15
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Belajar Djamarah (2008: 2), menjelaskan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Purwantoro (2009: 38) mengatakan bahwa belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dari ketiga pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkahlakunya, kecakapannya dan aspek lain yang ada pada diri individu. 2.1.2 Hasil Belajar Winkel (2004: 57) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut Susanto (2013: 5) bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Dimyanti dan Mujiono (2002: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak mengajar. Maka dari pengertian hasil belajar diatas sejalan dengan Winkel (2004: 57) bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Oleh sebab itu perubahan perilaku kegiatan belajar mengajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tidak tercapai apabila terdapat faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

Perbedaan Hasil Belajar IPA antara Penggunaan Metode

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Hasil Belajar

2.1.1 Belajar

Djamarah (2008: 2), menjelaskan bahwa belajar adalah aktivitas yang

dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang

telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.

Purwantoro (2009: 38) mengatakan bahwa belajar merupakan proses dalam diri

individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan

dalam perilakunya. Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Dari ketiga pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa

belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh

suatu perubahan seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkahlakunya,

kecakapannya dan aspek lain yang ada pada diri individu.

2.1.2 Hasil Belajar

Winkel (2004: 57) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan

yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut

Susanto (2013: 5) bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh

siswa setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Dimyanti dan Mujiono

(2002: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

hasil belajar dan tindak mengajar. Maka dari pengertian hasil belajar diatas sejalan

dengan Winkel (2004: 57) bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Oleh sebab itu perubahan perilaku kegiatan belajar mengajar mengakibatkan

siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran

tidak tercapai apabila terdapat faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

7

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa mencakup 2 faktor

yaitu faktor internal dan eksternal (Bahri, 2008: 180). Faktor internal meliputi

faktor lingkungan dan faktor instrumental sedangkan faktor eksternal meliputi

kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. (1) Faktor lingkungan merupakan bagian

dari kehidupan anak didik. Faktor lingkungan meliputi lingkungan alami dan

lingkungan sosial budaya, Faktor instrumental, setiap sekolah mempunyai tujuan

yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan. (2) Faktor

instrumental meliputi: kurikulum yang dapat dipakai oleh guru dalam

merencanakan program pengajaran, program sekolah dapat dijadikan acuan untuk

meningkatkan kualitas belajar mengajar, sarana dan fasilitas yang tersedia

bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan siswa, guru merupakan unsur

manusiawi dalam pendidikan. (3) Kondisi fisiologis merupakan keadaan jasmani

pada diri siswa, misalnya kondisi panca indra, (4) kondisi psikologis yaitu

mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif pada diri

siswa.

2.1.4 Karakteristik Siswa SD

Kurniawan (dalam Naniek Sulistya, dkk, 2012: 5) Secara umum peserta didik SD

memiliki empat karakteristik:

1) Senang bermain

Ada banyak jenis permainan yang dilakukan oleh peserta didik, seperti

permainan bola, kejar – kejaran, peta umpet dan masih banyak

lagi.Karakteristik ini menuntut guru SD untuk merancang model

pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya,

sehingga pembelajaran melibatkan seluruh peserta didik dan tidak terpusat

pada guru saja.Pengembangan model pembelajaran ini serius tapi santai,

menyenangkan, menarik dan tujuan pembelajaran tercapai.

2) Senang bergerak

Orang dewasa dapat duduk berjam – jam, sedangkan peserta didik SD

dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Jadi, guru

8

hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan peserta

didik dapat bergerak.

3) Senang bekerja dalam kelompok

Dari pergaulan dengan kelompok sebaya, peserta didik belajar aspek –

aspek yang penting dalam sosialisasi, seperti belajar memenuhi aturan

kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada

lingkungannya, belajar menerima tanggungjawab, belajar bersaing dengan

orang lain secara sehat (sportif), dan belajar berolahraga. Hal ini

membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran

yang memungkinkan peserta didik untuk bekerja atau belajar dalam

kelompok, serta belajar keadalilan dan demokrasi. Guru dapat meminta

peserta didik untuk membentuk kelompok kecil 3 – 4 orang untuk

menyelesaikan tugas secara kelompok.

4) Senang merasakan atau melakukan/ memperagakan sesuatau secara

langsung

Ditinjau dari teori perkembangan kognitif (menurut Piaget ) peserta didik

SD memasuki tahap operasional konkrit. Dari apa yang dipelajari di

sekolah, ia belajar mempelajari konsep – konsep baru dengan konsep –

konsep lama. Berdasarkan pengelaman ini, peserta didik membentuk

konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi – fungsi badan, peran jenis

kelamin, moral dan sebagainya. Bagi peseta didik SD penjelasan guru

tentang pelajaran akan lebih dipahami jika pesrta didik melaksanakan

sendiri.

Bassett, Jacka dan Logan (dalam Naniek Sulistya, dkk, 2012: 5)

mengemukakan karakteristik peserta didik usia sekolah dasar secara umum

sebagai berikut ini :

1. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik

dengan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri.

2. Mereka sering bermain dan lebih suka bergembira riang.

3. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,

mengeksplorasi suatu siatuasi dan mencobakan usaha – usaha baru.

9

4. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi

sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan

menolak kegagalan – kegagalan.

5. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan

situasi yang terjadi.

2.1.5 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dibumi didalam,

perut bumi dan diluar angkasa baik yang dapat diamati indra maupun yang tidak

dapat diamatai oleh indra. Oleh karenan itu, dalam menjelaskan hakekat fisika

pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau Ilmu Kealaman adalah ilmu

tentang dunia zat baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati (Kardi

dan Nur, 1994:1).

2.1.4.2 Hakikat Ilmu pengetahuan Alam (IPA)

Pada hakekatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah

dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,

dan sebagai prosedur Marsetio Donosepoetro, dalam Trianto (2012). Sebagai

proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan

tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk

diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah

maupun diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau disiminasi

pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang

dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut

metode ilmiah.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis

kompetensi (Depdiknas, 2003:2) adalah sebagai berikut.

1) Menanamkan keyakinan terhadap tuhan yang maha Esa.

2) Mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah.

3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan

teknologi.

10

4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup dimasyarakat dalam

melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

2.1.4.3 Hakekat Pembelajaran IPA

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu kealaman, yaitu ilmu tentang

dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Sebagai alat

pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan

IPA disekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:

1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan

bagaimana bersikap.

2) Menanamkan sikap hidup ilmiah.

3) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.

4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai

ilmuan penemunya.

5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan (Prihantoro Laksmi, 1986).

Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA lebih

ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan

fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu

sendiri yang akhirnya dapat berpengarh posistif terhadap kualitas proses

pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar Fisika

hanya menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja. Untuk itu perlu dikembagkan

suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan

pembelajaraan untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Guru

hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman

yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga

tersebut. (Nur dan Wikandari, 2000).

2.2 Metode Pembelajaran Berbasis Inkuiri

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Pembelajaran dengan metode ini merupakan kegiatan pembelajaran yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis,

11

logis dan analiti sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

dengan penuh percaya diri.

Metode inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik

untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan

peserta didik sebagai subjek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234). Kendatipun

metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang

peranan penting dalam mendesain pengalaman belajar. Guru berkewajiban

menggiring peserta didik dalam melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu

memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar dan

melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan

materi pembelajaran yang bervariasi. Pada dasarnya metode inkuiri adalah cara

menyadari apa yang telah dialami karena itu inkuiri menuntut peserta didik

berpikir. Metode ini menuntut peserta didik memproses belajar menjadi sesuatu

yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini

peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis. Jadi, metode inkuiri

adalah metode yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk belajar secara

aktif, analitis dan kreatif dalam memecahkan masalah.

2.2.2 Ciri-ciri pembelajaran Inkuiri

Menurut Hosnan (2014:341) pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri-ciri

diantaranya sebagai berikut.

Ciri-ciri pembelajaran menurut Hosman, (1) pembelajaran inkuiri menekankan kepada

aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya,

pembelajaran inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses

pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui

penjelasan pendidik secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti

dari materi pelajaran itu sendiri. (2) seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik

diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan,

sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan

demikian, pembelajaran inkuiri menempatkan pendidik bukan sebagai sumber belajar,

melainkan sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik. (3) tujuan dari

penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara

sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian

dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri, peserta didik tidak

hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat

menggunakan potensi yang dimilikinya.

12

2.2.3 Macam-macam metode Pembelajaran Inkuiri

Metode inkuiri mempunyai beberapa macam jenis antara lain inkuiri terpimpin,

inkuiri bebas dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Sund and Trowbridge

mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut:

Macam-macam pembelajaran inkuiri tersebut yaitu: (1) Inkuiri terpimpin ( Guide inquiry

); peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman pedoman

tersebut biasanya berupa pertanyaan pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini

terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode

inkuiri, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Pada

tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai

dengan perkembangan pengalaman peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar

perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk

yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru. (2)

Inkuiri bebas (free inquiry), pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri

bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus mengidentifikasikan

dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah

inquiry role approach yang melibatkan peserta didik dalam kelompok tertentu, setiap

anggota kelompok memiliki tugasnya sendiri sendiri, misalnya koordinator kelompok,

pembimbing teknis, pencatatan data dan pengevaluasi proses. (3)Inkuiri bebas yang

dimodifikasi (modifiel free Inquiry); pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau

problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut

melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian (Sund and Trowbridge dalam

Trianto, 2007: 146).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka macam-macam metode

inkuiri dapat disimpulkan yaitu inkuiri terpimpin yaitu pendekatan yang diberikan

kepada peserta didik yang belum berpengalaman menggunakan metode inkuiri

dan yang kedua metode inkuiri bebas yaitu siswa melakukan penelitian seperti

ilmuan dan yang terakhir adalah metode inkuiri bebas yang dimodifikasi yaitu

siswa diberi permasalahan atau topik dan kemudian siswa disuruh memecahkan

masalah tersebut. Berdasarkan ketiga macam metode inkuiri di atas maka peneliti

memilih inkuiri terpimpin karena penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas III

yang pada dasarnya siswanya masih memerlukan bimbingan dan pengarahan

dalam pelaksanaan metode inkuiri ini.

2.2.4 Tahapan Metode Pembelajaran Inkuiri

Dalam pengaplikasian model pembelajaran inkuiri ini terdapat beberapa langkah

atau tahapan pembelajaran. Menurut Hosnan (2014: 342) Adapun tahapan-

tahapan tersebut bisa anda lihat sebagai berikut.

13

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau

iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, pendidik

mengondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran.

Pendidik merangsang dan mengajak peserta didik untuk berpikir

memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat

penting. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada kemauan peserta

didik untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam

memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin

proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik

pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang

disajikan adalan persoalan yang menantangpeserta didik untuk berpikir

memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-tei dalam rumusan masalah

yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan

peserta didik didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari

jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh

sebab itu, melalui proses tersebut, peserta didik akan memperoleh

pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental

melalui proses berpikir.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji. Sebgai jawaban sementara, hipotesis perlu dikaji kebenarannya.

Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus

memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang

dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu

sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki

serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang

mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional

dan logis.

14

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran

inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting

dalam mengembangkan intelektual. Proses pengumpumpulan data bukan

hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga

membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi

berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran pendidik dalam tahapan ini adalah

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik

untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi

kemacetan ber-inkuiri adalah manakala peserta didik tidak apresiasif

terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukan

oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala pendidik

menemukan gejala-gejala semacam ini, maka pendidik hendaknya secara

terus-menerus memberikan dorongan kepada peserta didik untuk belajar

melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada

seluruh peserta didik sehingga mereka terangsang untuk berpikir.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menemukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis, yang terpenting

adalah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang

diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan

kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan

bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukung oleh data

yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendreskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan

merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena

banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang

15

dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena

itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya pendidik mampu

menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.

Model belajar secara inkuiri yang diperkenalkan oleh Alberta

Learning (2004) mengikuti tahapan sebagai berikut:

1) Perencanaan (planning), yang mencangkup pembuatan rencana untuk

melakukan inkuiri. Guru dan siswa perlu menentukan topik inkuiri dan

memilih sumber belajar atau sumber informasi yang diperlukan.

2) Mencari informasi (retrieving), yang mencangkup pengumpulan dan

pemilihan informasi, serta mengevaluasi informasi. Kegiatan memperoleh

informasi juga mencangkup pelaksanaan aktivitas inkuiri untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan.

3) Mengolah (processing), yang mencangkup analisis informasi dengan

mencari hubungan dan melakukan inferensi.

4) Mengkreasi (creating), yang mencangkup kegiatan mengelola informasi,

mengkreasi produk, dan memperbaiki produk.

5) Berbagi (sharing), yang mencangkup komunikasi atau paparan hasil pada

audien yang terkait.

6) Mengevaluasi (evaluating), yang mencangkup aktivitas evaluasi produk

dan evaluasi proses inkuiri yang telah dilakukan. Kemampuan yang

diharapkan adalah transfer kemampuan dalam menangani masalah lain.

Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dalam

sains edutainment (2011) meliputi:

1) Perumusan Masalah.

Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau

dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau

diajukan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat

dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu

diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau

penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan

16

bahwa persoalan itureal, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan

kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa

tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah

mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu

sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.

2) Menyusun hipotesis

Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban

sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis

siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru

mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru

diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup

memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah, tetapi cukup

memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan

kelihatan setelah pengambilan data di ananalisis data yang diperoleh.

3) Mengumpulkan data

Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data

sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar

atau tidak. Dalam bidang biologi, untuk dapat mengumpulkan data, siswa

harus menyiapkan suatu peralatan untuk pengumpulan data. Maka guru

perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan,

dan mengoperasikan peralatan sehingga berfungsi dengan baik. Langkah

ini adalah langkah percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan

dilaboratorium tetapi kadang juga dapat di luar sekolah. Setelah peralaran

berfungsi, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya

dalam buku catatan.

4) Menganalisis data

Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan

hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis data,

data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat

dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusundalam suatu tabel.

5) Menyimpulkan

17

Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil

kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian

dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesa kita diterima atau tidak.

2.2.5 Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri

Metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa kelebihan. Berikut merupakan

kelebihan metode pembelajaran inkuiri menurut Hosnan (2014: 344):

Kelebihan tersebut yaitu: (1) Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan

aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri

ini dianggap lebih bermakna. (2) Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada

peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. (3) Inkuiri merupakan

metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang

menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. (4)

Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di

atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan

terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.

Disamping memiliki keunggulan, pembelajaran inkuiri juga mempunyai

kelemahan. Menurut Hosnan (2014: 342) kelemahan tersebut yaitu:

Beberapa kelemahannya yaitu: (1) Jika metode ini digunakan sebagai pembelajaran, maka

akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik. (2) Pembelajaran inkuiri

sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebebasan peserta didik

dalam belajar. (3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu

yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah

ditentukan. (4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta

didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inkuiri ini akan sulit

diimplementasikan oleh setiap pendidik.

Inkuiri dikembangkan oleh Richard Suchman (2000), beliau mengembangkan

model ini untuk mengajarkan proses dari suatu penelitian atau menjelaskan

fenomena yang “istimewa”

Aktivitas guru dan peserta didik dalam melaksanakan inkuiri adalah

sebagai berikut.

18

Perilaku guru (inkuiri) Perilaku siswa (inkuiri)

1) Memfasilitasi lingkungan

belajar yang memungkinkan

siswa untuk mengembangkan

pengaturan belajar secara

mandiri.

2) Menciptakan kesempatan untuk

terjadinya aktivitas pribadi

yang terkendali, bekerja

kelompok, dan berbagai

pengetahuan.

3) Membimbing siswa untuk

belajar sebagaimana mestinya.

4) Bertindak sebagai fasilitator.

5) Menjadi model, mediator, dan

moderator yang kondisional

dengan kebutuhan siswa.

6) Membantu siswa untuk

mengkoneksikan pengetahuan

yang dimiliki sebelumnya

dengan pengetahuan yang baru.

7) Aktif mendengarkan, bertanya,

menyediakan balikan, serta

menolong siswa untuk selalu

terfokus pada permaslahan

yang dihadapi.

1) Berperan aktif dalam proses

belajar.

2) Menumbuhkan motivasi dari

kebermaknaan tujuan, proses

dan keterlibatan dalam belajar.

3) Mempertimbangkan berbagai

macam pilihan strategi serta

memilih strategi yang dianggap

paling sesuai untuk mencapai

tujuan.

4) Menyadari serta melakukan

umpan balik secara

berkelanjutan mengembangkan

pembelajarannya.

5) Memperoleh makna serta

pengetahuan dan melakukan

transfer atau aplikasi pada

pemecahan masalah yang

dihadapi secara kreatif dan

inovatif.

6) Berpikir secara refleksi sebagai

alat untuk mengembangkan

aspek kognitif dan transfer

pengetahuan.

7) Berpartisipasi dalam evaluasi

untuk pengembangan

kemajuannya.

Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

1) Mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup

2) Belajar menangani masalah

3) Berhadapan dengan tantangan dan perubahan untuk memahami sesuatu

4) Mengembangkan kebiasaan mencari solusi permasalahan

2.3 Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang metode pembelajaran berbasis inkuiri (IBL), sudah

pernah dilakukan oleh Budi Prayitno (2012). Penelitian tersebut berbentuk skripsi,

yang berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Inquiry Dalam Pembelajaran IPA

Dengan Materi Perubahan Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV

19

Semester II SD 1 dan 3 Sidomulyo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.

Penelitian ini adalah penelitian yang bermaksud untuk melihat pengaruh

penerapan metode pembelajaran Inkuiri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV

SDN 01 Sidomulyo dan SDN 03 Sidomulyo. Penelitian ini menggunakan

pendekatan eksperimen. Penelitian eksperimen, membutuhkan pembanding atau

kontrol, demi menguji pengaruh penggunaan metode inkuiri. Pembelajaran

ceramah digunakan sebagai pembanding atau kontrol.

Hasil penelitian terdahulu tersebut dijadikan peneliti sebagai acuan dalam

melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 01 Mlowo

Karangtalun karena sama-sama meneliti tentang pengaruh metode pembelajaran

inkuiri.

2.4 Kerangka Pikir

Metode pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar.

Salah satu metode pembelajaran tersebut yaitu Inkuiri. Metode pembelajaran ini

cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA. Bahwa pada dasarnya mata pelajaran

IPA adalah mata pelajaran yang menekankan lebih banyak eksperimen dan

eksplorasi dari siswa. Artinya bahwa pengetahuan teori yang diperoleh,

diperlakukan sebagai hipotesis yang perlu diuji kebenaranya lewat eksperimen

secara langsung. Agar hal tersebut terlaksana perlu diberikan ruang agar mereka

dapat secara langsung bereksplorasi dengan subyek yang sedang dipelajari. Ruang

ini tidak dapat terjadi apabila model pembelajaran yang diterapkan belum mampu

mewadahi pengetahuan dari siswa. Oleh karena itu, diperlukan metode

pembelajaran yang berbeda. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menjadi

alternatif guru adalah metode inkuiri. Dengan metode ini siswa dilatih untuk

selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri

sampai siswa dapat menemukan jawaban dari masalah itu.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pembelajaran inkuiri

untuk digunakan sebagai metode pembelajaran dalam mata pelajaran IPA.

Pemanfaatan metode pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan belajar

siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA.

20

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Hipotesis dikatakan jawaban sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-

fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2011: 64).

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat

diajukan hipotesis penelitian bahwa ada perbedaan hasil belajar IPA ditinjau dari

penggunaan metode inkuiri pada siswa kelas III SDN Mlowo Karangtalun 01dan

SDN 04 Mlowo Karangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.