28
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN PEDESAAN BERWAWASAN LINGKUNGAN Oleh: Tukiyat *) *) I. LATAR BELAKANG Pembangunan pedesaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan saja untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang sepanjang masa. Pembangunan masyarakat yang berwawasan lingkungan atau sustainable development timbul karena kebutuhannya dirasakan oleh masyarakat. Motivasinya begitu kuat sebagai suatu konsep pembangunan masyarakat yang ingin diterapkan dalam suatu konteks pembangunan pedesaan. Menyadari sepenuhnya bahwa pembangunan pedesaan merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah menjadikan pedesaan sebagai sasaran utama pembangunan nasional, baik *)*) Perencana Madya pada Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Dosen Tamu Pascasarjana Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Darul ‘Ulum Jombang, Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Respati Indonesia, Jakarta. 1

pembangunan perdesaan

Embed Size (px)

Citation preview

PERSPEKTIF PEMBANGUNAN PEDESAANBERWAWASAN LINGKUNGAN

Oleh: Tukiyat*)*)

I. LATAR BELAKANG

Pembangunan pedesaan sebagai bagian integral dari

pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, bukan saja untuk

generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan

datang sepanjang masa. Pembangunan masyarakat yang

berwawasan lingkungan atau sustainable development timbul karena

kebutuhannya dirasakan oleh masyarakat. Motivasinya begitu

kuat sebagai suatu konsep pembangunan masyarakat yang ingin

diterapkan dalam suatu konteks pembangunan pedesaan.

Menyadari sepenuhnya bahwa pembangunan pedesaan merupakan

bagian yang sangat penting dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah menjadikan

pedesaan sebagai sasaran utama pembangunan nasional, baik

*)*) Perencana Madya pada Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Dosen Tamu PascasarjanaMagister Ekonomi Pembangunan Universitas Darul ‘Ulum Jombang, Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Respati Indonesia, Jakarta.

1

melalui pembangunan pertanian, pendidikan, kesehatan dan

berbagai bidang lainnya yang menyangkut manusia dan

lingkungannya. Sebesar 80% penduduk di Indonesia sebagian

besar tinggal di pedesaan dan mereka hidup dari hasil

pertanian (perkebunan, peternakan, perikanan). Sedang

pekerjaan yang mereka miliki rata-rata sebagai tukang,

kerajinan, pedagang, usaha kecil, sektor informal,

buruh/karyawan pabrik1. Memperhatikan hal ini, maka sejak

Pelita I diadakan program bantuan pembangunan desa sebagai

pendorong kepada masyarakat pedesaan untuk bangkit membangun

daerah sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing

daerah sehingga akan tercapai adanya suatu peningkatakn

kesejahteraan masyarakat setempat.

Berbicara mengenai pembangunan ekonomi yang berwawasan

lingkungan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam

membangun sistem sosial ekonomi mempunyai posisi yang

strategis dan mendasar dalam upayan tercapainya suatu

masyarakat semakin maju dan mandiri tanpa mengorbankan pada

kemampuan kebutuhan generasi yang akan datang. Tentunya

1 Sirna, I. Nyoman. 1994. Pembangunan Masyarakat Pedesaan yang Terpadu dan Berkesinambungan, Prosiding Semiloka Nasional Pembangunan Masyarakat Pedesaan yang Terpadu dan Berkesimbanungan, Project 2-SIRD, ILP kerjasama ASEAN-New Zeland. Jakarta: Balitbangsos RI.

2

keterlibatan yang dimaksud adalah keterlibatan masyarakat

lokal dalam pertimbangan menjaga keseimbangan lingkungan.

Dalam hal ini kendala yang mungkin dihadapi untuk memecahkan

atau menjawab ketiga persoalan dalam ekonomi yaitu:

(1) Visi atau pandangan dan sikap mental dalam perencanaan

pembangunan ekonomi

(2) Kualitas pelaksanaan pembangunan

(3) Pengaruh lingkungan yang bersifat internal dan

eksternal

Kerusakan terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia

seperti pembangunan, industri, perumahan, jalan, pelabuhan

dan berbagai pembangunan fisik lainnya. Dapat dikatakan

bahwa pembangunan itu pada satu sisi menguntungkan tetapi

pada sisi yang lainnya merugikan banyak orang terutama yang

terkena dampak.2 Bertitik tolak dari adanya pertambahan

penduduk dan kemajuan teknologi akan membawa konsekuensi

masalah yang ditimbulkan yaitu persediaan pangan, persediaan

air, persediaan bahan bakar/energi, pencemaran udara,

masalah kesehatan dan sebagainya. Dalam kapasitas tertentu

hal ini dapat menimbulkan apa yang dikawatirkan oleh Herdin2 Hadi, PS, Manusia dan Lingkungan, , Cetakan Pertama, Badan Penerbit Universitas iponegoro, Semarang, 2000, hal.1.

3

(1978) sebagai Tragedy of the Common. Dengan demikian, maka

perlu dicarikan jalan keluarnya dengan cara yang lebih

efektif dan efisien melalui konsep pembangunan yang

berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan

tadak semata-mata mengarah kepada lingkungan hidup, tetapi

mampu untuk dikelola secara berkesinambungan. Sumber-sumber

daya ekonomi (sumberdaya alam dan sumberdaya manusia) tanpa

dikuras habis tetapi harus mempertimbangkan pada ekosistem

lingkungannya. Pembangunan pedesaan yang berwawasan

lingkungan merupakan pembangunan untuk semua lapisan

kehidupan di bumi ini bukan hanya untuk kepentingan gerasi

sekarang tetapi juga untuk kepentingan pada generasi yang

akan datang.

II. PERMASALAHAN

Pembangunan yang berwawasan lingkungan atau sustainable

development kini makin santer diucapkan dan telah dipandang

sebagai permasalahan global. Skala permasalahan berbeda-

beda, mulai dari planet bumi yang semakin panas akibat

lapisan ozon yang semakin menipis sehingga manusia

penghuninya kawatir bahwa planet ini akan mengalami dampak

4

yang serius akibat terjadinya kerusakan hutan tropis terus

menerus, sehingga perlu diadakannya KTT bumi baru

Negara-negara industri maju menghadapi polusi udara

sebagai akibat adanya emisi dari mobil-mobil, pabrik-pabrik,

sedang di negara berkembang seperti Indonesia menghadapi

permasalahan polusi air, erosi, pengikisan pantai laut

(abrasi), menipisnya persediaan bahan tambang dan sumberaya

alam lainnya (minyak dan gas bumi)) sebagai bahan energi tak

terbarukan. Permasalahan tersebut di atas akan terjadi baik

di kota maupun di daerah pedesaan Indonesia sehingga membawa

dampak terhadap sosial, ekonomi, budaya. Demikian pula makin

menipisnya persediaan sumberdaya alam yang dapat

diperbaharui seperti hutan yang menjadi sumber persediaan

air karena dikonsumsi oleh penduduk baik sebagai bahan bakar

atau keperluan ekonomi untuk menambah pendapatan negara dan

penduduk.

Strategi pembangunan yang dilaksanakan sejak Pelita I

hingga kini lebih terfokuskan pada tingkat pertumbuhan

ekonomi yang didukung oleh industrialisasi skala besar dan

teknologi modern sehingga menghasilkan suatu pengusaha

“konglomerat karbitan”. Sebaliknya ekonomi rakyat atau ekonomi

5

pedesaan skala kecil dan sektor informal yang didukung oleh

teknologi tepat guna serta berakar pada nilai-nilai tradisi

tidak diberi kesempatan dan tempat untuk mengembangkan

potensinya di tengah arus globalisasi. Strategi pembangunan

saat ini tidak menghargai sistem pengetahuan dan teknologi

lokal yang terkandung dalam nilai budaya masyarakat. Padahal

kelompok masyarakat pedesaan telah menunjukkan keberhasilan

yang sangat besar dalam mempertahankan proses adapatasi yang

terus menerus dengan lingkungan alam dimana meraka bertempat

tinggal, .para elite politik menganggap bahwa nilai tradisi

telah menghambat adanya suatu kemajuan sehingga kebijakan

pembangunan pedesaan dipaksa untuk mengadopsi teknologi yang

tidak sesuai dengan daerahnya.

Pembangunan dan keberlanjutan mempunyai dimensi yang

saling kompromi (trade-off) yaitu disatu sisi pembangunan

menghendaki adanya suatu pengurasan atau eksploitasi

sumberdaya alam sebesar-besarnya, sedang di sisi lain

keberlanjutan (sustainable) menghendaki adanya suatu

kelestarian atau sifat alami dari sumberdaya alam.

Konsekuensinya, apabila masyarakat pedesaan ingin maju dan

berkembang, maka kerusakan lingkungan akan terjadi sehingga

6

pada akhirnya akan menimbulkan suatu degradasi lingkungan

hidup. Apabila tetap menjaga lingkungan dengan alami, maka

pembangunan ekonomi pedesaan akan stagnan sehingga masyakat

pedesaan tidak mengalami adanya suatu kemajuan baik dalam

bidang ekonomi maupun bidang-bidang lainnya.

Pada masyarakat pedesaan banyak permasalahan yang perlu

mendapat perhatian, karena dalam pembangunan pedesaan selalu

dihadapkan pada dilema, terpaksa, atau karena tiadanya

sanksi untuk mencegah atau mengambil tindakan penyelamatan

atau tidak diindahkannya ketentuan-ketentuan yang ada oleh

pihak lain. Konsep yang perlu dipertimbangkan dalam konsep

pembangunan pedesaan berwawasn lingkungan adalah bagaimana

cara pengelolaan sumberdaya ekonomi mempunyai arti dan

bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi yang akan

datang?

III. KONSEP DAN TEORETIS

Pembangunan pedesan yang berwawasan lingkungan

mengandung pengertian yang sangat umum dan luas. Dengan

demikian maka perlu ditinjau beberapa bagian atau unsur-

unsurnya yaitu pembangunan, pedesaan, pengelolaan sumberdaya

7

alam, manusia dan lingkungan. Keterpaduan dari unsur-unsur

tersebut akan menghasilkan suatu konsep pembangunan yang

berwawasna lingkungan. Unsur-unsur itu akan berperan dan

berfungsi dalam suatu proses yang saling interaksi untuk

melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan.

3.1. Pendekatan Ekonomi dalam Pembangunan Berwawasan

Lingkungan

Secara tradisional ilmu ekonomi memandang sumberdaya

alam mula-mula hanya sebagai barang mentah atau input dasar

yang bermanfaat kepada sistem produksi di dalam ekonomi

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Pentinganya

sumberdaya dasar tersebut (tanah, lahan) akan menghasilkan

komoditas pertanian. Masalah ekonomi akan semakin

diperhatikan mulai dari Mazhab ekonomi klasik seperti Adam

Smith (1723-1790) dengan ekonomi pasar sampai pakar ekonomi

masa kini (contemporer economist) telah mempersoalkan

terjadinya kelangkaan sumberdaya alam yang akan mempengaruhi

karakteristik ekonomi dalam jangka panjang. Demikian juga

kelangkaan sumberdaya lahan telah dibahas oleh Thomas

Malthus (1766-1834) dan David Ricardo (1772-1823). Para

pakar tersebut sangat kawatir yang menyangkut nasib manusia

8

dalam jangka panjang sebagai akibat adanya pertumbuhan

penduduk yang lebih cepat (deret ukur) dibanding dengan

pertumbuhan pangan (deret hitung). Tetapi kekawatiran ini

oleh John Stuart Mill (1806-1873) dapat diatasi dengan

pengenalan teknologi. Teknologi dapat mengatasi untuk

mengatasi kekurangan pangan seperti yang dikawatirkan oleh

Malthus.

Diawali oleh revolusi industri di Inggris telah

mendorong adanya eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan

sehingga terjadi adanya kerusakan lingkungan hidup yang pada

akhirnya akan menyusahkan manusia itu sendiri. Perubahan

yang dialami secara global telah memperburuk keadaan dalam

biosfer, hidrosfer, dan atmosfer yang sekarang terjadi

berkaitan dengan ledakan penduduk, penggunaaan sumberdaya

ekonomi dan kemajuan teknologi yang menjurus kepada

degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Dalam hubungannya

dengan hal tersebut, Kenneth Boulding3 (1966) telah

memperingatkan kepada negara maju maupun degara miskin agar

mempunyai pemikiran dalam menyelamatkan bumi ini ibarat

3 Kennet Boulding. 1966. The Economic of the Coming Spaceship Earth, dalam H. Jarrett (ed): Environmental Quality in a Growing Economy. Baltimore: John Hopkins University Press.

9

menumpang kendaraan di ruang angkasa untuk bertindak

seefisien mungkin dan diantara sesama manusia tidak boleh

ada yang serakah. Karena dengan keserakahan satu orang bukan

akan menghancukan orang lain, tetapi orang tersebut akan

ikut menanggung akibatnya. Pembangunan berwawasan lingkungan

juga dibahas oleh kelompok Roma (Club of Rome)4 dan Yayasan

Volk Wagon5 yang memberikan peringatan kepada manusia untuk

merubah perilakunya.

3.2. Hakekat Pembangunan

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi merupakan suatu

upaya yang terkoordinasi untuk dapat menciptakan keadaan

dimana tersedia lebih banyak alternatif yang syah bagi

setiap warga negara untuk mencapai aspirasinya yang paling

humanistik yaitu tingkat kesejahteraan yang selalu lebih bai

dari waktu ke waktu (Nasoetion, 1992)6. Dalam konsep ini

mengandung pengertian bahwa pembangunan sebagai upaya untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia yang selalu lebih baik.

4 Donella H. Meadow et.al. 1972. The Limit to Growth. New York: UniverseBooks.5 M. Mesarovic, E. Pestel. 1975. Mankind at The Turning Point. Hutchinson.6 Nasoetion, Luthfi, I. 1992. Kumpulan Bahan Kuliah Ekonomi Perencanaan

Regional. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

10

Pemikiran ini mempunyai implikasi bahwa pada dasarnya

manusia ini bersifat mental frontier. Artinya manusia akan

selalu berusaha dengan keterbatasan-keterbatasan yang

dimiki. Pada akhirnya manusia akan bersifat serakah tanpa

memperhatikan etika untuk melakukan pembangunan yang

berwawasan lingkungan. Menurut Todaro (1994)7 dijelaskan,

bahwa pembangunan merupakan suatu proses multidimensial yang

mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial,

sikap rakyat dan lembaga nasional, dan juga akselerasi

pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan

pemberantasan kemiskinan absolut. Sasaran pembangunan

pedesaan meliputi tiga hal yang penting yaitu:

(1) Meningkatkan persediaan dan memperluas distribusi

bahan-bahan pokok seperti: sandang, pangan, perumahan,

kesehatan dan perlindungan.

(2) Meningkatkan taraf hidup (menambah penghasilan),

penyediaan lapangan kerja, pendidikan yang lebih baik,

dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai

sosial dan budaya.

7 Todaro, Michael P. 1994. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terjemahan: Burhanuddin Abdullah dan Harris Munandar, ed. Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

11

(3) Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi

setiap individu dengan cara membebaskan masyarakat dari

sikap perbudakan dan ketergantungan.

3.3. Metodologi Pendidikan

Secara umum jenis pengetahuan yang diperlukan untuk

membangun masyarakat pedesaan adalah suatu pengetahuan

preskriptif yaitu pengetahuan tentang apa yang seharusnya

dilakukan. Jenis pengetahuan yang akan dihasilkan sebenarnya

ditentukan oleh

Orientasi yang dianut oleh masyarakat pedesaan tersebut.

Menurut Johnson (1986)8 ada tiga jenis orientasi metodologi

yang umum dijumpai dalam penelitian sosial ekonomi yaitu:

positivisme, normativisme dan pragmatisme.

Positivisme pengatahuan adalah deskripsi dari real world yang

didasarkan atas kelima pancaindera (five senses). Observasi atau

pengalaman yang diinterpretasikan melalui panca indera

adalah sumber pengetahuan dalam positivisme. Kalangan ini

hanya menerima bahwa baik/buruk adalah semata-mata

karakteristik daripada pandangan orang terhadap sesuatu,8 Johnson, Glenn L. 1986. Research Methodology for Economist. Philosophyand Practice. Macmillan Publishing Company. New York.

12

situasi atau kondisi, bukan karakteristik dari realita.

Dengan demikian, maka pengalaman baik/buruk dikeluarkan dari

realita.

Normativisme merupakan metodologi dengan orientasi untuk

menjawab pertanyaan tentang nilai dalam baik/buruk atau

benar/salah. Normativisme menerima bahwa sesuatu kondisi atau

situasi memiliki nilai intrinksik yang bebas dari apakah

seseorang atau sekelompok orang memberikan nilai kepadanya.

Dalam konsep metodologi pragmatisme mengandung dua

pemikiran yang mempunyai karakteristik tertentu. Pertama,

bahwa pengetahuan tantang nilai dan pengetahuan positif

tidaklah terpisah, melainkan terdapat interdependensi antara

keduanya sebagai akibat berlakunya pandangan bahwa kebenaran

suatu proposisi tergantung pada kapasitasnya memecahkan

masalah nyata. Kedua, bahwa pengujian kebenaran (work ability)

penting sekali, karena proposisi itu yang dihasilkan oleh

seorang pragmatik adalah preskripsi. Bagi seorang pragmatik

hipotesis yang diterima adalah hipotesis yang terbukti mampu

memecahkan masalah nyata.

13

Dalam konsep pembangunan pedesaan yang berwawasan

lingkungan metodologi ini harus digunakan secara terpadu

dan tidak boleh terpisah-pisah atau bersifat parsial.

3.4. Hakikat Pembangunan Berwawasan lingkungan

Para pendukung visi pembangunan berwawasan lingkungan

mengajukan argumentasi bahwa pertumbuhan yang berwawasan

lingkungan merupakan satu-satunya harapan bagi kaum miskin.

World Commition on Environment and Development (1987) dalam

Chiras mendefinisikan sustainable development as that which meets

the needs and aspiration of the present without compromising the ability of the

future generation to meets their own needs.9 Pada konsep tersebut

mengandung arti bahwa pembangunan berwawasan lingkungan

adalah pembangunan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang

akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Dalam perspektif kajiannya ada dua hal yang esensial

dalam pembangunan berkelanjutan seperti apa yang

didefinisikan oleh WCED yaitu:

9 Chiras, DD, Environmental Science, Third Edition, The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc., 1990, p. 486.

14

(1) adanya konsep tentang kebutuhan yang sangat esensial

untuk penduduk miskin (poverty) yang perlu diprioritaskan.

(2) Adanya konsep keterbatasan (limitation) dari kemampuan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan

yang akan datang.

Sedang konsep yang ditawarkan oleh Emil Salim (1990)

dijelaskan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan ditujukan

untuk mengurangi kemiskinan (memnuhi kebutuhan dasar) dan

meminimumkan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Hal

ini secara implisit bahwa dalam pembangunan itu dapat

memaksimalkan keuntungan pembangunan dengan tetap menjaga

kualitas sumberdaya dan lingkungan.

Dalam konsep dasar pembangunan yang berwawasan

lingkungan ada dua aspek yang menjadi perhatian utama yaitu

lingkungan (ecology, environment) dan pembangunan (development).

Dengan demikian, maka pembangunan berwawasan lingkungan

adalah pembangunan yang menekankan pada keharmonisan dalam

hubungan manusia dengan alam. Konsep dasar yang melandasi

dalam melakukan pembangunan berwawasan didasari adanya

prinsip sumberdaya ekonomi terbatas (scarcity) dan kebutuhan

manusia sifatnya tidak terbatas. Adanya suatu sifat yang

15

saling trade off- tersebut menimbulkan adanya suatu kesadaran

bahwa sumberaya ekonomi harus dimanfaatkan secara efisien

dan efektif dan perlunya pemikiran dalam melestarikan

lingkungan bukan untuk kepentingan masyarakat sekarang saja

tertapi untuk kebutuhan masyarakat/generasi yang akan

datang. Pembagunan berwawasan lingkungan10 adalah suatu

konsep pembangunan yang menyelaraskan antara aktivitas

ekonomi dan ketersediaan sumberdaya alam (natural resources).

Definisi yang populer dikemukan pada brundtland report “our

common Future (WCED, 1997) yang mendefiniskan pembangunan

berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang dapat memenuhi

kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan untuk

generasi yang akan datang. Lebih lanjut dikemukakan bahwa

pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu proses

perubahan dimana eksploitasi sumberdaya alam, arah

investasi, orientasi pengembangan teknologi dan perubahan

institusi berada dalam keselarasan dan meningkatkan potensi

10 Dalam literatur-literatur banyak disinggung istilah yang diberikan dalam pengertian yang sama misalnya sustainable development, ecological sustainable development, ecodevelopment, sustainable economic development dan lain-lain yang semuanya itu mengandung pengertia yang sama yaitu adanya suatu keselarasan antara pembangunan ekonomi dan kelstarian lingkungan.

16

masa kini dan masa yang akan datang untuk memenuhi keinginan

dan kebutuhan manusia.

Menurut Barbier (1989)11 pembangunan berwawasan

lingkungan menekankan pada tingkat interaksi yang optimal

antara tiga sistem yaitu ekonomi, ekologi dan sosial. Sedang

Pearce (1986)12 menekankan adanya suatu kompromi antara

sistem-sistem (kebutuhan generasi sekarang dengan kebutuhan

generasi yang akan datang). Secara implisit konsep ini

mengandung makna, bahwa adanya suatu pembangunan untuk

mendapatkan keuntungan yang maksimum dengan mempertimbangkan

kelestarian sumberdaya alam untuk generasi yang akan datang.

Kemudian oleh Mannion (1992)13 bahwa pembangunan berwawasan

lingkungan merupakan suatu pembangunan untuk memenuhi

kebutuhan manusia dengan merekonsiliasi pembangunan

ekonomi, kualitas kehidupan dan lingkungan dan dalam

kerangka politik yang beragam yang saling berkaitan pada

tingkat global. lebih lanjut konsep ini dalam The Global

11 Barbier, E. 1989. Economic Natural Resource Scarcity and Development. London: Eaqrtscan Publications.

12 Pearce, D. 1986. The Sustainable Use of natural Resources in Developing Countries. Paper to the Economics and Social Research Council, University of East Anglia.

13 Manion, Antoinette M. 1992. Sustainable Development and Biotechnology,Environmental Conservation. 19(4): Winter 1992.

17

Tommorow Coalition (1990)14 dikemukakan bahwa pembangunan

berwawasan lingkungan didasarkan pada:

(1) pembangunan ekonomi dan kesehatan lingkungan adalah

saling berkaitan satu sama lain antara lingkungan dan

ekonomi harus diintegrasikan dari permulaan proses

pengambilan keputusan/perumusan kebijakan.

(2) Problema ekonomi dan lingkungan berkaitan dengan banyak

faktor sosial dan politik. Contoh: pertumbuhan penduduk

yang cepat akan mempunyai dampak yang besar terhadap

ekspoitasi sumberdaya alam.

(3) Masalah lingkungan adalah saling terkait satu sama

lain. Misalnya dengan adanya pengundulan hutan, maka akan

berdampak pada bahaya banjir, terjadi erosi, pengendapan

danau dan sungai.

(4) Faktor ekonomi, polusi, ekosistem tidak memandang

batas-batas negara yang mengakibatkan pentingnya

kerjasama dan komunikasi intenasional.

14 The Global Tommorow Coalition. 1990. The Global Ecology Handbook, edited byWalter H. Corson. USA: Bacon Press, Boston.

18

IV. ANALISIS

4.1. Peranan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu kunci menuju

pembangunan berwawasan lingkungan. Peranan yang terpenting

adalah bahwa pendidikan dapat mengembangkan dan menjawab

rasa ingin tahu intelektual dari manusia. Pendidikan juga

dapat meningkatkan kualitas hidup dan memberdayakan manusia

dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungan hidup.

Kegagalan dalam revolusi hijau telah menimbulkan dampak

krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia yang

bersumber dari kelemahan dalam pengetahuan masyarakat

pedesaan yang hanya menginginkan keuntungan dalam jangka

pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.

Pengetahuan lokal (local knowledge) yang dimiliki oleh

masyarakat pedesaan telah menjadi pedoman bagi mereka dalam

aktivitas perladangan dan kehidupan lainnya. Sistem

pengetahuan dan teknologi yang dimaksud disini adalah

pengetahuan tentang alam sekitar, flora dan fauna, serta

tata ruang.

Pendidikan yang rendah sering menjadi faktor kendala

dalam kemajuan masyarakat di pedesaan. Potensi pendidikan

19

yang optimal masih belum disadari di hampir semua negara. Di

negara berkembang, hak untuk memperoleh pendidikan masih

belum dapat dinikmati oleh 1,3 milliar orang dewasa dan

anak-anak15. Dengan adanya peningkatan pendidikan masyarakat

pedesan akan lebih arif dan bisa memahami ekosisitem yang

ada disekitar lingkungannya. Manusia akan selalu

berinterkasi menjaga keseimbangan dalam eksploitasi

sumberdaya alam.

4.2. Kearifan

Kearifan tradisi yang tercermin dalam sistem

pengetahuan dan teknolgi lokal di masyarakat pedesaan dari

berbagai daerah masih mempertimbangkan nilai-nilai adat,

seperti bagaimana masyarakat melakukan prinsip-prinsip

konservasi, manajemen, dan eksploitasi sumberdaya alam,

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupannya.

Dalam melakukan eksploitasi sumberdaya alam, sistem

pengetahuan dan daya adaptasi penggunaan teknologi selalu

disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam serta nilai

distribusi dan pengalokasian hasil eksploitasi tersebut.15 UNESCO, World Education Repart 1993 (paris, 1993).

20

Pendekatan ini jelas akan mengoptimalkan jalinan kepuasan

semua pihak baik alam maupun manusia tanpa mengganggu

keseimbangan.

Perwujudan bentuk kearifan tradisi merupakan

pencerminan dari sisi pengetahuan dan teknologi lokal di

berbagai daerah pedesaan di Indoensia. Sistem pertanian di

Bali dengan “Subak”, sistem pertanian yang dilakukan

dipedesaan dengan pupuk hijau, pupuk kandang semuanya itu

merupakan nilai-nilai pengetahuan yang menjunjung tinggi

nilai kearifan lingkungan. Adanya kalender pertanian yang

menyangkut pedoman kebiasaan pertanian di kalangan

masyarakat pedesaan di Jawa secara implisit mempunyai arti

dalam melestarikan lingkungan tanah dan air.

The International Convenant of Economic, Social, and Cultural Rights

menyebutkan beberapa nilai-nilai pendidikan. Pendidikan

harus menanamkan penghormatan bagi hak azasi manusia, untuk

perdamaian, dan toleransi antara negara dan kelompok etnik

atau antar agama serta harus dapat mempersiapkan masyarakat

agar dapat berpartisipasi secara efektif dengan kesadaran

akan hak dan kewajiban dalam menjaga kelestarian ligkungan

alam. Sosialisasi kesadaran dalam pembangunan berwawasan

21

laingkungan menjadi tanggung jawab bersama antara

pemerintah, LSM, masyarakat dan pusat pendidikan. Pelaku

pembangunan di pedesaan harus mempunyai perhatian dengan

menggunakan kemampuan kelembagaan dan sumberdaya manusia

untuk meningkatkan kualitas hidup setiap orang secara

berkelanjutan.

4.3. Pembangunan Pedesaan Secara Terpadu

Pertumbuhan yang ditunjang oleh kenaikan pendapatan

pada sektor pertanian yang doniman perlu diajukan suatu

pendekatan yang terpadu dalam pembangunan pedesaan. Pertama,

kenaikan pendapatan dari adopsi varitas unggul telah

menyebar luas ke seluruh pedesaan di seluruh Indoensia.

Kedua, pertumbuhan pertanian akan menaikkan permintaan

efektif akan prasarana jalan, listrik komunikasi yang

digabung dengan sumber-sumber lain dari pembangunan

pedesaan. Ketiga, terdapat arah yang saling menunjang antara

prasarana jalan, listrik dan komunikasi dengan daya tarik

daerah pedesaan sehingga investor akan membangun lembaga-

lembaga ekonomi. Keempat, perbaikan prasarana jalan akan

menghubungkan antara desa atau antar kota sehingga

22

keterasingan dapat ditiadakan dan memperlancar arus

transportasi barang-barang hasil pertanian. Kelima, kenaikan

pendapatan di pedesaan menawarkan sumber tabungan yang dapat

siap disalurkan melalui pajak untuk prasarana lokal dan

untuk investasi industri dalam perusahan-perusahan kecil.

Rencana yang terpadu dalam pemabangunan pedesaan

membutuhkan mekanisme yang mampu menaikkan sumber-sumber

lokal untuk kebutuhan tertentu guna menyusun daftar

prioritas. Rencana tersebut menyangkut jenis dan waktu

prasarana fisik, lembaga-lembaga dan jasa sosial serta mampu

mengarahkan kesanggupan-kesanggupan administrasi lokal. Pada

tingkat permulaan mungkin pembangunan pedesaan perlu

membatasi prioritas pada pemenuhan kebutuhan dasar. Otonomi

daerah sebagai langkah awal bagi pemerintah daerah

khususnya pedesaan untuk dapat membangun daerahnya sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki (potensi sumberdaya alam

maupun potensi sumberdaya manusia). Otonomi daerah akan

mendorong tanggapan yang lebih pragmatis atas peristiwa-

peristiwa pada saat terjadinya.

Untuk dapat melaksanakan pembangunan pedesaan yang

terpadu, pasar lokal dapat menjadi titik pusat

23

pengorganisasian dan pembuatan keputusan. Pasar merupakan

pusat yang logis guna menganalisis kebutuhan prasarana dan

sarana komunikasi.

4.4. Partisipasi Masyarakat

Pembangunan pedesaan sebagai suatu kegiatan yang terus

menerus memerlukan adanya penggerak dari masyarakat itu

sendiri (inner will). Pemerintah tidak dapat melaksanakan

pembangunan tanpa dukungan partispiasi masyarkat, bukan

karena keterbatasan dana dan tenaga tetapi juga karena sifat

pembanguna itu sendiri. Dalam pembangunan yang partisipatif

mengandung tiga unsur penting yaitu:

(1) mengutamakan inisiatif masyarkat;

(2) mengutamamakan swadaya masyarakat dan;

(3) memanfaatkan sumber-sumber daya lingkungan setempat.

Selama ini ada kesan bahwa pembangunan harus

dilaksanakan dengan cepat, maka pemerintah tidak lagi bisa

menunggu tumbuhnya partisipasi masyarakat. Oleh karena itu

partisipasi diganti dengan mobilisasi sehingga kebanyakan

masyarakat tidak dilibatkan dalam tahap perencanaan, tetapi

hanya dalam pelaksanaan saja. Menyadari hal ini maka

24

pembangunan pedesaan adalah suatu pilihan yang memang

merupakan wewenang pemerintah, tetapi dilihat dari

kepentingan berkelanjutan pembangunan pedesaan yang

partisipatif menghendaki adanya partispasi masyarakat pada

seluruh kegiatan pembangunan maupun menikmati hasil-

hasilnya.

V. KESIMPULAN

Pembangunan masyarakat perdesaan yang berwawasan

lingkungan menekankan pada konsep pengelolaan sumberdaya

alam dan masyarakat lokal secara seimbang. Pembangunan

berwawasan lingkungan meliputi semua aspek dan sektor

pembangunan sesuai dengan kondisi masyarakat masing-masing

untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan tanpa

mengganggu keseimbangan ekonsistem. Konsep pembangunan yang

dilakukan merupakan suatu paket yang terpadu dan

berkesinambungan.

Tantangan pendidikan dalam dua dasawarsa mendatang

adalah untuk memenuhi hak atas pendidikan bagi semua

masyarakat yang belum bisa menikmati pendidikan. Seiring

dengan kemajuan teknologi, maka dibutuhkan adanya suatu

25

transformasi sistem pendidikan dan pendekatan sistem

pendidikan yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat

pedesaan sesuai dengan kultur daerah masing-masing.

Partisipasi masyarakat pedesaan dalam keseluruhan

proses pembangunan hendaknya perlu dihargai, tidak hanya

pada pelaksanaan pembangunan saja tetapi dalam semua aspek

manajemen mulai dari perencanaan, organisiasi, pelaksanaan

dan pengawasan. Dengan demikian, maka dalam pembangunan itu

masyarakat pedesan tidak menjadi korban sebagai obyek dalam

pembangunan tetapi sebagai subyek dalam pembangunan dalam

rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup. Partisipasi

masyarakat akan mendidik penduduk untuk merasa memiliki

sumberdaya alam yang berada di sekitar lingkungannya.

26

DAFTAR PUSTAKA

---------. 2000. Pengembangan Wilayah Perdesaan dan KawasanTerentu: Sebuah Kajian Eksploratif. Penyunting:Suhandojo, Sri handojo Mukti, Tukiyat. Jakarta:Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk PengembanganWilayah – BPPT.

Adimihardja, Kusnaka…(et.al). 1999. PETANI: Merajut TradisiEra Globalisasi, Pendayagunaan Sistem Pengetahuan Lokaldalam Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Berwawasanlingkungan. Cet. 1. Bandung: Humaniora Utama Press.

Chamber, Robert. 1987. Pembangunan Desa: Mulai dariBelakang. Penerjemah, Pepep Sudradjat; Pengantar, M.Dawam Rahardjo.-Jakarta: LP3ES.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perekmbangan PemikiranEkonomi. Ed.1. cet. 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perekmabngan PemikiranEkonomi, Dasar Teori Eknomi Pertumbuhan dan EkonomiPembangunan. cet. 1. Jakarta: LP3ES.

Kasryno, Faisal. Joseph F. Stepanek. 1985. DinamikaPembangunan Pedesaan. Jakarta: PT Gramedia.

Kozlowski, Jerzy. 1997. Pendekatan Ambang Batas dalamPerencanaan Kota, Wilayah, dan Lingkungan: Teori danPraktek. Jakarta: Penerbit Universitas Indoensia.

Lester R. Brown (ed). 1992. Tantangan Maslah LingkunnagnHidup: bagaiman membangun masyarakat manusiaberdasakran kesimabungan Lingkungan Hidup yang Sehat.Penerjemah: S. Maimoen. Jakarta: Yayasan OborIndonesia.

Nasoetion, Luthfi, I. 1992. Kumpulan Bahan Kuliah EkonomiPerencanaan Regional. Program Pascasarjana InstitutPertanian Bogor.

27

Soerjani, Mohamad….(et.al). Lingkungan: Sumberdaya Alam danKepnedukakn dalam Pembangunan. cet. 1. Jakarta:Penerbit Universitas Indoensia.

Soerjani, Muhamad. 2000. Kepedulian Masa Depan (terjemahan).Jakarta: Institut Pendidikan dan pengembanganLingkungan.

Yakin, Addinul. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan:Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berwawasanlingkungan. Cet. 1. Jakarta: Akademika Pressindo.

28