Upload
independent
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN PEDESAANBERWAWASAN LINGKUNGAN
Oleh: Tukiyat*)*)
I. LATAR BELAKANG
Pembangunan pedesaan sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan saja untuk
generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan
datang sepanjang masa. Pembangunan masyarakat yang
berwawasan lingkungan atau sustainable development timbul karena
kebutuhannya dirasakan oleh masyarakat. Motivasinya begitu
kuat sebagai suatu konsep pembangunan masyarakat yang ingin
diterapkan dalam suatu konteks pembangunan pedesaan.
Menyadari sepenuhnya bahwa pembangunan pedesaan merupakan
bagian yang sangat penting dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah menjadikan
pedesaan sebagai sasaran utama pembangunan nasional, baik
*)*) Perencana Madya pada Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Dosen Tamu PascasarjanaMagister Ekonomi Pembangunan Universitas Darul ‘Ulum Jombang, Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Respati Indonesia, Jakarta.
1
melalui pembangunan pertanian, pendidikan, kesehatan dan
berbagai bidang lainnya yang menyangkut manusia dan
lingkungannya. Sebesar 80% penduduk di Indonesia sebagian
besar tinggal di pedesaan dan mereka hidup dari hasil
pertanian (perkebunan, peternakan, perikanan). Sedang
pekerjaan yang mereka miliki rata-rata sebagai tukang,
kerajinan, pedagang, usaha kecil, sektor informal,
buruh/karyawan pabrik1. Memperhatikan hal ini, maka sejak
Pelita I diadakan program bantuan pembangunan desa sebagai
pendorong kepada masyarakat pedesaan untuk bangkit membangun
daerah sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing
daerah sehingga akan tercapai adanya suatu peningkatakn
kesejahteraan masyarakat setempat.
Berbicara mengenai pembangunan ekonomi yang berwawasan
lingkungan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam
membangun sistem sosial ekonomi mempunyai posisi yang
strategis dan mendasar dalam upayan tercapainya suatu
masyarakat semakin maju dan mandiri tanpa mengorbankan pada
kemampuan kebutuhan generasi yang akan datang. Tentunya
1 Sirna, I. Nyoman. 1994. Pembangunan Masyarakat Pedesaan yang Terpadu dan Berkesinambungan, Prosiding Semiloka Nasional Pembangunan Masyarakat Pedesaan yang Terpadu dan Berkesimbanungan, Project 2-SIRD, ILP kerjasama ASEAN-New Zeland. Jakarta: Balitbangsos RI.
2
keterlibatan yang dimaksud adalah keterlibatan masyarakat
lokal dalam pertimbangan menjaga keseimbangan lingkungan.
Dalam hal ini kendala yang mungkin dihadapi untuk memecahkan
atau menjawab ketiga persoalan dalam ekonomi yaitu:
(1) Visi atau pandangan dan sikap mental dalam perencanaan
pembangunan ekonomi
(2) Kualitas pelaksanaan pembangunan
(3) Pengaruh lingkungan yang bersifat internal dan
eksternal
Kerusakan terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia
seperti pembangunan, industri, perumahan, jalan, pelabuhan
dan berbagai pembangunan fisik lainnya. Dapat dikatakan
bahwa pembangunan itu pada satu sisi menguntungkan tetapi
pada sisi yang lainnya merugikan banyak orang terutama yang
terkena dampak.2 Bertitik tolak dari adanya pertambahan
penduduk dan kemajuan teknologi akan membawa konsekuensi
masalah yang ditimbulkan yaitu persediaan pangan, persediaan
air, persediaan bahan bakar/energi, pencemaran udara,
masalah kesehatan dan sebagainya. Dalam kapasitas tertentu
hal ini dapat menimbulkan apa yang dikawatirkan oleh Herdin2 Hadi, PS, Manusia dan Lingkungan, , Cetakan Pertama, Badan Penerbit Universitas iponegoro, Semarang, 2000, hal.1.
3
(1978) sebagai Tragedy of the Common. Dengan demikian, maka
perlu dicarikan jalan keluarnya dengan cara yang lebih
efektif dan efisien melalui konsep pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan
tadak semata-mata mengarah kepada lingkungan hidup, tetapi
mampu untuk dikelola secara berkesinambungan. Sumber-sumber
daya ekonomi (sumberdaya alam dan sumberdaya manusia) tanpa
dikuras habis tetapi harus mempertimbangkan pada ekosistem
lingkungannya. Pembangunan pedesaan yang berwawasan
lingkungan merupakan pembangunan untuk semua lapisan
kehidupan di bumi ini bukan hanya untuk kepentingan gerasi
sekarang tetapi juga untuk kepentingan pada generasi yang
akan datang.
II. PERMASALAHAN
Pembangunan yang berwawasan lingkungan atau sustainable
development kini makin santer diucapkan dan telah dipandang
sebagai permasalahan global. Skala permasalahan berbeda-
beda, mulai dari planet bumi yang semakin panas akibat
lapisan ozon yang semakin menipis sehingga manusia
penghuninya kawatir bahwa planet ini akan mengalami dampak
4
yang serius akibat terjadinya kerusakan hutan tropis terus
menerus, sehingga perlu diadakannya KTT bumi baru
Negara-negara industri maju menghadapi polusi udara
sebagai akibat adanya emisi dari mobil-mobil, pabrik-pabrik,
sedang di negara berkembang seperti Indonesia menghadapi
permasalahan polusi air, erosi, pengikisan pantai laut
(abrasi), menipisnya persediaan bahan tambang dan sumberaya
alam lainnya (minyak dan gas bumi)) sebagai bahan energi tak
terbarukan. Permasalahan tersebut di atas akan terjadi baik
di kota maupun di daerah pedesaan Indonesia sehingga membawa
dampak terhadap sosial, ekonomi, budaya. Demikian pula makin
menipisnya persediaan sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui seperti hutan yang menjadi sumber persediaan
air karena dikonsumsi oleh penduduk baik sebagai bahan bakar
atau keperluan ekonomi untuk menambah pendapatan negara dan
penduduk.
Strategi pembangunan yang dilaksanakan sejak Pelita I
hingga kini lebih terfokuskan pada tingkat pertumbuhan
ekonomi yang didukung oleh industrialisasi skala besar dan
teknologi modern sehingga menghasilkan suatu pengusaha
“konglomerat karbitan”. Sebaliknya ekonomi rakyat atau ekonomi
5
pedesaan skala kecil dan sektor informal yang didukung oleh
teknologi tepat guna serta berakar pada nilai-nilai tradisi
tidak diberi kesempatan dan tempat untuk mengembangkan
potensinya di tengah arus globalisasi. Strategi pembangunan
saat ini tidak menghargai sistem pengetahuan dan teknologi
lokal yang terkandung dalam nilai budaya masyarakat. Padahal
kelompok masyarakat pedesaan telah menunjukkan keberhasilan
yang sangat besar dalam mempertahankan proses adapatasi yang
terus menerus dengan lingkungan alam dimana meraka bertempat
tinggal, .para elite politik menganggap bahwa nilai tradisi
telah menghambat adanya suatu kemajuan sehingga kebijakan
pembangunan pedesaan dipaksa untuk mengadopsi teknologi yang
tidak sesuai dengan daerahnya.
Pembangunan dan keberlanjutan mempunyai dimensi yang
saling kompromi (trade-off) yaitu disatu sisi pembangunan
menghendaki adanya suatu pengurasan atau eksploitasi
sumberdaya alam sebesar-besarnya, sedang di sisi lain
keberlanjutan (sustainable) menghendaki adanya suatu
kelestarian atau sifat alami dari sumberdaya alam.
Konsekuensinya, apabila masyarakat pedesaan ingin maju dan
berkembang, maka kerusakan lingkungan akan terjadi sehingga
6
pada akhirnya akan menimbulkan suatu degradasi lingkungan
hidup. Apabila tetap menjaga lingkungan dengan alami, maka
pembangunan ekonomi pedesaan akan stagnan sehingga masyakat
pedesaan tidak mengalami adanya suatu kemajuan baik dalam
bidang ekonomi maupun bidang-bidang lainnya.
Pada masyarakat pedesaan banyak permasalahan yang perlu
mendapat perhatian, karena dalam pembangunan pedesaan selalu
dihadapkan pada dilema, terpaksa, atau karena tiadanya
sanksi untuk mencegah atau mengambil tindakan penyelamatan
atau tidak diindahkannya ketentuan-ketentuan yang ada oleh
pihak lain. Konsep yang perlu dipertimbangkan dalam konsep
pembangunan pedesaan berwawasn lingkungan adalah bagaimana
cara pengelolaan sumberdaya ekonomi mempunyai arti dan
bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi yang akan
datang?
III. KONSEP DAN TEORETIS
Pembangunan pedesan yang berwawasan lingkungan
mengandung pengertian yang sangat umum dan luas. Dengan
demikian maka perlu ditinjau beberapa bagian atau unsur-
unsurnya yaitu pembangunan, pedesaan, pengelolaan sumberdaya
7
alam, manusia dan lingkungan. Keterpaduan dari unsur-unsur
tersebut akan menghasilkan suatu konsep pembangunan yang
berwawasna lingkungan. Unsur-unsur itu akan berperan dan
berfungsi dalam suatu proses yang saling interaksi untuk
melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan.
3.1. Pendekatan Ekonomi dalam Pembangunan Berwawasan
Lingkungan
Secara tradisional ilmu ekonomi memandang sumberdaya
alam mula-mula hanya sebagai barang mentah atau input dasar
yang bermanfaat kepada sistem produksi di dalam ekonomi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pentinganya
sumberdaya dasar tersebut (tanah, lahan) akan menghasilkan
komoditas pertanian. Masalah ekonomi akan semakin
diperhatikan mulai dari Mazhab ekonomi klasik seperti Adam
Smith (1723-1790) dengan ekonomi pasar sampai pakar ekonomi
masa kini (contemporer economist) telah mempersoalkan
terjadinya kelangkaan sumberdaya alam yang akan mempengaruhi
karakteristik ekonomi dalam jangka panjang. Demikian juga
kelangkaan sumberdaya lahan telah dibahas oleh Thomas
Malthus (1766-1834) dan David Ricardo (1772-1823). Para
pakar tersebut sangat kawatir yang menyangkut nasib manusia
8
dalam jangka panjang sebagai akibat adanya pertumbuhan
penduduk yang lebih cepat (deret ukur) dibanding dengan
pertumbuhan pangan (deret hitung). Tetapi kekawatiran ini
oleh John Stuart Mill (1806-1873) dapat diatasi dengan
pengenalan teknologi. Teknologi dapat mengatasi untuk
mengatasi kekurangan pangan seperti yang dikawatirkan oleh
Malthus.
Diawali oleh revolusi industri di Inggris telah
mendorong adanya eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan
sehingga terjadi adanya kerusakan lingkungan hidup yang pada
akhirnya akan menyusahkan manusia itu sendiri. Perubahan
yang dialami secara global telah memperburuk keadaan dalam
biosfer, hidrosfer, dan atmosfer yang sekarang terjadi
berkaitan dengan ledakan penduduk, penggunaaan sumberdaya
ekonomi dan kemajuan teknologi yang menjurus kepada
degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Dalam hubungannya
dengan hal tersebut, Kenneth Boulding3 (1966) telah
memperingatkan kepada negara maju maupun degara miskin agar
mempunyai pemikiran dalam menyelamatkan bumi ini ibarat
3 Kennet Boulding. 1966. The Economic of the Coming Spaceship Earth, dalam H. Jarrett (ed): Environmental Quality in a Growing Economy. Baltimore: John Hopkins University Press.
9
menumpang kendaraan di ruang angkasa untuk bertindak
seefisien mungkin dan diantara sesama manusia tidak boleh
ada yang serakah. Karena dengan keserakahan satu orang bukan
akan menghancukan orang lain, tetapi orang tersebut akan
ikut menanggung akibatnya. Pembangunan berwawasan lingkungan
juga dibahas oleh kelompok Roma (Club of Rome)4 dan Yayasan
Volk Wagon5 yang memberikan peringatan kepada manusia untuk
merubah perilakunya.
3.2. Hakekat Pembangunan
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi merupakan suatu
upaya yang terkoordinasi untuk dapat menciptakan keadaan
dimana tersedia lebih banyak alternatif yang syah bagi
setiap warga negara untuk mencapai aspirasinya yang paling
humanistik yaitu tingkat kesejahteraan yang selalu lebih bai
dari waktu ke waktu (Nasoetion, 1992)6. Dalam konsep ini
mengandung pengertian bahwa pembangunan sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu lebih baik.
4 Donella H. Meadow et.al. 1972. The Limit to Growth. New York: UniverseBooks.5 M. Mesarovic, E. Pestel. 1975. Mankind at The Turning Point. Hutchinson.6 Nasoetion, Luthfi, I. 1992. Kumpulan Bahan Kuliah Ekonomi Perencanaan
Regional. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
10
Pemikiran ini mempunyai implikasi bahwa pada dasarnya
manusia ini bersifat mental frontier. Artinya manusia akan
selalu berusaha dengan keterbatasan-keterbatasan yang
dimiki. Pada akhirnya manusia akan bersifat serakah tanpa
memperhatikan etika untuk melakukan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Menurut Todaro (1994)7 dijelaskan,
bahwa pembangunan merupakan suatu proses multidimensial yang
mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial,
sikap rakyat dan lembaga nasional, dan juga akselerasi
pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan
pemberantasan kemiskinan absolut. Sasaran pembangunan
pedesaan meliputi tiga hal yang penting yaitu:
(1) Meningkatkan persediaan dan memperluas distribusi
bahan-bahan pokok seperti: sandang, pangan, perumahan,
kesehatan dan perlindungan.
(2) Meningkatkan taraf hidup (menambah penghasilan),
penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik,
dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai
sosial dan budaya.
7 Todaro, Michael P. 1994. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terjemahan: Burhanuddin Abdullah dan Harris Munandar, ed. Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
11
(3) Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi
setiap individu dengan cara membebaskan masyarakat dari
sikap perbudakan dan ketergantungan.
3.3. Metodologi Pendidikan
Secara umum jenis pengetahuan yang diperlukan untuk
membangun masyarakat pedesaan adalah suatu pengetahuan
preskriptif yaitu pengetahuan tentang apa yang seharusnya
dilakukan. Jenis pengetahuan yang akan dihasilkan sebenarnya
ditentukan oleh
Orientasi yang dianut oleh masyarakat pedesaan tersebut.
Menurut Johnson (1986)8 ada tiga jenis orientasi metodologi
yang umum dijumpai dalam penelitian sosial ekonomi yaitu:
positivisme, normativisme dan pragmatisme.
Positivisme pengatahuan adalah deskripsi dari real world yang
didasarkan atas kelima pancaindera (five senses). Observasi atau
pengalaman yang diinterpretasikan melalui panca indera
adalah sumber pengetahuan dalam positivisme. Kalangan ini
hanya menerima bahwa baik/buruk adalah semata-mata
karakteristik daripada pandangan orang terhadap sesuatu,8 Johnson, Glenn L. 1986. Research Methodology for Economist. Philosophyand Practice. Macmillan Publishing Company. New York.
12
situasi atau kondisi, bukan karakteristik dari realita.
Dengan demikian, maka pengalaman baik/buruk dikeluarkan dari
realita.
Normativisme merupakan metodologi dengan orientasi untuk
menjawab pertanyaan tentang nilai dalam baik/buruk atau
benar/salah. Normativisme menerima bahwa sesuatu kondisi atau
situasi memiliki nilai intrinksik yang bebas dari apakah
seseorang atau sekelompok orang memberikan nilai kepadanya.
Dalam konsep metodologi pragmatisme mengandung dua
pemikiran yang mempunyai karakteristik tertentu. Pertama,
bahwa pengetahuan tantang nilai dan pengetahuan positif
tidaklah terpisah, melainkan terdapat interdependensi antara
keduanya sebagai akibat berlakunya pandangan bahwa kebenaran
suatu proposisi tergantung pada kapasitasnya memecahkan
masalah nyata. Kedua, bahwa pengujian kebenaran (work ability)
penting sekali, karena proposisi itu yang dihasilkan oleh
seorang pragmatik adalah preskripsi. Bagi seorang pragmatik
hipotesis yang diterima adalah hipotesis yang terbukti mampu
memecahkan masalah nyata.
13
Dalam konsep pembangunan pedesaan yang berwawasan
lingkungan metodologi ini harus digunakan secara terpadu
dan tidak boleh terpisah-pisah atau bersifat parsial.
3.4. Hakikat Pembangunan Berwawasan lingkungan
Para pendukung visi pembangunan berwawasan lingkungan
mengajukan argumentasi bahwa pertumbuhan yang berwawasan
lingkungan merupakan satu-satunya harapan bagi kaum miskin.
World Commition on Environment and Development (1987) dalam
Chiras mendefinisikan sustainable development as that which meets
the needs and aspiration of the present without compromising the ability of the
future generation to meets their own needs.9 Pada konsep tersebut
mengandung arti bahwa pembangunan berwawasan lingkungan
adalah pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang
akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Dalam perspektif kajiannya ada dua hal yang esensial
dalam pembangunan berkelanjutan seperti apa yang
didefinisikan oleh WCED yaitu:
9 Chiras, DD, Environmental Science, Third Edition, The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc., 1990, p. 486.
14
(1) adanya konsep tentang kebutuhan yang sangat esensial
untuk penduduk miskin (poverty) yang perlu diprioritaskan.
(2) Adanya konsep keterbatasan (limitation) dari kemampuan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan
yang akan datang.
Sedang konsep yang ditawarkan oleh Emil Salim (1990)
dijelaskan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan ditujukan
untuk mengurangi kemiskinan (memnuhi kebutuhan dasar) dan
meminimumkan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Hal
ini secara implisit bahwa dalam pembangunan itu dapat
memaksimalkan keuntungan pembangunan dengan tetap menjaga
kualitas sumberdaya dan lingkungan.
Dalam konsep dasar pembangunan yang berwawasan
lingkungan ada dua aspek yang menjadi perhatian utama yaitu
lingkungan (ecology, environment) dan pembangunan (development).
Dengan demikian, maka pembangunan berwawasan lingkungan
adalah pembangunan yang menekankan pada keharmonisan dalam
hubungan manusia dengan alam. Konsep dasar yang melandasi
dalam melakukan pembangunan berwawasan didasari adanya
prinsip sumberdaya ekonomi terbatas (scarcity) dan kebutuhan
manusia sifatnya tidak terbatas. Adanya suatu sifat yang
15
saling trade off- tersebut menimbulkan adanya suatu kesadaran
bahwa sumberaya ekonomi harus dimanfaatkan secara efisien
dan efektif dan perlunya pemikiran dalam melestarikan
lingkungan bukan untuk kepentingan masyarakat sekarang saja
tertapi untuk kebutuhan masyarakat/generasi yang akan
datang. Pembagunan berwawasan lingkungan10 adalah suatu
konsep pembangunan yang menyelaraskan antara aktivitas
ekonomi dan ketersediaan sumberdaya alam (natural resources).
Definisi yang populer dikemukan pada brundtland report “our
common Future (WCED, 1997) yang mendefiniskan pembangunan
berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang dapat memenuhi
kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan untuk
generasi yang akan datang. Lebih lanjut dikemukakan bahwa
pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu proses
perubahan dimana eksploitasi sumberdaya alam, arah
investasi, orientasi pengembangan teknologi dan perubahan
institusi berada dalam keselarasan dan meningkatkan potensi
10 Dalam literatur-literatur banyak disinggung istilah yang diberikan dalam pengertian yang sama misalnya sustainable development, ecological sustainable development, ecodevelopment, sustainable economic development dan lain-lain yang semuanya itu mengandung pengertia yang sama yaitu adanya suatu keselarasan antara pembangunan ekonomi dan kelstarian lingkungan.
16
masa kini dan masa yang akan datang untuk memenuhi keinginan
dan kebutuhan manusia.
Menurut Barbier (1989)11 pembangunan berwawasan
lingkungan menekankan pada tingkat interaksi yang optimal
antara tiga sistem yaitu ekonomi, ekologi dan sosial. Sedang
Pearce (1986)12 menekankan adanya suatu kompromi antara
sistem-sistem (kebutuhan generasi sekarang dengan kebutuhan
generasi yang akan datang). Secara implisit konsep ini
mengandung makna, bahwa adanya suatu pembangunan untuk
mendapatkan keuntungan yang maksimum dengan mempertimbangkan
kelestarian sumberdaya alam untuk generasi yang akan datang.
Kemudian oleh Mannion (1992)13 bahwa pembangunan berwawasan
lingkungan merupakan suatu pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan merekonsiliasi pembangunan
ekonomi, kualitas kehidupan dan lingkungan dan dalam
kerangka politik yang beragam yang saling berkaitan pada
tingkat global. lebih lanjut konsep ini dalam The Global
11 Barbier, E. 1989. Economic Natural Resource Scarcity and Development. London: Eaqrtscan Publications.
12 Pearce, D. 1986. The Sustainable Use of natural Resources in Developing Countries. Paper to the Economics and Social Research Council, University of East Anglia.
13 Manion, Antoinette M. 1992. Sustainable Development and Biotechnology,Environmental Conservation. 19(4): Winter 1992.
17
Tommorow Coalition (1990)14 dikemukakan bahwa pembangunan
berwawasan lingkungan didasarkan pada:
(1) pembangunan ekonomi dan kesehatan lingkungan adalah
saling berkaitan satu sama lain antara lingkungan dan
ekonomi harus diintegrasikan dari permulaan proses
pengambilan keputusan/perumusan kebijakan.
(2) Problema ekonomi dan lingkungan berkaitan dengan banyak
faktor sosial dan politik. Contoh: pertumbuhan penduduk
yang cepat akan mempunyai dampak yang besar terhadap
ekspoitasi sumberdaya alam.
(3) Masalah lingkungan adalah saling terkait satu sama
lain. Misalnya dengan adanya pengundulan hutan, maka akan
berdampak pada bahaya banjir, terjadi erosi, pengendapan
danau dan sungai.
(4) Faktor ekonomi, polusi, ekosistem tidak memandang
batas-batas negara yang mengakibatkan pentingnya
kerjasama dan komunikasi intenasional.
14 The Global Tommorow Coalition. 1990. The Global Ecology Handbook, edited byWalter H. Corson. USA: Bacon Press, Boston.
18
IV. ANALISIS
4.1. Peranan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kunci menuju
pembangunan berwawasan lingkungan. Peranan yang terpenting
adalah bahwa pendidikan dapat mengembangkan dan menjawab
rasa ingin tahu intelektual dari manusia. Pendidikan juga
dapat meningkatkan kualitas hidup dan memberdayakan manusia
dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungan hidup.
Kegagalan dalam revolusi hijau telah menimbulkan dampak
krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia yang
bersumber dari kelemahan dalam pengetahuan masyarakat
pedesaan yang hanya menginginkan keuntungan dalam jangka
pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.
Pengetahuan lokal (local knowledge) yang dimiliki oleh
masyarakat pedesaan telah menjadi pedoman bagi mereka dalam
aktivitas perladangan dan kehidupan lainnya. Sistem
pengetahuan dan teknologi yang dimaksud disini adalah
pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna, serta
tata ruang.
Pendidikan yang rendah sering menjadi faktor kendala
dalam kemajuan masyarakat di pedesaan. Potensi pendidikan
19
yang optimal masih belum disadari di hampir semua negara. Di
negara berkembang, hak untuk memperoleh pendidikan masih
belum dapat dinikmati oleh 1,3 milliar orang dewasa dan
anak-anak15. Dengan adanya peningkatan pendidikan masyarakat
pedesan akan lebih arif dan bisa memahami ekosisitem yang
ada disekitar lingkungannya. Manusia akan selalu
berinterkasi menjaga keseimbangan dalam eksploitasi
sumberdaya alam.
4.2. Kearifan
Kearifan tradisi yang tercermin dalam sistem
pengetahuan dan teknolgi lokal di masyarakat pedesaan dari
berbagai daerah masih mempertimbangkan nilai-nilai adat,
seperti bagaimana masyarakat melakukan prinsip-prinsip
konservasi, manajemen, dan eksploitasi sumberdaya alam,
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya.
Dalam melakukan eksploitasi sumberdaya alam, sistem
pengetahuan dan daya adaptasi penggunaan teknologi selalu
disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam serta nilai
distribusi dan pengalokasian hasil eksploitasi tersebut.15 UNESCO, World Education Repart 1993 (paris, 1993).
20
Pendekatan ini jelas akan mengoptimalkan jalinan kepuasan
semua pihak baik alam maupun manusia tanpa mengganggu
keseimbangan.
Perwujudan bentuk kearifan tradisi merupakan
pencerminan dari sisi pengetahuan dan teknologi lokal di
berbagai daerah pedesaan di Indoensia. Sistem pertanian di
Bali dengan “Subak”, sistem pertanian yang dilakukan
dipedesaan dengan pupuk hijau, pupuk kandang semuanya itu
merupakan nilai-nilai pengetahuan yang menjunjung tinggi
nilai kearifan lingkungan. Adanya kalender pertanian yang
menyangkut pedoman kebiasaan pertanian di kalangan
masyarakat pedesaan di Jawa secara implisit mempunyai arti
dalam melestarikan lingkungan tanah dan air.
The International Convenant of Economic, Social, and Cultural Rights
menyebutkan beberapa nilai-nilai pendidikan. Pendidikan
harus menanamkan penghormatan bagi hak azasi manusia, untuk
perdamaian, dan toleransi antara negara dan kelompok etnik
atau antar agama serta harus dapat mempersiapkan masyarakat
agar dapat berpartisipasi secara efektif dengan kesadaran
akan hak dan kewajiban dalam menjaga kelestarian ligkungan
alam. Sosialisasi kesadaran dalam pembangunan berwawasan
21
laingkungan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, LSM, masyarakat dan pusat pendidikan. Pelaku
pembangunan di pedesaan harus mempunyai perhatian dengan
menggunakan kemampuan kelembagaan dan sumberdaya manusia
untuk meningkatkan kualitas hidup setiap orang secara
berkelanjutan.
4.3. Pembangunan Pedesaan Secara Terpadu
Pertumbuhan yang ditunjang oleh kenaikan pendapatan
pada sektor pertanian yang doniman perlu diajukan suatu
pendekatan yang terpadu dalam pembangunan pedesaan. Pertama,
kenaikan pendapatan dari adopsi varitas unggul telah
menyebar luas ke seluruh pedesaan di seluruh Indoensia.
Kedua, pertumbuhan pertanian akan menaikkan permintaan
efektif akan prasarana jalan, listrik komunikasi yang
digabung dengan sumber-sumber lain dari pembangunan
pedesaan. Ketiga, terdapat arah yang saling menunjang antara
prasarana jalan, listrik dan komunikasi dengan daya tarik
daerah pedesaan sehingga investor akan membangun lembaga-
lembaga ekonomi. Keempat, perbaikan prasarana jalan akan
menghubungkan antara desa atau antar kota sehingga
22
keterasingan dapat ditiadakan dan memperlancar arus
transportasi barang-barang hasil pertanian. Kelima, kenaikan
pendapatan di pedesaan menawarkan sumber tabungan yang dapat
siap disalurkan melalui pajak untuk prasarana lokal dan
untuk investasi industri dalam perusahan-perusahan kecil.
Rencana yang terpadu dalam pemabangunan pedesaan
membutuhkan mekanisme yang mampu menaikkan sumber-sumber
lokal untuk kebutuhan tertentu guna menyusun daftar
prioritas. Rencana tersebut menyangkut jenis dan waktu
prasarana fisik, lembaga-lembaga dan jasa sosial serta mampu
mengarahkan kesanggupan-kesanggupan administrasi lokal. Pada
tingkat permulaan mungkin pembangunan pedesaan perlu
membatasi prioritas pada pemenuhan kebutuhan dasar. Otonomi
daerah sebagai langkah awal bagi pemerintah daerah
khususnya pedesaan untuk dapat membangun daerahnya sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki (potensi sumberdaya alam
maupun potensi sumberdaya manusia). Otonomi daerah akan
mendorong tanggapan yang lebih pragmatis atas peristiwa-
peristiwa pada saat terjadinya.
Untuk dapat melaksanakan pembangunan pedesaan yang
terpadu, pasar lokal dapat menjadi titik pusat
23
pengorganisasian dan pembuatan keputusan. Pasar merupakan
pusat yang logis guna menganalisis kebutuhan prasarana dan
sarana komunikasi.
4.4. Partisipasi Masyarakat
Pembangunan pedesaan sebagai suatu kegiatan yang terus
menerus memerlukan adanya penggerak dari masyarakat itu
sendiri (inner will). Pemerintah tidak dapat melaksanakan
pembangunan tanpa dukungan partispiasi masyarkat, bukan
karena keterbatasan dana dan tenaga tetapi juga karena sifat
pembanguna itu sendiri. Dalam pembangunan yang partisipatif
mengandung tiga unsur penting yaitu:
(1) mengutamakan inisiatif masyarkat;
(2) mengutamamakan swadaya masyarakat dan;
(3) memanfaatkan sumber-sumber daya lingkungan setempat.
Selama ini ada kesan bahwa pembangunan harus
dilaksanakan dengan cepat, maka pemerintah tidak lagi bisa
menunggu tumbuhnya partisipasi masyarakat. Oleh karena itu
partisipasi diganti dengan mobilisasi sehingga kebanyakan
masyarakat tidak dilibatkan dalam tahap perencanaan, tetapi
hanya dalam pelaksanaan saja. Menyadari hal ini maka
24
pembangunan pedesaan adalah suatu pilihan yang memang
merupakan wewenang pemerintah, tetapi dilihat dari
kepentingan berkelanjutan pembangunan pedesaan yang
partisipatif menghendaki adanya partispasi masyarakat pada
seluruh kegiatan pembangunan maupun menikmati hasil-
hasilnya.
V. KESIMPULAN
Pembangunan masyarakat perdesaan yang berwawasan
lingkungan menekankan pada konsep pengelolaan sumberdaya
alam dan masyarakat lokal secara seimbang. Pembangunan
berwawasan lingkungan meliputi semua aspek dan sektor
pembangunan sesuai dengan kondisi masyarakat masing-masing
untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan tanpa
mengganggu keseimbangan ekonsistem. Konsep pembangunan yang
dilakukan merupakan suatu paket yang terpadu dan
berkesinambungan.
Tantangan pendidikan dalam dua dasawarsa mendatang
adalah untuk memenuhi hak atas pendidikan bagi semua
masyarakat yang belum bisa menikmati pendidikan. Seiring
dengan kemajuan teknologi, maka dibutuhkan adanya suatu
25
transformasi sistem pendidikan dan pendekatan sistem
pendidikan yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat
pedesaan sesuai dengan kultur daerah masing-masing.
Partisipasi masyarakat pedesaan dalam keseluruhan
proses pembangunan hendaknya perlu dihargai, tidak hanya
pada pelaksanaan pembangunan saja tetapi dalam semua aspek
manajemen mulai dari perencanaan, organisiasi, pelaksanaan
dan pengawasan. Dengan demikian, maka dalam pembangunan itu
masyarakat pedesan tidak menjadi korban sebagai obyek dalam
pembangunan tetapi sebagai subyek dalam pembangunan dalam
rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup. Partisipasi
masyarakat akan mendidik penduduk untuk merasa memiliki
sumberdaya alam yang berada di sekitar lingkungannya.
26
DAFTAR PUSTAKA
---------. 2000. Pengembangan Wilayah Perdesaan dan KawasanTerentu: Sebuah Kajian Eksploratif. Penyunting:Suhandojo, Sri handojo Mukti, Tukiyat. Jakarta:Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk PengembanganWilayah – BPPT.
Adimihardja, Kusnaka…(et.al). 1999. PETANI: Merajut TradisiEra Globalisasi, Pendayagunaan Sistem Pengetahuan Lokaldalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berwawasanlingkungan. Cet. 1. Bandung: Humaniora Utama Press.
Chamber, Robert. 1987. Pembangunan Desa: Mulai dariBelakang. Penerjemah, Pepep Sudradjat; Pengantar, M.Dawam Rahardjo.-Jakarta: LP3ES.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perekmbangan PemikiranEkonomi. Ed.1. cet. 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perekmabngan PemikiranEkonomi, Dasar Teori Eknomi Pertumbuhan dan EkonomiPembangunan. cet. 1. Jakarta: LP3ES.
Kasryno, Faisal. Joseph F. Stepanek. 1985. DinamikaPembangunan Pedesaan. Jakarta: PT Gramedia.
Kozlowski, Jerzy. 1997. Pendekatan Ambang Batas dalamPerencanaan Kota, Wilayah, dan Lingkungan: Teori danPraktek. Jakarta: Penerbit Universitas Indoensia.
Lester R. Brown (ed). 1992. Tantangan Maslah LingkunnagnHidup: bagaiman membangun masyarakat manusiaberdasakran kesimabungan Lingkungan Hidup yang Sehat.Penerjemah: S. Maimoen. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.
Nasoetion, Luthfi, I. 1992. Kumpulan Bahan Kuliah EkonomiPerencanaan Regional. Program Pascasarjana InstitutPertanian Bogor.
27
Soerjani, Mohamad….(et.al). Lingkungan: Sumberdaya Alam danKepnedukakn dalam Pembangunan. cet. 1. Jakarta:Penerbit Universitas Indoensia.
Soerjani, Muhamad. 2000. Kepedulian Masa Depan (terjemahan).Jakarta: Institut Pendidikan dan pengembanganLingkungan.
Yakin, Addinul. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan:Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berwawasanlingkungan. Cet. 1. Jakarta: Akademika Pressindo.
28