20
1 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Tata Air Sub DAS Batang Tampang Kiri Zulkarnain 1) , Deddy Prasetyo Utomo 1) , Fajar Sigit Winardi 1) , Syamsul Hidayat 1) 1) Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 1. Latar Belakang Di Propinsi Riau terdapat 10 Wilayah sungai yaitu WS Kubu, WS Rokan, WS Bukit Batu, WS Siak, WS Rawa, WS Kampar, WS Guntung-Kateman, WS Indragiri-Akuaman, WS Reteh dan WS Bengkalis-Meranti. Sidangkan di Wilayah Sungai Siak terdapat 2 DAS yaitu DAS Siak dan DAS Siak Kecil. SubDAS Batang Tampang Kiri adalah bagian dari DAS Siak yang terletak di bagian hulu DAS Siak. Luas WS Siak dari hasil analisis data spasial adalah 14.883 Km2, sedangkan luas SubDas Batang Tampang Kiri adalah 2.028 Km2. Analisis terhadap kuantitas hasil air dilakukan melalui parameter jumlah air mengalir yang keluar dari SubDAS Batang Tampang Kiri pada setiap periode waktu tertentu. Muatan sedimen (sediment load) pada aliran sungai merupakan refleksi hasil erosi yang terjadi di DTA-nya. Demikian juga bahan pencemar yang terlarut dalam aliran air dapat digunakan sebagai indikator asal sumber pencemarnya, apakah dampak dari penggunaan pupuk, obat-obatan pertanian, dan atau dari limbah rumah tangga dan pabrik/industri. Selanjutnya kondisi hasil air dari SubDAS Batang Tampang Kiri dapat diketahui secara time series melalui evaluasi nilai perubahan/kecenderungan parameter- parameternya dari tahun ke tahun.

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Tata Air SubDas Batang Tampang Kiri

Embed Size (px)

Citation preview

1

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Tata AirSub DAS Batang Tampang Kiri

Zulkarnain1), Deddy Prasetyo Utomo1), Fajar Sigit Winardi1), Syamsul Hidayat1)

1)Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Riau, Pekanbaru 28293

1. Latar Belakang

Di Propinsi Riau terdapat 10 Wilayah

sungai yaitu WS Kubu, WS Rokan, WS

Bukit Batu, WS Siak, WS Rawa, WS

Kampar, WS Guntung-Kateman, WS

Indragiri-Akuaman, WS Reteh dan WS

Bengkalis-Meranti. Sidangkan di Wilayah

Sungai Siak terdapat 2 DAS yaitu DAS Siak

dan DAS Siak Kecil. SubDAS Batang

Tampang Kiri adalah bagian dari DAS Siak

yang terletak di bagian hulu DAS Siak. Luas

WS Siak dari hasil analisis data spasial

adalah 14.883 Km2, sedangkan luas SubDas

Batang Tampang Kiri adalah 2.028 Km2.

Analisis terhadap kuantitas hasil air

dilakukan melalui parameter jumlah air

mengalir yang keluar dari SubDAS Batang

Tampang Kiri pada setiap periode waktu

tertentu. Muatan sedimen (sediment load)

pada aliran sungai merupakan refleksi hasil

erosi yang terjadi di DTA-nya. Demikian

juga bahan pencemar yang terlarut dalam

aliran air dapat digunakan sebagai indikator

asal sumber pencemarnya, apakah dampak

dari penggunaan pupuk, obat-obatan

pertanian, dan atau dari limbah rumah tangga

dan pabrik/industri.

Selanjutnya kondisi hasil air dari

SubDAS Batang Tampang Kiri dapat

diketahui secara time series melalui evaluasi

nilai perubahan/kecenderungan parameter-

parameternya dari tahun ke tahun.

2

Gambar 1.1 Peta Wilayah Sungai di Propinsi Riau

Gambar 1.2 Peta Wilayah Sungai Siak

Gambar 1.3 Peta Sub DAS Batang Tampang Kiri terhadap WS Siak

3

2. Maksud dan Tujuan

Monitoring tata air SubDAS Batang

Tampang Kiri dimaksudkan untuk

memperoleh data dan informasi tentang

aliran air (hasil air) yang keluar dari daerah

tangkapan air (DTA) secara terukur, baik

kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran

airnya. Untuk mengetahui hubungan antara

masukan dan luaran di SubDAS Batang

Tampang Kiri perlu juga dilakukan

monitoring data hujan yang berada di dalam

dan di luar DTA atau DAS/Sub DAS

bersangkutan.

Evaluasi tata air SubDAS Batang

Tampang Kiri dimaksudkan untuk

mengetahui perkembangan nilai luaran (off-

site) sebagai dampak adanya kegiatan

pengelolaan biofisik yang dilaksanakan di

dalam SubDAS Batang Tampang Kiri, yaitu

kondisi kuantitas, kualitas, dan kontinuitas

hasil air dari SubDAS Batang Tampang Kiri.

3. Analisis Data Hidrologi

Analisis data tata air SubDAS Batang

Tampang Kiri untuk indikator-indiktor

kuantitas, kontinuitas, dan kualitas hasil air

sangat terkait dengan permasalahan-

permasalahan : 1) banjir dan kekeringan

(debit air sungai), yang merupakan indikator

dari kuantitas dan kontinuitas hasil air; dan

2) tingkat sedimentasi dan kandungan

pencemar yang merupakan indikator dari

kualitas hasil air. Data debit air sungai untuk

SubDAS Batang Tampang Kiri bisa

didapatkan dari stasiun suga air (AWRL)

Pantai Cermin, sedangkan data curah hujan

bisa didapatkan dari stasiun petapahan.

Indikator terkait kuantitas hasil air, yaitu

debit air sungai (Q) dengan parameter nilai

koefisien rejim sungai (KRS), indeks

penggunaan air (IPA), dan koefisien

limpasan (C).Indikator terkait kontinuitas

hasil air berupa nilai variasi debit tahunan

(CV).Indikator terkait kualitas hasil air yaitu

tingkat muatan bahan yang terkandung

dalam aliran air, baik yang terlarut maupuan

tersuspensi, nilai SDR (nisbah hantar

sedimen), dan kandungan pencemar

(polutan).

a. Koefisien Regim Sungai (KRS)

a.1. Koefisien regim sungai (KRS) adalah

perbandingan antara debit maksimum

(Qmaks) dengan debit minimum

(Qmin) dalam suatu DAS.= QmaxQminKet : Q_maks (m

3/det) = debit 15 harian

rata-rata (Q) tahunan tertinggi

Q_min (m3/det) = debit 15 harian

rata-rata (Q) tahunan terendah

Data Qmaks dan Qmin diperoleh dari

nilai rata-rata debit harian (Q) dari

hasil pengamatan di SubDAS Batang

Tampang Kiri. Klasifikasi nilai KRS

untuk menunjukkan karakteristik tata

air DAS disajikan pada Tabel 3.1.

4

Tabel 3.1 Klasifikasi Nilai KRS

NoNilai

KRSKelas

Skor

1 < 50 Baik 1

2 50 – 120 Sedang 3

3 > 120 Jelek 5

a.2. Koefisien regim sungai (KRS) adalah

perbandingan antara debit maksimum

(Qmaks) dengan debit andalan.

Cara perhitungan sebagai berikut := QmaxQaQa = 0,25 x Q

rerata

Ket : Qmaks

(m3/det) = debit harian

rata-rata (Q) tahunan tertinggi

Qa(m

3/det) = debit andalan

Qrerata

= debit rata-rata bulanan lebih

dari 10 tahun

Klasifikasi nilai KRS untuk

menunjukkan karakteristik tata air

DAS disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai KRS

No Nilai KRS Kelas Skor

1 0 < KRS ≤ 5 Sangat Baik 1

2 5 < KRS ≤10 Baik 2

3 10 < KRS ≤ 15 Sedang 3

4 15 < KRS ≤ 20 Agak Jelek 4

5 > 20 Jelek 5

Berdasarkan hasil analisis

nilai KRS (Qmax/Qa) yang relative

baik (5<KRS<10) kearah sedang

(10<KRS<15), hal inimenunjukkan

bahwa kisaran nilai limpasan pada

musim penghujan (air banjir) yang

terjadi agak besar, sedang pada

musim kemarau aliran air yang terjadi

penurunan atau menunjukkan adanya

baseflow yang cukup baik. Secara

tidak langsung kondisi ini

menunjukkan bahwa daya resap lahan

di DAS/Sub DAS Batang Tampang

Kiri telah ada indikasi

menurundalamkemampuan menahan

dan menyimpan air hujan yang jatuh

dan air limpasannya banyak yang

terus masuk ke sungai dan terbuang

ke laut sehingga ketersediaan air di

DAS/Sub DAS Batang Tampang

Kirisaat musim kemarau mulai

berkurang.

5

Tabel 3.3 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit

dan Waktu (Tahun)

Tabel 3.4 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit

dan Keandalan Debit

Gambar 3.1 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan)

dan Waktu (Tahun)

Q MAX Q a KRS

m3/det m3/det (Qmax/ Qa)

1 2005 81.52 12.34 6.612 2006 118.55 13.91 8.523 2007 100.45 17.50 5.744 2008 128.42 14.40 8.925 2009 111.36 13.34 8.35

TAHUNNO

KEANDALAN Q MAX Q a KRS

P % m3/det m3/det (Qmax/ Qa)

1 17% 100.45 17.50 5.742 33% 128.42 14.40 8.923 50% 118.55 13.91 8.524 67% 111.36 13.34 8.355 83% 81.52 12.34 6.61

NO

5

Tabel 3.3 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit

dan Waktu (Tahun)

Tabel 3.4 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit

dan Keandalan Debit

Gambar 3.1 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan)

dan Waktu (Tahun)

Q MAX Q a KRS

m3/det m3/det (Qmax/ Qa)

1 2005 81.52 12.34 6.612 2006 118.55 13.91 8.523 2007 100.45 17.50 5.744 2008 128.42 14.40 8.925 2009 111.36 13.34 8.35

TAHUNNO

KEANDALAN Q MAX Q a KRS

P % m3/det m3/det (Qmax/ Qa)

1 17% 100.45 17.50 5.742 33% 128.42 14.40 8.923 50% 118.55 13.91 8.524 67% 111.36 13.34 8.355 83% 81.52 12.34 6.61

NO

5

Tabel 3.3 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit

dan Waktu (Tahun)

Tabel 3.4 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qa) Data Debit

dan Keandalan Debit

Gambar 3.1 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan)

dan Waktu (Tahun)

Q MAX Q a KRS

m3/det m3/det (Qmax/ Qa)

1 2005 81.52 12.34 6.612 2006 118.55 13.91 8.523 2007 100.45 17.50 5.744 2008 128.42 14.40 8.925 2009 111.36 13.34 8.35

TAHUNNO

KEANDALAN Q MAX Q a KRS

P % m3/det m3/det (Qmax/ Qa)

1 17% 100.45 17.50 5.742 33% 128.42 14.40 8.923 50% 118.55 13.91 8.524 67% 111.36 13.34 8.355 83% 81.52 12.34 6.61

NO

6

Gambar 3.2 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan) dan

Keandalan Debit

Gambar 3.1 menunjukkan

bahwa Kondisi KRS dari tahun ke

tahun relative stabil yaitu kurang dari

10, hal ini dapat dikatakan bahwa

perbedaan nilai maksimum dan

minimum tidak terlalu besar pada

kurun waktu 5 tahun.

Gambar 3.2 menunjukkan

bahwa keandalan debit semakin besar

maka nilai KRS nya semakin kecil,

hal ini dapat dikatakan bahwa

perbedaan nilai maksimum dan

minimum tidak terlalu besar pada

kondisi tahun kering.

b. Indeks Penggunaan Air (IPA)

Perhitungan indeks penggunaan air dibagi

2 cara, yaitu :

b.1. Perbandingan antara kebutuhan air

dengan persediaan air yang ada di

DAS.

= PersediaanKebutuhanKet : - Kebutuhan air (m

3atau mm) =

jumlah air yang dikonsumsi

untuk berbagai

keperluan/penggunaan lahan

di DTA selama satu tahun

(tahunan) misalnya untuk

pertanian, rumah tangga,

industri dll.

- Persediaan air (m3 atau mm),

dihitung dengan cara

langsung, yaitu dari hasil

pengamatan volume debit (Q,

6

Gambar 3.2 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan) dan

Keandalan Debit

Gambar 3.1 menunjukkan

bahwa Kondisi KRS dari tahun ke

tahun relative stabil yaitu kurang dari

10, hal ini dapat dikatakan bahwa

perbedaan nilai maksimum dan

minimum tidak terlalu besar pada

kurun waktu 5 tahun.

Gambar 3.2 menunjukkan

bahwa keandalan debit semakin besar

maka nilai KRS nya semakin kecil,

hal ini dapat dikatakan bahwa

perbedaan nilai maksimum dan

minimum tidak terlalu besar pada

kondisi tahun kering.

b. Indeks Penggunaan Air (IPA)

Perhitungan indeks penggunaan air dibagi

2 cara, yaitu :

b.1. Perbandingan antara kebutuhan air

dengan persediaan air yang ada di

DAS.

= PersediaanKebutuhanKet : - Kebutuhan air (m

3atau mm) =

jumlah air yang dikonsumsi

untuk berbagai

keperluan/penggunaan lahan

di DTA selama satu tahun

(tahunan) misalnya untuk

pertanian, rumah tangga,

industri dll.

- Persediaan air (m3 atau mm),

dihitung dengan cara

langsung, yaitu dari hasil

pengamatan volume debit (Q,

6

Gambar 3.2 Hubungan Antara Koefisien Regim Sungai (KRS=Qmax/Qandalan) dan

Keandalan Debit

Gambar 3.1 menunjukkan

bahwa Kondisi KRS dari tahun ke

tahun relative stabil yaitu kurang dari

10, hal ini dapat dikatakan bahwa

perbedaan nilai maksimum dan

minimum tidak terlalu besar pada

kurun waktu 5 tahun.

Gambar 3.2 menunjukkan

bahwa keandalan debit semakin besar

maka nilai KRS nya semakin kecil,

hal ini dapat dikatakan bahwa

perbedaan nilai maksimum dan

minimum tidak terlalu besar pada

kondisi tahun kering.

b. Indeks Penggunaan Air (IPA)

Perhitungan indeks penggunaan air dibagi

2 cara, yaitu :

b.1. Perbandingan antara kebutuhan air

dengan persediaan air yang ada di

DAS.

= PersediaanKebutuhanKet : - Kebutuhan air (m

3atau mm) =

jumlah air yang dikonsumsi

untuk berbagai

keperluan/penggunaan lahan

di DTA selama satu tahun

(tahunan) misalnya untuk

pertanian, rumah tangga,

industri dll.

- Persediaan air (m3 atau mm),

dihitung dengan cara

langsung, yaitu dari hasil

pengamatan volume debit (Q,

7

mm) pada SPAS serta jumlah

curah hujan rata-rata tahunan

(P, mm) di DTA.

Penilaian kebutuhan air untuk

tanaman didekati dengan menggunakan

nilai evapotranspirasi (ET) dari berbagai

jenis vegetasi yang ada di DTA. Perkiraan

kebutuhan air pada berbagai penggunaan

lahan dan jenis vegetasi disajikan pada

Tabel 8, 9 dan 10.

b.2. Perbandingan total kebutuhan air

dengan debit andalan

= Total Kebutuhan AirQaKet :

- total kebutuhan air = kebut.air

untuk irigasi + DMI +

penggelontoran kota

- DMI = domestic, municiple,

industry

- Qa = debit andalan

Klasifikasi Indeks Penggunaan Air

(IPA) suatu DAS disajikan pada Tabel

3.5 sebagai berikut :

Tabel 3.5 Klasifikasi nilai Indeks

Penggunaan Air (IPA)

No Nilai IPA Kelas Skor

1 ≤ 0,5 Baik 1

2 0,6 – 0,9 Sedang 3

3 ≥ 1,0 Jelek 5

Hasil Analisis Nilai IPA

padaSungaiBatang Tampang Kiri

dikatakan relative sedang yaitu jumlah air

yang digunakan di DAS masih seimbang

dari pada potensinya sehingga DAS masih

menghasilkan air yang keluar dari DAS

untuk wilayah hilirnya. Indikator IPA

dalam pengelolaan tata air DAS sangat

penting kaitannya dengan mitigasi

bencana kekeringan tahunan di DAS.

8

Tabel 3.6 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu

Gambar 3.3 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu (Tahun)

Gambar 3.4 Hubungan antara NIlai IPA dan keandalan Debit

KEANDALAN

P %

1 2005 0.044 1.00 17% 0.0402 2006 0.039 2.00 33% 0.0393 2007 0.031 3.00 50% 0.0314 2008 0.037 4.00 67% 0.0445 2009 0.040 5.00 83% 0.037

NO TAHUN NO IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)

IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)

8

Tabel 3.6 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu

Gambar 3.3 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu (Tahun)

Gambar 3.4 Hubungan antara NIlai IPA dan keandalan Debit

KEANDALAN

P %

1 2005 0.044 1.00 17% 0.0402 2006 0.039 2.00 33% 0.0393 2007 0.031 3.00 50% 0.0314 2008 0.037 4.00 67% 0.0445 2009 0.040 5.00 83% 0.037

NO TAHUN NO IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)

IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)

8

Tabel 3.6 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu

Gambar 3.3 Hubungan antara NIlai IPA dan Waktu (Tahun)

Gambar 3.4 Hubungan antara NIlai IPA dan keandalan Debit

KEANDALAN

P %

1 2005 0.044 1.00 17% 0.0402 2006 0.039 2.00 33% 0.0393 2007 0.031 3.00 50% 0.0314 2008 0.037 4.00 67% 0.0445 2009 0.040 5.00 83% 0.037

NO TAHUN NO IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)

IPA (Vol.Kebut/VolPersediaan)

9

Gambar 3.4 menunjukkan bahwa

pada kondisi keandalan debit kecil

(P<60%) dimana aliran air yang terjadi

lebih besar maka nilai IPA cenderung

baik, sebaliknya pada kondisi keandalan

debit besar (aliran air yang terjadi

menurun) maka nilai IPA cenderung

sedang kearah jelek yaitu pemanfaatkan

air semaksimal mungkin sehingga aliran

di hilir semakin berkurang.

c. Koefisien Limpasan (C)

Koefisien limpasan adalah

perbandingan antara tebal limpasan

tahunan (Q, mm) dengan tebal hujan

tahunan (P, mm) di DAS atau dapat

dikatakan berapa persen curah hujan yang

menjadi limpasan (runoff) di DAS.

= Q tahunanP tahunanKet : Q (mm) = tebal limpasan tahunan P

(mm) = tebal hujan tahunan

Tebal limpasan (Q) diperoleh dari

volume debit (Q, dalam satuan m3) dari

hasil pengamatan SPAS di DAS/Sub DAS

selama satu tahun dibagi dengan luas

DAS/Sub DAS (ha atau m2) yang

kemudian dikonversi ke satuan mm.

Sedangkan tebal hujan tahunan (P)

diperoleh dari hasil pencatatan pada SPH

baik dengan alat Automatic Rainfall

Recorder (ARR) dan atau ombrometer.

Klasifikasi koefisien limpasan (C)

disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Klasifikasi koefisien limpasan (C)

tahunan

No Nilai C Kelas Skor

1 < 0,25 Baik 1

2 0,25 – 0,50 Sedang 3

3 0,51 – 1,0 Jelek 5

Hasil Analisis Koefisien C

padaSubDASBatang Tampang Kiri,

menunjukkan nilai sebesar 0,27 maka

berarti 27 % dari air hujan yang jatuh di

DASBatang Tampang Kiri menjadi air

limpasan langsung (direct runoff),

sehingga masih perlu upaya konservasi

agar koefisien limpasan ( c ) tahunan

dapat dikurangi.

d. Koefisien Variansi (CV)

Koefisien variansi (CV) adalah

gambaran kondisi variasi dari debit aliran

air (Q) tahunan dari suatu DAS.

= SDQ rata − rata x100%Ket : Sd = standar deviasi data debit

(Q) tahunan dari SPAS

Qrata-rata = data debit rata-rata

tahunan dari SPAS.

10

Jika variasi debit (Q) tahunan kecil

maka kondisi debit (Q) dari tahun ke

tahun tidak banyak mengalami perubahan.

Di sisi lain, jika variasi debit (Q) tahunan

besar maka kondisi debit (Q) dari tahun

ke tahun banyak mengalami perubahan,

yang menunjukkan kondisi DAS/Sub

DAS yang kurang stabil, misalnya

disebabkan perubahan penggunaan lahan

dan atau pola penggunaan air di DAS,

kejadian El Nino dan La Nina. Klasifikasi

nilai CV disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Klasifikasi nilai CV

No Nilai CV Kelas Skor

1 < 0,1 Baik 1

2 0,1 – 0,3 Sedang 3

3 > 0,3 Jelek 5

Hasil analisis Koefisien variansi

(CV) untuk DAS Batang Tampang Kiri

disajikan pada Tabel 3.9, 3.10 dan

Gambar 3.5, 3.6 Nilai CV DAS Batang

Tampang Kiri termasuk dalam kelas jelek

yang menunjukkan kondisi DAS Batang

Tampang Kiri yang kurang stabil yaitu

kondisi debit (Q) dari tahun ke tahun

banyak mengalami perubahan yang

disebabkan perubahan penggunaan lahan

dan atau pola penggunaan air di DAS

Batang Tampang Kiri.

11

Tabel 3.9 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit &Waktu

Tabel 3.10 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Keandalan Debit

Gambar 3.5 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Waktu

Gambar 3.6 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) dan Keandalan Debit

RERATA Q TOTAL VOL CV

m3/det juta m3. (S/Xrata-rata)

1 2005 49.36 1562.62 0.282 2006 55.64 1763.09 0.313 2007 70.00 2211.50 0.254 2008 57.60 1819.66 0.395 2009 53.34 1691.79 0.49

NO TAHUN

KEANDALAN RERATA Q TOTAL VOL CV

P % m3/det juta m3. (S/Xrata-rata)

1 17% 70.00 2211.50 0.252 33% 57.60 1819.66 0.393 50% 55.64 1763.09 0.314 67% 53.34 1691.79 0.495 83% 49.36 1562.62 0.28

NO

11

Tabel 3.9 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit &Waktu

Tabel 3.10 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Keandalan Debit

Gambar 3.5 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Waktu

Gambar 3.6 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) dan Keandalan Debit

RERATA Q TOTAL VOL CV

m3/det juta m3. (S/Xrata-rata)

1 2005 49.36 1562.62 0.282 2006 55.64 1763.09 0.313 2007 70.00 2211.50 0.254 2008 57.60 1819.66 0.395 2009 53.34 1691.79 0.49

NO TAHUN

KEANDALAN RERATA Q TOTAL VOL CV

P % m3/det juta m3. (S/Xrata-rata)

1 17% 70.00 2211.50 0.252 33% 57.60 1819.66 0.393 50% 55.64 1763.09 0.314 67% 53.34 1691.79 0.495 83% 49.36 1562.62 0.28

NO

11

Tabel 3.9 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit &Waktu

Tabel 3.10 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Keandalan Debit

Gambar 3.5 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) Data Debit & Waktu

Gambar 3.6 Hubungan Antara Koefisien Variasi (Cv) dan Keandalan Debit

12

Dari gambar hubungan antara

keandalan debit dan nilai koefisien variasi

dapat dilihat bahwa semakin besar

keandalan debit kecenderungan nilai Cv

semakin kecil. Hal ini menunjukkan

rangkaian debit dengan keandalan besar,

selain jumlah totalnya kecil juga variasi

atau fluktuasi nilai debitnya rendah.

Untuk rangkaian debit yang mempunyai

keandalan kecil mempunyai nilai Cv yang

besar.

4. Sedimentasi dan Kandungan

Pencemar

a. Tingkat Sedimentasi

Sedimentasi adalah jumlah material

tanah berupa kadar lumpur dalam air

oleh aliran air sungai yang berasal dari

hasil proses erosi di hulu, yang

diendapkan pada suatu tempat di hilir

dimana kecepatan pengendapan butir-

butir material suspensi telah lebih kecil

dari kecepatan angkutannya. Dari proses

sedimentasi, hanya sebagian material

aliran sedimen di sungai yang diangkut

keluar dari DAS, sedang yang lain

mengendap di lokasi tertentu di sungai

selama menempuh perjalanannya.

Indikator terjadinya sedimentasi

dapat dilihat dari besarnya kadar lumpur

dalam air yang terangkut oleh aliran air

sungai, atau banyaknya endapan

sedimen pada badan-badan air dan atau

waduk. Makin besar kadar sedimen

yang terbawa oleh aliran berarti makin

tidak sehat kondisi DAS. Besarnya

kadar muatan sedimen dalam aliran air

dinyatakan dalam besaran laju

sedimentasi (dalam satuan ton atau m3

atau mm per tahun). Laju sedimentasi

harian pada SPAS dapat dihitung

dengan rumus:

Qs = 0.0864 x C x Q

Ket :

Qs (ton/hari) = debit sedimen

C (mg/l) = kadar muatan

sedimen

Q (m3/dt) = debit air sungai

13

Kadar muatan sedimen dalam aliran

air diukur dari pengambilan contoh air

pada berbagai tinggi muka air (TMA)

banjir saat musim penghujan. Qs dalam

ton/hari dapat dijadikan dalam ton/ha/th

dengan membagi nilai Qs dengan luas

DAS. Selanjutnya nilai Qs dalam

ton/ha/th dikonversikan menjadi Qs

dalam mm/tahun dengan mengalikannya

dengan berat jenis (BJ) tanah

menghasilkan nilai tebal endapan

sedimen. Berat jenis tanah sebaiknya

diukur berdasarkan analisis sifat fisik

tanah di daerah yang bersangkutan.

Sebagai gambaran Berat Jenis tanah

pada berbagai macam tekstur tanah

dapat dilihat pada Tabel 14. Sedang

klasifikasi tingkat sedimentasi disajikan

pada Tabel 15.

Pengukuran hasil sedimen (Sy) dapat

digunakan untuk memperkirakan

besarnya erosi dari DTAnya, yaitu

dengan cara membagi nilai sedimen

dengan nilai nisbah atau ratio

penghantaran sedimen (Sediment

Delivery Ratio/SDR) seperti pada Tabel

16.

14

Nilai erosi dari hasil sedimen di

SPAS dihitung dengan persamaan :

A = Sy/ SDR

Ket :

A (mm/th atau ton/th) = nilai

erosi

Sy (mm/th atau ton/th) = hasil

sedimen di SPAS

SDR = rasio penghantaran

sedimen

Gambar 3.7 Sub DAS Batang Tampang

Kiri

SubDAS Batang Tampang Kiri adalah

bagian dari DAS Siak yang terletak di

bagian hulu DAS Siak. Luas WS Siak

dari hasil analisis data spasial adalah

14.883 Km2, sedangkan luas SubDas

Batang Tampang Kiri adalah 2.028

Km2.

Gambar 3.8 Topografi Sub DAS

Batang Tampang Kiri

Gambar 3.9 Slope Sub DAS Batang

Tampang Kiri

Gambar 3.10 Luas Lahan tiap Interval

Ketinggian 60m Sub DAS Batang

Tampang Kiri

Pembagian luas lahan dan

slope lahan SubDAS Batang Tampang

Kiri dibuat setiap interval ketinggian 60

meter. Dari hasil analisis data spasial

didapatkan :

15

- luas lahan ketinggian < 60 m adalah

113.371 Ha, dengan slope 0.008;

- luas lahan ketinggian 60 m – 120 m

adalah 68.120Ha, dengan slope

0.038;

- luas lahan ketinggian 120 m – 180 m

adalah 16.268Ha, dengan slope

0.023;

- luas lahan ketinggian 180 m – 240 m

adalah 3.672 Ha, dengan slope

0.054;

- luas lahan ketinggian 240 m – 300 m

adalah 1.164Ha, dengan slope 0.1;

- luas lahan ketinggian 300 m – 360 m

adalah 153Ha, dengan slope 0.199;

- luas lahan ketinggian 360 m – 420 m

adalah 54 Ha, dengan slope 0.2.

Tabel Perhitungan Erosivitas Hujan (EI 30)

Bulan R E I30 EI30

mm ton. M/ha. Cm ton cm/ha. Jam

Jan 10.52 180.33 0.12 0.22 Feb 9.84 167.88 0.11 0.19 Mar 23.74 432.77 0.23 1.02 Apr 11.63 201.01 0.13 0.26 Mei 9.68 164.92 0.11 0.18 Jun 11.00 189.27 0.12 0.24 Jul 8.19 137.90 0.10 0.13 Agt 9.87 168.47 0.11 0.19 Sep 23.57 429.34 0.23 1.00 Okt 14.55 255.63 0.16 0.40 Nop 16.30 288.85 0.17 0.50 Des 21.13 381.79 0.21 0.82

Rerata 14.17 249.84 0.15 0.43Total tahunan 170.02 2998.14 1.82 5.16

Sumber : Hasil Perhitungan

R = Curah hujan bulanan E = Energi kinetik curah hujan I30 = Intensitas hujan maks. Selama 30 menit EI30 = Indeks erosivitas hujan

ESTIMASI LAJU SEDIMENTASI PADA DAS BATANG TAMPANG KIRIR (S. Batang Tampang Kiri)

Curah Hujan Bulanan ( R ) = 14.168 S = 0.145

Indeks Erodibilitas Tanah (K) = 0.310 Luas Das = 2028.00 km2

Koefisien Kekasaran Manning (n) = 0.025 Berat jenis =Energi Kinetik Curah Hujan (E) = 249.845

Indeks Erosivitas Hujan (EI30) = 5.155

SedimentasiPotensial

(m) (%) (km2) (Ha) (ton/th) (ton/th)

360-420 300.00 0.200 0.54 54.00 3.87 333.96 0.11 35.90 0.43 15.46300-360 302.00 0.199 1.53 153.00 3.90 952.54 0.11 102.40 0.36 37.04240-300 600.00 0.100 11.64 1,164.00 7.74 14,397.58 0.11 1,547.74 0.24 368.75180-240 1,109.00 0.054 36.72 3,672.00 14.31 83,949.78 0.11 9,024.60 0.18 1,651.55120-180 2,561.00 0.023 162.68 16,268.00 33.04 858,873.29 0.11 92,328.88 0.13 12,073.8460-120 1,593.00 0.038 681.20 68,120.00 20.55 2,237,050.42 0.11 240,482.92 0.11 25,295.92

< 60 7,652.00 0.008 1,133.71 113,371.00 98.71 17,883,902.49 0.11 1,922,519.52 0.09 164,917.68

2028.02 202802.00 (ton/th) 204,360.24ton/Ha/th 1.01

m3/Ha/th 0.65

m3/th 131,845.31

mm/th 0.07

Note : Total sedimen sampai 50 tahun 6.592 juta m3

Total Sedimentasi PotensialTotal Lahan Tererosi

Panjang Lereng Slope LuasElevasi

SDRLS Erosi Potensial (E-pot) C x P Erosi Aktual

16

b. Tingkat Kandungan Pencemar

Tingkat pencemaran air SubDAS

Batang Tampang Kiri dievaluasi dengan

melihat parameter kualitas air atau mutu

air dari suatu badan air atau aliran air di

sungai. Kondisi kualitas air menurun

terjadi jika nilai unsur-unsur sifat fisika,

kimia, dan biologi air telah melebihi nilai

ambang batas standarnya. Kondisi

kualitas air tersebut dipengaruhi oleh jenis

penutupan vegetasi, limbah buangan

domestik, industri, pengolahan lahan, pola

tanam, dan lain-lain).

Berdasarkan PP Nomor 82 tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air

dan Pengendalian Pencemaran Air

sebagaimana disajikan tabel 17, kriteria

mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)

kelas, yaitu :

Kelas I :air yang peruntukannya

dapat digunakan untuk air baku air

minum, dan atau peruntukan lain

yang memper-syaratkan mutu air

yang sama dengan kegunaan

tersebut

Kelas II :air yang peruntukannya

dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan

lain yang memper-syaratkan mutu

air yang sama dengan kegunaan

tersebut

Kelas III :air yang peruntukannya

dapat digunakan untuk

pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan

lain yang memper-syaratkan mutu

air yang sama dengan kegunaan

tersebut

Kelas IV :air yang peruntukannya

dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman, dan atau peruntukan

lain yang memper-syaratkan mutu

air yang sama dengan kegunaan

tersebut

17

18

Keterangan :

mg = miligram

ug = Mikrogram

ml = Mili liter

L = Liter Bq = Bequerel

MBAS = Methylene Blue Active

Substance

ABAM = Air Baku untuk Air Minum

Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas

maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang

tidak boleh kurang atau lebih dari nilai

yang tercantum.

Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa

untuk kelas termasuk, Parameter

tersebut tidak dipersyaratkan

Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama

dengan

Tanda < adalah lebih kecil

Indikator kualitas air pada monev tata

air DAS dari suatu badan air/aliran air

sungai, yaitu:

1. fisik : warna, TDS/total dissolved

solid, turbidity/kekeruhan

2. kimia : pH, DHL/daya hantar

listri/konduktivitas, nitrat (N), sulfat

(SO4), phospat (P), chlorida (Cl)

3. biologi : DO/disolved oxygen

(oksigen terlarut).

19

Pengukuran dan pengambilan sampel

kualitas air dilakukan dengan

menempatkan suspended sampler pada

suatu badan air, air sumur, dan atau air

limpasan permukaan pada SPAS/stasiun

pemantau pada periode waktu tertentu.

Pemantauan dan pengambilan sampel

air dapat dilakukan secara otomatis

menggunakan multi parameter water

quality (alat pengukur kualitas air

digital/logger) atau secara manual

dengan botol/jerigen (ukuran 1,5 – 2,0

liter) untuk periode waktu tertentu.

Pengambilan contoh air untuk air

sungai saat kejadian banjir, sebaiknya

dilakukan pada saat sebelum puncak

20

banjir, saat puncak banjir, dan saat

setelah air banjir turun. Sedangkan saat

tidak ada banjir, contoh air diambil

berdasarkan kondisi muka air sungai

rata-rata baik pada musim penghujan

dan atau musim kemarau.

Penentuan periode waktu

pengambilan contoh air ini penting

dilakukan, khususnya untuk bisa

mendapatkan gambaran kondisi kualitas

air pada musim kemarau, musim

penghujan, dan saat banjir. Untuk

parameter-parameter tertentu, seperti

pH, DHL, DO, kekeruhan, dan warna

sebaiknya dilakukan analisis on sie saat

pengambilan sample atau jika dibawa ke

laboratorium tidak kurang dari 24 jam.

Jenis botol sampel digunakan, teknik

pengepakan, waktu penyimpanan

sebelum sampel air dikirim ke

laboratorium juga dapat berpengaruh

terhadap kualitas hasil analisisnya.

Sampel air yang telah dikumpulkan

secepat mungkin harus segera dibawa ke

laboratorium untuk dianalisis sesuai

dengan parameter-parameter yang

diinginkan. Kategori dan skor untuk

penilaian indikator tingkat kandungan

pencemar – fisik, kimia, dan biologi

disampaikan pada Tabel 18.