88
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap komunitas masyarakat yang mendiami pesisir pantai, senantiasa diidentikkan sebagai masyarakat nelayan yakni suatu masyarakat yang kehidupannya sangat tergantung dari kekayaan laut yang tersedia di dalamnya terdapat berbagai macam biota laut seperti ikan dengan berbagai jenisnya, karang, rumput laut, kerang yang jika diolah secara benar akan membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri, khususnya dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Daerah pantai dan laut merupakan sumber daya alam yang telah dimanfaatkan sebagai salah satu sumber bahan makanan terutama protein hewani.Pemanfaatan energi atau mineral di daerah

SKRIPSI Autosaved

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap komunitas masyarakat yang mendiami

pesisir pantai, senantiasa diidentikkan sebagai

masyarakat nelayan yakni suatu masyarakat yang

kehidupannya sangat tergantung dari kekayaan

laut yang tersedia di dalamnya terdapat berbagai

macam biota laut seperti ikan dengan berbagai

jenisnya, karang, rumput laut, kerang yang jika

diolah secara benar akan membawa dampak yang

sangat besar terhadap kehidupan masyarakat itu

sendiri, khususnya dalam upaya peningkatan

kesejahteraan.

Daerah pantai dan laut merupakan sumber daya

alam yang telah dimanfaatkan sebagai salah satu

sumber bahan makanan terutama protein

hewani.Pemanfaatan energi atau mineral di daerah

2

pantai juga telah dilakukan dalam upaya

menunjang pembangunan nasional.Oleh karena

berbagai fungsi dapat diupayakan pada sumber

daya pantai dan laut sehingga dikenal sebagai

sumber daya multi fungsi.

Pemanfaatan sumber daya kelautan secara

efektif sangat bergantung pada potensi sumber

daya manusia untuk mengelolanya.Sehingga sangat

diperlukan masyarakat yang mempunyai pekerjaan

sebagai nelayan harus memiliki keterampilan dan

modal yang cukup untuk mengelola segala sumber

kelautan.

Pada umumnya wilayah yang berada di pesisir

pantai jenis pekerjaan yang palingtepat untuk

mereka tekuni dan kembangkan adalah profesi

sebagai nelayan.Akan tetapi seiring dengan

perkembangan zaman dan perubahan pola pikir

masyarakat serta faktor kondisi sosial

3

ekonomi mendorong sebagian besar masyarakat

di beberapa wilayah pesisir pantai di Kabupaten

Parigi Moutong termasuk di Desa Lemo Kecamatan

Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong yang dulunya

nelayan merupakan mata pencaharian utama mereka,

namun pada saat sekarang kini mengalami

pergeseran pola pekerjaan. Sebagian dari nelayan

tersebut tidak lagi menjadi nelayan sepenuhnya,

tetapi sudah beralih ke pekerjaan lain.

Sehingga masyarakat di Desa Lemo Kecamatan

Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong sekitar tahun

80-an sebagian besar memiliki pekerjaan atau

bermata pencaharian sebagai nelayan.Hal ini

dapat dilihat bahwa pesisir pantai Desa Lemo

masih terdapat beberapa tempat yang merupakan

tempat berlabuhnya perahu-perahu kecil milik

nelayan sebagai tempat tambatan perahu dan

tempat mengikatkan perahu setelah kembali dari

4

melaut mencari ikan masih terlihat bagang untuk

tempat pemeliharaan bibit ikan (nener) bahkan

bangunan rumah-rumah kecil (pondok) yang

dibangun oleh masyarakat nelayan sebagai tempat

beristirahat sejenak setelah seharian di laut

mencari ikan sebelum kembali kerumah. Pondok

yang ada tersebut berfungsi sebagai tempat

istirahat, sekaligus di jadikan sebagai tempat

penyimpanan perahu dan di jadikan sebagai untuk

tempat penjualan ikan di pinggir pantai.

Namun pada saat sekarang ini situasinya

sudah sangat berubah, perubahan tersebut sudah

jauh jika dibandingkan sekitar tahun 80-an, kini

untuk mencari nelayan yang ada di Desa Lemo

apalagi untuk membeli ikannya setiap saat sudah

sangat sulit.Sementara itu nelayan yang ada pada

saat ini sebagian besar usianya sudah tergolong

lanjut usia (tua) dengan dukungan prasarana yang

5

juga sangat terbatas (perahu kecil) yang masih

mengandalkan dayung.

Sehingga nelayan tersebut bisa dikatakan

sebagian besar sudah beralih propesi sebagai

nelayan disebabkan karena faktor ekonomi yang

belum mencukupi sandang dan pangan untuk

menghidupi keluarga mereka bahkan fasilitas

perlengkapan di miliki nelayan yang belum serba

moderen dan faktor yang ada sekarang ini, kini

nelanyan yang masih ada sudah tergolong lanjut

usia tua, bahkan para generasi mudah yang ada di

Desa Lemo sekarang ini sama sekali tidak

mengikuti jejak seorang pelaut. Akan tetapi

mereka lebih memili beralih propesi sebagai buru

bangunan, seorang petani, dan bermata

pencaharian sebagai seorang pedangang.

Jika ditinjau dari kajian dan aspek

perubahan sosial, maka tentu saja kondisi ini

6

termasuk suatu perubahan atau pergeseran yang

terjadi dan tidak direncanakan atau proses

alami yang bisa saja masyarakat setempat

tidak menyadari. Akan tetapi ke arah mana

perubahan dan pergeseran itu akan jelas

nantinya setelah dilaksanakan suatu penelitian

dan analisis data.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah

diuraikan sebelumnya, maka berikut ini

dirumuskan permasalahan pokok yaitu :

1. Bagaimana pergeseran pola pekerjaan nelayan

di desa Lemo kecamatan Ampibabo.

2. Mengapa terjadi pergeseran pola pekerjaan

nelayan di Desa Lemo Kecamatan Ampibabo

Kabupaten Parigi Moutong.

3. Bagaimana Prospek pekerjaan mantan nelayan

di Desa Lemo Kecamatan Ampibabo Kabupaten

7

Parigi Moutong setelah terjadinya

pergeseran pekerja.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan pokok tersebut,

maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah

:

1. Untuk mengetahui mengapa terjadi pergeseran

pola pekerjaan nelayan di Desa Lemo

Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi

Moutong.

2. Untuk mengetahui Bagaimana Prospek

pekerjaan yang ditekuni mantan nelayan di

Desa Lemo Kecamatan Ampibabo Kabupaten

Parigi Moutong.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna :

8

1. Dapat dijadikan bahan pemikiran dari

penulis terhadap pengembangan ilmu-ilmu

sosial, khususnya sosiologi yang setiap

saat mengalami perkembangan yang cepat.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan, sekaligus sebagai rujukan

bagi peneliti berikut yang berkeinginan

mengkaji dan meneliti persoalan ini secara

lebih mendalam lagi.

3. Dapat menambah khasanah bahan pustaka,

baik pada tingkat fakultas maupun

universitas, yang setiap saat dapat

dijadikan bahan bagi mahasiswa

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif,

yaitu bertujuan untuk memberikan gambaran

9

tentang pergeseran pola pekerja nelayan di

Desa Lemo Kecamatan Ampibabo Kabupaten

Parigi Moutong.Penggunaan metode kualitatif

karena untuk mendapatkan data yang rinci dan

mendalam dari informan.

2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini ada 2 yaitu:

a. Data primer, adalah data yang

diperoleh secara langsung di lapangan,

melalui tahapan observasi dan wawancara.

b. Data Sekunder, adalah data yang

diperoleh dari objek penelitian yang

berasal dari berbagai literature yang

tersedia baik dalam bentuk buku-buku,

dokumen-dokumen beserta sumber-sumber

ilmiah yang ada.

10

3. Teknik Pengumpulan Data

A. Observasi.

Observasi adalah pengamatan yang

dilakukan langsung di lapangan.Hal-hal

yang diamati adalah aspek kegiatan

masyarakat di desa lokasi, termasuk

kegiatan nelayan dan generasi mudah anak

dari nelayan dengan menggunakan catatan

pengamatan.

B. Wawancara

Dalam melakukan wawancara, melakukan

wawancara mendalamdengan

mempertimbangkan aktivitas responden

untuk menggali informasidengan

menggunakan pedoman wawancara.

11

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa

Lemo Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi

Moutong Sedangkan fokus penelitian ini

adalah keluarga nelayan, yaitu keluarga

yang kehidupannya didukung dari usaha

perikanan laut sebagai mata pencaharian

pokoknya.

5. Populasi dan penentuan informan

Populasi penelitian ini adalah seluruh

kepala keluarga di Desa Lemo yang bekerja

sebagai nelayan dengan jumlah kepala

keluarga sebanyak 70 KK.Dalam penelitian ini

yang diajukan sebagai informan kunci adalah

Kepala Desa Lemo.Selanjutnya data

dikumpulkan dari informan dengan menggunakan

purpose sampling dengan menentukan sebanyak 7

12

KK untuk dijadikan sebagai informan.Akan

tetapi jumlah informan dimungkinan untuk

bertambah tergantung pada kebutuhan data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Berkaitan dengan penyusunan hasil studi

(sesuai tujuan penelitian) ke dalam skripsi,

maka penulis melakukan tekhnik analisis data

melalui serangkaian langkah berikut:

1. Mengumpulkan data baik data primer maupun

data sekunder,

2. Megorganisasikan data-data yang relevan

dengan tujuan penelitian yang berhubungan

dengan Pergeseran pola pekerjaan nelayan

serta implikasi pembagian kerja dalam

kehidupan keluarga nelayan di Desa Lemo,

3. Menganalisi data dengan menggunakan

metode kualitatif deskritif,

13

4. Mengevaluasi data yang diperoleh untuk

mengetahui kekurangan data yang

dibutuhkan,

5. Penulisan dalam bentuk hasil penelitian.

E. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang

selanjutnya dirinci lagi ke dalam beberapa sub

bab. Adapun sistematika isi dari skripsi ini

adalah sebagai berikut :

Bab satu, pendahuluan yang berisi tentang

latar belakang masalah, permasalahan, tujuan

dan kegunaan penelitian, metode penelitian

serta sistematika pembahasan.

Bab dua, kerangka acuan teori yang memuat

pendapat para ahli yang meliputi pergeseran

pola pekerjaan nelayan, pengertian masyarakat

nelayan dan perubahan sosial.

14

Bab tiga, deskripsi lokasi penelitian yang

mengemukakan sekilas sejarah singkat Desa

Lemo keadaan geografis dan demografis, serta

potensi sosial ekonomi dan budaya.

Bab empat merupakan bab hasil dan

pembahasan. Pada bab ini penulis

mengetengahkan sub judul yakni latar belakang

pergeseran pola pekerjaan nelayan di Desa

Lemo Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi

Moutong serta prospek pekerjaan yang

ditekuni mantan nelayan.

Bab lima adalah Penutup, yang terdiri dari

seluruh rangkaian pembahasan skripsi yaitu

kesimpulan dan saran-saran. Selain itu

dilengkapi dengan daftar dan lampiran-

lampiran yang ada hubungannya dengan

penulisan skripsi.

15

BAB II

KERANGKA ACUAN TEORI

A. Pengertian Masyarakat Nelayan

1. Masyarakat

Manusia adalah mahluk yang selalu hidup

secara berkelompok atau bermasyarakat

sehingga saling membutuhkan satu sama lain.

Ini didorong oleh adanya motivasi untuk

berhubungan dengan orang lain, sebab

seseorang sadar bahwa ia tidak dapat hidup

tanpa bantuan dari pihak lain. Dengan

adanya perasaan yang saling membutuhkan

antar manusia (secara individual), maka

kecenderungan paling pasti adalah

terbentuknya suatu kehidupan yang

16

disepakati untuk dijadikan suatu institusi

atau lembaga yang teratur untuk mengurus

kehidupan secara bersama-sama untuk tujuan

bersama pula.

Beberapa ahli berpendapat bahwa karena

masyarakat merupakan suatu barang yang

gaib, fiktif dan hanya ada dalam gambaran

saja sehingga ia tidak dapat ditentukan

menurut waktu dan tempatnya, maka dengan

segala kejadian dalam masyarakat terjadi

pada masyarakat itu sendiri.

Shadily 1983 : 47 mengatakan bahwa :

“Masyarakat adalah golongan besar atau

kecil terdiri dari beberapa manusia, yang

dengan atau karena sendirinya bertalian

secara golongan dan pengaruh mempengaruhi

satu sama lain”.

17

Kehidupan dalam bermasyarakat

seringkali digambarkan sebagai kehidupan

yang rumit, banyak liku-liku yang harus

ditempuh dan dipecahkan.Memang demikian

halnya, karena masyarakat sering pula

digambarkan sebagai lembaga yang banyak

mengandung samaran. Beberapa dari samaran

kadang-kadang mengerikan dan beberapa yang

lain malah mendorong atau memberikan

kelegaan atau jaminannya dari berbagai

kewenangan. Beberapa diantaranya ada yang

merupakan tantangan bagi manusia dan

pembentukan kepercayaan diri.Apa yang

diharapkan baik dengan tujuan yang telah

digariskan malah menimbulkan akibat atau

resiko dan sebaliknya. Semua ini memberikan

suatu lambang kognitif bagi manusia, bahwa

dalam kehidupan dalam bermasyarakat,

18

manusia hendaknya mempergunakan akal

sehatnya, mentalnya yang baik, dan

melakukan pendekatan-pendekatan dan

penyesuaian-penyesuaian, agar apa yang

tersamar dapat diperjelas, sehingga apa

yang menjadi tujuan dapat dicapai dengan

penuh kelancaran tanpa ada hambatan dan

gangguan.

P.J. Bouman 1976 : 32 mengatakan bahwa:

“Masyarakat adalah pergaulan hidup yang

akrab antara manusia dipersatukan dengan

cara tertentu oleh hasil-hasil

kemasyarakatan mereka”.

Jika demikian halnya, maka masyarakat

itu selain wujudnya sebagai bentuk

perserikatan antara individu untuk

menetralisasi hasrat sosial yang ada, juga

ditujukan untuk menetralisasi keinginan

19

bersama dalam kelompok sosial yang sifatnya

lebih permanen.

Dan untuk sesuai dengan batasan yang

telah diketengahkan di atas, dapat

diperoleh suatu pengetahuan bahwa

masyarakat adalah kelompok manusia yang

bersatu dalam suatu tempat tertentu guna

mewujudkan hasrat-hasrat kemasyarakatan

yang terkoordinasikan.

Sementara itu Lee(dalam G. Kartasapoetra

dan LBJ. Keirmers, 1987 : 124) menyatakan

bahwa :

“Masyarakat adalah sebagai suatu

mekanisme yang dikemudikan oleh orang-orang

bijaksana”.

Yang dimaksud dengan orang bijaksana

ialah orang yang karena mental, pengalaman

kecerdasan yang cukup dapat membedakan mana

20

yang baik dan mana yang buruk, dimana hal-

hal yang baik itulah yang mendasari segala

perilaku dan keputusan-keputusannya,

demikian ia dapat mengajak yang salah

menuju pada kebenaran.

Selain pengertian di atas, masyarakat

merupakan mekanisme suatu korporasi yang

sangat besar atau satu birokrasi pemerintah

yang demikian besar. Tiap orang bekerja dan

akan bekerja dalam suatu kantor atau

pabrik, mengerjakan tugas-tugas yang dapat

dimengerti serta mempercayakan masalah-

masalah kebijaksanaan pada kemudian orang-

orang yang bijaksana, seperti halnya para

ahli keuangan, para teknisi yang mengetahui

seluk beluk manajemen dan para pemimpin

serikat tenaga kerja yang tahu akan

tanggung jawabnya.

21

Dasar dari kebijakan ini adalah

kemampuan-kemampuannya dalam mengatasi dan

menyelesaikan masalah-masalah

kemasyarakatan. Peranan-peranannya telah

banyak dirasakan oleh orang banyak sebagai

peranan yang membawa kedamaian, kemajuan

dan perkembangannya. Tetapi suatu

kebijaksanaan atau orang-orang yang

dianggap bijaksana tidak berarti bahwa

mereka harus bebas dari kontrol,

kebijaksanaan apapun jika demikian pada

akhirnya bukan akan menguntungkan, tetapi

malah akan sebaliknya.

Maka jelaslah bahwa terbentuknya

masyarakat karena adanya dorongan hasrat

anggota-anggotanya untuk hidup bersatu,

hidup bersama yang mempunyai tempat atau

daerah tertentu dalam jangka waktu yang

22

lama, dan masing-masing anggotanya saling

berhubungan satu sama lainnya, baik setiap

tingkah laku maupun perbuatan. Perhubungan

antara manusia-manusia ini adalah tumbuhan

dari proses masyarakat yang menunjukkan

rapat renggangnya serta jauh dekatnya

antara seseorang dengan yang lain antara

golongan.

2. Nelayan

Mengulas tentang kehidupan nelayan,

jelas tidak dapat lepas dari istilah ;

laut, danau, sungai, manusia dan segala

perlengkapan hidupnya, bahkan bermata

pencahariannya semata dengan air dan

isinya. Sebab seseorang dapat dikatakan

sebagai nelayan apabila ia telah melakukan

aktivitasnya di laut, di danau atau di

23

sungai. Jadi manusia adalah pelaku

(subjek), sedangkan alam adalah objeknya.

Di dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun

1985 tentang perikanan, menekankan pada

salah satu pasalnya, sebagai

berikut:“Nelayan adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan penangkapan

ikan.Petani ikan adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan pembudidayaan

ikan”.

Selanjutnya dalam pasal 1 UU nomor 9

tahun 1985 itu juga mengimplisitkan

penjelasan, bahwa usaha perikanan adalah

semua usaha perorangan atau badan hukum

untuk menangkap atau membudidayakan ikan,

termasuk kegiatan-kegiatan menyimpan,

mendinginkan, atau pengawetan ikan untuk

tujuan komersial.

24

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

nelayan dapat diartikan orang perorangan

atau sekelompok orang yang pekerjaannya

berhubungan dengan laut dan penangkapan

ikan yang tujuannya adalah untuk

melangsungkan hidupnya. Sejalan dengan

penjelasan tersebut, pengertian nelayan

lebih dipertegas oleh definisi yang dikutip

dari Ensiklopedi Indonesia, di bawah ini :

“Nelayan adalah orang secara aktif

melakukan kegiatan penangkapan ikan, baik

secara langsung (seperti para penebar dan

penarik jaring, nahkoda kapal bermotor,

ahli mesin kapal, juru masak kapa penangkap

ikan), sebagai mata pencaharian”.

Di dalam komunitas nelayan juga terdapat

tingkatan sosial, yang dalam hal ini dapat

dilihat melalui kepemilikan alat penangkap

25

ikan, sehingga hasil yang dicapai oleh

seorang nelayan tidak sama dengan yang

lainnya. Bagi yang memiliki modal besar

dapat mengupayakan peralatan modern,

sedangkan yang tidak memiliki alat produksi

melangsungkan kegiatan sebagai nelayan

biasa, bahkan bekerja pada nelayan yang

memiliki modal. Misalnya saja nelayan yang

bekerja pada pemilik bagang.

2.2. C. Perubahan Sosial

Pada dasarnya setiap masyarakat dalam

hidupnya akan mengalami perubahan-perubahan.

Perubahan itu akan dapat diketahui, apabila

dilakukan perbandingan, artinya menelaah suatu

keadaan masyarakat pada waktu tertentu dan

kemudian membandingkan dengan keadaan

masyarakat itu pada masa yang lalu. Perubahan

dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan

26

suatu proses yang terus menerus, artinya bahwa

setiap masyarakat pada hakekatnya akan

mengalami perubahan itu, akan tetapi perubahan

antara masyarakat yang satu dengan masyarakat

yang lain tidak selalu sama, ada masyarakat

yang mengalaminya lebih cepat dibanding

masyarakat lainnya. Perubahan-perubahan dalam

masyarakat, menyangkut hal yang kompleks, oleh

karena itu perubahan Sosial pada dasarnya tidak

dapat diterangkan oleh dan berpegang pada

faktor tunggal.

Dengan demikian banyak faktor yang membuat

masyarakat itu berubah sehingga tidak dapat

diterangkan dengan suatu formula yang

sederhana.Oleh karena demikian itu dapat

dikatakan bahwa tidak ada suatu teori yang

bersifat sistematis dalam perubahan itu yang

27

bisa menjawab semua pertanyaan yang berhubungan

dengan fenomena ini.

Perubahan sosial yang terjadi dewasa ini

berlangsung sedemikian cepat dan luas. Pada

tingkat perkembangan tertentu berjalan agresif

sebagai akibat munculnya inovasi baru

berkualitas tinggi mendorong proses perubahan

terjadi begitu pesat.

Dalam proses perubahan ada dua faktor yang

saling berkaitan, yakni faktor yang diubah dan

faktor yang mengubah dan perubahan itu mengarah

pada suatu perbaikan yang mampu memanfaatkan

perubahan tersebut.

Shadily1983 : 18 mengatakan bahwa:

“Perubahan selalu menuju kepada perbaikan

bagi mereka yang tangkas dan membuang segala

apa yang tidak berguna, selanjutnya berpengaruh

dalam pemikiran kemajuan itu tadi, dalam rangka

28

ini kemajuan dalam abad atom ini hendaknya

dinilai”.

Dari teori tersebut penulis dapat memahami

lebih dalam tampak bahwa yang menjadi

penekanannya adalah kemampuan seseorang untuk

memanfaatkan perubahan itu, perubahan mana yang

kemudian mempengaruhi segi-segi lainnya dari

struktur masyarakat dan kemampuan memanfaatkan

perubahan-perubahan tersebut akan mengantar

masyarakat pada suatu keadaan yang

menguntungkan.

Bagaimanapun harus diakui dimana perubahan

masyarakat adalah suatu perubahan nilai-nilai,

pola tingkah laku, susunan masyarakat serta

seluruh aspek kehidupan yang ada dalam

masyarakat yang mengalami perubahan. Pemikiran

ini dilatarbelakangi batasan pengertian yang

29

dikemukakan oleh Soemardjan (dalam Soekanto,

2000 : 258), sebagai berikut :

“Perubahan Sosial adalah segala perubahan

yang terjadi pada lembaga-lembaga masyarakat di

dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem

sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai,

sikap dan pola perilakunya diantara kelompok-

kelompok masyarakat”.

Dari sisi lain Moor (dalam Laurer, 1989 :

134)berpendapat bahwa sehubungan teori yang

memadai mengenai perubahan itu harus merangkum

pertanyaan-pertanyaan pokok berikut ini :

“ -Faktor apa yang telah mengalami perubahanitu;

- Sejauh manakah perubahan itu terjadi;- Bagaimana kecepatan itu berlangsung;

- Kondisi-kondisi apakah yang terdapat sebelumdan sesudahperubahan itu terjadi;

- Apakah yang terjadi selama transisi itu;- Stimulus-stimulus apakah yang mendorong

terjadinya perubahan itu;- Melalui mekanisme apakah perubahan itu

terjadi;

30

- Melalui mekanisme apakah yang menimbulkankestabilan pada suatu titik tertentu dalamperubahan itu; dan

- Dapatkah manusia menentukan arah dariperubahan itu”.

Perubahan-perubahan di dalam masyarakat

sering dipersoalkan dengan perubahan

kebudayaan.Ada pendapat bahwa perubahan sosial

itu berbeda dari perubahan kebudayaan, dengan

menyatakan bahwa perubahan sosial itu meliputi

perubahan-perubahan dalam aspek struktur dari

masyaraka, sedangkan perubahan kebudayaan

meliputi hanya perubahan-perubahan pada

kebudayaan itu saja.Perubahan yang diajukan ini

pada dasarnya bersifat teknis, karena di dalam

situasi-situasi tertentu benar-benar tidak

mungkin untuk menentukan tipe perubahan yang

terjadi.

Walaupun secara otomatis kedua konsep itu

dapat dibedakan, tetap olah karena tidak ada

31

masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan

tidak ada kebudayaan menjelma di luar atau

bukan pada masyarakat, maka sebenarnya di dalam

kehidupan sehari-hari acapkali tidak mudah

untuk menentukan dimana letaknya garis pemisah

antara masyarakat dan kebudayaan.Garis pemisah

di dalam kenyataan hidup antara perubahan

kemasyarakatan dan perubahan kebudayaan, lebih

sukar lagi ditegaskan.Biasanya antara kedua

gejala itu dapat ditemukan hubungan timbal

balik sebagai sebab akibat.Dalam suatu

masyarakat baik yang telah atau belum

berkembang, perubahan selalu terjadi.Karena

pada dasarnya setiap orang mempunyai keinginan

yang berbeda-beda.Keadaan seperti ini sering

dijumpai dalam suatu masyarakat, oleh karena

itu adanya ketidaksesuaian antara mereka yang

akhirnya menimbulkan konflik yang dapat

32

menyebabkan lahirnya ide-ide atau gagasan-

gagasan baru bagi kehidupan kelompok masyarakat

tersebut.Bagi setiap masyarakat memang

perubahan mutlak terjadi, tinggal bagaimana

masyarakat tersebut mengarahkan kemana

perubahan yang diinginkan.Untuk lebih jelasnya

kutipan dibawah ini menjelaskan arti perubahan

sosial.

Moore(dalam Laurer, 1989 : 4) mengatakan

bahwa :

“Perubahan sosial sebagai perubahan penting

dari struktur sosial, dan yang dimaksud dengan

struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan

interaksi sosial”.

Moore(dalam. Laurer, 1989 : 5) memasukkan

ke dalam definisi perubahan sosial berbagai

ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai

dan fenomena kultural. Jelas definisi demikian

33

itu serba mencakup. Lebih lanjut dikemukakan

lagi bahwa :

“Perubahan sosial sebagai variasi atau

modifikasi dalam setiap aspek proses sosial,

pola sosial dalam bentuk-bentuk sosial serta

setiap modifikasi pola antar hubungan yang

mapan dan standar perilaku”.

Semua bentuk perubahan dapat berbentuk

radikal maupun perbahan yang lambat.Bagaimana

dahsyatnya perubahan tergantung dari lingkungan

dan manusia sendiri. Sehubungan dengan ini

sering dilupakan bahwa dalam hidup tidak semua

norma berbentuk serentak, melainkan bahwa

sesuai dengan sifat manusia selalu ada

kebutuhan manusia yang tidak berubah, di

samping itu terdapat beberapa perubahan yang

berlangsung lebih cepat dari pada yang lain,

juga bahwa beberapa kelompok lebih mudah

34

menyesuaikan diri dari pada kelompok yang lain.

Sering dilupakan adanya interdependensi dan

korelasi antara bagian-bagian yang berubah

seperti juga antara kelompok yang satu dengan

kelompok yang lain.

1. Pergeseran Pola Pekerjaan Nelayan

Kenyataan pada saat ini bahwa pekerjaan

sebagai nelayan yang dulu kita ketahui

bersama merupakan salah satu mata

pencaharian yang cukup menjanjikan dan masih

banyak digeluti oleh masyarakat di Indonesia

yang berdomisili di pinggir pantai atau di

sekitar pantai, pada saat sekarang ini

sebagian telah menjadi kenangan dan

pekerjaannya telah beralih kepekerjaan lain

oleh karena berbagai sebab.

“Sungguh ironis bahwa dengan sumber daya

laut yang luar biasa, nasib nelayan seakan

35

diam ditempat.Secara normatif seharusnya

hidup dalam kesejahteraan. Namun

kenyataannya, sebagian masyarakat pesisir

masih merupakan masyarakat tertinggal

dibandingkan dengan komunitas masyarakat

lain. Hal ini disebabkan karena tingkat

pendidikan mereka masih rendah. Masa depan

kelestarian pengelolaan potensi kelautan

kita membutuhkan kearifan dan sumber daya

manusia yang memiliki kompetensi untuk

mengelola dan memanfaatkannya”.

“(http://www.bung-hatta, info tulisan, hlm 1 tanggal

19 januari 2006)”

Kondisi seperti yang digambarkan di atas

memang tidak bisa dipungkiri sama sekali dan

itulah yang menyebabkan banyak kalangan

nelayan dengan berat hati terpaksa hengkang

dari profesi sebagai nelayan seraya mencari

36

jenis pekerjaan lainnya yang menurut mereka

akan lebih bagus dari pekerjaan sebagai

nelayan, sekalipun dengan pekerjaan yang

baru tidak bisa dijadikan sebuah jaminan

yang pasti.

Dengan demikian pergeseran pola

pekerjaan nelayan di Desa Lemo Kecamatan

Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong tidak

disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi

banyak faktor yang terakumulasi menjadi

satu, yang seakan memaksa para kaum nelayan

untuk beralih profesi menjadi buruh agar

kebutuhan ekonomi mereka tetap

tertanggulangi.

37

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Desa Lemo.

Sejak terlepasnya dari penjajahan kolonialisme

Belanda dan jepang, Kampung lemo Distrik Ampibabo

termaksud kampung yang luas dan memliki penduduk

yang memadai. Kampung lemo Distrik Ampibabo

perkembangan penduduknya maju dengan begitu pesat,

mata pencaharian penduduk antara lain bertani,

(bercocok tanam) dan perikanan (nelayan). Pada

dasamya peralatan yang digunakan, masi menggunakan

alat tradisional, karena pada masa itu masyarakat

masih berpendidikan Sekolah Rakyat (SR). Kampung

Lemo dikenal dengan masyarakatnya suka dan senang

38

bercocok tanam serta menanam buah-buahan, dimana

buahbuahan tersebut banyak ditanam tumbuhan Lemon

yang biasanya kita kenal dengan BahasaIndonesianya

Jeruk.

Kepala distrik Ampibabo (Dance Talago)

memintakan nama yang cocok untuk kampong yang baru

ini sesuai hasil musyawarah dari pada pemuka-

pemuka masyarakat, bahwa kampong yang baru ini

diberi nama kampong Lemo yang diambil dari nama

sejenis buah-buahan yang tumbuh di kampung

tersebut.

Dengan resminya kampung Lemo pada tahun 1957

yang dipimpin oleh kepala kampong (DB Sultan) maka

beliau menghimbau kepada masyarakat untuk hidup

saling berdampingan, gotong royong di dalam

membangun suatu desa, serta memerlukan tenaga yang

berpendidikan.

pada saat itu Kepala Kampung (DB Sultan) amat

sayang kepada seluruh masyarakat dan melaksanakan

roda pemerintahan dengan penuh rasa tanggung

39

jawab. kampong Lemo berubah status menjadi Desa

Lemo pada tahun 1969.

Seiring dengan perkembangan zaman, desa Lemo

pada tahun 1973 kepala desa DB Sultan berakhir

masa jabatannya dengan digantikan kepala dsa yang

baru. adapun nama-nama kepala desa yang yang

pernah menjabat antara lain:

1. DB Sultan (1957-1966)

2. Taha Bahorima (1967-1970)

3. N. Kasadi (1970-1974)

4. Daud H. Laoge (1975-1979)

5. Yunus Hi. Yoto (1979-1982)

6. Sa’al Usman (1983-1987)

7. Aedi T Isa (1987-1991)

8. Ilham Dg Marocca (1991-1998)

9. Asiz Ibrahim (1999-2004)

10. Drs. Badrin Saleh (2004-2006)

11. Kisman DB. Sultan (2007-2009)

12. Dg Marempe DB Sultan (2009-sekaramg)

40

B. Keadaan Geografis.

secara geografis, desa Lemoterletak

dikecamatan Ampibabo kabupaten Donggala dengan

luas wilayah 51,93 km. orbitasi jarak dan pusat

pemerintahan desa Lemo adalah sebagai berikut:

- jarak dari pusat pemerintahan kecamatan adalah1,50 km

- jarak dari ibukota kabupaten 140 Km

- jarak dari ibukota propinsi 93 Km

Desa Lemo kecamatan Ampibabo terbagi menjadi

4 (empat) dusun dengan 6 RT. adapun batas-batas

wilayah desa Lemo adalah sebagai berikut:

a. sebelah utara berbatasan dengan desa Buranga

b. sebelah selatan berbatasan dengan desaAmpibabo

c. sebelah barat berbatasan dengan gunung

41

Toibangka

d. sebelah timur berbatasan dengan laut teluktomini

C. Keadaan Demografis.

Penduduk Desa Lemo berdasarkan data statistik

desa berjumlah 2.764 jiwa. Jumlah tersebut jika

dirinci berdasarkan jenis kelamin, hasilnya dapat

dilihat dalam tampilan tabel berikut ini.

Tabel. 1Penduduk Desa Lemo Dirinci Menurut Jenis Kelamin

No Jenis KelaminPenduduk

Jumlah Jiwa Persentase1 Laki-laki 967 432 Perempuan 1059 57

Jumlah 2026 100%Sumber : Data Sekunder, 2012

Selain penduduknya cenderung mengalami

pertumbuhan yang cukup signifikan setiap tahunnya,

penduduk Desa Lemo juga semakin heterogen, flural

dan majemuk, tergambar sebagaimana layaknya penduduk

Indonesia. Kemajemukan penduduk Desa Lemo tersebut

sangat dimungkinkan oleh karena hadirnya lembaga

pendidikan sebagaimana

diketengahkan sebelumnya. Lembaga pendidikn adalah

42

pusat pendidikan bagi seluruh warga negara

Indonesia tanpa membedakan suku bangsa, agama dan

golongan. Karenanya tidak perlu heran jika penduduk

Desa Lemo terdiri dan Bugis, Jawa, Gorontalo,

Manado, Bali, Kaili, Mandar, Batak, Ambon dan

sebagainya.

`Jumlah penduduk Desa Lemo seperti tertera dalam

tabel terbagi dalam beberapa wilayah pemukiman yang

terbagi dalam delapan dusun dan masing-masing

dusun terdiri dari : dusun I 129 jiwa, dusun II 187

jiwa, dusun III 274 jiwa, dusun IV 220 jiwa, dusun

V 282 jiwa, dusun VI 369 jiwa, dusun VII 383 jiwa

dan dusun VIII 182 jiwa.

D. Potensi Ekonomi dan Sosial Budaya.

1. Mata Pencaharian.

Penduduk Desa Lemo memiliki pekerjaan atau

mata pencaharian yang beragam. Keragaman mata

pencaharian tersebut dimungkinkan oleh karena

lapangan kerja dan usaha yan tersedia di desa

tersebut juga cukup beragam. Data yang penulis

peroleh pada Kantor Desa Lemo hingga saat ini mata

pencaharian atau pekerjaan yang banyak ditekuni

oleh masyarakat adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil

43

sebanyak 46 orang, wiraswasta/pedagang 36 orang,

swasta 29 orang, petani 820 orang, nelayan 143

orang, peternak 6 orang, industri rumah tangga 10

orang, montir 5 orang, pensiun PNS, 3 orang.

Data mengenai penduduk Desa Lemo dirinci

menurut jenis pekerjaan, dapat dilihat dalam tabel

berikut ini.

Tabel. 2Penduduk Desa Lemo Dirinci Menurut Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa Persentase1 Pegawai Negeri Sipil

(PNS)46 4

2 Nelayan 143 13

3 Wiraswasta/Dagang 36 34 Tani 820 775 Peternak 6 0,86 Montir 5 0,77 Pensiunan 3 0,58 Buruh industri 10 1

Jumlah 1069 100%Sumber : Data Sekunder, 2012 Dari data tersebut dapat dikemukakan

bahwa masyarakat desa Lemo sebagian besar adalah

petani

2. Pendidikan.

Mengenai keadaan penduduk di Desa Lemo

44

dirinci berdasarkan tingkat pendidikan, berikut

diketengahkan dalam bentuk tabel.

Tabel. 3Penduduk Desa Lemo DirinciMenurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase1 Taman kanak-kanak 157 11,6

2 SD/Sederajat 626 46,13 SLTP/Sederajat 331 24,44 SLTA/Sederaj at 130 9,65 Diploma 39 36 Sarjana 75 5,3

Jumlah 1358 1 0 0 %Sumber : Data Sekunder, 2012.

Untuk mendukung kegiatan pendidikan di Desa

Lemo, terdapat srana dan prasarana pendidikan berupa:

3 (tiga) buah Taman Kanak-Kanak (TK), 4 (empat) buah

Sekolah dasar (SD).3. Agama.

Pada umumnya penduduk Desa Lemo memeluk ajaran

Islam, yakni mencapai 99% dari jumlah penduduk

secara keseluruhan. Besarnya penduduk yang memeluk

agama Islam tersebut tentu tidak terlepas dari

penduduk etnis Kaili sebagai penduduk asli yang

beragama Islam, ditambah lagi dengan hadirnya

penduduk dari luar yang juga sebagian besar pemeluk

45

ajaran Islam.

Data berikut ini akan menjelaskan penduduk Desa

Lemo dirinci menurut agama dan jumlah pemeluknya.

Tabel. 4Penduduk Desa Lemo Dirinci

Menurut Agama dan Jumlah Pemeluknya

No Jenis Agama Jumlah Jiwa Persentase1 Islam 2004 992 Protestan 14 0,73 Hindu -4 Bu dh a

-5 Katolik 8 0,3Jumlah 2.026 100%

Sumber : Data Sekunder, 2012.

Untuk mendukung aktivitas peribadatan pada

masyarakat Desa Lemo, terdapat beberapa buah Masjid

serta gereja bagi umat Kristiani.

46

BAB IV

ANALISIS PERGESERAN POLA PEKERJAAN NELAYANDI DESA LEMO

A. Latar Belakang Pergeseran Pola Pekerjaan Nelayan.

Sekitar dupuluh tahun silam menurut

informasi yang penulis peroleh bahwa Desa Lemo

termasuk salah satu desa yang masyarakatnya

berprofesi sebagai nelayan cukup besar dengan

produksi ikan yang sangat memadai setiap harinya,

sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan

ikan laut pada waktu itu dan dibuktikan melalui

banyaknya pedagang ikan yang berjualan dari rumah

kerumah penduduk, khususnya di Desa Lemo itu

sendiri. Besarnya masyarakat yang berprofesi

sebagai nelayan pada waktu itu dikarenakan oleh

berbagai faktor, antara lain. Potensi ikan di Teluk

Tomini sekitar tahun tersebut masih tergolong besar

dengan areal tangkapan yang tidak terlalu jauh dan

tepi pantai, sehingga dengan peralatan yang

47

sederhana sudah bisa memperoleh hasil tangkapan

yang memadai. Selain itu pencari ikan (nelayan)

rata-rata masih menggunakan alat tangkap yang

sangat sederhana, seperti pancing atau kail dan

pukat biasa, karenanya produksi ikan yang diperoleh

juga sangat terbatas.

Pada sisi yang lain nelayan yang menekuni

aktivitasnya pada saat itu memang masih tergolong

sebagai pekerjaan yang cukup menjanjikan karena

hasil produksi cukup memadai. Selain dikonsumsi

sendiri, juga banyak yang diperjual belikan untuk

kepentingan kehidupan keluarga. Lalu di Desa Lemo

itu sendiri tidak ada jenis pekerjaan lain yang

memungkinkan kaum nelayan pada saat itu hijrah dan

pekerjaannya.DiDesa Lemo pada waktu pekerjaan

masyarakat yang sangat tepat adalah sebagai nelayan,

belum ada bangunan gudang, belum ada pabrik-pabrik

dan belum ada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan

tenaga kerja yang memberikan peluang kepada

masyarakat beralih pekerjaan.

Situasi yang selalu berubah, dari tahun ke

tahun, penduduk Desa Lemo semakin terbuka

pemikirannya untuk bisa lebib berkembang, searah

48

dengan tuntutan zaman, apalagi di desa itu sendiri

terbuka peluang-peluang kerja dan berusaha, baik di

sektor formal maupun di sektor informal, sehingga

lambat laun penduduk Desa Lemo sudah mulai mendapat

stimulus untuk beralih ke jenis pekerjaan lainnya,

walaupun jenis pekerjaan tersebut belum tentu bisa

merubah kehidupannya sebagaimana layaknya ketika ia

masih berprofesi sebagai nelayan. Karena terbukti

saat ini banyak masyarakat yang dulunya sebagai

nelayan, lalu berpindah ke jenis pekerjaan lainnya

seperti menjadi buruh pada perusahaan rotan atau

menjadi tukang ojek, namun kehidupannya tetap saja

seperti sediakala. Namun tidak bisa dipungkiri pula

bahwa banyak diantaranya, karena beralih ke jenis

pekerjaan (meninggalkanpekerjaan sebagai nelayan)

kemudian ia berhasil, misalnya menjadi tukang dan

berdagang kecil-kecilan yang hasilnya kini sudah

dirasakan.

Beralihnya pekerjaan pada sebagian

masyarakat di Desa Lemo dari nelayan ke jenis

pekerjaan lainnya tentu pula didasarkan atas

keinginan untuk merubah status sosial ekonominya,

mengingat selama ini kehidupan seorang nelayan

49

kadang kala diidentikkan dengan kemiskinan

sehingga mereka termotivasi untuk segera hengkang

dari pekerjaannya sebagai nelayan lalu beralih ke

jenis pekerjaan lainnya.

Untuk mengetahui latar belakang pergeseran

pola pekerjaan nelayan di Desa Lemo, berikut

penulis mengetengahkan beberapa tabel.

Tabel. 5Lamanya responden berhenti sebagai nelayan

No Jawaban responden f %1 Kurang lebih setahun

yang lalu3 43

2 2-3 tahun yang lalu 2 28,53 Diatas 5 tahun yang lalu 2 28,5

Jumlah 7 100%Sumber : Data primer, diolah 2013.

Proses peralihan pola kerja nelayan di

Desa Lemo sebagaimana data yang ditampilkan di

atas, ternyata cukup bervariasi. Dari sejumlah 7

nelayan yang diwawancarai memberikan keterangan

antara lain: sebanyak 2 responden (28,5%) yang

mengatakan bahwa beralih ke pekerjaan yang lain

terjadi sekitar 2- 3 tahun yang lalu. Kemudian

sejumlah 2 responden (28,5%) yang mengatakan

bahwa proses peralihan pekerjaan terjadi sejak

sekian lama (di atas dari 5 tahun yang lalu).

50

Sementara itu sejumlah 3 responden (43%) yang

mengatakan bahwa beralih ke jenis pekerjaan yang

lain dan meninggalkan pekerjaan sebagai nelayan

dilakukan setahun yang lalu.

Peralihan pekerjaan dari nelayan ke jenis

pekerjaan lainnya bagi nelayan di Desa Lemo,

sebetulnya bukanlah menggelisahkan bagi mereka

oleh karena pada umumnya mereka rata-rata

melakukan penjajakan terlebih dahulu, jenis

pekerjaan apa yang bisa dilakukan setelah mereka

berhenti dari nelayan. Itulah sebabanya sehingga

setelah nelayan (responden) meninggalkan pekerjaan

nelayan, ia sudah mendapatkan pekerjaan lain dan

tidak menganggur, sekalipun jenis pekerjaan baru

yang ditekuninya tidak selamanya dapat memberikan

tambahan nilai yang signifikan bagi nelayan itu

sendiri. Selain itu ternyata nelayan yang mengaku

meninggalkan pekerjaannya dan beralih ke jenis

pekerjaan lainnya, ternyata tidak dilakukan

sepenuhnya oleh karena saat-saat tertentu masih

sering turun ke laut. Alasanya sekedar untuk

hiburan, mengingatkan kembali kemasa lalu.

Kegiatan itu dilakukan bagi nelayan yang masih ada

51

peralatannya, karena sebagian dan nelayan yang

sudah beralih profesi sudah menjual peralatannya

ke nelayan yang lain, baik nelayan yang ada di

desa Lemo, maupun nelayan dan luar.

Sementara itu perbedaan waktu nelayan

beralih profesi ternyata ditentukan pula oleh

keputusan yang diambil. Nelayan tidak mau gegagah,

tetapi harus dikonsultasikan dcngan pihak keluarga

utamanya istri dan anak, sehingga kelak jika

terjadi apa-apa tidak ada yang perlu disesali

karena merupakan keputusan bersama atau keputusan

keluarga. Responden tidak berkeinginan untuk

mengambil resiko dalam arti meninggalkan pekerjaan

yang sudah ada sekalipun hasilnya minimal lalu

berpindah ke jenis pekerjaan lainnya yang belum

tentu mampu mengangkat status sosial dan kehidupan

ekonomi mereka. Dari keterangan-keterangan

responden terscbut selanjutnya pekerjaannya

sebagai nelayan dan beralih ke jenis pekerjaan

lainnya yang jawabannya dapat dilihat dalam tabel

berikut ini

Tabel. 6Alasan responden beralih ke jenis pekerjaan lain

52

No Jawaban responden f yo1 Sudah tidak mampu lagi

melaut2 28,5

2 Semakin sulit untuk ditekuni

1 14,33 Daya dukung peralatan

yang tidak memadai4 57,2

Jumlah 7 100%Sumber : Data primer, diolah 2013.

Data yang tersaji dalam tabel di atas

menjelaskan bahwa responden beralih dan pekerjaan

sebagai nelayan ke pekerjaan lainnya oleh karena

daya dukung peralatan sebagai nelayan yang tidak

memadai. Keterangan tersebut diperoleh dan

sejumlah 4 responden (57,2%). Ternyata daya dukung

yang responden maksudkan adalah sangat kompleks.

Antara lain peralatan dalam bentuk perahu yang

menurutnya sudah puluhan tahun namun tidak bisa

diganti, sehingga perahu yang dimiliki sudah

sangat tua, sudah bocor disana sini sehingga

ketika dipakai melaut memakan waktu dan bahkan

menyita waktu untuk mengeluarkan air dari dalam

perahu dan itu ikut mempengaruhi kecilnya

tangkapan. Sebagian juga perahu sudah lapuk dan

menghawatirkan untuk dioperasionalkan secara

rutin. Sulitnya lagi karena tidak bisa mengganti

nya jika mengharap basil tangkapan yang diperoleh

53

setiap kali melaut. Demikian juga alat yang lain

seperti pancing dan pukat yang saat ini harganya

cukup mahal, sehingga sulit dijangkau.

Daya dukung berikutnya yang dimaksudkan

responden adalah kondisi laut Teluk Tomini yang

saat ini semakin menurun populasi ikan, khususnya

bagi nelayan kecil seperti di Desa Lemo dengan

peralatan yang sangat tradisional, daya jangkau

sangat terbatas.

Keterangan dari beberapa responden seperti

diketengahkan di atas, disimpulkan oleh salah

seorang diantaranya (Usnawan yang kini sudah

beralih menjadi tukang kayu) keterangannya berikut

ini:

"Mungkin suatu saat nelayan di Desa Lemo yangtergolong nelayan kecil ini akan hilang olehkarena berbagai penyebab antara lain, pada umumnyanelayan di desa ini agaknya sulit untuk berkembangkarena tidak memiliki modal usaha yang memadai.Salah satu contoh perahu yang merupakan peralatanutama untuk seorang nelayan, rata-rata sudahberumur tua. Sudah lapuk, sudah bocor bahkan adayang sama sekali tidak bisa lagi dimanfaatkan. Maudiganti yang ba' dimana bisa mendapatkan uanguntuk membelinya, sementara harganya sekarangsudah mencapai jutaan rupiah satu buah. Jikamengharap hasil tangkapan (produksi) lalu maumembeli sebuah perahu agaknya hanya sekedar angan-angan atau cita-cita belaka dan tidak mungkin akanterwujud. Hasil tangkapan setiap kali melaut,syukur-syukur jika ada yang bisa dijual. Biasanyauntuk dikonsumsi sendiri saja kadang tidak cukup

54

dan itu lebih sering. Sering ada keinginan untukmeminjam, namun meminjam kemana juga tidak tahuserta tidak berani karena mereka rata-rata tidakmemiliki harta atau suratsurat penting yang dapatdijadikan agunan di Bank. Dari pada mengharap masadepan yang tidak jelas (sebagai nelayan), makasebelumnya lebih baik mencari atau mencoba beralihke jenis pekerjaan lain. (Hasil wawancara, 2013 ).

Selanjutnya sejumlah 1 responden (14,3%)

yang mengatakan bahwamereka beralih ke jenis

pekerjaan lain oleh karena sebagai nelayan semakin

sulit untuk ditekuni. Kelima responden ini

menjelaskan bahwa yang mereka maksudkan sulit

ditekuni adalah karena ternyata beberapa tahun

terakhir ini produksi ikan (hasil tangkapan)

sangat dirasakan semakin menurun. Pekerjaan

sebagai nelayan semakin sulit untuk ditebak

bagaimana ke depan, sementara kebutuhan setiap

saat juga semakin meningkat. Dalam rangka itulah

sehingga saat ini telah banyak nelayan yang ada di

Desa Lemo beralih ke jenis pekerjaan atau mata

pencaharian yang lainnya.

Sebanyak 2 responden (28,5%) yang mengatakan

55

bahwa mereka beralih ke jenis pekerjaan yang lain

oleh karena sudah tidak mampu lagi melaut, usia

sudah tua dan tenaga semakin menurun. Saat ini

responden tersebut lebih banyak berada di rumah

seraya menjaga dan melayani para pembeli yang

datang ke kios, karena memiliki kios kecil dengan

menjual beberapa kebutuhan hidup sehari-hari.

Rangkaian pembahasan yang diketengahkan dalam

sub bab ini, selanjutnya ditanyakan kepada para

responden berapa lama mereka menekuni pekerjaan

sebagai nelayan kemudian beralih ke jenis

pekerjaan lainnya, diperoleh jawaban yang cukup

beragam; mulai dari 5 tahun sampai dengan di atas

15 tahun. Bahkan ada responden yang mengaku bahwa

mereka sudah menjadi nelayan pada usia mereka

masih berada pada 10 tahunan. Jawabannya yang

lebih kongkrit dapat dilihat dalam tabel pada

halaman selanjutnya.

Tabel. 7Lamanya responden menekuni Pekerjaan sebagai nelayan.

56

No Jawaban responden f %1 Kurang dari 5

tahun1 14,3

2 Sekitar 5 —10tahun

3 42,853 Di atas dari

15 tahun3 42,85

Jumlah 7 100%Sumber : Data primer, diolah 2013.

Umumnya responden mengakui bahwa mereka

berhenti menjadi nelayan dan beralih ke jenis

pekerjaan lainnya sekitar 5 — 10 tahuh yang lalu.

Keterangan tersebut diperoleh dan sejumlah 3

responden (42,85%). Ketika penulis menelusurinya,

memang sekitar tahun-tahun tersebut banyak

lapangan kertja baru yang tercipta di Desa Lemo

dan sekitarnya banyak terbuka lapangan kerja, baik

di sektor formal maupun informal. Misalnya saja

sekitar tahun tersebut lapangan kerja di bidang

jasa ojek mulai dirintis satu demi satu di Desa

Lemo, sehingga masyarakat banyak yang mulai

menekuninya karena ternyata memberi peluang dalam

rangka peningkatan pendapatan masyarakat yang

dapat menopang kehidupan ekonominya. Selain itu

pedagang besar, seperti toko, pedagang kayu juga

mulai mengembangkan usahanya di sana, sehingga

lagi-lagi peluang kerja terbuka. Dengan demikian

57

maka ada hubungan yang sangat sifnifikan antara

peluang kerja yang terbuka (diluar sektor nelayan)

dengan peralihan jenis pekerjaan nelayan di Desa

Lemo itu sendiri.

Selanjutnya sejumlah 3 responden (42,85%)

yang mengatakan bahwa mereka beralih ke jenis

pekerjaan lain dan meninggalkan pekerjaan sebagai

nelayan di atas 15 tahun yang lalu.

Kemudian sebanyak 1 responden (14,3%) yang

mengatakan bahwa beralih jenis pekerjaan dan

nelayan ke jenis pekerjaan lainnya dilakukan

sekitar 5 tahun yang lalu. Responden ini mengaku

bahwa beralih ke jenis pekerjaan lainnya dan

meninggalkan pekerjaan nelayan oleh karena selain

pengaruh teman, juga diakui pekerjaan sebagai

nelayan sudah tidak menjanjikan lagi, khususnya

nelayan di Desa Lemo.

Ternyata data yang diperoleh dan hasil

penelitian menunjukkan bahwa responden yang telah

beralih pekerjaan, jenis pekerjaan yang dituju

seperti tukang jasa, dan pekerjaan serabutan

58

lainnya hampir semua mengatakan berhasil

meningkatkan penghasilannya bila dibanding ketika

masih bekerja sebagai nelayan. Pada sisi lain

beralihnya pekerjaan para nelayan ke jenis

pekerjaan yang lainnya ternyata sudah mereka

pikirkan sebelunmya bahwa tidak akan menimbulkan

penyesalan di masa datang. Hal itu dapat dilihat

dan keterangan para responden yang mengaku bahwa

dan sebanyak 7 informan hanya 1 orang saja yang

agaknya menyesal beralih pekerjaan. Pada saat

penulis menelusurinya apa alasan sehingga menyesal,

responden tersebut enggan memberikan keterangan

atau berkomentar. Yang bisa penulis komentari

adalah bahwa ternyata responden ini, berhenti dari

pekerjaan sebagai nelayan namun tidak mendapatkan

pekerjaan yang lain yang menurutnya layak,

sebagaimana dengan mantan nelayan lainnya yang saat

ini telah mendapatkan pekerjaan yang lebih layak

dan cukup berhasil. Bagi responden lainnya yang

memberi keterangan tidak menyesal, memang setiap

harinya terlihat melakukan aktivitasnya dengan

cukup bagus, sehingga dapat diasumsikan bahwa

pekerjaan yang ditekuninya cukup memadai.

59

Mengenai jenis pekerjaan apa yang saat ini

dikerjakan responden setelah meninggalkan pekerjaan

sebagai nelayan, datanya dapat dilihat dalam tabel

berikut ini.

Tabel. 8jenis pekerjaan yang ditekuni responden saat ini

No Jenis pekerjaan f • %1 Tukang 2 282 Buruh 2 283 Jasa 3 44

Jumlah 7 100%Sumber : Data primer, diolah 2013.

Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa

setelah nelayan di Desa Lemo beralih ke jenis

pekerjaan lainnya, ternyata sektor jasa yang

terbesar yakni mencapai 44%. Hal ini menurut

pengamatan penulis tidak terlepas dari mudahnya

pekerjaan tersebut ditekuni serta banuyaknya

pemilik kendaraan bermotor yang ada di Desa Lemo

yang bisa dimanfaatkan untuk jenis pekerjaan ojek

dimaksud. Walaupun pada mulanya kebanyakan para

pengojek ini tidak memiliki motor sendiri (disewa)

dari pemilik motor lain dengan cara penentuan

setoran/hari. Saat ini pengojek tersebut sudah

60

banyak memiliki motor ojek sendiri yang diperoleh

dari pembelian secara angsur dari dealer motor yang

ada di Ampibabo.

Sebanyak 2 responden (28%) yang mengaku

bahwa setelah berhenti menjadi nelayan, beralih ke

jenis pekerjaan sebagai tukang (Kayu dan batu).

Kemudian masing-masing 2 responden (28%) yang

mengatakan bahwa setelah pekerjaan nelayan

ditinggalkan, ia beralih menjadi buruh dan jenis

pekerjaan lainnya. Buruh yang ditekuni responden

saat ini adalah menjadi pelayan pada toko bangunan

yang ada di ibukota kecamatan yakni di Ampibabo,

dengan upah dan gaji yang cukup memadai. Selain

menjadi buruh, ia juga sesekali menjadi pengantar

barang pesanan dari pihak pembeli barang sehingga

upah atau gaji yang diperoleh cukup memadai. Untuk

jenis pekerjaan lain yang responden maksudkan

adalah penyedia tempat usaha seperti Warnet, Konter

penjualan HP dan kios kecil dan sebagainya yang

saat ini memang cukup berkembang di Kecamatan

Ampibabo.

Kemana peralatan para nelayan yang kini

sudah beralih ke jenis pekerjaan lain dan

61

peralatannya tidak dibutuhkan lagi, jawabannya

dapat disimak dalam tabel berikut ini.

Tabel. 9Peralihan kepemilikan peraiatan nelayan responden

No Jenis pekerjaan F %1 Diberikan kepada

saudara/keluarga yang masih nelayan

3 44

2 Dijual kepada nelayan lain

2 28

3 Sudah tidak bisa dipakailagi

2 28Jumlah 7 100%

Sumber : Data primer, diolah 2013.

Sejumlah 3 responden (44%) yang mengatakan

bahwa peralatan yang dimiliki pada saat masih

menekuni pekerjaan sebagai nelayan ketika beralih

ke jenis pekerjaan diberikan kepada saudara atau

keluarga yang masih bertahan dan menekuni kegiatan

sebagai nelayan di Desa Lemo. Alasan responden ini

mengalihkan peralatannya kepada sanak saudaranya

sederhana saja yakni bisa sesekali mendapat bagian

basil tangkapan dan manfaatnya sangat terlihat,

dari pada alat tersebut harus dijual kepada pihak

lain tentu berbeda.

Selanjutnya sebanyak 2 responden (28%) yang

memberikan keterangan bahwa peralatan yang dimiliki

sama sekali sudah tidak bisa difungsikan lagi. Itu

62

pulalah sebenarnya yang ikut mendorong responden

untuk segera mencari dan menemukan jenis pekerjaan

lain, meninggallcan pekerjaannya sebagai nelayan.

Jika tidak responden pasti akan kesulitan karena

sumber kehidupannya tidak dapat diharap lagi.

Sebanyak 2 responden (28%) yang mengaku

bahwa alat nelayan mereka semuanya sudah dijual.

Begitu mereka sudah menemukan jenis pekerjaan lain,

peralatannya seperti perahu kecil, alat tangkap

berupa jala dan pancing juga langsung dilego. Uang

dari penjualan peralatan nelayan selanjutnya

dijadikan modal clasar dalam usaha lain yang

dikembangkannya.

Dengan demikian ccukup jelas bahwa latar

belakang peralihan pekerjaan responden dari pekerja

sebagai nelayan ke jenis pekerjaan lainnya dilatari

oleh berbagai faktor antara lain; sudah tidak mampu

lagi melaut karena kondisi usia yang sudah tua,

rentan terhadap resiko tinggi, kemudian areal

jangkauan yang semakin sulit dan jauh serta daya

dukung peralatan yang sama sekali sudah tidak bisa

lagi difungsikan secara optimal.

B. Kehidupan Sosial Ekonomi Mantan Nelayan.

63

Seperti telah disinggung pada penjelasan

terdahulu bahwa saat ini responden hidup dari

berbagai mata pencaharian yang ditekuninya dan

ternyata pekerjaan yang ditekuni saat ini pada

umumnya pada sektor informal bukan sektor formal

seperti Pegawai Negeri Sipil. Hal itu disebabkan

karena responden yang pernah menekuni pekerjaan

sebagai nelayan tidak memiliki tingkat pendidikan

ataupun keterampilan yang memadai dan karena itu

pekerjaan yang dapat dijangkau setelah berhenti

menjadi nelayan juga pada sektot informal. Mereka

tidak dapat berkompetisi untuk mendapatkan peluang

kerja di sektor formal dengan upah yang memadai.

Secara sosial responden faham bahwa sekalipun

telah meinggalkan pekerjaan sebagai nelayan dan

beralih ke jenis pekerjaan yang lain, namun hubungan

antara sesama mereka senantiasa tetap terjaga dengan

baik. Tidak saja antar sesama mantan nelayan, tetapi

juga dengan komunitas barunya. Responden sangat

menyadari bahwa kehidupan ini tidak mungkin akan

64

berjalan dengan baik tanpa terjalinnya dengan baik

pula hubungan sosial diantara sesama mereka.

Sebanyak 7 responden yang dijadikan sasaran

dalam penelitian ini ketika penulis meneliti seraya

mewawancarainya mengenai hubungan sosial antara

sesama mantan nelayan dan dengan teman yang masih

menekuni pekerjaan sebagai nelayan yang merupakan

wujud kehidupan sosial diperoleh keterangan

sebagaimana tergambar dalam tabel berikut ini.

Tabel. 10Hubungan Sosial antar sesama responden

No Jawaban responden F %1 Sering 4 572 Jarang 3 433 Tidak pernah 0 0

Jumlah 7 100%Sumber : Data primer, diolah 2013.

Sebanyak 4 responden (57%) yang

memberikan keterangan kepada penulis bahwa

hubungan sosial diantara sesama mantan nelayan

ataupun dengan komunitas barunya senantiasa

berjalan seperti biasa, tidak ada perubahan

sekalipun berbeda jenis pekerjaan yang sekarang

ini ditekuninya. Responden mengakui bahwa

65

hubungan sosial seperti itu selalu dijaga oleh

karena berbagai hal yang bisa muncul akibat

terbangunnya dengan baik hubungan sosial

dimaksud. Dengan hubungan sosial bisa jadi

menjadi jalan terpecahkannya sebuah persoalan

yang dihadapi, bisa juga menjadi jalan masuknya

rezeki dan menjadi jalan untuk saling bertukar

pikiran dan sebagainya. Karena itulah dalam

sosiologi diketahui bahwa hidup ini tidak

mungkin ada tanpa adanya jalinan atau hubungan

sosial masyarakatnya. Seseorang tidak bisa

bertahan hidup tanpa bantuan atau dukungan dan

orang lain. Tidak ada manusia yang bisa hidup

sendiri tanpa berdampingan dengan manusia atau

individu lainnya.

Keseringan responden malakukan hubungan

sosial, menyebabkan mereka masih sangat akrab

satu sama lain, mengingatkan mereka masa-masa

masih aktif sebagai nelayan, apalagi secara

geografis mereka masih berada satu wilayah bahkan

masih ada diantara mereka yang berdekatan tempat

tinggal dan berdekatan lokasi pekerjaan atau

memiliki tempat kerja yang sama.

66

Sementara terhadap nelayan yang masih

aktif respondenpun tetap menjaga dan membangun

hubungan sosial yang harmonis, alasannya sama

dengan alasan yang diberikan sebelumnya.

Responden mengakui bahwa berubah pekerjaan boleh-

boleh saja, tetapi hubungan sosial tidak boleh

berubah.

Sebanyak 3 responden (43%) yang

mengatakan bahwa hubungan sosial diantara mereka

sudah jarang dilakukan, khususnya terhadap para

nelayan dan mantan nelayan yang ada di Desa Lemo.

Penelitian meunjukkan bahwa responden ini bekerja

di sektor buruh pada perusahaan, sehingga waktu

mereka sangat tersita di pekerjaannya. Pagi

berangkat kerja dan pulang pada malam hari,

setrelah tiba di rumah sudah merasa lelah, lalu

istirahat sehingga sangat sedikit waktu yang

tersisa untuk melakukan komunikasi atau hubungan

sosial. Namun responden ini tetap menyadari bahwa

hal itu terjadi karena tuntutan pekerjaan yang

membutuhkan waktu yang lebih. Jika tidak pihak

perusahaaan juga tidak segan-segan memberikan

sanksi. Misalnya jika terlambat masuk kerja akan

67

mendapat potongan upah, demikian juga jika pulang

belum waktunya, apalagi tanpa alasan yang jelaas,

juga akan mendapat sanksi.

Wujud hubungan sosial, khususnya antaara

sesama mantan nelayan yang kini telah memiliki

profesi yang berbeda antara lain dengan melalui

kerjasama seperti arisan yang dilakukan setiap

sekali dalam sebulan. Bentuk hubungan kerjasama

seperti ini jelas akan menjadikan individu yang

satu dengan individu yang lainnya tidak akan

putus hubungan sosialnya, paling tidak sekali

sebulan pasti mereka bertemu. Bentuk kerjasama

tersebut ternyata dilakukan sejak dua tahun

terakhir.

Sementara secara ekonomi, kondisi para

mantan nelayan yang saat ini memiliki profesi

yang berbeda dapat digambarkan melalui beberapa

penampilan tabel berikut ini.

Tabel. 11Perbandingan antara pekerjaan nelayanDan pekerjaan yang ditekuni sekarang

No Jawaban responden f %1 Lebih bagus nelayan 0 02 Lebih bagus pekerjaan

sekarang6 86

68

3 Sama saja 1 14Jumlah 7 100%

Sumber : Data primer, diolah 2013.

Responden mengakui bahwa jika dibandingkan

pekerjaan sebagai nelayan dengan pekerjaan yang

ditekuninya sekarang ini relatif lebih bagus.

Data tersebut diperoleh dari pengakuan sejumlah 6

responden (86%). Alasan responden sehingga

mengatakan pekerjaan sekarang lebih bagus antara

lain: pendapatan yang diperoleh relatif sedikit

di atas rata-rata dibadingkan ketika masih

bekerja sebagai nelayan. Pekerjaannya sekarang

langsung bisa dilihat dalam wujud uang yakni berupa

gaji atau berupa pembayaran jasa yang diperoleh.

Sementara pada saat menjadi nelayan, untuk menjadikan

uang hasil tangkapan butuh proses. Selain itu

pekerjaan yang ditekuninya sekarang tidak harus

berjemur dimata hari yang terik atau dihantam badai

hujan dan angin kencang. Diantara responden ini, salah

seorang yang memberikan keterangan secara rinci kepada

penulis yang penuturannya berikut ini.

"Jika dibandingkan pekerjaan dulu dan sekarang, memangsedikit lebih menungtungkan dengan pekerjaan yang sayatekuni sekarang ini (pengusaha kios). Kelebihannyapekerjaan yang saya tekuni sekarang adalah: pertama,tempat kerja tetap berada di sekitar rumah, tidak

69

perlu kena sengatan mata hari atau hantaman ombakbesar dan hujan deras di tengah laut. Pekerjaansekarang cukup duduk seraya menjaga pembeli datangsetiap saat sudah bisa memperoleh uang dan ituberlanjut setiap hari. Hal ini bukan berartimengecilkan pekerjaan saya sebelumnya sebagai nelayan,karena nelayan juga telah saya rasakan dan juga bisamenghidupi keluarga kami. Persoalannya saya sudahtidak lagi melaut, selain karena peralatan yang sudahtidak lagi mendukung, usia kami juga tergolong tua dantidak mungkin lagi ke laut yang membutuhkan tenagalebih". (Hasil wawancara, 2013).

Sebanyak 1 responden (14%) yang mengatakan bahwa

pekerjaan yang ditekuninya saat ini, jika dilihat

dari aspek penghasilan (pendapatan) yang diperoleh

menurutnya tidak berbeda. Yang berbeda hanya dari

sisi perlakuan serta tingkat kepastian terhadap

pekerjaan yang pemah dan sedang ditekuninya. Jika

dulu sebagai nelayan hasil yang dicapai tidak pemah

menentu bahkan sangat sulit untuk mengetahuinya

dengan pasti. Orang sering menjadikan ukuran bahwa

nelayan itu sangat mengenal musim ikan dan bukan

musim ikan. Hal itu hanya dalam tatanan teori saja,

karena temyata yang sangat menentukan di sini adalah

peralatanserta kondisi cuaca yang ada. Misalnya

musim ikan tiba, tetapi tidak disangka secara

tiba-tiba angin kencang datang menghembus, hujan

deras atau arus yang keras, maka pada saat itu

nelayan tidak bisa berbuat banyak, kecuali pulang

70

dengan tangan kosong. Belum lagi dengan

terbatasnya peralatan yang dipakai, misalnya

perahu kecil dengan daya jangkau yang sangat

terbatas, mengakibatkan nelayan di Desa Lemo ini

tidak mampu berbuat banyak.

Akan tetapi pada saat nelayan tidak ada yang

perintah, bekerja bisa seenak sendiri, namun

sekarang bekerja pada sektor informal (karyawan

pada perusahaan) penuh dengan perintah dengan

waktu yang harus tepat, tidak bisa banyak alasan

apalagi tidak masuk kerja pasti akan ada

konsekuensinya. Karena itu intinya adalah bahwa

dari banyak hal perbandingan pekerjaan sebelumnya

dengan pekerjaan sekarang sama saja.

Sehubungan dengan jenis pekerjaan yang

ditekuni responden sekarang ini, penulis meneliti

mengenai tingkat pendapatan yang diperoleh serta

pemanfaatan hasil pendapatan dimaksud. Jawaban

yang diperoleh kelihatan ada perbedaan antara

responden yang satu dengan responden yang lainnya.

Hal ini tentu saja memungkinkan dimana jenis

pekerjaan responden sendiri yang berbeda satu

dengan yang lainnya. Demikian juga halnya dengan

71

pemanfaatan basil yang diperoleh juga berbeda

antara responden yang satu dengan responden yang

lainnya. Mulai dari upaya penambahan modal usaha

sampai hanya sekedar untuk bisa memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Lebih jelasnya dapat dilihat

dalam tampilan tabel pada halaman berikut.

Tabel. 12Tingkat pendapatan responden/bulan

No Jawaban responden F %1 Rp. 500.000 — Rp.

750.0001 14

2 Rp. 750.000 — Rp. 1.000.000

2 283 Rp. 1.000.000 ke atas 4 58

Jumlah 7 100%Sumber : Data primer, diolah 2013.

Melihat tingkat pendapatan responden

sebagaimana dalam tabel di atas menunjukkan sebuah

tingkat pendapatan yang masih relatif rendah yakni

berkisar atara Rp.500.000 sampai dengan

Rp.1.000.000 ke atas. Namun tingkat pendapatan

tersebut adalah tingkat pendapatan yang bersih dan

pasti dalam setiap bulannya, sehingga dalam

kekurangan tetap diupayakan untuk dicukupkan.

Pada umumnya responden berpendapatan sekitar

Rp.1.000.000 ke atas. Data tersebut diperoleh dari

72

sejumlah 4 responden (58%). Kemudian ada juga yang

mengaku bahwa pendapatan dalam sebulan bisa

mencapai Rp.1.500.000/bulan dari hasil keuntungan

kios yang diolahnya.

Untuk responden yang berpendapatan antara

Rp.750.000 — Rp.1.000.000/bulan adalah mereka yang

bekerja sebagai karyawan di perusahaan kayu atau

rotan di ibu kota kecamatan . Khusus responden

yang bekerja di sektor jasa tersebut mengaku bahwa

tingkat pendapatan yang diperoleh itu hanya jika

dihitung secara rata-rata oleh karena sering

memperoleh pendapatan kaget, misalnya ketika

ditugaskan oleh majikan untuk mengantar barang ke

berbagai pelanggan yang ada di kecamatan Ampibabo

maupun sampai di ibukota Kabupaten.

Kemudian sebanyak 1 responden (14%) yang

mengatakan bahwa tingkat rata-rata pendapatan

mereka dalam sebulan hanya berkisar antara

Rp.500.000 — Rp.750.000/bulan. Responden ini adalah

bekerja sebagai buruh bangunan dengan tidak

menentu, sehingga pendapatannyapun masih relatif

sangat rendah.

Pada umumnya responden mengaku bahwa terdapat

73

perbedaan tingkat pendapatan ketika mereka masih

berprofesi sebagai nelayan dengan pekerjaan yang

ditekuninya sekarang ini, tanpa mengecilkan arti

pekerjaan sebagai nelayan, jujur mereka akui bahwa

pekerjaan nelayan adalah pekerjaan yang

penghasilannya tidak pernah pasti, apalagi dengan

peralatan yang dimiliki oleh rata-rata nelayan yang

ada di Desa Lemo yang relatif sangat sederhana.

Jangkauan terbatas sehingga praktis tingkat

produksi yang diperoleh juga sangat terbatas.

Hasil pendapatan responden tersebut kemudian

dimanfaatkan untuk keperluan apa, penelitian yang

dilakukan diperoleh hasil sekaligus jawaban dari

pertanyaan dimaksud. Jawabannya dapat dilihat dalam

tampilan tabel berikut ini.

Tabel.Peruntukan Pendapatan Responden

No Jawaban responden f %1 Tabungan - -2 Penambahan modal usaha - -3 Kebutuhan sekolah anak-

anak4 57

4 Kebutuhan rumah tangga 3 43Jumlah 7 100%

Sumber : Data primer, diolah 2013.

74

Nampaknya responden sangat memperhatikan

mengenai pendidikan anak-anaknya. Hal itu

dibuktikan dengan keseriusan mereka berusaha dan

hasilnya diperuntukkan pada kebutuhan sekolah

anak-anaknya. Data tersebut diperoleh dari

sejumlah 4 responden (57%). Keterangan lebih jauh

dari responden tersebut adalah bahwa mereka

berusaha secara maksimal agar anak-anakya memiliki

tingkat pendidikan yang memadai, tidak mau

mewariskan anak-anaknya pendidikan yang rendah

karena alasan ekonomi. Responden tidak mau

pengalaman yang pernah dilalui juga dirasakan

anak-anaknya kelak. Tidak menghendaki anak-anaknya

menjadi nelayan atau menjadi buruh bangunan atau

sebagai pekerja di sektir informal lainnya dengan

upah atau gaji yang sangat pas-pasan. Responden

menyadari bahwa pendidikan adalah sebuah investasi

masa datang yag jauh lebih tinggi nilainya

ketimbang hanya memiliki uang tapi tidak memiliki

sekolah.

Hal itulah yang menurut responden menjadi

motivasi besar untuk selalu berusaha agar hasilnya

dapat dimanfaatkan pada pendidikan anakanaknya yang

75

merupakan pewaris masa depan, baik terhadap

keluarga maupun terhadap bangsa dan negara. Jika

tidak memiliki pendidikan yang memadai, bagaimana

mungkin ia bisa mengatur dirinya sendiri, apalagi

mengatur masyarakat bangsa dan Negara

Selanjutnya sejumlah 3 responden (43%) yang

mengatakan bahwa pendapatan yang diperoleh dari

hasil kerja dan usahanya diperuntukkan pada

pembelian kebutuhan rumah tangga. Baik kebutuhan

primer maupun kebutuhan sekunder.

C. Prospek Pekerjaan Yang Ditekuni Mantan Nelayan.

Beragamnya mata pencaharian dan lapangan

kerja serta usaha yang digeluti oleh para responden

(mantan nelayan) menyebabkan memiliki prospek yang

berbeda pula. Ada responden yang mengatakan bahwa

apa yang dikerjakan saat ini memiliki prospek masa

datang yang cukup bagus, ada juga responden yang

mengatakan bahwa prospek pekerjaan mereka tidak bisa

diketahui atau digambarkan secara pasti, ada juga

responden yang mengemukakan bahwa prospek

pekerjaannya tidak menjanjikan.

76

Pendapat yang diketengahkan responden

tersebut masing-masing memiliki alasan tertentu dan

didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu

pula. Misalnya responden yang bekerja di sektor

perusahaan (sebagai karyawan) menurutnya

pekerjaannya tidak memiliki prospek yang bagus

dengan alasan bahwa sektor ini semakin hari semakin

mengalami kemerosotan, mengingat yang diolah di

dalam perusahaan tersebut adalah kayu yang saat ini

bahan bakunya semakin sulit untuk diperoleh Dapat

dikatakan umumnya alasan responden adalah bahwa

sektor informal yang ditekuni saat ini adalah

sektor yang jarang bahkan hampir tidak perah

mendapat perhatian dan pemerintah. Sektor usaha

atau pekerjaan yang jarang memperoleh bantuan atau

perhatian dari pemerintah, menurut responden adalah

sektor yang selalu sulit untuk diketahui masa depan

aatau prospeknya.

Lebih jauh keterangan responden mengenai

prospek pekerjaan yang ditekuninya, berikut penulis

gambarkan dalam bentuk tabel.

Tabel. 14Prospek Pekerjaan/Lapangan Usaha Responden

77

No Jawaban responden f %1 Cukup bagus 5 712 Kurang bagus - -3 Tidak bagus - -4 Tidak tahu 2 29

Jumlah 7 100%Sumber : Data primer, diolah 2013.

Umumnya responden cukup optimis dengan

pekerjaan yang ditekuninya sekarang memiliki masa

depan atau prospek yang bagus. Keterangan tersebut

diperoleh dari sejumlah 5 responden (71%).

Penelitian lebih jauh terhadap responden ini

diperoleh penjelasan bahwa apapun yang dikerjakan,

kita harus meyakininya bahwa masa depan pekerjaan

tersebut akan lebih bagus dari sekarang. Dengan

keyakinan seperti itu maka bisa menjadi dorongan

agar pekerjaan tersebut tetap dilaksanakan,

dilakoni seraya berdoa dan besyukur bahwa masih

banyak orang lain yang tidak memiliki pekerjaan.

Masih banyak orang lain di sekitar kita yang

menganggur entah kapan is bisa memperoleh

pekerjaan. Persoalan kemudian hari baik atau

tidak, prospeknya bagus ataupun tidak itu adalah

ketentuan dari Alllah SWT, kita sebagai manusia

hanya berusaha sekuat tenaga. Karena itu hasil dari

78

pekerjaan yang diperoleh harus elalu disyukuri

sebagai pertanda terima kaish kepada Sang Maha

Penentu rezeki. Banyak atau sedikit yang diperoleh

dari pekerjaan yang ditekuninya harus selalu

diyakini bahwa semua itu adalah ketentuan yang

sudah digariskan. Intinya adalah bahwa setiap usaha

yang dikerjakan, dikembangkan diupayakan agar usaha

tersebut benar-benar menjadi sebuah pekerjaan yang

bisa dijadikan sandaran hidup. Makanya dalam

bekerja juga harus sungguh-sungguh.

Sebanyak 2 responden (29%) yang mengatakan

bahwa mereka tidak tahu persis bagaimana masa depan

pekerjaan yang ditekuninya. Responden ini adalah

bekerja di perusahaan yang membuat mebel yang

menurutnya bahan bakunya tidak selalu ada, maka

jelas pada saatnya nanti perusahaan tempat mereka

bekerja pasti akan tutup karena sudah tidak punya

bahan baku lagi. Mereka meyakini itu berdasarkan

kenyataan yang ada saat ini dimana di Sulawesi

Tengah industri yang ber bahan baku kayu lambat

laun dan secara perlahan semakin redup. Hal itu

pasti akan berfkonsekuensi terhadap tenaga kerja

yang dipekerjakan. Pasti aada Pemutusan Hubungan

79

Kerja (PHK). Dengan kondisi seperti itu, tenth saja

masa depan atau prospek karyawan yang bekerja di

sektor tersebut semakin sulit diprediksikan.

BAB V

P E N U T U P

A. Kesimpulan.

Kesimpulan yang penulis ketengahkan berdasarkandata serta

analisis yang telah diketengahkan adalah sebagai berikut:

1. Latar belakang peralihan atau pergeseran

jenis pekerjaan responden dari nelayan ke jenis

pekerjaan lainnya antara lain: pertama: daya

dukung peralatan yang dimilikinya dianggap sudah

tidak layak lagi atau tidak memadai. Kemudian

pekerjaan semakin sulit untuk ditekuni sebagian

responden dan alasan lain adalah responden

sudah tidak mampu lagi melaut.

2. Kehidupan sosial ekonomi mantan nelayan di

Desa Lemo; secara sosial tergambar sebuah

kehidupan yang cukup bagus, kondusif, kerjasama

masih terjalin dengan baik. Kehidupan ekonomi

tergambar dengan adanya perubahan tingkat

pendapatan atau penghasilan yang ditekuninya

80

sekarang ini, sedikit berbeda dengan pendapatan

pada saat mereka masih berprofesi sebagai

nelayan. Perbedaan tersebut menyebabkan mereka

termotivasi untuk tetap menekuni kegiatannya

sekarang ini.

3. Prospek pekerjaan responden menggambarkan

adanya prospek atau masa depan yang bagus, yang

dinyatakan sebanyak 5 responden, sedangkan 2

orang yang masih belum mengetahui prospek dari

profesinya sekarang. Jadi prospek pekerjaan

yang ditekuni responden saat ini, setelah

beralih dari nelayan dapat dikatakan cukup bagus.

B. Saran - Saran.

1. Perlu upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat

yang diprakarsai oleh pemerintah, sehingga

masyarakat yang mengalami problema di bidang

pekerjaan dapat difasilitasi, mengingat masyarakat

tersebut merupakan salah satu sumber daya yang

dapat diperhitungkan.

2. Masyarakat yang telah memiliki lapangan kerja

atau lapangan usaha harus mampu memberi kesempatan

kepada satu tenaga kerja lain yang belum bekerja

81

untuk ikut bersama-sama dalam mengembangkan

lapangan usaha atau lapangan kerja yang

ditekuninya.

3. Mereka yang sudah terserap dalam lapangan

pekerjaan, apapun jenis pekerjaan tersebut harus

ditekuni secara sungguh-sungguh serta dimanfaatkan

dengan sebaik-baiknya dalam rangka upaya

peningkatan kesejahteraannya.

4. Setiap orang dapat saja melakukan dua jenis mata

penncaharian atau pekerjaan yang berbeda,

sepanjang pekerjaan tersebut sifatnya informal.

Jadi menjadi nelayan seraya memiliki usaha lain,

tetap saja dapat dilakukan. Karena pars responden

tetap saja bisa melakukan pekerjaan dulunya

sebagai nelayan, seraya menekuni pekerjaan lain

yang saat ini digelutinya. Tidal( harus

meninggalkan pekerjaan sebagai nelayan karena

pekerjaan tersebut bisa saja mendatangkan hasil

yang memadai, walaupun sebatas untuk dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA

Amaluddin, 1987. Kemiskinan dan Popularitas Sosial. Jakarta,

82

UI. Press.

Ankie, M.M. Hoogvelt. 1985. Sosiologi masyarakat sedang berkembang. Jakarta : Rajawali Pers.

Astrid S. Susanto, 1985. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta : Bina Cipta.

Bruce. J. Cohen. 1983. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Bina Aksara.

Cholil Mansyur. 1980. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya : Usaha Nasional.

Damsar. 1997 ,Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Rajawali Perss.

Durkheim, E.mile, 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Faisal Karsyono. 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Faisal Karsyono dan Josep F. Stepanek. 1985. Dinamika Pembangunan Pedesaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

G. Kartasapoetra, L.J B. Kreimers. 1987. Sosiologi Umum. Jakarta : Bina Aksara.

Greg Soetomo, 1997. Kekalahan Manusia Petani, Dimensi Manusia Dalam Pembangunan Pertanian. Bandung : Kanisius.

Hassan Shadily. 1983. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Him. 18. Jakarta : Bina Aksara.

Hendropuspito, 1989. Sosiologi Sistematik. Bandung : Kanisius.I Nyoman Beratha. 1982. Desa, Masyarakat Desa dan

Pembangunan Pedesaan. Jakarta : Ghali Indonesia.

J. B. A. F. Mayor Polak. 1981. Sosiologi Suatu Buku PengantarRingkas. Hlm. 386. Jakarta : Ikhtiar.

Kamanto Sunarto. 1983. Pengantar Sosiologi Sebuah Bunga Rampai. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

83

Kehidupan Masyarakat Nelayan Di Muncar, Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur. 1991. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Lexy J. Moleong. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Masri Singarimbun, Sofian Effendi (Ed). 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES.

Mubyarto. 1984. llmu Ekonomi dan Keadilan. Jakarta : Yayasan AgroEkonomi.

Mubyarto, dkk. 1984. Nelayan dan Kemiskinan, Studi Ekonomi Antropologi Di Dua Desa Petani. Jakarta : Yayasan Agro Ekonomi.

Norman Long. 1987. Sosiologi Pembangunan Pedesaan. Jakarta : Bina Aksara.

Robert H. Lauer. 1988. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Bina Aksara.

Sanapiah Faisal. 1989. Format-Format Penelitian Sosial.

Jakarta : Bina Aksara. Soerjono Soekanto. 2000. Sosiologi

Suatu Pengantar. Hlm. 55. Jakarta : Rajawali.

84

INSTRUMEN PENELITIAN(Kuesioner)

Judul : Studi Sosiologi Tentang Pergeseran Pola Pekerjaan Nelayan di Desa Lemo Kecamatan Palu Timur Kota Palu:

A. Identitas Responden :

1. Nama/inisial2. Jenis kelamin3. Umur4. Agama5. pendidikan

B. Materi Kuesioner.

1. Apakah benar Bapak/Ibu/Sdr pernah bekerja sebagai nelayan ?:

a.Yab.Tidak

2. Jika Ya, berapa lama Bapak/Ibu/Sdr menekuni pekerjaan tersebut ?:

a.Kurang lebih 5 tahunb.Kurang lebih 10 tahunc.Diatas 15 tahun.

3. Apakah Bapak/Ibu/Sdr sudah berhenti dari pekerjaan tersebut ?:

a.Sudah berhenti sama sekalib.Masih dikerjakan, tetapi tidak sepenuhnya lagic.Masih tetap seperti dulu.

4. Jika Bapak/Ibu/Sdr masih bekerja sebagai nelayan

85

tetapi sudah tidak sepenuhnya, apa maksudnya ?:a.Nelayah hanya pekerjaan temporer sajab.Nelayan hanya sebagai pekerjaan sampingan sajac.Tidak lagi dilakukan seperti sedia kala.

5. Jika Bapak/Ibu/Sdr berhenti dari pekerjaan nelayan, apa sebabanya ?:

a.Sudah tidak mampu lagi melautb.Sebagai nelayan di desa Lemo semakin sulitc.Daya dukung peralatan yang tidak memadai lagi.d.Alasan lain, sebutkan.........................

6. Sudah Berapa lama Bapak/Ibu/Sdr berhenti dari pekerjaan tersebut ?:

a.Kurang lebih setahun yang lalub.2-3 tahun yang laluc.Diatas 5 tahun yang lalu.

86

7. Jika pekerjaan sebagai nelayan tetap dilakukantetapi sebagai pekerjaan sampingan, apa pekerjaanpokok Bapak/Ibu/Sdr sekarang ini ?:a.Berdagang kecil-kecilanb.Bertukangc.Buruh pada perusahaand.Tukang ojeke.Pekerjaan lainnya, sebut..................

8. Apakah Bapak/Ibu/Sdr tidak menyesal berhenti sebagai nelayan ?:

a.Menyesalb.Tidak menyesalc.Jawaban lainnya, sebut....................

9. Menurut Bapak/Ibu/Sdr mana yang lebih bagusbekerja sebagai nelayan atau bekerja sepertiyanga ditekuni sekarang ini ?:a.Lebih bagus sebagai nelayanb.Lebih bagus dengan pekerjaan sekarangc.Sama saja.

10. Bagaimana hubungan Bapalc/ibu/Sdr dengan nelayanyang masih menekuni pekerjaannya sampaisekarang ?:a.Sudah jarang bertemub.Tetap seperti biasac.Sudah mengalami perubahan.

11. Setelah Bapak/Ibu/Sdr berhenti menjadi nelayan,kemana peralatan nelayan yang pernah dipakai ?:a. Diberikan kepada saudara/keluarga yang masih nelayanb.Dijual kepada nelayan lainc.Sudah tidak bisa dipakai sama sekali (rusak).

12. Berapa besar tingkat pendapatan Bapalc/ibu/sdrdari pekerjaan sekarang : Rp. 500.000 — Rp.750.000 Rp. 750.000 — Rp.1.000.000 Rp.1.000.000ke atas

13. Menurut Bapak/Ibu/Sdr, bagaimana kira-kira masadepan nelayan di Desa Lemo ini ?:a.Tidak menentub.Mungkin akan habis nantic.Tidak tahu.

86

87

14. Pada waktu Bapak/Ibu/Sdr masih menjadi nelayan,apakah tidak sering mendapat gangguan ?:a.Seringb.Jarangc.Tidak pernah.

15. Jika sering dalam bentuk apa ?:a. Pemakaian alat tangkap yang lebih bagus daerinelayan lainb.Adanya bagang apungc.Pemakaian jaring atau pukatd. Semakin ramainya pembangunan di sekitar pantai.

16. Apakah Bapak masih bermukim atau memiliki rumah di Desa Lemo ini setekah berhenti menjadi nelayan?:a.Yab.Tidak

17. Apakah Bapak/Ibu/Sdr memiliki rumah kost di desa Lemo ini ?:

a.Yab.Tidak

18. Sejak kapan rumah kost tersebut diadakan ?:a. Sejak masih bekerja sebagai nelayanb. Setelah berhenti menjadi nelayan

19. Apakah Bapak/Ibu/sdr memiliki anak yang masih melanjutkan pekerjaan sebagai nelayan di Desa Lemo ini ?:a. Ada anak tetapi tidak lagi menjadi nelayanb. Ada anak yang masih tetap melanjutkan pekerjaan nelayanc. Ada anak tetapi bekerja dengan jenis pekerjaan lain.

20. Menurut Bapak/Ibu/Sdr apa penyebabnya sehingga nelayan di desa Lemo ini semakin lama semakin berkurang ?:a. Generasi muda tidak mau lagi menjadi nelayanb. Pekerjaan nelayan tidak lagi menjanjikan kehidupan yang baikc. Nelayan di Desa Lemo Tidak disentuh oleh pemerintahd. Nelayan di Desa Lemo tidak didukung peralatanyang memadai

87

88

88