14
437 PERAN ALOKASI BONUS DAN PEMAHAMAN BALANCED SCORECARD DALAM PEMILIHAN PROYEK INVESTASI Meutia Faizza Bambang Purnomosidhi Zaki Baridwan Universitas Brawijaya, Jl. M.T. Haryono No.165, Malang 65300 surel: [email protected] Abstrak: Peran Alokasi Bonus dan Pemahaman Balanced Scorecard dalam Pemilihan Proyek Investasi. Penelitian ini menecoba untuk me- nelaah peran balanced scorecard sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi. Penelitian ini menggunakan metode controlled laboratory experiment dengan sejumlah mahasiswa pascasar- jana akuntansi dan manajemen sebagai partisipan. Pengujian statistik pada data penelitian menunjukkan bahwa partisipan yang telah diberi pemahaman balanced scorecard cenderung memilih proyek yang lebih berorientasi pada keuntungan jangka panjang. Oleh karena itu pelatihan mengenai konsep dan teknik penugasan penting untuk diberikan. Selain itu, manajemen harus membuat dasar alokasi bonus yang tepat untuk meningkatkan kinerja karyawan. Abstract: The Role of Bonus Allocation and Understanding of the Balanced Scorecard in the Selection of Investment Projects. This re- search attempts to examine the role of the balanced scorecard as a tool to assist in making investment decisions. This research uses controlled lab- oratory experiment method with a number of accounting and management postgraduate students as participants. Statistical testing on research data shows that participants who have been given a balanced scorecard under- standing tend to choose projects that are more oriented to long-term bene- fits. Therefore training assignment concepts and techniques are important to be given. In addition, management must make the right allocation base to improve employee performance. Kata kunci: balanced scorecard, bonus, kinerja, pelatihan Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang pasti dilakukan oleh setiap perusahaan yang berorientasi laba. Salah satu bentuk in- vestasi modal adalah membuat suatu proyek terkait dengan pengembangan bisnis peru- sahaan. Alat analisis pemilihan proyek yang sering dipelajari dalam literatur akuntan- si manajemen atau manajemen keuangan, salah satunya oleh Choi (2014) yaitu metode periode pengembalian, tingkat pengem- balian akuntansi, nilai sekarang bersih (net present value), dan tingkat pengembalian internal yang merupakan teknik-teknik de- ngan fokus ukuran finansial yang berkait an dengan profitabilitas proyek. Pada sisi lain yang belum banyak diungkapkan bah- wa terdapat metode lain untuk menilai dan mengambil keputusan untuk suatu proyek dan lebih menitikberatkan pada keuntungan jangka panjang yaitu dengan menggunakan metode balanced scorecard. Balanced Score- card merupakan alat pengukuran kinerja yang diperkenalkan oleh Kaplan & Norton (1992) yang tidak hanya menitikberatkan fokus keuangan, tapi juga konsumen, pro- ses internal, dan inovasi. Mereka memben- tuk balanced scorecard sebagai suatu alat pengukuran dikarenakan alat pengukuran tradisional yang menitikberatkan ukuran keuangan meskipun dapat bekerja dengan baik dianggap tidak dapat mereperesenta- sikan keahlian dan kompetensi perusahaan dalam mencapai tujuan dan menguasai pasar (Lopez-Valeiras, Gonzalez-Sanchez, & Gomez-Conde, 2016). Empat perspektif dalam balanced scorecard menyeimbang- kan antara tujuan jangka pendek dan jang- ka panjang, antara outcomes dan pengger- Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 9 Nomor 3 Halaman 437-450 Malang, Desember 2018 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879 Tanggal Masuk: 10 Agustus 2018 Tanggal Revisi: 10 Desember 2018 Tanggal Diterima: 31 Desember 2018 http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9026

peran alokasi bonus dan pemahaman balanced scorecard

Embed Size (px)

Citation preview

437

PERAN ALOKASI BONUS DAN PEMAHAMAN BALANCED SCORECARD DALAM PEMILIHAN PROYEK INVESTASI

Meutia FaizzaBambang PurnomosidhiZaki Baridwan

Universitas Brawijaya, Jl. M.T. Haryono No.165, Malang 65300surel: [email protected]

Abstrak: Peran Alokasi Bonus dan Pemahaman Balanced Scorecard dalam Pemilihan Proyek Investasi. Penelitian ini menecoba untuk me­nelaah peran balanced scorecard sebagai alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi. Penelitian ini menggunakan metode controlled laboratory experiment dengan sejumlah mahasiswa pascasar­jana akuntansi dan manajemen sebagai partisipan. Pengujian statistik pada data penelitian menunjukkan bahwa partisipan yang telah diberi pemahaman ba lanced scorecard cenderung memilih proyek yang lebih berorientasi pada keuntungan jangka panjang. Oleh karena itu pelatihan mengenai konsep dan teknik penugasan penting untuk diberikan. Selain itu, manajemen harus membuat dasar alokasi bonus yang tepat untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Abstract: The Role of Bonus Allocation and Understanding of the Balanced Scorecard in the Selection of Investment Projects. This re-search attempts to examine the role of the balanced scorecard as a tool to assist in making investment decisions. This research uses controlled lab-oratory experiment method with a number of accounting and management postgraduate students as participants. Statistical testing on research data shows that participants who have been given a balanced scorecard under-standing tend to choose projects that are more oriented to long-term bene-fits. Therefore training assignment concepts and techniques are important to be given. In addition, management must make the right allocation base to improve employee performance.

Kata kunci: balanced scorecard, bonus, kinerja, pelatihan

Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang pasti dilakukan oleh setiap perusahaan yang berorientasi laba. Salah satu bentuk in­vestasi modal adalah membuat suatu proyek terkait dengan pengembangan bisnis peru­sahaan. Alat analisis pemilihan proyek yang sering dipelajari dalam literatur akuntan­si manajemen atau manajemen keuangan, salah satunya oleh Choi (2014) yaitu metode periode pengembalian, tingkat pengem­balian akuntansi, nilai sekarang bersih (net present value), dan tingkat pengembalian internal yang merupakan teknik­teknik de­ngan fokus ukuran finansial yang berkait­an dengan profitabilitas proyek. Pada sisi lain yang belum banyak diungkapkan bah­wa terdapat metode lain untuk menilai dan mengambil keputusan untuk suatu proyek dan lebih menitikberatkan pada keuntungan

jangka panjang yaitu dengan menggunakan metode balanced scorecard. Balanced Score-card merupakan alat pengukuran kinerja yang diperkenalkan oleh Kaplan & Norton (1992) yang tidak hanya menitikberatkan fokus keuangan, tapi juga konsumen, pro­ses internal, dan inovasi. Mereka memben­tuk balanced scorecard sebagai suatu alat pengukuran dikarenakan alat pengukuran tradisional yang menitikberatkan ukuran keuangan meskipun dapat bekerja dengan baik dianggap tidak dapat mereperesenta­sikan keahlian dan kompetensi perusahaan dalam mencapai tujuan dan menguasai pasar (Lopez­Valeiras, Gonzalez­Sanchez, & Gomez­Conde, 2016). Empat perspektif dalam balanced scorecard menyeimbang­kan antara tujuan jangka pendek dan jang­ka panjang, antara outcomes dan pengger­

Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 9Nomor 3 Halaman 437-450Malang, Desember 2018ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879

Tanggal Masuk: 10 Agustus 2018Tanggal Revisi: 10 Desember 2018Tanggal Diterima: 31 Desember 2018

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2018.04.9026

ak kinerja dari outcome tersebut, dan lebih menekankan ukuran yang bersifat objektif daripada subjektif (Kaplan & Norton, 1996).

Pada perkembangannya riset menge­nai implementasi balanced scorecard lebih banyak fokus pada penggunaannya sebagai alat pengukuran kinerja dan kemudian di­hubungkan dengan insentif atau alokasi bo­nus. Riset­riset ini didasari salah satu nya karena fenomena bahwa penilaian kinerja suatu divisi dan dasar pemberian reward masih lebih dititikberatkan pada kinerja keuang an dibandingkan kinerja non­keuang­an sehingga hal ini turut mempengaruhi perilaku karyawan. Riset­riset yang meng­hubungkan antara implementasi balanced scorecard dengan insentif atau alokasi bonus antara lain riset Perkins, Grey, & Remmers (2014), Cardinaels & Veen­Dirks (2010), dan Wynder (2010). Sementara itu, riset­riset lain yang menghubungkan sistem reward dengan motivasi kerja dan kinerja karyawan antara lain penelitian Danish & Usman (2010), San, Theen, & Heng (2012), Alfandi & Alkahsawneh (2014), dan Murphy (2015).

Carmona, Iyer, & Reckers (2011) melakukan riset mengenai balanced score-card untuk pemilihan proyek dengan meng­gunakan pendekatan balanced scorecard. Pada riset ini dilakukan pengujian menge­nai pengaruh incentive reward, pengomuni­kasian strategi dengan menggunakan peta strategi, dan faktor kebudayaan terhadap keputusan pemilihan proyek dengan meng­gunakan pendekatan balanced scorecard. Peneliti tertarik untuk mengacu pada pene­litian ini karena penelitian ini menggunakan balanced scorecard sebagai alat untuk meng­ambil keputusan investasi mo dal dalam suatu proyek. Hal ini merupakan hal yang baru dan masih jarang dalam riset menge­nai balanced scorecard. Namun, terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak secara jelas menyebutkan apakah mahasiswa MBA yang digunakan sebagai subjek surrogate atau pengganti subjek yang sesungguhnya sudah memiliki pemahaman atau pengetahuan yang cukup mengenai balanced scorecard sebelum meng ambil keputusan investasi proyek. Kurangnya pengetahuan tentunya akan mempengaruhi perilaku partisipan dalam mengambil kepu­tusan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Porporato (2010). Pengukuran dengan menggunakan balanced scorecard tidak ha­nya dipengaruhi oleh bonus dan insentif, tetapi juga pengetahuan akuntansi subjek

penelitian, pengalaman profesional dari sub­jek penelitian dan tujuan dari penggunaan balanced scorecard tersebut. Sebelumnya, Cheng & Humphreys (2012), Mano & Creaser (2016), dan Rotchanakitumnuai (2013) juga telah meneliti mengenai peran pengetahuan pengambil keputusan mengenai balanced scorecard dalam judgment pengukuran ki­nerja. Malina & Selto (2015) mengungkap­kan suatu kajian empiris berdasarkan pene­litian terdahulu bahwa pengetahuan terkait penugasan penting dimiliki pengambil kepu­tusan karena dengan pengetahuan tersebut pengambil keputusan dinilai dapat mengam­bil keputusan yang lebih baik dengan mem­pertimbangkan seluruh aspek pengukuran. Ada pula riset Park, Chung, & Woo (2013), Agusti & Pertiwi (2013), Sutedjo & Mangku­negara (2013) yang menyatakan bahwa kom­petensi yang di dalamnya termasuk pengeta­huan berdampak pada perilaku, judgement atau keputusan yang diambil oleh seorang karyawan. Adapula penelitian Humphreys & Trotman (2011) yang menyatakan bah­wa latar belakang keahlian mempengaruhi pemahaman dan pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, peneliti tertarik un­tuk melakukan riset untuk memperbarui beberapa riset sebelumnya dengan mengu­ji pengaruh motivasi, yaitu alokasi bonus dan ditambah dengan satu faktor lagi, yai­tu knowledge dalam hal mengambil kepu­tusan investasi proyek dengan pendekatan balanced scorecard. Waal & Jansen (2013) berpendapat bahwa faktor knowledge juga merupakan salah satu faktor yang bera­sal dari dalam diri karyawan (internal) yang dapat mempengaruhi perilaku karyawan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan kajian mengenai teori agensi dan teori akuntansi positif terkait pe nerapan alo­kasi bonus dalam pengambilan keputusan investasi. Selain itu, Eisenhardt (1989) juga berargumen bahwa teori agensi me rupakan teori yang fokus untuk menyelesaikan kon­flik antara prinsipal dan agen serta masalah biaya tinggi bagi prinsipal agar agen berperi­laku sesuai keinginan prinsipal. Kompensasi merupakan salah satu kontrak yang efisien antara prinsipal dan agen (Hladchenko, 2015). Sementara itu, menurut teori akun­tansi positif yang di dalamnya terdapat bo­nus plan hyphotesis menyatakan bahwa kompensasi moneter mempunyai hubung­an dengan tindakan manajemen dan alo­kasi bonus merupakan salah satu bentuk kompensasi bagi agen (Watts & Zimmerman,

Faizza, Purnomosidhi, Baridwan, Peran Alokasi Bonus dan Pemahaman... 438

1978). Selain itu, penelitian ini juga diharap­kan dapat memberikan tambahan bukti em­piris dan kajian dalam teori belajar kognitif terkait konteks peran pemahaman atau pe­ngetahuan dalam suatu pengambilan kepu­tusan investasi. Menurut toeri belajar kogni­tif, tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur tanpa melibatkan proses men­tal, yakni motivasi, kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya (Day, Holladay, Johnson, & Barron, 2014; Lardner, 2015; Massingham & Tam, 2015). Penelitian ini juga melibat­kan aspek pengetahuan dalam pengambilan keputusan. Pengetahuan me rupakan repre­sentasi aspek kognitif. Menurut Chen, Mat­sumura, Shin, & Wu (2015) kognisi merupa­kan cara bagaimana seseorang memperoleh informasi dan sejauh mana pengetahuan tersebut diaplikasikan dan membawa pe­ngaruh terhadap orang tersebut. Hasil pe­nelitian ini juga diharapkan dapat membe­rikan tambahan bukti empiris dalam kajian mengenai teori atribusi. Teori atribusi dalam penelitian ini terkait dengan proses peng­ambilan keputusan dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard. Teori atrbu­si merupakan suatu teori tentang penilaian seseorang mengenai suatu objek. Pada ling­kup organisasi hal ini merupakan bagaima­na memberikan penilaian dan mengembang­kan penjelasan mengenai alasan orang lain melakukan sesuatu dengan cara tertentu (Benson & Sajjadiani, 2018). Sementara itu, menurut Leisen (2015) atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penye­bab perilaku orang lain atau dirinya sendiri.

Motivasi lain dalam penelitian ini ada­lah peneliti ingin lebih fokus untuk melihat apakah faktor pengetahuan (yang masih

relatif jarang dibahas secara eksplisit dalam penelitian balanced scorecard) mempunyai peran mengendalikan perilaku pengambil keputusan. Peneliti berharap riset ini dapat mengembangkan riset sebelumnya dan memberikan kontribusi baru terkait peran pengetahuan yang diberikan dapat mengu­rangi bias akibat pengaruh alokasi bonus.

METODE Penelitian ini menguji dua variabel be­

bas yaitu alokasi bonus dan pemaham an balanced scorecard yang akan diuji terkait perannya dalam satu variabel terikat yaitu pengambilan keputusan investasi proyek dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard. Gambar 1 menampilkan kerang­ka konseptual penelitian ini.

Variabel independen pertama adalah alokasi bonus merupakan salah satu bentuk insentif perseorangan yang dianggap mem­punyai bagian yang cukup besar. Besarnya bonus ditentukan dengan dasar pertimbang­an yang beragam, antara lain harga saham, ukuran­ukuran kineja, dan balanced score-card (Johnson, Reckers, & Bartlett, 2014; Putri, 2012)

Selanjutnya, variabel independen kedua adalah pemahaman balanced score-card merupakan variabel independen yang menjadi between subject dalam penelitian eksperimen ini, yaitu menjadi treatment yang hanya akan diberikan pada kelompok eksperimental dan tidak diberikan pada kelompok pengendalian. Balanced Scorecard dipilih karena alat pengukuran ini biasanya digunakan untuk menilai kinerja karyawan atau manajemen dan masih relatif jarang digunakan sebagai alat pengambil keputus­

Alokasi Bonus

Pemahaman (knowledge)Mengenai

Balanced Scorecard

Keputusan Pemilihan Proyek Investasi

1. Teori Agensi2. Teori Akuntansi Positif

3. Teori Belajar Kognitif

4. Teori Atribusi

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

439 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 437-450

an investasi dalam suatu proyek (Argüden, 2013). Penelitian yang digunakan sebagai dasar treatment ini adalah penelitian Cheng & Humphreys (2012). Pada penelitian ini kelompok eksperimental diberi pemahaman balanced scorecard dalam bentuk materi se­cara tertulis (media visual) dari dua artikel yang ditulis oleh Kaplan dan Norton (1992, 1996). Peneliti hanya mengutip materi­ma­teri yang relevan dengan topik penelitian yaitu materi dasar yang menjelaskan bahwa balanced scorecard merupakan suatu alat evaluasi atau pengukuran yang terhubung dengan strategi dan mempunyai hubung an sebab­akibat antarfokus sehingga keseluru­han aspek turut dipertimbangkan.

Variabel terikat atau variabel dependen pada penelitian ini adalah pengambilan kepu­tusan pemilihan proyek dengan pendekatan balanced scorecard berdasarkan pada pene­litian Carmona, Iyer, & Reckers (2011), Chen, Jermias, & Panggabean (2016), dan Kunz, Siebert, & Mütterlein (2016). Kriteria­kriteria yang menjadi fokus pada penelitian mereka yang juga akan digunakan dalam penelitian ini adalah fokus keuangan dengan indikator Return On Investment (ROI), fokus pemasar­an dengan menggunakan in dikator kepuas­an pelanggan, fokus lingkung an internal dengan menggunakan indikator bio/liability index, dan fokus inovasi dengan menggu­nakan indikator tech adoption index. Pada penelitian ini terdapat tiga macam proyek yang memiliki spesifikasi yang berbeda­be­da, yaitu pertama, ada proyek yang memili­ki keunggulan dari sisi keuangan saja (nilai ROI paling tinggi dibandingkan dengan dua proyek yang lain), tetapi nilai total secara agregat justru paling kecil. Proyek ini ada­lah proyek B pada kasus pretest dan proyek C pada kasus posttest. Kedua, proyek yang memiliki nilai relatif seimbang antara satu fokus dengan fokus lainnya dan nilai total secara agregat lebih besar dari proyek yang pertama. Proyek ini adalah proyek A pada kasus pretest dan proyek B pada posttest. Sementara itu, yang terakhir adalah proyek yang ketiga, yaitu proyek yang memiliki spe­sifikasi berkebalikan dengan proyek yang pertama. Proyek ini memiliki nilai total se­cara agregat paling besar dibandingkan dua proyek yang lain, tetapi memiliki nilai ROI paling kecil. Proyek yang memiliki spesifi­kasi demikian adalah proyek C pada kasus pretest dan proyek A pada kasus posttest. Pengukuran variabel ini menggunakan skala numerik yang merupakan tipe skala inter­

val. Skala numerik ini dimulai dari 0 sam­pai dengan 10. Nilai 0 diberikan jika parti­sipan sangat tidak mendukung pemilih an proyek tersebut, nilai 5 diberikan jika par­tisipan agak mendukung rencana pemilih­an proyek tersebut, dan nilai 10 diberikan jika partisipan sangat mendukung rencana pemilihan proyek tersebut. Skala ini ber­beda dengan skala likert dan hampir mirip dengan skala semantik yaitu menggunakan dua buah nilai ekstrim dan subjek diminta untuk menentukan penilaiannya pada dua nilai tersebut atau di antara dua nilai terse­but (Hartono, 2004; Mishra & Mishra, 2011).

Penelitian ini merupakan jenis peneli­tian eksperimen laboratorium yang menem­patkan partisipan dalam lingkungan artifi­sial atau lingkungan yang direncanakan un­tuk mencari hubungan sebab akibat antara variabel independen dan dependen dengan melakukan pengendalian yang ketat terha­dap variabel lain yang dapat mengganggu hubungan tersebut (Bind & Rubin, 2017). Berdasarkan hal ini, penelitian eksperimen laboratorium lebih menitikberatkan pada validitas internal daripada validitas ekternal­nya (generalisasi). Oleh karena itu, pemilih­an sampel dilakukan dengan metode purpo-sive sampling karena berhubungan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh partisipan yang berhubungan dengan informasi yang relevan yang dibutuhkan dalam penelitian dan keterikatan partisipan untuk dapat ha­dir dalam waktu dan tempat yang telah diten­tukan (Apostolopoulos & Liargo vas, 2016). Metode sampel ini juga dilakukan pada pe­nelitian eksperimen terdahulu se perti pene­litian Nugraha, Subroto, & Rahman (2014). Adapun sebanyak enam puluh mahasiswa magister (strata 2) jurusan Akuntansi dan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang yang terdaftar sebagai mahasiswa aktif dalam periode pe­nelitian dan telah menempuh mata kuliah yang di dalamnya terdapat materi balanced scorecard. Hal ini menjadi penting karena diharapkan dengan pernah mempelajari ba-lanced scorecard sebelumnya, pemahaman balanced scorecard yang akan diberikan da­lam waktu yang relatif singkat dapat lebih diserap dengan baik oleh partisipan. Ada pula hal yang harus diperhatikan bahwa ti­dak semua mahasiswa magister manajemen memperoleh materi balanced scorecard da­lam mata kuliah manajemen strategi yang ditempuh. Begitu juga mahasiswa magis­ter akuntansi yang dapat diambil sebagai

Faizza, Purnomosidhi, Baridwan, Peran Alokasi Bonus dan Pemahaman... 440

partisipan adalah mahasiswa joint program minimal semester 3 dan mahasiswa ma­gister akuntansi yang mengambil konsen­trasi bisnis dikarenakan mahasiswa ini memperoleh materi balanced scorecard. Partisipan dalam penelitian ini merupakan surrogate atau pengganti dari manajer in­vestasi yang merupakan subjek penelitian sebenarnya. Penggunaan subjek pengganti ini dapat dilakukan untuk mengatasi ham­batan atau kesulitan dalam pengumpulan subjek yang sebenarnya. Mortensen, Fish­er, & Wines (2012) mengungkapkan bahwa penggunaan mahasiswa akuntansi tingkat lanjutan sebagai surrogate dapat dilakukan karena adanya kesamaan domain umum pengetahuan dengan akuntan profesional. Pengelompokan ini akan dilakukan secara random assignment dengan sistem undian sebelum penelitian dimulai sehingga peneliti tidak dapat merencanakan pengelompokan ini. Adanya random assignment bertujuan agar setiap kelompok dapat diasumsikan memiliki kesetaraan dalam jenis kelamin tingkat intelegensi, pendidikan, dan pe­ngalaman kerja sebelum diberi manipulasi oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk me­mastikan bahwa perbedaan hasil pada setiap kelompok disebabkan oleh adanya manipu­lasi bukan karena variabel di luar penelitian atau mencegah selection bias (Anderson & Edwards, 2015; Margetts, 2011; Yu, 2013). Secara demografis telah terjadi kesetaraan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Oleh karena itu, demografis parti­sipan tersebut tidak akan menjadi variabel pengganggu dalam penelitian ini dan ha­sil yang diperoleh merupakan akibat dari perlakuan yang diberikan pada partisipan

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data statistik non­parametrik kare­na tidak memenuhi beberapa asumsi pada penggunaan metode parametrik. Adapun kondisi yang menyebabkan pengujian data penelitian ini menggunakan metode statis­tik non­parametrik adalah data tidak me­menuhi asumsi yaitu sampel harus dari po­pulasi yang berdistribusi normal. Selanjut­nya, pada penelitian ini terdapat data yang tidak memiliki varian yang sama, sedangkan untuk dapat melakukan uji beda (uji t dan uji F) dua sampel atau lebih harus bera­sal dari dua populasi dengan varians yang sama. Kemudian alasan yang ketiga, pada penelitian ini jumlah sampel hanya 30 un­tuk setiap kelompoknya padahal untuk uji statistik metode parametik jumlah sampel

harus besar (lebih dari 30). Hal ini membuat data tidak memungkinkan untuk diolah dengan metode statistik parametrik meski­pun data bertipe data interval (Wang & Chee, 2012). Metode statistik non­paramet rik yang digunakan dalam pengolahan data pene­litian ini adalah Uji Kolmogorov Smir nov untuk uji beda alokasi bonus dan Uji Wil­coxon untuk uji beda pemahaman balanced scorecard. Uji Wilcoxon dipilih untuk meng­uji perbedaan saat sebelum dan sesudah pemahaman balanced scorecard diberikan sehingga tergolong dua sampel berpasangan dan berhubungan (Zhang, Xu, & Hee, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASANPeran alokasi bonus (incentive re-

ward) terhadap pengambilan keputusan pemilihan proyek investasi. Berdasarkan hasil pengujian pada kelompok eksperimen­tal dan kelompok kontrol terkait dua jenis alokasi bonus yang diberikan (lihat Tabel 1) ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada penilaian setiap proyek baik pada saat alokasi bonus berdasarkan fokus keuangan saja maupun saat aloka­si bonus berdasarkan keseluruhan aspek.

Adapun terdapat pengecualian, yaitu pada penilaian saat posttest pada kelom­pok eksperimental untuk proyek dengan karakteristik merata pada setiap fokusnya tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan. Perbedaan tidak ditemukan un­tuk penilaian proyek dengan karakteristik merata pada setiap fokusnya pada kelompok eksperimen baik sebelum maupun sesudah pemahaman balanced scorecard diberikan, dapat dijelaskan melalui beberapa justifikasi. Pertama, karena proyek ini dianggap paling aman dan memperhatikan seluruh aspek se­hingga meskipun alokasi bonus berdasarkan fokus keuangan partisipan di kelompok eks­perimen tetap memberikan penilaian yang tinggi pada proyek ini baik sebelum maupun sesudah pemahaman balanced scorecard diberikan. Selain itu, justifikasi bisa juga di­dasarkan pada teori atribusi, yaitu terdapat atribusi disposisional yang berasal dari diri partisipan seperti motivasi, kepribadian, dan kemampuan. Terdapat kemungkinan bahwa partisipan pada kelompok ekseprimental lebih risk averse daripada kelompok kon­trol sehingga untuk proyek yang merata se­cara keseluruhan tetap mendapat penilaian yang relatif sama antara saat alokasi bonus berdasarkan aspek keuangan dengan saat alokasi bonus berdasarkan seluruh fokus.

441 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 437-450

Terdapat juga faktor keterbatasan waktu yang dimiliki partisipan dalam mengambil keputusan yang menjadi hambatan sehing­ga pengambilan keputusan menjadi sulit (Campion, Campion, & Campion, 2017). Par­tisipan pada kelompok eksperimen juga bisa jadi merupakan tipe pengambil keputusan analitis yang sangat hati­hati dalam meng­ambil keputusan (Dewi & Fuadah, 2017).

Pada sisi lain, untuk proyek dengan karakteristik superior secara keuangan juga tidak ditemukan perbedaan penilaian setelah pemahaman balanced scorecard diberikan baik saat alokasi bonus berdasarkan fokus keuangan maupun saat alokasi bonus ber­dasarkan seluruh fokus. Hal ini menanda­kan aspek pengetahuan berperan mengu­bah pola pikir partisipan sehingga tidak ha­nya terpaku pada dasar alokasi bonus saja.

Jika melihat hasil secara keseluruhan hasil, pengujian ini mendukung bebebera­pa hasil penelitian terdahulu antara lain dan Carmona et al. (2011), Perkins, Grey, & Remmers (2014), Cardinaels & Veen­Dirks (2010), Alfandi & Alkahsawneh (2014) dan Wynder (2010) yang menyatakan bah­wa variabel insentif berperan dalam peng­ambilan keputusan dengan menggunakan pendekatan balanced scorecard. Hasil uji juga mendukung penelitian Danish & Us­man (2010) bahwa sistim reward akan ber­dampak pada motivasi kerja karyawan, serta penelitian Brink & Rankin (2013) dan Kim & Ng (2018) bahwa sistem reward harus dia­tur dengan baik karena hal ini dapat mem­pengaruhi kinerja karyawan. Penelitian San, theen, & Heng (2012) juga mengungkapkan bahwa reward strategy akan mempengaruhi kinerja karyawan. Oleh karena itu, ketika re-ward mempertimbangkan tidak hanya aspek finansial tapi juga non­finansial, akan meng­hasilkan suatu kinerja karyawan yang lebih baik bagi perusahaan. Selain itu, hasil dari pengujian ini juga sesuai dengan konsep te­ori akuntansi positif bahwa kompensasi mo­

neter mempunyai hubungan dengan tindak­an manajemen Watts & Zimmerman (1978). Berdasarkan teori agensi dan teori akuntan­si positif ini dapat diketahui bahwa bonus akan mempengaruhi perilaku jajaran mana­jer termasuk dalam pengambilan keputusan. Bonus dapat menjadi alat pengendali agar manajer sebagai agen dapat bertindak sesu­ai dengan tujuan perusahaan dan keinginan prinsipal. Namun, sebaliknya, bonus juga dapat memicu perilaku yang menimbulkan masalah bagi perusahaan (Bear & Glick, 2017; Varkkey, Korde & Wadhwaniya, 2017).

Peran pemahaman balanced score-card (bsc knowledge) terhadap pengambil­an keputusan pemilihan proyek investasi. Berdasarkan hasil pengujian mengenai pe­mahaman balanced scorecard diketahui bah­wa penilaian partisipan di kelompok ekspe­rimental pada saat pretest cenderung mengi­kuti alokasi bonus yang diberikan. Kemudi­an setelah posttest yaitu setelah kelompok eksperimental menerima materi pemahaman balanced scorecard terjadi perbedaan pada penilaian yang mereka berikan. Berdasar­kan hasil uji beda di Tabel 3 ditemukan ada­nya perbedaan yang signifikan pada kelom­pok eksperimen saat memberikan penilaian proyek dengan karakteristik superior secara keuangan pada alokasi bonus berdasarkan fokus keuangan. Justfifikasi hal ini adalah karena proyek dengan karakteristik ini me­rupakan proyek yang paling jauh dari konsep balanced scorecard sehingga saat partisipan telah memahami konsep balanced scorecard dan mencoba mengimplementasikannya pada penilaian proyek akan terlihat perbe­daan yang signifikan saat sebelum dan se­sudah pemahaman balanced scorecard dibe­rikan. Jadi, meskipun proyek memiliki nilai ukuran keuangan yang paling besar, partisi­pan tetap memperhatikan ukuran yang lain­nya karena adanya pemahaman bahwa seti­ap fokus saling berhubungan dan membawa konsekuensi untuk fokus atau perspektif di

Tabel 1. Uji Beda Alokasi Bonus

Kolmogorov Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Kolmogorov Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-

Proyek A­ Pretest 0,904 0,388 1,291 0,071Proyek B­Posttest 0,387 0,998 1,42 0,035Proyek B­ Pretest 2,195 0 2,84 0Proyek C­Posttest 1,291 0,071 1,807 0,003Proyek C­ Pretest 1,42 0,035 1,936 0,001Proyek A­Posttest 1,42 0,035 1,42 0,035

Eksperimen Kontrol

Faizza, Purnomosidhi, Baridwan, Peran Alokasi Bonus dan Pemahaman... 442

atasnya yang pada akhirnya merujuk pada fokus keuangan sebagai ukuran puncak.

Sebaliknya, untuk karakteristik dua proyek lainnya telah mendekati konsep ba-lanced scorecard sehingga penilaian saat se­belum dan sesudah pemahaman balanced scorecard tidak terjadi perbedaan yang sig­nifikan. Jadi, meskipun perbedaan hanya terjadi pada salah satu karakteristik proyek, hal ini sudah cu kup membuktikan bahwa pengetahuan berperan dalam pengambilan keputusan.

Selanjutnya, untuk partisipan di kelom­pok kontrol, berdasarkan hasil peng ujian pada Tabel 2 diketahui bahwa partisipan di kelompok kontrol yang tidak memperoleh pemahaman balanced scorecard cenderung tidak mengubah keputus an. Partisipan di kelompok kontrol cen derung memilih proyek dengan karakteristik yang sesuai dengan alokasi bonus mereka.

Namun, pada kelompok kontrol (lihat Tabel 3) ternyata ditemukan adanya perbe­daan penilaian pada proyek dengan karak­teristik nilai total paling besar pada saat alo­kasi bonus berdasarkan keseluruh an fokus. Justifikasi terkait hal ini adalah bahwa ter­dapat kemungkinan partisipan yang tidak memperoleh pemahaman ba lanced scorecard cenderung tidak mempunyai pertimbang­an dalam memberikan penilaian sehingga terjadi inkonsistensi pada keputusan yang diberikan khususnya untuk proyek­proyek yang masih dianggap sesuai dengan alokasi bonus yang diberikan. Terdapat kemungkin­an bahwa tidak ada nya pengetahuan yang sama mengenai konsep balanced scorecard yang menimbulkan perbedaan persepsi pada masing­ma sing partisipan untuk proyek yang paling menguntungkan atau paling sesuai dengan alokasi bonus berdasarkan

seluruh fokus sehingga terjadi inkonsisten­si penilaian dari beberapa partisipan untuk proyek dengan karakteristik superior secara total.

Inkonsistensi yang terjadi pada bebe­rapa partisipan pada kelompok kontrol ini dapat dijelaskan dari sudut pandang te­ori atribusi. Terdapat kemungkinan bahwa penyebab respon yang berbeda beberapa partisipan ini adalah berasal dari faktor in­ternal atau yang disebut dengan atribusi disposisional seperti kepribadian, motiva­si, atau kemampuan partisipan yang dapat mempengaruhi persepsinya terhadap proyek yang dianggap paling sesuai dengan alokasi bonus berdasarkan seluruh fokus (Leisen, 2015; Wood, Thornley, & Grace, 2013). Ke­mungkinan lain yang dapat menjadi justifi­kasi mengenai hasil yang ditunjukkan pada kelompok kontrol ini adalah ketika partisi­pan pada kelompok kontrol ini tidak memi­liki pemahaman terkait keputusan yang akan diambil, yaitu pengambilan keputusan dengan balanced scorecard. Hal ini akan menimbulkan bias dari pihak partisipan sebagai pengambil keputusan. Justifikasi ini didasarkan pada penelitian Reda (2017).

Selain penjelasan tersebut di atas, jus­tifikasi mengenai hasil penelitian yang ber­kaitan dengan peran pemahaman balanced scorecard terhadap penilaian partisipan di kelompok eskperimen mengenai proyek in­vestasi yang disajikan dalam kasus dapat dijelaskan dengan pendekatan konsep ter­hadap pembelajaran menurut Duff dan McK­instry (2007). Pada riset ini meskipun dalam evaluasi partisipan berada pada tingkatan paham, bisa jadi partisipan hanya berada pada tingkat pendekatan permukaan (sur-face approach) sehingga partisipan mengi­ngat informasi tersebut hanya untuk kebu­

Tabel 2. Uji Beda Pemahaman Balanced Scorecard Kelompok Eksperimen

Z Z

(Wilcoxon Signed Ranked Test)

(Wilcoxon Signed Ranked Test)

Proyek A­ PretestProyek B­PosttestProyek B­ PretestProyek C­PosttestProyek C­ PretestProyek A­Posttest

0,169

Pair 2 ­2,436 0,015 Pair 5 ­1,342 0,18

Pair 3 ­1,197 0,231 Pair 6 ­1,377

Pair 1 ­1,787 0,074 Pair 4 ­0,748 0,455

Saat Alokasi BonusBerdasarkan

Seluruh Fokus BSC

Asymp. Sig. (2-tailed)

Asymp. Sig. (2-tailed)

Saat Alokasi BonusBerdasarkan

Fokus Keuangan

443 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 437-450

tuhan penilaian atau evaluasi, tetapi ketika dihadapkan pada kasus mereka masih ke­sulitan untuk membuat penalaran khususn­ya dan menghubungkan antarkonsep untuk proyek­proyek yang masih mendekat i kon­sep balanced scorecard. Justififikasi menge­nai kondisi ini juga sejalan dengan penelitian Nugraha, Subroto, & Rahman (2014) bahwa pemberian pendekatan antardisiplin bisa jadi belum mampu mengubah kemampuan partisipan dalam keputusan yang diambil terhadap kasus yang diberikan. Pemberi­an disiplin tertentu bisa jadi hanya mam­pu meningkatkan pengetahuan seseorang dan partisipan hanya mampu mengingat dan mengaplikasikannya secara terbatas.

Adanya perbedaan yang ditimbulkan akibat adanya pemahaman balanced score-card yang diberikan pada kelompok ekspe­rimental ini turut mendukung beberapa pe­nelitian terdahulu dan teori pembelajaran kognitif. Berdasarkan teori belajar kogni­

tif bahwa proses pembelajaran melibatkan proses mental, antara lain motivasi, kese­ngajaan, dan keyakinan (Syah, 2012:103). Selain itu, proses pembelajaran merupakan proses mengamati stimulus secara satu ke­satuan dan situasi belajar turut menen­tukan peningkatan pembelajaran seseo­rang dibandingkan dengan hukuman atau imbalan (Hidayat, Maarif, & Najib, 2017). Jika dihubungkan dengan hasil penelitian, adalah partisipan dalam kelompok eksperi­men telah mengalami proses belajar dengan memperoleh stimulus berupa materi secara tertulis dengan situasi pembelajaran yang kondusif. Hasilnya adalah partisipan ya­kin akan materi yang diberikan dan memi­liki motivasi bahwa dengan memilih proyek yang memperhatikan seluruh fokus mereka akan mendapatkan alokasi bonus yang ting­gi dan lebih stabil dalam jangka panjang.

Selain itu, hasil riset ini turut men­dukung beberapa riset antara lain riset

Tabel 3. Uji Beda Pemahaman Balanced Scorecard Kelompok Kontrol

A 1 B 3 A 4 B 6B 14 C 10 B 12 C 10C 3 A 5 C 1 A 1

A 3 B 4 A 3 B 2B 9 C 4 B 10 C 10C 0 A 4 C 0 A 1

Penilaian Proyek Berdasarkan Alokasi Bonus KeuanganAkuntansi

Proyek yang Dipilih oleh Kelompok Eksperimen

Proyek yang Dipilih oleh Kelompok Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

Manajemen Proyek yang Dipilih Oleh Kelompok

Eksperimen Proyek yang Dipilih Oleh Kelompok

KontrolPretest Posttest Pretest Posttest

Tabel 4. Keputusan Pemilihan Proyek Investasi Berdasarkan Alokasi Bonus Keuangan

Z Z(Wilcoxon Signed

Ranked Test)(Wilcoxon Signed

Ranked Test)Proyek A­ PretestProyek B­PosttestProyek B­ PretestProyek C­PosttestProyek C­ PretestProyek A­Posttest

0,045

Pair 2 ­0,1151 0,25 Pair 5 ­1,096 0,273

Pair 3 ­0,891 0,373 Pair 6 ­2,003

Pair 1 ­0,463 0,643 Pair 4 ­0,94 0,347

Saat Alokasi BonusBerdasarkan

Seluruh Fokus BSC

Asymp. Sig. (2-tailed)

Asymp. Sig. (2-tailed)

Saat Alokasi BonusBerdasarkan

Fokus Keuangan

Faizza, Purnomosidhi, Baridwan, Peran Alokasi Bonus dan Pemahaman... 444

Campbell, Datar, Kulp, & Narayanan (2015) yang menyatakan bahwa saat manajer memiliki pengetahuan yang lebih baik, maka judgement atau keputusan yang diberikan akan lebih baik. Ada pula penelitian Cheng & Humphreys (2012) dan Mano & Creaser (2016) yang menyatakan bahwa pemaham­an balanced scorecard berdampak pada peng ambilan keputusan partisipan, pene­litian Sutedjo & Mangkunegara (2013). me­nyatakan bahwa tingkat kompetensi, yang di dalamnya termasuk aspek pengetahuan, akan mempengaruhi kinerja karyawan, serta penelitian Cardinaels (2008) yang juga me­nyatakan bahwa pengetahuan yang berbeda akan memberikan judgment yang berbeda pula. Penelitian Agusti & Pertiwi (2013) dan Park, Chung, & Woo (2013) juga menyatakan bahwa kompetensi yang lebih baik yang di­miliki seorang auditor yang di alamnya ter­masuk pengetahuan akan mempengaruhi kualitas audit. Fenomena lain yang ditun­jukkan pada hasil penelitian adalah bahwa latar belakang pendidikan antara manaje­men dan akuntansi juga memberikan hasil yang berbeda pada keputusan yang diambil oleh partisipan. Hasil ini mendukung pe­nelitian Porporato (2010) dan Humphreys & Trotman (2011) yang menyatakan bah­wa latar belakang keahlian mempengaruhi pemahaman dan pengambilan keputusan.

Kecenderungan pemilihan proyek untuk partisipan yang telah mendapat pemahaman balanced scorecard. Setelah memperoleh pemahaman balanced score-card, partisipan pada kelompok eksperi­mental cenderung mengubah keputusan­

nya dan lebih memperhatikan proyek yang seimbang secara keseluruhan. Hal ini ter­lihat dari penurunan jumlah partisipan yang memilih proyek yang superior secara keuangan dari pretest ke posttest khusus­nya pada saat alokasi bonus keuangan.

Pada sisi lain, pada saat alokasi bo­nus berdasarkan seluruh fokus perubahan keputusan partisipan cenderung kecil. Hal ini dikarenakan alokasi bonus berdasar­kan keseluruhan fokus telah sesuai dengan konsep balanced scorecard. Begitupun pada kelompok kontrol yang tidak memperoleh pemaham an, perubahan keputus an cend­erung kecil dan lebih banyak yang tetap pada keputusanya untuk memilih proyek yang mempunyai karakteristik sesuai alo­kasi bonus yang ditawarkan. Hasil ini men­dukung penelitian Campbell, Datar, Kulp, & Narayanan (2015), Malina & Selto (2015), dan Mendes, Nunes, & Teixeira (2014) yang men­yatakan bahwa pemaham an yang lebih baik mengenai suatu penge tahuan tertentu terkait penugasan yang dilakukan akan membantu pengambil keputusan memberikan judgment yang le bih baik. Selain itu, hasil pengujian ini juga sesuai dengan penelitian Chopra, Gupta & Chhabra (2017) bahwa pengeta­huan tentang balanced scorecard membawa perbedaan yang signifikan pada evaluasi kin­erja yang diberikan partisipan dan penelitian Tout, Ghazzawi, Nemar, & Choughari (2014) bahwa pengetahuan akuntansi yang baik akan mendukung dalam proses pengambil­an keputusan khusunya yang berhubungan dengan informasi keuangan perusahaan.

Tabel 5. Keputusan Pemilihan Proyek Investasi Berdasarkan Seluruh Fokus Balanced Scorecard

A 7 B 6 A 10 B 10B 1 C 2 B 0 C 2C 10 A 10 C 7 A 5

A 4 B 4 A 6 B 6B 1 C 2 B 1 C 0C 7 A 6 C 6 A 7

Penilaian Proyek Berdasarkan Seluruh Fokus Balanced ScorecardAkuntansi

Proyek yang Dipilih Oleh Kelompok Eksperimen

Proyek yang Dipilih Oleh Kelompok Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

Manajemen Proyek yang Dipilih Oleh Kelompok

Eksperimen Proyek yang Dipilih Oleh Kelompok

KontrolPretest Posttest Pretest Posttest

445 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 437-450

SIMPULANPada penelitian ini peneliti meng­

gunakan fenomena mengenai keputusan manajer dalam memilih proyek investa­si dengan menggunakan pendekatan ba-lanced scorecard. Berdasarkan hasil anali­sis diketahui bahwa alokasi bonus berperan dalam proses pengambilan keputusan. Se­lain itu, partisipan yang telah memperoleh pemahaman balanced scorecard sebagian besar cenderung mengubah keputusan­nya untuk memilih proyek yang memper­timbangkan seluruh fokus atau perspektif.

Implikasi hasil penelitian ini adalah bahwa pengetahuan atau pemahaman me­ngenai disiplin ilmu tertentu terkait dengan penugasan berpe ran untuk mengarahkan keputusan partisipan agar bertindak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Implika­si lain yang juga tidak kalah penting terkait hasil penelitian ini adalah bahwa pendekat­an balanced scorecard tidak hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja karyawan, tetapi juga dapat digunakan un­tuk mengevaluasi suatu proyek sebelum di­pilih. Pendekatan ini dapat menjadi alat pen­dukung pengambilan keputusan proyek se­lain pendekatan keuangan yang sering dipe­lajari dalam lite ratur akuntansi dan manaje­men. Berdasarkan implikasi tersebut di atas pentingnya perusahaan memberikan pela­tihan mengenai suatu pemahaman tertentu terkait penugasan yang akan dikerjakan oleh karyawan yang diharapkan akan mem­pertajam ana lisis pengambil keputusan dan mengarahkan pengambil keputusan untuk meng ambil keputusan yang terbaik dan se­suai tujuan yang diharapkan perusahaan da­lam jangka panjang. Selain itu, penting ada­nya bagi pihak manajemen untuk membuat dasar alokasi bonus yang tepat agar bonus dapat menjadi alat untuk meningkatkan ki­nerja karyawan tanpa menimbulkan perilaku oportunistik yang merugikan perusahaan atau perilaku yang hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek secara keuang­an tanpa memperhatikan kelangsungan proses secara keseluruhan yang sebenarnya akan berpengaruh dalam jangka panjang.

Pada saat pelaksanaan penelitian eks­perimen laboratorium yang peneliti lakukan oleh peneliti, terdapat keterbatasan­keter­batasan yang sulit dihindari. Keterbatasan ini diharapkan dapat disempurnakan dan dikembangkan dalam penelitian­penelitian selanjutnya. Adapun keterbatasan­keter­batasan tersebut, antara lain keterbatasan

waktu dan jumlah partisipan membuat dalam satu kelas terdapat kelompok eks­perimen dan kelompok kontrol sehingga pembelajaran atau penyampaian materi balanced scorecard hanya diberikan secara visual dengan materi tertulis. Jika penyam­paian dilakukan secara auditory dan tactual dikhawatirkan akan mengganggu fokus dari kelompok kontrol sehingga jawaban yang mereka berikan akan menjadi bias. Pemi­sahan kelompok kontrol dan eksperimen ti­dak memungkinkan untuk dilakukan karena akan menimbulkan ketidaksetaraan antar­dua kelompok ini. Penyebabnya adalah par­tisipan pada penelitian ini berasal dari dua jurusan yang berbeda dengan tingkat pema­haman yang beragam. Selain itu, pada pene­litian ini, peneliti menggunakan mahasiswa magister akuntansi dan magister manaje­men dengan kriteria telah mendapat materi balanced scorecard. Ada pula hal yang harus diperhatikan bahwa tidak semua mahasiwa magister manajemen memperoleh materi balanced scorecard dalam mata kuliah ma­najemen strategi yang ditempuh dan maha­siswa magister akuntansi yang dapat digu­nakan sebagai partisipan adalah mahasiswa joint program minimal semester 3 dan ma­hasiswa magister akuntansi yang mengambil konsentrasi bisnis dikarenakan mahasiswa ini memperoleh materi balanced scorecard. Berdasarkan kondisi ini jumlah mahasiswa yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai partisipan menjadi terbatas. Selain itu, tidak semua mahasiswa yang oleh pe­neliti bersedia menjadi partisipan sehingga hal ini menjadi keterbatasan untuk peneli­tian ini. Saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya antara lain penambahan varia­bel tipe pengambil keputusan dan motivasi belajar untuk lebih memperjelas dasar kepu­tusan yang diberikan partisipan. Diharap­kan untuk penelitian selanjutnya pemisah­an antara kelompok eksperimen dan kelom­pok kontrol dapat dimungkinkan sehingga metode pembelajaran dapat dilakukan tidak hanya secara visual, tetapi juga secara audi-tory dan kinesthetic sehingga diharapkan ma­teri dapat diserap lebih baik oleh partisipan.

DAFTAR RUJUKANAgusti, R., & Pertiwi, N. P. (2013). Pengaruh

Kompetensi, Independensi dan Profe­sionalisme Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Se Sumatera). Jurnal Ekonomi, 21(3), 1–13.

Faizza, Purnomosidhi, Baridwan, Peran Alokasi Bonus dan Pemahaman... 446

Alfandi, D. A. M., & Alkahsawneh, D. M. S. (2014). The Role of the Incentives and Reward System in Enhancing Emplo­yee’s Performance: A Case of Jorda ni ­an Travel and Tourism Institutions. International Journal of Academic Re-search in Business and Social Sci-ences, 4(4), 326–341. https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v4­i4/788

Anderson, D. M., & Edwards, B. C. (2015). Unfulfilled Promise: Laboratory Experi­ments in Public Management Research. Public Management Review, 17(10), 1518­1542. https://doi.org/10.1080/14719037.2014.943272

Apostolopoulos, N., & Liargovas, P. (2016). Regional Parameters and Solar Energy Enterprises: Purposive Sampling and Group AHP Approach. International Journal of Energy Sector Management, 10(1), 19­37. https://doi.org/10.1108/IJESM­11­2014­0009

Argüden, Y. (2013). Right reward for Right Performance: Aligning Executive Com­pensation with Good Governance. In-ternational Journal of Disclosure and Governance, 10(2), 122­134. https://doi.org/10.1057/jdg.2013.14

Bear, J. B., & Glick, P. (2017). Bread win­ner Bonus and Caregiver Penalty in Workplace Rewards for Men and Wo­men. Social Psychological and Persona-lity Science, 8(7), 780–788. https://doi.org/10.1177/1948550616683016

Benson, A. M., & Sajjadiani, S. (2018). Are Bonus Pools Driven by Their Incen­tive Effects? Evidence from Fluctua­tions in Gainsharing Incentives. ILR Review, 71(3), 567–599. https://doi.org/10.1177/0019793917726066

Bind, M. A. C., & Rubin, D. B. (2017). Bridging Observational Studies and Randomized Experiments by Embedding the Former in the Latter. Statistical Methods in Med-ical Research, 1(1), 1­21. https://doi.org/10.1177/0962280217740609

Brink, A. G., & Rankin, F. W. (2013). The Effects of Risk Preference and Loss Aversion on Individual Behavior under Bonus, Penalty, and Combined Con­tract Frames. Behavioral Research in Accounting, 25(2), 145­170. https://doi.org/10.2308/bria­50408

Campbell, D., Datar, S. M., Kulp, S. L., & Narayanan, V. G. (2015). Testing Stra­tegy with Multiple Performance Mea­sures: Evidence from a Balanced Score­

card at Store24. Journal of Management Accounting Research, 27(2), 39­65. https://doi.org/10.2308/jmar­51209

Campion, E. D., Campion, M. C., & Cam­pion, M. A. (2017). Best Practices in In­centive Compensation Bonus Adminis­tration Based on Research and Profes­sional Advice. Compensation & Benefits Review, 49(3), 123–134. https://doi.org/10.1177/0886368718777335

Cardinaels, E. (2008). The Interplay betweenCost Accounting Knowledge and Pre­sentation Formats in Cost­Based Deci­sion­Making. Accounting, Organizations and Society, 33(6), 582–602. https://doi.org/10.1016/j.aos.2007.06.003

Cardinaels, E., & Veen­Dirks, P. M. G. V.(2010). Financial versus Non­Finan­cial Information: The Impact of Infor­mation Organization and Presentation in a Balanced Scorecard. Account-ing, Organizations and Society, 35(6), 565–578. https://doi.org/10.1016/j.aos.2010.05.003

Carmona, S., Iyer, G., & Reckers, P. M. J. (2011). The Impact of Strategy Commu­nications, Incentives and National Cul­ture on Balanced Scorecard Implemen­tation. Advances in Accounting, 27(1), 62–74. https://doi.org/10.1016/j.adi­ac.2011.01.004

Chen, Y., Jermias, J., & Panggabean, T. (2016). The Role of Visual Attention in the Managerial Judgment of Balanced Scorecard Performance Evaluation: In sights from Using an Eye Track­ing Device. Journal of Accounting Re-search, 54(1), 113­146. https://doi.org/10.1111/1475­679X.12102

Chen, C. X., Matsumura, E. M., Shin, J. Y., & Wu, S. Y. C. (2015). The Effect of Competition Intensity and Competition Type on the Use of Customer Satis­faction Measures in Executive Annu­al Bonus Contracts. The Accounting Review, 90(1), 229­263. https://doi.org/10.2308/accr­50870

Cheng, M. M., & Humphreys, K. A. (2012). The Differential Improvement Effects of the Strategy Map and Scorecard Per­spectives on Managers’ Strategic Judg­ments. The Accounting Review, 87(2), 899­924. https://doi.org/10.2308/ac­cr­10212

Choi, J. W. (2014). Can Offering a Signing Bonus Motivate Effort? Experimental Evidence of the Moderating Effects of

447 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 437-450

Labor Market Competition. The Account-ing Review, 89(2), 545­570. https://doi.org/10.2308/accr­50641

Chopra, M., Gupta, V., & Chhabra, B. (2017). Strategic Management Using BalancedScorecard—A Case Study on Tata Power. South Asian Journal of Business and Ma-nagement Cases, 6(2), 176–190. https://doi.org/10.1177/2277977917730446

Danish, R. Q., & Usman, A. (2010). Impact of Reward and Recognition on Job Sa­tisfaction and Motivation: An Empirical Study from Pakistan. International Jour-nal of Business and Management, 5(2), 159–167. https://doi.org/10.5539/ij­bm.v5n2p159

Day, J. W., Holladay, C. L., Johnson, S. K., & Barron, L. G. (2014). Organizational Rewards: Considering Employee Need in Allocation. Personnel Review, 43(1), 74­95. https://doi.org/10.1108/PR­09­2012­0156

Dewi, K., & Fuadah, L. (2017). Praktik KerjaLapangan dalam Pembelajar an Akun­tansi Manajemen. Jurnal Akun tansi Multiparadigma, 8(2), 382­398. https://doi.org/10.18202/jamal.2017.08.7061

Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory:An Assesment and Review. Academy of Management Review, 14(1), 57–74. https://doi.org/ 10.2307/258191

Hartono, J. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengala-man-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Hidayat, S., Maarif, M., & Najib, M. (2017). Determination of Key Performance Indi­cator with Balanced Scorecard Appro­ach in Public Sector. Jurnal Aplikasi Ma-najemen, 15(2), 290­300. httpa://doi.org/10.21776/ub.jam.2017.015.02.13

Hladchenko, M. (2015). Balanced Score­card – A Strategic Management System of the Higher Education Institution. In-ternational Journal of Educational Ma-nagement, 296(2), 167­176. https://doi.org/10.1108/IJEM­11­2013­0164

Johnson, E. N., Reckers, P. M. J., & Bartlett,G. D. (2014). Influences of Timeline and Perceived Strategy Effectiveness on Bal­anced Scorecard Performance Evalua­tion Judgments. Journal of Management Accounting Research, 26(1), 165­184. https://doi.org/10.2308/jmar­50639

Humphreys, K. A., & Trotman, K. T. (2011).The Balanced Scorecard: The Effect of

Strategy Information on Performance Evaluation Judgments. Journal of Management Accounting, 23(1), 81­98. https://doi.org/10.2308/jmar­10085

Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1992). The Balanced Scorecard­­measures that Drive Performance. Harvard Business Review, 70(1), 71–79. https://doi.org/00178012

Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1996). Link­ing the Balanced Scorecard to Strate gy. California Management Review, 39(1),53–79. https://doi.org/10.2307/41165876

Kim, S., & Ng, J. (2018). Executive Bonus Contract Characteristics and Share Re ­purchases. The Accounting Review, 93(1), 289­316. https://doi.org/10.2308/accr­51731

Kunz, R. E., Siebert, J., & Mütterlein, J. (2016). Combining Value Focused Thinking and Balanced Scorecard to Improve Decision making in Strategic Manage­ment. Journal of Multi Criteria Decision Analysis, 23(5­6), 225­241. https://doi.org/10.1002/mcda.1572

Lardner, S. (2015). Effective Reward EnsuresEffective Engagement. Strategic HR Review, 14(4), 131­134. https://doi.org/10.1108/SHR­06­2015­0050

Leisen, D. P. J. (2015). Dynamic Risk Takingwith Bonus Schemes. Quantitative Fi-nance, 15(9), 1583­1596. https://doi.org/10.1080/14697688.2014.969299

Lopez­Valeiras, E., Gonzalez­Sanchez, M. B. & Gomez­Conde, J. (2017). Review of Managerial Science, 10(3), 487­510. https://doi.org/10.1007/s11846­015­0165­9

Malina, M. A., & Selto, F. H. (2015). Behavi­oral­Economic Nudges and Perfor­mance Measurement Models. Journal of Management Accounting Research, 27(1), 27­45. https://doi.org/10.2308/jmar­50821

Mano, M. D., I., & Creaser, C. (2016). The Im­pact of the Balanced Scorecard in Lib­raries: From Performance Measure­ment to Strategic Management. Jour-nal of Librarianship and Information Science, 48(2), 191–208. https://doi.org/10.1177/0961000614558078

Margetts, H. Z. (2011). Experiments for Public Management Research. Public Management Review, 13(2), 189­208. https://doi.org/10.1080/14719037.

Faizza, Purnomosidhi, Baridwan, Peran Alokasi Bonus dan Pemahaman... 448

2010.532970Massingham, P. R., & Tam, L. (2015). The

Relationship between Human Capital, Value Creation and Employee Reward. Journal of Intellectual Capital, 16(2), 390­418. https://doi.org/10.1108/JIC­06­2014­0075

Mendes, P., Nunes, L. M., & Teixeira, M. R. (2014). Quantitative Performance Targets by Using Balanced Score­card System: Application to Waste Management and Public Adminis­tration. Waste Management & Re-search, 32(9), 927–936. https://doi.org/10.1177/0734242X14540977

Mishra, A., & Mishra, H. (2011). The Influence of Price Discount versus Bonus Pack on the Preference for Virtue and Vice Foods. Journal of Marketing Research, 48(1), 196–206. https://doi.org/10.1509/jm­kr.48.1.196

Mortensen, T., Fisher, R., & Wines, G. (2012). Students as Surrogates for Practicing Accountants: Further Evi­dence. Accounting Forum, 36(4), 251–265. https://doi.org/10.1016/j.accfor.2012.06.003

Nugraha, G., Subroto, B., & Rahman, A. (2014). Peran Pendekatan Antar Di­siplin terhadap Penilaian Risiko Pen­yalahgunaan Aset. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 4(2), 238­256. https://doi.org/10.18202/jamal.2013.08.7195

Park, S. B., Chung, N., & Woo, S. C. (2013). Do Reward Programs Build Loyalty to Restaurants? The Moderating Ef­fect of Long Term Orientation on the Timing and Types of Rewards. Mana-ging Service Quality: An International Journal, 23(3), 225­244. https://doi.org/10.1108/09604521311312246

Perkins, M., Grey, A., & Remmers, H. (2014). What do We Really Mean by “Balanced Scorecard”? International Journal of Productivity and Performance Management, 63(2), 148­169. https://doi.org/10.1108/IJPPM­11­2012­0127

Porporato, M. (2010). Balanced ScorecardDesign Preferences According to Sub­jects’ Knowledge and Expertise. Interna-tional Journal of Behavioural Accounting and Finance, 1(3), 182. https://doi.org/10.1504/IJBAF.2010.031315

Putri, I. G. A. M. A. D (2012). Pengaruh Bu­daya Organisasi terhadap Kinerja da­lam Perspektif Balanced Scorecard. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 3(3),

462­470. httsp://doi.org/10.18202/ja­mal.2012.12.7175

Reda, N. W. (2017). Balanced Scorecardin Higher Education Institutions: Con­gruence and Roles to Quality Assur­ance Practices. Quality Assurance in Education, 25(4), 489­499. https://doi.org/10.1108/QAE­09­2015­0038

Rotchanakitumnuai, S. (2013). Assessmentof E­Procurement Auction with a Ba­lanced Scorecard. International Jour-nal of Physical Distribution & Logistics Management, 43(1), 39­53. https://doi.org/10.1108/09600031311293246

San, O. T., Theen, Y. M., & Heng, T. B. (2012). The Reward Strategy and Performance Measurement (Evidence from Malay­sian Insurance Companies). Interna-tional Journal of Business, Humanities and Technology, 2(1), 211–223.

Sutedjo, A. S., & Mangkunegara, A. P. (2013). Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan di PT. Inti Kebun Sejahtera. Bisnis dan Manajemen, 5(2), 120­129. https://doi.org/10.26740/bisma.v5n2.p120­129

Tout, S., Ghazzawi, K., Nemar, S. E., & Choughari, R. (2014). The Major Role Accountants Play in the Decision Mak­ing Process. International Journal of Fi-nance and Accounting, 3(5), 310–315. https://doi.org/10.5923/j.ijfa.20140305.05

Waal, A. D., & Jansen, P. (2013). The Bonus as Hygiene Factor: The Role of Re­ward Systems in the High Perfor­mance Organization. Evidence-based HRM: A Global Forum for Empirical Scholarship, 1(1), 41­59. https://doi.org/10.1108/20493981311318601

Wang, Y., & Chee, C. S. (2012). Density Estimation Using Non­Parametric and Semi­Parametric Mixtures. Statistical Modelling, 12(1), 67–92. https://doi.org/10.1177/1471082X1001200104

Watts, R. L., & Zimmerman, J. L. (1978). Towards a Positive Theory of the Deter­mination of Accounting Standards. The Accounting Review, 53(1), 112–134.

Wynder, M. (2010). Chemico: EvaluatingPerformance Based on the Balanced Scorecard. Journal of Accounting Edu-cation, 28(3–4), 221–236. https://doi.org/10.1016/j.jaccedu.2011.03.006

Varkkey, B., Korde, R., & Wadhwaniya, S. (2017). Changes in the Executive Bonus Payment Patterns in India Between 2008

449 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 9, Nomor 3, Desember 2018, Hlm 437-450

­ 2016: Some Evidences. Compensation & Benefits Review, 49(2), 63–86. https://doi.org/10.1177/0886368718757095

Wood, D., Thornley, B., & Grace, K. (2013). Institutional Impact Investing: Prac­tice and Policy. Journal of Sustainable Finance & Investment, 3(2), 75­94. https://doi.org/10.1080/20430795.2013.776256

Yu, I. T. (2013). A Modification of the Box–Meyer Method for Finding the Active

Factors in Screening Experiments. Journal of Applied Statistics, 40(5), 972­984. https://doi.org/10.1080/02664763.2012.761181

Zhang, X., Xu, J., & He, J. (2013). AssessingNon­Inferiority with Time­to­Event Data via the Method of Non­Parametric Co­variance. Statistical Methods in Medical Research, 22(3), 346–360. https://doi.org/10.1177/0962280211402261

Faizza, Purnomosidhi, Baridwan, Peran Alokasi Bonus dan Pemahaman... 450