9
PROSES PEMBUATAN ASPAL JALAN ( ASPHALT MIXING PLANT) URAIAN PROSES PRODUKSI AMP (ASPHALT MIXING PLANT) Pada kali ini penulis akan membahas uraian proses produksi aspal sebagai bahan perkerasan konstruksi pada unit asphatl mixing plantsecara ringkas dan keseluruhan dari mulai kelengkapan bahan baku, proses produksi sampai bahan jadi selama melakukan kerja praktek di PT. Xxx. Bagan alur proses produksi aspal beton dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar  Bagan Alur Proses Produksi Aspal Beton. 1. Persiapan Bahan Baku Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya, kemudian batu–batuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan. dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2, ¾  inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada unit AMP (Aspal Mixing Plant). Bahan baku batu pecah/agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.

pembuatan aspal jalan

Embed Size (px)

Citation preview

PROSES PEMBUATAN ASPAL JALAN ( ASPHALT MIXING PLANT)URAIAN PROSES PRODUKSI AMP (ASPHALT MIXING PLANT)Pada kali ini penulis akan membahas uraian proses produksi aspal sebagai bahan

perkerasan konstruksi pada unit asphatl mixing plantsecara ringkas dan keseluruhan

dari mulai kelengkapan bahan baku, proses produksi sampai bahan jadi selama

melakukan kerja praktek di PT. Xxx. Bagan alur proses produksi aspal beton dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar  Bagan Alur Proses Produksi Aspal Beton.

1. Persiapan Bahan Baku 

Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan

permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan

pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya, kemudian batu–batuan tersebut

diproses melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai

dengan yang di inginkan. dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional

Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2,

¾  inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan

sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada unit

AMP (Aspal Mixing Plant). Bahan baku batu pecah/agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.

2. Bahan Baku Aspal 

Aspal ialah bahan baku  yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu dengan yang

lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat, keras dan tahan

terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil

penyulingan minyak bumi. diimpor dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri.

Aspal emulsi dapat dilihat pada Gambar dibawah.

Gambar  Aspal Emulsi

3. Filler. 

Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan aspal yang berfungsi

untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton yang disebabkan karena kurangnya

campuran dari gradasi agregat pada unit timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas

debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang

sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan.  Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan

bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional

Indonesia) 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak

kurang dari 75 % terhadap beratnya. Batu kapur (limestone dust) sebagai filler bahan pengisi pori-pori

pada aspal dapat dilihat pada Gambar berikut: 

Gambar  Filler

4. Bin dingin 

Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap fraksi mulai dari

agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi campuran aspal panas (hot

mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan

fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3

sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-

agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing

bin sesuai dengan rencana campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja

pemisah antara bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi

masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-

masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak boleh berlebih yang

dapat berakibat tercampurnya agregat. Bin dingin (cool bin) yang digunakan  dapat dilihat pada

Gambar berikut 

Gambar  Bin Dingin (cool bin)

5. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer

Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unitstone crusher yang

kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai dengan ukuran masing-masing

selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryer dengan menggunakan belkonveyor untuk

dikeringkan dengan unit dryer tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air  harus seminim

mungkin karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses

pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di dalam kilen yang berputar dengan

suhu ±1500 C proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar solar lama pembakaran ini

belangsung selama ± 45 detik dengan kapasitas ± 80 ton/jam.

Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar diperoleh campuran

beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:

1. Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan. Perubahan

kuantitas agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari pengaturan bukaan bin dingin dapat

menyebabkan pemanasan berlebih (jumlah agregat yang masuk berkurang sementara panas

pembakar tetap).

2. Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap yang keluar dari

cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru. Warna asap yang hitam

menandakan pembakaran tidak sempurna. Contoh dari akibat pembakaran yang tidak sempurna

adalah, pada saat pengambilan agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti

jelaga. Akibat dari hal tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak dapat

melekat dengan baik ke agregat.

3. Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu dilakukan pemeriksaan

kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya, kemudian dilewatkan pada cermin yang kering,

atau spatula diatas agregat tersebut. Diamati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan

cermin atau spatula. Agregat yang masih mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal

ke agregat, sehingga campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan aspal. Unit dryer yang ada

pada PT. Xxxx dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar  Unit Dryer

6. Pengumpul Debu (dust collector).

Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara di

lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang keluar dari sistem pengering ditambah

dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul

debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat

jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi AMP (Aspal

Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang digunakan adalah sistem pengumpul debu jenis

basah (wet scrubber dust collector), debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga

partikel berat akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel

berat tersebut kemudian dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung terlihat

jelaga yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi

pembakaran yang tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan

maka dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer). Gamabr Pengumpul debu (dust

collector) dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar Pengumpul Debu (dust collector)

             

7. Proses Pemisahan Agregat Pada  Hot Screen.

Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryerselanjutnnya di bawa oleh hot

elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan pemisahan pada hot screen, peroses  pemisahan

agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang

sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya     masing-

masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk menggetarkan ayakan

agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya

kemudian masuk pada unit hot bin guna untuk menampung sementara agregat yang akan masuk

pada timbangan.

Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang berdekatan.

Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir agregat maksimum 19 mm

adalah :

1. Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih besar

(oversize) dibuang ke saluran pembuangan.

2. Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19 mm sampai

12,5 mm masuk ke bin 1.

3. Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5 sampai dengan

4,75 mm masuk ke bin 2.

4. Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75 sampai

dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin

4. Alat hot screen dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar  Hot Screen

8. Bin panas (hot binn)

Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant)  jenis takaran (batch). Pada AMP (aspal

mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan pembatas yang

rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu

menampung agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit

ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk membuang

agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara manual atau otomatis. Jika

agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka

agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan

akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu

penambahan material yang lolos saringan No. 2000.

9. Timbangan

Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah masing-masing agregat

sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbanga dilakukan dengan sistem

komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar

hasil timbangan dapat akurat biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini

dikarenakan berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/ tidak

dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.

Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat perhatian antara lain

sebagai berikut :

1.      Kalibrasi timbangan.

2.      Weigh box tergantung bebas.

3.      Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).

Timbangan agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar  3.9 Timbangan

9. Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.

Dalam proses pencampuran aspal ini penulis menjelaskannya secara terperinci pada BAB 4 sebagai

tugas khusus yang berkaitan dengan proses pemanasan aspal dan pencampurannya pada mixer

10. Proses Akhir Mixer.

Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan dan telah

melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya dituangkan

kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan

secara otomatis/manual.

Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas, aspal,

dan filler  dengan suhu ± 1500C  cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros pengaduk

dengan menggunakan motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan

kapasitas 800 kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka

akan dituang langsung  ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada

bagian bawah mixer dengan control hidrolik. Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini

bersuhu  ± 1500C dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C. Alat mixer dapat dililat

pada Gambar berikut

Gambar  Mixer

11. Tenaga penggerak (genset).

Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP sumber tenaga utamanya

adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau

kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere) cukup untuk melayani kebutuhan

motor-motor listrik yang dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk

penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup untuk mencegah arus

pendek serta untuk keamanan lingkungan. Genset yang dipergunakan pada unitAsphalt Mixing

Plant dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar Genset