Upload
khangminh22
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
39
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF
SATUAN SINTETIK NAKAYASU DAS JANEBERANG
Acep Hidayat1 1Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
e-mail: [email protected]
Abstract
With the limited availability of hydrograph data, it becomes an obstacle for water building planning. This
obstacle makes HSS models provide considerable benefits for water building planning. Ideally, each watershed
(DAS) has a Unit Hydrograph with its own characteristics.
This research was conducted with the aim of observing the hydrograph characteristics of observations in each
watershed and all watersheds in the province of South Sulawesi. This study was conducted to model the Alpha
equation with the influence parameters of watershed area (A), river length (L), riverbed slope (S), Form factor
(FD) and time concentration (tg).
With the Watershed Form Factor it has an influence on the Alpha value so it is very helpful in planning water
structures. The modeling analysis used is nonlinear regression because it has different data variants based on
the homogeneity test carried out. It is hoped that the resulting Alpha value can match the real conditions in the
environment so that it will have an impact on a more efficient design.
Keywords: Parameter Alpha; Watershed Area (A); River Length (L); Slope (S); Form Factor (FD).
Abstrak
Dengan keterbatasan akan ketersediaan data hidrograf yang menjadi suatu hambatan bagi perencanaan
bangunan air. Hambatan ini menjadikan model-model HSS akan memberikan manfaat yang cukup besar bagi
perencanaan bangunan air.Secara idealnya setiap daerah aliran sungai (DAS) mempunyai Hidrograf Satuan
dengan ciri khas masing-masing.
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengamati karakteristik hidrograf pengamatan di tiap DAS dan
semua DAS di Propinsi Sulawesi Selatan. Studi ini dilakukan untuk membuat pemodelan persamaan Alpha
dengan parameter pengaruh dari Luas DAS (A), Panjang sungai (L), kemiringan dasar sungai (S), Faktor
Bentuk (FD) serta konsentrasi waktu (tg).
Dengan Faktor Bentuk DAS mempunyai pengaruh kepada nilai Alpha sehingga sangat membantu dalam
perencanaan bangunan air. Analisis pemodelan yang digunakan yakni regresi nonlinear karena mempunyai
varian data yang berbeda berdasarkan uji homogenitas yang dilakukan. Diharapkan dengan nilai Alpha yang
dihasilkan dapat sesuai dengan kondisi yang nyata pada lingkungan sehingga akan berdampak kepada design
yang lebih efisien.
Kata kunci: Parameter Alpha; Luas DAS (A); Panjang Sungai (L); Kemiringan (S); Faktor Bentuk (FD).
PENDAHULUAN
Didalam perencanaan bidang sumber
daya air banyak faktor yang harus menjadi
bahan pertimbangan dalam perencanaan,
salah satunya mengetahui bahaya banjir yang
akan terjadi di wilayah tersebut. Dalam
perencanaan diperlukan nilai debit banjir yang
menjadi dasar dalam mendesain bangunan air
sebagai nilai yang mempengaruhi
perencanaan yang berhubungan dengan
kekuatan struktur bangunan, nilai efiesiensi
dan ekonomis dari bangunan yang akan
direncanakan. Untuk itu perlu diketahui data-
data hidrologi yang menjadi bahan dasar
utama dalam melakukan analisis hidrologi
yang digunakan dalam perancangan bangunan
air seperti bangunan pengendalian banjir,
bangunan irigasi, pengelolaan sungai dan
lainnya. Analisis hidrologi menjadi parameter
yang penting dan diperlukan untuk dapat
melakukan penanganan yang cermat serta
tepat dalam perencanaan bangunan air.
Dalam memprediksi besarnya debit banjir
rancangan untuk suatu Daerah Aliran Sungai
E-ISSN : 2621-4164 Vol. 5 No. 1 https://doi.org/10.25105/cesd.v5i1.13937
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
40
(DAS) dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode, seperti Metode Rasional
dan metode matematik pengalihragaman
hujan aliran yang cukup kompleks (Sutapa,
2005). Sujono (1998) menyebutkan bahwa,
salah satu metode yang banyak digunakan di
Indonesia yaitu metode hidrograf satuan.
Analisis Hydrograph adalah metode
untuk memperkirakan aliran sungai terukur
dan daerah aliran sungai tidak terukur, yaitu
dengan mensimulasikan curah hujan menjadi
limpasan dalam model limpasan curah hujan.
Model curah hujan pertama yang digunakan
adalah dalam bentuk persamaan empiris yang
dikembangkan dari suatu daerah ke beberapa
daerah lain.
Hidrograf dapat menunjukkan respon
keseluruhan Daerah Aliran Sungai (DAS)
terhadap masukan tertentu yaitu sesuai dengan
sifat dan perilaku DAS yang bersangkutan.
Hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan
besaran dan waktu terjadinya masukan (Sri
Harto, 1993). Hidrograf aliran merupakan
bagian yang sangat penting dalam mengatasi
masalah-masalah yang berkaitan dengan
hidrologi sebab hidrograf aliran dapat
menggambarkan suatu distribusi waktu dari
aliran permukaan di suatu tempat pengukuran
dan menentukan keanekaragaman
karakteristik fisik DAS (Nugroho, 2001).
Hidrograf Satuan merupakan hidrograf
limpasan langsung (direct runoff hydrograph)
yang dihasilkan oleh hujan yang terjadi secara
merata di seluruh Daerah Aliran Sungai
(DAS) dan dengan intensitas tetap dalam satu
satuan waktu yang ditetapkan (Sri Harto,
1993). Hidrograf satuan (unit hydrograph)
merupakan respon Daerah Aliran Sungai
(DAS) dalam konsep hidrologi. Sifat respon
Daerah Aliran Sungai (DAS) dibentuk dari
hubungan antara hidrograf aliran dengan
kondisi fisik Daerah Aliran Sungai (DAS).
Hidrograf satuan merupakan hidrograf khas
untuk satu DAS. Nugroho (2001)
menyebutkan bahwa, hidrograf satuan adalah
hidrograf aliran langsung yang dihasilkan oleh
satu satuan hujan lebih (rainfall excess) yang
tersebar merata di seluruh DAS dengan
intensitas yang tetap selama satu satuan waktu
tertentu.
Permasalahan yang terjadi dalam proses
pengalihragaman hujan menjadi banjir oleh
sistem DAS yakni selalu memberikan
jawaban yang berbeda. Untuk mengatasi
permasalahan ini disajikan pendekatan dalam
bentuk hidrograf banjir. Penyajian hidrograf
banjir dapat menggunakan metode penurunan
hidrograf satuan dari hidrograf banjir terukur
jika tersedia, jika tidak tersedia data maka
dapat menggunakan rumus empiris yakni
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS), yaitu
hidrograf yang didasarkan atas parameter-
parameter Daerah Aliran Sungai (DAS).
Diperlukan data curah hujan yang panjang
untuk suatu daerah aliran sungai dari suatu pos
pencatatan hujan dimana seringkali
keterbatasan data curah hujan dan data debit.
(Lilly Montarcih Limantara, 2016).
Banyak metode yang telah ditemukan
oleh para ahli hidrologi dengan kesesuain
data, macam data dan jumlah data yang
diperlukan dari setiap metode tersebut, seperti
halnya dengan Metode Hidrograf Satuan
Sintetik (Snyder, Nakayasu, Gama I,
Limantara) (Fauzi manyuk,2000). Hidrograf
Satuan Sintetik (HSS) merupakan hidrograf
buatan yang digunakan untuk membuat suatu
pemodelan hidrograf satuan yang didasarkan
pada karakteristik DAS. Untuk mendapatkan
informasi tentang hidrograf satuan didekati
dengan pendekatan Hidrograf Satuan Sintetik
(HSS), untuk memperkirakan penggunaan
konsep hidrograf satuan dalam suatu
perencanaan yang tidak tersedia data
pengamatan langsung mengenai hidrograf
banjir pada Daerah Aliran Sungai (DAS).
Penyajian hidrograf banjir dapat
menggunakan metode penurunan hidrograf
satuan dari hidrograf banjir terukur jika
tersedia data dan menggunakan rumus empiris
yakni Hidrograf Satuan Sintetik (HSS), yaitu
hidrograf yang didasarkan atas sintetis
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
41
parameter-parameter daerah aliran sungai.
Salah satu Hidrograf Satuan Sintetik yang
sering digunakan dalam perhitungan debit
banjir di Indonesia adalah Hidrograf Satuan
Sintetik (HSS) Nakayasu.
Metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS)
Nakayasu adalah metoda yang populer
digunakan dalam banyak perencanaan di
bidang sumber daya air khususnya dalam
analisis debit banjir Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang tidak terukur. Pemakaian metode
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu
semakin meluas tetapi dalam kenyataannya
sering dijumpai berbagai kesulitan terutama
dalam penentuan nilai α, dimana nilai α ini
menunjukkan karakteristik Daerah Aliran
Sungai (DAS) yakni luas DAS (A), panjang
sungai utama (L), koefisien pengaliran (C),
kemiringan rerata sungai (s), koefisien
kekasaran dasar (n), panjang sungai dari titik
berat DAS ke outlet (Lc) dan parameter alfa
(α) itu sendiri. Dengan melihat history bahwa
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu
dilakukan penelitian di wilayah Jepang yang
mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan wilayah Indonesia, maka seringkali
memberikan hasil yang kurang akurat dan
tepat. Nilai α yang dihasilkan oleh Hidrograf
Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu akan sangat
berpengaruh pada hasil yang didapatkan
dalam perhitungan debit puncak banjir, yang
biasanya para ahli memperkirakan parameter
α hanya dengan melihat karakteristik Daerah
Aliran Sungai (DAS). Sedangkan untuk
wilayah-wilayah yang belum pernah
dilakukan analisis parameter α hanya
memperkirakan dari kondisi karateristik DAS
yang ada.
Lily Montarcih Limantara (2009)
menyebutkan hidrograf satuan sintetik
mempunyai lima parameter DAS yang
dominan mempengaruhi debit puncak yakni
panjang sungai / aliran utama (L), luas areal
DAS (A), panjang sungai utama (Lc),
kekasarannya koefisien (n) dan kemiringan
sungai (S).
Manyuk Fauzi (2010) disebutkan bahwa
pemodelan variabel α pada hidrograf satuan
sintetik Nakayasu (studi banding dengan
hidrograf satuan sintetik GAMA I)
dipengaruhi oleh karakteristik DAS berupa
panjang DAS dan luas DAS.
Sutapa, I.W., dkk. (2005) yang meneliti kajian
hidrograf satuan sintetik nakayasu untuk
perhitungan debit banjir rancangan di daerah
aliran sungai Kodina dari hasil penelitian
menyebutkan untuk tingkat penyimpangan
hidrograf satuan sintetik nakayasu diukur
dengan hidrograf satuan. Modifikasi
Persamaan HSS Nakayasu dilakukan dengan
menurunkan rumus dasar waktu puncak (Tp)
dari nilai Tr dan debit puncak (Qp) dari
persamaan T03 dalam bentuk nilai α. Hasil
penelitian menunjukkan deviasi yang cukup
besar untuk unit hidrograf dasar yaitu untuk
Tp = 26% dan Qp = 22,40%.
Faktor penting dalam perencanaan
bangunan air adalah mengetahui besaran
banjir yang terjadi, dimana besaran ini
menentukan dimensi bangunan yang sangat
erat kaitannya dengan resiko, dan nilai
ekonomis dari bangunan yang direncanakan.
Metode hidrograf satuan sintetik (HSS) adalah
metoda yang populer digunakan dalam
banyak perencanaan di bidang sumber daya
air khususnya dalam analisis debit banjir DAS
yang tidak terukur. Pemakaian metode HSS
Nakayasu semakin meluas tetapi dalam
kenyataannya sering dijumpai berbagai
kesulitan terutama dalam penentuan nilai α,
sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mengatasi permasalahan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrograf satuan didefinisikan oleh
Sherman (1932) sebagai hidrograf limpasan
langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif
dengan ketinggian satu satuan yang tersebar
merata di seluruh DAS dengan intensitas tetap
selama satu satuan waktu (Chow tahun 1964
dalam Fauzi tahun 2000).
Koefisien Pengaliran
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
42
Koefisien pengaliran atau sering
disingkat C adalah bilangan yang
menunjukkan perbandingan antara besarnya
air yang melimpas terhadap besarnya curah
hujan. Angka koefisien pengaliran ini
merupakan salah satu indikator untuk
menentukan apakah suatu DAS telah
mengalami gangguan (fisik) (Asdak, 1995).
Intensitas Hujan
Intensitas Hujan Dalam
memperkirakan besaran debit sangat
diperlukan data curah hujan maksimum
jamjaman serta curah hujan efektif.
Berdasarkan distribusi hujan, maka
banyaknya hujan pada setiap jam akan jatuh
selama waktu konsentrasi periode jatuh hujan
tersebut. Adapun konsentrasi hujan dalam
periode satu hari adalah 6 jam, maka
pembagian banyaknya hujan akan turun pada
setiap jam tersebut. Intensitas hujan adalah
laju hujan atau tinggi air per satuan waktu.
Intensitas curah hujan dinotasikan dengan
huruf I dengan satuan mm/jam (Soemarto,
1995). Intensitas hujan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
I = R24
24+ [
24
𝑇]2/3
Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan air dari titik
yang paling jauh pada daerah aliran ke titik
kontrol yang diperlukan dibagian hilir suatu
aliran.
Curah Hujan Efektif
Hujan efektif adalah bagian hujan
total yang menghasilkan limpasan langsung
(direct runoff). Besarnya curah hujan efektif
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Rn = C . I
Penentuan Nilai Alfa (α)
Pada analisis menggunakan metode
HSS Nakayasu diperlukan parameter α
(alfa). Parameter α (alfa) merupakan
karakteristik dari suatu DAS. Kriteria
parameter α (alfa) pada HSS nakayasu
adalah :
α = 2 =>Pada daerah pengaliran biasa
α =1,5=>Pada bagian naik hidrograf lambat,
dan turun cepat
α = 3 =>Pada bagian naik hidrograf cepat,
turun lambat
Cara mendapatkan nilai α (alfa) yang
sesuai dengai karakteristik DAS maka perlu
dilakukan kalibrasi dengan kondisi dan data
dari lokasi studi (data debit). Dilakukan
dengan coba-coba nilai α hingga total
volume hidrograf satuan metode Nakayasu
sama dengan total volume hidrograf satuan
pengamatan dan memiliki selisih nilai Qp
terkecil. Ketepatan nilai parameter α (alfa)
diharapkan dapat membantu dalam analisis
banjir rancangan, sehingga dalam
perencanaan desain bangunan air dapat
efektif dan efisien.
Analisis Metode Collins
Metode Collins yang digunakan
adalah sebagai hidrograf pengamatan.
Hidrograf dari pengamatan AWLR yang
terpisah (isolated) dan mempunyai satu
puncak (single peak), serta mempunyai hujan
yang cukup dan pencatatan distribusi hujan
jam-jaman (Limantara, 2010).
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Menganalisa hidrograf banjir
rancangan berdasarkan Metode Hidrograf
Satuan Sintetik Nakayasu, perlu diketahui
karakteristik daerah alirannya yang dirupakan
dalam parameter-parameter. Paramater yang
dimaksud adalah:
- Tenggang waktu dari permulaan
hujan sampai puncak hidrograf (time
to peak magnitude)
- Tenggang waktu dari titik berat hujan
sampai titik berat hidrograf (time lag)
- Tenggang waktu hidrograf (time base
of hydrograph)
- Luas daerah pengaliran (Catchment
area)
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
43
- Panjang alur sungai utama terpanjang
(leght of the longest channel)
- Koefisien pengaliran (runoff
coefficient)
DATA DAN METODOLOGI Penelitian ini dilakukan Sungai
Jeneberang merupakan sungai besar yang
terletak pada bagian barat dalam wilayah
administrasi Kotamadya Makassar (Ujung
Pandang), ibukota dari Provinsi Sulawesi
Selatan. Sungai ini berasal dan mengalir dari
bagian timur Gunung Bawakaraeng (2,833
mdpl) dan Gunung Lampobatang (2,876)
yang kemudian menuju hilirnya di Selat
Makassar. Pada Daerah Aliran Sungai
Jeneberang, terdapat dua daerah
penampungan air (reservoir) utama yaitu di
Kota Bili-bili dan Jenelata.
Secara geografis Daerah Aliran Sungai
Jeneberang terletak pada 119° 23' 50" BT -
119° 56' 10" BT dan 05° 10' 00" LS - 05° 26'
00" LS dengan panjang sungai utamanya
78.75 kilometer. Daerah Aliran Sungai
Jeneberang dialiri oleh satu sungai
pendukungnya (anak sungai) yaitu Sungai
Jenelata (220 km2). Kota-kota besar yang
diliputi Daerah Aliran Sungai ini selain
Makassar (Ujung Pandang) yaitu Kota
Malino, Kota Bili-bili, dan Kota
Sungguminasa
Wilayah Sungai Jeneberang dan secara
administratif termasuk dalam Provinsi
Sulawesi Selatan, yang terdiri dari Kota
Makassar, Kabupaten Maros, Kabupaten
Gowa, Kabupaten Takalar, Kabupaten
Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten
Bulukumba, Kabupaten Sinjai, Kabupaten
Bone, dan Kabupaten Selayar.
Gambar 1 Peta Wilayah Sungai Jeneberang
Sumber: Perpres Nomor 12 Tahun 2012
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
- Data Topografi
- Data Klimatologi
- Data Hujan harian selama 10 tahun
(2008 – 2017)
- Data hujan jam-jaman dan debit
selama 10 tahun (2008-2017)
Metodologi
Didalam memodelkan bentuk DAS untuk
wilayah aliran sungai Jeneberang yang
sebarannya berada di 10 Kabupaten dimana
didalamnya terdapat 58 daerah aliran sungai.
Untuk memodelkan bentuk daerah aliran
sungai tersebut menggunakan software
ArcGIS 10.7 dengan menggunakan data yang
diambil dari data Digital Elevation Model
(DEM). Data Digital Elevation Model (DEM)
yang digunakan dalam penelitian ini
bersumber dari Badan Geospasial Indonesia.
Bentuk-bentuk daerah aliran sungai (DAS)
yang berada di daerah wilayah aliran sungai
Jeneberang yang mempunyai masing-masing
bentuk karakteristik topografi sesuai dengan
kondisinya. Data Topografi ini didapatkan
dari Digital Elevation Model (DEM) yang
kemudian dilakukan pengolahan data dengan
Software ArcGIS 10.7 sehingga dengan
software ini akan terbentuk secara otomatis
batas wilayah kabupaten sampai dengan batas
daerah aliran sungai (DAS).
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
44
Gambar 2 Wilayah Kabupaten dalam sebaran
daerah aliran sungai Jeneberang
Sumber: Pengolahan data Software ArcGIS
10.7
Gambar 3 Bentuk daerah aliran sungai yang
ada di wilayah sungai Jeneberang
Sumber: Pengolahan data Software ArcGIS
10.7
Data yang didapatkan pada masing-masing
Sub DAS yakni berupa data hidrograf banjir
pengamatan pada masing-masing Sub DAS
dimana dianalisis hidrograf satuan
pengamatan (hidrograf satuan observasi)
setiap DAS, dengan menggunakan metode
Collins. Data Hidrograf banjir di dapatkan
dari Automatic Water Level Recorder
(AWLR) yang digunakan untuk membedakan
hidrograf satuan observasi yang mempunyai
puncak tertinggi dan tunggal.
Pada setiap DAS dilakukan pengamatan
dimana periode waktu hidrograf debit yang
diamati harus sama dengan periode waktu
curah hujan per jam dari Automatic Rainfall
Recorder (ARR).
Metode Collins di 10 daerah aliran sungai di
wilayah sungai Jeneberang yang memiliki
Automatic Water Level Recorder (AWLR)
dan Curah Hujan Otomatis tercatat (ARR).
Contoh analisis secara lengkap mulai data
hidrograf muka air dan debit, perhitungan
hidrograf limpasan langsung (DRO),
perhitungan infiltrasi menggunakan indeks
sampai pada tahapan perhitungan
menggunakan cara Collins untuk DAS
Jeneberang dapat dilihat pada Tabel dan
Gambar berikut. Penelitian dilakukan di
Wilayah Sungai Jeneberang. Hidrograf banjir
pengamatan yang ada di wilayah tsb antara
lain Bonto Jai, Daraha, Jenelata, Jonggoa,
Kampili, Maccini Sambala, KD-1, Malino,
Limbunga dan Panaikang.
Penentuan Nilai α (alfa)
Pada analisis menggunakan metode HSS
Nakayasu diperlukan parameter α (alfa).
Parameter α (alfa) merupakan karakteristik
dari suatu DAS
Cara mendapatkan nilai α (alfa) yang sesuai
dengai karakteristik DAS maka perlu
dilakukan kalibrasi dengan kondisi dan data
dari lokasi studi (data debit). Dilakukan
dengan coba-coba nilai α hingga total volume
hidrograf satuan metode Nakayasu sama
dengan total volume hidrograf satuan
pengamatan dan memiliki selisih nilai Qp
terkecil. Ketepatan nilai parameter α (alfa)
diharapkan dapat membantu dalam analisis
banjir rancangan, sehingga dalam
perencanaan desain bangunan air dapat efektif
dan efisien.
Analisis Metode Collins
Metode Collins yang digunakan
adalah sebagai hidrograf pengamatan.
Hidrograf dari
pengamatan AWLR yang terpisah (isolated)
dan mempunyai satu puncak (single peak),
serta mempunyai hujan yang cukup dan
pencatatan distribusi hujan jam-jaman
(Limantara, 2010)
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
45
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Collins
Hidrograf Satuan Observasi (HSO) metode
Collins digunakan untuk kalibrasi. Kalibrasi
dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa
ketepatan parameter α dalam perhitungan
hidrograf satuan sintetik Nakayasu dan
perhitungan debit banjir rancangan.
Analisis metode Collins menggunakan data
hujan dan debit jam-jaman. Data debit jam-
jaman tersebut adalah sebagai berikut:
a. Hidrograf Satuan Pengamatan
(31 Mrt 2011)
b. Hidrograf Satuan Pengamatan
(8 Jan 2012)
c. Hidrograf Satuan Pengamatan
(4 Jan 2013)
d. Hidrograf Satuan Pengamatan
(1 Jan 2014)
e. Hidrograf Satuan Pengamatan
(11 Apr 2015)
f. Hidrograf Satuan Pengamatan
(22 Mrt 2016)
g. Hidrograf Satuan Pengamatan
(27 Jan 2017)
Hasil rekapitulasi perhitungan hidrograf
satuan observasi metode Collins adalah
sebagai berikut :
Tabel 1 Rekapitulasi HSO Bonto Jai Metode Collins Terpilih Tahun 2011 – 2017
Hidrograf satuan observasi rata-rata dari hasil
analisis adalah sebagai berikut :
Tabel 2 Hidrograf Satuan Observasi Rata-
Rata
Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
Data
Panjang Sungai: 33 km
Luas DAS: 312,01 km2
Pada daerah penelitian dilakukan perhitungan
untuk mengkalibrasi antara perhitungan debit
banjir yang terukur dengan debit puncak pada
HSS Nakayasu pada curah hujan yang terukur
dengan melakukan coba-coba nilai α hingga
diperoleh slisih nilai QP (debit puncak)
terkecil.
Dilakukan perhitungan dengan Metode
Collins untuk mendapat nilai α dengan metode
Collins.
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
46
T Qt
m³/det/mm T Qt m³/det/mm
Jam COLLINS Jam NAKAYASU
0,00 0,000 0,00 0,000
0,44 6,468 1,00 2,186
0,86 13,345 2,00 11,540
0,95 13,531 3,00 30,536
2,12 24,764 3,24 36,720
3,29 36,62 4,00 18,990
4,45 13,282 4,63 11,016
5,73 5,738 5,00 8,884
6,70 5,592 6,00 4,984
7,89 0,000 6,71 3,304
7,00 2,915
8,00 1,889
9,00 1,225
10,00 0,794
Dari hasil coba-coba nilai α, didapatkan nilai
α yang sesuai dengan metode Collins yaitu
0,60.
Melihat dari hasil α (Alpha) yang didapat dari
hasil pendekatan antara hasil hidrograf dari
pengamatan dengan hasil perhitungan
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu maka
faktor yang mempengaruhi nilai α (Alpha)
yakni luas DAS (A), panjang sungai (L),
kemiringan sungai (S), bentuk DAS (FD) dan
Waktu dari titik berat hujan sampai debit
puncak (Tg).
KESIMPULAN
1. Dari hasil Metode Collins dan Metode HSS
Nakayasu didapatkan nilai α = 0,60 yang
mempunyai selisih Qp yang terkecil.
2. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu maka
faktor yang mempengaruhi nilai α (Alpha)
yakni luas DAS (A), panjang sungai (L),
kemiringan sungai (S), bentuk DAS (FD)
dan Waktu dari titik berat hujan sampai
debit puncak (Tg).
DAFTAR PUSTAKA
Ariani Budi Safarina, Hang Tuah Salim, Iwan
K Hadihardaja, M Syahril BK,
Clusterization of Synthetic Unit
Hydrograph Methods Based on
Watershed Characteristics
International Journal of Civil &
Environmental Engineering IJCEE-
IJENS Vol: 11 No: 06
Asdak, Chay, 1995. Hidrologi Pengolahan
Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gajah Mada Universuty Prees.
Asdak, Chay, 2002, Hidrologi Dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,
Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
B A Sulistyono, L H Wiryanto (2001), An
Analysis of the Influence of
Variability Rainfall on Flow Rate
Based on the Watershed
Characteristics.
BPDAS Jeneberang Walanae. (2010). Review
Karakteristik DAS Jene-berang tahun
2010. Balai Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Jeneberang Walanae.
Makassar.
BR, Sri Harto. (1993). Analisis Hidrologi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Chow, Ven Te. 1989, Hidrolika Saluran
Terbuka, Erlangga, Jakarta.
Dwi Priyantoro (2009), Uji Kesesuain
Hidrograf Satuan Sintetik (Studi
Kasus Pada Sub DAS Brantas
Hulu), AGRITEK VOL. 17 NO. 5
Sepetember 2009 ISSN. 0852-5426.
Fauzi Manyuk (2000), Pemodelan Parameter
α Pada Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu (Studi Banding Dengan
Hidrograf Satuan Sintetik GAMA-I).
Fauzi Manyuk (2010), Prediksi Ketersediaan
Air Sebuah Daerah Aliran Sungai
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
47
Menggunakan Pendekatan Model
RAINRUN
Iwan K Hadihardaja (2011). Perbandingan
Hidrograf Satuan Teoritis Terhadap
Hidrograf Satuan Observasi DAS
Ciliwung Hulu
Joko Sujono (1998). Penurunan hidrograf
satuan dengan data hujan harian.
Lily Montarcih L (2009), Hidrograf Satuan
Sintetik Limantara (Studi kasus di
sebagian DAS Di Indonesia) Jurnal
Rekayasa / Volume 3, No.3– 2009
ISSN 1978 – 5658
Lily Montarcih Limantara (2009), Evaluation
of Roughness Constant of River in
Synthetic Unit Hydrograph World
Applied Sciences Journal 7 (9): 1209-
1211, 2009 ISSN 1818-4952.
Lily Montarcih Limantara (2009) Suitable
Synthetic Unit Hydrograph at Rungu
ISSN 2090-4304 Journal of Basic and
Applied Scientific Research
www.textroad.com n Hulu Sub-
Watershed, Centre Kalimantan of
Indonesia.
Nastasia F. Margini, Danayanti A. D.
Nusantara, M. Bagus Ansori (2017),
Analisa Hidrograf Satuan Sintetik
Nakayasu Dan ITB Pada Sub DAS
Konto, Jawa Timur Jurnal Teknik
Hidrograf Vol. 2, No.1, (2017) ISSN:
2477-3212
Nugroho (2001), Analisis Hidrograf Satuan
Sintetik Metode Snyder, Clark dan
SCS dengan Menggunakan Model
HEC-1 di DAS Ciliwung Hulu,
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi
Cuaca Vol. 2 No. 1 (2001): June
2001
Joko Sujono, Rachmad Jayadi (2007),
Hidrograf Satuan: Permasalahan
dan Alternative Penyelesain, Forum
Teknik Sipil 2007, XVII(2) 2007.
Rosmala Dewi, Lilly Montarcih Limantara,
Widandi Soetopo (2016), Analisis
Parameter Alfa Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu di Sub DAS Lesti.
Jurnal Teknik Pengairan, Vol 7 No 1.
C.D. Soemarto. Ir. B.I.E. DIPL.H. 1995.
Hidrologi Teknik Edisi Ke - 2.
Jakarta: Erlangga
Sinukaban, N., 2007. Peranan Konservasi
Tanah dan Air Dalam Pengelolaan
DAS. Bunga Rampai Konservasi
Tanah Dan Air
Seyhan, Ersin., 1977. Dasar-dasar
Hidrologi.Gadjah Mada Universiy
Press. Yogyakarta.
Soewarno. (1995). Hidrologi Jilid 1: Aplikasi
Metode Statistik untuk Analisa Data.
Bandung: NOVA.
Soewarno. (1995). Hidrologi Jilid 2: Aplikasi
Metode Statistik untuk Analisa Data.
Bandung: NOVA
Soewarno, 1991, Hidrologi Pengukuran dan
Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri), Nova, Bandung
Soewarno, 1995, ”Hidrologi Aplikasi Metode
Statistik Untuk Analisa Data”,
Penerbit Nova, Bandung.
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan
yang Berkelanjutan. ANDI Offset
Yogyakarta.
Tyas Daru, Ussy Andawayanti, Lily
Montarcih Limantara (2016) Analisis
Perubahan Bilangan Kurva Aliran
Permukaan (Runoff Curve Number)
Terhadap Debit Banjir Pada DAS
Brantas Hulu. Jurnal Pengairan
UNBRAW Vol 7, No 1 (2016)
Xing Ma, Jianchu Xu, Yi Luo, Shiv Prasad
Aggarwal and Jiatong Li (2009)
Response of hydrological processes to
land-cover and climate changes in
Kejie watershed, south-west China.
Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk
Perencanaan Bangunan Air. Bandung
: Idea Dharma
Sutapa, 2005, yang berjudul Kajian Hidrograf
Satuan Sintetik Nakayasu Untuk
Perhitungan Debit Banjir Rancangan
di Daerah Aliran Sungai Kodina.
PEMODELAN PARAMETER α HIDROGRAF SATUAN SINTETIK
NAKAYASU DAS JANEBERANG CESD Vol. 5, No. 1, Juni 2022
48
Sinukaban, Naik. 2007. Peranan Konservasi
Tanah dan Air dalam Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai,
https://bebasbanjir2025.wordpress.co
m/04-konsep-konsepdasar/das-dan-
pengelolaannya-6/
D S Krisnayanti, M E Bolla, J K Nasjono1 and
M J M Wangge,2015, yang berjudul
The analysis of alpha parameter on
Nakayasu Synthetic Unit Hydrograph
in Timor Island watersheds
Denik S. Krisnayanti, John H. Frans, Emanuel
U. M. Halema,2019, yang berjudul
Analisis Parameter Alfa Hidrograf
Satuan Sintetik Nakayasu Pada DAS
di Pulau Flores
Dian Kamila, Lily Montarcih Limantara,
Mohammad Bisri, Widandi
Soetopo,2019, yang berjudul Alpha
Modeling of Nakayasu Synthetic Unit
Hydrograph for Part of Watersheds in
Indonesia.