39
A. JUDUL PENELITIAN Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Laju Reaksi Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 9 Yogyakarta dengan Model Problem Based Learning (PBL ). B. BIDANG ILMU Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah pendidikan kimia. C. PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran di SMA N 9 Yogyakarta masih menggunakan model dan pendekatan pembelajaran yang konvensional. Dalam pembelajarannya, siswa belum merumuskan masalah dan menemukan konsep materi sendiri tetapi masih diberikan oleh guru. Kegiatan praktikum belum dinilai keterampilan prosesnya tetapi hanya dinilai hasil akhirnya. Kurikulum yang digunakan pada tahun ajaran 2014/2015 adalah Kurikulum 2013. Kurikulum ini mengutamakan pemahaman, skill , dan pendidikan 1

Proposal PTK laju reaksi

  • Upload
    uny

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

A. JUDUL PENELITIAN

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar

Laju Reaksi Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 9 Yogyakarta

dengan Model Problem Based Learning (PBL).

B. BIDANG ILMU

Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah

pendidikan kimia.

C. PENDAHULUAN

Kegiatan pembelajaran di SMA N 9 Yogyakarta

masih menggunakan model dan pendekatan pembelajaran

yang konvensional. Dalam pembelajarannya, siswa

belum merumuskan masalah dan menemukan konsep materi

sendiri tetapi masih diberikan oleh guru. Kegiatan

praktikum belum dinilai keterampilan prosesnya

tetapi hanya dinilai hasil akhirnya.

Kurikulum yang digunakan pada tahun ajaran

2014/2015 adalah Kurikulum 2013. Kurikulum ini

mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan

1

berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi,

aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki

sopan santun disiplin yang tinggi.

Alternatif yang bisa digunakan untuk

memecahkan masalah pembelajaran kimia adalah dengan

menggunakan Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah).

Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran yang digunakan dalam implementasi

kurikulum 2013. Pembelajaran kurikulum 2013 adalah

pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses

pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai

kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui

pendekatan ilmiah, yaitu pembelajaran yang mendorong

siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/

mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan

mengomunikasikan.

Model pembelajaran yang memakai pendekatan

ilmiah, salah satunya adalah model Problem Based

Learning (PBL). Menurut penelitian Diyah Rauhillah

2

Hasni tentang penerapan model Problem Based Learning

(PBL) untuk mengetahui hasil belajar, diperoleh

hasil perhitungan uji-t yaitu nilai thit sebesar 5,8

dan ttab sebesar 1,38 atau thit > ttab. Hal ini

menunjukan bahwa penggunaan model Problem Based Learning

(PBL) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.

Penerapan model pembelajaran yang berbeda

dari model konvensional diharapkan dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Motivasi

merupakan faktor yang juga mempengaruhi perbuatan

belajar peserta didik. Jika motivasi belajar

meningkat, diharapkan perbuatan belajar akan

berlangsung dengan baik dan akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar.

Berdasarkan analisis masalah di atas,

peneliti berpendapat perlu dilakukan inovasi

pembelajaran untuk materi pokok laju reaksi. Melalui

pendekatan ilmiah model PBL diharapkan motivasi

3

siswa meningkat begitu pula dengan hasil belajar

siswa.

Sesuai dengan uraian di atas, maka akan

dilakukan penelitian dengan judul “Upaya

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Laju Reaksi

Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 9 Yogyakarta dengan Model

Problem Based Learning (PBL)”.

D. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian kelas ini adalah “Apakah

penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas

XI IPA 1 SMA Negeri 9 Yogyakarta untuk materi laju

reaksi?”.

Masalah dalam penelitian ini dirinci kedalam

rumusan masalah khusus sebagai berikut:

1.Bagaimanakah motivasi siswa dalam pembelajaran

kimia materi laju reaksi menggunakan model Problem

Based Learning (PBL)?

4

2.Bagaimanakah hasil belajar siswa pada aspek sikap,

pengetahuan dan keterampilan untuk materi laju

reaksi dengan menggunakan model Problem Based Learning

(PBL)?

E. CARA PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan masalah yang diuraikan dalam

pendahuluan, cara yang bisa dilakukan untuk

memperbaikinya yaitu dengan menggunakan model

Problem Based Learning (PBL) dalam proses pembelajaran

kimia.

Model Problem Based Learning (PBL) ini akan

mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati,

menanya, mencoba/ mengumpulkan data,

mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan sehingga

pada akhirnya dapat mencapai kompetensi sikap,

pengetahuan dan keterampilan.

Indikator keberhasilan penggunaan model

pembelajaran ini adalah dengan meningkatnya hasil

belajar siswa aspek pengetahuan, ditunjukkan dengan

5

minimal 70% hasil belajar siswa dapat mencapai KKM.

Indikator aspek sikap dan aspek keterampilan untuk

rata-rata kelas yaitu 70%.

F. TINJAUAN PUSTAKA

1.Motivasi Belajar

Motivasi adalah dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan

ini berada pada diri seseorang yang menggerakan

untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan

dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan

seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu

mengandung tema sesuai dengan motivasi yang

mendasarinya.

Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam

maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk

mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan

sebelumnya. Menurut Oemar Hamalik (2008: 162)

motivasi ada dua macam, yaitu:

6

a. Motivasi intrinsik, yang timbul dalam diri

peserta didik sendiri, misalnya keinginan untuk

mendapat keterampilan tertentu, memperoleh

informasi dan pengertian, mengembangkan sikap

untuk berhasil, dan keinginan diterima oleh

orang lain. Motivasi intrinsik adalah motivasi

yang hidup dalam diri peserta didik dan berguna

dalam situasi belajar yang fungsional.

b. Motivasi ekstrinsik, yang timbul sebagai akibat

pengaruh faktor-faktor dari luar individu,

apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau

paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan

demikian peserta didik mau melakukan sesuatu

atau belajar.

Motivasi yang tinggi dapat meningkatkan

aktivitas belajar peserta didik. Motivasi yang

tinggi dapat ditemukan dalam sifat perilaku

peserta didik antar lain adanya:

a. Kualitas keterlibatan peserta didik dalam

belajar sangat tinggi.

7

b. Perasaan dan keterlibatan aktif peserta didik

yang tinggi dalam belajar.

c. Upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara

atau menjaga agar senantiasa memiliki motivasi

belajar tinggi.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa-siswa yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah

laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau

unsur yang mendukung dalam belajar. Indikator

motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai

berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil;

(2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4)

adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya

kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya

lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan

baik. (Hamzah B. Uno, 2006 : 23)

2.Hasil Belajar

8

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat

diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan

tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan

dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan

sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,

sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

( Oemar Hamalik, 2001: 154)

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Gagne, hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas

mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,

baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon

secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi

simbol, pemecahan masalah maupun penerapan

aturan.

9

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan

mempresentasikan konsep dan lambang.

Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

menginterogasi, kemampuan analisis-sintesis

fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip

keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan

kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat

khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan

dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan

melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan

dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme

gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak

objek berdasarkan penilaian terhadap objek

tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasikan dan eksternalisasi nilai-

10

nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan

nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,

ingatan), comperhension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis

(menguraikan menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk

bangunan baru), dan evaluation (manilai). Domain

efektif adalah receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization

(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain

psikomotor meliputi initiatory pre-routine, dan

routinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan

produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan

intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil

pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,

pengertian, dan sikap.

11

Yang harus diingat, hasil belajar adalah

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi

oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di

atas tidak dilihat secara fragmentaris atau

terpisah, melainkan komperhensif. (Agus Suprijono,

2009 : 5 – 7).

Menurut Agus Suprijono (2009:72), hasil

belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah

peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan,

mengatasi masalah, kemampuan mempelajari peran

orang dewasa, dan menjadi pembelajar yang mandiri.

3.Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Dewey (dalam Sudjana 2001: 19)

belajar berdasarkan masalah adalah interaksi

antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan

antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan

memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan

masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungi

12

menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga

masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,

dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.

Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan

akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna

memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman

dan tujuan belajarnya.

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan

suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa

mengerjakan permasalahan yang autentik dengan

maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir

tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian,

dan percaya diri.

Pembelajaran berbasis masalah atau Problem

Based Learning (PBL) bertujuan:

a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan

berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.

b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik

c. Menjadi pembelajar yang mandiri.

13

Peran guru di dalam kelas dengan model PBL

adalah:

a. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa

kepada masalah autentik, yaitu masalah kehidupan

nyata sehari-hari.

b. Memfasilitasi/membimbing penyelidikan, misalnya

melakukan pengamatan atau melakukan

eksperimen/percobaan.

c. Memfasilitasi dialog siswa, dan

d. Mendukung belajar siswa.

Tabel 1. Sintaks Pengajaran Berbasis Masalah

Tahap Tingkah Laku Guru

14

Tahap-1

Orientasi siswa pada

masalah

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan

logistik yang dibutuhkan,

mengajukan fenomena atau

demonstrasi atau cerita

untuk memunculkan masalah,

memotivasi siswa untuk

terlibat dalam pemecahan

masalah yang dipilih.

Tahap-2

Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

Tahap-3

Membimbing penyelidikan

individual maupun

kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan

15

pemecahan masalah

Tahap-4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan

menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan,

video, dan model serta

membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan

temannya.

Tahap-5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk

melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka

gunakan.

4.Laju Reaksi

Laju reaksi adalah laju berkurangnya jumlah

konsentrasi pereaksi untuk setiap satuan waktu

16

atau laju bertambahnya jumlah konsentrasi hasil

reaksi untuk setiap satuan waktu.

Dinyatakan dengan satuan molaritas per detik (M /

detik atau mol / L.detik).

Misalnya pada reaksi: A → B

Maka:

Laju reaksi (v) = - ∆ [A ]∆t atau v = +∆ [B]

∆t

Keterangan:

Tanda (-) pada ∆[A] menunjukkan bahwa konsentrasi

zat A berkurang, sedangkan tanda (+) pada ∆[B]

menunjukkan bahwa konsentrasi zat B bertambah.

Secara umum dapat digambarkan:

17

Laju reaksi rata-rata adalah laju reaksi untuk

selang waktu tertentu ∆t.

Pengurangan zat pereaksi

v = - ∆ [pereaksi]∆t

Penambahan zat produk reaksi

v = +∆ [hasilreaksi ]∆t

Laju reaksi sesaat adalah laju reaksi pada waktu

t.

Pengurangan zat pereaksi

v = - d[pereaksi]dt

Penambahan zat produk reaksi

v = + d[hasilreaksi ]dt

18

Reaksi kimia terjadi karena adanya tumbukan yang

efektif antara partikel-partikel zat yang

bereaksi.

Tumbukan efektif adalah tumbukan yang mempunyai

energi yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan

pada zat yang bereaksi (bereaksi).

Contoh : tumbukan yang menghasilkan reaksi dan

tumbukan yang tidak menghasilkan reaksi : H2 (g) +

I2(g) → 2 HI(g)

Tumbukan antara molekul hidrogen (A)

dengan iodin (B) dan membentuk molekul HI(AB).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

adalah:

a. Konsentrasi

Larutan dengan konsentrasi yang besar (pekat)

mengandung partikel yang lebih rapat, jika

19

dibandingkan dengan larutan encer. Semakin

tinggi konsentrasi berarti semakin banyak

molekul-molekul dalam setiap satuan luas

ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul makin

sering terjadi dan reaksi berlangsung semakin

cepat.

b. Suhu

Setiap partikel selalu bergerak. Dengan naiknya

suhu, energi gerak (kinetik) partikel ikut

meningkat sehingga makin banyak partikel yang

memiliki energi kinetik di atas harga energi

aktivasi (Ea).

Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah jika

suhunya berubah. Berdasarkan hasil percobaan,

laju reaksi akan menjadi 2 kali lebih besar

untuk setiap kenaikan suhu 10oC.

c. Luas Permukaan Bidang Sentuh

Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan

bertumbukan. Pada pencampuran reaktan yang

terdiri dari dua fasa atau lebih, tumbukan

20

berlangsung pada bagian permukaan zat. Padatan

berbentuk serbuk halus memiliki luas permukaan

bidang sentuh yang lebih besar daripada padatan

berbentuk lempeng atau butiran. Semakin luas

permukaan partikel, maka frekuensi tumbukan

kemungkinan akan semakin tinggi sehingga reaksi

dapat berlangsung lebih cepat.

d. Katalisator

Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju

reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia

secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat

tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis

mempercepat reaksi dengan cara menurunkan harga

energi aktivasi (Ea). Katalisis adalah

peristiwa peningkatan laju reaksi sebagai

akibat penambahan suatu katalis. Meskipun

katalis menurunkan energi aktivasi reaksi,

tetapi ia tidak mempengaruhi perbedaan energi

antara produk dan pereaksi. Dengan kata lain,

21

penggunaan katalis tidak akan mengubah entalpi

reaksi.

Tabel 2.

Hubungan faktor-faktor yang mempercepat laju reaksi

dengan teori tumbukan

Fakta Uraian Teori

Peningkatan konsentrasi

pereaksi dapat

mempercepat laju reaksi.

Peningkatan konsentrasi

berarti jumlah partikel

akan bertambah pada

volume tersebut dan

menyebabkan tumbukan

antar partikel lebih

22

sering terjadi. Banyaknya

tumbukan memungkinkan

tumbukan yang berhasil

akan bertambah sehingga

laju reaksi meningkat.

Peningkatan suhu dapat

mempercepat laju reaksi.

Suhu suatu sistem adalah

ukuran dari rata-rata

energi kinetik dari

partikel-partikel pada

sistem tersebut. Jika

suhu naik maka energi

kinetik partikel-partikel

akan bertambah, sehingga

kemungkinan terjadi

tumbukan yang berhasil

akan bertambah dan laju

reaksi meningkat.

Penambahan luas

permukaan bidang sentuh

akan mempercepat laju

Makin besar luas

permukaan, menyebabkan

tumbukan makin banyak,

23

reaksi. karena makin banyak

bagian permukaan yang

bersentuhan sehingga laju

reaksi makin cepat.

Katalis dapat

mempercepat reaksi.

Katalis dapat menurunkan

energi aktivasi (Ea),

sehingga dengan energi

yang sama jumlah tumbukan

yang berhasil lebih

banyak sehingga laju

reaksi makin cepat.

Sumber: Lewis, Thinking Chemistry

G. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kajian pustaka yang telah

diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut: penggunaan model Problem Based Learning

(PBL) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar

laju reaksi siswa kelas XI IPA 1 SMAN 9 Yogyakarta.

24

H. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan

motivasi dan hasil belajar kimia dalam pembelajaran

materi laju reaksi dengan menggunakan model Problem

Based Learning (PBL). Tujuan khusus penelitian ini

adalah untuk:

1.Mengetahui motivasi siswa dalam pembelajaran kimia

materi laju reaksi menggunakan model Problem Based

Learning (PBL).

2.Mengetahui hasil belajar siswa pada aspek sikap,

pengetahuan dan keterampilan untuk materi laju

reaksi dengan menggunakan model Problem Based Learning

(PBL).

I. KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat antara lain:

1. Bagi Siswa, dapat meningkatkan motivasi dan hasil

belajar kimia pada pokok bahasan Laju Reaksi.

25

2. Bagi Peneliti, penelitian ini akan menambah

wawasan dan pengalaman yang berharga dalam

melakukan penelitian tindakan kelas dengan model

Problem Based Learning (PBL) serta dapat menumbuhkan

keterampilan dan motivasi dalam melaksanakan

pembelajaran kimia dengan lebih baik lagi.

3. Bagi Pendidik/Guru, sebagai input dalam mengelola

dan meningkatkan model pembelajaran kimia

berkualitas.

4. Bagi sekolah SMA N 9 Yogyakarta, pembelajaran

kimia dengan model Problem Based Learning (PBL) dapat

menjadi rujukan untuk pembelajaran semua mata

pelajaran.

J. METODE PENELITIAN

1.Subyek dan obyek penelitian

26

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI

IPA 1 SMAN 9 Yogyakarta. Obyek penelitian ini

adalah peningkatan motivasi dan hasil belajar

siswa materi pokok laju reaksi.

2.Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 9

Yogyakarta pada semester ganjil bulan Agustus

sampai September 2014 dengan menyesuaikan jam

pelajaran kimia kelas XI IPA 1 SMAN 9 Yogyakarta.

3.Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif.

Penelitian tindakan dilakukan secara bersama

antara pihak yang melakukan tindakan yakni guru

peneliti dan pihak yang mengamati proses jalannya

tindakan yakni observer. Penelitian ini lebih

ideal karena pada pelaksanaan penilaian tindakan

tidak dinilai oleh peneliti sendiri, akan tetapi

dinilai oleh observer dari teman sejawat, guru

pamong dan dosen pembimbing.

27

Secara garis besar terdapat empat tahapan

dalam penelitian tindakan kelas, yakni (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan

(4) refleksi (Suharsimi Arikunto, 2009:17). Adapun

tahapan penelitian tindakan kelas yang akan

dilakukan dirancang sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus Penelitian

28

Dalam penelitian ini dilakukan 2 siklus,

sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, yakni

4 jam pelajaran untuk pokok bahasan faktor-faktor

yang mempengaruhi laju reaksi.

4.Prosedur penelitian

a. Tahapan penelitian siklus I

1).Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,

media pembelajaran, lembar kerja siswa, dan

instrumen penelitian. Adapun perangkat

pembelajaran dan instrumen penelitian

terdapat dalam lampiran.

2).Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I

dilakukan dalam 1 kali pertemuan. Awal

pertemuan siswa diberikan angket motivasi.

Pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti

menggunakan model Problem Based Learning (PBL).

Siswa belajar materi kimia laju reaksi yaitu

29

tentang pengaruh faktor konsentrasi dan

katalis. Proses pembelajaran dilakukan sesuai

dengan jadwal pelajaran kimia kelas XI IPA.

Setelah pembelajaran selesai siswa diberikan

soal post-tes.

3).Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses

pembelajaran dengan menggunakan instrumen

penelitian oleh observer. Instrumen penelitian

ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru

dan siswa selama proses pembelajaran.

Observer mencatat kejadian-kejadian dengan

membuat catatan lapangan. Hasil observasi

digunakan untuk melakukan refleksi yang

selanjutnya digunakan untuk menentukan

perencanaan siklus II.

4).Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer

melakukan evaluasi dari pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I sebagai bahan

30

pertimbangan untuk memperbaiki perencanaan

proses pembelajaran pada siklus II.

b. Tahapan penelitian siklus II

1) Perencanaan

Perencanaan siklus II dilakukan setelah

tahapan pada siklus I selesai. Rencana

tindakan siklus II dimaksudkan untuk

memperbaiki proses pembelajaran pada siklus

I. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,

media pembelajaran, lembar kerja siswa, dan

instrumen penelitian untuk pembelajaran

siklus II. Adapun perangkat pembelajaran dan

instrumen penelitian terdapat dalam lampiran.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II

dilakukan dalam 1 kali pertemuan. Tahap

tindakan dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan model Problem Based Learning (PBL)

untuk faktor suhu dan luas permukaan bidang

31

sentuh. Proses pembelajaran dilakukan sesuai

dengan jadwal pelajaran kimia kelas XI IPA.

Setelah pembelajaran selesai, siswa diberikan

angket motivasi kemudian dilanjutkan dengan

soal post-tes.

3)Pengamatan

Pengamatan selama proses pembelajaran

pada siklus II sama dengan pengamatan pada

siklus I yaitu menggunakan instrumen

penelitian oleh observer. Instrumen penelitian

ini digunakan untuk mengamati aktivitas guru

dan siswa selama proses pembelajaran. Observer

mencatat kejadian-kejadian dengan membuat

catatan lapangan. Hasil observasi digunakan

untuk melakukan refleksi.

4)Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer

melakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran

pada siklus II untuk memperoleh kesimpulan

32

dan saran untuk penelitian yang telah

dilakukan.

5.Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah lembar evaluasi post-tes. Dalam

penelitian ini soal post-tes digunakan untuk

mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan

model Problem Based Learning (PBL). Siswa dinyatakan

berhasil belajar jika memperoleh nilai post-tes

pada siklus I dan II di atas nilai KKM. Hasil

belajar siswa dinyatakan meningkat apabila nilai

post-tes siklus II lebih besar dari nilai post-tes

siklus I.

Pos-tes dilakukan dua kali yaitu setelah

pembelajaran siklus I dan setelah pembelajaran

siklus II. Soal tes berupa soal esay tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

33

6.Metode pengumpulan data

a. Metode tes

Dalam penelitian ini digunakan tes evaluasi

belajar berupa post-test untuk mengetahui

tingkat ketuntasan belajar siswa terhadap materi

yang disampaikan.

b. Analisis data

Dalam penelitian ini data yang dianalisis

adalah data hasil belajar siswa pada subtopik

faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Data hasil belajar dianalisis dengan menghitung

persentase siswa yang mempunyai nilai di atas

KKM. Indikator keberhasilan penelitian ini

adalah sebanyak 70% siswa mempunyai nilai hasil

belajar di atas KKM.

K. JADWAL PENELITIAN

34

No Jenis Kegiatan Ju

ni

Juli September Oktober

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10

.

11

.

12

.

13

.

Identifikasi

masalah

Pengajuan judul

Pengajuan proposal

Penyempurnaan

proposal

Perencanaan

penelitian

Observasi

Pelaksanaan siklus

I

Refleksi siklus I

Mengolah data

Pelaksanaan siklus

II

Refleksi siklus II

√ √ √

35

No Jenis Kegiatan Ju

ni

Juli September Oktober

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Mengolah data

Menyusun laporan

PTK

L. DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi

PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar

Hamzah B. Uno. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya:

Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Nana Sutresna. 2007. Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI.

Bandung: Grafindo Media Pratama

Oemar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan

Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran.

Jakarta: Bumi Aksara

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-

Progresif. Jakarta: Kencana

36

Unggul Sudarmo.2013.Kimia untuk SMA Kelas XI.Jakarta :

Erlangga

M. PERSONALIA PENELITIAN

Personalia dalam penelitian ini adalah 1

orang peneliti dan 3 orang observer, berikut

identitas peneliti dan observer:

1. Peneliti

a. Nama Lengkap dan

Gelar

b. Jenis Kelamin

c. Jabatan Fungsional

d. Nama Sekolah Tempat

Penelitian

: Rifathul Mualisah,

S.Pd

: Perempuan

: Guru

: SMAN 9 Yogyakarta

2. Observer I

a. Nama Lengkap dan

Gelar

b. Jenis Kelamin

: Muhammad Afriawan,

S.Pd

: Laki-laki

37

c. Jabatan Fungsional

d. Nama Sekolah Tempat

Penelitian

: Guru

: SMAN 9 Yogyakarta

3. Observer 2

a. Nama Lengkap dan

Gelar

b. Jenis Kelamin

c. Pangkat dan Golongan

dan NIP

d. Jabatan Fungsional

e. Jabatan Struktural

f. Nama Sekolah Tempat

Penelitian

: Sunarimah, S.Pd

: Perempuan

: 19671104 199001 2 002

: Guru pamong

:

: SMAN 9 Yogyakarta

N. LAMPIRAN

1.Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I

2.LKS siklus I

3.Lembar observasi I dan II

38

4.Soal tes evaluasi belajar

39