Upload
wordspress
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TEORI DAN ORGANISME
A. Teori Evolusi
Evolusi adalah ilmu tentang perubahan-perubahan
organisme yang berangsur-angsur menuju kepada kesesuaian
dengan waktu dan tempat. Dari definisi tersebut, evolusi
tidak akan pernah membuktikan bagaimana kera berubah
menjadi manusia. Evolusi bukan proses perubahan dari
suatu organisme (spesies) ke organisme (spesies) yang
lain. Evolusi merupakan perubahan frekuensi alel suatu
populasi per satuan waktu. Menurut teori evolusi, kera
mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat dengan manusia.
Teori evolusi tidak menerangkan bahwa kera adalah
nenek moyang langsung dari manusia. Pada dasarnya, teori
evolusi menjelaskan bahwa perubahan frekuensi alel dari
suatu populasi merupakan proses evolusi. Dengan demikian,
semua organisme berevolusi dari waktu ke waktu. Pada
zaman Aristoteles hingga zaman Linnaeus, suatu spesies
dianggap tetap, tidak mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Akan tetapi, setelah teori evolusi muncul,
1
pendapat itu berubah. Suatu populasi organisme berubah
dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi lingkungannya
(seleksi alami).
Gagasan mengenai teori evolusi, dimulai oleh seorang
naturalis berkebangsaan Inggris bernama Charles Darwin.
Pemikirannya mulai muncul setelah ia menerima tawaran
dari Angkatan Laut Inggris untuk berkelana mengelilingi
dunia menggunakan kapal layar HMS Beagle selama 5 tahun
tanpa bayaran. Suatu saat di akhir tahun 1835, rombongan
kapal ini mendarat di sebuah pulau di Amerika Selatan
yang dikenal dengan nama Pulau Galapagos. Selama tiga
minggu di pulau ini, Darwin telah banyak mengambil sampel
tumbuhan, reptil, dan hewan-hewan lainnya. Hal yang
paling mengesankan bagi Darwin adalah adanya burung-
burung dari famili Fringilidae yang memiliki paruh dengan
bentuk yang beraneka ragam. Variasi yang dimiliki burung
tersebut ternyata tidak hanya terlihat pada bentuk
paruhnya saja, tetapi juga dari jenis makanannya. Setiap
jenis makanan ternyata telah menjadi makanan utama bagi
salah satu jenis burung famili Fringilidae ini.
2
1. Teori Darwin
Darwin juga menemukan bahwa hanya sedikit burung
jenis lain selain family Fringilidae yang terdapat di pulau
tersebut.Setelah pulang kembali ke Inggris, Darwin
menemukan permasalahan dalam menjelaskan mengapa setiap
daerah yang dia kunjungi memiliki keanekaragaman yang
berbeda. Hal yang selalu paling membuatnya tertarik
adalah kenyataan mengenai bentuk-bentuk paruh dari burung
finch yang dia temukan di Pulau Galapagos. Gagasan
tentang asal-usul organisme ini ternyata tidak
dikemukakan oleh Darwin seorang. Seorang ilmuwan
berkebangsaan Inggris lainnya, yakni Alfred Russel
Wallace juga menyatakan hal yang sama mengenai konsep
asal-usul organisme.
Dalam bukunya yang berjudul ”The Orgin of Species by Means of
Natural Selection,” Charles Darwin mengungkapkan teorinya
mengenai evolusi. Pokok utama dari teori Darwin tersebut
adalah sebagai berikut:
3
a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu
organisme disebabkan oleh seleksi alami (natural
selection).
b. ”Survival of the fittest”, artinya siapa yang
paling kuat dia akan bertahan. Darwin mengemukakan
bahwa individu yang kuat akan bertahan dan akan
mewariskan sifat ke generasi berikutnya.
c. ”Struggle for existance”, artinya berjuang keras
untuk bertahan hidup. Individu yang tidak dapat
bertahan akan mati dan terjadi kepunahan,
sedangkan yang bertahan akan melanjutkan hidupnya
dan bereproduksi.
2. Teori Lanmarck
Bisa dibilang, evolusi penyu adalah cerita mudah
diikuti: rencana penyu dasar tubuh muncul sangat awal
dalam sejarah kehidupan (selama periode Triassic akhir),
dan telah berlangsung cukup banyak berubah hingga hari
ini, dengan variasi biasa dalam ukuran, habitat dan
ornamentasi. Seperti jenis lain sebagian besar hewan,
meskipun, pohon evolusi penyu termasuk pangsa rantai yang
4
hilang (beberapa teridentifikasi, beberapa tidak), mulai
palsu, dan berumur pendek episode gigantisme.
3. Teori Weismann
Orang yang mengemukakan teori ini adalah August
Weismann (1834–1914). Weismann adalah seorang ahli
biologi berkebangsaan Jerman. Dalam teorinya dinyatakan
bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap
faktor genetis.2. Perdebatan Ilmuwan Tentang Evolusi,
banyaknya ahli yang mengajukan teori-teori evolusinya,
menimbulkan pertentangan pendapat di antara ilmuwan-
ilmuwan tersebut. Hasil pengamatan setiap ilmuwan
berbeda. Hal tersebut dapat dipahami karena teori evolusi
yang dikemukakan hanya didasarkan atas pengamatan bukti-
bukti evolusi, bukan berdasarkan eksperimen di
laboratorium sehingga hasilnya belum pasti.
B. Evolusi Penyu
1. Penyu atau Kura-Kura
Penyu laut merupakan hewan reptilia yang langka. Penyu
laut saat ini telah menjadi hewan yang sangat dilindungi
karena jumlahnya di muka bumi ini yang hampir punah.
5
Kehidupan penyu lautpun sampai saat ini masih menjadi
sebuah misteri. Seiring dengan perkembangan peradaban
manusia, perlahan-lahan kehidupan penyu laut pun mulai
diketahui. Para ilmuwan dan peneliti meyakini bahwa
penyu laut merupakan hewan purba yang telah ada sejak
zaman dinosaurus. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya
fosil-fosil hewan purba yang menyerupai bentuk penyu di
beberapa negara.
Penyu diperkirakan telah hidup sejak zaman Triassic (250
– 210 tahun yang lalu). Zaman Triassic ini merupakan
zaman dimana Dinosaurus dan reptilia laut mulai muncul
dan reptilia yang menyerupai mamalia pemakan daging yang
disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertama pun
mulai muncul pada zaman ini. Benua Pangea bergerak ke
Utara dan gurun. mulai terbentuk. Lembaran es di bagian
selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pange.
Penyu yang diperkirakan hidup pada zaman Triasic
merupakan jenis hewan darat seperti kura-kura. Penyu yang
ada pada zaman itu diduga merupakan nenek moyang penyu
6
laut, dimana penyu tersebut merupakan transisi antar
penyu primitive dan penyu perenang.
Dari hasil penemuan sebuah fosil hewan purba yang
menyerupai penyu, diduga penyu mulai menjalani kehidupan
hampir sepenuhnya di air sejak 180 – 160 juta tahun yang
lalu. Dimana, pada saat itu diperkirakan telah memasuki
zaman Jurassic yaitu zaman setelah zaman Triassic. Penyu
mulai menghabiskan hidupnya hampir sepenuhnya di laut
diperkirakan karena pada zaman Jurassic ini banyak
Dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa dan
Dinosaurus sepenuhnya mengusai muka bumi. Selain itu,
diduga juga karena pakan di darat mulai sulit di dapat
dan pada saat itu dan bentuk Pangea sudah terpecah
sehingga pada saat zaman itu sudah terdapat danau-danau
dan lautan purba yang luas.
Seiring dengan berjalannya waktu, perubahan dari zaman ke
zaman menyebabkan penyu menjadi hewan laut yang seperti
kita kenal sekarang. Jenis-jenis penyu perlahan-lahan
mulai berkurang jumlahnya. Hal ini diduga diakibatkan
karena perubahan kondisi alam yang terkadang tidak
7
mendukung kehidupan penyu dan perburuan predator air
yang semakin ganas, sehingga penyu yang berukuran besar
sering dijadikan mangsa. Beberapa penyu diduga mengalami
evolusi dan menghasilkan penyu laut yang ada seperti
sekarang ini.
Penyu laut seperti hewan purba lainnya diduga mengalami
seleksi alam secara perlahan. Pada jaman dahulu
diperkirakan ada banyak jenis penyu laut yang hidup.
Tapi, karena adanya banyak perubahan yang terjadi di muka
bumi ini, keberadaan penyu lautpun secara perlahan mulai
berkurang dan mengalami kepunahan akibat dari seleksi
alam. Beberapa jenis penyu laut yang masih hidup sampai
saat ini diperkirakan merupakan jenis penyu laut yang
telah mengalami evolusi dan mampu bertahan hidup melewati
seleksi alam.
2. Persebaran Penyu
Di Indonesia, jumlah penyu laut yang ada diperkirakan
sangat banyak dan terdapat 6 jenis penyu dari 7 jenis
penyu yang ada di dunia. Hal ini dikarenakan karena
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki iklim
8
tropis. Selain itu di Indonesia juga banyak terdapat
pantai yang cocok untuk dijadikan pantai peneluran penyu
laut dan daerah mencari pakan.
Seluruhnya, diperkirakan terdapat sekitar 260 spesies
kura-kura dari 12-14 suku (familia) yang masih hidup di
pelbagai bagian dunia. Di Indonesia sendiri terdapat
sekitar 45 jenis dari sekitar 7 suku kura-kura dan penyu.
Suku-suku tersebut dan beberapa contohnya:
a. Anak bangsa Pleurodira
1) Chelidae, kura-kura leher ular
Suku ini dinamai demikian karena kebanyakan
anggotanya memiliki leher yang panjang. Karena tak
dapat ditarik masuk, kepala kura-kura ini hanya
dilipat menyamping di sisi tubuhnya di bawah
lindungan pinggiran tempurung badannya. Suku kura-
kura leher ular menyebar terutama di Papua dan
Australia serta pulau-pulau di sekitarnya, dan di
Amerika Selatan. Di luar tempat-tempat tersebut
ditemukan pula di Pulau Rote, Nusa Tenggara. Habitat
9
kura-kura ini adalah perairan tawar. Beberapa
jenisnya yang ada di Indonesia, di antaranya:
a) Kura-kura rote (Chelodina mccordi)
b) Kura-kura papua (Chelodina novaeguineae)
c) Kura-kura perut putih (Elseya branderhosti)
2) Pelomedusidae
Seperti kerabat terdekatnya, Chelidae, anggota suku
ini merupakan kura-kura air tawar. Kura-kura ini
hidup di Amerika Selatan, Afrika dan Madagaskar dan
tidak didapati di Indonesia.
b. Anak bangsa Cryptodira
1) Cheloniidae, penyu
Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali
yang betina ketika bertelur, penyu boleh dikatakan
tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia
mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki
dan ekor penyu tak dapat ditarik masuk ke
tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung,
dan lubang hidungnya yang berada di sisi atas
moncongnya, merupakan bentuk adaptasi yang sempurna
10
untuk kehidupan laut. Penyu tersebar luas di
samudera-samudera di seluruh dunia. Dari tujuh
spesies anggota suku ini, enam di antaranya
ditemukan di Indonesia. Beberapa contohnya adalah:
a) Penyu hijau (Chelonia mydas)
b) Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
2) Dermochelyidae, penyu belimbing
Suku penyu ini hanya memiliki satu anggota saja,
yakni penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Hidup di
lautan-lautan besar hingga ke daerah dingin, penyu
ini merupakan kura-kura terbesar yang masih hidup.
Panjang tubuhnya (panjang karapas) dapat mencapai 3
m, meski umumnya hanya sekitar 1.5 m atau kurang,
dan beratnya mendekati 1 ton.
3) Chelydridae
Suku ini terdiri dari kura-kura air tawar berekor
panjang dan berkepala besar, yang menyebar di
Amerika. Dengan perkecualian satu marga anggotanya
(Platysternon) yang menyebar di Tiongkok dan
11
Indochina. Beberapa ahli memasukkan Platysternon ke
dalam suku tersendiri, Platysternidae.
4) Kinosternidae
Yakni suku kura-kura air tawar kecil dari Amerika
bagian tengah. Hewan yang mampu mengeluarkan bau
tak enak ini tidak terdapat di Indonesia.
5) Dermatemyidae
Juga menyebar terbatas di Amerika Tengah.
Dermatemys berukuran relatif besar dan hidup di
sungai-sungai.
6) Carettochelyidae, labi-labi moncong babi
Suku ini hanya memiliki satu anggota yang hidup,
yakni labi-labi moncong babi (Carettochelys insculpta).
Lainnya telah punah dan hanya ditemukan dalam
bentuk fosil. Labi-labi ini menyebar terbatas di
Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara.
7) Trionychidae, labi-labi
Menyebar luas di Amerika utara, (Eropa), Afrika dan
Asia, ini adalah suku labi-labi yang paling banyak
jenisnya. Di Australia, suku ini hanya tinggal
12
berupa fosil. Beberapa contohnya dari Indonesia
adalah:
a. Bulus (Amyda cartilaginea)
b. Manlai alias labi-labi bintang (Chitra chitra)
c. Labi-labi hutan (Dogania subplana)
d. Labi-labi irian (Pelochelys bibroni)
e. Antipa, labi-labi raksasa (Pelochelys cantori)
8) Emydidae
Ini adalah suku kura-kura akuatik dan semi akuatik
yang hidup di air tawar di Eropa, Asia dan terutama
di Amerika. Emydidae merupakan salah satu suku kura-
kura terbesar dari segi jumlah anggotanya. Tidak ada
spesiesnya di Indonesia kecuali dalam bentuk hewan
introduksi sebagai hewan peliharaan. Salah satu
contohnya yang banyak dipelihara di Indonesia adalah
kura-kura telinga merah (Trachemys scripta).
9) Geoemydidae
Merupakan suku kura-kura yang terbanyak anggotanya,
Geoemydidae (dahulu disebut Bataguridae) terutama
menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu, anggota suku
13
ini juga ditemukan di Afrika bagian utara, Erasia
dan Amerika tropis. Ini adalah suku kura-kura air
tawar yang terutama hidup di sungai-sungai, meskipun
sering pula ditemui di daratan. Di Indonesia
terdapat sekitar 11 jenisnya. Di antaranya:
a) Biuku (Batagur baska)
b) Beluku atau tuntong (Callagur borneoensis)
c) Kuya batok (Cuora amboinensis)
10) Testudinidae, kura-kura darat sejati
Adalah suku kura-kura darat dengan banyak anggota
yang tersebar luas di seluruh dunia. Kura-kura
raksasa dari Kepulauan Galapagos dan kura-kura darat
berumur panjang dari Kep. Seychelles di atas
termasuk ke dalam suku ini. Dua anggotanya terdapat
di Indonesia:
a. Baning sulawesi (Indotestudo forsteni)
b. Baning coklat (Manouria emys)
c. Anak bangsa Paracryptodira (Telah punah)
Kura-kura adalah hewan ideal untuk menguji ide-ide
evolusi karena beberapa struktur mereka yang paling unik,
14
seperti kerang keras, melestarikan sangat baik dalam
catatan fosil. Yang juga membuat calon penyu sempurna
untuk mempelajari evolusi adalah bahwa rencana tubuh
mereka adalah unik di antara tetrapoda, dan akan
memerlukan 'beberapa perubahan luar biasa dalam kerangka
dan organ internal' karena mereka berevolusi dari
tetrapoda khas. Contohnya adalah bahwa skapula vertebrata
berada di luar tulang rusuk, tetapi dalam penyu skapula,
tulang humerus dan beberapa lainnya adalah semua bagian
dalam tulang rusuk. Selain itu, pernapasan sangat berbeda
dibandingkan dengan reptil lainnya karena dada penyu
tidak dapat dilembungkan.
Terdapat 2 mekanisme yang mendorong evolusi :
1. Seleksi alam, merupakan suatu proses alam yang
menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk
keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme
menjadi lebih umum dalam suatu populasi atau
sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi berkurang.
Hal ini terjadi karena individu dengan sifat yang
menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi,
15
sehingga lebih banyak individu pada generasi
selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang
menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi,
adaptasi terjadi melaui kombinasi perubahan kecil
sifat yang terjadisecara terus-menerus dan acak ini
dengan seleksi alam.
2. Hayutan genetic, merupakan sebuah proses bebas
menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat
suatu populasi. Hanyutan genetic dihasilkan oleh
probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan
ketika suatu individu bertahan hidup dan
bereproduksi. Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh
hanyutan genetic dan seleksi alam kecil, perubahan
ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang
subtansial pada organisme. Proses ini mencapai
puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan
oleh cabang biologi yang dinamakan biologi evoluisioner.
Cabang inilah yang mengembangkan dan menguji teori-teori
yang menyebabkan evolusi. Kajian catatan fosil dan
16
keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah
meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa
spesies berubah dari waktu ke waktu. Mekanisme yang
mendorong perubahan ini menjadi jelas ketika teori
evolusi melalui seleksi alam dipublikasikan oleh Chasles
Darwin pada tahun 1859. Kemudian, pada tahun 1930 teori
seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori Mendel
membentuk Sintesis Evolusi Modern seperti yang telah
dijelaskan tadi.
Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong
riset yang secara terus-menerus menimbulkan pertanyaan
baru, dimana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi
modern yang memberikan penjelasan secara menyeluruh
tentang keanekaragaman hayati di bumi. Karena kurangnya
intermediet fosil, evolusionis harus resor untuk
hipotesis spekulatif untuk menyelamatkan penyu agar
sesuai ke dalam evolusi. Satu hipotesis adalah bahwa
karapas penyu secara bertahap berevolusi dari 'unsur
integumen reptil primitif. Reptil ahli Olivier Rieppel
berpendapat bahwa besar 'masalah bagi ahli biologi
17
evolusi adalah untuk menjelaskan transformasi ini dalam
konteks sebuah proses bertahap. Rieppel berpendapat bahwa
kura-kura tidak bisa berkembang dengan proses bertahap,
dan menyimpulkan bahwa mereka dapat menjadi contoh dari
'beberapa monster'.
Baru-baru Gilbert dan rekan-rekannya telah
mengusulkan sebuah model teoritis embriologis yang
melibatkan gerakan dari tulang rusuk ke dalam lapisan
kulit yang menyebabkan evolusi dari cangkang penyu.
Pemodelan ini, meskipun berguna, tidak dapat menggantikan
kebutuhan untuk bukti paleontologis.
Sisa-sisa fosil reptil purba yang hidup 220 juta
tahun yang lalu mungkin telah memecahkan teka-teki
bagaimana kura-kura mendapat cangkangnya dan, dalam
proses, dibersihkan salah satu misteri yang paling abadi
evolusi hewan.
Ini adalah penyu tertua seperti fosil dan cangkangnya
tampaknya hanya setengah terbentuk, menutupi perutnya
tetapi meninggalkan kembali tanpa kondom nya. Para
ilmuwan percaya hal itu menunjukkan transisi evolusioner
18
dari negara shell-kurang dari nenek moyang penyu yang
paling awal ke shell sepenuhnya terbentuk dari semua
kura-kura hidup. Cangkang penyu adalah salah satu
struktur yang paling menarik dalam kerajaan hewan, dan
ahli zoologi telah lama berdebat tentang bagaimana
rencana tubuh pelindung perangkat dan tidak biasa bisa
berevolusi dari struktur anatomi yang sudah ada
sebelumnya.
Penemuan terbaru, yang dibuat oleh palaeontolog
penggalian di kaya fosil provinsi Cina Guizhou,
menunjukkan bahwa cangkang kura-kura berkembang dari
pertumbuhan tulang yang berkembang dari tulang belakang
dan tulang rusuk, bukan penggabungan lempeng tulang yang
ditemukan pada kulit dari beberapa reptil .
"Sejak tahun 1800, telah terjadi banyak hipotesis tentang
asal usul kulit penyu," kata Xiao Wu-chun, seorang
paleontolog dengan Museum Alam Kanada di Ottawa, Ontario,
yang merupakan bagian dari tim peneliti. "Sekarang kami
memiliki fosil-fosil kura-kura paling awal Mereka
mendukung teori bahwa shell akan dibentuk dari bawah
19
sebagai perpanjangan dari tulang punggung dan tulang
rusuk, bukan sebagai lempeng tulang dari kulit yang lain
telah berteori.."
Kura-kura memiliki rencana tubuh unik yang hampir
tidak berubah sejak punahnya dinosaurus 65 juta tahun
yang lalu, dan shell khas khas mendefinisikan tempat
dalam kerajaan hewan.
Penemuan fosil penyu paling awal dibuat pada tahun
2005 namun deskripsi lengkap ilmiah makhluk itu dan nama
- Odontochelys semitestacea - muncul untuk pertama
kalinya dalam edisi terbaru jurnal Nature, oleh tim yang
dipimpin oleh Chun Li dari Chinese Academy of Sciences di
Beijing. "Ini adalah kura-kura pertama dengan shell tidak
lengkap," kata Olivier Rieppel dari Field Museum di
Chicago, yang juga dalam tim. "Shell adalah sebuah
inovasi evolusioner Sulit untuk menjelaskan bagaimana ia
berkembang tanpa contoh menengah.."
Cangkang kura-kura dibagi menjadi dua bagian. Para
Plastron rendah meliputi bawah dan melindungi penyu
berenang dari predator menyerang dari bawah, dan karapas
20
atas melindungi dari atas. Fosil 220-juta tahun ditemukan
di Cina memiliki Plastron sepenuhnya terbentuk yang
menunjukkan bahwa makhluk itu berenang bebas dan harus
dilindungi dari bawah, tetapi tidak memiliki karapas
kembali.
"Reptil yang hidup di darat memiliki perut mereka
dekat dengan tanah dengan sedikit paparan bahaya," kata
Dr Rieppel, menjelaskan mengapa keberadaan Plastron
menunjukkan bahwa penyu kuno pastilah air penghuni.
Daripada shell atas sepenuhnya terbentuk, fosil telah
diratakan tulang rusuk dan tulang punggung diperluas yang
akan memberinya perlindungan parsial. Tengkoraknya juga
mengandung gigi, yang pada keturunan kemudian akan
diganti dengan paruhnya terangsang dimiliki oleh zaman
modern penyu.
Beberapa reptil, seperti buaya, memiliki lempeng
tulang di kulitnya disebut osteoderms, juga ditemukan
pada kerabat punah seperti dinosaurus. Karakteristik ini
dipandang sebagai penjelasan yang mungkin untuk kulit
penyu jika mereka menyatu menjadi struktur tunggal.
21
Tetapi penelitian menunjukkan bahwa selama perkembangan
embrio tulang punggung penyu memperluas luar dan tulang
rusuk memperluas untuk bertemu dan membentuk shell. Hal
ini menunjukkan jalur alternatif evolusi yang sekarang
didukung oleh fosil yang ditemukan di Cina.
"Hewan ini memberitahu orang melupakan leluhur kura-
kura tertutup osteoderms," kata Dr Rieppel. Penjelasan
yang lebih mungkin adalah bahwa shell berevolusi dari
outgrowths dari tulang rusuk dan tulang belakang yang
akhirnya menyatu untuk membentuk shell tunggal, seperti
yang mereka lakukan selama perkembangan embrio.
C. Penyu Laut yang Telah Punah
Semua penyu laut masuk ke dalam superfamili
Chelonioidae. Superfamili ini dibagi lagi ke dalam 5 famili
kecil, yaitu : family Toxochelyidae, family Cheloniidae,
family Thalassemyidae, family Dermochelyidae dan family
Protostegidae. Dari kelima family tersebut, 3 famili telah
mengalami kepunahan, yaitu family, Toxochelyidae,
Thalassemyidae dan Protostegidae. Para peneliti sampai saat
22
ini masih berusaha mencari fosil-fosil yang tersisa dari
ketiga family tersebut.
Fosil penyu laut dari family Protostegidae pernah
ditemukan oleh para peneliti di shale Pierre, Dakota
Selatan pada tahun 1970. Penyu laut family ini diduga
hidup selama era Mesozoikum. Family Protostegidae ini
mencakup 4 genus penyu laut yang berukuran besar-besar,
yaitu : Archelon, Chelosphargis, Protostega dan Santanachelys. Salah
satu yang terbesar dan yang ditemukan oleh para peneliti
di shale pierre Dakota Selatan pada tahun 1970 adalah
dari genus Archelon. Fosil Archelon memiliki panjang lebih
dari 4 meter dan sekitar 4, 87 meter lebarnya dari sirip
ke sirip. Ukuran ini adalah ukuran terbesar yang pernah
ditemukan oleh para peneliti.
Fosil penyu laut lain lagi yang pernah ditemukan para
peneliti yang diperkirakan telah hidup pada zaman
Triassic adalah Eilanchelys waldmani. Penyu ini adalah penyu
tertua dan merupakan nenek moyang penyu laut. Penyu
spesies ini merupakan jenis hewan darat seperti kura-
kura.. Penyu ini berat, jalannya lambat, dipersenjatai
23
tempurung dan tumit yang tebal. Tempurungnya seperti
kura-kura berukuran panjang 30 cm. Penyu ini tidak
memiliki sirip seperti penyu laut, tetapi penyu ini masih
bisa berenang dan penyu ini merupakan penyu perenang
tertua. Fosil penyu spesies Eilanchelys waldmani ini
ditemukan di Inggris pada tahun 2008.
Masih banyak lagi sebenarnya fosil penyu laut yang
telah ditemukan peneliti. Dan sampai saat ini, para
peneliti masih terus mencari fosil-fosil yang terkubur di
berbagi Negara untuk lebih mengetahui pasti bagaimana
penyu laut tersebut berevolusi dari zaman ke zaman.
D. Penyu Laut yang Masih Hidup Sampai Sekarang
Saat ini, masih ada 7 jenis penyu laut yang masih
hidup di dunia. Enam diantaranya ada di Indonesia.
Ketujuh jenis penyu laut yang masih hidup tersebut
termasuk dalam family :
1. Famili Cheloniidae
a. Penyu Hijau (Chelonia mydas)
b. Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
c. Penyu TempaYan (Caretta caretta)
24
d. Kemp Ridley (Lepidochelys kempi)
e. Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea)
f. Penyu Pipih (Narator depressus)
2. Famili Dermochelyidae
a. Penyu belimbing (Dermochelys coriace)
Dari ketujuh jenis Penyu laut yang ada, jenis penyu
belimbing diduga merupakan jenis penyu yang telah
hidup dari sejak zaman purba dan telah mengalami
evolusi, sehingga menjadi penyu belimbing seperti
yang ada saat ini. Penyu sisik juga dikatakan oleh
para peneliti merupakan penyu laut purba yang telah
hidup dari sejak zaman Jurassic di Kepulauan karibia,
Australia dan daerah sekitar Puerto rico.Secara
evolusioner peneliti beranggapan Jenis Eretmochelydae
secara umum merupakan hasil evolusi dari nenek moyang
karnivora. Penyu hijau juga dikatakan oleh para
peneliti merupakan jenis penyu yang telah hidup di
zaman Jurassic dan telah mengalami evolusi sampai
saat ini yang diduga berasal dari nenek moyang
Herbivorous chelonii.
25
E. Fakta Hewan Air yang Naik ke Darat Tidak Bisa
Transisi Menjadi Hewan Darat
Evolusionis menyatakan bahwa suatu ketika, spesies
yang hidup di air naik ke darat dan berubah menjadi
spesies darat. Ada sejumlah fakta yang sangat jelas
menunjukkan kemustahilan transisi seperti itu:
1. Keharusan membawa beban tubuh: makhluk penghuni air
membawa beban tubuh mereka tanpa masalah. Tetapi,
bagi sebagian besar binatang darat, 40% energi
mereka habis hanya untuk membawa beban tubuh mereka.
Makhluk hidup yang berpindah dari air ke darat harus
mengembangkan sistem otot dan kerangka baru secara
bersamaan agar dapat memenuhi kebutuhan energi ini.
Suatu hal yang tidak mungkin terjadi melalui mutasi
kebetulan.
2. Daya tahan terhadap panas: suhu daratan dapat
berubah dengan cepat dan naik-turun dalam rentang
yang lebar. Makhluk hidup di darat memiliki
mekanisme tubuh yang dapat menahan perubahan-
perubahan suhu yang besar itu. Akan tetapi, suhu
26
lautan berubah secara perlahan dan perubahan
tersebut tidak terjadi dalam rentang yang terlalu
lebar. Organisme hidup dengan sistem tubuh sesuai
temperatur laut yang konstan akan membutuhkan suatu
sistem perlindungan agar perubahan suhu di darat
tidak akan membahayakan. Sangat tidak masuk akal
bahwa ikan mendapatkan sistem tersebut melalui
mutasi acak segera setelah mereka naik ke darat.
3. Penggunaan air: air dan kelembaban yang penting
untuk metabolisme harus digunakan sehemat mungkin
karena kelangkaan sumber air di darat. Sebagai
contoh, kulit harus dirancang agar dapat
mengeluarkan air sejumlah tertentu, sekaligus
mencegah penguapan berlebihan. Karenanya, makhluk
hidup di darat memiliki rasa haus karakteristik yang
tidak dimiliki organisme air. Di samping itu, kulit
tubuh hewan air tidak sesuai untuk habitat non air.
4. Ginjal: organisme air dapat dengan mudah membuang
zat-zat sisa dalam tubuh mereka (terutama amonia)
dengan penyaringan, karena banyaknya air dalam
27
habitat mereka. Di darat, air harus digunakan
sehemat mungkin. Itulah sebabnya hewan darat
memiliki sistem ginjal. Berkat ginjal, amonia
disimpan dengan cara mengubahnya menjadi urea dan
hanya membutuhkan sejumlah kecil air untuk
membuangnya. Di samping itu, beberapa sistem baru
dibutuhkan untuk membuat ginjal berfungsi.
Singkatnya, agar perpindahan dari air ke darat dapat
terjadi, makhluk hidup tanpa ginjal harus membentuk
sistem ginjal secara tiba-tiba.
5. Sistem pernapasan: ikan "bernapas" dengan mengambil
oksigen yang terlarut dalam air yang mereka alirkan
melewati insang. Mereka tidak mampu hidup lebih dari
beberapa menit di luar air. Agar mampu hidup di
darat, mereka harus mendapatkan sistem paru-paru
yang sempurna secara tiba-tiba. Tentu saja mustahil
bahwa semua perubahan fisiologis yang dramatis ini
dapat terjadi pada organisme yang sama, pada saat
bersamaan, dan secara kebetulan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Kimball, John. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga :
Jakarta
http://www.independent.co.uk/news/science/how-turtles-got-their-shells-and-other-evolutionary-mysteries-solved-1036893.html
http://uungsupra.wordpress.com/2009/08/30/evolusi-versus-
penciptaan/
http://dinosaurs.about.com/od/otherprehistoriclife/a/Prehistoric-Turtles-The-Story-Of-Turtle-Evolution.htm
http://armadahambarsika.blogspot.com/
2011_02_01_archive.html
http://creation.com/evidence-for-turtle-evolution
http://desintabioholic.wordpress.com/2012/02/01/evolusi
29