Upload
khangminh22
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
Implementasi dan Analisa Pengaksesan Jaringan dan Kontrol
QoS Berbasis SIP pada Lingkungan NGN
TESIS
AGUS AWALUDIN
0906495545
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ELEKTRO
KEKHUSUSAN MULTIMEDIA
DEPOK
JULI 2012
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
Implementasi dan Analisa Pengaksesan Jaringan dan Kontrol QoS berbasis
SIP pada Lingkungan NGN
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Teknik
AGUS AWALUDIN
0906495545
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ELEKTRO
KEKHUSUSAN MULTIMEDIA
DEPOK
JULI 2012
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul :
IMPLEMENTASI DAN ANALISA AKSES JARINGAN DAN
KONTROL QoS BERBASIS SIP PADA LINGKUNGAN NGN yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Master Teknik pada
program studi Teknik Elektro Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari tesis yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan Universitas Indonesia maupun di
Perguruan Tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.
Nama : Agus Awaludin
NPM : 0906495545
Tanda Tangan :
Tanggal : 3 Juli 2012
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh :
Nama : Agus Awaludin
NPM : 0906495545
Program Studi : Elektro
Judul Tesis : Implementasi dan Analisa Akses Jaringan dan
Kontrol QoS berbasis SIP Pada Lingkungan NGN
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknik
pada program studi multimedia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 3 Juli 2012
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Prof. Dr.-Ing. Ir. Kalamullah Ramli, M.Eng.
selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberi
pengarahan, diskusi, bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Agus Awaludin
NPM : 0906578150
Program Studi : Jaringan Informasi dan Multimedia
Departemen : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Jenis karya : Tesis
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
IMPLEMENTASI DAN ANALISA AKSES JARINGAN DAN
KONTROL QoS BERBASIS SIP PADA LINGKUNGAN NGN
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 3 Juli 2012.
(Agus Awaludin)
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
vi
ABSTRAK
Nama : Agus Awaludin
Program Studi : Teknik Elektro
Judul : Implementasi dan Analisa Akses Jaringan dan Kontrol
QoS berbasis SIP pada Lingkungan NGN
Pembimbing : Prof. Dr.-Ing. Ir. Kalamullah Ramli, M.Eng.
Infrastruktur layanan telekomunikasi pada Fixed Network maupun pada Mobile
Network, berevolusi dari jaringan berbasis infrastruktur Switched Circuit Network
(SCN) ke jaringan Packet Switch Network (PSN). Pada Packet Switch Network
interkoneksi dibangun bersifat Connectionless, menggunakan kanal komunikasi
yang digunakan secara bersama (Shared) serta pengelolaan alokasi kanal
komunikasi untuk layanan dilakukan dengan menggunakan mekanisme Statistical
Multiplexing. Layanan telekomunikasi yang bersifat realtime kurang baik
diadopsi pada Packet Switch Network, hal ini adanya kemungkinan Queuing
Delay dan Packet Drop yang disebabkan karakteristik dari Statistical
Multiplexing. Statistical Multiplexing adalah mekanisme paket forwarding yang
menggunakan metode Buffer dan Scheduling dalam meneruskan trafik dari satu
network ke network lainnya. Pada tesis ini di rancang dan dikembangkan
penerapan manajemen trafik dengan mekanisme berbasis per-flow dengan
memanfaatkan infrastruktur switch berbasis SIP untuk mengontrol penerapan
kebijakan trafik pada jaringan berbasis paket yang dibangun mengacu pada fungsi
arsitektur Policy Based Admission Control yang didefinisikan oleh IETF. Hasil uji
coba menunjukan keberhasilan penerapan QoS dengan pengkondisian Throughput
layanan jaringan berdasarkan profil pengguna . Metode tanpa umpan balik antara
Call Session Control Function (CSCF) dan Decission Point (PDP) memiliki
kinerja yang mendekati CSCF umumnya, namun pada skenario ini terjadi
perbedaan waktu yang cukup berarti antara penyelesaian waktu pemrosesan SIP
Signalling dan penerapan QoS di sisi Policy Enforcement Point (PEP).
Kata kunci: NGN, IMS, IntServ, DiffServ, Campus Network, SIP, LARTC,
Policy Based Admission Control
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
vii
ABSTRACT
Name : Agus Awaludin
Study Program : Teknik Elektro
Title : Implementation and Analysis of Network Access and SIP
Based QoS Control in NGN Environment
Supervisor : Prof. Dr.-Ing. Ir. Kalamullah Ramli, M.Eng.
Next generation of fixed network and Mobile network telecommunication
infrastructure and services is evolved from Switched Circuit Network (SCN)
based to Packet Switched Network (PSN) based. Within Packet Switched
Network interconnection of communication services is built in a connectionless
environtment , using a shared communication channel and adopt a statistical
multiplexing mechanism for forwarding traffic between network. Real time
communication services is not smoothly adopted by this type of forwarding
mechanism because the queuing delay and packet drop characteristic of statistical
multiplexing. This thesis implement per-flow traffic basis management by
utilizing SIP based softswitch to control the enforcement of traffic policy on a
packet network infrastructure that adopt IETF’s Policy Based Admission Control
architecture. The successfulness of offered solution is obeserved in the
distribution condition of allocated bandwidth for VoIP traffic compared to other
traffic. The experiments show the successful application of throughput
conditioning based on SIP user profiles. The performance issue of SIP signalling
is addressed by a no feedback scenario between Call Signalling Control Function
(CSCF) and Policy Enforcement Point (PEP) but there is a significant difference
of completion time on SIP processing and QoS Enforcement
Keywords: NGN, IMS, IntServ, DiffServ, Campus Network, SIP, LARTC,
Policy Based Admission Control
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
viii
DAFTAR ISI
Halaman Pernyataan Orisinalitas ......................................................................... ii
Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii
Ucapan Terimakasih ........................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir untuk Kepentingan
Akademis .......................................................................................................... v
Abstrak ............................................................................................................... vi
Abstract ............................................................................................................. vii
Daftar Isi .......................................................................................................... viii
Daftar Gambar ..................................................................................................... x
Daftar Tabel ........................................................................................................ xi
Daftar Singkatan ................................................................................................ xii
BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
1.3. Batasan Makalah .......................................................................................... 2
1.4. Sistematika Penulisan .................................................................................. 2
BAB 2. MANAJEMEN TRAFFIC JARINGAN DAN NGN ............................ 3
2.1. Multiplexing pada Jaringan Komunikasi ....................................................... 3
Gambar 2.1. Diagram Switch ........................................................................... 3
2.1.1. Multiplexing pada Switched Circuit Network ......................................... 3
2.1.2. Multiplexing pada Packet Switched Network .......................................... 4
2.1.3. Hipotesa Mekanisme Admission Control ............................................... 5
2.2. Manajemen Sumber Daya dan QoS .............................................................. 7
2.2.1. Integrated Service ................................................................................. 7
2.2.2. Differentiated Service ............................................................................ 8
2.3. Tinjauan Umum NGN .................................................................................. 9
2.3.1. Arsitektur NGN ..................................................................................... 9
2.3.2. Penerapan QoS pada NGN .................................................................. 10
2.3.3. Klasifikasi Protokol NGN .................................................................... 12
2.4. Prinsip Protokol Session Initiation Protocol (SIP) ...................................... 13
2.5. Impelementasi Manajemen Traffic pada Linux .......................................... 14
2.5.1. Packet Filtering Firewall ...................................................................... 15
2.5.2 Policy Routing ...................................................................................... 16
2.5.3. Traffic Control .................................................................................... 17
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
ix
BAB 3. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ...................................... 20
3.1. Skenario Perancangan ................................................................................ 20
3.2. Arsitektur Rancangan ................................................................................. 21
3.3. Komponen ................................................................................................. 22
3.3.1. Call Session Control Function (CSCF) ................................................ 22
3.3.2. Policy Decission Point (PDP) .............................................................. 22
3.3.3. Policy Enforcement Point (PEP) .......................................................... 23
3.4. Penerapan QoS berbasis SIP ...................................................................... 23
3.4.1. Registrasi SIP UA ............................................................................... 24
3.4.2. Call Setup dan Teardown ..................................................................... 25
3.5. Infrastruktur Rancang Bangun ................................................................... 26
3.5.1. Lingkungan Kerja Rancang Bangun .................................................... 26
3.5.2. Topologi Pengujian ............................................................................. 27
BAB 4. PENGUJIAN DAN ANALISA KINERJA ......................................... 28
4.1. Pengaruh Penerapan QoS pada Traffic Jaringan ......................................... 28
4.1.1. Metode Pengujian Throughput ............................................................. 30
4.1.2. Hasil Pengujian Throughput ................................................................ 30
4.2. Pengaruh pada Pensinyalan ........................................................................ 32
4.2.1. Metode Pengujian Signalling ............................................................... 34
4.1.2. Hasil Pengujian Signalling................................................................... 36
BAB 5. KESIMPULAN ................................................................................... 37
DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 39
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram Switch ............................................................................... 3
Gambar 2.2. Fixed Syncronous Multiplexer .......................................................... 4
Gambar 2.3. Statsitical Multiplexing ................................................................... 5
Gambar 2.4. Hipotesa Admission Control ............................................................ 6
Gambar 2.5. Control Plane dan Data Plane pada IntServ ..................................... 7
Gambar 2.6. Admisson Control pada IntServ ........................................................ 8
Gambar 2.7. Profiling trafik dilakukan oleh Edge Router ..................................... 9
Gambar 2.8. Arsitektur menyeluruh NGN TISPAN ........................................... 10
Gambar 2.9. IETF Architecture of Policy Based Admission Control ................... 11
Gambar 2.10. 3GPP PCC Architecture .............................................................. 11
Gambar 2.11. ETSI TISPAN RACS Architecture .............................................. 12
Gambar 2.12. Protocol NGN .............................................................................. 13
Gambar 2.13. Komunikasi SIP ........................................................................... 13
Gambar 2.14. SIP Protokol Call Flow Standar ................................................... 14
Gambar 2.15. Operasi Forwading Netfilter/IPTABLE ....................................... 15
Gambar 2.16. Operasi NAT Netfilter/IPTABLE ................................................ 16
Gambar 2.17. Classful Queuing Disciplin .......................................................... 18
Gambar 3.1. Flowchart kegiatan perancangan .................................................... 20
Gambar 3.2. Pemetaan rancangan terhadap subsistem NGN ............................... 21
Gambar 3.3. Diagram fungsi pada rancangan arsitektur ...................................... 21
Gambar 3.4. Diagram Penerapan QoS berbasis SIP ............................................ 24
Gambar 3.5. Diagram komunikasi pada registrasi SIP UA ................................. 24
Gambar 3.6. Diagram komunikasi pada Call Setup and Teardown ..................... 25
Gambar 3.7. Konfigurasi Lingkungan Pengujian Berbasis Virtualisasi ............... 26
Gambar 3.8. Konfigurasi Topologi Pengujian .................................................... 27
Gambar 4.1. Skenario Penerapan QoS ................................................................ 28
Gambar 4.2. Metode Pengujian Throughput ....................................................... 29
Gambar 4.3. Throughput pada unregistered UE .................................................. 30
Gambar 4.4. % Packet Loss pada unregistered UE ............................................ 31
Gambar 4.5. Jitter pada unregistered UE ............................................................ 31
Gambar 4.6. Throughput pada registered UE...................................................... 32
Gambar 4.7. % Packet Loss pada registered UE ................................................. 33
Gambar 4.8. Jitter pada registered UE ................................................................ 33
Gambar 4.9. Metode Pengujian Pensinyalan ...................................................... 34
Gambar 4.10. Kinerja SIP dengan pemisahan CSCF, PDP dan PEP ................... 35
Gambar 4.11. Kinerja SIP dengan CSCF dan PDP pada mesin yang sama ......... 35
Gambar 4.12. Kinerja SIP CSCF independen terhadap PDP ............................... 36
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
xi
DAFTAR TABEL
Table 1. Kebijakan default Policy Routing 17
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
xii
DAFTAR SINGKATAN
IP Internet Protocol
NGN Next Generation Network
IMS IP Multimedia Subsystem
EPC Evolved Packet Core
QOS Quality of Service
VOIP Voice Over IP
SIP Session Initiation Protocol
UE User Agent
PCRF Policy and Charging Rules Function
PCEF Policy Control Enforcement Function
CBQ Class Based Queueing
HTB Hierarchy Token Bucket
RPDB Routing Policy Database
PRR Policy Routing Rule
NAT Network Address Translation
VPN Virtual Private Network
VLAN Virtual Local Area Network
WLAN Wireless Local Area Network
TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi
UA User Agent
UE User End Point
IMS IP Multimedia Subsistem
IETF Internet Engineering Task Force
AF Application Function
PDP Policy Decission Point
PEP Policy Enforcement Point
ETSI European Telecommunications Standards Institute
TISPAN Telecom & Internet converged Service & Protocol
for Advance Network
RACS Resource and Admission Control Subsystem
CSCF Call Session Control Function
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Roadmap layanan telekomunikasi telah ditetapkan untuk berpindah dari layanan
berbasis infrastruktur Switched Circuit Network ke arah penggunaan infrastruktur
jaringan Packet SwitchNetwork yang berbasiskan teknologi IP. Dalam rangka
mengadopsi layanan multimedia dimasa mendatang, dimasa mendatang baik
layanan Fixed Network dan Mobile Network akan berevolusi dari framework Next
Generation Network (NGN) dan IP Multimedia Subsystem (IMS) menjadi
Evolved Packet Core (EPC) yang merupakan titik temu dari berbagai NGN. Pada
framework ini protokol berbasis IP seperti SIP memegang peranan penting dalam
layanan telekomunikasi. Pada saat ini banyak organisasi dengan jaringan yang
besar telah memiliki infrastruktur layanan komunikasi suara dan gambar.
Pengelolaan softswitch sebagai pengontrol utama layanan ini telah dapat dikuasai
oleh pengelola layanan baik operator telekomunikasi maupun pengelola jaringan
organsasi. Hingga saat ini penerapan kebijakan layanan komunikasi multimedia
dan pengaksesan layanan jaringan dilakukan secara terpisah dengan infrastruktur
dan teknologi yang berbeda. Hal ini berimplikasi proses otorisasi pengaksesan
layanan yang bertingkat dan berulang dialami oleh pengguna. Bagi pengelola
jaringan, keberadaan infrastruktur yang beragam, dan penerapan kebijakan yang
tidak terintegrasi antara layanan komunikasi multimedia dan layanan aplikasi
jaringan lainnya menyebabkan sulitnya untuk memberikan kepastian pemenuhan
tingkat layanan terkait dengan kebutuhan minimum bandwith pengaksesan
layanan pengguna.
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan fitur teknologi berbasis protokol SIP untuk
melakukan fungsi yang lebih kompleks diluar fungsi dasarnya sebagai Call
Control Protocol untuk melakukan penerapan kebijakan pengaksesan jaringan dan
QoS, yang dikombinasikan dengan fitur-fitur teknologi jaringan berbasis Linux,
sehingga dapat memberikan garansi QoS dinamis berbasis per-flow pada jaringan
yang menerapkan model implememtasi DiffServ.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
2
Universitas Indonesia
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model jaringan yang dapat
menerapkan sistem yang terintegrasi dalam menyediakan pengaksesan layanan
dan penerapan QoS dengan memanfaatkan fitur protokol SIP dan manajemen
trafik jaringan berbasis Linux.
1.3. Batasan Makalah
Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini dibatasi pada penyediaan fitur
manajemen pengaksesan jaringan berbasis SIP dan penerapan QoS yang dinamis
pada Edge Router pada layanan VoIP berbasis SIP.
1.4. Sistematika Penulisan
Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi empat bab, yaitu:
Bab 1 Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
Bab 2 Manajemen Traffic Jaringan dan NGN. Bagian ini berisi tinjauan
Multiplexing pada Switched Circuit Network, dan Packet Switched Network,
NGN, prinsip protokol SIP dan penerapan manajemen trafik pada Linux
Bab 3 Perancangan dan Implementasi. Pada Bab ini berisi penjelasan rancangan
arsitektur yang meliputi fungsi dan komponen yang dibangun dan keterkaitannya
dengan arsitektur Policy Based Admission Control dari IETF, rancangan topologi
jaringan pengujian
Bab 4 Pengujian dan Analisa Kinerja. Bagian ini berisikan uraian metode
pengujian dan analisa hasil pengukuran penerapan QoS dan kinerja Call Control.
Bab 5 Kesimpulan. Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran pengembangan
lebih lanjut.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
3
BAB 2
MANAJEMEN TRAFFIC JARINGAN DAN NGN
2.1. Multiplexing pada Jaringan Komunikasi
Infrastruktur jaringan layanan telekomunikasi menghubungkan pengguna layanan
melalui fasilitas layanan suara, gambar dan data. Pada infrastruktur ini
perangkat Switch digunakan untuk menghubungkan satu atau lebih jalur
pelanggan ke jaringan layanan komunikasi. Perangkat Switch yang ditunjukan
pada Gambar 2.1, memiliki satu atau lebih jalur masukan dan satu atau lebih
keluaran yang menghubungkan jalur pelanggan ke jaringan atau menghubungkan
dari satu jaringan ke jaringan lainnya.
Multiplexing adalah mekanisme yang diterapkan jika terdapat satu atau lebih jalur
masukan yang harus diteruskan ke salah satu jalur keluaran. Umum nya
penggunaan jalur keluaran digunakan bersama untuk beberapa aliran traffic
dengan membagi ruang waktu (slot) dalam satu frame yang sama.
Gambar 2.1. Diagram Switch [22]
2.1.1. Multiplexing pada Switched Circuit Network
Salah satu metode multiplexing pada jaringan SCN adalah Fixed Time Division
Multiplexing ( Fixed TDM). Pada fixed TDM, aliran per traffic menduduki urutan
slot yang tetap pada frame. Sebagai contoh pada satu waktu ada masukan dari
kanal input 1, 3, dan 4 maka traffic 1 akan menempati slot 1, traffic 3 akan
menempati slot 2 dan seterusnya. Pada Gambar 2.2 ditunjukan mekanisme Fixed
TDM pada sebuah switch. Pada berbasis SCN, forwarding traffic dilakukan
dengan memetakan sebuah aliran traffic kesebuah tabel yang berisi informasi
input port, input slot, ouput port dan output slot. Sebagai contoh pada Gambar
2.2, traffic pada input port 1 pada slot 5 akan diteruskan ke ouput port 2 slot 4.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
4
Universitas Indonesia
Penerapan Fixed TDM menjadikan SCN dapat memberikan kepastian QoS pada
layanan komunikasi dikarenakan dengan alokasi waktu yang tetap dan terbatas
pada kanal komunikasi untuk Call Setup yang sudah terbangun. Fixed TDM
menjadi tidak efektif jika digunakan untuk melewatkan traffic internet yang
bersifat bursty dan multirate.
Gambar 2.2. Fixed Syncronous Multiplexer [22]
2.1.2. Multiplexing pada Packet Switched Network
Pemanfaatan infrastruktur jaringan yang sama untuk layanan suara, gambar dan
data merupakan strategi yang digunakan oleh penyedia layanan telekomunikasi.
Perkembangan jaringan dan layanan internet menjadi pendorong penyedia layanan
telekomunikasi untuk memilih infrastruktur berbasis Packet Switch Network
sebagai infrastruktur layanan.
Mekanime multiplexing berbasis statistik digunakan pada jaringan Packet
Switched Network ditunjukan pada Gambar 2.3. Pada Statistical Multiplexing
alokasi slot dalam frame pada pengiriman traffic tidak dilakukan secara tetap,
traffic dipecah-pecah dalam paket yang diberi header informasi tujuan paket dan
ditempatkan pada slot dalam frame melalui penjadwalan yang diatur oleh
Scheduler. Sebuah buffer digunakan untuk menampung traffic dari masukan yang
kemudian harus melalui sebuah Scheduler untuk diteruskan ke kanal keluaran.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
5
Universitas Indonesia
Mekanisme buffering dan penjadwalan terhadap paket berpengaruh adanya
keterlambatan pada paket yang dinamakan Queuing Delay. Jika kanal keluaran
terutilisasi penuh, maka mekanisme Packet Dropping akan dterapkan pada paket
yang memiliki prioritas terendah.
Mekanisme Statistical Multiplexing memberikan efisiensi yang baik pada
penggunaan kanal komunikasi untuk melewatkan traffic internet yang memiliki
karakteristik bursty dan multirate, namun kurang begitu baik dalam melayani
traffic layanan yang bersifat realtime dikarenakan pengaruh Queuing Delay dan
mekanisme Packet Drop.
Gambar 2.3. Statsitical Multiplexing [22]
2.1.3. Hipotesa Mekanisme Admission Control
Admission Control adalah mekanisme pengontrolan paket forwarding yang
diterapkan pada Statistical Multiplexer. Pada Packet Switched Network
multiplexing paket masukan untuk diteruskan ke kanal keluaran dapat diteruskan
atau di drop. Kondisi yang menjadikan multiplexer melakukan drop paket
dijelaskan pada hipotesa mekanisme admmission control berikut:
Pada Gambar 2.4, jika masukan multiplexer adalah R1, R2 .. Rn ,maka bit rate
keluaran sistem Y adalah penjumlahan dari semua masukan R1, R2 … Rn
Y = R1 + R2+…+Rn (2.1)
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Gambar 2.4. Hipotesa Admission Control [22]
Kondisi traffic pada masukan R1 merupakan fungsi dari kemungkinan kepadatan
(probability density function) fR1(r1) kanal komunikasi R1
R1 = fR1(r1) (2.2)
Kondisi traffic pada keluaran Y merupakan fungsi dari kemungkinan kepadatan
jaringan fY(y)
Y = fY(y) (2.3)
Kondisi kepadatan jaringan kanal keluaran fY(y) dikatakan masih bisa meneruskan
paket hingga nilai traffic keluaran Y lebih besar dari kapasitas bandwith keluaran
R, namun masih dibawah batas paket loss yang bisa ditoleransi δ
fY(y) = Prob[Y>R] <= δ (2.4)
Jaringan dikatakan tidak memiliki keterlambatan dan loss jika jumlah puncak
traffic (P) dari semua masukan masih dibawah kapasitas kanal R. Pada kondisi ini
traffic dilayani dengan kualitas seperti pada Switched Circuit Network.
P1 + P2 + …. + Pn <= R (2.5)
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
7
Universitas Indonesia
2.2. Manajemen Sumber Daya dan QoS
Pada jaringan berbasis Packet Switched Network terdapat beberapa skenario untuk
dapat memberikan layanan yang optimal dan menjaga QoS pada layanan.
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan memberikan resource link dan
ketersediaan yang dibutuhkan oleh traffic layanan. Penerapan QoS pada paket
network dibutuhkan untuk menjawab kondisi pelayanan traffic pada internet
dilakukan secara Best Effort, sedangkan tipe aplikasi dan pemilik dari traffic yang
menggunakan intenet memiliki kelas layanan yang berbeda.
2.2.1. Integrated Service
Integrated service adalah skenario QoS yang dirancang untuk digunakan pada
integrasi layanan real-time pada jaringan internet. Jaminan QoS diterapkan dalam
basis per-flow. Integrated Service memiliki kemampuan untuk pengalihan traffic
tanpa memutus sesi komunikasi yang telah terjadi.
Pada Integrated Service ada dua hal yang dikontrol yaitu bagaimana informasi
reservasi resource sampai ke Router (Control Plane), dan apa yang harus
dilakukan pada paket data oleh Router ( Data Plane) ditunjukan pada Gambar
2.5.
Gambar 2.5. Control Plane dan Data Plane pada IntServ [22]
Resource Reservation adalah Control Plane yang dikirimkan oleh sumber traffic
(pengirim), sedangkan Admission Control adalah Control Plane yang dikirimkan
oleh tujuan traffic (penerima) per-flow pada setiap Router yang dilalui (Gambar
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
8
Universitas Indonesia
2.6). Data Plane pada IntServ menerapkan klasifikasi per-flow dan scheduling
pada tiap Router .
Gambar 2.6. Admisson Control pada IntServ [22]
Mekanisme manajemen sumber daya jaringan berbasis per-flow pada IntServ
menjadikannya sulit untuk diterapkan pada jaringan dengan skala besar seperti
internet. Dari sisi ekonomi ini menimbulkan model pembiayaan yang rumit untuk
interkoneksi antar operator.
2.2.2. Differentiated Service
Differentiated Service (DiffServ) memberikan layanan QoS dengan krakteristik
Isolasi QoS per Agregate sehingga kepastian QoS layanan adalah per-agregate
dan cakupan layanan adalah dalam cakupan domain.
Pada DiffServ Router Edge memelihara state per-agregate (Gambar 2.7),
sedangkan Router Core memelihara lebih sedikit kondisi klas-kelas dari traffic.
Kepastian QoS pada implementasi DiffServ lebih rendah dari pada IntServ
dikarenakan penerapan pada level agregate dibanding dengan penerapan per-flow.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
9
Universitas Indonesia
Gambar 2.7. Profiling traffic dilakukan oleh Edge Router [22]
2.3. Tinjauan Umum NGN
Teknologi berbasis NGN diterapkan dengan mengacu pada arsitektur dan protokol
berbasis SIP. Arsitektur yang ada pada saat ini juga telah mempersyaratkan
penerapan QoS.
2.3.1. Arsitektur NGN
Arsitektur fungsional NGN TISPAN (Gambar 2.8) dibangun dengan mengacu
pada Service Layer dan Transport Layer berbasis IP.
Service Layer pada arsitektur NGN TISPAN terdiri dari:
• Komponen IP Multimedia Core Subsystem (IMS)
• PSTN/ISDN Emulation Subsystem (PES)
• Subsistem multimedia lain
• Komponen umum yang dibutuhkan, seperti untuk pengaksesan aplikasi,
fungsi charging dan lainnya
Transport Layer pada arsitektur NGN TISPAN terdiri dari:
• Resource and Admission Control Subsystem (RACS)
• Network Attachement Subsystem (NASS)
Interkoneksi IP digunakan oleh perangkat pengguna (User Endpoint) pada
Transport Layer dengan pengontrolan yang dilakukan oleh NASS dan RACS.
Subsistem ini mencakup teknologi dibawah layer IP, yang digunakan pada Access
Network dan Core Network.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
10
Universitas Indonesia
NGN IP Multimedia Subsystem (IMS) menggunakan pensinyalan berbasis
protokol SIP untuk melakukan provisioning terhadap layanan-layanan multimedia
yang menginterkoneksikan antara terminal pengguna, server aplikasi, server
media dan IP Multimedia Gateway.
NGN IMS memiliki kemiripan fungsi dengan entitas pada 3GPP IMS, variasi
yang ada dikarenakan perbedaan pada Access Netwok dan tipe dari perangkat
pengguna.
Gambar 2.8. Arsitektur menyeluruh NGN TISPAN [20]
2.3.2. Penerapan QoS pada NGN
Penerapan QoS pada layanan jaringan berbasis IP dapat mengacu pada arsitektur
Policy Based Admission Control yang didefiniskan oleh IETF (Gambar 2.9). Pada
arsitektur ini, Application Function (AF) diposisikan SIP Server yang menjadi
tujuan pensinyalan SIP dan mengakses informasi terkait permintaan layanan dan
informasi detail terkait media. Selanjutnya AF akan melakukan query dan
memberikan informasi terkait ke Policy Decision Point (PDP). PDP akan
memutuskan apakah permintaan layanan diteruskan atau ditolak berdasarkan
kebijakan, informasi permintaan dan profile pengguna. Pada kondisi pemberian
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
11
Universitas Indonesia
akses pada layanan, PDP akan mengirimkan informasi terkait aturan yang harus
diterapkan pada Policy Enforcement Point (PEP) [21].
Gambar 2.9. IETF Architecture of Policy Based Admission Control
Badan standarisasi 3GPP (Mobile Network) dan ETSI TISPAN (Fixed NGN
Network) telah merancang arsitektur penerapan QoS pada NGN yang didasari
pada kebutuhan Access Network yang berbeda.
Pada 3GPP arsitektur ini dinamakan Policy and Charging Control (PCC), Gambar
2.10 memetakan fungsi utama dari PCC ke fungsi dan layer pada arsitektur Policy
Based Admision Control IETF.
Gambar 2.10. 3GPP PCC Architecture
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
12
Universitas Indonesia
ETSI-TISPAN mendefiniskan arsitektur yang terkait dengan penerapan QoS pada
NGN IMS yang dinamakan Resource and Admission Control Subsystem (RACS),
Gambar 2.11 memetakan fungsi utama dan layer RACS pada Policy Based
Admission Control IETF.
Gambar 2.11. ETSI TISPAN RACS Architecture
2.3.3. Klasifikasi Protokol NGN
Next Generation Network menggunakan berbagai protokol untuk interkoneksi
antar komponen yang ada baik antar perangkat maupun komunikasi antar
pengguna Secara umum protokol-protokol ini dikelompokan menjadi tiga
golongan yaitu Signalling Transport Protocol, Bearer Control Protocol, Call
Control Protocol [2].
• Signalling Transport Protocol melayani signalling pada layer transport
dalam melewatkan layanan yang berjalan diatasnya.
• Bearer Control Protocol berfungsi untuk pengontrolan media gatway yang
ada pada NGN.
• Call Control Protocol digunakan untuk mengontrol setup panggilan yang
ada pada layanan telekomunikasi.
Susunan protokol-protokol yang digunakan pada NGN dijelaskan pada Gambar
2.12.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Gambar 2.12. Protokol NGN [2]
2.4. Prinsip Protokol Session Initiation Protocol (SIP)
Session Initiation Protocol adalah protokol yang digunakan untuk membuat,
merubah dan memutuskan sesi-sesi pada satu atau lebih patisipan. [4]. SIP
merupakan protokol utama IETF untuk arsitektur kontrol multimedia dan data.
Gambar 2.13. Komunikasi SIP [3]
Pada SIP didefiniskan entitas-entitas sesuai Gambar 2.13 sebagai berikut:
• Location Service
• Proxy Server
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
14
Universitas Indonesia
• Redirect Server
• Registrar
• User Agent (Client and Server)
SIP memiliki 2 tipe pesan yaitu pesan Request dan pesan Response. Pesan Request
merupakan pesan yang dikirimkan dari client ke server. Meliputi pesan INVITE,
ACK, BYE, CANCEL, REGISTER,OPTION. Pesan Response digunakan untuk
menampilkan respon dari server terhadap Request dari client. Meliputi respon
1xx, 2xx, 3xx, 4xx, 5xx and 6xx and ACK
Proses Call Setup dan Teardown pada signaling dengan protokol SIP secara
umum sesauai dengan Call Flow pada Gambar 2.14.
Gambar 2.14. SIP Protokol Call Flow Standar [3]
2.5. Impelementasi Manajemen Traffic pada Linux
Kemampuan sistem operasi linux yang memiliki fitur yang bisa di optimalkan
menjadi network operating sistem untuk digunakan sebagai Router dalam
infrastruktur jaringan. Penggunaan linux sebagai Router memberikan
kemungkinan yang luas pada kustomisasi topologi dan layanan jaringan dengan
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
15
Universitas Indonesia
banyaknya fitur-fitur yang dikembangkan oleh komunitas Open Source.
Kemudahan pengaksesan dan ikut serta dalam pengembangan fitur menjadi salah
satu faktor pesatnya perkembangan teknologi berbasis linux.
Traffic Control merupakan salah satu fitur yang diimplementasikan pada
teknologi linux. Beberapa implementasi Traffic Control yang digunakan secara
luas adalah manajemen QoS, Traffic Marking dan Filtering serta Policy Routing
2.5.1. Packet Filtering Firewall
Packet Filtering Firewall adalah perangkat lunak yang dalam operasinya
mengamati header dari aliran paket, yang selanjutnya akan menentukan diteruskan
atau tidaknya paket tersebut atau kemungkinan dilakukan impelementasi lain
dengan aksi yang lebih kompleks. Pada sistem Linux, Packet Filtering dibangun
didalam corelinux fitur kernel routing pada sub seksi firewall.
Salah satu perangkat lunak packet filtering firewall adalah
Netfilter/iptables. Iptables terdiri dari dua komponen yang terpisah yaitu kernel-
space module yang terdistribusi pada kernel utama linux dan user-space
toolsberbentuk aplikasi binary bernama ‘iptables’ yang didistribusikan terpisah
dari kernel treeutama.
Gambar 2.15. Operasi Forwading Netfilter/IPTABLE [11]
Iptables memiliki tiga tabel yang diperuntukan untuk tiga operasi yang berberda
sebagai berikut:
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
16
Universitas Indonesia
• Filtering, merupakan tabel yang digunakan untuk operasi yang
menentukan apakah traffik diteruskan atau di block. Aliran pemrosesan
paket ditunjukan pada Gambar 2.15.
• Mangle, digunakan untuk merubah field tertentu pada header paket IP.
• Network Address Translation (NAT), digunakan untuk mentranslasi field
informasi alamat IP asal dan alamat IP tujuan pada paket IP. Aliran
pemrosesan paket pada operasi ini ditunjukan pada Gambar 2.16.
Gambar 2.16. Operasi NAT Netfilter/IPTABLE [11]
2.5.2 Policy Routing
Implementasi penentuan routing umumnya ditentukan oleh alamat tujuan paket,
yang dicocokan dengan informasi alamat network dan gateway terkait yang
berada dalam tabel routing pada Router .
Policy Routing adalah operasi routing paket yang tidak hanya berdasarkan alamat
IP tujuan, namun juga berdasarkan alamat IP asal, protokol IP, port pada protokol
transport, atau bahkan payload dari paket. Pada sistem Linux, Policy Routing
mengganti penggunaan routing table konvensional dengan sebuah database yang
dinamakan Routing Policy Database (RPDB) yang memilih route berdasarkan
eksekusi pengecekan beberapa set aturan (Policy Routing Rule) [12].
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
17
Universitas Indonesia
Setiap Policy Routing Rule (PRR) memiliki Selector dan Action Predicate. Dalam
penentuan set PRR yang cocok, PRDB dipindai secara inkrimental. Pada saat
startup, kernel akan mengkonfigurasi standar RPDB yang berisi tiga set aturan
pada Tabel 1.
Table 1. Kebijakan default Policy Routing [12]
Priority Selector Action
0 match anything lookup routing table local (ID 255)
32766 match anything lookup routing table main (ID 254)
32767 match anything lookup routing table default (ID 253)
2.5.3. Traffic Control
Traffic Control adalah salah satu fitur manajemen traffic yang telah
diimplementasikan pada kernel Linux.
2.5.3.1. Operasi
Traffic Control meliputi operasi sebagai berikut [7]:
• Shapping, merupakan operasi yang ditujukan untuk mengontrol rate
transmisi dari traffic. Operasi shapping terjadi pada aliran traffic ke arah
luar (egress).
• Scheduling, operasi ini meliputi proses reordering dan prioritisasi yang
terjadi pada egress. Scheduling diperlukan untuk memastikan ketersediaan
bandwith bagi bulk trasnfer.
• Policing, Merupakan operasi yang ditujukan untuk menerapkan kebijakan
pada paket yang datang. Policing terjadi pada traffic incoming ( ingress)
• Dropping, merupakan proses untuk tidak meneruskan paket (droped), hal
ini terjadi apabila traffic telah melebihi bandwitdh yang ditentukan.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
18
Universitas Indonesia
2.5.3.2. Object pengontrol pemrosesan traffic
Pemrosesan traffic dikontrol oleh tiga objek sebagai berikut [7]:
• QDISCS, merupakan singkatan dari queueing discipline. Merupakan hal
dasar dalam memahami Traffic Control. Ketika kernel akan mengirimkan
paket ke arah interface, paket terlebih dulu di antrikan dalam qdisc yang
dikonfigurasi pada interface tersebut. Selanjutnya kernel akan mengambil
sebanyak mungkin paket-paket dari qdisc, dan mengirimkannya ke driver
network adapter.
• CLASSES, beberapa qdisc berisi kelas-kelas, yang berisi qdisc selanjutnya.
Traffic dapat diantrikan dalam inner-qdisc yang berada didalam kelas.
Sebagai contoh, qdisc dapat memprioritaskan traffic tertentu dengan cara
mendahulukan dequeue traffic dari kelas tertentu dibanding dengan kelas
yang lain.
• FILTERS, adalah salah satu metode klasifikasi yang digunakan untuk
menentukan paket mana yang akan di antrikan. Traffic yang datang akan
dicocokan dengan kelas dan sub-kelas yang ada hingga didapatkan
keputusan dimana traffic akan ditempatkan. Jika tidak ada satupun kriteria
yang sesuai, maka kriteria baru akan dibuat.
2.5.3.3. Disiplin antrian
Disiplin antrian di kategorikan menjadi Classful Queuing Disciplines dan
Classless Queuing Disciplines.
• Classful Queuing Disciplines memiliki filter-filter yang memungkinkan
paket-paket untuk diarahkan ke kelas dan sub-antrian tertentu. Classful
qdisc sangat berguna untuk menerapkan kebijakan penanganan yang
berbeda berdasarkan tipe traffic. Proses Classful qdisc ditunjukan pada
Gambar 2.17. Termasuk dalam kategori ini adalah qdisc berikut:
1. Class Based Queueing CBQ qdisc
2. Hierarchy Token Bucket, HTB qdisc
3. PRIO qdisc
• Classles Queuing Disciplines adalah qdisc yang menerima paket dan
hanya dapat melakukan penjadwalan ulang, menunda atau men-drop
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
19
Universitas Indonesia
traffic. Classless disc dapat digunakan untuk men-shape traffik untuk
interface secara keseluruhan. Qdisc ini bisa digunakan sebagai qdisc utama
pada interface, atau digunakan didalam leaf-class sebuah Classfull qdisc.
Termasuk dalam kategori ini adalah qdisc berikut:
1. [p|b]fifo, pure First In, First Out behaviour.
2. pfifo_fast, Standard qdisc for Advanced Router enabled kernels.
3. red , Random Early Detection
4. sfq , Stochastic Fairness Queueing
5. tbf , The Token Bucket Filter
Gambar 2.17. Classful Queuing Disciplin [7]
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
20
BAB 3
PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
3.1. Skenario Perancangan
Sistem yang dirancang diharapkan dapat memberikan layanan pengaksesan
jaringan melalui mekanisme otentikasi tunggal berbasis protokol SIP untuk
layanan voice, video dan data. Proses lebih lanjut terkait dengan otorisasi apikasi
dan penyediaan jalur komunikasi yang dibutuhkan, dilakukan oleh proses-proses
yang transparan dari sisi pengguna.
Pada kegiatan tesis ini difokuskan pada perancangan penerapan QoS dan
pengontrolan keberhasilan panggilan SIP berdasarkan ketersediaan sumberdaya
jaringan. Kegiatan tersebut memerlukan kegiatan perancangan pemodelan lain
yang diluar fokus kegiatan perancangan utama. Perancangan pemodelan tersebut
adalah perancangan fungsi pada model arsitektur jaringan dengan kebijakan QoS
yang dinamis, perancangan modifikasi protokol Call Establishment berbasis SIP
serta skenario pengujian yang mengukur performasi Call dan utilisasi bandwitdh
jaringan. Flow Chart kegiatan perancangan ditunjukan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Flowchart kegiatan perancangan
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
21
Universitas Indonesia
3.2. Arsitektur Rancangan
Sistem kontrol pengaksesan jaringan dan penerapan QoS berbasis SIP yang
dibangun mengacu pada fungsi arsitektur Policy Based Admission Control yang
didefinisikan oleh IETF.
Gambar 3.2. Pemetaan rancangan terhadap subsistem NGN
Kesesuaian terhadap arsitektur yang didefinisikan oleh ETSI TISPAN (Gambar
3.2) dilakukan dengan memetakan fungsi-fungsi yang dibangun dengan
komponen yang meliputi Call Session Control Function (CSCF) pada Service
Layer NGN IMS dan Resource and Admission Control Subsystem, dan IP
Transfer pada Transport Layer NGN IMS.
Gambar 3.3. Diagram fungsi pada rancangan arsitektur
Arsitektur fungsional (Gambar 3.3) dari sistem yang dibangun meliputi:
• SIP Processor yang berfungsi untuk memproses lebih lanjut pesan-pesan
SIP yang diterima oleh SIP Server dan memetakan informasi terkait
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
22
Universitas Indonesia
alamat IP caller dan callee pada sebuah call request, maupun alamat IP
terminal pada sesi registrasi pengguna SIP.
• Subscriber Network Profiler memetakan informasi pengguna yang terkait
dengan penerapan kebijakan pengaksesan jaringan dan pengaksesan
layanan, hal ini meliputi diantaranya adalah profil QoS
• Network Resource Locator, memetakan lokasi dari terminal pengguna dan
memetakan perangkat pada layer transport yang relevan dengan penerapan
kebijakan jaringan terkait dengan sesi panggilan maupun sesi registrasi.
• Network Policy Enforcer menerapkan aturan (rule) dari kebijakan
pengaksesan jaringan dan layanan (policy)
3.3. Komponen
Komponen pada perancangan dijelaskan sebagai berikut.
3.3.1. Call Session Control Function (CSCF)
Komponen CSCF menyediakan layanan signaling berbasis SIP yang memproses
layanan komunikasi multimedia dan registrasi bagi terminal pengguna. Pada
arsitektur yang dibangun, CSCF juga memiliki fungsi sebagai SIP Processor.
CSCF meng-ekstrak informasi yang dibutuhkan oleh Policy Decission Point
(PDP) terkait identifikasi pengguna dan alamat IP yang digunakan oleh pengguna.
Dalam konteks registrasi terminal, CSCF mengekstrak informasi IP terminal yang
digunakan. Dalam konteks Call Setup dan Teardown, CSCF mengekstrak
informasi identifikasi Caller dan Callee, serta alamat IP yang digunakan oleh
teminal Caller dan Callee.
Informasi hasil ekstraksi pesan SIP oleh CSCF kemudian dikirimkan ke
komponen Policy Decission Point. Pada kegiatan tesis ini, komunikasi antara
CSCF dan Policy Decission Point dilakukan dengan menggunakan jalur berbasis
Web Service.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
23
Universitas Indonesia
3.3.2. Policy Decission Point (PDP)
Analisa terhadap permintaan penerapan kebijakan pengaksesan jaringan dan
layanan dilakukan pada Policy Decission Point (PDP) dengan query database
pada profil pengguna yang dilakukan oleh fungsi Subscriber Network Profiler
(SNP) untuk mendapatkan informasi diantaranya mengenai alokasi bandwitdh
untuk layanan IP dan bandwith spesifik untuk mentransmisikan peket realtime
multimedia.
Informasi alamat IP terminal digunakan oleh Network Resource Locator (NRL)
untuk mendapatkan alamat network dan IP Gateway dimana terminal berada.
Informasi yang didapatkan dari fungsi SNP dan NRL selanjutnya menjadi acuan
olah PDP untuk mengirimkan instruksi penerapan QoS sesuai dengan alokasi
bandwidth untuk pengguna pada Gateway yang berperan sebagai Policy
Enforcement Point.
Pada kegiatan tesis ini, komunikasi antara Policy Decission Point dan Policy
Enforcement Point dilakukan dengan menggunakan jalur berbasis Web Service.
3.3.3. Policy Enforcement Point (PEP)
Penerapan aturan pada kebijakan pengaksesan jaringan dan layanan dilakukan
pada Policy Enforcement Point (PEP). Komponen PEP pada kegiatan ini
menerapkan QoS dengan menggunakan solusi berbasis opensource. Aplikasi
berbasis kernel linux Traffic Controller (TC) dan IPTABLES.
3.4. Penerapan QoS berbasis SIP
Pada implementasinya, arsitektur memanfaatkan pensinyalan berbasis SIP untuk
penerapan QoS (garis panah putus-putus) untuk memicu proses kontrol (panah
titik putus-putus), yang mengatur QoS trafik yang dilewatkan pada jaringan (
panah garis solid), yang ditunjukan pada gambar 3.4.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
Gambar
3.4.1. Registrasi SIP UA
Pada implementasi ini kejadian
pengguna akan memicu proses penerapan aturan kebijakan alokasi
untuk tiap pengguna yang teregistrasi. Alokasi
keseluruhan trafik IP, tidak terbatas pada aplikasi tertentu. Alokasi
dapat mempertimbangkan kemungkinan penggunaan lebih dari satu terminal oleh
pengguna, yang melalui proses pengecekan terhadap status pengguna, dapat
membatasi pengaksesan dengan mekanisme membagi penggunaa
dengan profil alokasi bandwitdh
bandwidth untuk banyak terminal belum
Gambar 3.5
Gambar 3.4. Diagram Penerapan QoS berbasis SIP
3.4.1. Registrasi SIP UA
Pada implementasi ini kejadian sukses registrasi dan sukses deregistrasi terminal
pengguna akan memicu proses penerapan aturan kebijakan alokasi
untuk tiap pengguna yang teregistrasi. Alokasi bandwitdh diterapkan untuk
keseluruhan trafik IP, tidak terbatas pada aplikasi tertentu. Alokasi bandwith
mempertimbangkan kemungkinan penggunaan lebih dari satu terminal oleh
pengguna, yang melalui proses pengecekan terhadap status pengguna, dapat
membatasi pengaksesan dengan mekanisme membagi penggunaan jaringan sesuai
bandwitdh yang ditentukan. Fungsi penggunaan alokasi
untuk banyak terminal belum diterapkan pada saat kegiatan ini.
3.5. Diagram komunikasi pada registrasi SIP UA
24
registrasi terminal
pengguna akan memicu proses penerapan aturan kebijakan alokasi bandwith
diterapkan untuk
bandwith juga
mempertimbangkan kemungkinan penggunaan lebih dari satu terminal oleh
pengguna, yang melalui proses pengecekan terhadap status pengguna, dapat
n jaringan sesuai
tentukan. Fungsi penggunaan alokasi
pada saat kegiatan ini.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
25
Universitas Indonesia
Dalam kasus deregistrasi terminal, sistem akan melepas reservasi alokasi
bandwith. Pembedaan kejadian registrasi dan deregistrasi adalah dengan
menganalisa nilai Expire pada header pesan REGISTER SIP, proses deregistrasi
ditunjukan dengan nilai 0.
3.4.2. Call Setup dan Teardown
Mekanisme alokasi bandwidth secara dinamis diterapkan untuk memastikan
traffic multimedia mendapatkan prioritas yang lebih ditinggi dari traffic IP lainnya
dalam transfer data yang dilakukan oleh pengguna. Mekanisme ini tidak
menambah jumlah alokasi bandwitdh per-pengguna, namun hanya memberikan
prioritas yang berbeda dalam alokasi bandwidth yang sudah ditentukan.
Gambar 3.6. Diagram komunikasi pada Call Setup and Teardown
Call Setup akan memicu Policy Setup pada kanal yang dialokasikan per-
pengguna. Pesan INVITE yang ter-authentikasi akan memicu SIP Server untuk
mengirimkan informasi identifikasi pengguna, alamat IP terminal dan informasi
codec yang digunakan, serta port UDP yang ditawarkan untuk penerimaan paket
multimedia realtime (RTP). Pada proses ini Policy Setup dilakukan pada kedua
kanal komunikasi baik disisi Caller maupun Callee. Policy Setup di sisi Calle
dipicu pada saat CSCF menerima pesan 200 OK dari sisi Callee.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Call Teardown terjadi pada saat salah satu dari partisipan Call mengirimkan pesan
BYE, pada gambar 3.6, Caller memutuskan sesi panggilan dan mengirimkan
pesan BYE yang diterima oleh CSCF. CSCF selanjutnya mengirimkan informasi
ke PDP yang akan memicu instruksi melepas reservasi alokasi bandwitdth pada
PEP. Policy Teardown pada sisi Callee dipicu pada saat CSCF menerima pesan
200 OK dari sisi Callee, yang terkait dengan respon pesan BYE yang dikirimkan
oleh Caller.
3.5. Infrastruktur Rancang Bangun
Infrastruktur kegiatan rancang bangun dan pengujian dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi berbasis linux.
Gambar 3.7. Konfigurasi Lingkungan Pengujian Berbasis Virtualisasi
3.5.1. Lingkungan Kerja Rancang Bangun
Pada kegiatan ini infrastruktur dibangun diatas lingkungan berbasis Virtualisasi.
Hypervisor Engine ESX 4.0 di gunakan diatas mesin Server IBM X. Sebuah
Virtual Switch dikonfigurasi untuk bisa menampung tiga Virtual LAN, 1 Core
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
27
Universitas Indonesia
Network dan 2 VLAN untuk Node Client. Pada kegiatan rancang bangun dan
pengujian ini menggunakan lima mesin virtual (VM), 1 VM digunakan untuk
CSCF dan PDP, 2 VM untuk PEP, dan 2 VM yang disimulasikan sebagai User
Endpoint (UE). Gambar 3.7 menunjukan tampilan VM Manager terkait dengan
konfigurasi lingkungan rancang bangun.
3.5.2. Topologi Pengujian
Gambar 3.8. Konfigurasi Topologi Pengujian
Pengujian terhadap keberhasilan implementasi yang dilakukan pada kegiatan ini
dilakukan dengan membagun topologi pengujian (Gambar 3.8). Sebuah Server
yang berfungsi sebagai CSCF dan PDP, serta dua Router yang berfungsi sebagai
PEP dihubungkan ke segmen Core Network, pada pengujian ini menggunakan
segment IP 192.168.32.0/24. Dua segmen jaringan LAB difungsikan sebagai
Access Network. LAB 1 menggunakan segmen 10.115.0.0/16, pada segmen ini
dihubungkan sebuah VM yang difungsikan sebagai UE, yang diset untuk dapat
mensimulasikan untuk 5000 terminal. LAB 2 menggunakan segmen
10.116.0.0/16, pada segmen ini dihubungkan sebuah VM yang difungsikan
sebagai SIP User Agent Server dan Application Server.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
28
BAB 4
PENGUJIAN DAN ANALISA KINERJA
Penerapan kontrol pengaksesan jaringan dan penerapan QoS pada kegiatan ini
meningkatkan fungsi kontrol pada pengelolaan jaringan dengan memberikan
prioritas yang lebih tinggi pada pengguna yang melakukan registrasi, dan
prioritas yang lebih tinggi lagi bagi Realtime Traffic multimedia pada sesi
panggilan yang dilakukan oleh pengguna. Namun kemampuan ini memberikan
pengaruh pada penurunan kinerja pada layanan Call Control CSCF, hal ini
disebabkan adanya proses lebih jauh terkait dengan penerapan Network Policy.
Pada pengujian yang dilakukan akan diukur keberhasilan penerapan kontrol
terhadap throughput dan pengaruh penurunan kinerja layanan Call Control.
4.1. Pengaruh Penerapan QoS pada Traffic Jaringan
Gambar 4.1. Skenario Penerapan QoS
Interface jaringan dari setiap mesin mendukung kecepatan hingga kecepatan
1Gbps. Namun untuk kegiatan pengujian ini kanal komunikasi dibatasi hingga
kecepatan 100Mbps. Lebih lanjut kanal komunikasi ini dibagi menjadi tiga sub-
kanal yaitu kanal 1 untuk pengguna yang tidak ter-registrasi, kanal 2 untuk
pengguna yang melakukan registrasi dan kanal 3 untuk traffic multimedia
realtime. Pada kanal 1, diterapkan kebijakan jaringan default best effort. Kanal 2
memiliki prioritas yang lebih tinggi dari kanal 1, pada saat pengguna melakukan
registrasi maka akan terbentuk sub-kanal dengan alokasi maksimum bandwidth
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
29
Universitas Indonesia
sesuai dengan profil QoS yang diperuntukan hanya bagi spesifik bagi pengguna
tersebut. Seiring dengan pertambahan sub-kanal untuk pengguna, kapasitas kanal
2 akan membesar hingga maksimum memenuhi kapasitas kanal utama. Kanal 3
akan terbentuk jika ada Call Session yang dilakukan oleh satu atau lebih
pengguna. Kanal 3 terbentuk dari sub-kanal sub-kanal yang spesifik terbentuk
untuk Call Session dengan alokasi bandwidth yang sesuai dengan profil codec
yang digunakan. Kanal 3 memiliki prioritas yang lebih tinggi dari semua kanal
yang dibentuk untuk pengguna, sehingga dimungkinkan keseluruhan kanal utama
digunakan oleh kanal 3 tanpa memberikan ruang pada kanal lainnya. Gambar 4.1
menggambarkan alokasi kanal pada skenario pengujian.
Gambar 4.2. Metode Pengujian Throughput
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
30
Universitas Indonesia
4.1.1. Metode Pengujian Throughput
Pada Gambar 4.2. menunjukan metode pengujian throughput, pengujian
dilakukan sebanyak 20 kali dengan mengirimkan traffic ke dua Node Client yang
berbeda, Host2 dan Host3. Pada setiap kali pengujian, transmisi traffic ke Host3
dinaikan 10 Mbps, sampai dengan kecepatam maksimum 100 Mbps, yang
merupakan alokasi maksimum kanal utama yang disediakan untuk pengujian.
Pada setiap pengujian selanjutnya, pengiriman trafik ke Host2 dinaikan 10 Mbps,
hingga mencapai kecepatan maksimum 100 Mbps.
Pengukuran dilakukan untuk membuktikan maksimum throughput yang bisa
dicapai pada kedua Host. Pada 20 pengujian pertama, kedua host tidak melakukan
registrasi ke CSCF, dan pada 20 pengujian berikutnya, Host2 melakukan registrasi
ke CSCF.
4.1.2. Hasil Pengujian Throughput
Gambar 4.3. Throughput dan Jitter unregistered UE
Hasil pengujian pada kondisi Host2 dan Host3 tidak melakukan registrasi ke
CSCF menunjukan bahwa kecepatan transmisi data menuju kedua host tersebut
memiliki kemungkinan yang sama. Hingga pengujian kesembilan, Host3 dilayani
dengan sesuai dengan kecepatan transmisi yang dikirimkan dan mengalami
saturasi pada kecepatan 90 Mbps (Gambar 4.3), ditandai dengan adanya loss
packet sebesar 3.8%. Pada pengujian kesepuluh tidak terjadi peningkatan
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
31
Universitas Indonesia
kecepatan yang signifikan pada pengiriman transmisi menuju Host3, namun
packet loss meningkat menjadi 12% (Gambar 4.4).
Gambar 4.4. % Packet Loss pada unregistered UE
Pada pengujian kesebelas kecepatan pengiriman transmisi menuju Host2 mulai
dinaikan 10 Mbps dan pengiriman trasnmisi menuju Host3 dibuat tetap pada 100
Mbps, dari Gambar 4.3 terlihat setiap kenaikan kecepatan penerimaan transmisi
pada Host2 mengakibatkan penurunan kecepatan penerimaan transmisi pada
Host3, dengan percepatan yang hampir sama. Pada pengujian ke-dua puluh dan
dua puluh satu kecepatan trasnmisi menuju Host2 dan Host3 pada posisi 100
Mbps, kecepatan penerimaan pada kedua Host memiliki nilai pada kisaran 42
Mbps dan jitter pada kisaran 7.5 ms (Gambar 4.5).
Gambar 4.5. Jitter pada unregistered UE
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
32
Universitas Indonesia
Kondisi Thoughput dan Packet Loss yang seimbang pada Traffic menuju host2
dan host3 ini dikarenakan kedua node tersebut memiliki prioritas yang sama,
sehingga PDP akan melakukan mekanisme queuing yang seimbang dan
mengakibatkan kedua node memiliki variasi keterlambatan (Jitter) yang sama
(Gambar 4.5.)
Gambar 4.6. Throughput pada registered UE
Hasil pengujian pada kondisi Host2 melakukan registrasi ke CSCF menunjukan
bahwa kecepatan transmisi data menuju Host2 tersebut memiliki prioritas yang
lebih tinggi dibanding transmisi menuju Host3. Hingga pengujian kesembilan,
Host3 dilayani dengan sesuai dengan kecepatan transmisi yang dikirimkan dan
mengalami saturasi pada kecepatan 89 Mbps (Gambar 4.6), ditandai dengan
adanya packet loss sebesar 3.6%. Pada pengujian kesepuluh tidak terjadi
peningkatan kecepatan yang signifikan pada pengiriman transmisi menuju Host3,
namun packet loss meningkat menjadi 14% (Gambar 4.8).
-20
0
20
40
60
80
100
0 5 10 15 20
Throughput
Host2 [Mbps]
Throughput
Host3 [Mbps]
Test Sequence
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Gambar 4.7. Jitter pada registered UE
Pada pengujian kesebelas kecepatan pengiriman transmisi menuju Host2 mulai
dinaikan 10 Mbps dan pengiriman trasnmisi menuju Host3 dibuat tetap pada 100
Mbps, dari Gambar 4.6 terlihat setiap kenaikan kecepatan penerimaan transmisi
pada Host2 mengakibatkan penurunan kecepatan penerimaan transmisi pada
Host3, dengan percepatan yang hampir sama.
Gambar 4.8. % Packet Loss pada registered UE
Kecepatan pengiriman traffic menuju Host2 selalu dilayani dan tidak mengalami
packet loss hingga pengujian ke 18, pada titik ini kecepatan penerimaan di sisi
Host2 mencapai 84 Mbps dan tidak memberikan ruang bagi trafik menuju Host3.
-20
0
20
40
60
80
100
120
140
0 5 10 15 20
Jitter
Host2 [ms]
Jitter
Host3 [ms]
Test Sequence
0
20
40
60
80
100
120
0 5 10 15 20
Lost Host2 [%]
Lost Host3 [%]
Test Sequence
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
34
Universitas Indonesia
Hal ini ditunjukan dengan kecepatan penerimaan pada Host3 mencapat titik
terendah 1.96 Mbps dan Jitter tertinggi 120 ms (Gambar 4.7)..
4.2. Pengaruh pada Pensinyalan
Pengaruh penerapan QoS terhadap pensinyalan diuji sebagai berikut.
Gambar 4.9. Metode Pengujian Pensinyalan
4.2.1. Metode Pengujian Signalling
Pada pengujian ini dibandingkan kinerja SIP signalling untuk tiga skenario
implementasi yang berbeda. Metode pengujian digambarkan pada Gambar 4.9
Kondisi pertama adalah penerapan dengan CSCF, PDP, dan PEP pada mesin yang
berbeda. Komunikasi diantara ketiga komponen dilakukan dengan menggunakan
Web Service. Pengujian untuk mengukur pengaruh penerapan QoS terhadap
kinerja SIP signalling dilakukan dengan mengirimkan pesan registrasi dengan
Call Rate yang naik 20 call/sec setiap periode 1 detik, dari 0 hingga maksimum
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
35
Universitas Indonesia
Call Rate 200 call/sec, dan berhenti jika jumlah pengiriman mencapai 5000 pesan.
Hasil pengujian ditampilkan pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10. Kinerja SIP dengan pemisahan CSCF, PDP dan PEP
Kondisi kedua adalah penerapan dengan CSCF dan PDP pada mesin yang sama,
PEP pada mesin yang berbeda. Komunikasi diantara PDP dan PEP dilakukan
dengan menggunakan Web Service. Pengujian untuk mengukur pengaruh
penerapan QoS terhadap kinerja SIP signalling dilakukan dengan mengirimkan
pesan registrasi dengan Call Rate yang naik 100 call/sec setiap periode 1 detik,
dari 0 hingga maksimum Call Rate 1000 call/sec. Pengujian dilakukan hingga
jumlah pesan yang dikirimkan mecapai 5000 pesan registrasi. Hasil pengujian
ditampilkan pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11. Kinerja SIP dengan CSCF dan PDP pada mesin yang sama
Kondisi ketiga adalah implementasi dengan CSCF dan PDP pada mesin yang
sama, PEP pada mesin yang berbeda. Output dari proses pada CSCF langsung
disimpan kedalam database, dan tidak menunggu Return Code dari proses PDP.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
36
Universitas Indonesia
PDP selalu melihat perubahan yang terjadi pada database, jika ada status registrasi
baru, maka PDP akan melakukan fungsi lebih lanjut dalam penerapan Policy.
Komunikasi diantara PDP dan PEP dilakukan dengan menggunakan Web Service.
Gambar 4.12. Kinerja SIP CSCF independen terhadap PDP
Pengujian untuk mengukur pengaruh penerapan QoS terhadap kinerja pensinyalan
SIP dilakukan dengan mengirimkan pesan registrasi dengan Call Rate yang naik
100 call/sec setiap periode 1 detik, dari 0 hingga maksimum Call Rate 1000
call/sec. Pengujian dilakukan hingga jumlah pesan yang dikirimkan mecapai 5000
pesan registrasi. Hasil pengujian ditampilkan pada Gambar 4.12.
4.1.2. Hasil Pengujian Signalling
Penerapan dengan menggunakan solusi berbasis Web Service pada arsitektur yang
dibangun berpengaruh pada turunnya kinerja pensinyalan berbasis SIP dalam
melayani registrasi terminal hingga kurang dari 100 call/sec ( garis dengan tanda
asterik). Pada saat Outgoing Call mendekati 100, jumlah panggilan yang belum
diselesaikan (Current Call) dalam masa 1 detik mulai meningkat ( garis dengan
tanda segi tiga). Pada detik ke tujuh permintaan yang belum selesai dan sudah
melewati masa timeout mengalami kegagalan. Retransmisi ( garis dengan tanda
silang ) meningkat seiring dengan semakin banyaknya permintaan yang
mengalami timeout dikarenakan keterlambatan respon dari server CSCF.
Penurunan kinerja pada skenario ini disebabkan CSCF menunggu respon balik
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
37
Universitas Indonesia
dari PDP, dan PDP menunggu respon balik dari PEP pada pemrosesan setiap
permintaan penerapan Policy.
Pada hasil pengujian penempatan CSCF dan PDP pada mesin yang sama, dan
menggunakan komunikasi berbasis Web Service hanya untuk komunikasi antara
PDP dan PEP menunjukan peningkatan kinerja hingga mendekati 600 call/sec.
Hingga pengiriman 1000 call/sec dan total 5000 pesan yang dikirimkan tidak
terjadi kegagalan panggilan, hanya saja terjadi keterlambatan pelayanan oleh
CSCF yang ditandai dengan naiknya antrian permintaan yang belum selesai di
proses.
Pada pengujian skenario CSCF yang independen terhadap proses analisa Policy
pada PDP, didapatkan hasil pengukuran yang lebih baik dari skenario
sebelumnya. Tidak terjadi antrian Call hingga pengukuran mencapai 1000
call/sec. Model arsitektur ini mendekati kondisi alamiah dari sebuah CSCF,
namun keterlambatan penerapan Policy tetap ditemukan pada sistem ini dan
terdeteksi dengan kondisi masih terjadinya pemrosesan permintaan di sisi PEP
pada saat CSCF sudah lama menyelesaikan 5000 pesan registrasi.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
37
BAB 5
KESIMPULAN
Pada tulisan ini telah diuraikan penerapan QoS dan kontrol pengaksesan jaringan
berbasis protokol SIP. Pemodelan arsitektur mengacu pada definisi IETF
mengenai Policy Based Admission Control, dan menggunakan sebagian
komponen-komponen dan fungsi arsitektur NGN IMS dari ETSI TISPAN, serta
konsep penerapan QoS pada subsistem RACS. Penerapan pada arsitektur yang
dibangun tidak menggunakan spesifikasi yang didefiniskan oleh standar RACS
dalam hal komunikasi antar komponen, namun menggunakan solusi berbasis Web
Service.
Dari rancang bangun dan pengujian didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Penerapan kebijakan jaringan dapat dilakukan dengan memanfaatkan status
dari sesi registrasi maupun Call Setup dan Call Teardown protokol SIP.
2. Telah dilakukan modifikasi komponen CSCF, dan membangun komponen
Policy Decission Point (PDP), dan Policy Enforcement Point (PEP)
3. Web Service bisa digunakan untuk komunikasi antar komponen CSCF, PDP
dan PEP dalam pemrosesan pesan protokol SIP, analisa penerapan kebijakan
jaringan dan penerapan aturan kebijakan dan pengontrolan pengaksesan
jaringan.
4. Penambahan fungsi komunikasi pada CSCF berpengaruh pada penurunan
kinerja pelayanan pemrosesan Call Control.
5. Penurunan kinerja pada fungsi Call Control hingga mendekati 100 call/sec
pada skenario pemisahan penuh antara CSCF, PDP dan PEP, dan 600 call/sec
pada skenario penggabungan CSCF dan PDP.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
38
Universitas Indonesia
6. Skenario tanpa umpan balik antara CSCF dan PDP menunjukan kondisi
kinerja yang lebih baik, pada skenario ini CSCF dapat memproses pesan
registrasi SIP tanpa ada antrian hingga batas pengujian 1000 call/sec dengan
total 5000 pesan registrasi.
7. Pengembangan lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengurangi penurunan
performansi pada layanan Call Control berbasis SIP dan penerapan protokol
komunikasi antar komponen yang sesuai dengan spesifikasi RACS ETSI
TISPAN.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
39
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
[1]OAA100101, Huawei, NGN System Overview, Huawei Technologies Co.,
Ltd., 2006
[2] OAA10000206, Huawei, NGN Protocol Overview, Huawei Technologies Co.,
Ltd., 2006
[3] OAA10000706, Huawei, SIP, Huawei Technologies Co., Ltd., 2006
[4] Handley M., Schulzrinne H., Schooler E., Rosenberg J., ACIRI, Columbia U,
Cal Tech, Bell Labs, 1999
[5] CNAP, CCNP, Multiyaer Switching v3.0, Cisco, 2003.
[6] Mirzaie S., Preventing of SYN Flood attack with iptables Firewall, Second
International Conference on Communication Software and Networks, 2010
[7] Balan D.G, Potorac D.A., Linux HTB Queuing Discipline Implementations,
Networked Digital Technologies, 2009
[8] Simon E., Gressier E., Berthelin J., Avoid LAN Switches-IP Routers provide a
better alternative for a Real-Time Communication System, 2nd Intl. Workshop on
Real-Time LANs in the Internet Age, 2003
[9] Lei J., Hogrefe D., IP Multimedia Subsystem (IMS), Telematics group
University of Goettingen, 2008, http://www.3g4g.co.uk/Ims/IMS.pdf, Last
Accessed: December 17, 2010.
[10] Magedanz T., Open EPC – A Short Overview, Fraunhofer FOKUS, 2010,
http://www.openepc.net/en/openepc/_docs/OpenEPC_tutorial.pdf, Last Accessed:
December 17, 2010.
[11] Rutgers., Linux Security , State University of New Jersey, 2010,
http://coewww.rutgers.edu/www1/linuxclass2003/lessons/lecture9.html, Last
Accessed: December 17, 2010.
[12] Marsh M.G., Policy Routing Book, Paktronix Systems, LLC.
,2001,http://www.policyrouting.org/iproute2.doc.html, Last Accessed: December
17, 2010.
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012
40
Universitas Indonesia
[13] Jasmina B., Priority Transmission of SIP Signaling Flows over IP Network,
Cabinet of CEO BH Telecom, Joint Stock Company, Sarajevo Sarajevo, Bosnia
and Herzegovina, 2009
[14] Mehdi S., A Proposed Model for QoS Provisioning in IMS-based IPTV
Subsystem, Communication Technology Institute Iran Telecommunication
Research Center Tehran, Iran, 2009
[15] Li Zhao, Analysis of A Scheme Supporting End-to-End QoS for VoIP
Emergency Calls, Guilin University of Electronic Technology, Guilin 541004,
China, 2008
[16] Hassan Y., NGN Functional Architecture for Resource Allocation and
Admission Control, NIS, TELSIK, Serbia, 2009
[17] Cho IL., A Centralized Resource and Admission Control Scheme for NGN
Core Network, Graduate School of Information Science and Electrical
Engineering, Kyushu University 6-10-1 Hakozaki, Higashi-ku, Fukuoka, 812-
8581, Japan, 2009
[18] Koji T., A Modeling Method of Access Network for Resource Reservation
and Admission Control of NGN, NTT Network Service Systems Laboratories -9-
11, Midori-Cho Musashino-Shi, Tokyo 180-8585 Japan, 2010
[19] Jing S., Flow Management with Service Differentiation for SIP Application
Server, The Third ChinaGrid Annual Conference, 2005
[20] Garcia R.M., Design and Development of a CNG oriented to Embedded
Linux, Universitat Politecnica De Catalunya, Spain, 2010
[21] Egger C., Happenhofer M., Fabini J., Reichl P., BIQINI – A Flow-based QoS
Enforcement Architecture for NGN Services, Vienna University of Technology
Institute of Broadband Communications, Telecommunications Research Center
Vienna (FTW), Austria, 2010
[22] Karandikar A., Broadband Networks: Concepts and Technology, IIT
Bombay, India, http://nptel.iitm.ac.in/video.php?subjectId=117101050, Last
Accessed: July 6, 2012
Implementasi dan..., Agus Awaludin, FT UI, 2012