor
1 ≤ 0,5 Baik 1
2 0,6 – 0,9 Sedang 3
3 ≥ 1,0 Jelek 5
Hasil Analisis Nilai IPA
padaSungaiBatang Tampang Kiri
dikatakan relative sedang yaitu jumlah air
yang digunakan di DAS masih seimbang
dari pada potensinya sehingga DAS masih
menghasilkan air yang keluar dari DAS
untuk wilayah hilirnya. Indikator IPA
dalam pengelolaan tata air DAS sangat
penting kaitannya dengan mitigasi
bencana kekeringan tahunan di DAS.
8
Tabel 3.6 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu
Gambar 3.3 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu (Tahun)
Gambar 3.4 Hubungan antara NIlai IPA dan keandalan Debit
KEANDALAN
P %
1 2005 0.044 1.00 17% 0.0402 2006 0.039 2.00 33% 0.0393 2007 0.031 3.00 50% 0.0314 2008 0.037 4.00 67% 0.0445 2009 0.040 5.00 83% 0.037
NO TAHUN NO IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)
IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)
8
Tabel 3.6 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu
Gambar 3.3 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu (Tahun)
Gambar 3.4 Hubungan antara NIlai IPA dan keandalan Debit
KEANDALAN
P %
1 2005 0.044 1.00 17% 0.0402 2006 0.039 2.00 33% 0.0393 2007 0.031 3.00 50% 0.0314 2008 0.037 4.00 67% 0.0445 2009 0.040 5.00 83% 0.037
NO TAHUN NO IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)
IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)
8
Tabel 3.6 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu
Gambar 3.3 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu (Tahun)
Gambar 3.4 Hubungan antara NIlai IPA dan keandalan Debit
KEANDALAN
P %
1 2005 0.044 1.00 17% 0.0402 2006 0.039 2.00 33% 0.0393 2007 0.031 3.00 50% 0.0314 2008 0.037 4.00 67% 0.0445 2009 0.040 5.00 83% 0.037
NO TAHUN NO IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)
IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)
9
Gambar 3.4 menunjukkan bahwa
pada kondisi keandalan debit kecil
(P<60%) dimana aliran air yang terjadi
lebih besar maka nilai IPA cenderung
baik, sebaliknya pada kondisi keandalan
debit besar (aliran air yang terjadi
menurun) maka nilai IPA cenderung
sedang kearah jelek yaitu pemanfaatkan
air semaksimal mungkin sehingga aliran
di hilir semakin berkurang.
c. Koefisien Limpasan (C)
Koefisien limpasan adalah
perbandingan antara tebal limpasan
tahunan (Q, mm) dengan tebal hujan
tahunan (P, mm) di DAS atau dapat
dikatakan berapa persen curah hujan yang
menjadi limpasan (runoff) di DAS.
= Q tahunanP tahunanKet : Q (mm) = tebal limpasan tahunan P
(mm) = tebal hujan tahunan
Tebal limpasan (Q) diperoleh dari
volume debit (Q, dalam satuan m3) dari
hasil pengamatan SPAS di DAS/Sub DAS
selama satu tahun dibagi dengan luas
DAS/Sub DAS (ha atau m2) yang
kemudian dikonversi ke satuan mm.
Sedangkan tebal hujan tahunan (P)
diperoleh dari hasil pencatatan pada SPH
baik dengan alat Automatic Rainfall
Recorder (ARR) dan atau ombrometer.
Klasifikasi koefisien limpasan (C)
disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Klasifikasi koefisien limpasan (C)
tahunan
No Nilai C Kelas Skor
1 < 0,25 Baik 1
2 0,25 – 0,50 Sedang 3
3 0,51 – 1,0 Jelek 5
Hasil Analisis Koefisien C
padaSubDASBatang Tampang Kiri,
menunjukkan nilai sebesar 0,27 maka
berarti 27 % dari air hujan yang jatuh di
DASBatang Tampang Kiri menjadi air
limpasan langsung (direct runoff),
sehingga masih perlu upaya konservasi
agar koefisien limpasan ( c ) tahunan
dapat dikurangi.
d. Koefisien Variansi (CV)
Koefisien variansi (CV) adalah
gambaran kondisi variasi dari debit aliran
air (Q) tahunan dari suatu DAS.
= SDQ rata − rata x100%Ket : Sd = standar deviasi data debit
(Q) tahunan dari SPAS
Qrata-rata = data debit rata-rata
tahunan dari SPAS.
10
Jika variasi debit (Q) tahunan kecil
maka kondisi debit (Q) dari tahun ke
tahun tidak banyak mengalami perubahan.
Di sisi lain, jika variasi debit (Q) tahunan
besar maka kondisi debit (Q) dari tahun
ke tahun banyak mengalami perubahan,
yang menunjukkan kondisi DAS/Sub
DAS yang kurang stabil, misalnya
disebabkan perubahan penggunaan lahan
dan atau pola penggunaan air di DAS,
kejadian El Nino dan La Nina. Klasifikasi
nilai CV disajikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Klasifikasi nilai CV
No Nilai CV Kelas Skor
1 < 0,1 Baik 1
2 0,1 – 0,3 Sedang 3
3 > 0,3 Jelek 5
Hasil analisis Koefisien variansi
(CV) untuk DAS Batang Tampang Kiri
disajikan pada Tabel 3.9, 3.10 dan
Gambar 3.5, 3.6 Nilai CV DAS Batang
Tampang Kiri termasuk dalam kelas jelek
yang menunjukkan kondisi DAS Batang
Tampang Kiri yang kurang stabil yaitu
kondisi debit (Q) dari tahun ke tahun
banyak mengalami perubahan yang
disebabkan perubahan penggunaan lahan
dan atau pola penggunaan air di DAS
Batang Tampang Kiri.
11
Tabel 3.9 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit &Waktu
Tabel 3.10 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Keandalan Debit
Gambar 3.5 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Waktu
Gambar 3.6 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) dan Keandalan Debit
RERATA Q TOTAL VOL CV
m3/det juta m3. (S/Xrata-rata)
1 2005 49.36 1562.62 0.282 2006 55.64 1763.09 0.313 2007 70.00 2211.50 0.254 2008 57.60 1819.66 0.395 2009 53.34 1691.79 0.49
NO TAHUN
KEANDALAN RERATA Q TOTAL VOL CV
P % m3/det juta m3. (S/Xrata-rata)
1 17% 70.00 2211.50 0.252 33% 57.60 1819.66 0.393 50% 55.64 1763.09 0.314 67% 53.34 1691.79 0.495 83% 49.36 1562.62 0.28
NO
11
Tabel 3.9 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit &Waktu
Tabel 3.10 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Keandalan Debit
Gambar 3.5 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Waktu
Gambar 3.6 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) dan Keandalan Debit
RERATA Q TOTAL VOL CV
m3/det juta m3. (S/Xrata-rata)
1 2005 49.36 1562.62 0.282 2006 55.64 1763.09 0.313 2007 70.00 2211.50 0.254 2008 57.60 1819.66 0.395 2009 53.34 1691.79 0.49
NO TAHUN
KEANDALAN RERATA Q TOTAL VOL CV
P % m3/det juta m3. (S/Xrata-rata)
1 17% 70.00 2211.50 0.252 33% 57.60 1819.66 0.393 50% 55.64 1763.09 0.314 67% 53.34 1691.79 0.495 83% 49.36 1562.62 0.28
NO
11
Tabel 3.9 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit &Waktu
Tabel 3.10 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Keandalan Debit
Gambar 3.5 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Waktu
Gambar 3.6 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) dan Keandalan Debit
12
Dari gambar hubungan antara
keandalan debit dan nilai koefisien variasi
dapat dilihat bahwa semakin besar
keandalan debit kecenderungan nilai Cv
semakin kecil. Hal ini menunjukkan
rangkaian debit dengan keandalan besar,
selain jumlah totalnya kecil juga variasi
atau fluktuasi nilai debitnya rendah.
Untuk rangkaian debit yang mempunyai
keandalan kecil mempunyai nilai Cv yang
besar.
4. Sedimentasi dan Kandungan
Pencemar
a. Tingkat Sedimentasi
Sedimentasi adalah jumlah material
tanah berupa kadar lumpur dalam air
oleh aliran air sungai yang berasal dari
hasil proses erosi di hulu, yang
diendapkan pada suatu tempat di hilir
dimana kecepatan pengendapan butir-
butir material suspensi telah lebih kecil
dari kecepatan angkutannya. Dari proses
sedimentasi, hanya sebagian material
aliran sedimen di sungai yang diangkut
keluar dari DAS, sedang yang lain
mengendap di lokasi tertentu di sungai
selama menempuh perjalanannya.
Indikator terjadinya sedimentasi
dapat dilihat dari besarnya kadar lumpur
dalam air yang terangkut oleh aliran air
sungai, atau banyaknya endapan
sedimen pada badan-badan air dan atau
waduk. Makin besar kadar sedimen
yang terbawa oleh aliran berarti makin
tidak sehat kondisi DAS. Besarnya
kadar muatan sedimen dalam aliran air
dinyatakan dalam besaran laju
sedimentasi (dalam satuan ton atau m3
atau mm per tahun). Laju sedimentasi
harian pada SPAS dapat dihitung
dengan rumus:
Qs = 0.0864 x C x Q
Ket :
Qs (ton/hari) = debit sedimen
C (mg/l) = kadar muatan
sedimen
Q (m3/dt) = debit air sungai
13
Kadar muatan sedimen dalam aliran
air diukur dari pengambilan contoh air
pada berbagai tinggi muka air (TMA)
banjir saat musim penghujan. Qs dalam
ton/hari dapat dijadikan dalam ton/ha/th
dengan membagi nilai Qs dengan luas
DAS. Selanjutnya nilai Qs dalam
ton/ha/th dikonversikan menjadi Qs
dalam mm/tahun dengan mengalikannya
dengan berat jenis (BJ) tanah
menghasilkan nilai tebal endapan
sedimen. Berat jenis tanah sebaiknya
diukur berdasarkan analisis sifat fisik
tanah di daerah yang bersangkutan.
Sebagai gambaran Berat Jenis tanah
pada berbagai macam tekstur tanah
dapat dilihat pada Tabel 14. Sedang
klasifikasi tingkat sedimentasi disajikan
pada Tabel 15.
Pengukuran hasil sedimen (Sy) dapat
digunakan untuk memperkirakan
besarnya erosi dari DTAnya, yaitu
dengan cara membagi nilai sedimen
dengan nilai nisbah atau ratio
penghantaran sedimen (Sediment
Delivery Ratio/SDR) seperti pada Tabel
16.
14
Nilai erosi dari hasil sedimen di
SPAS dihitung dengan persamaan :
A = Sy/ SDR
Ket :
A (mm/th atau ton/th) = nilai
erosi
Sy (mm/th atau ton/th) = hasil
sedimen di SPAS
SDR = rasio penghantaran
sedimen
Gambar 3.7 Sub DAS Batang Tampang
Kiri
SubDAS Batang Tampang Kiri adalah
bagian dari DAS Siak yang terletak di
bagian hulu DAS Siak. Luas WS Siak
dari hasil analisis data spasial adalah
14.883 Km2, sedangkan luas SubDas
Batang Tampang Kiri adalah 2.028
Km2.
Gambar 3.8 Topografi Sub DAS
Batang Tampang Kiri
Gambar 3.9 Slope Sub DAS Batang
Tampang Kiri
Gambar 3.10 Luas Lahan tiap Interval
Ketinggian 60m Sub DAS Batang
Tampang Kiri
Pembagian luas lahan dan
slope lahan SubDAS Batang Tampang
Kiri dibuat setiap interval ketinggian 60
meter. Dari hasil analisis data spasial
didapatkan :
15
- luas lahan ketinggian < 60 m adalah
113.371 Ha, dengan slope 0.008;
- luas lahan ketinggian 60 m – 120 m
adalah 68.120Ha, dengan slope
0.038;
- luas lahan ketinggian 120 m – 180 m
adalah 16.268Ha, dengan slope
0.023;
- luas lahan ketinggian 180 m – 240 m
adalah 3.672 Ha, dengan slope
0.054;
- luas lahan ketinggian 240 m – 300 m
adalah 1.164Ha, dengan slope 0.1;
- luas lahan ketinggian 300 m – 360 m
adalah 153Ha, dengan slope 0.199;
- luas lahan ketinggian 360 m – 420 m
adalah 54 Ha, dengan slope 0.2.
Tabel Perhitungan Erosivitas Hujan (EI 30)
Bulan R E I30 EI30
mm ton. M/ha. Cm ton cm/ha. Jam
Jan 10.52 180.33 0.12 0.22 Feb 9.84 167.88 0.11 0.19 Mar 23.74 432.77 0.23 1.02 Apr 11.63 201.01 0.13 0.26 Mei 9.68 164.92 0.11 0.18 Jun 11.00 189.27 0.12 0.24 Jul 8.19 137.90 0.10 0.13 Agt 9.87 168.47 0.11 0.19 Sep 23.57 429.34 0.23 1.00 Okt 14.55 255.63 0.16 0.40 Nop 16.30 288.85 0.17 0.50 Des 21.13 381.79 0.21 0.82
Rerata 14.17 249.84 0.15 0.43Total tahunan 170.02 2998.14 1.82 5.16
Sumber : Hasil Perhitungan
R = Curah hujan bulanan E = Energi kinetik curah hujan I30 = Intensitas hujan maks. Selama 30 menit EI30 = Indeks erosivitas hujan
ESTIMASI LAJU SEDIMENTASI PADA DAS BATANG TAMPANG KIRIR (S. Batang Tampang Kiri)
Curah Hujan Bulanan ( R ) = 14.168 S = 0.145
Indeks Erodibilitas Tanah (K) = 0.310 Luas Das = 2028.00 km2
Koefisien Kekasaran Manning (n) = 0.025 Berat jenis =Energi Kinetik Curah Hujan (E) = 249.845
Indeks Erosivitas Hujan (EI30) = 5.155
SedimentasiPotensial
(m) (%) (km2) (Ha) (ton/th) (ton/th)
360-420 300.00 0.200 0.54 54.00 3.87 333.96 0.11 35.90 0.43 15.46300-360 302.00 0.199 1.53 153.00 3.90 952.54 0.11 102.40 0.36 37.04240-300 600.00 0.100 11.64 1,164.00 7.74 14,397.58 0.11 1,547.74 0.24 368.75180-240 1,109.00 0.054 36.72 3,672.00 14.31 83,949.78 0.11 9,024.60 0.18 1,651.55120-180 2,561.00 0.023 162.68 16,268.00 33.04 858,873.29 0.11 92,328.88 0.13 12,073.8460-120 1,593.00 0.038 681.20 68,120.00 20.55 2,237,050.42 0.11 240,482.92 0.11 25,295.92
< 60 7,652.00 0.008 1,133.71 113,371.00 98.71 17,883,902.49 0.11 1,922,519.52 0.09 164,917.68
2028.02 202802.00 (ton/th) 204,360.24ton/Ha/th 1.01
m3/Ha/th 0.65
m3/th 131,845.31
mm/th 0.07
Note : Total sedimen sampai 50 tahun 6.592 juta m3
Total Sedimentasi PotensialTotal Lahan Tererosi
Panjang Lereng Slope LuasElevasi
SDRLS Erosi Potensial (E-pot) C x P Erosi Aktual
16
b. Tingkat Kandungan Pencemar
Tingkat pencemaran air SubDAS
Batang Tampang Kiri dievaluasi dengan
melihat parameter kualitas air atau mutu
air dari suatu badan air atau aliran air di
sungai. Kondisi kualitas air menurun
terjadi jika nilai unsur-unsur sifat fisika,
kimia, dan biologi air telah melebihi nilai
ambang batas standarnya. Kondisi
kualitas air tersebut dipengaruhi oleh jenis
penutupan vegetasi, limbah buangan
domestik, industri, pengolahan lahan, pola
tanam, dan lain-lain).
Berdasarkan PP Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air
sebagaimana disajikan tabel 17, kriteria
mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas, yaitu :
Kelas I :air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain
yang memper-syaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan
tersebut
Kelas II :air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang memper-syaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan
tersebut
Kelas III :air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang memper-syaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan
tersebut
Kelas IV :air yang peruntukannya
dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang memper-syaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan
tersebut
18
Keterangan :
mg = miligram
ug = Mikrogram
ml = Mili liter
L = Liter Bq = Bequerel
MBAS = Methylene Blue Active
Substance
ABAM = Air Baku untuk Air Minum
Logam berat merupakan logam terlarut
Nilai di atas merupakan batas
maksimum, kecuali untuk pH dan DO.
Bagi pH merupakan nilai rentang yang
tidak boleh kurang atau lebih dari nilai
yang tercantum.
Nilai DO merupakan batas minimum.
Arti (-) di atas menyatakan bahwa
untuk kelas termasuk, Parameter
tersebut tidak dipersyaratkan
Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama
dengan
Tanda < adalah lebih kecil
Indikator kualitas air pada monev tata
air DAS dari suatu badan air/aliran air
sungai, yaitu:
1. fisik : warna, TDS/total dissolved
solid, turbidity/kekeruhan
2. kimia : pH, DHL/daya hantar
listri/konduktivitas, nitrat (N), sulfat
(SO4), phospat (P), chlorida (Cl)
3. biologi : DO/disolved oxygen
(oksigen terlarut).
19
Pengukuran dan pengambilan sampel
kualitas air dilakukan dengan
menempatkan suspended sampler pada
suatu badan air, air sumur, dan atau air
limpasan permukaan pada SPAS/stasiun
pemantau pada periode waktu tertentu.
Pemantauan dan pengambilan sampel
air dapat dilakukan secara otomatis
menggunakan multi parameter water
quality (alat pengukur kualitas air
digital/logger) atau secara manual
dengan botol/jerigen (ukuran 1,5 – 2,0
liter) untuk periode waktu tertentu.
Pengambilan contoh air untuk air
sungai saat kejadian banjir, sebaiknya
dilakukan pada saat sebelum puncak
20
banjir, saat puncak banjir, dan saat
setelah air banjir turun. Sedangkan saat
tidak ada banjir, contoh air diambil
berdasarkan kondisi muka air sungai
rata-rata baik pada musim penghujan
dan atau musim kemarau.
Penentuan periode waktu
pengambilan contoh air ini penting
dilakukan, khususnya untuk bisa
mendapatkan gambaran kondisi kualitas
air pada musim kemarau, musim
penghujan, dan saat banjir. Untuk
parameter-parameter tertentu, seperti
pH, DHL, DO, kekeruhan, dan warna
sebaiknya dilakukan analisis on sie saat
pengambilan sample atau jika dibawa ke
laboratorium tidak kurang dari 24 jam.
Jenis botol sampel digunakan, teknik
pengepakan, waktu penyimpanan
sebelum sampel air dikirim ke
laboratorium juga dapat berpengaruh
terhadap kualitas hasil analisisnya.
Sampel air yang telah dikumpulkan
secepat mungkin harus segera dibawa ke
laboratorium untuk dianalisis sesuai
dengan parameter-parameter yang
diinginkan. Kategori dan skor untuk
penilaian indikator tingkat kandungan
pencemar – fisik, kimia, dan biologi
disampaikan pada Tabel 18.