12
1 PENURUNAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA BANGUNAN DENGAN MEREDUKSI DISTORSI HARMONIK Dr. Ir. Iwa Garniwa M.K., MT*, Rifky Cahyadi** Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia Kampus Baru UI, Depok 16424, Indonesia Email : [email protected]* , [email protected]** Abstrak Perkembangan teknologi belakangan ini telah memberikan banyak inovasi dan penemuan fenomena baru dalam berbagai bidang. Dalam bidang ketenagalistrikan penyedia atau produsen tenaga listrik telah berusaha mengoptimalkan pengiriman daya kepada konsumen, namun apa yang terjadi semakin banyak peralatan listrik yang semakin canggih digunakan oleh konsumen listrik, semakin banyak menimbulkan pemasalahan baru, yakni permasalahan kualitas daya. Permasalahan kualitas daya khususnya distorsi gelombang tegangan dan arus yang disebut dengan distorsi harmonic dapat menimbulkan kerugian-kerugian seperti : kesalahan operasi peralatan, menaikkan arus netral pada jaringan bintang, menimbulkan rugi energi yang lebih besar, dan kerugian lainnya. Skripsi ini membahas tentang penyebab harmonik, permasalahan yang ditimbulkan khususnya rugi-rugi energi (kWH) dan cara mengeliminasi harmonik dengan menggunakan filter pasif harmonik, Single Tuned Notch Filter. 1. Pendahuluan Perkembangan teknologi belakangan ini telah memberikan banyak inovasi dan penemuan fenomena baru dalam berbagai bidang, sehingga menyebabkan timbulnya permasalahan ‘Kualitas Daya’. Salah satu permasalahan kualitas daya listrik yang cukup memiliki pengaruh besar terhadap kinerja sistem tenaga listrik adalah terdistorsinya bentuk gelombang sinusoidal murni dari sumber kepada beban, yang dikenal dengan istilah distorsi harmonik. Dengan bentuk gelombang yang tidak sinusoidal murni ini menimbulkan banyak kerugian, salah satunya adalah terjadi pemborosan energi akibat komponen energi seperti daya, faktor daya, tegangan dan arus yang menyimpang dari kondisi idealnya. Penyebab harmonik ini adalah tidak lain berasal dari sisi beban itu sendiri, yakni disebabkan oleh adanya peralatan-peralatan beban non-linier, seperti motor berputar, transformator, peralatan elektronika daya, ballast pada lampu penerangan, dan peralatan elektronika. 2. Harmonik Harmonik didefinisikan sebagai suatu komponen gelombang dengan frekuensi kelipatan frekuensi fundamental. Sedangkan distorsi harmonik diartikan sebagai distorsi bentuk gelombang akibat adanya komponen- komponen frekuensi yang ditimbulkan oleh beban-beban non-linier. Dengan Teorema Fourier, gelombang yang terditorsi ini dapat diuraikan menjadi komponen fundamental dan komponen lain berfrekuensi kelipatan bilangan bulat dari frekuensi fundamental. Dan masing- masing komponen dapat dianalisis secara terpisah. Berikut persamaan Fourier, untuk harmonik: Y(t) = Yo+n=1 Yn2 sin(2πf n t + θ n )..(2.1) dengan : Y(t) : Nilai sesaat Yo : Nilai komponen AS Yn : Nilai efektif pada orde ke – n n : 1,2,3... Besarnya cacat harmonik dinyatakan oleh Distorsi Harmonik Total ( THD ), yang dinyatakan sebagai berikut : 2 2 1 n n n M TH D M = = = ……(2-2)

PENURUNAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA BANGUNAN DENGAN MEREDUKSI DISTORSI HARMONIK

  • Upload
    ui

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENURUNAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA BANGUNAN

DENGAN MEREDUKSI DISTORSI HARMONIK

Dr. Ir. Iwa Garniwa M.K., MT*, Rifky Cahyadi**

Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Kampus Baru UI, Depok 16424, Indonesia

Email : [email protected]* , [email protected]**

Abstrak

Perkembangan teknologi belakangan ini telah memberikan banyak inovasi dan penemuan

fenomena baru dalam berbagai bidang. Dalam bidang ketenagalistrikan penyedia atau produsen

tenaga listrik telah berusaha mengoptimalkan pengiriman daya kepada konsumen, namun apa yang

terjadi semakin banyak peralatan listrik yang semakin canggih digunakan oleh konsumen listrik,

semakin banyak menimbulkan pemasalahan baru, yakni permasalahan kualitas daya. Permasalahan

kualitas daya khususnya distorsi gelombang tegangan dan arus yang disebut dengan distorsi harmonic

dapat menimbulkan kerugian-kerugian seperti : kesalahan operasi peralatan, menaikkan arus netral

pada jaringan bintang, menimbulkan rugi energi yang lebih besar, dan kerugian lainnya.

Skripsi ini membahas tentang penyebab harmonik, permasalahan yang ditimbulkan khususnya

rugi-rugi energi (kWH) dan cara mengeliminasi harmonik dengan menggunakan filter pasif harmonik,

Single Tuned Notch Filter.

1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi belakangan

ini telah memberikan banyak inovasi dan

penemuan fenomena baru dalam berbagai

bidang, sehingga menyebabkan timbulnya

permasalahan ‘Kualitas Daya’. Salah satu

permasalahan kualitas daya listrik yang cukup

memiliki pengaruh besar terhadap kinerja

sistem tenaga listrik adalah terdistorsinya

bentuk gelombang sinusoidal murni dari

sumber kepada beban, yang dikenal dengan

istilah distorsi harmonik. Dengan bentuk

gelombang yang tidak sinusoidal murni ini

menimbulkan banyak kerugian, salah satunya

adalah terjadi pemborosan energi akibat

komponen energi seperti daya, faktor daya,

tegangan dan arus yang menyimpang dari

kondisi idealnya. Penyebab harmonik ini

adalah tidak lain berasal dari sisi beban itu

sendiri, yakni disebabkan oleh adanya

peralatan-peralatan beban non-linier, seperti

motor berputar, transformator, peralatan

elektronika daya, ballast pada lampu

penerangan, dan peralatan elektronika.

2. Harmonik

Harmonik didefinisikan sebagai suatu

komponen gelombang dengan frekuensi

kelipatan frekuensi fundamental. Sedangkan

distorsi harmonik diartikan sebagai distorsi

bentuk gelombang akibat adanya komponen-

komponen frekuensi yang ditimbulkan oleh

beban-beban non-linier. Dengan Teorema

Fourier, gelombang yang terditorsi ini dapat

diuraikan menjadi komponen fundamental dan

komponen lain berfrekuensi kelipatan bilangan

bulat dari frekuensi fundamental. Dan masing-

masing komponen dapat dianalisis secara

terpisah. Berikut persamaan Fourier, untuk

harmonik:

Y(t) = Yo+∑n=1∞ Yn√ 2 sin(2πf n t + θ n )..(2.1)

dengan :

Y(t) : Nilai sesaat

Yo : Nilai komponen AS

Yn : Nilai efektif pada orde ke – n

n : 1,2,3...

Besarnya cacat harmonik dinyatakan oleh

Distorsi Harmonik Total ( THD ), yang

dinyatakan sebagai berikut :

2

2

1

n

n

n

M

T H DM

= ∞

==∑

……(2-2)

2

dengan :

Mn = Nilai RMS dari arus atau tegangan ke-n

M1 = Nilai RMS dari arus atau tegangan pada

frekuensi dasar

Secara umum, pengaruh harmonik

pada peralatan tenaga listrik ada tiga, yaitu :

1. Nilai RMS baik tegangan dan arus lebih

besar.

max 2 2

12. 1

h

hhrms M M THD

== = +∑ .....(2-3)

2. Nilai puncak (peak value) tegangan dan

arus lebih besar.

3. Frekuensi sistem turun.

Nilai rms yang terukur merupakan

penjumlahan nilai rms fundamentalnya dan

nilai rms distorsi harmoniknya (rms THD),

seperti diformulasikan pada persamaan

berikut:

THDlFundamentaterukur rmsrmsrms += .(2-4)

Besarnya kWH merupakan besarnya daya

nyata (P) yang terpakai selama satu jam.

Sehingga besarnya kWH ini sebenarnya adalah

besar energi listrik yang terpakai.

Formulasinya dijabarkan sebagai berikut :

tCosIVkWH ... ϕ=

tP.= ...............(2-5)

Besarnya kWH yang terukur terdiri dari

kWHFundamental dan kWHTHD, sehingga jelas

terbukti bahwa dengan adanya distorsi

harmonik menyebabkan bertambahnya

konsumsi kWH.

3. Lokasi & Prosedur Pengukuran

Pengukuran dilakukan pada Gedung Plaza

Centris yang sebelumnya bernama Kunitha

Plaza terletak di Jl. H.R. Rasuna Said Kavling

B-5, Jakarta Selatan. Gedung ini memiliki

distribusi suplai tenaga listrik seperti

digambarkan berikut :

G

PLN

TR 1

1250 kVA

TR 2

1000 kVA

MV

20 KV

LV

220/380V

MDP 1

MDP 2

AC, Lift &

Motors

Penerangan &

stop kontak

GenSet

2x1000 kVA

Gambar 3.1 Distribusi tenaga listrik gedung

Plaza Centris

Panel 1 yang disuplai dari transformator 1

memiliki peralatan perbaikan faktor daya

berupa kapasitor bank 320 kVAR, begitu pula

dengan panel 2 juga memiliki kapasitor bank

410 kVAR.

Dalam melakukan pengukuran harmonik

dan spektrumnya, digunakan peralatan

pengukuran harmonik dan energi, MicroVip 3

Plus Three Phase Energy, seperti terlihat pada

gamba.

Gambar 3.2 Peralatan pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan langkah-

langkah yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menyetel peralatan sesuai kondisi

yang diperlukan dalam pengukuran,

seperti:

a. Mengosongkan memori,

untuk efisiensi pengukuran

b. Mengeset hubungan jaringan

listrik yang akan diukur,

Delta atau Star

c. Frekuensi sistem yang akan

diukur

d. Lama waktu pengukuran dan

frekuensi perekaman data

e. Penyetelan CT dan PT yang

digunakan pada peralatan

pengukuran

2. Setelah pengesetan selesai dilakukan,

pengaktifan pencatatan pengukuran,

mengeset pengukuran pada kondisi

On.

3. Pemasangan peralatan pada system listrik

yang akan diukur.

4. Setelah pengukuran selesai, peralatan

di-nonaktifkan dari pencatatan

pengukuran ke memorinya.

5. Data ditransfer ke computer

(Downloading Data).

4. Hasil dan Analisis Pengukuran

Pengukuran dilakukan pada dua panel

selama kurang-lebih satu hari dengan

pencatatan setiap 3 menit. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui besarnya karakteristik

konsumsi beban pada panel tersebut, sehingga

dapat diketahui berapa besar beban puncak dan

berapa besar distorsi harmoniknya.

3

Proses analisa hasil pengukuran dilakukan

berdasarkan kondisi operasi sistem. Dalam hal

ini kondisi operasi sistem dibagi menjadi dua,

yakni kondisi beban operasi penuh dan beban

non-operasi. Parameter analisa meliputi analisa

kualitas tegangan, arus, harmonik, faktor daya,

serta pengaruh harmonik terhadap konsumsi

kWH.

Harmonik Tegangan

Harmonik Tegangan, seperti telah

dijelaskan, merupakan gelombang distorsi

yang merusak bentuk gelombang fundamental

(sinusoidal) tegangan, sehingga bentuk

gelombang tegangan menjadi buruk (tidak

smooth sinusoidal). Harmonik tegangan ini

dapat menyebabkan terjadinya pemanasan dan

kualitas operasi yang buruk pada peralatan.[3]

Toleransi Total Harmonic Distortion untuk

tegangan adalah sebesar 3 %. Besarnya Total

Harmonic Distortion (THD) untuk tegangan,

adalah sebagai berikut :

Kondisi Pada Beban OperasiPenuh

(jam 7:00– 17:00)

Tabel 4.1 % Distorsi THD V Tiap Fasa

Fasa L1

(%)

Fasa L2

(%) Fasa L3 (%)

Rata-Rata 5.63 5.88 5.35

Maksimum 6.58 6.85 6.35

Minimum 3.59 3.53 3.49

Rata-rata THD untuk fasa L1, L2, L3

melebihi toleransi , sehingga nilai kualitas

tegangan dari sisi THD buruk.

Dari grafik gambar 4.1 berikut terlihat

pula bahwa pada beban operasi besarnya

distorsi harmonik tegangan fasa 1, fasa 2 dan

fasa 3 sudah melebihi standar toleransi 3%.

Data distorsi harmonik tegangan yang tercatat

untuk ketiga fasa semuanya berada di atas

toleransi. Hal ini disebabkan pada beban

operasi beban-beban yang terdapat pada panel

1, seperti AC, lift dan motor listrik pada

chiller, merupakan sumber harmonik.

Grafik THD VL1

Beban Operasi

1THDV >3%

100%

2THDV<3%

0%

1

2

(a)

Grafik THD VL2Beban Operasi

1 THD>3%

100%

2 THD<3%

0%

1

2

(b)

Grafik THD VL3

Beban Operasi

1THD>3%

100%

2THD<3%

0%

1

2

(c)

Gambar 4.1 Prosentase THD V

Diatas Toleransi

a. Fasa 1 b. Fasa 2 c. Fasa 3

Distorsi harmonik tegangan terbesar yang

tercatat terdapat pada fasa 2 sebesar 6.85%

(Gambar 4.2.a). Distorsi sebesar ini sudah jauh

berada di atas toleransi walaupun hanya terjadi

sesaat, namun rata-rata THD tiap fasa sebesar

5.63% untuk fasa 1, 5.83% fasa 2, dan 5.35%

fasa 3 juga berada diatas toleransi distorsi

harmonik sebesar 3%.

Distorsi harmonik tegangan terbesar pada

fasa 2 sebesar 6.85% dapat dilihat pada

gambar 4.2.b Tercatat bahwa harmonik

terbesar terdapat pada harmonik orde 5 sebesar

3.36%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar harmonik disebabkan oleh kapasitor,

karena kapasitor dalam operasinya

menimbulkan harmonik orde 5 dan 7.[3]

(a)

4

(b)

(c)

Gambar 4.2 Kondisi Harmonik Tegangan

Maksimum

a. Prosentasi THD V Tiap Fasa b. Spektrum

Harmonik Tegangan Fasa 2

c. Gelombang Harmonik Fasa 2

Tabel 4.2 THD rms V Tiap fasa

THD rms VOLTAGE

Phasa

L1 Phasa

L2 Phasa

L3

Rata-Rata 11.52 12.07 10.93 Maksimum 13.49 14.07 12.68

Minimum 9.04 8.07 7.89

Tabel 4.3 Fundamental Voltage Tiap Fasa

FUNDAMENTAL VOLTAGE

Phasa

L1 Phasa

L2 Phasa

L3

Rata-Rata 204.17 204.20 204.21

Maksimum 210.80 209.40 211.66

Minimum 199.59 199.89 199.38

Besarnya % distorsi harmonik apabila

dihitung nilai rms-nya, seperti terlihat pada

tabel di atas, menunjukkan nilai yang cukup

besar. Hal ini tentunya merupakan rugi-rugi

daya, karena tegangan merupakan salah satu

komponen daya disamping arus dan faktor

daya. Sehingga distorsi harmonik ini dapat

menaikkan konsumsi energi, kWH. Pada tabel

di atas terlihat perbandingan antara besar rms

THD tegangan dengan besar rms fundamental

tegangan. Perbandingan ini merefleksikan

besarnya % distorsi harmonik.

Kondisi Pada Beban Non Operasi

(jam 17:00– 07:00)

Tabel 4.4 % Distorsi THD V Tiap Fasa

Fasa L1

(%)

Fasa L2

(%)

Fasa L3

(%)

Rata-Rata 1.52 1.4 1.37

Maksimum 4.63 4.43 3.89

Minimum 0 0 0

Rata-rata THD untuk fasa L1, L2, L3

masih dibawah toleransi , sehingga nilai

kualitas tegangan dari sisi THD pada kondisi

non-operasi cukup baik.

Dari grafik gambar 4.3 berikut terlihat

pula bahwa pada beban operasi besarnya

distorsi harmonik tegangan fasa 1, fasa 2 dan

fasa 3 sebagian besar masih berada dalam

standar toleransi 3%. Hal ini disebabkan pada

beban non-operasi beban-beban yang terdapat

pada panel 1, seperti AC, lift dan motor listrik

pada chiller, yang merupakan sumber

harmonik sebagian besar dalam kondisi off

sehingga hanya sedikit memberikan kontribusi

harmoniknya pada sistem.

Grafik THD VL1

Beban Non Operasi

2THD<3%

90%

1THD>3%

10%

1

2

(a)

Grafik THD VL2Beban Non Operasi

2. THD<3%

87%

1. THD>3%

13%

1

2

(b)

Grafik THD VL3Beban Non Operasi

2. THD<3%

88%

1. THD>3%

12%

1

2

(c)

Gambar 4.3 Prosentase THD V Diatas

Toleransi

a. Fasa 1 b. Fasa 2 c. Fasa 3

5

Dari tabel 4.2 dan 4.3 terlihat pula bahwa nilai

perbandingan rms THD tegangan dengan rms

fundamental tegangan yang tercatat pada

kondisi non-operasi lebih kecil apabila

dibandingkan pada kondisi operasi penuh.

Nilai rms THD tegangan minimum yang

tercatat bernilai nol, hal ini dikarenakan THD

minimumnya bernilai nol sehingga tidak

memiliki nilai rms THD.

Tabel 4.5 THD rms V Tiap fasa

THD rms VOLTAGE

Phasa

L1 Phasa

L2 Phasa

L3

Rata-Rata 3.33 3.07 3.00

Maksimum 9.71 9.30 8.16

Minimum 0 0 0

Tabel 4.6 Fundamental Voltage Tiap Fasa

FUNDAMENTAL VOLTAGE

Phasa

L1 Phasa

L2 Phasa

L3

Rata-Rata 218.78 209.68 219.07

Maksimum 225.02 215.92 226.05 Minimum 210.36 204.13 210.16

Harmonik Arus

Harmonik arus merupakan gelombang

distorsi yang merusak bentuk gelombang

fundamental (sinusoidal) arus, sehingga bentuk

gelombang arus menjadi tidak sinusoidal

murni. Seperti telah diuraikan pada Bab II

penyebab utama timbulnya Harmonik adalah

peralatan yang bersifat non-linier, seperti

komputer, peralatan elektronik, robotics

(sistem kontrol), balast lampu elektronik,

variable speed drives, frequency inverters,

UPS (Uninterruptable Power Supply), DC

drives, battery chargers.Adanya harmonik arus

ini akan menyebabkan beberapa kerugian pada

operasi peralatan diantaranya overheating,

operasi peralatan yang tidak reliable, netral

overloading, penurunan life time peralatan dan

peningkatan konsumsi kwh (arus).

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,

gelombang arus harmonik ditimbulkan oleh

peralatan beban-beban non-linier, sehingga

yang pertama kali mengalami distorsi

harmonik adalah arus, kemudian tegangan

akan mengalami distorsi harmonik secara

induksi oleh arus harmonik tersebut.

Kondisi Pada Beban Operasi Penuh

(jam 7:00– 17:00)

Tabel 4.7 %THD Arus

Fasa L1

(%)

Fasa L2

(%)

Fasa L3

(%)

Rata-Rata 24.76 29.15 26.93

Maksimum 33.00 42.38 39.61

Minimum 22.00 26.08 23.85

Besarnya THD arus, jauh melebihi batas

toleransi (10%), sehingga distorsi THD arus

sangat buruk untuk itu perlu dilakukan

perbaikan dengan memasang filter harmonik.

Nilai THD terbesar pada beban operasi sebesar

42.38% pada fasa 2(Tabel 4.7) yang tercatat

pada alat ukur (Gambar 4.4).

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.4 Kondisi Harmonik Arus

Maksimum Beban Operasi

a. Prosentasi THD I Tiap Fasa b. Spektrum

Harmonik Arus Fasa 2

c. Gelombang Harmonik Fasa 2

6

Tercatat bahwa harmonik terbesar

terdapat pada harmonik orde 5 sebesar 36.3%

dan harmonik orde 7 sebesar 17.3%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar harmonik

disebabkan oleh kapasitor, karena kapasitor

dalam operasinya menimbulkan harmonik orde

5 dan 7.[3]

Jelas terlihat bahwa beban-beban yang

dimiliki oleh sistem merupakan beban-beban

sumber harmonik. Komposisi prosentasi

terjadinya harmonik pada beban operasi yang

melebihi standar toleransi pada sistem dapat

dilihat pada grafik lingkaran gambar 4.5 di

bawah ini.

Grafik THD IL1

Beban Operasi

1THD>10%

100%

2 THD<10%

0%

1

2

(a)

Grafik THD IL2

Beban Operasi

2 THD<10%

0%

1THD>10%

100%

1

2

(b)

Grafik THD IL3

Beban Operasi

1THD>10%

86%

2THD<10%

14%

1

2

(c)

Gambar 4.5 Prosentase THD I Diatas Toleransi

a. Fasa 1 b. Fasa 2 c. Fasa 3

Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada

beban operasi prosentasi terjadinya THD arus

yang melebihi standar sangat besar yakni

diatas 100%, kecuali pada fasa tiga sebesar

86%. Hal ini menunjukkan kondisi harmonik

yang buruk bagi sistem.

Dengan adanya distorsi harmonik pada

sistem ini, maka arus yang terpakai merupakan

penjumlahan rms arus fundamental dan rms

arus THD. Dengan demikian adanya harmonik

ini akan menimbulkan rugi daya akibat arus

rms THD. Perbandingan nilai rms THD yang

dihasilkan oleh adanya harmonik dengan nilai

rms fundamentalnya pada beban operasi dapat

dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8.

Tabel 4.7 RMS Arus Fundamental

FUNDAMENTAL CURRENT

Phasa

L1 Phasa

L2 Phasa

L3

Rata-Rata 823.02 749.01 780.42 Maksimum 941.46 861.00 886.28

Minimum 610.68 541.88 561.98

Tabel 4.8 RMS Arus THD

THD rms CURRENT

Phasa

L1 Phasa

L2 Phasa

L3

Rata-Rata 203.04 217.12 208.74

Maksimum 231.89 238.30 229.29

Minimum 158.71 178.33 172.63

Arus THD seperti yang tercatat pada

pengukuran ini menunjukkan bahwa rms arus

THD ini merupakan rugi yang cukup besar.

Karena dengan besarnya rugi arus maka secara

langsung menyebabkan rugi daya dan otomatis

menyebabkan rugi-rugi energi.

Kondisi Pada Beban Non Operasi

(jam 22:00– 07:00)

Tabel 4.9 %THD Arus

Fasa L1 (%) Fasa L2 (%) Fasa L3

(%)

Rata-Rata 17.4 21.3 23.4

Maksimum 39.7 53.1 57.8

Minimum 9.5 7.4 8.8

Pada beban non-operasi besarnya THD

arus, juga jauh melebihi batas toleransi (10%),

sehingga kualitas THD arus sistem baik pada

saat beban operasi maupun beban non-operasi

sangat buruk. Tercatat bahwa nilai maksimum

THD arus yang terjadi pada beban non-operasi

sebesar 57.8% pada fasa 3, lebih besar dari

maksimum THD pada beban operasi (Tabel

4.9). Namun apabila dibandingkan pada saat

beban operasi penuh besarnya arus yang

terukur pada beban non-operasi hampir

setengahnya, sehingga besarnya nilai rms THD

arus pada beban non-operasi ini lebih kecil.

Besarnya THD arus sampai maksimum 57.8%

ini menunjukkan buruknya distorsi harmonik

yang terjadi. Kondisi arus harmonik arus ini

dapat dilihat pada gambar 4.6.

7

(a)

(b)

(c)

Gambar 4.6 Kondisi Harmonik Arus

Maksimum Beban Non-Operasi

a. Prosentasi THD I Tiap Fasa b. Spektrum

Harmonik Arus Fasa 3

c. Gelombang Harmonik Fasa 3

Dengan adanya distorsi harmonik pada

sistem ini, maka arus yang terpakai merupakan

penjumlahan rms arus fundamental dan rms

arus THD. Dengan demikian adanya harmonik

ini akan menimbulkan rugi daya akibat arus

rms THD. Perbandingan nilai rms THD yang

dihasilkan oleh adanya harmonik dengan nilai

rms fundamentalnya pada beban operasi dapat

dilihat pada tabel 4.9 dan tabel 4.10.

Arus THD seperti yang tercatat pada

pengukuran ini menunjukkan bahwa rms arus

THD ini merupakan rugi yang cukup besar.

Karena dengan besarnya rugi arus maka secara

langsung menyebabkan rugi daya dan otomatis

menyebabkan rugi-rugi energi.

Tabel 4.9 RMS Arus Fundamental

FUNDAMENTAL CURRENT

Phasa

L1 Phasa

L2 Phasa

L3

Rata-Rata 92.99 71.38 67.64

Maksimum 456.92 387.29 406.17

Minimum 36.13 24.20 15.47

Tabel 4.10 RMS THD Arus

THD rms CURRENT

Phasa L1 (%)

Phasa L2 (%)

Phasa L3 (%)

Rata-Rata 23.97 22.01 21.75

Maksimum 165.63 135.17 130.29

Minimum 4.07 0.00 0.00

Pengaruh Distorsi Harmonik Tegangan

Terhadap Konsumsi KWH

Grafik gambar 4.7 menunjukkan

hubungan antara besarnya distorsi harmonik

tegangan (THD V) terhadap konsumsi kWH.

Terlihat bahwa semakin besar nilai THD V

pemakaian konsumsi kWH semakin besar

pula, khususnya saat beban operasi penuh

(Gambar 4.7.a). Kemudian apabila nilai

%THD V diurutkan besarnya pada grafik,

semakin terlihat bahwa semakin besar %THD

V maka pemakaian kWH semakin besar pula.

Grafik Rata2 THDV-kWH

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1.5

2

0.8

1.1

9

1.3

5

1.3

9

1.7

9

1.2

4

1.2

5

1.0

7

0.8

1 1

0.9

5

1.0

3

0.5

5

rata2 THD V

kW

H

(a)

Grafik Rata2 THDV-kWH

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0.1

8

0.8

0.9

0.9

6

1.0

1

1.0

5

1.1

1.1

4

1.2

2

1.3

1.4

3

1.5

9

1.7

6 2

rata2 THD V

kW

H

(b)

Gambar 4.7 Grafik kWH Terukur-THD V

a. Berdasarkan Urutan Waktu Pengukuran b.

Berdasarkan Urutan Nilai THD V

Berdasarkan data dapat dibuat grafik

pengaruh distorsi harmonik tegangan terhadap

rugi-rugi kWH. Distorsi harmonik tegangan

8

masih dalam batas toleransi (3%) rugi-rugi

energi dalam hal ini rugi kWH yang terhitung

tidak terlalu besar.

%THD V vs kWH THD

0

1

2

3

0.4

9

0.6

8

1.1

8

1.2

1

1.1

5

1.0

4

1.0

4

1.0

3

1.1

5

1.5

2

1.6

4

2.0

7

% THD V

kW

H T

HD

Gambar 4.8 Grafik %THD V vs kWH THD

Grafik Scatter yang terlihat pada gambar

4.9 di bawah ini menunjukkan tidak ada

korelasi, artinya hubungan antara kenaikkan

kWH disebabkan oleh adanya distorsi

harmonik tegangan tidak memiliki korelasi, hal

ini disebabkan karena distorsi harmonik

tegangan yang terjadi sangat kecil/masih dapat

ditoleransi. Sehingga rugi-rugi yang terjadi

tidak didominasi oleh distorsi harmonik

tegangan.

Scatter kWH-THD V

0

1

2

3

0 5 10 15

kWH

Ra

ta2 T

HD

V

Gambar 4.9 Grafik Scatter kWH vs THD V

Pengaruh Distorsi Harmonik Arus

Terhadap Konsumsi KWH

Grafik gambar 4.10 menunjukkan

hubungan antara besarnya distorsi harmonik

arus (THD I) terhadap konsumsi kWH.

Terlihat bahwa semakin besar nilai THD I

pemakaian konsumsi kWH semakin besar

pula, khususnya saat beban operasi penuh

(Gambar 4.10.a). Sedangkan pada saat beban

non-operasi karena beban hanya sedikit

mengkonsumsi energi maka besarnya kWH

turun. Kemudian apabila nilai %THD I

diurutkan besarnya pada grafik, semakin

terlihat bahwa semakin besar %THD I maka

pemakaian kWH semakin besar pula.

Grafik Rata2 THD I-kWH

0

5

10

15

13.5 11

14.8 15

18.2

17.2

13.7

8.7

3

10.9

7.8

4

8.2

2

10.8

7.7

7

Rata2 THD I

kW

H

(a)

Grafik Rata2 THD I-kWH

0

5

10

15

4.3

8

7.4

7

7.9

1

8.4

9.2

4

10.8

11.6

12.3 13

13.6

14.9

16.1

17.2

Rata2 THD I

kW

H

(b)

Gambar 4.10 Grafik kWH Terukur-THD I

a. Berdasarkan Urutan Waktu Pengukuran b.

Berdasarkan Urutan Nilai THD I

Berdasarkan data dapat dibuat grafik

pengaruh distorsi harmonik arus terhadap rugi-

rugi kWH. Distorsi harmonik arus lebih dari

toleransi (10%) akan memakan energi yang

besar apabila dibandingkan dengan distorsi

harmonik yang masih dapat ditoleransi.

Sehingga apabila sistem memiliki distorsi

harmonik arus diatas batas toleransi sudah

sebaiknya sistem diberikan filter harmonik

untuk menghindari terjadinya rugi-rugi energi

dalam hal ini rugi kWH.

%THD I vs kWH THD

0246

8101214

3.7

2

9.6

7

10.1

10.4

10.7

42.5

33.4

24.9

26.2 26

26.7

27.6

%THD I

kW

H T

HD

Gambar 4.11 Grafik %THD I vs kWH THD

Grafik Scatter yang terlihat pada gambar

4.12 di bawah ini menunjukkan korelasi positif

mungkin ada, artinya hubungan antara

kenaikkan kWH disebabkan oleh adanya

distorsi harmonik tegangan memiliki

kemungkinan.

Scatter kWH-THD I

0

5

10

15

20

0 5 10 15

kWH

Ra

ta2 T

HD

I

Gambar 4.12 Grafik Scatter kWH vs THD I

Berdasarkan hasil analisa, penyebab

terjadinya harmonik pada gedung Plaza Centris

dapat digambarkan dalam diagram fishbone

(Gambar 4.13) berikut :

9

Harmonic

Distortion

AC Chiller

Lighting

Electronic

Equipment

Lift

Capasitor

Bank

Gambar 4.13 Diagram Fishbone

Distorsi Harmonik

5. Rancangan Filter Pasif Harmonik

5.1. Perhitungan Komponen Filter

Perancangan filter pasif harmonik

yang diterapkan pada tugas akhir ini berupa

‘Single Tuned Notch Filter Harmonic’. Filter

ini diterapkan pada sistem berdasarkan

pengamatan hasil pengukuran distorsi

harmonik yang terjadi pada setiap panel

sistem.

380 Volt Bus

Filter

Reactor

Power FactorCorrection Capasitor

Gambar 5.1 Single tuned notch filter

Filter pasif yang diterapkan pada sistem

seperti terlihat pada gambar 5.1, merupakan

notch filter. Artinya filter ini dibuat dengan

taktik pertimbangan memanfaatkan kapasitor

bank yang sudah terdapat pada sistem. Filter

ini disetel pada frekuensi sedikit dibawah

frekuensi harmonik. Metoda ini dilakukan

sebagai toleransi komponen filter untuk

mencegah resonansi yang terjadi dalam sistem

pada frekuensi harmonik yang mengganggu.

Untuk merancang filter ini dibutuhkan

data distorsi harmonik arus yang terbesar,

kemudian pada distorsi harmonik arus tersebut

dicatat berapa besar orde harmonik tertinggi

yang terdapat pada distorsi harmonik

tegangannya. Kriteria yang didasarkan pada

tegangan harmonik lebih tepat untuk desain

filter, karena lebih mudah menjamin berada

dalam batas tegangan yang layak daripada

membatasi tingkat arus karena adanya

perubahan impedansi jaringan AC. Data

distorsi harmonik yang dibutuhkan dalam

perancangan filter pada kedua panel terdapat

pada tabel 5.1 dan 5.2 dibawah ini.

Tabel 5.1 Data Filter Harmonik

Maksimum THD I (%) 57.8 Phase 3

THD V with the Highest THD I (%)

1.89

Highest Harmonic Order THD V (%)

1.25 Order 5

PFCC kVAR ON 320

Penentuan besarnya kVAR actual dari

kapasitor (PFCC kVAR ON) dihitung

berdasarkan persamaan berikut :

2

=

rated

actual

ratedactualkV

kVkVARkVAR .....(5-1)

Hasil pengukuran besarnya actual voltage

dan rated voltage adalah sama, sehingga

besarnya actual kVAR dan rated kVAR sama,

yakni 320 kVAR. Arus pada frekuensi

fundamental untuk bank kapasitor pada kedua

panel ditentukan oleh persamaan berikut :

actual

actual

FLcap

kV

kI

3

var= ...............(5-2)

Didapatkan IFlcap sebesar 486.2 A.

Impedansi ekivalen satu fasa dari dari

bank kapasitor ditentukan dengan formulasi

berikut :

rated

ratedC

M

kVX

var

2

= .................(5-3)

Berdasarkan perhitungan didapatkan

impedansi bank kapasitor ekivalen satu fasa

sebesar 0.451 Ω.

Impedansi reaktor filter ditentukan dengan

formulasi berikut ini :

2n

XX C

R = ...................(5-4)

dengan : n = orde harmonik tegangan yang

difilter (disetel sedikit dibawah ordenya)

Orde harmonik yang akan difilter pada

kedua panel adalah orde 5, sehingga

penyetelan diturunkan sedikit dibawahnya

yakni sebesar 4.8. Berdasarkan perhitungan

10

didapatkan besarnya impedansi reaktor filter

sebesar 0.0196 Ω.

Dengan adanya reaktor filter maka arus

fundamental pada kapasitor meningkat ,

peningkatannya sebesar IFL filter ditentukan oleh

persamaan berikut :

( )RC

bus

FLXX

VI

filter +=

3 .......(5-5)

Kenaikan arus yang terjadi sebesar 508.6 A.

Berdasarkan fakta kenaikan arus fundamental

oleh filter, besarnya kompensasi daya reaktif

(kVAR) yang disuplai menjadi lebih besar dari

rating kapasitor. Kenaikkannya ditentukan oleh

persamaan berikut :

filterFLbusplied IVkVAR **3sup = ...............(5-6)

Didapatkan kVar yang disuplai sebesar 334.75

kVar. Rating kapasitor ini harus dibandingkan

dengan standar limit kapasitor (IEEE std. 18-

1980). Besarnya limit kVar kapasitor ialah

135%, sedangkan pada perancangan filter ini

kenaikkan kVar hanya sebesar 104.6% pada

kedua panel, masih dalam batas standar.

Informasi hasil rancangan filter dan

spesifikasinya disajikan pada tabel 5.3

dibawah ini.

Tabel 5.3 Informasi Filter

INFORMASI DESAIN FILTER

PANEL 1

FREKUENSI SISTEM : 50 Hz

RATING BANK

KAPASITOR : 320 kVar

RATING ARUS BANK

KAPASITOR : 486.2 Amp

PENYETELAN FILTER

HARMONIK : 4.8 th

PENYETELAN

FREKUENSI FILTER : 240 Hz

IMPEDANSI KAPASITOR

EKIVALEN : 0.451 Ω

IMPEDANSI REAKTOR : 0.0196 Ω

NILAI INDUKTOR : 62.4 ηH ARUS BEBAN PENUH

FILTER : 508.6 Amp

Karakteristik penyetelan filter

digambarkan oleh faktor kualitas, Q. Kualitas

dari sebuah filter merupakan ukuran ketajaman

penyetelan filter dalam mengeliminasi

harmonik, didefinisikan oleh persamaan

(Q=XL/R). Karena filter yang dirancang untuk

gedung Plaza Centris ini untuk harmonik

frekuensi rendah maka nilai Q diharapkan

setinggi mungkin. Nilai Q yang tinggi

didapatkan dengan memberi nilai R yang kecil.

Pada filter ini nilai R hanya merupakan nilai

resistensi dari induktor/reaktor. Sehingga

dalam perancangannya tidak perlu

menambahkan resistor pada filter.

Dengan demikian tuntas sudah

perancangan filter pasif harmonik ‘Single

Tuned Notch Filter’. Langkah selanjutnya

adalah pemilihan reaktor yang sesuai dengan

kebutuhan dan pemasangan filter untuk

kemudian dievaluasi kembali hasil kerja filter

tersebut pada sistem.

5.2. Analisis Hasil Rancangan Penerapan Filter

Pada Sistem

Pemasangan single tuned notch filter

harmonic mengurangi nilai rms tegangan

dan rms arus terukur, hal ini disebabkan oleh berkurangnya nilai rms THD dari

tegangan dan arus yang memiliki

kontribusi dalam menambah nilai rms

terukur dari tegangan dan arus. Data nilai

rms tegangan dan arus setelah pemasangan

filter dapat dilihat pada tabel berikut :

Kondisi Pada Beban Operasi Penuh

(jam 7:00– 17:00)

Tabel 5.4 Voltage rms

Tegangan

VL1 VL2 VL3

Maksimum 219.88 219.22 217.69

Minimum 211.98 212.82 212.32

Tabel 5.5 Current rms

Arus

IL1 IL2 IL3

Maksimum 484.73 422.11 435.39

Minimum 1081.67 1015.39 1041.76

Kondisi Pada Beban Non Operasi

(jam 22:00– 07:00)

Tabel 5.6 Voltage rms

Tegangan

VL1 VL2 VL3

Maksimum 220.03 220.39 218.19

Minimum 220.69 220.63 220.14

11

Tabel 5.7 Current rms

Arus Panel 1

IL1 IL2 IL3

Maksimum 555.01 493.78 505.78

Minimum 43.85 27.31 23.19

Filter ini diterapkan pada ketiga fasa

setiap panel, sehingga pengurangan nilai

rms yang terjadi berdasarkan perhitungan juga terjadi pada setiap fasanya. Nilai rms

tegangan dan arus dihitung tanpa

mengikutsertakan rms harmonik orde 5,

hal ini dilakukan karena filter ini disetel

pada harmonik orde 5. Nilai rms harmonik

orde 5 memiliki kontribusi yang besar

pada nilai THD, sehingga saat rms harmonik orde 5 dihilangkan, besarnya

nilai rms THD mengalami penurunan

cukup berarti. Dengan berkurangnya nilai

rms tegangan dan arus ini mengakibatkan

turunnya konsumsi kWH sistem.

Penurunan nilai konsumsi kWH

setelah pemasangan filter ini dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.12 kWH

kWH Setelah Pemasangan Filter

Beban Operasi

Penuh Beban Non-

Operasi

Maksimum 31.52 15.99

Minimum 13.51 0.69

Sedangkan sebelum pemasangan filter kWH

THD terukur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.14 kWH

kWH Sebelum Pemasangan Filter

Beban Operasi

Penuh Beban Non-

Operasi

Maksimum 33.97 16.87

Minimum 23.08 0.62

Konsumsi kWH setelah pemasangan

filter baik dalam kondisi operasi penuh

maupun kondisi non-operasi mengalami

penurunan yang cukup berarti. Pada kondisi

beban operasi penuh maksimum penurunannya

sebesar 7.2%, dan pada kondisi non-operasi

maksimum sebesar 5.2% untuk pencatatan

konsumsi kWH selama tiga menit. Sehingga

rugi-rugi konsumsi kWH dapat dikurangi dan

upaya penghematan energi dalam bentuk kWH

melalui peredaman distorsi harmonik dapat

dilakukan.

Pengurangan konsumsi energi listrik

(kWH) sebesar ini dapat memiliki pengaruh

yang cukup besar bagi konsumen terhadap

biaya pengeluaran yang dikeluarkan untuk

energi listrik. Dengan demikian pemasangan

Single Tuned Notch Filter, yang

memanfaatkan bank kapasitor sebagai salah

satu komponen filternya, dapat mengurangi

rugi-rugi konsumsi energi listrik (kWH).

Namun yang perlu menjadi perhatian ialah

bahwa filter jenis ini hanya dapat meredam

satu frekuensi harmonik saja, sehingga apabila

suatu sistem memiliki lebih dari satu orde

harmonik yang besarnya cukup berarti bagi

kontribusi distorsi, maka pemasangan filter ini

menjadi tidak ekonomis.

5. Kesimpulan

1. Semakin besarnya distorsi harmonik

total ( THD ) tegangan catu motor

induksi, semakin besar gradien

kenaikan suhu.

2. Selain besar THD, kondisi tegangan

tidak seimbang (Unbalanced Voltage)

menentukan besar gradien kenaikan

suhu.

3. Komponen harmonik urutan negatif

akan membuat motor induksi lebih

lambat mencapai kondisi tunak,

disebabkan timbulnya torsi invers.

4. Tegangan harmonik pada motor

induksi menimbulkan pulsasi torsi

sehingga terjadi getaran lebih,

pemanasan, penurunan kecepatan dan

berkurangnya umur motor induksi.

5. Tegangan harmonik dengan tingkat

THD dibawah 3.3 %, dapat dianggap

tidak berpengaruh pada nilai efisiensi

motor.

Referensi [1] Wildi, Theodore, “ Electrical Machines,

Drives, and Power Systems”, Prentice

Hall Internasional, Inc,1997.

[2] Zuhal, “ Dasar Tenaga Listrik dan

Elektronika Daya “, PT Gramedia Pustaka

Utama, 1995.

[3] Trinurkalid, “Perbandingan Lojik Pemutus

Hubungan Pada Kendali Torsi Langsung

Motor Induksi Tiga Fasa “, Skripsi,

Universitas Indonesia, Agustus, 2002.

12

[4] Chapman, Stephen J, “ Electrical

Machinery Fundamental “, Mc Graw-Hill

International, 1999.

[5] Zunaedi, Totok, “ Eliminasi Harmonik dan

Kompensasi Daya Reaktif di PT Engenys

Steel “, Skripsi, Universitas Indonesia,

Desember, 1999.

[6] Square D Data Bulletin, “ Power System

Harmonic, Causes and effect of Variable

Frequency Drive, Relative to The IEEE

519-1992 standard “, Square D, 1994.

[7] Reza, Ahmad, “ Simulasi dan Analisis

Pengaruh Harmonik Terhadap Faktor

Daya Dengan Menggunakan Perangkat

Lunak EDSA Technical 2000 ”, Skripsi,

Universitas Indonesia, Agustus, 2002.

[8] Chapman, David, “ Harmonic,Causes and

Effect “, Power Quality Application

Guide, Copper Development Association,

Maret, 2001.

[9] “ Harmonics, Transformer and K-Factor “,

CDA Publication, Copper Development

Association, September, 2000.

[10] Mohan, Ned; M Undeland, Tore dan P

Robbins, William, “ Power Electronics,

Converters, Applications and Design”,

John Willey and Sons,Inc, 1989.

[11] Dugan, Roger C; F McGranaham, Mark

dan H Beaty, Wayne, “ Electrical Power

Systems Quality “, Mc Graw- Hill, 1996.