22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam percobaan ini akan dilakukan pembuatan larutan dengan menggunakan zat padat dan zat cair. Larutan dapat di definisikan sebagai campuran homogen antara dua zat atau lebih, pada larutan terdapat dua komponen yang membentuk larutan yaitu zat terlarut dan pelarut. Pelarut yang banyak digunakan adalah air. Perbedaan antara zat terlarut dan zat pelarut sebenarnya relatif. Suatu zat pada suatu saat dapat merupakan solute dan pada saat lain dapat merupakan solvent. Biasanya kita mengambil zat yang banyaknya kandungan sebagai pelarut dan zat yang sedikit kandungannya sebagai zat terlarut. Dalam larutan terdapat 3 fasa, yaitu fasa gas, cair, dan padat. Larutan ini terdiri dari 3 jenis larutan yaitu larutan gas, cair, dan padat. Pada praktikum ini, diharapkan agar praktikan dapat mengetahui serta memahami tentang konsentrasi suatu karutan yang ada atau yang akan dibuat. Dalam hal ini akan diketahui apakah larutan tersebut akan terlarut sempurna atau tidak. Dalam percobaan ini pula, kita dapat mengetahui cara-cara ataupun prosedur ketika mencampurkan suatu larutan yang mana ukurannya telah ditentukan terlebih dahulu. Percobaan ini akan membahas mengenai konsentrasi larutan yang dapat dinyatakan dengan beberapa cara, antara lain ; molaritas, molalitas,normalitas, persen berat, dan volum, dan lain sebagainya. Peranan larutan dalam kehidupan sangat menentukan. Zat makanan yang diserap manusia, hewan, maupun tumbuhan harus berbentuk larutan. Hampir semua dilakukan dalam bentuk larutan, agar reaksinya berlangsung cepat. Oleh karena itu pokok pembahasan tentang larutan perlu di bahas dan diketahui lebih banyak lagi. 1.2. Tujuan - Mengetahui dan memahami prinsip dasar pembuatan larutan - Mengetahui macam-macam cara dalam menyatakan konsentrasi larutan

Pembuatan Larutan

  • Upload
    unmul

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam percobaan ini akan dilakukan pembuatan larutan dengan

menggunakan zat padat dan zat cair. Larutan dapat di definisikan sebagai

campuran homogen antara dua zat atau lebih, pada larutan terdapat dua komponen

yang membentuk larutan yaitu zat terlarut dan pelarut. Pelarut yang banyak

digunakan adalah air. Perbedaan antara zat terlarut dan zat pelarut sebenarnya

relatif. Suatu zat pada suatu saat dapat merupakan solute dan pada saat lain dapat

merupakan solvent. Biasanya kita mengambil zat yang banyaknya kandungan

sebagai pelarut dan zat yang sedikit kandungannya sebagai zat terlarut. Dalam

larutan terdapat 3 fasa, yaitu fasa gas, cair, dan padat. Larutan ini terdiri dari 3

jenis larutan yaitu larutan gas, cair, dan padat.

Pada praktikum ini, diharapkan agar praktikan dapat mengetahui serta

memahami tentang konsentrasi suatu karutan yang ada atau yang akan dibuat.

Dalam hal ini akan diketahui apakah larutan tersebut akan terlarut sempurna atau

tidak. Dalam percobaan ini pula, kita dapat mengetahui cara-cara ataupun

prosedur ketika mencampurkan suatu larutan yang mana ukurannya telah

ditentukan terlebih dahulu. Percobaan ini akan membahas mengenai konsentrasi

larutan yang dapat dinyatakan dengan beberapa cara, antara lain ; molaritas,

molalitas,normalitas, persen berat, dan volum, dan lain sebagainya.

Peranan larutan dalam kehidupan sangat menentukan. Zat makanan yang

diserap manusia, hewan, maupun tumbuhan harus berbentuk larutan. Hampir

semua dilakukan dalam bentuk larutan, agar reaksinya berlangsung cepat. Oleh

karena itu pokok pembahasan tentang larutan perlu di bahas dan diketahui lebih

banyak lagi.

1.2. Tujuan

- Mengetahui dan memahami prinsip dasar pembuatan larutan

- Mengetahui macam-macam cara dalam menyatakan konsentrasi larutan

- Mengetahui perbedaan larutan homogen dengan larutan heterogen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Larutan

Larutan adalah campuran homogen. Suatu campuran dikatakn homogen jika

antar komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi

walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu campuran homogen

mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya. Seperti contoh yaitu

larutan gula di dalam air, larutan ini tampak homogen dan mempunyai komposisi

yang sama pada sifat bagiannya. Komponen larutan tidak dapat dipisahkan

melalui penyaringan. (purba, 1994)

Larutan terdiri atas pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Biasanya,

komponen yang jumlahnya terbanyaklah yang di anggap sebagai pelarut. Dalam

larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk partikel – partikel yang sangat kecil

dengan diameter kurang dari 1 nm. Partikel larutan tidak dapat dilihat lagi

meskipun lagi meskipun menggunakan mikroskop ultra. Oleh karena itulah

larutan tampak homogen dan merupakan satu fase. Larutan ada yang berupa

padat, cair, atau gas. Wujud larutan bergantung pada jenis dan perbandingan

komponennya. Tanah tergolong larutan padat, sedangkan udara adalah larutan

gas.

2.2. Kelarutan

Kita sudah tahu bahwa satu sendok gula dapat larut dalam satu gelas air.

Namun, bila gula ditambahkan terus-menerus kedalam larutan tersebut maka

suatu saat gula tidak dapat lagi larut. Butiran – butiran gula akan mengendap di

dasar gelas. Pada kondisi ini dikatakan bahwa larutan telah jenuh. Kelarutan

jumlah maksimal zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu

tertentu. (purba, 2002)

a. Pengaruh Suhu Pada Kelarutan

Larutan jenuh adalah larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut

pada suhu tertentu. Misalkan kita mempunyai satu gelas larutan larutan gula

yang telah jenuh pada suhu 20o c. Bila larutan tersebut dipanaskan sampai 40o

c, sebagian gula yang ada di dasar gelas akan larut dan tersisa sedikit. Jika

suhu dinaikan lagi sampai 80o c, semua gula akan larut. Jadi gula lebih

banyak larut dalam air panasa daripada air dingin. Secara umum kelarutan

suatu zat akan lebih besar bila suhu dinaikan.

Pada percobaan di atas, kita mengubah – ubah variabel suhu dengan tujuan

untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel kelarutan. Dalam hal ini,

suhu disebut variabel manipulasi dan kelarutan sebagai variabel kontrol.

b. Membandingkan Kelarutan Zat Terlarut

Kelarutan suatu zat tergantung pada partikel-partikel penyusunnya dan

bagaimana ikatannya. Jadi kelarutan tiap zat berbeda.

c. Membandingkan Jenis Pelarut

Kelarutan zat terlarut juga tergantung pada jenis pelarut. Pada percobaan

untuk melarutkan iodin yang digunakan dua pembanding yaitu iodin yang

dilarutkan di dalam air, serta iodin yang dilarutkan dalam sikloheksana,

keduanya dilarutkan pada 100 gram air dann 100 gram sikloheksana pada

suhu 20o c. Ternyata iodin yang larut di dalam air hanya 0,3 gram, sedangkan

pada sikloheksana iodin yang larut sebanyak 2,8 gram. Hal tersebut terjadi

karena sikloheksana lebih baik daripada air untuk memisahkan partikel-

partikel iodin satu sama lain karena sikloheksana lebih kuat menarik partikel-

partikel iodin dibandingkan air. (purba, 2002)

2.3. Proses Pelarutan

Kelarutan berbeda dengan proses pelarutan. Kelarutan menyatakan jumlah

maksimal zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu.

Kelarutan suatu zat di pengaruhi oleh suhu. Secara umum, makin tinggi suhu

maka kelarutan suatu zat akan makin besar.

Proses pelarutan mempelajari tentang bagaimana suatu larutan terbentuk.

Kecepatan proses pelarutan dipengaruhi oleh suhu, pengadukan, ukuran partikel

zat terlarut, dan volum pelarut. Berikut penjelasannya :

1. Suhu

Bila suhu dinaikan, partikel pelarut bergerak lebih cepat dan bertabrakan lebih

sering dengan zat terlarut, sehingga proses pelarutan berlangsung lebih cepat.

2. Pengadukan

Pengadukan memindahkan larutan jenuh dari sekitar zat terlarut dan

menggantinya dengan pelarut yang belum jenuh, sehingga proses pelarutan

berlangsung lebih cepat.

3. Memperkecil ukuran zat terlarut

Memperkecil ukuran berarti memperluas permukaan zat terlarut yang dapat

diserang oleh pelarut, sehingga proses pelarutan berlangsung lebih cepat.

4. Memperbesar volum pelarut

Memperbesar volum pelarut berarti memperkecil konsentrasi larutan, sehingga

proses pelarutan berlangsung lebih cepat. (Johnson, 2004)

D. Sifat-sifat koligatif larutan

Hukum raoult merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang disebut

sifat koligatif sebab sifat-sifat itu bergantung pada efek kolektif jumlah partikel

terlarut, bukannya pada sifat partikel yang terlibat. Keempat sifat itu ialah :

1. Penurunan tekanan uap

Perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat

terlarut. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan

diatas pelarut murninya.

2. Peningkatan titik didih

Titik didih normal cairan murni atau larutan ialah suhu pada saat tekanan uap

mencapai 1 atm. Karena zat terlarut menurunkan tekanan uap, maka suhu

larutan harus dinaikan agar ia mendidih. Artinya, titik didih larutan lebih

tinggi daripada titik didih pelarut murni. Gejala ini, yang disebut sebagai

peningkatan titik didih, merupakan metode alternatif untuk menentukan

massa molar.

3. Penurunan titik beku

Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Pelarut

padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap

pelarut, sebagaimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan

demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap

pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama,

mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku

larutan dapat diidentifikasikan sebagai suhu ketika kurva tekanan uap pelarut

padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut

ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu

suhu ketika Kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih ΔTf =

Tf – Tf dengan demikian bertanda negatif. Pengukuran penurunan titik beku,

seperti halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan

massa molar zat yang tidak diketahui. Jika suatu zat berdisosiasi dalam

larutan, maka molalitas total semua spesies yang ada (ionik atau netral) harus

digunakan dalam perhitungan.

4. Tekanan osmotic

Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab perannya

yang penting dalam transport molekul melalui membrane sel. Membrane

seperti ini disebut semipermeabel, yang membiarkan molekul kecil lewat

teteapi menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membrane

semipermeabel (misalnya selofan biasa) dapat digunakan untuk memisahhkan

molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Tekanan osmotic

terutama bermanfaat untuk mengukur massa molar molekul besar seperti

protein, yang kelarutannya mungkin rendah. Osmosis mempunyai kegunaan

penting lain. Di beberapa bagian dunia, air bersih merupakan komoditas

berharga. Air bersih dapat diperoleh dengan lebih ekonomis dengan

desalinasi air asin, melalui proses yang disebut osmosis balik, bukannya

dengan destilasi. Bila larutan ionik yang bersentuhan dengan membrane

semipermeabel diberi tekanan yang melebihi tekanan osmotic, air yang sangat

murni akan melewati membran. Osmosis balik juga digunakan untuk

mengendalikan pencemaran air.

(oxtobi,2001)

E. Reaksi Eksoterm dan Endoterm

Reaksi kimia disertai pelepasan atau penyerapan energy. Reaksi yang

membebaskan energy disebut reaksi eksoterm, sedangkan yang menyerap energy

disebut reaksi endoterm. Contoh reaksi eksoterm yaitu pembakaran, sedangkan

contoh reaksi endoterm, yaitu perubahan beras menjadi nasi dan fotosintesis.

Banyak reaksi yang berlangsung serta merta begitu zat pereaksi dicampurkan,

tetapi banyak juga yang memerlukan pemanasan. Reaksi eksoterm yang

berlangsung serta-merta menyebabkan kenaikan suhu, sedangkan reaksi endoterm

menyebabkan penurunan suhu. (purba,2002)

F. Cara – Cara Perhitungan Konsentrasi Suatu Zat

1. Molaritas

Molaritas ialah jumlah mol terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas merupakan

cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer.

Rumus molaritas

M = nV atau M=

grMr x

1000V

Ket =

M = Molaritas

n = mol

v = volume

g = massa

Mr= Massa relatif zat terlarut

Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit

ketergantungan dengan suhu.

2. Molalitas

Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas

tidak ada volume, namun massa yang tidak berpengaruh pada suhu.

Rumus molalitas

m = nP atau m =

grMr x

1000P

Ket = m = molalitas

P = massa pelarut (kg)

3. Persen Massa

Persen massa atau sering disebut persen bobot perbobot (%b/b), menyatakan

jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan.

Rumus persen massa :

% massa = massa zat terlarut

massa larutan x 100 %

4. Persen Volume

Persen volume atau persen volum per volum (%v/v) menyatakan jumlah zat

terlarut dalam 100 bagian volume larutan

Rumus persen volume :

% volume = volume zat terlarut

volume larutan x 100 %

5. PPM

PPM (Part Per Million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta

bagian campuran.

Rumus PPM :

PPM Massa = massa zat terlarut (komponen )

massa larutan(campuran) x 100 %

PPM Volume = massa zat terlarut (komponen)

massa larutan(campuran) x 100 %

6. Fraksi Mol

Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah moll

seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut)

Rumus fraksi mol :

Larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan

Xa = nana+nb Ket :

Xa = fraksi mol

na = mol zat terlarut

nb = mol zat pelarut

7. Normalitas

Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter

larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal

Rumus normalitas :

N = g rek

V atau m = 1000

V x grMr x velensi

Valensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH- (dalam larutan asam dan

basa) yang dilepaskan. (Oxtoby,2001)

Larutan dapat didefinisikan sebagai phase yang homogen yang mengandung

lebih dari 1 komponen. Jadi tiap-tiap bagian larutan itu mempunyai komposisi

kimia dan sifat-sifat fisika yang sama. Bila sistem hanya terdiri dari 2 zat maka

disebut larutan biner, misalnya alkohol dalam air. Zat yang ada dalam jumlah

yang lebih besar disebut zat pelarut (solvent), sedang zat yang ada dalam jumlah

yang lebih kecil disebut zat terlarut (solute). Misalnya : dalam larutan alkohol

15%, air sebagai solvent dan alkohol sebagai solute. (Respati,2007)

Larutan ideal ialah larutan dimana gaya tarik menarik antara molekul-molekul

yang tidak sejenis sama dengan gaya tarik menarik antara molekul-molekul yang

sejenis. Larutan zat A dalam zat B itu ideal bila gaya tarik menarik antara molekul

A dan molekul B sama dengan gaya tarik menarik antara molekul A dengan

molekul A yang lain ayau molekul B dengan molekul B yang lain. (Respati,2007)

Suatu zat dikatakan tak larut (insoluble), jika zat tersebut larut sangat sedikit,

misalnya kuang dari 0,1 g zat terlarut dalam 1000 g pelarut. Pada dasarnya tidak

ada zat yang bersifat mutlak tak larut dalam pelarut tertentu. Namun kebanyakan

zat padat yang terbentuk dengan ikatan kuat seperti logam-logam,

kaca,plastik,batuan silikat dan mineral praktis tak larut dalam cairan biasa. Bila

dua cairan tak dapat larut satu sama lain, maka keduanya dikatakan tak dapat

campur (immiscible). Contohnya air dengan minyak. (Yazid,2005)

Dalam kehidupan sehari-hari, larutan memegang peranan penting bagi

makhluk hidup. Misalnya :

- Bulu – bulu akar yang sangat halus menghisap makanan dalam bentuk

larutan. Dengan cara ini tumbuhan memperoleh unsur-unsur untuk

keperluan hidupnya.

- Bebrapa jenis hewan kecil bermulut sempit mengambil makanan dalam

bentuk larutan

- Pencernaan makanan, makanan yang padat perlu dijadikan larutan terlebih

dahulu supaya lebih mudah di cerna.

(soepardi,1990)

Perbandingan jumlah zat terlarut terhadap jumlah pelarut disebut

konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan merupakan ukuran kepekatan

larutan. Larutan yang mengandung zat terlarut relatif banyak disebut

larutan pekat, sedang larutan yang mengandung zat terlarut relatif sedikit

disebut larutan encer. (polling,1991)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

- Pipet tetes

- Corong kaca

- Batang pengaduk

- Neraca analitik

- Pipet volum

- Labu ukur

- Gelas kimia

- Spatula

3.1.2. Bahan

- Aquades

- HNO3

- NaOH

- Tissue

3.2. Prosedur Percobaan

3.2.1. Percobaan 1, pembuatan larutan HNO3

- Dimasukan aquades ke dalam labu ukur 100 ml, ±14 dari labu ukur

tersebut

- Dipipet 1,43 ml larutan HNO3 pekat, kemudian masukan ke dalam labu

ukur yang telah diisi aquades tadi

- Ditambahkan lagi aquades ke dalam labu ukur hingga sampai pada

tanda tera

- Labu ukur ditutup, kemudian dihomogenkan dengan cara dibolak-

balikan

- Hitung konsentrasi HNO3 yang terkandung di dalam larutan

3.2.2. Percobaan 2, pembuatan larutan NaOH

- Ditimbang padatan NaOH sebanyak 1 gram, kemudian dimasukan

dalam gelas kimia

- Dilarutkan padatan NaOH dengan 25 ml aquades

- Dipindahkan larutan NaOH ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian

ditambahkan aquades hingga tanda tera

- Hitung konsentrasi NaOH yang terkandung.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan

N

oPercobaan Hasil Pengamatan

1 Pembuatan HNO3

- Dipipet 1,43 ml larutan

HNO3 pekat

- Dimasukan aquades ke

dalam labu ukur ±14 nya

- Dimasukan larutan HNO3

tadi kedalam labu ukur 100

ml

- Ditambahkan aquades

hingga tanda tera, lalu

dihomogenkan

- Hitung konsentrasi HNO3

- Larutan HNO3 yang

dicampurkan aquades tetap

berwarna bening

- Konsentrasi HNO3 :

M HNO3 = 0,2256 M

- Terbentuk meniskus cekung

pada permukaan larutan

2 Pembuatan larutan NaOH - Padatan NaOH tampak larut

- Ditimbang 1 gram NaOH

dalam botol timbang

- Dipindahkan dalam beaker

glass dan dilarutkan dengan

25 ml aquades

- Dimasukan dalam labu ukur

50 ml

- Ditambahkan aquades

hingga tanda tera, lalu

dihomogenkan

- Hitung konsentrasi NaOH

dan menyatu dengan aquades

- LarutanNaOHtetapberwarnaputi

hdanbening

- KonsentrasiNaOH

M NaOH = 0,5 M

% NaOH = 2 %

- Terbentuk meniscus

cekungpadapermukaanlarutan

4.2. Perhitungan

4.2.1. LarutanHNO3

Konsentrasi HNO3sebelum di campur :

q = 70%

Mr = 63,01

bj = 1,43

M =10 x q x bj

Mr = 10 x 70 % x1,42 gr

63,01 = 15,78 M

Rumus pengenceran (konsentrasi HNO3 setelah dicampur) :

M1.V1 = M2.V2

15,78 . 1,43 = M2 . 100

22,56 = M2 . 100

22,56100 = M2

M2= 0,2256 M

4.2.2. Larutan NaOH

Konsentrasi NaOH

gr = 1 gram

Mr = 40

V= 60 ml

M =grMr x

1000V =

140 x

100050 = 0,5 M

% wv = gr NaOH

V x 100 % = 1

50 x 100 % = 2 %

4.3. Pembahasan

Untuk membuat suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu.

Konsentrasi merupakan perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat

dalam larutan, atau perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.

Berikut merupakan cara-cara perhitungannya.

1. Molaritas

Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas

merupakan cara paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer.

Rumus Molaritas

M = nV atau M=

grMr x

1000V

Ket =

M = Molaritas

n = mol

v = volume

g = massa

Mr= Massa relatif zat terlarut

2. Molalitas

Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas

tidak ada volume, namun massa yang tidak berpengaruh pada suhu.

Rumus molalitas

m = nP atau m =

grMr x

1000P

Ket = m = molalitas

P = massa pelarut (kg)

3. Persen Massa

Persen massa atau sering disebut persen bobot perbobot (%b/b), menyatakan

jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan.

Rumus persen massa :

% massa = massa zat terlarut

massa larutan x 100 %

4. Persen Volume

Persen volume atau persen volum per volum (%v/v) menyatakan jumlah zat

terlarut dalam 100 bagian volume larutan

Rumus persen volume :

% volume = volume zat terlarut

volume larutan x 100 %

5. PPM

PPM (Part Per Million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta

bagian campuran.

Rumus PPM :

PPM Massa = massa zat terlarut (komponen)

massa larutan(campuran) x 100 %

PPM Volume = massa zat terlarut (komponen )

massa larutan(campuran) x 100 %

6. Fraksi Mol

Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah moll

seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut)

Rumus fraksi mol :

Larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan

Xa =na

na+nb

Ket :

Xa = fraksi mol

na = mol zat terlarut

nb = mol zat pelarut

7. Normalitas

Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter

larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal

Rumus normalitas :

N = g rek

V atau m = 1000

V x grMr x velensi

Valensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH- (dalam larutan asam dan

basa) yang dilepaskan.

Pada percobaan pertama, yaitu HNO3 dalam 100 ml air, mula-mula dipipet

1,43 larutan HNO3 pekat. Zat tersebut kemudian dimasukan kedalam labu ukur

100 ml tang telah diisi aquades kira-kira seperempatnya. Larutan tersebut

kemudian ditambahkan aquades lagi hingga mencapai tanda tera, lalu

dihomogenkan. Larutan tersebut akan membentuk meniskus cekung. Larutan

tersrbut bersifat homogen karena HNO3 dan aquades dapat bercampur sempurna

tanpa bisa di bedakan lagi kedua zatnya.dan pada percobaan pembuatan larutan

HNO3 ini, larutan bereaksi secara eksoterm yaitu proses melepaskan panas dari

sistem ke lingkungan, maka dari itu temperatur dari larutan ini akan naik,sehingga

akan menimbulkan panas apabila HNO3 ini di campurkan dengan aquades.

Untuk percobaan pembuatan larutan yang kedua, mula-mula ditimbang 1 gr

NaOH dalam botol timbang, kemudian di pindahkan kedalam beaker glass, lalu

tambahkan aquades sebanyak 25 ml. Kemudian aduk dengan menggunakan

batang pengaduk hingga NaOH laryt dalam aquades.kemudian setelah larut,

pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur , lalu tambahkan aquades kedalam

larutan tersebut hingga tanda tera. Akan terbentuk meniskus cekung pada larutan

yang berada di dalam labu ukur. Secara fisik, larutan tersebut memang tidak ada

yang berubah, namun konsenttrasi dari larutan tersebut yang akan berubah.

Fungsi perlakuan seperempat air aquades yang diisi sebelum HNO3 di

masukan pada percobaan pembuatan larutan HNO3 adalah agar labu ukur yang

terbuat dari kaca tidak pecah atau retak pada saat dituangkannya larutan HNO3,

selain itu juga agar HNO3 yang bereaksi dengan aquades tidak meletup dan keluar

dari labu ukur karena letuapannya akan sangat panas dan berbahaya. Karena itu

labu ukur yang digunakan untuk mencampurkan larutan HNO3 harus diisi dengan

seperempat aquades terlebih dahulu agar larutan HNO3 tidak membahayakan.

Selain itu saat akan mengambil larutan HNO3 dari larutan induknya, harus

menggunakan masker dan sarung tangan agar tidak tercium asap yang dihasilkan

oleh HNO3, karena zat ini sangat rentan dan mudah bereaksi dengan udara, sarung

tangan yang digunakan ialah agar dapat meredam panas yang dihasilkan oleh

larutan aquades dan HNO3 saat bereaksi dan menimbulkan panas. Pada padatan

NaOH, pada saat padatan telah dilarutkan di dalam 25 ml aquades di dalam gelas

ukur larutan dituangkan ke dalam labu ukur 50 ml. Pada saat penuangan, seluruh

bagian dalam dari gelas ukur harus dibilas dengan aquades dan air tersebut harus

ikut dimasukan kedalam labu ukur bersama larutan NaOH. Fungsi perlakuan ini

ialah agar partikel – partikel dari padatan NaOH tidak ada yang tertinggal di

dalam gelas ukur. Karena percobaan ini membutuhkan perhitungan yang

kuantitatif dan berdasarkan fakta.

Campuran homogen adalah campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-

zat yang bercampur di dalamnya. Seluruh bagian dalam campuran homogen

mempunyai sifat yang sama. Contoh dari campuran homogen ialah garam dapur

dan air. Campuran heterogen, merupakan campuran yang mengandung zat-zat

yang tidak dapat bercampur satu dengan yang lain. Sehingga dapat di bedakan

partikel sifat dari zat yang tercampur tersebut, seperti bentuk dan warna. Contoh

dari campuran heterogen yaitu gula dan pasir.

Dalam membuat suatu larutan, terdapat faktor-faktor kesalahan dalam

percobaan. Berikut faktor-faktor tersebut :

1. Apabila dalam pengambilan bahan untuk membuat larutan kelebihan atau

kekurangan dari hasil yang diinginkan, maka akan mempengaruhi

konsentrasi larutan yang kita inginkan.

2. Dalam melakukan percobaan, harus menggunakan perlengkapan

praktikum dengan baik dan benar, apabila diabaikan, maka akan

membahayakan praktikan sendiri. Contoh : sarung tangan, apabila dalam

pengambilan bahan cair yang berbahaya, air bisa saja tumpah ke tangan

praktikan.

3. Kurang waspadanya praktikan pada peralatan laboratorium yang mudah

pecah, bisa mengakibatkan rusak dan pecahnya peralatan tersebut yang

dapat merugikan pihak laboratorium atau praktikan.

Bahan –bahan yang digunakan dalam praktikum mempunyai sifat fisik dan

kimia reagennya masing-masing. Pada NaOH (Natrium Hidroksida), zat ini

berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pelet, serpihan atau

batang atau dalam bentuk lainnya. Sangan basa, keras, rapuh dan menunjukan

pecahan hablur. Bila di biarkan di udara akan cepat menyerap karbon dioksida dan

lembab. Kelarutan mudah larut di dalam air dan dalam etanol, tetapi tidak mudah

larut dalam eter. Titik leleh 318o c serta titik didih 1390oc NaOH membentuk basa

kuat nila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih.

Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.

Pada HNO3 larutan ini disebut asam nitrat. Larutan ini memiliki titik cair -42o c.

HNO3 bersifat stabil, pengoksidasi kuat bereaksi dengan hampir semua logam dan

sifat biasanya korosif (merusak/mengikis). Apabila kulit tersentuh dengan asam

ini, akan menghasilkan rasa terbakar dan iritasi. Asam kuat biasanya digunakan

untuk reagen sebagai analisa kualitatif penentuan ion-ion logam dan sangat

reaktif.

Perubahan materi disertai pelepasan atau penyerapan energi. Reaksi yang

membebaskan energi disebut reaksi eksoterm. Eksoterm merupakan reaksi kimia

dimana sistem melepas energi ke lingkungan sehingga suhu lingkungan akan

meningkat. Reaksi yang menyerap energi disebut reaksi endoterm. Endoterm

merupakan suatu reaksi kimia dimana sistem menyerap energi dari lingkungan

sehingga suhu lingkungan akan berkurang. Contoh reaksi eksoterm yaitu

pembakaran. Sedangkan contoh reaksi endoterm yaitu perubahan beras menjadi

nasi.

Prinsip percobaan pembuatan larutan didasarkan pada konsentrasi suatu zat

yang akan dibuat, serta menggunakan ketelitian tinggi, karena jika terjadi

kesalahan yang kecil, maka larutan yang ingin dibuat tidak akan menjadi larutan

yang diinginkan.

BAB V

PENUTUP 5.1. Kesimpulan

- Prinsip dasar pembuatan larutan didasarkan pada jenis dan bahan dari zat

yang akan dilarutkan. Apabila zat yang akan dilarutkan berupa padatan,

maka zat tersebut harus ditimbang dahulu dan dipahami sifat dasar dari

larutan tersebut. Seperti padatan NaOH yang mudah bereaksi dengan

udara dan menguap.

- Macam – macam cara dalam menyatakan konsentrasi larutan :

1. Molaritas

M = nV atau M=

grMr x

1000V

Ket =

M = Molaritas

n = mol

v = volume

g = massa

Mr= Massa relatif zat terlarut

2. Molalitas

m = nP atau m =

grMr x

1000P

Ket = m = molalitas

P = massa pelarut (kg)

3. Persen massa

% massa = massa zat terlarut

massa larutan x 100 %

4. Persen volume

% volume = volume zat terlarut

volume larutan x 100 %

- Perbedaan antara larutan homogen dengan larutan heterogen didasarkan

pada sifat zat terlarutnya. Larutan homogen adalah suatu keadaan dimana

dua zat menjadi sama sifatnya karena bergabung, sedangkan larutan

heterogen adalah suatu keadaan larutan dimana dua zat bercampur namun

masih dapat dibedakan unsur-unsurnya.

5.2. Saran

- Untuk percobaan selanjutnya, diharapkan agar digunakan bahan – bahan

yang lebih variatif lagi, tetapi masih dalam zat yang sejenis, misal zat cair

atau padat saja. Agar dapat membandingkan pembuatan macam – macam

zat yang sejenis. Contohnya seperti pembuatan larutan dari padatan

NaOH dan pembuatan larutan NaCl yang sama – sama merupakan zat

padat.

DAFTAR PUSTAKA

Johnson.2004.Sains Kimia SMP.Jakarta: Erlangga

Oxtoby,David.W.2001.Prinsip-Prinsip Kimia Modern.Jakarta: Erlangga.

Polling,Ir.C.1991.Ilmu Kimia Edisi Keenam.Jakarta:Erlangga.

Purba, Michael.1994.Ilmu Kimia SMU.Jakarta:Erlangga.

Purba, Michael.2002.Kimia untuk SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga.

Respati,Ir.2007.Dasar-Dasar Ilmu Kimia.Yogyakarta:Rineka Cipta.

Soepardi,Djarkasih,dkk.1990.Ilmu Kimia Program Inti.Klaten:Intan Pariwara.

Yazid,Estien.2005.Kimia Fisika Untuk Paramedis.Yogyakarta:Andi Offset.