49
1 PENDAHULUAN Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan dunia memasuki generasi baru yaitu Generasi Z. Generasi Z adalah generasi anak pertama yang memiliki akses pada skala luas untuk teknologi komunikasi digital dalam bentuk ponsel, Wi-Fi, dan permainan computer interaktif dirumah mereka sendiri yang lahir sejak tahun 1995 hingga saat ini (Abram & Luther, 2004; Bassiouni& Hackley, 2014). Menurut Ekstrom (2007) mengemukakan bahwa anak-anak Generasi Z telah berpindah dari memiliki pester power yaitu kemampuan anak untuk membuat orang tuanya membeli sesuatu dengan menanyakan berulang kali hingga mendapatkan keinginannya menjadi expert power atau kemampuan ahli yaitu kemampuan anak yang memiliki pengetahuan setara dengan orang dewasa karena kepercayaan diri serta kemampuan mereka dalam mengakses teknologi komunikasi digital. Oleh Karena itu, anak-anak merupakan salah satu pasar potensial bagi perusahaan saat ini. Sejalan dengan itu, data dari Badan Pusat Statistik Kota Salatiga pada Tahun 2016 bahwa penduduk kota Salatiga yang berumur 0-14 tahun mencapai 40,4 ribu jiwa. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Williams (2005) dalam Downie dan Glazebrook (2007) menunjukkan bahwa anak-anak berusia 6 - 13 tahun menempati posisi unik bagi pemasar, karena usia mereka masih muda, masih dalam tahap pengembangan kemampuan kognitif, meningkatkan pengaruh keputusan konsumsi rumah tangga dan fakta bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi produk kembali di masa depan. Disamping itu, anak-anak juga memegang peranan penting dalam dunia pemasaran karena pasar anak-anak terdiri dari tiga pasar yaitu primary market, influencer market, dan future market. Anak sebagai primary market ketika dalam seluruh proses pembelian dilakukan oleh anak itu sendiri. Anak sebagai influence market ketika pembelian yang terjadi secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh anak seperti meminta kepada orang tuanya untuk membeli produk yang diinginkan. Anak sebagai future market jika dalam keberlangsungan sebuah produk, produk yang dijual tidak hanya berhenti pada pembelian anak-anak pada saat itu namun juga ketika anak-anak tersebut beranjak dewasa (Mc Nael, 1992 dalam Paramita dan Ihalauw, 2010). Berdasarkan hal tersebut, pasar masa depan (future market) merupakan salah satu pasar yang dapat dimanfaatkan pemasar untuk membangun loyalitas merek sehingga

T1_212014213_Full text.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

1

PENDAHULUAN

Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan dunia

memasuki generasi baru yaitu Generasi Z. Generasi Z adalah generasi anak pertama yang

memiliki akses pada skala luas untuk teknologi komunikasi digital dalam bentuk ponsel,

Wi-Fi, dan permainan computer interaktif dirumah mereka sendiri yang lahir sejak tahun

1995 hingga saat ini (Abram & Luther, 2004; Bassiouni& Hackley, 2014). Menurut

Ekstrom (2007) mengemukakan bahwa anak-anak Generasi Z telah berpindah dari

memiliki pester power yaitu kemampuan anak untuk membuat orang tuanya membeli

sesuatu dengan menanyakan berulang kali hingga mendapatkan keinginannya menjadi

expert power atau kemampuan ahli yaitu kemampuan anak yang memiliki pengetahuan

setara dengan orang dewasa karena kepercayaan diri serta kemampuan mereka dalam

mengakses teknologi komunikasi digital. Oleh Karena itu, anak-anak merupakan salah satu

pasar potensial bagi perusahaan saat ini. Sejalan dengan itu, data dari Badan Pusat Statistik

Kota Salatiga pada Tahun 2016 bahwa penduduk kota Salatiga yang berumur 0-14 tahun

mencapai 40,4 ribu jiwa. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Williams (2005)

dalam Downie dan Glazebrook (2007) menunjukkan bahwa anak-anak berusia 6 - 13 tahun

menempati posisi unik bagi pemasar, karena usia mereka masih muda, masih dalam tahap

pengembangan kemampuan kognitif, meningkatkan pengaruh keputusan konsumsi rumah

tangga dan fakta bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi produk

kembali di masa depan.

Disamping itu, anak-anak juga memegang peranan penting dalam dunia pemasaran

karena pasar anak-anak terdiri dari tiga pasar yaitu primary market, influencer market, dan

future market. Anak sebagai primary market ketika dalam seluruh proses pembelian

dilakukan oleh anak itu sendiri. Anak sebagai influence market ketika pembelian yang

terjadi secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh anak seperti meminta kepada

orang tuanya untuk membeli produk yang diinginkan. Anak sebagai future market jika

dalam keberlangsungan sebuah produk, produk yang dijual tidak hanya berhenti pada

pembelian anak-anak pada saat itu namun juga ketika anak-anak tersebut beranjak dewasa

(Mc Nael, 1992 dalam Paramita dan Ihalauw, 2010).

Berdasarkan hal tersebut, pasar masa depan (future market) merupakan salah satu

pasar yang dapat dimanfaatkan pemasar untuk membangun loyalitas merek sehingga

2

nantinya dimasa yang akan datang anak-anak tersebut dapat melakukan pembelian ulang

terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Loyalitas merek merupakan komitmen yang

dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk atau jasa yang

disukai secara konsisten di masa datang, sehingga menimbulkan pembelian merek yang

sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi

menyebabkan perilaku beralih merek (Tjiptono, 2005).

Menurut Maulana (2006) dalam Paramita dan Ihalauw (2010) mengatakan bahwa

kekuatan sebuah merek dapat diukur dari seberapa jauh suatu elemen dapat mengingatkan

konsumen terhadap pengalaman mengonsumsi merek tersebut. Untuk mengingat kembali

pengalaman konsumen setelah menggunakan merek tertentu, maka dibutuhkan sebuah

ingatan atau memory. Salah satunya yaitu autobiographical memory. Autobiographical

memory merupakan sebuah memori dari pengalaman sebelumnya yang akan disimpan

sebagai ingatan jangka panjang (Braun, Ellis, dan Loftus, 2002). Berdasarkan hal tersebut,

ketika konsumen mendapatkan pengalaman yang baik dari mengonsumsi suatu produk

maka ingatan tersebut akan disimpan sebagai ingatan jangka panjang yang akan berdampak

pada meningkatnya loyalitas merek.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dan Haryanto

(2011) yang meneliti autobiographical memory dengan kategori produk makan cepat saji

yaitu KFC (Kentucky Fried Chicken) menyatakan semakin kuat autobiographical memory

anak maka akan semakin kuat juga loyalitas merek anak tersebut. Namun penelitian yang

dilakukan oleh Veronica (2015) dengan kategori produk eskrim menyatakan bahwa

autobiographical memory tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas

merek. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa autobiographical memory

memiliki pengaruh yang berbeda untuk kategori produk makanan cepat saji dan eskrim.

Ada berbagai cara yang dapat perusahaan lakukan untuk menciptakan

autobiographical memory yang baik kepada konsumenya sehingga dapat meningkatkan

loyalitas merek, salah satunya yaitu iklan. Iklan merupakan bentuk komunikasi berbayar

dan teridentifikasi yang berasal dari sumber yang dirancang untuk membujuk penerima

untuk mengambil beberapa tindakan, sekarang atau masa depan (Shimp, 2010). Penelitian

yang dilakukan oleh Kurniawan dan Haryanto (2011) menyatakan bahwa semakin baik

iklan yang dimiliki perusahaan maka akan semakin kuat juga ingatan jangka panjang

3

(autobiographical memory) yang dimiliki pada anak. Disamping itu, iklan sebagai media

yang digunakan untuk memasarkan serta meningkatkan ingatan jangka panjang

(autobiographical memory) suatu produk juga dapat meningkatkan loyalitas merek, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Veronica (2015) menyatakan bahwa iklan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas merek dengan kategori produk eskrim. Namun

disisi lain, Penelitian yang dilakukan oleh Monika dan Prabowo (2013) dengan kategori

produk elektronik, menyatakan bahwa iklan tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas

merek. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa iklan dapat memperkuat

autobiographical memory seseorang dan meningkatkan loyalitas merek dalam kategori

produk eskrim namun dalam kategori produk elektronik iklan tidak memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap loyalitas merek.

Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan diatas, penelitian yang dilakukan oleh

Veronica (2015) bahwa iklan memiliki pengaruh terhadap loyalitas merek serta penelitian

yang dilakukan oleh Kurniawan dan Haryanto (2011) menyatakan bahwa ingatan jangka

panjang (autobiographical memory) memiliki pengaruh terhadap loyalitas merek maka

peneliti tertarik untuk modifikasi penelitian Veronica (2011) serta Kurniawan dan Haryanto

(2011) dengan menjadikan ingatan jangka panjang (autobiographical memory) menjadi

variabel intervening dengan kategori produk perawatan pribadi yaitu pasta gigi Pepsodent.

Menurut Top Brand Award 2017, pasta gigi Pepsodent masuk dalam peringkat

pertama sebagai pasta gigi terbaik mengalahkan pesaingnya yaitu Ciptadent, Close Up, dan

Formula yang ditujukan pada tabel .1 :

Merek TBI TOP

Pepsodent 78.7% TOP

Ciptadent 6.7%

Close Up 5.3%

Formula 5.2%

Tabel .1

Sumber : http://www.topbrand-award.com

Selain itu, strategi pemasaran Pepsodent dengan iklan yang banyak menggunakan

peran ayah dan anak sudah menjangkau 7 juta anak di lebih dari 250 kota di Indonesia pada

tahun 2015 (www.unilever.co.id). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji

pengaruh iklan terhadap autobiographical memory serta dampaknya terhadap loyalitas

4

merek (brand loyalty) dengan kategori produk perawatan pribadi yaitu pasta gigi

Pepsodent.

Rumusan Masalah

Pengaruh iklan terhadap loyalitas merek yang dimediasi oleh autobiographical memory

pada pasta gigi Pepsodent.

Persoalan Penelitian

1. Apakah pengaruh iklan terhadap autobiographical memory ?

2. Apakah pengaruh autobiographical memory terhadap loyalitas merek ?

3. Apakah pengaruh iklan terhadap loyalitas merek ?

4. Apakah pengaruh iklan terhadap loyalitas merek yang dimediasi oleh autobiographical

memory ?

KAJIAN PUSTAKA

Iklan

Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang diarahkan

kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan

biaya yang semurah-murahnya (Jefkins, 1995). Hal ini sejalan dengan Lee dan Johnson

(2004), yang menjelaskan periklanan adalah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang

sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan kesuatu khalayak target

melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, Koran, majalah, direct mail

(pengeposa langsung), reklame luar ruang, atau kendaraan umum. Definisi periklanan

hanya memberikan sebuah bahasa umum untuk mengembangkan pemahaman tentang

periklanan. Namun, lebih dari pada itu iklan dapat memberikan beberapa fungsi pada

sebuah organisasi :

1. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi”; iklan mengomunikasikan informasi

produk, ciri-ciri, dan lokasi penjualannya dan memberitahukan konsumen tentang

produk-produk baru.

2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “persuasive”; iklan mencoba membujuk para

konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap

produk atau perusahaan tersebut.

5

3. Periklanan menjalankan sebauh fungsi “pengingat”. iklan terus-menerus mengingatkan

para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli produk

yang diiklankan tanpa mempedulikan merek pesaingnya.

Tiada istilah tunggal, jelas, dan menyeluruh yang bisa menggambarkan karakter

kompleks periklanan dan fungsi-fungsinya yang majemuk dan saling terkait. oleh karena

itu, iklan sering kali diklasifikasikan dalam beberapa tipe besar (Lee & Johnson, 2004).

a) Periklanan Produk.

Porsi utama pengeluaran periklanan dibelanjakan untuk produk; presentasi dan

promosi produk-produk baru, produk-produk yang ada, dan produk-produk hasil revisi.

b) Periklanan Eceran.

Berlawanan dengan iklan produk, periklanan eceran bersifat local dan berfokus

pada toko, tempat di mana beragam produk dapat dibeli atau dimana satu jasa

ditawarkan. Periklanan eceran memberikan tekanan pada harga, ketersediaan, lokasi, dan

jam-jam operasi.

c) Periklanan Korporasi.

Fokus periklanan ini adalah membangun identitas korporasi atau untuk

mendapatkan dukungan public terhadap sudut pandang organisasi. Kebanyakan

periklanan korporasi dirancang untuk menciptakan citra menguntungkan bagi sebuah

perusahaan dan produk-produknya.

d) Periklanan Bisnis-ke-Bisnis.

Istilah ini berkaitan dengan periklanan yang ditujukan kepada para pelaku industri,

para pedagang perantara, serta para professional.

e) Periklanan Politik.

Periklanan yang digunakan oleh paa politisi untuk membujuk orang untuk memilih

mereka.; dan karena itu iklan ini menjadi bagian penting bagi negara demokrasi yang

memperbolehkan iklan para kandidat.

f) Periklanan Direktori.

Orang merujuk periklanan direktori untuk menemukan cara membeli sebuah produk

atau jasa.

g) Periklanan Respon Langsung.

6

Periklanan respon langsung melibatkan komunikasi dua-arah diantara pengiklan dan

konsumen. Periklanan tersebut dapat menggunakan sembarang media periklanan (pos,

televise, Koran, atau majalah), dan konsumen dapat menanggapinya, sering kali lewat

pos, telepon, atau faks.

h) Periklanan Pelayanan Masyarakat.

Periklanan pelayanan masyarakat dirancang untuk beroperasi demi kepentingan

masyarakat dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat. Iklan-iklan ini diciptakan

bebas biaya oleh para professional periklanan, dengan ruang dan waktu iklan merupakan

hibah oleh media.

i) Periklanan Advokasi.

Periklanan advokasi berkaitan dengan penyeberan gagasan-gagasan dan klarifikasi

isu sosial yang controversial dan menjadi kepentingan masyarakat.

Autobiografical Memory

Menurut Braun, Ellis, dan Loftus (2002) mendefinisikan autobiographical memory

sebagai memori dari pengalaman sebelumnya yang akan disimpan sebagai memori jangka

panjang. Sejalan dengan hal tersebut, Conway (2000) dalam Paramita dan Ihalauw (2010)

menjelaskan bahwa autobiographical memory sebagai salah satu aspek mendasar yang

berpengaruh bagi seseorang, emosi, dan pengalaman pribadi, yaitu pengalaman sebagai

seseorang individu dalam sebuah kebudayaan dalam kurun waktu tertentu..

Rubin (2006) dalam Paramita dan Ihalauw (2010) membuat grafik distribusi

memori anak yang menunjukkan bahwa usia 3 hingga 18 tahun menjadi masa emas dalam

pembentukan autobiographical memory karena pada usia 19 tahun hingga 58 tahun

menjadi masa di mana terjadi penurunan dalam pembentukan autobiographical memory.

Hal ini banyak digunakan oleh para pemasar memperkenalkan mereknya sejak usia

anak-anak. Adapun fungsi dari autobiographical memory menurut Pillemer (1998) dalam

Riegler dan Riegler (2009) diantaranya :

1. Fungsi komunikasi.

Autobiographical memory melayani fungsi komunikasi. Bagian penting dari

percakapan kita dengan orang lain melibatkan pembicaraan kisah-kisah pribadi mereka

yang relevan dengan topik pembicaraan.

2. Fungsi emosional.

7

Autobiographical memory juga memiliki fungsi emosional yang penting dalam hal

membantu kita mengatur, merenungkan, dan memikirkan peristiwa kehidupan yang

penting.

3. Fungsi direktif

Dengan mengingat peristiwa-peristiwa yang dialami secara pribadi dan secara rinci

dapat berpengaruh terhadap perilaku langsung dimasa depan.

Loyalitas Merek

Loyalitas merek diartikan sebagai sejauh mana seorang pelanggan menunjukkan

sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu,, dan berniat

untuk terus membelinya di masa depan. loyalitas merek dipengaruhi secara langsung oleh

kepuasan/ketidakpuasan dengan merek yang telah diakumulasi dalam jangka waktu tertentu

(Mowen dan Minor, 2002). Menurut Tjiptono (2005), menjelaskan bahwa loyalitas merek

merupakan komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan

produk atau jasa yang disukai secara konsisten di masa datang, sehingga menimbulkan

pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya

pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek. Oleh karena itu, dengan

pengelolaan dan pemanfaatan yang baik, loyalitas merek dapat memberikan dampak positif

terhadap perusahaan. Berikut merupakan beberapa dampak positif yang dapat diberikan

oleh loyalitas merek (Rangkuti, 2002), yaitu :

1. Pengurangan biaya pemasaran

Perusahaan yang memiliki basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek yang

tinggi akan mengurangi biaya pemasaran karena biaya untuk mempertahankan

pelanggan jauh lebih murah dibandingkan mendapatkan pelanggan baru.

2. Peningkatan perdagangan

Loyalitas merek yang tinggi dan kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan

peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan dalam perantara pemasaran.

3. Mengikat customer baru

Dapat menarik minat pelanggan baru karena mereka memiliki keyakinan bahwa

membeli produk bermerek terkenal dapat mengurangi resiko.

4. Waktu merespon

8

Loyalitas merek memberikan waktu, semacam ruang bernafas, pada suatu

perusahaan untuk cepat merespon gerakan-gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing

memiliki produk yang unggul, maka pelanggan yang loyal akan memberikan masukan

kepada perusahaan agar dapat menyesuaikan dalam persaingan.

Kaitan Antar Konsep

Pengaruh Iklan Terhadap Autobiographical Memory

Menurut Braun, Ellis, dan Loftus (2002) menjelaskan bahwa pemasar menggunakan

iklan sebagai sarana untuk menciptakan nostalgia untuk produk mereka. Sejalan dengan hal

tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan dan Haryanto (2011) menyatakan

bahwa semakin baik iklan yang dimiliki perusahaan maka akan semakin kuat juga ingatan

jangka panjang (autobiographical memory) yang dimiliki pada anak. Berdasarkan temuan

diatas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Iklan Berpengaruh Terhadap Autobiographical Memory

Pengaruh Autobiographical Memory Terhadap Loyalitas Merek

Penelitian yang dilakukan oleh Paramita dan Ihalauw (2010) menunjukkan bahwa

autobiographical memory adalah salah satu faktor yang membuat anak loyal terhadap suatu

merek.. Penelitian yang juga dilakukan oleh Kurniawan dan Haryanto (2011) menyatakan

semakin kuat autobiographical memory anak maka akan semakin kuat juga loyalitas merek

anak tersebut. Namun penelitian yang dilakukan oleh Veronica (2015) menyatakan bahwa

autobiographical memory tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas

merek. Berdasarkan temuan diatas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Autobiographical Memory Berpengaruh Terhadap Loyalitas Merek

Pengaruh Iklan Terhadap Loyalitas Merek

Penelitian yang dilakukan oleh Hariyana (2013) menunjukkan bahwa iklan

berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Veronica (2015) menyatakan bahwa iklan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

loyalitas merek. Namun disisi lain, Penelitian yang dilakukan oleh Monika dan Prabowo

(2013) menyatakan bahwa iklan tidak berpengaruh signifikan terhadap loyalitas merek.

Berdasarkan temuan diatas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Iklan Berpengaruh Terhadap Loyalitas Merek

9

Pengaruh Iklan Terhadap Loyalitas Merek Melalui Autobiographical Memory

Penelitian Kurniawan dan Haryanto (2011) menyatakan bahwa semakin baik iklan

yang dimiliki perusahaan maka akan semakin kuat juga ingatan jangka panjang

(autobiographical memory) yang dimiliki pada anak yang berdampak pada semakin

kuatnya loyalitas merek anak tersebut. Berdasarkan temuan diatas maka diajukan hipotesis

sebagai berikut:

H4 : Iklan Berpengaruh Terhadap Loyalitas Merek Melalui Autobiographical Memory

Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan di atas dapat disajikan model penelitian

berikut ini :

Gambar 1.

Model Penelitian

Sumber : Veronica (2011); Kurniawan dan Haryanto (2011)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory research)

dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh iklan

terhadap autobiographical memory serta dampaknya terhadap loyalitas merek (brand

loyalty) dengan kategori produk perawatan pribadi yaitu pasta gigi Pepsodent.

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan kumpulan orang, gejala, kejadian atau sesuatu

yang akan diselidiki dan yang akan dikenakan generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi

sampel (Sekaran, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah anak-anak yang pernah

membeli atau menggunakan produk pasta gigi Pepsodent.

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipercaya dapat mewakili karakteristik

populasi secara keseluruhan (Sarjono dan Julianita, 2011). Metode penentuan sampel yang

Iklan

(X)

Loyalitas Merek

(Y)

Autobiographical Memory

(Z) H1 H2

H3

H4

10

akan digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dengan kriteria yang

ditentukan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Responden merupakan pengguna pasta gigi Pepsodent atau pernah melakukan pembelian

pasta gigi Pepsodent.

2. Responden berusia antara 12 tahun sampai 13 tahun.

Menurut Roscoe dalam Sekaran (2006), ukuran sampel dianggap baik dalam

penelitian yaitu berjumlah lebih dari 30 dan kurang dari 500. Maka, Penelitian ini

menggunakan 300 responden sebagai sampel penelitian.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah data primer.

Sumber data primer yang diperoleh merupakan hasil kuesioner subyek penelitian dimana

hasil kuesioner ini disebarkan kepada sampel yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu anal-

anak pengguna pasta gigi Pepsodent dengan kriteria sampel yang telah ditentukan.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008).

Tabel 2.

Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Definisi Konseptual Indikator Empirik Sumber

1. Iklan

(X)

Periklanan merupakan

pesan-pesan penjualan

yang paling persuasive

yang diarahkan

kepada calon pembeli

yang paling potensial

atas produk barang

atau jasa tertentu

dengan biaya yang

semurah-murahnya

(Jefkins, 1995)

Persepsi

- Keterpaparan

1. Konsumen sering melihat iklan

produk.

- Seleksi

2. Konsumen tertarik dengan iklan

produk.

- Kesadaran

3. Setelah melihat iklan produk,

saya menyadari keberadaan

produk tersebut.

(Moriarty,

Sandra, Nancy,

Mitchell, dan

William, 2011)

11

- Pengenalan

4. Konsumen mengenal produk

dari iklan produk.

Emosi/afektif

- Perasaan

5. Konsumen merasa senang saat

melihat iklan produk.

- Rasa Suka

6. Konsumen menyukai iklan

produk.

- Resonansi

7. Ketika melihat iklan produk,

konsumen percaya bahwa

informasi iklan benar.

Kognisi

- Kebutuhan

8. Informasi yang disampaikan

iklan produk dibutuhkan oleh

saya sebagai konsumen produk.

- Diferensiasi

9. Informasi yang disampaikan

iklan produk membuat saya

dapat membedakan produk

tersebut dengan produk lainnya

- Mengingat

10. Konsumen mengingat informasi

yang terdapat pada iklan produk

Asosiasi

- Simbolisme

11. Iklan produk identik dengan

simbol kesehatan.

- Pembelajaran Terkondisikan

12. Iklan produk sesuai dengan

situasi kehidupan konsumen

sehari-hari.

- Transformasi

13. Iklan produk mengubah produk

12

tersebut menjadi sesuatu yang

spesial yang berbeda dari

produk sejenis.

Persuasi

- Motivasi

14. Iklan produk memotivasi

konsumen untuk memiliki gigi

yang sehat.

- Pengaruh

15. Iklan produk mempengaruhi

konsumen untuk membeli

produk tersebut.

- Keterlibatan

16. Sebelum konsumen membeli

produk,konsumen

memerhatikan iklan produk

tersebut.

- Keyakinan

17. Iklan produk membuat

konsumen yakin bahwa produk

tersebut dapat membuat gigi

sehat.

- Loyalitas

18. Iklan produk membuat

konsumen untuk terus setia

membeli produk tersebut.

Tindakan

- Membeli

19. Iklan produk mampu mengajak

konsumen untuk membeli

produk tersebut.

- Kontak

20. Iklan produk membuat saya

menghubungi suara konsumen

untuk mendapatkan informasi

lebih lanjut.

- Mendukung

13

21. Iklan produk membuat

konsumen memberitahukan

orang lain untuk membeli

produk.

- Mencegah

22. Informasi yang disampaikan

pada iklan membuat konsumen

untuk mencegah kerusakan yang

ada pada gigi.

2. Autobiographical

Memory

(Z)

Autobiographical

memory adalah

memori dari

pengalaman

sebelumnya yang akan

disimpan sebagai

memori jangka

panjang (Braun, Ellis,

dan Loftus, 2002)

Pengalaman Tak Terlupakan

- Terkesan Dengan Produk

Karena Manfaatnya Yang

Bervariasi

23. Manfaat produk yang

bermacam-macam membuat

konsumen terkesan

- Terkesan Dengan Produk

Karena Rasanya Segar

24. Konsumen terkesan dengan rasa

segar produk tersebut

- Terkesan Dengan Produk

Karena Iklannya Yang Menarik

25. Konsumen terkesan dengan

produk karena iklannya yang

menarik

- Terkesan Dengan Produk

Karena Orang Lain

Membicarakannya

26. Konsumen terkesan dengan

produk karena orang lain

membicarakan produk tersebut

- Terkesan Dengan Produk

Karena Pengalaman Pertama

Menggunakan Produk Tersebut.

27. Pengalaman pertama

menggunakan produk membuat

konsumen terkesan

(Haryanto, 2008

dalam Veronica

2015)

14

Retrieval

- Ingat Logo Produk

28. Konsumen ingat dengan logo

produk bertuliskan huruf

Pepsodent

Memori Emosional

- Ingat Dari Dulu Produk

Merupakan Pasta Gigi

Kesukaan

29. Konsumen ingat dari dulu

produk merupakan pasta gigi

kesukaan

- Ingat Dari Dulu Menyukai

Produk Dibandingkan Produk

Lain

30. Konsumen ingat dari dulu,

konsumen lebih menyukai

produk tersebut dibandingkan

dengan produk lainnya.

- Ingat Dari Dulu Merasa Senang

Ketika Menggunakan Produk

31. Konsumen ingat dari dulu,

konsumen merasa senang ketika

menggunakan produk tersebut.

- Ingat Dari Dulu Suka Dengan

Rasa Produk

32. Konsumen ingat dari dulu,

konsumen suka dengan rasa

produk tersebut

- Ingat Dari Dulu Merasa

Terkesan Dengan Iklan Produk

Yang Menarik

33. Konsumen ingat dari dulu,

konsumen terkesan dengan iklan

produk yang menarik

3. Loyalitas Merek Loyalitas merek Pengukuran Perilaku (Rangkuti,

15

(Y) merupakan sejauh

mana seorang

pelanggan

menunjukkan sikap

positif terhadap suatu

merek, mempunyai

komitmen pada merek

tertentu,, dan berniat

untuk terus

membelinya di masa

depan (Mowen dan

Minor, 2002)

- Tingkat Pembelian Ulang

34. Konsumen akan membeli

produk berulang kali

- Jumlah Merek yang Dibeli

35. Ketika konsumen membeli

produk pasta gigi, konsumen

hanya membeli satu merek pasta

gigi yaitu Produk tersebut.

Pengukuran Biaya Peralihan

36. Konsumen membeli produk

tersebut karena harganya yang

terjangkau.

Pengukuran Kepuasan

37. Konsumen merasa puas dengan

kualitas yang dimiliki produk

tersebut.

Pengukuran Kesukaan

Terhadap Merek

38. Konsumen merasa bersahabat

dengan merek produk.

39. Konsumen sudah percaya

dengan merek produk.

Pengukuran Komitmen

40. Konsumen akan

merekomendasikan merek

tersebut kepada orang lain untuk

dibeli.

2002)

Variabel-variabel tersebut diukur dengan skala likert. Skala Likert adalah skala yang

digunakan secara luas yang meminta responden menandai derajat persetujuan atau

ketidaksetujuan terhadap masing-masing dari serangkaian pernyataan mengenai obyek

stimulus (Malhotra, 2009). Skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan responden

terhadap objek penelitian yaitu :

1. Skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS)

2. Skor 4 untuk jawaban setuju (S)

3. Skor 3 untuk jawaban netral (N)

16

4. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS)

5. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS)

Teknik Analisis

Uji Keabsahan Data

A. Uji Validitas

Untuk menguji validitas dalam penelitian ini akan menggunakan Korelasi Product

Moment yang dikemukakan oleh Pearson dalam (Arikunto, 2002). Uji validitas ini

dilakukan untuk mengetahui keakuratan dari kuesioner dengan membandingkan r hitung

dengan nilai rtabel . Jika r hitung > rtabel atau sig < α = 0,05 (5%) maka pertanyaan tersebut

dikatakan valid yang akan dibantu dengan software SPSS.

B. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini akan memanfaatkan software SPSS yang

memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha(α).

Suatu konstruk atau variabel dikatakn reliabel jika memberikan nilai α (alpha) sebesar 0,70

(Ghozali, 2011).

Uji Asumsi Klasik

A. Uji Normalitas

Uji normalitas data akan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov karena

responden berjumlah lebih dari 50 responden (Sarjono dan Julianita, 2011). Untuk

mempermudah dalam penghitungan secara statistik, maka analisis yang dilakukan dalam

penelitian ini diolah dengan bantuan software SPSS. Uji dilakukan dengan membandingkan

nilai sig atau signifikansi yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan

Kriteria Pengujian :

1. Angka Signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov Sig. >0,05 menunjukkan data berdistribusi

normal.

2. Angka Signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov Sig. < 0,05 menunjukkan data tidak

berdistribusi normal.

B. Uji Heterokedatisitas

Model Regresi yang baik adalah terjadi homokedatisitas dalam model, atau dengan

kata lain tidak terjadi heterokedastisitas (Sarjono dan Julianita, 2011). Uji yang akan

17

digunakan untuk melihat ada tidaknya heterokedatisitas dalam penelitian ini adalah uji

gletjer dengan menggunakan software SPSS.

Kriteria Pengujian :

1. Angka Signifikansi uji gletjer Sig. > 0,05 menunjukkan model regresi tidak mengandung

heterokedatisitas.

2. Angka Signifikansi uji gletjer Sig. < 0,05 menunjukkan model regresi mengandung

heterokedatisitas.

C. Uji Multikoliniearitas

Uji multikoliniearitas yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan

melihat VIF dengan menggunakan software SPSS.

Kriteria Pengujian :

1. Jika nilai VIF < 10 maka tidak terjadi gejala multikoliniearitas.

2. Jika nilai VIF > 10 maka terjadi gejala multikoliniearitas.

Analisi Jalur (Path Analysis)

Penelitian ini menggunakan analisi jalur (path analysis) sebagai uji hipotesisnya.

Melalui analisis ini dapat ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu

variabel independen menuju variabel dependen yang terakhir.

Sebelum melakukan analisis jalur maka peneliti perlu menyusun model hubungan

antar variabel yang disebut diagram jalur (Sugiyono, 2008).

Gambar 2.

Diagram Analisis Jalur

ϵ2

Iklan

(X)

Loyalitas Merek

(Y)

ρyz

ρyx

Autobiographical Memory

(Z)

ϵ1

ρzx

18

Keterangan :

ρzx : standardized coefficient, koefisien jalur pengaruh langsung X terhadap Z.

ρyx : standardized coefficient, koefisien jalur pengaruh langsung X terhadap Y

X : Iklan

Z : Autobiographical Memory

Y : Loyalitas Merek

ϵ : Standart Error

a. Hipotesis untuk persamaan Struktural Sub I :

Gambar 2.1

Struktural Sub I

Dari gambar 2.1 terdapat variabel endogen (Z) dan variabel eksogen (X) yang

memiliki persamaan struktur Z = ρzxX+ ρzε1ϵ1

b. Hipotesis untuk persamaan Struktural Sub II :

Gambar 2.2

Struktural Sub II

Dari gambar 2.2 terdapat variabel endogen (Y) dan variabel eksogen (X dan Z), yang

memiliki persamaan struktur Y = ρyxX+ ρyzZ+ρy ε2ϵ2

A. Koefisien Determinasi (R2)

ϵ1

Iklan

(X)

ρzx

Autobiographical Memory

(Z)

ϵ2

Iklan

(X)

Loyalitas Merek

(Y)

Autobiographical Memory

(Z) ρyz

ρyx

19

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

variabel independen menjelaskan variabel dependen. Hasil R2 didapat dengan

menggunakan software SPSS dengan melihat tabel Model Summaryb dan tertulis R Square

(Nugroho, 2005) .

Nilai koefisien determinasi (R2) antara nol dan satu. Nilai R2 yang mendekati 0

berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen semakin

kecil/rendah namun nilai R2 yang mendekati 1 berarti kemampuan variabel independen

dalam menjelaskan variabel dependen semakin besar/tinggi.

B. Uji Statistik F

Pada penelitian ini hasil F-test didapat dengan menggunakan software SPSS dengan

melihat tabel ANOVA dengan tingkat level of significant yang ditentukan oleh peneliti

(Nugroho, 2005). Pada penelitian ini level of significant yang ditentukan sebesar 0.05 (5%)

dengan ketentuan :

Kriteria Pengujian :

1. Jika Sig. Atau signifikansi ≤ level of significant maka artinya signifikan

2. Jika Sig. Atau signifikansi ≥ level of significant maka artinya tidak signifikan

C. Uji Statistik t

Pada penelitian ini hasil t-test didapat dengan menggunakan software SPSS dengan

melihat tabel Coefficientsa dengan tingkat level of significant yang ditentukan oleh peneliti

(Nugroho, 2005). Pada penelitian ini level of significant yang ditentukan sebesar 0.05 (5%)

dengan ketentuan :

Kriteria Pengujian :

1. Jika Sig. Atau signifikansi ≤ level of significant maka artinya signifikan

2. Jika Sig. Atau signifikansi ≥ level of significant maka artinya tidak signifikan

Uji Sobel

Variabel intervening dalam penelitian ini adalah autobiographical memory. Dimana

akan dilakukan pengujian hipotesis intervening dengan uji sobel (Sobel test). Uji sobel

dilakukan dengan cara menguji pengaruh tidak langsung variabel iklan (X) ke variabel

loyalitas merek (Y) melalui variabel intervening yaitu autobiographical memory (Z)

(Veronica, 2015). Besarnya pengaruh tidak langsung dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

20

Sp2p3 = √p32Sp22+p22Sp32+Sp22Sp32

Kemudian untuk mencari nilai t statistik pengaruh mediasi dengan rumus sebagai

berikut :

t = 𝑝2𝑝3

𝑆𝑝2𝑝3

Keterangan :

p2 : Unstandardized coefficient beta variabel independen

p3 : Unstandardized coefficient beta variabel intervening

Sp2 : Standar error independen

Sp3 : Standar error intervening

Kriteria pengujian :

1. Jika t-hitung > t-tabel, maka ada pengaruh tidak langsung antara variabel independen

(X) terhadap variabel dependen (Y) melalui variabel intervening (Z)

2. Jika t-hitung < t-tabel, maka tidak ada pengaruh tidak langsung antara variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y) melalui variabel intervening (Z)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Keabsahan Data

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.

Dalam penelitian ini pre-test untuk menguji validitas dan reliabilitas dilakukan

pada tanggal 27 September 2017 terhadap 30 responden yang diambil di SMP Negeri 3

Salatiga dengan uji coba kuesioner sebanyak 40 butir pernyataan. Kuesioner ini dibagi

kedalam 3 bagian dari setiap masing-masing variabel yaitu Iklan (X) sebanyak 22 butir

pernyataan, Autobiographical Memory (Z) sebanyak 11 butir pernyataan, dan Loyalitas

Merek (Y) sebanyak 7 butir pernyataan.

Pada uji pre-test , terdapat 6 pernyataan yang tidak valid dikarenakan hasilnya lebih

kecil dari pada r tabel sebesar 0,͡361 yaitu pada variabel iklan terdapat 5 pernyataan yaitu

pada pernyataan nomor 4 (saya mengenal pasta gigi Pepsodent dari iklan), 6 (saya

menyukai iklan pasta gigi Pepsodent), 11(iklan pasta gigi Pepsodent identik dengan simbol

kesehatan), 14 (iklan pasta gigi Pepsodent memotivasi saya untuk memiliki gigi yang

sehat), dan 20 (iklan pasta gigi Pepsodent membuat saya menghubungi suara konsumen

21

untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai pasta gigi Pepsodent). Serta pada

variabel autobiographical memory terdapat 1 pernyataan yang tidak valid yaitu pada

pernyataan nomor 3 (saya terkesan dengan pasta gigi Pepsodent karena iklannya yang

menarik). Oleh karena itu, 6 pernyataan yang tidak valid tersebut dihilangkan. Sedangkan,

uji reliabilitas menunjukan bahwa setiap variabel reliabel untuk dilakukan penelitian karena

memiliki nilai Cronbach Alpha(α) lebih dari 0,70 atau dapat dilihat lebih rinci pada

lampiran 2, tabel 10 sampai 15.

Karakteristik Responden

Kuesioner Penelitian ini dibagikan kepada 300 responden yang berumur 12 sampai

13 tahun pengguna pasta gigi Pepsodent atau pernah melakukan pembelian pasta gigi

Pepsodent. Profil responden digunakan untuk melihat serta mengetahui gambaran

responden yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun gambaran responden, seperti pada

tabel dibawah ini:

Tabel 3.

Profil Responden

No. Keterangan Sub-kategori Frekuensi %

1. Jenis Kelamin Laki-laki 167 55,7%

Perempuan 133 44,3%

2. Uang Saku per Hari

< Rp 5.000 4 1,3%

≥Rp 5.000 – Rp 10.000 177 59%

>Rp 10.000 – Rp 15.000 86 28,7%

> Rp 15.000 33 11%

3. Sekolah Swasta 146 48,7%

Negeri 154 51,3%

4. Pekerjaan Orang Tua

Ibu rumah tangga 33 11%

Buruh 27 9%

Pegawai Negeri 30 10%

Pegawai Swasta 45 15%

Tenaga Pendidik 27 9%

Swasta 57 19%

Aparat Keamanan 9 3%

Wiraswasta 72 24%

5. Pasta Gigi Yang Di

gunakan

Sama dengan yang dibeli orang

tua

241 79,7%

22

Dipilih sendiri oleh adik,

kemudian baru dibelikan oleh

orang tua

51 17%

Dipilih sendiri dan dibeli dengan

uang saku sendiri

6 2%

Sama dengan yang dipakai

teman-teman lainnya

4 1,3%

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berdasarkan tabel 3 menurut jenis kelamin, maka dari 300 responden pengguna

pasta gigi Pepsodent didapatkan paling banyak berjenis kelamin laki-laki sebesar 55,7%

sedangkan 44,3% berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya pada kategori uang saku per

hari paling banyak responden memiliki uang saku antara Rp 5.000 – Rp 10.000 sebesar

59%. Sedangkan paling sedikit memiliki uang saku per hari dibawah Rp 5.000 sebesar

1,3%. Lalu pada kategori sekolah dari 300 responden sebesar 51,3% bersekolah di

sekolahan negeri dan 48,7% bersekolah di sekolahan swasta. Berdasarkan kategori

pekerjaan orang tua paling banyak yaitu wiraswasta sebesar 24% sedangkan yang paling

sedikit yaitu aparat keamanan sebesar 9 responden dengan persentase 3%. Pada kategori

pasta gigi yang digunakan paling banyak responden memilih sama dengan yang dibeli

orang tau sebesar 79,7% sedangkan yang paling sedikit yaitu memilih sama dengan yang

dipakai teman-teman lainnya 1,3%.

Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan, hasil dari uji normalitas dengan

uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,200, dimana jika nilai

Signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov Sig. > 0,05 menunjukkan data berdistribusi normal.

Setelah itu dilakukan uji heterokedatisitas dengan menggunakan uji gletjer diperoleh uji

gletjer dengan nilai signifikansi iklan sebesar 0,507 dan autobiographical memory sebesar

0,260 > 0,05 menunjukkan model regresi adalah model regresi yang baik atau tidak

mengandung heterokedatisitas. Sedangkan, hasil uji multikoliniearitas dengan melihat VIF

dengan menggunakan software SPSS menunjukkan bahwa semua variabel yaitu iklan

sebesar 2,023 dan autobiographical memory sebesar 2,023 memiliki nilai VIF < 10,00,

dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikorelasi atau tidak memiliki

23

korelasi antar variabel independennya atau dapat dilihat lebih rinci pada lampiran 3, tabel

16 sampai 18.

Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis I

Pengujian hipotesis I dilakukan untuk melihat hasil dari uji koefisien determinasi

(R2), uji statistik F dan uji statistik t dengan rumus model persamaan sub struktur I

sebagai berikut :

Z = ρzxX+ ρzε1ϵ1

Berdasarkan hasil perhitungan dengan software SPSS, diperoleh hasil secara

simultan dan parsial seperti dibawah ini :

A. Pengaruh Iklan (X) Secara Simultan Terhadap Autobiographical Memory (Z)

Untuk melihat pengaruh iklan terhadap autobiographical memory secara

simultan, sebelumnya akan dilakukan uji koefisien determinasi (R2) untuk melihat

seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen,

dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,711a ,506 ,504 4,18426

a. Predictors: (Constant), Iklan

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4, nilai R square sebesar 0,506. Nilai ini digunakan untuk

melihat besarnya pengaruh iklan terhadap autobiographical memory dengan

menghitung keofisien determinasi (KD) dengan rumus sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

KD = 0.506 x 100%

KD = 50,6%

Nilai 50,6% mempunyai arti bahwa pengaruh iklan terhadap

autobiographical memory sebesar 50,6%, sedangkan sisanya sebesar 49,4% (100%

- 50,6%) dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel-variabel lain diluar model ini.

24

Selanjutnya akan dilakukan uji hopitesis dengan uji statistik f untuk melihat

pengaruh iklan secara simultan terhadap autobiographical memory, dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.

Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1 Regression 5338,396 1 5338,396 304,911 ,000b

Residual 5217,400 298 17,508

Total 10555,797 299

a. Dependent Variable: Auto

b. Predictors: (Constant), Iklan

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berdasarkan tabel 5, bahwa dapat disimpulkan iklan memiliki pengaruh

positif dan signifikan secara simultan terhadap autobiographical memory dengan

melihat nilai signifikansi (Sig.) 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan berdasarkan uji

koefisien determinasi (R2) bahwa iklan terhadap autobiographical memory

memiliki pengaruh sebesar 50,6% .

B. Pengaruh Iklan (X) Secara Parsial Terhadap Autobiographical Memory (Z)

Selanjutnya akan dilakukan uji hopitesis dengan uji statistik t untuk melihat

pengaruh iklan secara parsial terhadap autobiographical memory, dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 6.

Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8,807 1,655 5,321 ,000

Iklan ,446 ,026 ,711 17,462 ,000

a. Dependent Variable: Auto

Sumber: Data Primer diolah, 2017

25

Berdasarkan tabel 6, bahwa dapat disimpulkan iklan memiliki pengaruh

positif dan signifikan secara parsial terhadap autobiographical memory dengan

melihat nilai signifikansi (Sig.) 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan besarnya pengaruh

iklan terhadap autobiographical memory memiliki pengaruh sebesar 0,446 atau

44,6% sedangkan sisanya 55,4% (100% - 44,6%) dipengaruhi oleh faktor lain atau

variabel-variabel lain diluar model ini.

Persamaan struktural I menjadi sebagai berikut :

Z = 0,446X+ 0,703ϵ1

Angka residu sebesar diperoleh dari √1 − 𝑅2

√1 − 0,506 = 0,703

Gambar 3.

Model Struktural Sub I

2. Pengujian Hipotesis II dan III

Pengujian hipotesis II dan III dilakukan untuk melihat hasil dari uji koefisien

determinasi (R2), uji statistik F dan uji statistik t dengan rumus model persamaan sub

struktur II sebagai berikut :

Y = ρyxX+ ρyzZ+ρyε2ϵ2

Berdasarkan hasil perhitungan dengan spss, diperoleh hasil secara simultan dan

parsial seperti dibawah ini :

A. Pengaruh Iklan (X) dan Autobiographical Memory (Z) Secara Simultan

Terhadap Loyalitas Merek (Y)

Untuk melihat pengaruh iklan dan autobiographical memory terhadap

loyalitas merek secara simultan, sebelumnya akan dilakukan uji koefisien

determinasi (R2) untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen

menjelaskan variabel dependen, dengan hasil sebagai berikut:

Iklan

(X)

Autobiographical Memory

(Z)

ϵ1

0,446

0,703

26

Tabel 7.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summary

Mod

el

R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 ,764a ,584 ,581 2,932

a. Predictors: (Constant), Auto, Iklan

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berdasarkan tabel 7, nilai R square sebesar 0,584. Nilai ini digunakan untuk

melihat besarnya pengaruh iklan dan autobiographical memory terhadap loyalitas

merek dengan menghitung keofisien determinasi (KD) dengan rumus sebagai

berikut :

KD = r2 x 100%

KD = 0.584 x 100%

KD = 58,4%

Nilai 58,4% mempunyai arti bahwa pengaruh iklan dan autobiographical

memory terhadap loyalitas merek sebesar 58,4%, sedangkan sisanya sebesar 41,6%

(100% - 58,4%) dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel-variabel lain diluar model

ini.

Selanjutnya akan dilakukan uji hopitesis dengan uji statistik f untuk melihat

pengaruh iklan dan autobiographical memory secara simultan terhadap loyalitas

merek, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 8.

Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1 Regression 3581,771 2 1790,885 208,389 ,000b

Residual 2552,399 297 8,594

Total 6134,170 299

a. Dependent Variable: Brandloyal

b. Predictors: (Constant), Auto, Iklan

Sumber: Data Primer diolah, 2017

27

Berdasarkan tabel 8, bahwa dapat disimpulkan iklan dan autobiographical

memory memiliki pengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap loyalitas

merek dengan melihat nilai signifikansi (Sig.) 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan

berdasarkan uji koefisien determinasi (R2) bahwa iklan dan autobiographical

memory terhadap loyalitas merek memiliki pengaruh sebesar 58,4% .

B. Pengaruh Iklan (X) dan Autobiographical Memory (Z) Secara Parsial Terhadap

Loyalitas Merek (Y)

Selanjutnya akan dilakukan uji hopitesis dengan uji statistik t untuk melihat

pengaruh iklan dan autobiographical memory secara parsial terhadap loyalitas

merek, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 9.

Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 2,390 1,213 1,970 ,050

Iklan ,120 ,025 ,251 4,718 ,000

Auto ,431 ,041 ,565 10,609 ,000

a. Dependent Variable: Brandloyal

Sumber: Data Primer diolah, 2017

1. Pengaruh Iklan Terhadap Loyalitas Merek

Berdasarkan tabel 9, bahwa dapat disimpulkan iklan memiliki pengaruh

positif dan signifikan secara parsial terhadap loyalitas merek dengan melihat nilai

signifikansi (Sig.) 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan besarnya pengaruh iklan terhadap

loyalitas merek memiliki pengaruh sebesar 0,120 atau 12,0% sedangkan sisanya

88% (100% - 12,0%) dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel-variabel lain diluar

model ini.

2. Pengaruh Autobiographical Memory Terhadap Loyalitas Merek

Berdasarkan tabel 9, bahwa dapat disimpulkan Autobiographical Memory

memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap loyalitas merek

28

dengan melihat nilai signifikansi (Sig.) 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan besarnya

pengaruh iklan terhadap loyalitas merek memiliki pengaruh sebesar 0,431 atau

43,1% sedangkan sisanya 56,9% (100% - 43,1%) dipengaruhi oleh faktor lain atau

variabel-variabel lain diluar model ini.

Maka, persamaan struktural II menjadi sebagai berikut :

Y = 0,120X+ 0,431Z+ 0,645ϵ2

Angka residu sebesar diperoleh dari √1 − 𝑅2

√1 − 0,584 = 0,645

Gambar 4.

Model Struktural Sub II

Maka, Model Struktur Analisi Jalur sebagai berikut :

Gambar 5.

Model Struktur Analisis Jalur

Persamaan strukturalnya adalah :

Substruktur I : Z = 0,446X+ 0,703ϵ1

Substruktur II : Y = 0,120X+ 0,431Z+ 0,645ϵ2

ϵ2

Iklan

(X)

Loyalitas Merek

(Y)

Autobiographical Memory

(Z)

0,120

0,431 0,645

ϵ2

Iklan

(X)

Loyalitas Merek

(Y)

Autobiographical Memory

(Z)

0,120

0,431 0,645

0,446

0,703

ϵ1

29

Pengujian Hipotesis IV

Uji Sobel

Uji sobel dilakukan menguji apakah variabel intervening yaitu autobiographical

memory mampu memediasi variabel iklan dan variabel loyalitas merek. Adapun hasil

perhitungan uji sobel sebagai berikut :

Keterangan :

p2 : beta iklan pada kolom Unstandardized coefficient

p3 : beta autobiographical memory pada kolom Unstandardized coefficient

Sp2 : Standar error iklan pada kolom Unstandardized coefficient

Sp3 : Standar error autobiographical memory pada kolom Unstandardized coefficient

Sp2p3 = √p32Sp22+p22Sp32+Sp22Sp32

Sp2p3 = √0,4312.0,0262 + 0,4462.0,0412 + 0,0262.0,0412

Sp2p3 = √0,000461088588

Sp2p3 = 0,0214729734317351

Dimana, hasil perhitungan nilai t :

t = 𝑝2𝑝3

𝑆𝑝2𝑝3

t = 0,446.0,431

0,0214729734317351

t = 8,952, dimana t-tabel : 1,968

Berdasarkan hasil diatas nilai t-hitung sebesar 8,952 > t-tabel sebesar 1,968, maka

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tidak langsung antara variabel iklan (X) terhadap

variabel loyalitas merek (Y) melalui autobiographical memory.

Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, maka didapatkan

hasil sebagai berikut:

Pengaruh Iklan terhadap Autobiographical Memory

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan variabel iklan dapat

mempengaruhi autobiographical memory konsumen serta memiliki pengaruh sebesar

30

50,6%. Sedangkan secara parsial variabel iklan memiliki pengaruh positif dam signifikan

terhadap autobiographical memory serta berpengaruh sebesar 44,6% dan sisanya 55,4%

(100% - 44,6%) dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel-variabel lain diluar model ini.

Braun (1999) menyatakan bahwa iklan yang diterima oleh konsumen akan mengingatkan

kembali ingatannya saat menggunakan produk tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, Lee

dan Johnson (2004) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa iklan menjalankan sebuah

fungsi “pengingat”. iklan terus-menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah

produk dimana ingatan itu akan disimpan dan dimasa yang akan datang mereka akan tetap

membeli produk yang diiklankan tanpa mempedulikan merek pesaingnya. Berdasarkan data

yang telah didapatkan sebanyak 138 responden sering sekali melihat iklan pasta gigi

Pepsodent maka ketika semakin sering responden melihat iklan produk tersebut maka

ingatan responden terhadap produk tersebut akan semakin kuat. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataan dari hasil kuesioner yang diberikan pada responden yang menunjukkan

responden sering melihat iklan pasta gigi Pepsodent:

Gambar 6.

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berkaitan dengan hal tersebut, Bassiouni dan Hackley (2014) dalam penelitiannya

mengungkapkan bahwa anak-anak dari umur 5 sampai 16 tahun saat ini dapat dengan

mudah mengakses teknologi komunikasi digital oleh karena itu kemudahan dalam

mengakses teknologi tersebut mengakibatkan anak-anak dapat dengan mudah melihat

iklan-iklan pasta gigi Pepsodent sehingga ingatan anak tersebut akan semakin kuat terhadap

produk tersebut. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kurniawan dan Haryanto (2011) menyatakan bahwa semakin baik iklan yang dimiliki

0

50

100

150

SangatTidakSetuju

TidakSetuju

Netral Setuju SangatSetuju

1 3

42

116138

Pernyataan: Saya sering melihat iklan pasta

gigi Pepsodent

31

perusahaan maka akan semakin kuat juga ingatan jangka panjang (autobiographical

memory) sehingga dapat diartikan bahwa semakin baik iklan yang dimiliki oleh pasta gigi

Pepsodent maka semakin kuat juga ingatan jangka panjang (autobiographical memory)

konsumen.

Pengaruh Autobiographical Memory terhadap Loyalitas Merek

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan variabel autobiographical

memory dapat mempengaruhi loyalitas merek konsumen serta pengaruh sebesar 58,4%.

Sedangkan secara parsial variabel autobiographical memory memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap loyalitas merek serta memiliki pengaruh sebesar 0,431 atau 43,1%

sedangkan sisanya 56,9% (100% - 43,1%) dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel-

variabel lain diluar model ini. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Pillemer (1998) dalam

Riegler dan Riegler (2009) menyatakan bahwa autobiographical memory memiliki fungsi

direktif yaitu dengan mengingat peristiwa-peristiwa yang dialami secara pribadi dan secara

rinci dapat berpengaruh terhadap perilaku langsung dimasa depan. Dalam hal ini, ketika

seseorang memiliki autobiographical memory yang baik terhadap suatu produk akan

berdampak pada perilakunya dimasa yang akan datang termasuk semakin kuatnya

loyalitasnya terhadap merek tertentu.

Berdasarkan data yang didapatkan bahwa 116 responden setuju bahwa merasa puas

dengan kualitas produk yang dimiliki oleh pasta gigi Pepsodent yang secara langsung

pengalaman merasa puas tersebut akan berdampak pada loyalitas pada merek tersebut

(Mowen dan Minor, 2002). Hal ini dapat dilihat dalam peraga berikut:

Gambar 7.

Sumber: Data Primer diolah, 2017

0

50

100

150

Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Netral Setuju Sangat

Setuju

2 1

70

116 111

Pernyataan: Saya merasa puas dengan

kualitas produk yang dimiliki oleh pasta

gigi Pepsodent

32

Berdasarkan gambar 7, pengalaman citra positif terhadap kualitas pada pasta gigi

Pepsodent setelah menggunakannya akan berpengaruh pada kesetiaanya terhadap merek

Pepsodent. Berdasarkan data yang didapatkan pengalaman citra positif pada pasta gigi

Pepsodent ini disebabkan oleh beberapa hal yang terkait dengan produk, yaitu: ingatan

mengenai kesegaran pada mulut anak setelah menggunakan produk, rasa mint pada produk,

isinya yang berwarna putih, warna gigi yang menjadi lebih putih setelah menggunakan

produk, mencegah gigi berlubang, seperti pada penjelasan responden pada kuesioner:

“Pepsodent itu memberi kesegaran pada mulut kita dan memutihkan gigi ...” “rasanya

menyegarkan, mencegah gigi berlubang ...” . Dari data yang didapatkan berdasarkan

lingkungan sekolah responden yaitu baik di responden yang bersekolah negeri maupun

swasta merasa terkesan dengan rasa segar yang dihasilkan dari pasta gigi Pepsodent.

Kesegaran yang terkandung dalam pasta gigi Pepsodent menjadikan anak-anak yang

bersekolah di negeri maupun swasta senang menggunakan pasta gigi tersebut sehingga

meciptakan citra positif bagi Pepsodent. Marconi (1993) dalam Fajrianthi dan Farah (2005)

menjelaskan bahwa produk yang memiliki citra positif akan menimbulkan kesetiaan

konsumen pada merek tersebut. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kurniawan dan Haryanto (2011) menyatakan bahwa semakin kuat

autobiographical memory anak maka akan semakin kuat juga loyalitas merek konsumen

sehingga dapat diartikan bahwa semakin kuat ingatan jangka panjang (autobiographical

memory) maka loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent akan semkain tinggi.

Pengaruh Iklan terhadap Loyalitas Merek

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan variabel iklan dapat

mempengaruhi loyalitas merek konsumen serta memiliki pengaruh sebesar 58,4%.

Sedangkan secara parsial variabel iklan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

loyalitas merek serta memiliki pengaruh sebesar 0,120 atau 12,0% sedangkan sisanya 88%

(100% - 12,0%) dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel-variabel lain diluar model ini.

Sejalan dengan hasil tersebut, Menurut Raising Children Network menyatakan bahwa anak-

anak berumur antara 12-13 tahun sudah mampu memahami tujuan periklanan dan

menggunakan informasi yang ada diiklan untuk memutuskan apa yang mereka inginkan.

Oleh karena itu pengiklan akan menggambarkan produknya sebaik mungkin agar menarik

anak-anak untuk membeli produk mereka dengan menggunakan daya tarik serta strategi

33

yang berbeda-beda (Barve, Sood, Nithya, dan Virmani, 2015) . Hal tersebut dilakukan

untuk meyakinkan anak-anak dan sebagai salah satu cara terbaik menjadikan anak-anak

loyal terhadap mereknya (Narayan, 2011).

Berkaitan dengan loyalitas merek, Paramita (2010) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa anak laki-laki maupun perempuan berumur 12-14 tahun akan selalu membeli pasta

gigi yang biasa digunakan dan akan mencari ketempat lain jika pasta gigi tersebut tidak ada

di gerai yang dikunjungi. Salah satu faktor yang mendukung pengaruh loyalitas merek

tersebut yaitu kepercayaan/keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap merek tersebut

(Schiffman dan Kanuk, 2004). Kepercayaan/keyakinan ini dapat berupa informasi yang

terdapat pada iklan. Berdasarkan data yang didapatkan terdapat 103 responden percaya

bahwa informasi yang terdapat didalam iklan Pepsodent benar. Hal ini dapat dilihat dalam

peraga berikut.

Gambar 8.

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi loyalitas merek

tersebut adalah iklan. Lee dan Johnson (2004) menyatakan bahwa periklanan menjalankan

sebuah fungsi “persuasive”; iklan mencoba membujuk para konsumen untuk membeli

merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan

tersebut. Hal ini juga dapat dilihat dari data yang didapatkan bahwa sebesar 52,3%

responden menyatakan iklan pasta gigi Pepsodent membuat responden untuk tetap setia

pada produk pasta gigi Pepsodent. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan

oleh Veronica (2015) menyatakan bahwa iklan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

loyalitas merek sehingga dapat diartikan bahwa semakin baik iklan yang dimiliki

perusahaan maka loyalitas merek produk pasta gigi Pepsodent akan semakin tinggi.

Sangat Tidak Setuju

Tidak Setuju

Netral

Setuju

Sangat Setuju

Pernyataan: Saya percaya informasi yang terdapat didalam

iklan Pepsodent benar

103

102

82

112

34

Pengaruh Iklan Terhadap Loyalitas Merek Melalui Autobiographical Memory

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel autobiographical memory mampu

memediasi variabel iklan dan variabel loyalitas merek serta memiliki pengaruh sebesar

0,192 atau 19,2% (0,446 x 0,431). Hal ini terlihat dari hasil uji sobel yang telah dilakukan

sebelumnya. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa iklan yang digunakan perusahaan untuk

mengkomunikasikan produknya dapat memanfaatkan autobiographical memory yang

dimiliki konsumen terhadap produknya agar mendapatkan loyalitas merek yang kuat.

Menurut Pillemer (1998) dalam Riegler dan Riegler (2009) menyatakan bahwa bagian

penting dari percakapan atau berkomunikasi dengan orang lain yaitu melibatkan

pembicaraan kisah-kisah pribadi mereka yang relevan dengan topik pembicaraan. Berkaitan

dengan hal tersebut kisah-kisah pribadi atau ingatan seseorang memiliki peran yang penting

dalam sebuah komunikasi. Maka ketika suatu perusahaan ingin mengkomunikasikan

produknya kepada konsumen baik itu melalui iklan sebaiknya perusahaan dapat

menggunakan autobiographical memory atau ingatan masa lalu konsumen sebagai salah

satu unsur yang dapat memperkuat loyalitas merek dari konsumen.

Hal ini juga didukung oleh data yang didapatkan bahwa anak-anak yang berumur

12-13 tahun memiliki ingatan yang baik saat dulu menggunakan pasta gigi Pepsodent, yaitu

sebanyak 132 anak menyatakan bahwa terkesan dengan rasa segar dari pasta gigi

Pepsodent. Selain itu, 117 anak-anak berumur 12-13 tahun menyatakan bahwa anak

tersebut ingat dulu, menyukai rasa pasta gigi Pepsodent. Ingatan yang baik terhadap pasta

gigi Pepsodent ini dapat dimanfaatkan dengan menciptakan iklan yang memanfaatkan

ingatan-ingatan positif tersebut untuk menciptakan loyalitas merek pada produk tersebut.

Merujuk pernyataan Marconi (1993) dalam Fajrianthi dan Farah (2005) menjelaskan bahwa

produk yang memiliki citra positif akan menimbulkan kesetiaan konsumen pada merek

tersebut. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniawan dan Haryanto

(2011) menyatakan bahwa semakin baik iklan yang dimiliki perusahaan maka akan

semakin kuat juga ingatan jangka panjang (autobiographical memory) yang dimiliki pada

anak yang berdampak pada semakin kuatnya loyalitas merek anak tersebut.

35

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, variabel iklan memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel autobiographical memory. Lalu Variabel

autobiographical memory memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel

loyalitas merek dan variabel iklan juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

loyalitas merek. Serta variabel autobiographical memory dapat mempengaruhi pengaruh

tidak langsung antara pengaruh iklan terhadap loyalitas merek maka dapat disimpulkan

secara simultan dan parsial variabel iklan dapat mempengaruhi variabel autobiographical

memory lalu variabel iklan dan autobiographical memory secara simultan dan parsial dapat

mempengaruhi loyalitas merek. Serta variabel autobiographical memory dapat memediasi

antara pengaruh iklan terhadap loyalitas merek sehingga dapat diartikan untuk membangun

loyalitas merek pada suatu produk sebaiknya iklan yang dibuat dapat memasukkan unsur-

unsur autobiographical memory (memori masa lalu) yang ada dibenak konsumen mengenai

produk tersebut sehingga konsumen dapat mengingat kembali kenangannya atau

ingatannya ketika dulu menggunakan produk tersebut.

Implikasi Teoritis

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibahas, maka implikasi teoritis dalam

penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Kurniawan dan Haryanto (2011)

menyatakan bahwa semakin baik iklan yang dimiliki perusahaan maka akan

semakin kuat juga ingatan jangka panjang (autobiographical memory) serta

semakin kuat autobiographical memory anak maka akan semakin kuat juga loyalitas

merek konsumen.

2. Hasil penelitian ini memperkuat penelitian Veronica (2015) menyatakan bahwa

iklan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas merek.

Implikasi Terapan

Hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini khususnya bagi perusahaan yaitu

sebaiknya ketika perusahaan ingin membangun loyalitas merek yang kuat pada sebuah

produk sebaiknya iklan yang dibuat oleh perusahaan dapat menambahkan hal-hal yang

mengingatkan konsumen dari produk tersebut pada masa lalu sehingga iklan yang dibuat

dapat mengingatkan konsumen kembali pada saat dulu menggunakan produk serta

36

bagaimana kesan saat pertama kali menggunakan produk sehingga hal ini dapat berdampak

pada loyalitas konsumen terhadap merek yang semakin kuat.

Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu penggunaan bahasa pada kuesioner yang

akan disebar kepada responden karena responden dalam penelitian ini yaitu anak-anak

berumur 12 sampai 13 tahun. Penggunaan bahasa yang rumit dan tidak sederhana

menyebabkan responden akan mengalami kesulitan dalam memahami maksud dari

pernyataan dan pertanyaan pada kuesioner yang diberikan.

Saran Penelitian

Dengan melihat keterbatasan-keterbatasan yang ada pada penelitian ini maka

sebaiknya pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan

mudah dimengerti di pernyataan dan petanyaan yang terdapat pada kuesioner.

.

37

Daftar Pustaka

Abram, S., & Luther, J. (2014). Born With The Chip: The Next Generation Will

Profoundly Impact Both Library Service and The Culture Within The Profession.

Journal of Customer Behaviour , 34-37.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta

Barve, G., Sood, A., Nithya, S., & Virmani, T. (2015). Effects of Advertising on Youth

(Age Group of 13-19 Years Age). Journal Mass Communication & Journlism , 5.

Bassiouni, D. H., & Hackley, C. (2014). 'Generation Z' Children's Adaptation To Digital

Consumer Culture: A Critical Literature Review. JOURNAL OF CUSTOMER

BEHAVIOUR , 113-133.

Braun, K. A. (1999). Post-experince Advertising Effects on Consumer Memory. Journal of

Consumer Research , 319-334.

Braun, K. A., Ellis, R., & Loftus, E. F. (2002). Make my Money: How Advertising Can

Change Our Memories of the Past. Journal of Psychology & Marketing , 1-23.

Downie, C., & Glazebrook, K. (2007). Mobile Phone and The Consumer Kids. Australia

Institute Research , 1-7.

Ekstrom, K. M. (2007). Parental Consumer Learning or Keeping Up With The Children.

Journal of Consumer Behaviour , 203-217.

Fajrianthi, & Farah, Z. (2005). Strategi Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen. INSAN ,

3.

Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS edisi 3.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2011). APLIKASI ANALISIS MULTIVARIETE DENGAN PROGRAM IBM

SPSS edisi 5. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hariyana, N. (2013). Pengaruh Penggunaan Iklan Endorser Produk Sabun LUX Media

Televisi Terhadap Keputusan Pembelian dan Loyalitas Merek Pada Konsumen

38

Produk Sabun LUX di Kabupaten Jember. Jurnal Ekonomi Akuntansi & Manajemen

, 1-28.

Jefkins, F. (1995). PERIKLANAN. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Kurniawan, S., & Haryanto, J. O. (2011). Kids As Future Market: The Role of

Autobiographical Memory in Building Brand Loyalty. Journal of Arts, Science &

Commerce , 77-90.

Lee, M., & Johnson, C. (2004). PRINSIP-PRINSIP POKOK PERIKALAN DALAM

PERSPEKTIF GLOBAL. Jakarta: Prenada Media.

Malhotra, N. K. (2009). Riset Pemasaran Pendekatan Terapan. Jakarta: PT Indeks.

Monika, L., & Prabowo, H. (2013). Pengaruh Iklan dan Kualitas Produk Terhadap

Kepuasan Pelanggan dan Dampaknya Pada Loyalitas Merek di PT Cipta Skynindo.

Binus Journal , 1-8.

Moriarty, Sandra, Nancy, Mitchell, & William, W. (2011). Advertising Edisi 8. Jakarta:

Kencana.

Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). PERILAKU KONSUMEN. Jakarta: PT Gelora Aksara

Pratama.

Narayan, A. (2011, April 26). Effects of Advertising on Children. Dipetik 11 23, 2017, dari

THE VIEWSPAPER: http://theviewspaper.net/effects-of-advertising-on-children/

Nugroho, B. A. (2005). STRATEGI JITU MEMILIH METODE STATISTIK PENELITIAN

DENGAN SPSS. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.

Paramita, E. L., & Ihalauw, J. J. (2010). Anak Sebagai Future Market: Studi

Autobiographical Memory. Jurnal Manajemen & Bisnis , 59-76.

R. C. (2016, Desember 09). Advertising and Children. Dipetik November 23, 2017, dari

raisingchildren.net.au: http://raisingchildren.net.au/articles/advertising.html

Rangkuti, F. (2002). The Power of Brands. Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi

Pengembangan Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

39

Riegler, G. R., & Riegler, B. R. (2009). Cognitive Psychology: Applying The Science of

The Mind. USA: Pearson Education Inc.

Sarjono, H., & Julianita, W. (2011). SPSS vs LISREL. Jakarta: Salemba Empat.

Schiffman, L. G., & Kanuk, L. L. (2004). Consumer Behavior. New Jersey: Prentice Hall.

Sekaran, U. (2 e006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Shimp, T. A. (2010). Advertising, Promotion, & Other Aspects of Integrated Marketing

Communications. Canada: Nelson Education, Ltd.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tjiptono, F. (2005). Strategi Bisnis Modern. Yogyakarta: Andi.

Unilever. (2016, Juli 14). Unilever Indonesia Bukukan Penjualan Rp 36,5 Triliun di 2015.

Dipetik Juni 20, 2017, dari Unilever Indonesia:

https://www.unilever.co.id/news/press-releases/2016/unilever-indonesia-bukukan-

penjualan-rp-36-5-triliun-di-2015.html

Award, T. B. (2017). Top Brand Index 2017 Fase 1. Dipetik Juli 14, 2016, dari Top Brand

Award:http://www.topbrand-award.com/top-brand-survey/survey-

result/top_brand_index_2017_fase_1

Veronica, F. (2015). Pengaruh Advertising dan Autobiographical Memory Terhadap Brand

Image serta Dampaknya Pada Brand Loyalty (Studi Kasus Pada Es Krim Magnum

di Jakarta Selatan). Repository UIN Syarif Hidayatullah , 1-185.

40

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

Nama :

Gender : Laki-Laki Perempuan

Usia :

Nama Sekolah :

Kelas :

Pekerjaan Ayah/Ibu :

Uang Saku per Hari :

Petunjuk

Dibawah ini terdapat sejumlah pertanyaan dan pernyataan.

Jawablah pertanyaan dan pernyataan dengan jawaban yang paling sesuai menurut

adik.

Disediakan lima (5) pilihan jawaba, yaitu : Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak

Setuju (TS), Netral/Tidak Berpendapat (N), Setuju (S), Sangat Setuju (SS).

STS TS N S SS

Berilah tanda centang ( ), untuk jawaban yang sesuai menurut adik.

41

1. Produk pasta gigi yang saat ini digunakan adalah :

...........................................................................................................................

2. Hal apa saja yang adik ingat mengenai pasta gigi yang sekarang dipakai ?

Berikan uraian singkat tentang hal yang masih diingat itu:

...................................................................................................................................... .

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

.......................................................................................

3. Apakah pasta gigi yang sekarang digunakan

a. Sama dengan yang dibeli orang tua

b. Dipilih sendiri oleh adik, kemudian baru dibelikan oleh orang tua

c. Dipilih sendiri dan dibeli dengan uang saku atau uang jajan sendiri

d. Sama dengan yang dipakai teman-teman lainnya

e. .................................................................................................................................

.........................................................(Jawaban lain jika tidak ada)

42

Selanjutnya, silahkan diisi pernyataan dibawah ini dengan memberikan tanda

centang( ) terhadap jawaban yang paling sesuai menurut adik dibawah ini.

Iklan

No. Keterangan

STS TS N S SS

1. Saya sering melihat iklan pasta

gigi Pepsodent

2. Saya tertarik dengan iklan

pasta gigi Pepsodent

3. Iklan pasta gigi Pepsodent

membuat saya sadar bahwa ada

pasta gigi yang bernama

Pepsodent

4. Saya merasa senang ketika

melihat iklan pasta gigi

Pepsodent

5. Saya percaya informasi yang

terdapat didalam iklan

Pepsodent benar

6. Informasi yang disampaikan

pada iklan pasta gigi Pepsodent

dibutuhkan oleh saya sebagai

konsumen Pepsodent

7. Informasi yang disampaikan

iklan membantu saya

membedakan pasta gigi

Pepsodent dengan pasta gigi

lainnya

8. Saya ingat informasi yang

disampaikan iklan pasta gigi

43

Pepsodent

9. Iklan pasta gigi Pepsodent

sesuai dengan situasi

No. Keterangan

STS TS N S SS

Kehidupan saya sehari-hari

10. Iklan pasta gigi Pepsodent

mengubah Pepsodent menjadi

Pasta gigi yang spesial

11. Iklan pasta gigi Pepsodent

mempengaruhi saya dalam

memutuskan untuk membeli

pasta gigi Pepsodent

12. Saya memerhatikan iklan pasta

gigi Pepsodent sebelum

membeli pasta gigi tersebut.

13. Iklan pasta gigi Pepsodent

membuat saya yakin bahwa

Pepsodent dapat membuat gigi

sehat

14. Iklan pasta gigi Pepsodent

membuat saya untuk tetap setia

pada produk pasta gigi

Pepsodent

15. Iklan pasta gigi Pepsodent

mampu mengajak saya untuk

membeli produk pasta gigi

Pepsodent

16. Iklan pasta gigi Pepsodent

44

membuat saya

memberitahukan orang lain

untuk membeli pasta gigi

Pepsodent

17. Informasi yang disampaikan

No. Keterangan

STS TS N S SS

dalam iklan Pepsodent

membuat saya agar mencegah

kerusakan yang ada pada gigi

Autobiographical Memory

No. Keterangan

STS TS N S SS

1. Saya terkesan dengan manfaat

pasta gigi Pepsodent yang

bermacam-macam

2. Saya terkesan dengan rasa

segar dari pasta gigi Pepsodent

3. Saya terkesan dengan pasta

gigi Pepsodent karena orang

lain membicarakannya

4. Saya terkesan dengan

pengalaman pertama saya

menggunakan pasta gigi

Pepsodent

5. Saya ingat logo pasta gigi

Pepsodent bertuliskan huruf

Pepsodent

45

6. Saya ingat dari dulu pasta gigi

Pepsodent merupakan pasta

gigi kesukaan saya

7. Saya ingat dari dulu, saya lebih

menyukai pasta gigi Pepsodent

dibandingkan dengan produk

pasta gigi lainnya

No. Keterangan

STS TS N S SS

8. Saya ingat dari dulu, saya

merasa senang ketika

menggunakan pasta gigi

Pepsodent

9. Saya ingat dari dulu, saya suka

dengan rasa pasta gigi

Pepsodent

10. Saya ingat dari dulu, saya

terkesan dengan iklan pasta

gigi Pepsodent yang menarik

Loyalitas Merek

No. Keterangan

STS TS N S SS

1. Saya akan membeli pasta gigi

Pepsodent berulang kali

2. Ketika saya membeli produk

pasta gigi, saya hanya membeli

satu merek pasta gigi yaitu

pasta gigi Pepsodent

46

3. Saya membeli pasta gigi

Pepsodent karena harganya

yang terjangkau

4. Saya merasa puas dengan

kualitas produk yang dimiliki

oleh pasta gigi Pepsodent

5. Saya merasa bersahabat

dengan merek pasta gigi

Pepsodent

6. Saya sudah percaya dengan

merek pasta gigi Pepsodent

7. Saya akan merekomendasikan

pasta gigi Pepsodent kepada

orang lain untuk dibeli

Lampiran 2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.

Tabel 10.

Hasil Uji Validitas Variabel Iklan

Item

Pernyataan

Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan

X_1 ,406 VALID

X_2 ,425 VALID

X_3 ,598 VALID

X_4 ,627 VALID

X_5 ,642 VALID

X_6 ,523 VALID

X_7 ,549 VALID

X_8 ,489 VALID

X_9 ,490 VALID

X_10 ,590 VALID

X_11 ,792 VALID

X_12 ,582 VALID

47

X_13 ,761 VALID

X_14 ,786 VALID

X_15 ,666 VALID

X_16 ,689 VALID

X_17 ,568 VALID

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Tabel 11.

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Iklan

Cronbach’s Alpha N of Item

,892 17

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Tabel 12.

Hasil Uji Validitas Variabel Autobiographical Memory

Item

Pernyataan

Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan

Z_1 ,719 VALID

Z_2 ,597 VALID

Z_3 ,384 VALID

Z_4 ,551 VALID

Z_5 ,412 VALID

Z_6 ,591 VALID

Z_7 ,674 VALID

Z_8 ,581 VALID

Z_9 ,727 VALID

Z_10 ,586 VALID

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Tabel 13.

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Autobiographical Memory

Cronbach’s Alpha N of Item

,786 10

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Tabel 14.

Hasil Uji Validitas Variabel Loyalitas Merek

Item

Pernyataan

Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan

48

Y_1 ,852 VALID

Y_2 ,854 VALID

Y_3 ,398 VALID

Y_4 ,650 VALID

Y_5 ,725 VALID

Y_6 ,854 VALID

Y_7 ,625 VALID

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Tabel 15.

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Loyalitas Merek

Cronbach’s Alpha N of Item

,837 7

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Lampiran 3

Hasil Uji Asumsi Klasik

Tabel 16.

Hasil Uji Normalitas

Unstandardized

Residual

N 300

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.92172076

Most Extreme Differences Absolute .041

Positive .041

Negative -.0355

Test Statistic .041

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Tabel 17.

Hasil Uji Heterokedatisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4,009 ,752 5,329 ,000

49

Iklan -,010 ,016 -,054 -,665 ,507

Auto -,028 ,025 -,092 -1,128 ,260

a. Dependent Variable: RES2

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Tabel 18.

Hasil Uji Multikoliniearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2,390 1,213 1,970 ,050

Iklan ,120 ,025 ,251 4,718 ,000 ,494 2,023

Auto ,431 ,041 ,565 10,609 ,000 ,494 2,023

a. Dependent Variable: Brandloyal

Sumber: Data Primer diolah, 2017