Upload
independent
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Dalam Belajar”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
“Media Pengajaran”
Dosen Pembimbing :
Sodik Murdiono, S.Pd M. Pd, MM
Disusun Oleh :
Indah Dwi Mursini
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-KARIMIYAH (STAISKA)
SEMESTER III
Jl. H. Maksum No. 23 Sawangan Baru – Depok 16511
2014
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Dalam Belajar”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bermanfaat untuk pengembangan pemikiran kita dan semoga dapat diterima oleh para pembaca dengan sebaik-baiknya.
Depok, Januari 2014
Penyusun
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah Swt yang harus di pertanggung
jawabkan oleh setiap orang tua dalam berbagai aspek kehidupannya. Diantaranya
bertanggung jawab dalam pendidikan, kesehatan, kasih sayang, perlindungan yang baik,
dan berbagai aspek lainnya.
Pendidikan perlu dilihat sebagai suatu proses yang berterusan, berkembang, dan
serentak dengan perkembangan individu seorang anak yang mempelajari apa saja yang
ada di lingkungannya. Dengan kemahiran yang diperolehnya anak akan
mengaplikasikannya dalam konteks yang bermacam-macam dalam hidup kesehariannya
di saat itu ataupun sebagai persiapan untuk kehidupannya dimasa yang akan datang.
Menurut perspektif Islam, pendidikan anak adalah proses mendidik, mengasuh,
dan melatih jasmani dan rohani mereka yang dilakukan orang tua sebagai tanggung
jawabnya terhadap anak dengan berlandaskan nilai baik dan terpuji bersumber dari Al-
Qur’an dan Sunnah. Bahkan dalam Islam sistem pendidikan keluarga ini dipandang
sebagai penentu masa depan anak. Sampai-sampai di ibaratkan bahwa surga neraka anak
tergantung terhadap orang tuanya1
Dalam Islam orangtua bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan sesuai
dengan fitrahnya, yaitu keimanan kepada Allah Swt. Fitrah ini merupakan kerangka
. Maksudnya adalah untuk melahirkan anak yang
menjadi generasi insan yang rabbani, yang beriman, bertaqwa, dan beramal shaleh adalah
tanggung jawab orangtua.
Anak-anak diperingkat awal usianya, mereka di bentuk dan dididik sejak dari awal.
Islam dan barat mempunyai perspektif yang sama dalam hal ini. Apa yang
membedakannya ialah Islam menekankan pembentukan dasar (ketauhidan) seorang anak
bukan hanya kelakuan fisikal dan intelektualnya saja, tetapi pemantapan akhlak juga
perlu diterapkan seiring dengan penerapan keimanan di dalam ruh dan jiwa anak. Kalau
suatu informasi yang diterima oleh seorang anak itu hanya diatas pengetahuan tanpa
adanya penanaman aqidah dan pemantapan akhlak akibatnya generasi yang dihasilkan
mungkin bijaksana dan tinggi tahap perkembangan intelektualnya tetapi dari aspek-aspek
yang lain (aqidah dan akhlaknya) ia pincang dan tiada keseimbangan.
1 M.Nippan Abdul Halim,Anak shaleh Dambaan Keluarga,(Yogyakarta: Mitra Pustaka,2003) cet.3 hal.87
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
2
dasar operasional dari proses penciptaan manusia. Di dalamnya terkandung kekuatan
potensial untuk tumbuh dan berkembang secara maksimal dan mengarahkannya untuk
mencapai tujuan penciptaannya. Konsep dasar keimanan ini telah digambarkan dalam
Al-Qur’an ketika Luqmanul Hakim memberikan pendidikan dasar terhadap anaknya.
Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap orangtua,
anak juga buah hati, anak juga cahaya mata, tumpuan harapan serta kebanggaan
keluarga. Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan
dapat membawa kemajuan dimasa mendatang. Anak juga merupakan ujian bagi setiap
orangtua sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 28 yang
berbunyi : عنده أجر عظيم ما أموالكم وأوالدكم فتنة وأن هللا واعلموا أن
Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.” 1F
2 (QS.al-Anfal ayat 28).
Ayat tersebut diatas, menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada
orang tua adalah anak-anak mereka. Itulah sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-
benar bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah Swt sekaligus menjadi
batu ujian yang harus dijalankan. Jika anak yang di didik mengikuti ajaran Islam maka
orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil ketaatan mereka.
Namun, fenomena yang ada menunjukkan masih banyak orangtua yang tidak
bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Masih banyak anak-anak yang tidak
memperoleh haknya dari orangtua mereka seperti : hak mendapatkan perawatan dengan
penuh kasih sayang, hak memperoleh pendidikan yang baik dan benar, hak menerima
nafkah yang halal dan baik, dan sebagainya. 2 F
3
Di beberapa sudut kota Medan, penulis melihat masih banyak anak-anak yang
terlantar, tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya secara wajar,
tidak memperoleh perlindungan dan tempat tinggal yang layak bahkan banyak anak-anak
yang terpaksa meninggalkan bangku sekolah dan menjadi gepeng (gelandangan
pengemis) karena di telantarkan orangtuanya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal
Islam datang dengan konsep ajaran yang begitu mulia memperhatikan hak setiap
individu, termasuk anak-anak. Penulis berharap tulisan yang mengangkat konsep
tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak menurut Al-Qur’an ini menjadi 2 M.Nasib Ar-Rifa’i,Ringkasan Tafsir ibnu katsir,(Jakarta:Gema insani.1999) hal.509 3 M.Nipan......anak.....hal.28-37
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
3
suatu pencerahan kepada semua pembaca, untuk mengingatkan setiap orangtua di
lingkungan kita agar terus bertanggung jawab kepada anak-anaknya.
Jumlah anak terlantar semakin tahun terus meningkat. Padahal mereka seharusnya
mendapatkan kebutuhan hidupnya baik makanan dengan gizi yang cukup, pemeliharaan
kesehatan, pakaian, curahan kasih sayang, perlindungan, bimbingan, dan pendidikan
karena si anak harus mendapatkan perhatian khusus dan di berikan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara jasmani, rohani,
maupun sosialnya.
Di Indonesia di perkirakan jumlah anak terlantar sekitar 3,5 juta jiwa. Inipun
terbatas pada kelompok anak-anak yatim-piatu dimana dari jumlah itupun sedikit
diantara mereka yang terjangkau pelayanan sosial (Irwanto,dkk 1998). Di tahun 2007,
jumlah anak terlantar yang ada semakin meningkat lagi karena semenjak situasi krisis
mulai merambah ke berbagai wilayah, maka sejak itu pula kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang secara wajar sering kali menjadi terganggu.4
Anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab orangtuanya melalaikan
tanggung jawabnya sebagai kewajiban terhadap anak-anaknya sehingga kebutuhan anak
tidak dapat terpenuhi dengan wajar,baik secara jasmani maupun sosial (UU No.4 Tahun
1979 tentang kesejahteraan anak).
5
Usia dini merupakan periode sumber bagi perkembangan otak dengan segala
stimulasi rangsangan otak. Bahkan setelah mengikuti perkembangan anak-anak,
Dr.Manrique melihat nilai kecerdasan anak yang menerima stimulasi sehingga 6 tahun
terus semakin kuat, sehingga semakin melebar kesenjangan kecerdasannya dibandingkan
teman-teman sebayanya.
Idealnya, semakin dini pendidikan, pembinaan, dan pengarahan yang diberikan
terhadap anak, akan semakin berarti bagi kematangan dan kesiapannya dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sedang dan akan dihadapinya.
Tentunya tidak dilakukan begitu saja atau dipaksakan secara cepat kepada anak.
Pembekalan ini harus disampaikan dengan penuh kasih sayang, menyenangkan, penuh
kesabaran, ketekunan, serta penuh keuletan. Selain itu disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan anak.
6
4 http:/benradit word press.com/2012/04/14/anak jalanan 5 ibid 6 Ali Nugraha dan Neny Ratnawati,Kiat-kiat Merangsang kecerdasan anak,(Jakarta:Pustaka Swara,2003).cet1.hal.3
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
4
Interaksi pendidikan terhadap anak dapat berlangsung sejak dini dalam lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah sebagai lingkungan pertama dan
utama7
Nilai budaya dan apapun yang diperoleh anak dari keluarga akan menjadi dasar
dan dikembangkan pada kehidupan selanjutnya
. Sebab, keluarga tempat anak dipelihara, diasuh, dididik, dibimbing dengan
pembiasaan dan latihan. Orangtua harus memahami perkembangan anak. Sebab, anak
belajar secara alami dari orangtuanya dan orang-orang yang berinteraksi dengannya.
Peran Orangtua sangat dibutuhkan, yaitu bagaimana orang tua memotivasi dan memacu
potensi anak agar tidak menjadi rendah diri dan dapat berkembang baik sebab mereka
punya potensi untuk tumbuh kreatif, cerdas, dan bertauhid.
8
B. Rumusan Masalah
. Perilaku orangtua sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Sehingga orangtua hendaknya selalu
selektif dalam memilih dan mengembangkan sikap pro-aktif dalam perkembangan
anaknya. Dalam pola asuh pro-aktif ini orangtua dituntut untuk berfikir dan berinisiatif
dalam melakukan tindakan-tindakan yang dapat membantu perkembangan anaknya.
Jelaslah sudah bahwa orangtua tidak bisa menghindarkan diri sebagai pemikul
utama dan bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Ini adalah tugas keluarga,
lembaga pra sekolah, dan sekolah hanya berperan sebagai patner pembantu.
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, ada beberapa rumusan
yang ingin disampaikan dan dikaji dalam penelitian ini, berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an
yang berkaitan tentang tanggung jawab, yaitu:
1. Bagaimana pandangan Al-Qur’an tentang tanggung jawab orang tua terhadap
pendidikan anak-anaknya?
2. Bagaimana tanggung jawab terhadap diri sendiri (tanggung jawab individu)?
3. Bagaimana tanggung jawab terhadap keluarga (tanggung jawab orangtua kepada anak,
anak kepada orangtua)?
4. Bagaimana tanggung jawab terhadap masyarakat?
5. Apakah akibat yang akan diterima apabila manusia melalaikan tanggung jawabnya di
hadapan Allah Swt?
Kerangka pokok penelitian ini mengacu pada upaya memahami fenomena sosial
tentang tanggung jawab menurut konsep Islam yang mengacu kepada ayat-ayat Qur’an.
7 Ahmad Tafsir,ilmu pendidikan dalam perspektif Islam,(Bandung: Rosda Karya,2001)hlm.155 8 Nana Syaodih Sukmadinata,landasan Psikologi Proses pendidikan (Bandung:Rosda Karya.2003)cet.1
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
5
Penelitian ini dapat ditegaskan mengarah kepada bentuk penelitian sosial dan pendidikan
untuk mengidentifikasikan problema keluarga muslim sekaligus mencari alternatif
pemecahan masalah tanggung jawab orangtua dalam keluarga.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang jelas
bagaimana sebenarnya tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan anak menurut
konsep Al-Qur’an. Tujuan tersebut adalah:
1. Memperoleh keterangan yang jelas bagaimana konsep Al-Qur’an tentang tanggung
jawab orangtua.
2. Untuk mendapatkan keterangan yang jelas apa saja yang menjadi tanggung jawab
orangtua terhadap anaknya.
3. Untuk memperoleh data yang jelas tentang tanggung jawab individu,keluarga dan
masyarakat.
4. Untuk mendapat keterangan yang jelas hal-hal apa saja yang termasuk kedalam
tanggung jawab individu, keluarga, dan masyarakat.
5. Untuk memperoleh keterangan yang jelas akibat yang diterima apabila meninggalkan
tanggung jawab menurut konsep al-Qur’an.
D. Kegunaan Penelitian
Setelah penelitian dilaksanakan maka hasilnya diharapkan dapat berguna :
1. Untuk mencari kebenaran ilmiah dari problematika tanggung jawab orangtua terhadap
pendidikan anak.
2. Agar dapat dijadikan bahan evaluasi bagi penulis dan para pembaca naskah ini, apa
saja faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat bagi orangtua dalam
melaksanakan tanggung jawabnya terhadap anak.
3. Untuk menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lainnya dalam meneliti masalah
yang sama.
4. Agar mendapatkan informasi yang berguna dalam meningkatkan kesadaran orangtua
untuk melaksanakan tanggung jawabnya terhadap anak sesuai tuntunan Al-Qur’an.
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari salah penafsiran dalam memahami rancangan penelitian ini,
maka perlu dikemukakan batasan istilah sebagai berikut :
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
6
1. Tanggung jawab : ”Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia W.J.S.Poerwadarminta
adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Artinya jika ada sesuatu hal,
boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya”.9
2. Anak : ”Secara etimologi dapat diartikan anak yang sudah berumur enam tahun.
Secara terminologi anak adalah masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa
bayi yang penuh ketergantungan yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak
matang secara seksual”.
10
9 W.J.S.Poerwadarminta.Kamus Besar Bahasa Indonesia.1985.hlm.875 10 Elizabet B. Hurlock,Psikologi Perkembangan,suatu pendekatan sepanjang Rentang kehidupan.Edisi kelima.hlm.108
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
7
BAB II
PERSPEKTIF AL-QUR’AN TENTANG TANGGUNG JAWAB ORANGTUA
A. Ayat-Ayat Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan ditinjau
dari Al-Qur’an Terjemahan
Al-Qur’an tidak secara langsung mengemukakan tentang tanggung jawab orang tua
terhadap pendidikan, namun perintah atau statemen tersebut tersirat dalam beberapa ayat
yang mengisyaratkan tentang hal itu. Berikut ini ayat yang menunjukkan tanggung jawab
orang tua terhadap pendidikan:
1. Q.S.at-Tahrim/66 : 6
يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا وقودها الناس والحجارة عليها مالئكة
ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون )6(غالظ شداد ال يعصون هللا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”( Q.S.at-Tahrim/66 : 6).
2. Q.S.Luqman/31: 12 - 19
ومن يشكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإن هللا ولمد آيينا لممان الحكمة أن اشكر ل
رك لظلم ) 12(غني حميد إن الش وإ قا لممان الانه وهو يعظه يا اني ال يشرك اال
ه وهنا على وهن وفصاله في عامين )13(عظيم نسان اوالديه حملته أم ينا اإل ووص
وإن جاهداك على أن يشرك اي ما ليس لك )14(أن اشكر لي ولوالديك إلي المصير
نيا معروفا وايبع سبيل من أناب إلي ثم إلي اه علم فال يطعهما وصاحبهما في الد
يا اني إنها إن يك مثما حبة من خرد فتكن )15(مرجعكم فأنبئكم اما كنتم يعملون
لطيف خبير إن هللا ماوات أو في األرض يأت اها هللا يا ) 16(في صخرة أو في الس
الة وأمر االمعروف وانه عن المنكر واصبر على ما أصااك إن لك اني أقم الص
ال )17(من عزم األمور ك للناس وال يمش في األرض مرحا إن هللا ر خد وال يصع
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
8
واقصد في مشيك واغضض من صويك إن أنكر )18(يحب كل مختا فخور
) 19(األصوات لصوت الحمير
Artinya: ”Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:
“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”(12) Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.”(13) Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(14) Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (15) Luqman
berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(16) Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka)
dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).(17) Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.(18) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(19)”. (Q.S.Luqman/31: 12 - 19).
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
9
B. Hadits Tentang Tanggung Jawab Orangtua Terhadap Pendidikan
Banyak hadits yang mengisyaratkan tentang tanggung jawab terhadap pendidikan
anaknya, walaupun tidak secara langsung. Hadits tersebut dapat berupa hadits tentang
pengajaran orang tua kepada anaknya tentang tauhid, tentang shalat dan lain sebagainya.
Penulis akan menyebutkan beberapa hadist yang berkaitan dengan tanggung jawab
orangtua.
Dalam rangka menanamkan aqidah kepada anak, pertama kali yang dilakukan
oleh orang tua mengajarkan kalimat syahadat kepada anak, dengan memperdengarkan
kalimat tersebut kepada anak. Maka sebagai orang tua yang bijaksana dan mempunyai
pengetahuan yang tinggi harus mengerti hal tersebut selain mampu mengajari anaknya
untuk berpikir dan memberikan ilmu kepada anaknya tersebut. Hal itu sesuai dengan
hadits Nabi sebagai berikut:
Artinya:” Dari Abu Rafi’ dari ayahnya,ia berkata;aku pernah melihat Rasulullah SAW
adzan sebagaimana adzan sholat,di telinga Hasan bin Ali pada saat Fatimah
melahirkannya.” (HR.Abu Dawud).11
Hal itu dapat dikuatkan oleh adanya hadist di bawah ini yang Artinya:”Setiap
anak yang dilahirkan, adalah fitrah. Tinggal kedua orang tuanyalah yang akan
menjadikannya sebagai seorang Yahudi ,Nasrani, ataupun Majusi.”(HR.Bukhari).
12
Tentang tanggung jawab ini disebutkan juga dalam hadist yang Artinya : ”Tiap-
tiap kamu adalah pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya,
seorang laki-laki adalah pemimpin didalam keluarganya dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya, seorang wanita adalah pemimpin, dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya, seorang pelayan adalah pemimpin didalam harta majikannya, dia
akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang laki-laki adalah pemimpin dalam harta
ayahnya, dia akan ditanya tentang kepemimpinannya, maka tiap-tiap dari kamu adalah
pemimpin dan tiap-tiap kamu akan ditanya tentang kepemimpinannya. (HR.Al-Bukhari
2554 dan Muslim 1829).
13
Begitu juga dalam hadist yang lain disebutkan : ”Dari Samurah, bahwasannya
Nabi Muhammad SAW bersabda; Setiap anak yang lahir terpelihara dengan aqiqahnya
11 Abu Dawud,Sunan Abu Dawud.(Beirut:Dar al-Ma’arif,t.th.,)hal.215 12 Imam Bukhari,Shahih Bukhari,hadist nomor 1296,(Beirut Dar al-Ma’arif,t.th.,)hal.182 13 ibid....hadist 2554
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
10
yang disembelih untuknya pada hari ketujuh kelahirannya. Rambutnya dicukur dan si
bayi diberi nama.” (HR.Ibnu Majah)14
Hadist-hadist diatas menerangkan tentang kewajiban orangtua terhadap anak
sebagai tanggung jawabnya yang harus dilakukan menurut konsep Islam. Namun
demikian, masih banyak hadist-hadist yang tidak penulis eksplore dalam tulisan ini yang
masih berkaitan dengan tanggung jawab orangtua. Sebab menurut penulis hadist tersebut
diatas sudah dapat mewakili untuk dijadikan landasan teoritis dalam penelitian ini.
14 Ibnu Majah ,Sunan Ibnu Majah,hadist nomor 3661,juz11,(Beirut:Dar al-ma’arif,t.th.,)hal.64
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
11
BAB III
PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia W. J. S.Poerwadarminta
adalah “keadaan wajib menanggung segala sesuatunya” artinya jika ada sesuatu hal,
boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya. Tanggung jawab ini pula
memiliki arti yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala resikonya”15
B. Pengertian Pendidikan
.
Seperti yang disampaikan oleh Al-Hadits, Shahih Bukhari – Muslim “Setiap
orang dari kamu adalah pemimpin, dan kamu bertanggung jawab atas kepemimpinan
itu”. Makna dari istilah tanggung jawab adalah siap menerima kewajiban atau tugas. Arti
tanggung jawab di atas semestinya sangat mudah untuk dimengerti oleh setiap orang.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya
yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan
manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak
mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak
yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dan sisi si pembuat ia harus
menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri pula yang hams
memulihkan ke dalam keadaan baik. Dan sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau
bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual
maupun dengan cara kemasyarakatan.
Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men,
menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan
(ajaran). Pendidikan sebagai kata benda, berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan16
Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial penting yang berfungsi
mentransformasikan keadaan suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
.
15 W.J.S....Kamus...,hal.875 16 ibid..hal.702
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
12
Keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial sangat erat sehingga pendidikan mungkin
mengalami proses spesialisasi dan institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang kompleks dan modern. Meskipun demikian, proses pendidikan secara menyeluruh
tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan informal yang berlangsung di luar
sekolah17
Sedangkan menurut Omar Muhammad Ath-Thaumy Asy-Syaibany, sebagaimana
dikutp Hasan Basri dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam; Pendidikan sebagai
perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses pendidikan, baik pada tataran
tingkah laku individu maupun pada tataran kehidupan sosial, serta pada tataran relasi
dengan alam sekitar; atau pengajaran sebagai aktivitas asasi, dan sebagai proporsi di
antara profesi-profesi dalam masyarakat. Pendidikan memfokuskan perubahan tingkah
laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Disamping itu, pendidikan juga
menekankan aspek produktivitas dan kreativitas manusia sehingga mereka dapat
berperan serta berprofesi dalam kehidupan bermasyarakat
.
18
C. Pengertian Anak dan Hakikatnya Bagi Orangtua
.
Pendidikan dalam arti mengajarkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniyah, pikiran-pikirannya, maupun
terhadap ketajaman dan kelembutan hati nuraninya.
Secara etimologi dapat diartikan anak yang sudah berumur enam tahun. Secara
terminologi anak adalah masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang
penuh ketergantungan yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara
seksual.
Sedangkan hakikat anak bagi orangtua adalah:
1. Anak adalah Amanah.
Surah Al-Anfal/8:27
سو ويخونوا أمانايكم وأنتم يعلمون والر يا أيها الذين آمنوا ال يخونوا هللاArtinya:”Wahai orang-orang yang beriman,janganlah kalian mengkhianati (amanat)
Allah dan Amanat Rasul,dan janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang
diamanatkan kepada kalian,sedangkan kamu mengetahui”. (Q.S. al-Anfal/8:27)
Surah An-Nisa/4:09
17 Beni Ahmad Saebani dan Hendra Achdhiyat. Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1. (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm.9 18 Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm.30
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
13
Artinya:”Dan hendaklah takut (kepada Allah daripada melakukan aniaya kepada
anak-anak yatim) oleh orang-orang (yang menjadi penjaganya), yang jika
ditakdirkan mereka pula meninggalkan anak-anak yang daif (yatim) di belakang
mereka, (tentulah) mereka akan merasa bimbang terhadap (masa depan dan
keselamatan) anak-anak mereka; oleh itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah,
dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang betul (menepati kebenaran)”.
(Q.S.an-Nisa/4:09)
2. Anak adalah Batu Ujian Keimanan Orangtua.
Anak adalah sumber kebahagiaan keluarga.Tetapi disisi lain ia pula merupakan
batu ujian keimanan.Sebagaimana dijelaskan dalam Surah al-Anfal/8:28:
عنده أجر عظيم ما أموالكم وأوالدكم فتنة وأن هللا واعلموا أنArtinya:”Dan ketahuilah,bahwa harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah
(batu ujian keimanan) dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.”(QS. al-
Anfal/8:28)
3. Anak adalah Makhluk Independen.
Yang dimaksud dengan makhluk independen dalam hal ini adalah ciptan Allah
yang berdiri sendiri,memiliki takdir tersendiri dan merupakan individu tersendiri
yang terlepas dari individu lain termasuk kedua orangtuanya sekalipun.
Orangtua memang berkewajiban merawat,mengasuh dan mendidik anak-anaknya.
Namun perlu disadari bahwa mereka adalah makhluk independen, dimana para
orangtua tidak berhak memaksakan kehendak kepada anak-anak
mereka.Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an Surah al-Mu’minun/23:12-14:
نسان من ساللة من طين ولمد خلمنا اإل"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah."(Q.S. Al- mu'minun : 12)
ثم جعلناه نطفة في قرار مكين "Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim)."(Q.S. Al- mu'minun : 13)
ثم خلمنا النطفة علمة فخلمنا العلمة مضغة فخلمنا المضغة عظاما
أحسن الخالمين فكسونا العظام لحما ثم أنشأناه خلما آخر فتبارك هللا
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
14
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik."(Q.S. Al- mu'minun : 14)
Kata Khalqun Akhar dalam ayat di atas maksudnya sekalipun anak dilahirkan
orangtua,namun pada hakikatnya dia merupakan individu yang berbeda dengan
siapapun, termasuk kedua orangtuanya.Bahkan dia juga memiliki takdir tersendiri
yang belum tentu sama dengan kedua orangtuanya.
4. Anak Sebagai Sumber Kasih Sayang.
Surah Al-Furqan/25:74 ة أعين واجعلنا اتنا قر ي نا هب لنا من أزواجنا وذر والذين يقولون رب
قين إماما للمتArtinya:”Dan orang-orang yang berkata,”ya Tuhan kami,anugerakanlah kepada
kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati dan jadikanlah kami
imam bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Furqan/25:74)
5. Anak Sebagai Pelestari Pahala
نسان انمطع عمله إال من ثالثة من صدقة جارية وعلم ينتفع اه إ ا مات اإل
وولد صالح يدعو له Artinya:“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang
sholeh”18F
19 (HR. Muslim no. 1631)
D. Hakikat Orang tua bagi Anak
Orangtua adalah orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah
tangga yang biasa disebut ibu dan bapak19F
20. Orangtua yaitu orang-orang yang
bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anak 20 F
21.
Sedangkan menurut Zakiyah Darajat mengemukakan bahwa “orang tua adalah
pembina pribadi utama dalam hidup anak “.21 F
22
19 Imam Muslim, Shahih Imam Muslim......hadist no.1631 20 Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution,Peranan Orangtua Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Anak,(Yogyakarta:Kanisinus,1985).hlm.1 21 Departemen Agama RI.Ilmu Pendidikan Islam,(Yogyakarta:Proyek Pembinaan Perguruan tinggi Agama Islam,1982).hal.34
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
15
E. Fungsi Orang Tua terhadap Anak
Membicarakan fungsi orangtua terhadap anak tidak terlepas dengan
membicarakan keluarga. Keluarga dibentuk untuk reproduksi, keturunan, ini merupakan
tugas suci agama yang di bebankan kepada manusia-transmisi pertama melalui fisik.
Keluarga adalah sebuah tatanan fitrah yang Allah tetapkan bagi jenis manusia.
Bahkan para Rasul dan Nabi Allah pun menjalani hidup berkeluarga. Hal itu
membuktikan bahwa keluarga adalah sebuah institusi suci,mengandung hikmah dan
memiliki misi ilahiah secara abadi.
Perjalanan keluarga selanjutnya mengharuskan ia bertanggung jawab, bahkan
mengharuskan ia menyelengggarakan sosialisasi, memberikan arah pendidikan ,
pengisian jiwa yang baik dan bimbinngan kejiwaan.
Menurut Zakiyah Darajat dkk,fungsi orangtua di antaranya :
• Pendidik yang harus memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap anggota
keluarga yang lain di dalam kehidupannya
• Pemimpin keluarga yang harus mengatur kehidupan anggota
• Contoh yang merupakan tipe ideal di dalam kehidupan dunia ,dan
• Penanggung jawab di dalam kehidupan baik yang bersifat fisik dan material maupun
mental spiritual keseluruhan anggota keluarga.23
F. Peran Orang Tua
Secara Umum orang tua mempunyai tiga peranan terhadap anak :
• Merawat fisik anak,agar anak tumbuh kembang dengan sehat.
• Proses sosialisasi anak,agar anak belajar menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
(keluarga, masyarakat, kebudayaan).
• Kesehjateraan psikologis dan emosional dari anak.24
G. Kewajiban Orangtua adalah Hak Anak
25
Islam telah mengatur hak-hak anak dari orang tuanya. Hak-hak anak dari orang
tua berarti kewajiban yang harus dipenuhi orangtua terhadap anak-anaknya. Berdasarkan
ayat-ayat al-Qur’an ,hadits Rasullullah SAW,maupun atsar sahabat ,di antara hak-hak
anak yang harus dipenuhi orang tuanya adalah sebagai berikut:
22 Zakiyah Darajat,Imu pendidikan Islam,(Jakarta.:Bumi Aksara ,1997 ).hlm.56 23 Zakiyah Darajat dkk,Islam untuk Disipilin Ilmu pendidikan ,(Jakarta.:Bula Bintang ,1987 ).hlm.183 24 Lubis Salam,Keluarga Sakinah,(Surabya:Terbit Terang,t.th),hlm 76 25 http://qois.blogspot.com/2012/03/hak-hak-anak-dari-orangtuanya.html
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
16
1. Hak untuk hidup.(Q.S Al-An’am :151)
2. Pemberian nama yang baik.
3. Hak disembelihkan Aqiqahnya.
4. Hak menerima ASI Dua Tahun(Q.S Al-Baqarah:233 dan Lukman:14)
5. Hak makan dan minum yang baik.(Q.S Al-Baqarah:233)
6. Hak diberi rizqi yang ‘thayyib’.(Q.S Al-Maidah 88)
7. Hak mendapatkan pendidikan agama yang baik.
8. Hak mendapat pendidikan shalat.
9. Hak mendapat tempat tidur terpisah antara laki-laki dan perempuan.
10. Hak mendapat pendidikan dengan pendidikan adab yang baik.
11. Hak mendapat pengajaran dengan pelajaran yang baik.
12. Hak mendapat pengajaran al-Qur’an.
13. Hak mendapat pendidikan dan pengajaran baca tulis.
14. Hak mendapat perawatan dan pendidikan kesehatan.
15. Hak mendapat pengajaran keterampilan.
16. Hak mendapat tempat yang baik dalam hati orang tua.
17. Hak mendapat kasih sayang.
H. Langkah-langkah dalam mendukung Perkembangan Pendidikan Anak
Adapun langkah-langkah dalam yang dapat dilakukan orangtua dalam mendukung
perkembangan belajar anak adalah:
• Memahami cara belajar anak.
• Memahami fitrah (Sifat bawaan) anak.
• Menggunakan pendekatan metode.
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
17
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT ORANGTUA
MENINGGALKAN TANGGUNG JAWABNYA26
A. Faktor-faktor Penyebab Anak ditelantarkan
1. Kelalaian (faktor keluarga).
Keluarga merupakan faktor yang paling penting yang sangat berperan dalam
pola dasar pendidikan anak.Kelalaian orangtua terhadap anak menyebabkan anak
merasa ditelantarkan. Anak-anak sebetulnya tidak hanya membutuhkan perlindungan
semata, tetapi juga perlindungan orangtuanya untuk tumbuh berkembang secara
wajar.
2. Faktor Pendidikan.
Akibat krisis kepercayaan pada arti pentingnya sekolah dilingkungan
komunitas masyarakat miskin sering terjadi kelangsungan pendidikan anak
cenderung ditelantarkan.
3. Faktor sosial,politik,dan ekonomi
Akibat situasi krisis ekonomi yang tak kunjung selesai,pemerintah mau tidak
mau memang harus menyisihkan anggaran untuk membayar utang dan memperbaiki
kinerja perekonomian jauh lebih banyak daripada anggaran yang disediakan untuk
fasilitas kesehatan,pendidikan, dan perlindungan sosial anak.
4. Kelahiran diluar Nikah
Seorang anak yang kelahirannya tidak dikehendaki menyebabkan orangtua
tidak mau bertanggung jawab.Sehingga untuk menutupi aibnya,mereka lebih suka
menelantarkan anak dengan membuat anak tersebut.
B. Akibat yang muncul karena Menelantarkan Anak
Permasalahan yang dapat ditimbulkan akibat orangtua tidak bertanggung jawab
terhadap anaknya yaitu penelantaran.Hal tersebut dapat menimbulkan dampak buruk
diantaranya:
1. Munculnya Pengemis.
26 http://benradit.wordpress.com/2012/04/14/anak-jalanan/
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
18
Anak-anak yang terlantar pada umumnya akan menjadi pengemis sebagai
akibat dari tekanan ekonomi,sehingga untuk mempertahankan hidupnya dengan
cara meminta-minta didepan umum.
2. Munculnya Kenakalan Anak dan Kriminalitas.
Kenakalan anak dan kriminalitas terjadi dikarenakan tekanan hidup yang
mendesak,maupun kehidupan dimasa depan yang suram dan sebagai
kompensasinya muncul kenakalan dan kriminalitas dari anak yang hidupnya
terlantar.
3. Munculnya Pengangguran.
Pemenuhan kebutuhan yang diinginkan tidak terpenuhi seperti kebutuhan akan
pendidikan sebagai bekal hidup dimasa yang akan datang,maka banyak anak-anak
menganggur atau tidak mempunyai keahlian dan keterampilan tertentu.
C. Penanggulangan
Upaya penanggulangan anak terlantar semestinya dikembangkan dari tahun ke tahun
dengan program-program pokok sebagai berikut:
1. Program penaggulngan anak terlantar berbasis masyarakat.
2. Perlindungan Sosial bagi anak terlantar.
3. Program pemberdayaan anak terlantar.
4. Progam pengembangan Asuransi sosial bagi anak terlantar
Dari uraian diatas dapat penulis kemukakan akibat yang ditimbulkan karena orangtua
tidak bertanggung jawab kepada anaknya yaitu terlantarnya anak.Hal tersebut merupakan
akibat orangtua yang melalaikan hak-hak anaknya.
Ternyata faktor-faktor akibat penelantaran tersebut dilatarbelakangi faktor
ekonomi,faktor pendidikan,faktor keluarga,dan kurangnya kesadaran orangtua akan
kewajibannya terhadap anak.
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
19
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan penelitian diatas,dapat di tarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam telah mewajibkan setiap orangtua
untuk bertanggung jawab kepada anak-anaknya.
2. Aspek-aspek yang termasuk dalam tanggung jawab orang tua meliputi: aspek
pendidikan,kesehatan,kesejahteraan,pemberian makan yang halal dan baik, keamanan,
dan perlindungan.
3. Fungsi dan peran orangtua dalam melaksanakan tugas yang diemban dari Allah Swt
ini,turut menentukan pembentukan dan perkembangan generasi mendatang agar
menjadi generasi yang shalih dan shalihah.Dan setiap orangtua kelak mendapatkan
manfaatnya tidak saja didunia,bahkan sampai kelak di akhirat.
4. Dampak yang ditimbulkan apabila orangtua tidak mau bertanggung jawab atau
melalaikan anak sangatlah buruk.Sebab, akan semakin banyak anak terlantar dan
tentunya semakin banyak pula anak-anak yang menjadi pengemis,gelandangan,dan
pengangguran.Hal ini akan menimbulkan masalah kriminalitas dan kenakalan remaja.
5. Idealnya,apabila orangtua memiliki kesadaran bertanggung jawab ini benar-benar
terwujud dalam kehidupan keluarga,dapat dipastikan tidak ada anak yang terlantar
yang dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat.
B. SARAN SARAN
1. Hendaknya setiap orangtua menyadari bahwa mereka telah dipilih oleh Allah Swt
untuk menerima amanah berupa anak agar amanah tersebut tidak dosia-siakan
apalagi ditelantarkan.
2. Hendaknya orangtua benar-benar melaksanakan fungsi dan peran dalam pendidikan
anak-anaknya agar terwujud generasi yang cerdas,beriman,dan bertaqwa.
3. Hendaknya semua pihak saling membantu dan mengingatkan betapa penting arti
tanggung jawab orangtua kapada anaknya,karena hal ini menyangkut masa depan
anak.Hubungan kerjasama semua pihak dapat diharapkan mengatasi dampak buruk
yang ditimbulkan seperti;anak terlantar,gelandangan,dan pengemis.
Tugas Media Pengajaran|Indah Dwi Mursini Semester III | Stai Al-Karimiyah
20
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rifa’i,M.Nasib ,Ringkasan Tafsir ibnu katsir,(Jakarta:Gema insani.1999)
Dawud,Abu,Sunan Abu Dawud.(Beirut:Dar al-Ma’arif,t.th.,)
Departemen Agama RI.Ilmu Pendidikan Islam,(Yogyakarta:Proyek Pembinaan Perguruan
tinggi Agama Islam,1982).
Darajat, Zakiyah,Imu pendidikan Islam,(Jakarta.:Bumi Aksara ,1997 ).hlm.56
Darajat,Zakiyah dkk,Islam untuk Disipilin Ilmu pendidikan ,(Jakarta.:Bula Bintang ,1987 ).
Eriyanto,Analisis isi,(Jakarta:Prenada Media Group.2011)cet.1.
Halim,M.Nippan Abdul ,Anak shaleh Dambaan Keluarga,(Yogyakarta: Mitra Pustaka,2003)
cet.3
Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Pustaka Setia, 2009),
Hurlock, Elizabet B.,Psikologi Perkembangan,suatu pendekatan sepanjang Rentang
kehidupan.Edisi kelima.
http:/benradit word press.com/2012/04/14/anak jalanan.
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/16/tanggung-jawab-orang-tua-terhadap-
pendidikan-dalam-perspektif-al-quran-dan-hadits.
Imam Bukhari,Shahih Bukhari,hadist nomor 1296,(Beirut Dar al-Ma’arif,t.th.,)
http://qois.blogspot.com/2012/03/hak-hak-anak-dari-orangtuanya.html
Lubis Salam,Keluarga Sakinah,(Surabya:Terbit Terang,t.th),
Majah, Ibnu,Sunan Ibnu Majah,hadist nomor 3661,juz11,(Beirut:Dar al-ma’arif,t.th.,)
Nasution,Thamrin dan Nurhalijah Nasution,Peranan Orangtua Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Anak,(Yogyakarta:Kanisinus,1985).
Nugraha,Ali dan Neny Ratnawati,Kiat-kiat Merangsang kecerdasan anak,(Jakarta:Pustaka
Swara,2003).cet1
Saebani,Beni Ahmad dan Hendra Achdhiyat. Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1. (Bandung:
Pustaka Setia, 2009).
Sitorus,Masganti,Metodologi Penelitian Pendidikan Islam,IAIN.Press,2011.
Syaodih,Nana Sukmadinata,landasan Psikologi Proses pendidikan (Bandung:Rosda
Karya.2003)cet.1
Tafsir,Ahmad,ilmu pendidikan dalam perspektif Islam,(Bandung: Rosda Karya,2001)
W.J.S.Poerwadarminta.Kamus Besar Bahasa Indonesia.1985