Upload
khangminh22
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Hasil Belajar
2.1.1 Belajar
Djamarah (2008: 2), menjelaskan bahwa belajar adalah aktivitas yang
dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang
telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.
Purwantoro (2009: 38) mengatakan bahwa belajar merupakan proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan
dalam perilakunya. Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Dari ketiga pendapat di atas, maka dapat dipahami bahwa
belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
suatu perubahan seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkahlakunya,
kecakapannya dan aspek lain yang ada pada diri individu.
2.1.2 Hasil Belajar
Winkel (2004: 57) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan
yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Menurut
Susanto (2013: 5) bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh
siswa setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan menurut Dimyanti dan Mujiono
(2002: 3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
hasil belajar dan tindak mengajar. Maka dari pengertian hasil belajar diatas sejalan
dengan Winkel (2004: 57) bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Oleh sebab itu perubahan perilaku kegiatan belajar mengajar mengakibatkan
siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran
tidak tercapai apabila terdapat faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
7
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa mencakup 2 faktor
yaitu faktor internal dan eksternal (Bahri, 2008: 180). Faktor internal meliputi
faktor lingkungan dan faktor instrumental sedangkan faktor eksternal meliputi
kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. (1) Faktor lingkungan merupakan bagian
dari kehidupan anak didik. Faktor lingkungan meliputi lingkungan alami dan
lingkungan sosial budaya, Faktor instrumental, setiap sekolah mempunyai tujuan
yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan. (2) Faktor
instrumental meliputi: kurikulum yang dapat dipakai oleh guru dalam
merencanakan program pengajaran, program sekolah dapat dijadikan acuan untuk
meningkatkan kualitas belajar mengajar, sarana dan fasilitas yang tersedia
bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan siswa, guru merupakan unsur
manusiawi dalam pendidikan. (3) Kondisi fisiologis merupakan keadaan jasmani
pada diri siswa, misalnya kondisi panca indra, (4) kondisi psikologis yaitu
mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif pada diri
siswa.
2.1.4 Karakteristik Siswa SD
Kurniawan (dalam Naniek Sulistya, dkk, 2012: 5) Secara umum peserta didik SD
memiliki empat karakteristik:
1) Senang bermain
Ada banyak jenis permainan yang dilakukan oleh peserta didik, seperti
permainan bola, kejar – kejaran, peta umpet dan masih banyak
lagi.Karakteristik ini menuntut guru SD untuk merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya,
sehingga pembelajaran melibatkan seluruh peserta didik dan tidak terpusat
pada guru saja.Pengembangan model pembelajaran ini serius tapi santai,
menyenangkan, menarik dan tujuan pembelajaran tercapai.
2) Senang bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjam – jam, sedangkan peserta didik SD
dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Jadi, guru
8
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik dapat bergerak.
3) Senang bekerja dalam kelompok
Dari pergaulan dengan kelompok sebaya, peserta didik belajar aspek –
aspek yang penting dalam sosialisasi, seperti belajar memenuhi aturan
kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada
lingkungannya, belajar menerima tanggungjawab, belajar bersaing dengan
orang lain secara sehat (sportif), dan belajar berolahraga. Hal ini
membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik untuk bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta belajar keadalilan dan demokrasi. Guru dapat meminta
peserta didik untuk membentuk kelompok kecil 3 – 4 orang untuk
menyelesaikan tugas secara kelompok.
4) Senang merasakan atau melakukan/ memperagakan sesuatau secara
langsung
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif (menurut Piaget ) peserta didik
SD memasuki tahap operasional konkrit. Dari apa yang dipelajari di
sekolah, ia belajar mempelajari konsep – konsep baru dengan konsep –
konsep lama. Berdasarkan pengelaman ini, peserta didik membentuk
konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi – fungsi badan, peran jenis
kelamin, moral dan sebagainya. Bagi peseta didik SD penjelasan guru
tentang pelajaran akan lebih dipahami jika pesrta didik melaksanakan
sendiri.
Bassett, Jacka dan Logan (dalam Naniek Sulistya, dkk, 2012: 5)
mengemukakan karakteristik peserta didik usia sekolah dasar secara umum
sebagai berikut ini :
1. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik
dengan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri.
2. Mereka sering bermain dan lebih suka bergembira riang.
3. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal,
mengeksplorasi suatu siatuasi dan mencobakan usaha – usaha baru.
9
4. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi
sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan
menolak kegagalan – kegagalan.
5. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan
situasi yang terjadi.
2.1.5 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dibumi didalam,
perut bumi dan diluar angkasa baik yang dapat diamati indra maupun yang tidak
dapat diamatai oleh indra. Oleh karenan itu, dalam menjelaskan hakekat fisika
pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau Ilmu Kealaman adalah ilmu
tentang dunia zat baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati (Kardi
dan Nur, 1994:1).
2.1.4.2 Hakikat Ilmu pengetahuan Alam (IPA)
Pada hakekatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah
dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk,
dan sebagai prosedur Marsetio Donosepoetro, dalam Trianto (2012). Sebagai
proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan
tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk
diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah
maupun diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau disiminasi
pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang
dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut
metode ilmiah.
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi (Depdiknas, 2003:2) adalah sebagai berikut.
1) Menanamkan keyakinan terhadap tuhan yang maha Esa.
2) Mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah.
3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan
teknologi.
10
4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup dimasyarakat dalam
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
2.1.4.3 Hakekat Pembelajaran IPA
Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu kealaman, yaitu ilmu tentang
dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Sebagai alat
pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan
IPA disekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:
1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap.
2) Menanamkan sikap hidup ilmiah.
3) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.
4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai
ilmuan penemunya.
5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan (Prihantoro Laksmi, 1986).
Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA lebih
ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu
sendiri yang akhirnya dapat berpengarh posistif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar Fisika
hanya menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja. Untuk itu perlu dikembagkan
suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaraan untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Guru
hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman
yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga
tersebut. (Nur dan Wikandari, 2000).
2.2 Metode Pembelajaran Berbasis Inkuiri
2.2.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Pembelajaran dengan metode ini merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis,
11
logis dan analiti sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.
Metode inkuiri adalah metode yang mampu menggiring peserta didik
untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inkuiri menempatkan
peserta didik sebagai subjek belajar yang aktif (Mulyasa, 2003:234). Kendatipun
metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang
peranan penting dalam mendesain pengalaman belajar. Guru berkewajiban
menggiring peserta didik dalam melakukan kegiatan. Kadang kala guru perlu
memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar dan
melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan menggunakan fasilitas media dan
materi pembelajaran yang bervariasi. Pada dasarnya metode inkuiri adalah cara
menyadari apa yang telah dialami karena itu inkuiri menuntut peserta didik
berpikir. Metode ini menuntut peserta didik memproses belajar menjadi sesuatu
yang bermakna dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, melalui metode ini
peserta didik dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis. Jadi, metode inkuiri
adalah metode yang memberikan keleluasaan kepada siswa untuk belajar secara
aktif, analitis dan kreatif dalam memecahkan masalah.
2.2.2 Ciri-ciri pembelajaran Inkuiri
Menurut Hosnan (2014:341) pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri-ciri
diantaranya sebagai berikut.
Ciri-ciri pembelajaran menurut Hosman, (1) pembelajaran inkuiri menekankan kepada
aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya,
pembelajaran inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan pendidik secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti
dari materi pelajaran itu sendiri. (2) seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, pembelajaran inkuiri menempatkan pendidik bukan sebagai sumber belajar,
melainkan sebagai fasilitator dan motivator belajar peserta didik. (3) tujuan dari
penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian
dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri, peserta didik tidak
hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya.
12
2.2.3 Macam-macam metode Pembelajaran Inkuiri
Metode inkuiri mempunyai beberapa macam jenis antara lain inkuiri terpimpin,
inkuiri bebas dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Sund and Trowbridge
mengemukakan tiga macam metode inkuiri sebagai berikut:
Macam-macam pembelajaran inkuiri tersebut yaitu: (1) Inkuiri terpimpin ( Guide inquiry
); peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman pedoman
tersebut biasanya berupa pertanyaan pertanyaan yang membimbing. Pendekatan ini
terutama bagi para peserta didik yang belum berpengalaman belajar dengan metode
inkuiri, dalam hal ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Pada
tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai
dengan perkembangan pengalaman peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar
perencanaan dibuat oleh guru. Peserta didik tidak merumuskan permasalahan. Petunjuk
yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru. (2)
Inkuiri bebas (free inquiry), pada inkuiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri
bagaikan seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus mengidentifikasikan
dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Metodenya adalah
inquiry role approach yang melibatkan peserta didik dalam kelompok tertentu, setiap
anggota kelompok memiliki tugasnya sendiri sendiri, misalnya koordinator kelompok,
pembimbing teknis, pencatatan data dan pengevaluasi proses. (3)Inkuiri bebas yang
dimodifikasi (modifiel free Inquiry); pada inkuiri ini guru memberikan permasalahan atau
problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut
melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian (Sund and Trowbridge dalam
Trianto, 2007: 146).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka macam-macam metode
inkuiri dapat disimpulkan yaitu inkuiri terpimpin yaitu pendekatan yang diberikan
kepada peserta didik yang belum berpengalaman menggunakan metode inkuiri
dan yang kedua metode inkuiri bebas yaitu siswa melakukan penelitian seperti
ilmuan dan yang terakhir adalah metode inkuiri bebas yang dimodifikasi yaitu
siswa diberi permasalahan atau topik dan kemudian siswa disuruh memecahkan
masalah tersebut. Berdasarkan ketiga macam metode inkuiri di atas maka peneliti
memilih inkuiri terpimpin karena penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas III
yang pada dasarnya siswanya masih memerlukan bimbingan dan pengarahan
dalam pelaksanaan metode inkuiri ini.
2.2.4 Tahapan Metode Pembelajaran Inkuiri
Dalam pengaplikasian model pembelajaran inkuiri ini terdapat beberapa langkah
atau tahapan pembelajaran. Menurut Hosnan (2014: 342) Adapun tahapan-
tahapan tersebut bisa anda lihat sebagai berikut.
13
1) Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, pendidik
mengondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran.
Pendidik merangsang dan mengajak peserta didik untuk berpikir
memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat
penting. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada kemauan peserta
didik untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak mungkin
proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar.
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalan persoalan yang menantangpeserta didik untuk berpikir
memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-tei dalam rumusan masalah
yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan
peserta didik didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari
jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri. Oleh
sebab itu, melalui proses tersebut, peserta didik akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental
melalui proses berpikir.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebgai jawaban sementara, hipotesis perlu dikaji kebenarannya.
Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus
memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang
dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu
sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki
serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang
mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional
dan logis.
14
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran
inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam mengembangkan intelektual. Proses pengumpumpulan data bukan
hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Karena itu, tugas dan peran pendidik dalam tahapan ini adalah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik
untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering terjadi
kemacetan ber-inkuiri adalah manakala peserta didik tidak apresiasif
terhadap pokok permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukan
oleh gejala-gejala ketidakgairahan dalam belajar. Manakala pendidik
menemukan gejala-gejala semacam ini, maka pendidik hendaknya secara
terus-menerus memberikan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada
seluruh peserta didik sehingga mereka terangsang untuk berpikir.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menemukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Dalam menguji hipotesis, yang terpenting
adalah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang
diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan
kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan
bukan hanya berdasarkan argumentasi, tetapi harus didukung oleh data
yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendreskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan
merupakan gong-nya dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena
banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang
15
dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena
itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya pendidik mampu
menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.
Model belajar secara inkuiri yang diperkenalkan oleh Alberta
Learning (2004) mengikuti tahapan sebagai berikut:
1) Perencanaan (planning), yang mencangkup pembuatan rencana untuk
melakukan inkuiri. Guru dan siswa perlu menentukan topik inkuiri dan
memilih sumber belajar atau sumber informasi yang diperlukan.
2) Mencari informasi (retrieving), yang mencangkup pengumpulan dan
pemilihan informasi, serta mengevaluasi informasi. Kegiatan memperoleh
informasi juga mencangkup pelaksanaan aktivitas inkuiri untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan.
3) Mengolah (processing), yang mencangkup analisis informasi dengan
mencari hubungan dan melakukan inferensi.
4) Mengkreasi (creating), yang mencangkup kegiatan mengelola informasi,
mengkreasi produk, dan memperbaiki produk.
5) Berbagi (sharing), yang mencangkup komunikasi atau paparan hasil pada
audien yang terkait.
6) Mengevaluasi (evaluating), yang mencangkup aktivitas evaluasi produk
dan evaluasi proses inkuiri yang telah dilakukan. Kemampuan yang
diharapkan adalah transfer kemampuan dalam menangani masalah lain.
Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
sains edutainment (2011) meliputi:
1) Perumusan Masalah.
Langkah awal adalah menentukan masalah yang ingin didalami atau
dipecahkan dengan metode inkuiri. Persoalan dapat disiapkan atau
diajukan oleh guru. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat
dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu
diidentifikasi dengan jelas tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau
penyelidikan. Bila persoalan ditentukan oleh guru perlu diperhatikan
16
bahwa persoalan itureal, dapat dikerjakan oleh siswa, dan sesuai dengan
kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu tinggi akan membuat siswa
tidak semangat, sedangkan persoalan yang terlalu mudah yang sudah
mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan itu
sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.
2) Menyusun hipotesis
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk mengajukan jawaban
sementara tentang masalah itu. Inilah yang disebut hipotesis. Hipotesis
siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru
mencoba membantu memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru
diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup
memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah, tetapi cukup
memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah nantinya akan
kelihatan setelah pengambilan data di ananalisis data yang diperoleh.
3) Mengumpulkan data
Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan data
sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar
atau tidak. Dalam bidang biologi, untuk dapat mengumpulkan data, siswa
harus menyiapkan suatu peralatan untuk pengumpulan data. Maka guru
perlu membantu bagaimana siswa mencari peralatan, merangkai peralatan,
dan mengoperasikan peralatan sehingga berfungsi dengan baik. Langkah
ini adalah langkah percobaan atau eksperimen. Biasanya dilakukan
dilaboratorium tetapi kadang juga dapat di luar sekolah. Setelah peralaran
berfungsi, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan mencatatnya
dalam buku catatan.
4) Menganalisis data
Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk dapat membuktikan
hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk memudahkan menganalisis data,
data sebaiknya diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat
dibaca dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusundalam suatu tabel.
5) Menyimpulkan
17
Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil
kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan, kemudian
dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah hipotesa kita diterima atau tidak.
2.2.5 Kelebihan dan kekurangan metode inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri memiliki beberapa kelebihan. Berikut merupakan
kelebihan metode pembelajaran inkuiri menurut Hosnan (2014: 344):
Kelebihan tersebut yaitu: (1) Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran inkuiri
ini dianggap lebih bermakna. (2) Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada
peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. (3) Inkuiri merupakan
metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. (4)
Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar.
Disamping memiliki keunggulan, pembelajaran inkuiri juga mempunyai
kelemahan. Menurut Hosnan (2014: 342) kelemahan tersebut yaitu:
Beberapa kelemahannya yaitu: (1) Jika metode ini digunakan sebagai pembelajaran, maka
akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik. (2) Pembelajaran inkuiri
sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebebasan peserta didik
dalam belajar. (3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering pendidik sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan. (4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta
didik menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran inkuiri ini akan sulit
diimplementasikan oleh setiap pendidik.
Inkuiri dikembangkan oleh Richard Suchman (2000), beliau mengembangkan
model ini untuk mengajarkan proses dari suatu penelitian atau menjelaskan
fenomena yang “istimewa”
Aktivitas guru dan peserta didik dalam melaksanakan inkuiri adalah
sebagai berikut.
18
Perilaku guru (inkuiri) Perilaku siswa (inkuiri)
1) Memfasilitasi lingkungan
belajar yang memungkinkan
siswa untuk mengembangkan
pengaturan belajar secara
mandiri.
2) Menciptakan kesempatan untuk
terjadinya aktivitas pribadi
yang terkendali, bekerja
kelompok, dan berbagai
pengetahuan.
3) Membimbing siswa untuk
belajar sebagaimana mestinya.
4) Bertindak sebagai fasilitator.
5) Menjadi model, mediator, dan
moderator yang kondisional
dengan kebutuhan siswa.
6) Membantu siswa untuk
mengkoneksikan pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya
dengan pengetahuan yang baru.
7) Aktif mendengarkan, bertanya,
menyediakan balikan, serta
menolong siswa untuk selalu
terfokus pada permaslahan
yang dihadapi.
1) Berperan aktif dalam proses
belajar.
2) Menumbuhkan motivasi dari
kebermaknaan tujuan, proses
dan keterlibatan dalam belajar.
3) Mempertimbangkan berbagai
macam pilihan strategi serta
memilih strategi yang dianggap
paling sesuai untuk mencapai
tujuan.
4) Menyadari serta melakukan
umpan balik secara
berkelanjutan mengembangkan
pembelajarannya.
5) Memperoleh makna serta
pengetahuan dan melakukan
transfer atau aplikasi pada
pemecahan masalah yang
dihadapi secara kreatif dan
inovatif.
6) Berpikir secara refleksi sebagai
alat untuk mengembangkan
aspek kognitif dan transfer
pengetahuan.
7) Berpartisipasi dalam evaluasi
untuk pengembangan
kemajuannya.
Pembelajaran berbasis inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1) Mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup
2) Belajar menangani masalah
3) Berhadapan dengan tantangan dan perubahan untuk memahami sesuatu
4) Mengembangkan kebiasaan mencari solusi permasalahan
2.3 Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang metode pembelajaran berbasis inkuiri (IBL), sudah
pernah dilakukan oleh Budi Prayitno (2012). Penelitian tersebut berbentuk skripsi,
yang berjudul Pengaruh Penggunaan Metode Inquiry Dalam Pembelajaran IPA
Dengan Materi Perubahan Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV
19
Semester II SD 1 dan 3 Sidomulyo Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora.
Penelitian ini adalah penelitian yang bermaksud untuk melihat pengaruh
penerapan metode pembelajaran Inkuiri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV
SDN 01 Sidomulyo dan SDN 03 Sidomulyo. Penelitian ini menggunakan
pendekatan eksperimen. Penelitian eksperimen, membutuhkan pembanding atau
kontrol, demi menguji pengaruh penggunaan metode inkuiri. Pembelajaran
ceramah digunakan sebagai pembanding atau kontrol.
Hasil penelitian terdahulu tersebut dijadikan peneliti sebagai acuan dalam
melaksanakan penelitian ini. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 01 Mlowo
Karangtalun karena sama-sama meneliti tentang pengaruh metode pembelajaran
inkuiri.
2.4 Kerangka Pikir
Metode pembelajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Salah satu metode pembelajaran tersebut yaitu Inkuiri. Metode pembelajaran ini
cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA. Bahwa pada dasarnya mata pelajaran
IPA adalah mata pelajaran yang menekankan lebih banyak eksperimen dan
eksplorasi dari siswa. Artinya bahwa pengetahuan teori yang diperoleh,
diperlakukan sebagai hipotesis yang perlu diuji kebenaranya lewat eksperimen
secara langsung. Agar hal tersebut terlaksana perlu diberikan ruang agar mereka
dapat secara langsung bereksplorasi dengan subyek yang sedang dipelajari. Ruang
ini tidak dapat terjadi apabila model pembelajaran yang diterapkan belum mampu
mewadahi pengetahuan dari siswa. Oleh karena itu, diperlukan metode
pembelajaran yang berbeda. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menjadi
alternatif guru adalah metode inkuiri. Dengan metode ini siswa dilatih untuk
selalu berpikir kritis karena membiasakan siswa memecahkan masalah sendiri
sampai siswa dapat menemukan jawaban dari masalah itu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pembelajaran inkuiri
untuk digunakan sebagai metode pembelajaran dalam mata pelajaran IPA.
Pemanfaatan metode pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan belajar
siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA.
20
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Hipotesis dikatakan jawaban sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2011: 64).
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diuraikan, dapat
diajukan hipotesis penelitian bahwa ada perbedaan hasil belajar IPA ditinjau dari
penggunaan metode inkuiri pada siswa kelas III SDN Mlowo Karangtalun 01dan
SDN 04 Mlowo Karangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan.