10
PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEKERJAAN PELAT LANTAI KONVENSIONAL DENGAN PELAT LANTAI PRACETAK FLYSLAB Agung Budiawan 1 , Tuti Sumarningsih 2 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Email: [email protected] Abstract The high-rise building construction consists of the upper structure and the lower structure. The upper structure consists of beams, floor plates and also columns, while for the bottom structure is foundation. In the construction of high-level buildings will be found floor plates, There are two methods of floor plate construction, conventional moulding and precast. The precast floor plates that compared in this research are flyslab type floor plates from PT. Kinarya Beton Salatiga. The purpose of this study is 'to know the comparisons' cost incurred and the time required on the floor work. This study uses two different methods. The first research is the conventional method that all the floor plate work began to install the steel reinforcement until the foundry is done at the project site while the precast method is the method of floor plate work that has been made at the factory and only need the means of transportation to bring the precast floor plate to the project site. The test results show that using flyslab precast accepting larger moments than conventional floor plates is due to higher concrete quality and more controlled production process in the factory. While in terms of cost, flyslab preparing can reduce the cost of Rp.354.323.126,09 or savings of 7.8% of the total value of the implementation of floor plate work with conventional methods, as well as saving the execution time of the work with flyslab precast method between using conventional methods and flyslab prep is 66 working days. Keywords: floor plate, flyslab, cost, time, precast concrete 1. PENDAHULUAN Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya baik sebagian atau seluruhnya berada di atas atau di dalam tanah dan air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus (UU No 28 Tahun 2002 Pasal 1). Pada pelat lantai terdapat dua metode yaitu konvensional dan pracetak. Metode konvensional adalah metode pekerjaan yang semua pengerjaan pelat lantai mulai memasang baja tulangan hingga pengecoran dilakukan di lokasi proyek sedangkan metode pracetak adalah metode pekerjaan pelat lantai yang sudah dibuat di pabrik dan hanya membutuhkan alat transportasi untuk membawa pelat lantai pracetak tersebut ke lokasi proyek. Perhitungan rencana anggaran biaya dapat dilakukan setelah perhitungan konstruksi bangunan selesai. Jumlah rencana anggaran biaya tersebut bergantung pada desain dan material bangunan yang digunakan untuk pembangunan gedung tersebut sehingga untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien maka perlu disusun semaksimal mungkin agar mutu dan kualitas bangunan tersebut terjamin. Pelat lantai precast yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah pelat lantai tipe Flyslab dari PT. Kinarya Beton Salatiga. Berdasarkan uraian tersebut, akan dihitung besar biaya pada pelaksanaan pelat lantai dan membandingkan selisih waktu yang dibutuhkan antara pekerjaan pelatlantai dengan metodekonvensional dan

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEKERJAAN PELAT

Embed Size (px)

Citation preview

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEKERJAAN PELAT LANTAI KONVENSIONAL DENGAN PELAT LANTAI PRACETAK FLYSLAB

Agung Budiawan1, Tuti Sumarningsih2 1Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas

Islam Indonesia Email: [email protected]

2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia

Email: [email protected] Abstract The high-rise building construction consists of the upper structure and the lower structure. The upper structure consists of beams, floor plates and also columns, while for the bottom structure is foundation. In the construction of high-level buildings will be found floor plates, There are two methods of floor plate construction, conventional moulding and precast. The precast floor plates that compared in this research are flyslab type floor plates from PT. Kinarya Beton Salatiga. The purpose of this study is 'to know the comparisons' cost incurred and the time required on the floor work. This study uses two different methods. The first research is the conventional method that all the floor plate work began to install the steel reinforcement until the foundry is done at the project site while the precast method is the method of floor plate work that has been made at the factory and only need the means of transportation to bring the precast floor plate to the project site. The test results show that using flyslab precast accepting larger moments than conventional floor plates is due to higher concrete quality and more controlled production process in the factory. While in terms of cost, flyslab preparing can reduce the cost of Rp.354.323.126,09 or savings of 7.8% of the total value of the implementation of floor plate work with conventional methods, as well as saving the execution time of the work with flyslab precast method between using conventional methods and flyslab prep is 66 working days. Keywords: floor plate, flyslab, cost, time, precast concrete 1. PENDAHULUAN

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya baik sebagian atau seluruhnya berada di atas atau di dalam tanah dan air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus (UU No 28 Tahun 2002 Pasal 1). Pada pelat lantai terdapat dua metode yaitu konvensional dan pracetak. Metode konvensional adalah metode pekerjaan yang semua pengerjaan pelat lantai mulai memasang baja tulangan hingga pengecoran dilakukan di lokasi proyek sedangkan metode pracetak adalah metode pekerjaan pelat lantai yang sudah dibuat di pabrik dan hanya membutuhkan alat transportasi untuk

membawa pelat lantai pracetak tersebut ke lokasi proyek. Perhitungan rencana anggaran biaya dapat dilakukan setelah perhitungan konstruksi bangunan selesai. Jumlah rencana anggaran biaya tersebut bergantung pada desain dan material bangunan yang digunakan untuk pembangunan gedung tersebut sehingga untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien maka perlu disusun semaksimal mungkin agar mutu dan kualitas bangunan tersebut terjamin.

Pelat lantai precast yang dibandingkan dalam penelitian ini adalah pelat lantai tipe Flyslab dari PT. Kinarya Beton Salatiga. Berdasarkan uraian tersebut, akan dihitung besar biaya pada pelaksanaan pelat lantai dan membandingkan selisih waktu yang dibutuhkan antara pekerjaan pelat’lantai dengan metode’konvensional dan

metode’pracetak flyslab, dengan harapan mengetahui pekerjaan pelat lantai dengan metode mana yang hasilnya nanti mendapatkan biaya paling efisien dan waktu pengerjaan yang paling cepat.

2. STUDI PUSTAKA

Pelat adalah elemen horisontal struktur yang mendukung beban mati dan beban hidup serta menyalurkan kerangka vertikal dari sistem strukturnya (Sudarmoko, 1996). Pelat lantai merupakan lantai tingkat yang berfungsi sebagai pembatas ruangan antara’tingkat yang satu dengan’yang lain. Pada umumnya pelat lantai dibuat dengan beton yang diberi tulangan baja dengan posisi melintang dan memanjang yang diikat dengan kawat bendrat.

Penelitian Usman, F (2008) ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan biaya dan rasio terhadap pekerjaan pelat lantai antara Steel Deck dengan baja konvensional pada pembangunan gedung proyek BPD Yogyakarta. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa perhitungan perbedaan biaya pekerjaan untuk pelat lantai menggunakan baja konvensional terhadap pekerjaan pelat lantai menggunakan Steel Deck untuk luasan per-m2 pelat lantai sebesar Rp. 13,922.51 dengan rasio perbandingan sebesar 105,638% dari biaya pekerjaan pelat lantai menggunakan baja tulangan konvensional. Perbedaan waktu penyelesaian pekerjaan pelat lantai adalah 18 hari dengan rasio perbandingan sebesar 10%. Maka diketahui bahwa pekerjaan pelat lantai 3 menggunakan Steel Deck adalah 90% lebih cepat.

Penelitian Meiriska, C (2006) ini bertujuan untuk mengetahui biaya dan waktu pekerjaan yang dikeluarkan untuk pelat lantai dengan metode’konvensional dan metaldeck. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa biaya pekerjaan struktur pelat lantai pembangunan gedung Animal Health Care Fakultas Kedokteran Hewan UGM Yogyakarta dengan menggunakan pelat beton konvensional didapatkan harga satuan per m2 sebesar Rp. 4.342.022,86, sedangkan

metaldeck didapatkan haga satuan per m2

sebesar Rp. 4.629.264,21. Dari hasil perhitungan waktu, menunjukkan bahwa pekerjaan pelat lantai dengan menggunakan pelat metaldeck terdapat penghematan waktu sebesar 74,36 menit. Untuk produktivitas pekerjaan pelat lantai menggunakan metaldeck, menunjukkan hasil bahwa produktivitas pekerjaan struktur pelat lantai dengan menggunakan pelat konvensional dan pelat metaldeck tidak jauh berbeda yaitu selisih Rp. 287.241,35 dan hasil ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pelat lantai konvensional pekerjaan lebih hemat 6,2% terhadap pekerjaan pelat lantai menggunakan pelat metaldeck.

Penelitian Sabdo, J, B (2015) ini bertujuan untuk mengetahui besaran biaya dan perbandingan biaya yang diperlukan dari masing-masing metode (Konvensional dan precast Hollow Core Slab/HCS) pada sebuah bangunan gedung kuliah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hasil perhitungan biaya langsung dengan metode konvensional dari lantai 1-4 yaitu Rp. 1.477.846.325 sedangkan hasil perhitungan pada pelat lantai dengan metode precast HCS dari lantai 1-4 adalah Rp. 1.464.100.000 dengan selisih diantara keduanya sebesar Rp. 13.746.325 dengan kesimpulan metode precast HCS lebih kecil/lebih murah dari metode konvensional.

3. LANDASAN TEORI

3.1. Pelat Lantai Ningrum (2014) dalam Sasongko, dkk

(2014) menjelaskan bahwa dalam konstruksi bangunan gedung, pelat lantai adalah yang tidak terletak di atas tanah langsung dan merupakan lantai sebagai pembatas ruang antara tingkat yang satu dengan yang lain. Fungsi utama dari pelat lantai yaitu sebagai berikut : 1. Sebagai pemisah antara ruang bagian

bawah dan ruang bagian atas. 2. Sebagai tempat untuk berpijak

penghuninya di lantai atas. 3. Meredam suara dari ruang bagian atas

maupun ruang bagian bawah.

4. Menambah kekakuan dari bangunan pada arah horizontal.

3.2. Pelat Lantai Konvensional Pelat lantai’konvensional merupakan

pelat lantai yang metode pengerjaannya hampir semua dilaksanakan di lokasi proyek mulai dari tahap’perakitan tulangan, bekisting dan pengecoran. Pekerjaan pelat lantai yang tidak dikerjakan dengan baik bisa menyebabkan lendutan dan getaran saat ada beban yang bekerja pada pelat tersebut. Perencanaan pelat lantai dimulai dari menentukan syarat-syarat batas dan bentang pelat lantai, lalu menentukan tebal pelat lantai dan menghitung beban mati dan beban hidup yang bekerja pada pelat lantai konvensional. Dari perhitungan beban mati dan beban hidup didapatkan nilai momen yang terjadi pada pelat lantai dan dihitung penulangan pelat lantai yang dibutuhkan.

3.3. Pelat Lantai Pracetak Flyslab Adiasa dkk. (2015) menyatakan beton

Flyslab adalah beton pracetak dari pelat beton panel seluler yang merupakan pelat beton ringan dengan memakai beton mutu tinggi K-350 dan besi diameter tulangan U-39. Pelat lantai flyslab dari PT. Kinarya Beton Salatiga memakai spesifikasi beton mutu tinggi’K-350 dan besi tulangan U32:U-39 dengan ketebalan pelat lantai 10 cm dan berat per m2 adalah 120 kg dengan kapasitas beban hidup 300 kg/m2. Pelat beton ringan diperoleh dari optimasi bentuk dan mengurangi sebagian massa beton pada daerah tariknya. Reduksi massa beton pracetak flyslab dapat mencapai 50% dibandingkan pelat beton masif atau konvensional, sehingga penggunaan beton pracetak flyslab sangat menguntungkan pada bangunan bertingkat, baik dari struktur bangunan maupun manajemen konstruksinya.

3.4. Rencana Anggaran Biaya Niron, J. W. (1992) menyatakan bahwa

rencana adalah himpunan planning termasuk detail atau penjelasan dan tata cara

pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan, dan anggaran adalah perkiraan atau hitungan biaya suatu bangunan didasarkan RKS dan gambar bestek, sedangkan biaya adalah jenis/besarnya pengeluaran berkolasi terhadap borongan yang tercantum pada persyaratan terlampir. Maka definisi dari rencana anggaran biaya adalah merencanakan suatu bangunan dalam bentuk dan manfaat penggunaannya serta besarnya biaya yang digunakan dan susunan-susunan dalam bidang administrasi maupun pelaksanaan kerja dibidang administrasi maupun pelaksanaan kerja dibidang teknik. Berikut adalah rumus-rumus membuat RAB :

Volume Pelat lantai Konvensional = Panjang x Lebar x Tebal Pelat x Jumlah Tipe Pelat tiap Lantai

Volume Pelat lantai Flyslab = Panjang x Lebar x Tebal flyslab x Jumlah Flyslab tiap Lantai

RAB Pekerjaan Pelat Lantai Konvensional = Luas Pekerjaan x Harga per m2 Bangunan

RAB Pekerjaan Pelat Lantai Flyslab = Luas Pekerjaan x Harga per Type

Untuk Selisih Biaya Pekerjaan Pelat Lantai:

Selisih Anggaran Biaya = Biaya termahal (terbesar) – Biaya termurah (terkecil)

3.5 Time Schedule Indah & Kunil (2014) menyatakan

penjadwalan (time schedule) adalah fase menterjemahkan suatu perencanaan proyek kedalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan sekala waktu guna menentukan kapan aktifitas-aktifitas dimulai, ditunda dan diselesaikan sehingga pengendalian sumber-sumber daya akan disesuaikan dengan waktunya. Waktu pelaksanaan pekerjaan merupakan jangka waktu pelaksanan dari seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan hingga seluruh kegiatan berakhir.

3.6 Produktivitas

Riyanto, J. (1986) menyatakan secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (in put). Dalam proyek konstruksi, nilai rasio produktivitas diukur dalam hubungan proses konstruksi antara produktivitas dengan keluaran berupa satuan pekerjaan dan masukan berupa jumlah tenaga kerja pada pekerjaan pelat lantai. Pada pengukuran produktivitas tenaga kerja digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam/hari) yang dapat diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja dalam satuan waktu.

4. METODOLOGI

Dalam melakukan penelitian terdapat tahapan-tahapan yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian yang di dalam tahapan tersebut terdapat teori dan metode serta data-data peneltian yang telah di peroleh. Pengumpulan data diperlukan untuk mendapatkan bahan dalam menganalisis dan menjawab penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan meminta secara langsung kepada instansi terkait berupa dokumen atau pengamatan langsung dan dapat juga dengan melakukan wawancara (interview) serta dapat melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber terkait dengan penelitian yang dilakukan. 1. Data Pelat Lantai Konvensional

a. Gambar rencana gedung perkuliahan pascasarjana dan laboratorium UNY

b. RAB proyek pembangunan gedung perkuliahan pascasarjana dan laboratorium UNY

c. Koefisien pekerjaan pelat lantai konvensional

d. Analisa Harga Satuan 2013 yang telah direkap oleh PT. Matra Karya

e. Time Schedule Pelaksanaan pekerjaan 2. Data Pelat Lantai Pracetak Flyslab

a. Gambar rencana gedung perkuliahan pascasarjana dan laboratorium UNY

b. Brosur spesifikasi pracetak flyslab c. Harga pracetak flyslab d. Analisa Harga Satuan 2013

Setelah semua data yang diperlukan telah diperoleh, maka tahap selanjutnya adalah melakukan analisis data yaitu sebagai berikut: 1. Analisa biaya dan waktu pelat

konvensional Data pelat lantai konvensional di

dapat dari perhitungan RAB pembangunan gedung perkuliahan pascasarjana dan laboratorium UNY atau dengan menghitung secara pribadi RAB yang diperlukan. Tahap analisis biaya dan waktu pelat konvensional adalah sebagai berikut : a. Persiapan dan pengecekan gambar

kerja . b. Menghitung volume perkerjaan pelat

lantai dari gambar rencana. c. Menghitung analisis harga satuan

pelat lantai konvensional berdasarkan koefisien dari SNI Analisa Harga Satuan 2013.

d. Menghitung jumlah biaya pekerjaan pelat lantai.

2. Analisa biaya dan waktu pelat lantai pracetak flyslab.

Dalam analisa ini terdapat beberapa tahapan analisa yaitu : a. Menghitung dimensi pelat lantai yang

diperlukan dari gambar rencana. b. Menghitung volume pekerjaan pelat

lantai dari gambar rencana. c. Menghitung analisis harga satuan

pelat lantai pracetak flyslab dari data daftar harga satuan pelat lantai pracetak flyslab.

d. Menghitung jumlah biaya untuk pekerjaan pelat lantai pracetak flyslab.

e. Menghitung waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan pelat lantai flyslab berdasarkan wawancara atau data proyek sejenis.

Tahapan Penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Flowchart Penelitian

5. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Perbandingan Biaya Proyek Perhitungan volume pekerjaan pada

pelat lantai konvensional yaitu terdiri dari perhitungan volume beton, volume pembesian, volume bekisting dan scaffolding sedangkan untuk anggaran biaya pelat lantai menggunakan metode flyslab terdiri dari biaya flyslab, topping flyslab, dan cor sambungan antar flyslab. Perbandingan rencana anggaran biaya dilakukan untuk mengetahui metode yang biaya nya paling efisien. Perbandingan biaya antara metode konvensional dengan flyslab dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Biaya Pelat Lantai

Pekerjaan Pelat Lantai Konvensional

Biaya

Biaya pekerjaan pelat lantai konvensional

Rp 4.551.968.204,31

Biaya pekerjaan pelat lantai flyslab

Rp 4.197.645.078,22

Selisih biaya Rp 354.323.126,09

Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat diketahui perbandingan biaya yang diperlukan utuk pekerjaan pelat lantai antara metode konvesional dengan metode flyslab terdapat selisih biaya Rp. 354.323.126,09. Hasil tersebut menunjukan bahwa pekerjaan pelat lantai dengan metode flyslab terdapat penghematan 7,8 % atau sebesar Rp. 354.323.126,09 dibandingkan dengan pekerjaan pelat lantai dengan metode

Judul dan merumuskan masalah

Studi literatur atau pustaka

Metode Penelitian

Data Pelat lantai konvensional: 1. Gambar Rencana Proyek

Gedung 2. Data Struktur Bangunan 3. Rencana Anggaran Biaya

proyek 4. Indek Pekerjaan pelat lantai 5. Analisa Harga Satuan 2013

yang direkap oleh PT. Matra Karya

6. Waktu pelaksanaan Data Pelat lantai flyslab:

1. Gambar Rencana Proyek Gedung

2. Data Struktur Bangunan 3. Brosur spesifikasi pracetak

flyslab 4. Harga pracetak flyslab 5. Analisa Harga Satuan 2013 6. Waktu pelaksanaan

Analisis Biaya dan waktu metode konvensional: 1. Volume Pekerjaan 2. Analisis Harga Satuan 3. Estimasi Biaya 4. Produktivitas Analisis Biaya dan waktu metode flyslab: 1. Menentukan mutu dan

dimensi pracetak flyslab 2. Volume pekerjaan 3. Analisis harga satuan 4. Estimasi Biaya 5. Produktivitas

Membandingkan Biaya dan waktu metode konvensional

dengan precast

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Mulai A

A

konvensional. Berikut adalah rekapitulasi biaya dan waktu pekerjaan pelat lantai pada proyek Laboratorium da Pascasarjana UNY.

Tabel. 2 Rekapitulasi Pekerjaan Pelat Lantai Laboratorium dan Pascasarjana UNY

No Jenis Pekerjaan

Nilai Harga

Beton Konvensional (Rp)

Beton Flyslab (Rp)

A LANTAI 2

I Pekerjaan Beton

Rp 132.259.605,41

Rp 628.063.362,50

II Pekerjaan Topping

- Rp 33.064.901,35

III Pekerjaan Cor Sambungan

- Rp 2.954.036,00

IV Pekerjaan Besi Pengunci

- Rp 2.758.421,90

V Pekerjaan Pembesian

Rp 117.440.124,43

-

VI Pekerjaan Bekisting

Rp 232.936.257,00

-

VII

Pekerjaan Scaffolfing

Rp 305.025.221,00

-

Total Rp 787.661.207,84

Rp 666.840.721,75

No Jenis Pekerjaan

Nilai Harga

Beton Konvensional (Rp)

Beton Flyslab (Rp)

B LANTAI 3

I Pekerjaan Beton

Rp 156.092.516,95

Rp 713.364.662,50

II Pekerjaan Topping

- Rp 39.023.129,24

Lanjutan Tabel 2. Rekapitulasi Pekerjaan Pelat Lantai Laboratorium dan Pascasarjana UNY

III Pekerjaan Cor Sambungan

- Rp 3.147.930,26

IV Pekerjaan Besi Pengunci

- Rp 2.503.239,96

V Pekerjaan Pembesian

Rp 138.602.595,68

-

VI Pekerjaan Bekisting

Rp 274.910.896,13

-

VII

Pekerjaan Scaffolfing

Rp 359.990.144,63

-

Total Rp 929.596.153,38

Rp 758.038.961,95

No Jenis Pekerjaan

Nilai Harga

Beton Konvensional (Rp)

Beton Flyslab (Rp)

C LANTAI 4

I Pekerjaan Beton

Rp 146.121.790,03

Rp 665.865.462,50

II Pekerjaan Topping

- Rp 36.530.447,51

III Pekerjaan Cor Sambungan

- Rp 1.437.098,60

IV Pekerjaan Besi Pengunci

- Rp 2.042.572,33

V Pekerjaan Pembesian

Rp 129.749.073,04

-

VI Pekerjaan Bekisting

Rp 257.350.403,63

-

VII

Pekerjaan Scaffolfing

Rp 336.995.042,13

-

Total Rp 870.216.308,82

Rp 705.875.580,93

Lanjutan Tabel 2. Rekapitulasi Pekerjaan Pelat Lantai Laboratorium dan Pascasarjana UNY

No Jenis Pekerjaan

Nilai Harga

Beton Konvensional (Rp)

Beton Flyslab (Rp)

D LANTAI 5

I Pekerjaan Beton

Rp 140.154.409,19

Rp 649.048.662,50

II Pekerjaan Topping

- Rp 35.038.602,30

III Pekerjaan Cor Sambungan

- Rp 1.437.098,60

IV Pekerjaan Besi Pengunci

- Rp 2.042.572,33

V Pekerjaan Pembesian

Rp 124.450.327,86

-

VI Pekerjaan Bekisting

Rp 246.840.623,63

-

VII

Pekerjaan Scaffolfing

Rp 323.232.702,13

-

Total Rp 834.678.062,80

Rp 687.566.935,72

No Jenis Pekerjaan

Nilai Harga

Beton Konvensional (Rp)

Beton Flyslab (Rp)

E LANTAI 6

I Pekerjaan Beton

Rp 129.108.937,82

Rp 630.189.700,00

II Pekerjaan Topping

- Rp 32.277.234,46

III Pekerjaan Cor Sambungan

- Rp 1.513.515,74

Lanjutan Tabel 2. Rekapitulasi Pekerjaan Pelat Lantai Laboratorium dan Pascasarjana UNY

IV Pekerjaan Besi Pengunci

- Rp 2.042.572,33

V Pekerjaan Pembesian

Rp 114.642.484,20

-

VI Pekerjaan Bekisting

Rp 227.387.286,00

-

VII

Pekerjaan Scaffolfing

Rp 297.758.958,00

-

Total Rp 768.897.666,02

Rp 666.023.022,53

No Jenis Pekerjaan

Nilai Harga

Beton Konvensional (Rp)

Beton Flyslab (Rp)

F LANTAI 7

I Pekerjaan Beton

Rp 145.530.184,44

Rp 673.400.000,00

II Pekerjaan Topping

- Rp 36.382.546,11

III Pekerjaan Cor Sambungan

- Rp 1.474.736,89

IV Pekerjaan Besi Pengunci

- Rp 2.042.572,33

V Pekerjaan Pembesian

Rp 129.223.755,93

-

VI Pekerjaan Bekisting

Rp 256.308.465,00

-

VII

Pekerjaan Scaffolfing

Rp 335.630.645,00

-

Total Rp 866.693.050,37

Rp 713.299.855,33

TOTAL BIAYA Rp 5.057.742.449

Rp 4.197.645.078,22

Lanjutan Tabel 2. Rekapitulasi Pekerjaan Pelat Lantai Laboratorium dan Pascasarjana UNY

Durasi Pekerjaan Pelat Lantai

Item Pekerjaan Beton Konvensional

(Hari)

Beton Flyslab (Hari)

LANTAI 2

Pekerjaan Beton 2 Di Pabrik

Pekerjaan Topping

0

2 Pekerjaan Cor Sambungan

0

Pekerjaan Besi Pengunci

0 3

Pekerjaan Pembesian

6 -

Pekerjaan Bekisting

6 -

Pekerjaan Scaffolfing

4 -

Total 18 5

Total Durasi Pekerjaan Pelat Lantai 2-7

Total 18 hari x 6 lantai = 108

Hari

(5 hari x 6 lantai)+ 12

hari pengiriman

dan pemasangan

= 42 Hari

Dari tabel 2 di atas dapat diketahui biaya pekerjaan pelat lantai dengan metode konvensional dari lantai 2 hingga lantai 7 sebesar Rp. 5.057.742.449 dengan asumsi nilai tersebut sudah termasuk nilai overhead dan profit sebesar 10% sehingga untuk biaya murni dari pekerjaan pelat lantai dengan metode konvensional dari lantai 2 hingga lantai 7 adalah sebesar Rp. 4.551.968.204. Sedangkan untuk metode pracetak flyslab membutuhkan biaya sebesar Rp. 4.197.645.078,22. Untuk durasi dari

pekerjaan pelat lantai saat di lapangan dengan metode konvensional dari lantai 2 hingga lantai 7 dibutuhkan waktu selama 108 hari kerja, sedangkan untuk durasi pekerjaan pelat lantai di lapangan yang meliputi pengecoran topping, cor antar sambungan flyslab dan besi pengunci pada metode pracetak flyslab dari lantai 2 hingga lantai 7 dibutuhkan waktu selama 30 hari, akan tetapi masih ditambah waktu pengiriman dan pemasangan pelat lantai pracetak flyslab yaitu membutuhkan waktu selama 12 hari, sehingga total waktu yang dibutuhkan untuk pelat lantai pracetak flyslab adalah selama 42 hari kerja.

6. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 1. Perbandingan Biaya Proyek

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui nilai biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan pelat lantai konvensional pada proyek Gedung Pascasarjana UNY pada lantai 2 - 7 lantai sebesar Rp. 5.057.742.449,23. Biaya tersebut merupakan Rencana anggaran biaya yang dihitung dengan SNI Analisa Harga Satuan 2013, sedangkan untuk anggaran biaya pelat lantai menggunakan flyslab adalah actual cost maka biaya pelat lantai dengan metode konvensional juga harus dihitung secara actual cost dengan asumsi biaya overhead dan profit adalah sebesar 10 % dari nilai pekerjaan tersebut. Asumsi 10 % tersebut diambil dari Perpres No 54 tahun 2010 pasal 66 ayat 8 yaitu HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar. Maka diketahui biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pelat lantai dengan metode konvensional adalah Rp. 4.551.968.204,31 dan biaya tersebut adalah rencana anggaran biaya pelaksana yang harus dikeluarkan oleh pihak kontraktor. perbandingan biaya yang diperlukan untuk pekerjaan pelat lantai antara metode konvesional dengan metode flyslab terdapat selisih biaya Rp. 354.323.126,09. Hasil tersebut menunjukan bahwa pekerjaan pelat lantai dengan metode

flyslab terdapat penghematan 7,8 % atau sebesar Rp. 354.323.126,09 dibandingkan dengan pekerjaan pelat lantai dengan metode konvensional.

2. Perbandingan Waktu Proyek Dari hasil analisis perbandingan waktu

pelaksanaan, jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan gedung laboratorium dan pascasarjana UNY dengan menggunakan metode konvensional adalah 108 hari kerja, sedangkan dengan metode pracetak flyslab memerlukan waktu selama 42 hari kerja. Maka penghematan waktu pelaksanaan pekerjaan dengan metode pracetak flyslab antara menggunakan metode konvensional dan pracetak flyslab adalah 66 hari kerja.

3. Perbandingan Momen Beton Dari hasil perhitungan momen pelat

konvensional dan flyslab bahwa pelat lantai pracetak flyslab mampu menerima momen lebih besar dibandingkan pelat lantai konvensional hal ini dikarenakan mutu beton yang lebih tinggi dan proses produksi yang lebih terkontrol di pabrik.

6.2 Saran Setelah dilakukan penelitian tersebut maka dapat saya berikan saran-saran sebagai berikut : 1. Dalam perbandingan biaya dan waktu

pekerjaan proyek gedung bertingkat diharapkan dalam pengambilan studi kasus yang diambil lebih dari satu proyek seperti diambil proyek bangunan bertingkat rendah guna melihat besar perbandingan antara bangunan bertingkat tinggi dan bangunan bertingkat rendah.

2. Produk pracetak flyslab sangat membantu pekerjaan dalam hal waktu pelaksanaan proyek dan mutu beton yang dihasilkan juga lebih terjamin karena merupakan hasil pabrikasi dengan proses produksi yang tetap terjaga.

3. Untuk memdapatkan penurunan biaya secara maksimal perlu dilakukan perhitungan ulang struktur secara

keseluruhan dikarenakan berat sendiri dari beton pracetak flyslab lebih dominan kecil daripada berat sendiri pelat lantai konvensional.

Daftar Pustaka

Adiasa, A. M, Prakosa, D. K, dkk. 2015. Evaluasi Penggunaan Beton Precast Di Proyek Konstruksi. Tugas Akhir. (Tidak diterbitkan). Universitas Diponegoro

Indah dan Kunil. 2014. Perbandingan Biaya Dan Waktu Pada Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Dengan Beton Konvensional Dan Flyslab. Tugas Akhir. (Tidak diterbitkan). Universitas diponegoro

Meiriska, C. 2006. Perbandingan Biaya Pengecoran Pelat Lantai Menggunakan Metode Konvensional dan Metaldeck. Tugas Akhir. (Tidak diterbitkan). Universitas Islam Indonesia

Niron, J. W. 1992. Pedoman Praktis Anggaran dan Borongan Rencana Anggaran Biaya Bangunan. Asona. Jakarta

Riyanto, J. 1986. Produktivitas dan Tenaga Kerja. SIUP. Jakarta

Sabdo, J B. 2015. Perbandingan Biaya Antara Pelat Lantai Konvensional Dengan Precast. Tugas Akhir. (Tidak diterbitkan). Universitas Islam Indonesia

Sasongko, A. N, Negara, P. K, dkk. 2014. Analisa Produktivitas Pemasangan Pelat Lantai Dengan Material M-Panel. Tugas Akhir. (Tidak diterbitkan). Universitas Brawijaya

Sudarmoko, 1996. Perancangan dan Analisis Plat Beton Bertulang Berdasarkan SNI-03-2847-1992. Tugas Akhir. (Tidak diterbitkan). Universitas Gadjah Mada

Usman, F. 2008. Analisis Perbandingan Biaya Dan Waktu Penggunaan Steel

Deck Dan Baja Tulangan Konvensional. Tugas Akhir. (Tidak diterbitkan). Universitas Islam Indonesia

UU RI No 28 (2002). Tentang Bangunan Gedung, Jakarta.