Upload
maranatha
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGAPLIKASIAN UNDERFLOOR AIR DISTRIBUTION SYSTEM
TERHADAP CEILING BANGUNAN MASJID YANG RENDAH
Dewi Mayangsari
1163077
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah penelitian ini tentang
sistem penghawaan yang baik pada bangunan masjid
beserta teori landasan.
Adapun makalah penelitian ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
penelitian ini. Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah penelitian ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun
bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki
makalah penelitian ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah
penelitian ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
1
ABSTRAK
The Mosque is a place where moslem praying by individual person or
together. The ventilation and ceiling heights of the mosque influence
muslims concentration to praying because it is related to fluctuation of
the temperature and air exchange inside the building. A human always
release heat from the body and also the cloth. Therefore when muslims
are praying together in amount of more 10 people, the heat of muslims
will go up and circulating until it exchange with fresh air which enter from
ventilation. The height of ceiling influence smoothness of air exchange
and avoid exhaust air piled with the muslims breathing zone.
Daftar Gambar
5
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
6
1.2. Tujuan Penelitian
7
1.3. Pertanyaan Penelitian
7
1.4. Lingkup Penelitian
7
1.5. Kerangka Pemikiran
8
1.6. Sistematika Penelitian
9
Bab 2 Studi Literatur
2.1. Pengertian Ventilasi Alami
10
2.2. Pengertian dan Sistem Stack Effect
10-11
2.3. Kenyamanan Termal
11-12
Bab 3 Ventilasi Udara dan Rendahnya Ceiling Pada Masjid
Al-Muqorrobiin
3.1. Profil Masjid
3.2. Analisa Permasalahan
13
3.2.1. Kurangnya Ventilasi Udara Masjid
14-16
3
3.2.2. Rendahnya Ceiling Masjid
16-17
3.3. Kaitan Analisa Permasalahan dan Teori
18
Bab 4 Opini Penelitian
19
Daftar Pustaka
20
4
DAFTAR GAMBAR
Gb. 1. Stack Effect System
10
Gb. 2. Fasad Depan Bangunan Masjid Al –Muqorrobbin
13
Gb. 3. Denah Skematik Masjid15
Gb. 4. Ventilasi pada Bangunan Masjid 15
Gb. 5. Tampak Depan Bangunan Masjid 17
Gb. 6. Ketinggian Ceiling pada Bangunan Masjid 17
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang
memfasilitasi umatnya untuk beribadah secara
berjamaah atau individu. Mesjid merupakan tempat
beribadah lebih khidmat dan khusyu dibandingkan
dirumah, juga mempererat tali persaudaraan
silaturahim antar umat. Shalat selalu dilakukan
dalam 5x sehari. Satu kali shalat membutuhkan
waktu 10 menit. Shalat berjamaah adalah shalat yang
dilakukan bersama-sama oleh setiap muslim. Ketika
umat muslim beribadah dalam jumlah yang banyak
dalam satu ruang, ditambah kondisi dengan posisi
statis dalam jangka waktu 10 menit, akan terjadi
pengeluaran kalor setiap orangnya secara bertumpuk.
Sumber udara panas (temperatur tinggi) yang
dikeluarkan dari setiap jema’at akan naik ke area
ceiling (kondisi massa berkurang, temperatur
ringan), dan terjadinya perputaran udara yang
cepat. Ini terjadi jika ketinggian ceiling lebih
dari ketinggian massa (manusia). Perbandingan
sumber panas dan ruang perputaran udara 2:3.
Sedangkan ceiling yang rendah pada mesjid,
perputaran udara lebih lambat karena ketinggian
ceiling lebih rendah dari ketinggian massa,
sehingga perbandingan sumber panas dan ruang
perputaran udara 2:1. Ini menyebabkan perputaran
udara berhimpit dengan sumber panas manusia.
Sehingga udara panas hanya berputar-putar diarea
ketinggian massa. Ini dapat menyebabkan umat
berjamaah tidak khidmat/khusyuk dalam beribadah.
Menurut prinsip Stack Effect, semakin besar luas
ventilasi, tinggi ceiling, perbedaan temperatur
(perputaran udara), laju aliran udara semakin
tinggi
6
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mempelajari dan
menganalisis sistem ventilasi udara yang baik
terhadap ceiling bangunan masjid yang rendah.
Selanjutnya hasil penelitian berupa simpulan dan
rekomendasi pemakaian underfloor air distribution system.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka
dirumuskanlah pertanyaan penilitian sebagai
berikut:
1. Pengertian sistem ventilasi pada bangunan?
2. Standar ventilasi udara yang baik terhadap
bangunan?
1.4. Lingkup Penelitian
Untuk memecahkan dan menjawab pokok-pokok
permasalahan yang telah dirumuskan , berikut ini
akan dikemukakan prinsip-prinsip teori dan aspek
aspek yang digunakan sebagai tolak ukur, kerangka
pikir, dan acuan dalam pembahasan masalah :
1. Teori ventilasi alami
2. Sistem pendinginan bangunan alami berkaitan
dengan sistem Underfloor Air Distribution System
7
1.5. Kerangka Pemikiran
Penghawaan Yang
Baik Pada Bangunan
8
1.6. Sistematika Penulisan
Sedikit Ventilasi Ceiling Rendah
Stack EffectNatural Ventilation
Konsentrasi Kenyamanan
Underfloor Air
Distribution System
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Penelitian
1.3. Pertanyaan Penelitian
1.4. Lingkup Penelitian
1.5. Kerangka Penelitian
1.6. Sistematika Penelitian
Bab 2 Studi Literatur
2.1. Pengertian Ventilasi Alami
2.2. Pengertian dan sistem Stack Effect
Bab 3 Ventilasi Udara dan Rendahnya Ceiling pada Masjid
Al- Muqorrobiin
3.1. Profil Masjid
3.2. Analisa Permasalahan
3.3. Kaitan Analisa Permasalahan dan Teori
Bab 4 Opini Penelitian
Bab 5 Daftar Pustaka
9
BAB 2
STUDI LITERATUR
2.1. Pengertian Ventilasi Alami
Sistem Ventilasi adalah strategi untuk
mencapai kualitas udara di dalam ruang yang
merupakan dasar dari untuk mensuplai udara segar
dalam ruang, jumlah bukaan ventilasi diperlukan
untuk menjaga kualitas udara tergantung dari
kondisi alam dan dominasi sumber polusi pada ruang
tersebut (Allard, 1998).
Santamouris menyatakan bahwa natural
ventilation digunakan tidak hanya untuk mensuplai
udara segar untuk kebutuhan pengguna (occupants)
dan untuk kebutuhan menjaga level kualitas udara
(maintain acceptable air quality), tetapi juga
untuk pendinginan (Santamouris, 1996).
2.2. Pengertian dan Sistem Stack Effect
Stack Effect
adalah sistem dimana
udara panas di dalam bangunan akan naik dan keluar
melalui bukaan pada bagian atas, dan digantikan
oleh udara luar yang lebih dingin yang masuk
melalui bukaan pada bagian bawah di sekitar
keliling bangunan. (Moore, 1993).
Tekanan stack effect dihasilkan oleh perbedaan dan
kerapatan udara dengan temperatur, yaitu udara
panas naik dan udara dingin turun.
10
Poin-poin penting:
Biasanya efek stack cukup lemah, dan karena itu
bukaan dan saluran harus besar, untuk
meminimalkan resistensi - berpikir besar dan
tinggi!
Efek tumpukan tergantung pada perbedaan antara
suhu rata-rata tumpukan atas tumpukan tinggi
penuh, tidak suhu udara saat meninggalkan bagian
atas tumpukan.
Perbedaan tekanan di dalam tumpukan bervariasi
dengan tinggi sehingga mengurangi aliran udara
dari ruang yang membuka ke stack, seperti tinggi
badan mereka di atas lantai dasar meningkat
Tumpukan biasanya menyediakan ekstraksi udara
hangat. Pertimbangan yang sama harus diberikan
kepada penyediaan bukaan dan rute aliran untuk
pasokan udara segar.
Koneksi vertikal yang besar di gedung-gedung
mungkin bertentangan dengan kontrol kebisingan
dan persyaratan compartmentation api.
Dalam ruang tinggi (multi-room tinggi) suhu udara
mungkin lebih panas di zona atas. Hal ini disebut
sebagai stratifikasi. Untuk suhu rata-rata yang
diberikan, ini berarti bahwa ada zona dingin di
bagian bawah, yang merupakan berita baik jika ini
adalah satu-satunya ruang yang ditempati. Namun
itu berarti bahwa kamar menghadap zona atas
mungkin mengalami kenaikan panas yang tidak
diinginkan, serta mengurangi efek tumpukan karena
tinggi tumpukan mereka lebih kecil.
2.3. Kenyamanan Thermal
Standar internasional mengenai kenyamanan
thermal ( suhu) “ISO 7730 : 1994” menyatakan bahwa
sensasi thermal yang di alami manusia merupakan
fungsi dari 4 faktor iklim yaitu: suhu udara,
radiasi, kelembaban udara, kecepatan angin, serta
faktor-faktor individu yang berkaitan dengan laju
metabolisme tubuh, serta pakaian yang di gunakan.”
11
Prinsip dari pada kenyamanan thermal sendiri
adalah, teciptanya keseimbangan antara suhu tubuh
manusia dengan suhu tubuh sekitarnya. Karena jika
suhu tubuh manusia dengan lingkungannya memiliki
perbedaan suhu yang signifikan maka akan terjadi
ketidaknyamanan yang di wujudkan melalui kepanasan
atau kedinginan yang di alami oleh tubuh.
Supaya dapat hidup dengan baik dan nyaman, suhu
tubuh manusia harus di pertahankan sekitar 37˚C.
Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk mengatur
keseimbangan suhu tubuh dengan pelbagai cara. Tubuh
manusia melepaskan panas secara terus menerus
mengikuti kondisi lingkungan dan pakaian yang di
pakainya, tetapi juga menghasilkan panas secara
terus menerus sebanding dengan makanan yang masuk
dan tingkat kegiatan tubuhnya.
Tubuh manusia akan kedinginan bila terlalu
cepat kehilangan panas, dan merasa kepanasan bila
bila tidak bisa melepas panas dalam waktu yang
tepat.
BAB 3
Ventilasi Udara dan Rendahnya Ceiling pada
Masjid Al-
Muqorrobiin
3.1. Profil Masjid
Masjid ini bernama Masjid Al-Muqorobiin yang
berada di Jalan Jupiter 5 Blok B3 No. 2 Margahayu
Raya, Bandung. Masjid ini memiliki luas bangunan 6m
x 5m. Masjid ini dibangun tahun 2001. Bangunan
eksterior Masjid memiliki ketinggian sekitar 4m.
13
3.2. Analisa Permasalahan
3.2.1.Kurangnya Ventilasi Udara Masjid
Posisi Bangunan Masjid Al Muqorrobiin ini
dihimpit oleh 2 bangunan rumah, sehingga pada
sisi kanan dan sisi kiri bangunan tidak terdapat
ventilasi udara. Ventilasi dan bukaan jendela
hanya terdapat didepan bangunan yang berjumlah 4
bukaan beserta pintu masuk, tepatnya berada
dibelakang jamaah perempuan. Sedangkan barisan
jamaah laki-laki tidak mendapatkan suplai udara
yang cukup karena tidak terdapat ventilasi udara
pada bagian sisi kanan dan kiri bangunan
melainkan suplai udara hanya bersumber dari
ventilasi udara dibelakang jamaah perempuan. Pada
gb. 3 menjelaskan jalur aliran dan pertukaran
udara pada masjid hanya terjadi pada 1 sisi
dinding bangunan bagian depan masjid saja. Ini
mengakibatkan pertukaran udara buangan dan panas
dengan udara bersih dan segar lambat yang
mengakibatkan lamanya perputaran udara panas dan
buangan didalam ruangan. Ventilasi pada bangunan
masjid terdapat pada gb. 4.
Gb.3. Denah Skematik Masjid
Sumber: Dokumentasi Pribadi
=
Alira
Gb.4. Ventilasi pada Bangunan Masjid
Sumber: Dokumentasi Pribadi
15
Berdasarkan teori sistem ventilasi adalah
strategi untuk mencapai kualitas udara di dalam
ruang yang merupakan dasar dari untuk mensuplai
udara segar dalam ruang, jumlah bukaan ventilasi
diperlukan untuk menjaga kualitas udara
tergantung dari kondisi alam dan dominasi sumber
polusi pada ruang tersebut (Allard, 1998). Teori
ini menyatakan bahwa ventilasi adalah cara untuk
menjaga kualitas udara yang baik pada ruangan.
Bila dikaitkan dengan masjid Al- Muqorrobiin,
ventilasi pada masjid ini tidak memenuhi standar
ventilasi/ penghawaan yang baik.
3.2.2. Rendahnya Ceiling Masjid
Berdasarkan gb. 5 merupakan simulasi tampak
depan bangunan interior masjid dengan ketinggian
ceiling 2,5 m. Ceiling rendah ini mempengaruhi
lambatnya sirkulasi udara yang terjadi dalam
ruangan ditambah ventilasi udara yang sangat
kurang dalam bangunan masjid. Ketika salat
berjamaah, masalah ini menyebabkan jamaah
melaksanakan ibadah tidak konsentrasi akibat
panas dan sesak. Berdasarkan teori Stack Effect
adalah sistem dimana udara panas di dalam
bangunan akan naik dan keluar melalui bukaan pada
bagian atas, dan digantikan oleh udara luar yang
lebih dingin yang masuk melalui bukaan pada
bagian bawah di sekitar keliling bangunan.
(Moore, 1993). Tekanan stack effect dihasilkan
oleh perbedaan dan kerapatan udara dengan
temperatur, yaitu udara panas naik dan udara
dingin turun. Pernyataan tersebut mengartikan
bahwa udara buangan dari manusia yang ada didalam
ruangan akan mengalir keatas, berputar dan
berganti dengan udara yang baru dari ventilasi.
Ketika salat berjamaah dilaksanakan dan jamaah
lebih dari 20 orang, udara buangan dan panas
yang ditimbulkan dari setiap jamaah akan mengalir
keatas kemudian menumpuk dan berputar-putar
dizona perputaran udara dan berganti dengan udara
yang baru.
16
Pada kasus masjid yang berceiling rendah
seperti masjid al muqorrobiin ini zona perputaran
udara buangan sangat kecil dan pergantian udara
bersih lambat diakibatkan ventilasi udara yang
sedikit, sehingga udara buangan dan panas akan
bercampur dengan zona penghuni bernapas yang
menyebabkan sesak dan panas. Ketinggian ceiling
bangunan masjid terdapat pada gb.6
Gb.6. Ketinggian Ceiling pada Bangunan
Masjid
Gb.5. Tampak Depan Bangunan Masjid
Sumber: Dokumentasi Pribadi
17
3.3. Kaitan Analisa Permasalahan dan Teori
Apabila masalah rendahnya ceiling dan kurangnya
ventilasi dikaitkan dengan teori stack effect adalah
sistem dimana udara panas di dalam bangunan akan
naik dan keluar melalui bukaan pada bagian atas,
dan digantikan oleh udara luar yang lebih dingin
yang masuk melalui bukaan pada bagian bawah di
sekitar keliling bangunan (Moore, 1993), akan
terjadi peningkatan panas yang tidak seimbang
dengan udara dingin yang masuk dari ventilasi.
Diakibatkan:
1.Rendahnya ceiling membuat perbandingan zona orang
bernafas : zona udara kontaminasi/ buangan &
panas yang naik keatas = 1:2
2.Ventilasi tidak cukup, jika terjadi penumpukan
massa/jamaah ketika shalat berjamaah
Apabila masalah kurangnya ventilasi udara
dikaitkan dengan teori sistem ventilasi yaitu
strategi untuk mencapai kualitas udara di dalam
ruang yang merupakan dasar dari untuk mensuplai
udara segar dalam ruang, jumlah bukaan ventilasi
diperlukan untuk menjaga kualitas udara tergantung
dari kondisi alam dan dominasi sumber polusi pada
ruang tersebut (Allard, 1998). Ventilasi pada
masjid ini tidak memenuhi standar ventilasi/
penghawaan yang baik.
18
BAB 4
OPINI PENELITIAN
Underfloor Air Distribution System sangat membantu lancarnya
sirkulasi udara pada masjid Al – Muqorrobiin yang
berceiling rendah dan kurangnya ventilasi. Karena
sistem underfloor Air Distribution ini menyuplai udara
dari bawah dan mendorong udara buangan ke ceiling
diffuser yang dipasang di ceiling. Ceiling diffuser ini
sebagai pengganti ventilasi tambahan pada masjid ini.
Sistem ini menyediakan Indoor Air Quality yang sangat baik
dan hemat energi dalam pemakaiannya dan diffuser dapat
diatur penempatannya sesuai kebutuhan pengguna.
19
DAFTAR PUSTAKA
Febrita, Yuswinda, 1 Maret 2011, “Ventilasi Solar
Chimney Sebagai Alternatis Desain Passive Cooling Di
Iklim Tropis Lembab”. Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Tadulako. Volume 3 , No.1,
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/RUANG/
article, 20 Mei 2014.
http://heimlerheatcoolplumb.com
http://energydesignresources.com. Minggu,18 Mei 2014
jam 14.39
http://www.seco.cpa.state.tx.us
http://www.price-hvac.com
http://www.stanford.edu
http://www.stanford.edu