Upload
undip
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
TRANSPORTASI DARAT DAN KERETA API DI KOTA BANDUNG
Oleh : Kelompok 4
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di dunia yang sudah sangat modern ini, transportasi merupakan salah satu hal yang sangat
diperlukan guna menunjang aktivitas manusia. Transportasi berguna untuk memudahkan manusia
atau barang berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya. Saat ini banyak sekali macam dari moda
transportasi yang dapat diakses untuk menjangkau seluruh tempat bahkan yang terpencil
sekalipun. Banyaknya moda transportasi ini tentunya juga harus didukung dengan sistem jaringan
jalan yang tersruktur. Sistem jaringan jalan dan juga moda transportasi tidak dapat dipisahkan
karena saling terkait satu sama lain. Selain itu, fasilitas-fasilitas penunjang transportasi juga sangat
diperlukan untuk memudahkan mengakses alat transportasi tersebut agar berjalan seperti yang
diharapkan. Sistem transportasi ini juga dapat dikatakan sebagai salah satu indikator kemajuan
suatu kota di Indonesia
Terkait dengan masalah transportasi kota, dalam artikel ini akan dibahas tentang bagaimana
sebuah kota khususnya Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia dapat menyediakan
fasilitas transportasi beserta jaringan jalannya guna mempermudah aksesibilitas kota tersebut.
Dalam artikel ini nantinya akan terlihat apakah Kota Bandung sudah memiliki transportasi yang
baik atau belum, dengan membandingkan kondisi yang ada dengan literatur mengenai
transportasi.
2. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk menganalisis transportasi darat dan kereta api
yang ada di Kota Bandung, dari mulai jenis moda, jaringan jalan hingga prasarana terminal.
b. Sasaran
1. Mengidentifikasi jenis moda darat yang ada di Kota Bandung
2. Mengidentifikasi jaringan jalan darat dan kereta api di Kota Bandung
3. Mengidentifikasi presarana terminal yang ada di Kota Bandung
2
3. Ruang Lingkup Wilayah
Kota Bandung terletak di 60 57’ 00’ LS dan 1070 34’ BT serta memiliki ketinggian 675-
1050 m (asl). Kota Bandung termasuk kota yang sejuk karena berada di ketinggian yang cukup
tinggi dan memiliki suhu rata-rata 28.5o C. Kota Bandung memiliki batas-batas administrasi
seperti berikut:
Utara : Kabupaten Bandung
Tmur : Kabupaten Bandung
Selatan : Kabupaten Bandung
Barat : Kota Cimahi
Sumber: www.indotravelers.com
Gambar 1.1
Peta Kota Bandung
B. KAJIAN LITERATUR
1. Jenis – jenis Moda
Jenis moda yang akan dibahas pada artikel ini adalah moda darat dan kereta api. Berikut
penjelasannya:
a. Transportasi Darat
Berdasarkan RPJM Kemenhub RI Tahun 2005, pengertian transportasi darat adalah suatu
tataran kesatuan sistem penyelenggaraan transportasi yang berada di daratan dan perairan
daratan yang saling terhubung dan terintegrasi dalam serangkaian simpul dan atau ruang
kegiatan (terminal, stasiun, Pelabuhan) yang dihubungkan dengan ruang lalu lintas (jaringan
jalan, jalan rel, dan jembatan bergerak).
3
Definis lain dari RPJM, Sub sektor Transportasi Darat merupakan bagian dari sistem
transportasi yang terdiri dari moda Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Perkeretaapian, Angkutan
Sungai, Danau dan Penyeberangan.(RPJM Kemenhub RI Thn 2005).
Dari dua definis diatas, dapat diketahui bahwa transportasi darat adalah pengangkutan
penumpang dan barang dengan menggunakan kendaraan yaitu sarana transportasi selain
makhluk hidup berupa mobil, motor dan kereta. Transportasi darat meliputi transportasi jalan,
jalan rel, angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Sedangkan Prasarana transportasi darat
berupa jalan, jembatan, rel, terminal, dan stasiun.
Jaringan transportasi jalan adalah serangkaian simpul dan atau ruang kegiatan yang
dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk
keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan (www.kemenhub.go.id). Di Negara
Indonesia, Transportasi darat masih menjadi sistem transportasi andalan. Moda Transportasi
darat yang digunakan pada transportasi jalan antara lain sarana sepeda, sepeda motor, mobil dan
bus, serta truck serta prasarana angkutan berupa terminal, jalan raya, jembatan, terowongan,
dll. Berikut Gambar Moda Transportas Darat yang ada di Indonesia.
Gbr, 1
Sepeda Motr
Sumber: http://www.suaramerdeka.com Gambar 2.1
(a) Moda sepeda motor, (b) Moda mobil, (c) Moda truk, (d) Moda bus rapid transit
b. Transportasi Rel Kereta Api
Prasarana yang terkait dengan transportasi jalan rel ini adalah jalan rel, jembatan dan
stasiun. Seangkan sarana transportasi jalan rel kereta api yang terdari dari lokomotif dan
gerbong. Stasiun kereta api adalah tempat para penumpang dapat naik turun untuk memakai
kereta api. Sedangkan jalan rel terdiri dari sarana kereta api (lokomotif, gerbong dan kereta) dan
prasarana berupa jalan rel, jembatan rel, persilangan sebidang, dan lain-lain.
Kereta api dikembangkan sebagai moda transportasi darat yang penting karena dianggap
mampu memberi dampak positif secara nasional antara lain mengurangi kepadatan jalan raya,
penghematan energi, pengurangan tingkat kecelakaan, pengurangan kemacetan, pengurangan
pengunaan lahan dan tingkat polusi yang relatif rendah.
(a)
(b)
(c) (d)
4
Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian sudah 5
tahun berjalan, banyak harapan ketika UU ini disahkan. Masyarakat berharap ada “pesaing
baru” bagi penyelenggaraan sarana angkutan masal kereta api. Dengan adanya persaingan ini
masyarakat akan mendapatkan kenyamanan menggunakan transportasi darat yang lebih baik
lagi.
Sumber: http://www.suaramerdeka.com
Gambar 2.2 Kereta Api
2. Sistem Jaringan Jalan Darat dan Kereta Api
a. Sistem Jaringan Jalan Darat
Jalan merupakan jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan
orang untuk saluran air minum saluran air limbah jaringan listrik telepon gas dan lain-lain
ditempatkan diantara garis sepadan dengan saluran air hujan. Konstruksi jalan mempunyai
peranan yang cukup besar dalam tatanan perkembangan suatu wilayah.
Selanjutnya jaringan jalan merupakan rangkaian ruas-ruas jalan yang dihubungkan
dengan simpul-simpul. Simpul-simpul merepresentasikan pertemuan antar ruas-ruas jalan yang
ada. Jaringan jalan juga mempunyai peranan penting dalam pengembangan wilayah dan
melayani aktifitas kawasan. Pada dasarnya, jaringan jalan secara fungsional diselenggarakan
untuk memenuhi 2 fungsi utama berikut ini:
Fungsi akses: jaringan jalan disediakan untuk menyediakan akses bagi ruang kegiatan
secara merata di semua wilayah, sehingga mampu mendorong berkembangnya kegiatan
ekonomi wilayah.
Fungsi mobilitas: jaringan jalan disediakan dalam kapasitas dan kinerja yang memadai
untuk mengakomodasi/meneruskan pergerakan orang/barang antar wilayah secara
efisien. Sedemikian sehingga memberikan nilai tambah yang optimal bagi
perekonomian wilayah.
Jaringan jalan mempunyai pola jaringan sesuai dengan karakteristik kawasan/wilayah dan
rencana pengembangannya. Untuk daerah yang berkembang secara natural maka pola
jaringannya akan terbentuk dengan karakteristik alamiahnya. Pola jaringan jalan secara umum
adalah sebagai berikut :
5
Sumber: http://img21.imageshack.us Gambar 2.3
Model-model Jaringan Jalan
Berdasarkan Lingkup Pengaturan, jalan dikelompokan menurut Peruntukan, Sistem,
Fungsi, Status dan Kelas. (http://atmaja.staff.umy.ac.id)
1. Berdasarkan Peruntukan, jalan dikelompokan sebagai :
Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum, termasuk disini
adalah Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol.
Jalan Khusus adalah jalan yang tidak diperuntukan untuk lalu lintas umum. Termasuk
dalam kelompok ini adalah jalan kehutanan, jalan pertambangan, jalan inspeksi
pengairan, minyak & gas, jalan yang dimaksud untuk pertahanan & keamanan dan
jalan komplek.
2. Berdasarkan Sistem, jaringan jalan dikelompokan sebagai Sistem Jaringan Jalan :
Jaringan Jalan Primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa
distribusi untuk pengembangan semua wilayah, yang menghubungkan simpul jasa
distribusi yang berwujud kota. Jaringan tersebut menghubungkan dalam satu satuan
wilayah pengembangan, yang menghubungkan secara menerus kota, yang berfungsi
sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat
Kegiatan Lokal, (PKL).
Jaringan Jalan Sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peran pelayanan jasa
distribusi untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan, yang menghubungkan antar
dan dalam pusat-pusat kegiatan di dalam kawasan perkotaan.
3. Berdasarkan Fungsi, dalam sistem jaringan jalan primer maupun sekunder, tiap ruas
mempunyai fungsi masing-masing, yakni :
Jalan Arteri, adalah jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, jumlah jalan masuk dibatasi. Berdasarkan tingkat
pengendalian jalan masuk, maka jalan Arteri bisa dibedakan menjadi Jalan Bebas
Hambatan (Freeway), Jalan Expressway dan Jalan Raya (Highway). Dalam Jalan
6
Bebas Hambatan, semua jalan akses secara penuh dikendalikan dan tanpa adanya
persimpangan sebidang. Jalan Expressway, pengendalian jalan masuk secara parsial
dan boleh adanya persimpangan sebidang, secara terbatas. Sedang Jalan Raya,
pengendalian secara parsial dan boleh adanya persimpangan sebidang.
Jalan Kolektor adalah jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata sedang dan jalan masuk dibatasi.
Jalan Lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan lokal dengan ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rendah dan jumlah jalan masuk, tidak dibatasi.
Jalan Lingkungan, jalan yang melayani angkutan lingkungan, dengan ciri perjalanan
jarak dekat dan dengan kecepatan rendah.
4. Pengelompokan Jalan berdasarkan Status, terdiri dari :
Jalan Nasional adalah jalan umum yang menghubungkan antar ibukota Propinsi,
negara atau jalan yang bersifat strategis nasional. Sebagai penanggung jawab,
pengaturan, pembinaan dan pengawasan jalan ini adalah Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung jawab yang berkaitan dengan pembangunan.
Jalan Propinsi, adalah jalan umum yang menghubungkan Ibukota Propinsi dengan
Ibukota Kabupaten/Kota, atau antar kota, atau antar Kota atau antar Ibukota
Kabupaten, atau antar Ibukota Kabupaten dengan Kota atau jalan yang bersifat
strategis regional. Penanggung jawab penyelenggaraan adalah Pemerintah Propinsi.
Jalan Kabupaten, adalah jalan umum yang menghubungkan Ibukota Kabupaten
dengan Kecamatan, antar Ibukota Kecamatan, Ibukota Kabupaten dengan Pusat
Kegiatan Lokal atau antar Pusat Kegiatan Lokal dan jalan Strategis Lokal di daerah
Kabupaten, serta janringan jalan sekunder di daerah Kabupaten. Penanggung jawab
adalah Pemerintah Kabupaten.
Jalan Kota, adalah jalan umum dalam sistem sekunder yang menghubungkan antar
pusat kegiatan lokal dalam kota, menghubungkan pusat kegiatan lokal dengan persil,
menghubungkan antar persil, menghubungkan antar pusat pemikiman. Tanggung
jawab dalam penyelenggaraan ada pada Pemerintah Kota.
Jalan Desa, adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan di dalam Desa dan
antar pemikiman. Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan ada pada Pemerintah
Kabupaten dan Desa.
b. Sistem Jaringan Jalan Kereta Api
Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan
mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya
dalam satu hubungan hirarkis. Jalur kereta api meliputi
1. Ruang manfaat jalur kereta api
7
Terdiri atas jalan rel dan bidang tanah di kiri dan kanan jalan rel beserta ruang di kiri,
kanan, atas dan bawah yang digunakan untuk konstruksi jalan rel dan penempatan fasilitas
operasi kereta api serta bangunan pelengkap lainnya. Jalan rel dapat berada pada permukaan
tanah, dibawah permukaan tanah dan di atas permukaan tanah. Adapun konstruksi jalan rel
terbagi atas
Konstruksi jalan rel bagian atas yang terdiri atas rel atau pengarah, penambat dan
bantalan dan balas atau slab track
Konstruksi jalan rel bagian bawah, pada jalan rel yang berada pada permukaan tanah
yang berupa badan jalan terdiri atas lapisan dasar dan tanah dasar. Konstruksi jalan rel
bagian bawah pada permukaan tanah yang berada di terowongan terdiri atas konstruksi
penyangga, dinding, lantai dasar dan portal. Konstruksi jalan rel bagian bawah pada
jalan rel yang berada di bawah permukaan tanah terdiri atas dinding dan lantai dasar.
Sedangkan konstruksi jalan rel bagian bawah pada jalan rel yang berada di atas
permukaan tanah yang dapat disebut jembatan terdiri atas konstruksi jembatan bagian
atas dan konstruksi jembatan bagian bawah
2. Ruang milik jalur kereta api
Ruang miliki jalur kereta api meliputi bidang tanah di kiri dan kanan ruang manfaat jalur
kereta api yang digunakan untuk pengamanan konstruksi jalan rel. Batas ruang miliki kereta api
untuk jalan rel yang terletak pada permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan
kanan ruang manfaat jalur kereta api, yang lebarnya paling sedikit 6 meter. Untuk jalan rel yang
terletak di bawah permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan serta bagiab
bawah dan atas ruang manfaat jalur kereta api. Sedangkan untuk jalan rel yang terletak di atas
permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan ruang manfaat jalur kereta api
yang lebarnya paling sedikit 6 meter. Ruang milik jalur kereta api dapat digunakan untuk
keperluan lain yang berupa
Pipa gas
Pipa minyak
Pipa air
Kabel telepon
Kabel listrik
Menara telekomunikasi
Keperluan tersebut harus berdasarkan atas izin pemilik prasarana perkeretaapian dengan
tidak membahayakan konstruksi jalan rel, fasilitas operasi kereta api dan perjalanan kereta api.
8
3. Ruang pengawasan jalur kereta api
Meliputi bidang tanah atau bidang lain di kiri dan kanan ruang miliki jalur kereta api
digunakan untuk pengamanan dan kelancaran operasi kereta api. Batas ruang pengawasan jalur
kereta api untuk jalan rel yang terletak pada permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi
kiri dan kanan ruang milik jalur kereta api, masing-masing selebar 9 meter. Dalam hal jalan rel
yang terletak pada permukaan tanah berada di jembatan yang melintas sungai dengan bentang
lebih besar dari 10 meter, batas ruang pengawasan jalur kereta api masing masing sepanjang
50 meter ke arah hilir dan hulu sungai. (http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id)
3. Jenis Terminal
Secara umum terdapat dua jenis terminal yaitu Terminal Penumpang dan Terminal
Barang. Mengenai keduanya akan dijelaskan di bawah ini:
1. Terminal Penumpang
Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995, yang disebut terminal
penumpang adalah prasarana transportasi jalan unruk keperluan menurunkan dan menaikkan
penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum. Tipe terminal penumpang terdiri dari tiga yaitu: terminal
penumpang tipe A, terminal penumpang tipe B, dan terminal penumpang tipe C.
Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum angkutan antar kota
antar propinsi dan/atau angkutan intas batas negara, angkutan antar kota daam propisi, angkutan
kota, dan angkutan pedesaan. Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani kendaraan umum
untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkuran kota dan /atau angkutan pedesaan.
Sedangkan terminal penumpang tipe C hanya berfungsi melayani kendaraan umum angkutan
pedesaan.
Sebagai salah satu sarana transportasi yang melayani masyarakat, terminal penumpang
harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung perannya. Terdapat dua jenis
fasilitas terminal penumpang yaitu fasilitas utama dan fasilitas penunjang. Fasilitas utama yang
harus ada di terminal penumpang adalah:
Jalur pemberangkatan kendaraan umum
Jalur kedatangan kendaraan umum
Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di
dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum
Bangunan kantor terminal
Tempat tunggu peumpang dan/atau pengantar
Menara pengawas
Loket penjualan karcis
9
Rambu-rambu dan papan informasi
Pelataran parkir
Fasilitas-fasilitas diatas merupakan fasilitas utama untuk semua jenis terminat kecuali
huruf c, f, g, dan i yang tidak berlaku untuk terminal tipe C.
Fasilitas penunjang yang ada di terminal penumpang dapat berupa: kamar kecil/ toilet,
mushola, kantin, ruang pengobatan, ruang informasi dan pengaduan, telepon umum, tempat
penitipan barang, dan taman. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, di terminal penumpang juga
harus disediakan fasilitas bagi penumpang penyandang cacat sesuai dengan kebutuhan.
Penentuan lokasi terminal penumpang juga tidak sembarangan. Ada hal-hal tertentu yang
harus diperhatikan. Secara umum untuk ketiga tipe terminal penumpang tersebut, lokasi harus
ditentukan dengan mempertimbangkan rencana umum tata ruang, kepadatan lalu lintas dan
kapasitas jalan di sekitar terminal, keterpaduam poda transportasi baik intra maupun antar moda,
kondisi topografi, dan kelestarian lingkungan. Selain itu juga ada hal-hal khusus yang harus
diperhatikan dalam menentukan lokasi penumpang sesuai dengan tipenya yaitu:
a. Untuk terminal tipe A syarat-syaratnya yaitu:
Terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lalu lintas
batas negara
Terletak di jalan arteri dengan jelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA
Jarak dua terminal tipe A adalah 20 km di Pulai Jawa, 30 km Pulaiu Sumatra, dan 50
km di pulau lainnya.
Luas lahan yang tesedia minimal 5 ha untuk pulau Jawa dan Sumatra, dan 3 ha di pulau
lainnya.
Mempunyai akses jalan masuk dan keluar dengan jarak 100 m di Pulau Jawa, dan 50
m dii luar Jawa.
b. Untuk terminal tipe B syarat-syaratnya yaitu:
Terletak di jaringan trayek antar kota dalam propinsi
Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kualitas setidaknya IIIB
Jarak dua terminal tipe B atau dengan terminal tipe A adalah 15 km di pulau jawa dan
30 km di pulau lainnya.
Tersedia lahan minimal 2 ha untuk terminal di Jawa dan Sumatra, dan 2 ha untuk di
pulau lain.
Mempunyai akses jalan masuk dan keluar dengan jarak 50 m di Pulau Jawa, dan 30 m
dii luar Jawa
c. Untuk terminal tipe C
Terletak di wilayah Kabupaten daerah tingkat II dan dalam jaringan trayek pedesaan
Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas IIIA
10
Tersedia lahan sesuai permintaan angkutan
Mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal sesuai kebutuhan untuk
kelancaran lalulintas.
2. Terminal Barang
Terminal barang berfungsi melayani kegiatan bongkar dan/atau muat barang serta
perpindahan intra dan/atau moda transportasi
4. Tinjauan Lokasi
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kegiatan
masyarakat Kota Bandung yang beragam menjadikan munculnya kebutuhan akan transportasi
yang cukup tinggi. Hampir semua moda transportasi ada di Kota Bandung. Beragamnya aktivitas
masyarakat dan moda transportasi yang ada di Kota Bandung ini sangat menarik untuk dijadikan
bahan penelitian.
Kota Bandung adalah salah satu kota yang memiliki transportasi kereta api dalam kota.
Melalui moda transportasi ini Kota Bandung dapat terhubung dengan daerah lain. Adanya moda
transportasi ini memberikan kemudahan kepada masyarakat Kota Bandung dalam melakukan
perjalanan. Kegiatan ekonomi pun dapat berjalan lancar, hal ini disebabkan kemungkinan akan
terjadinya kemacetan sangat sedikit karena adanya jalur tersendiri untuk kereta api.
C. PEMBAHASAN
1. Transportasi Darat di Kota Bandung
Kota Bandung sebagai kota salah satu kota metropolitan di indonesia tentunga memiliki
sarana trasnportasi darat yang lengkap, dimulai dari yang tradisional seperti becak sampai moda
transportasi darat yang modern dan berkelas yaitu Bus Trans Metro Bandung.
a. Sepeda Motor
Sepeda motor adalah moda transportasi yang paling banyak kita jumpai di Kota Bandung.
Sepeda motor juga mendominasi pergerakan transportasi darat di jalan raya. Sepeda motor ini
selain digunakan sebagai alat transportasi pribadi, juga digunakan sebagai alat transportasi
umum yaitu ojeg.
Sumber: http://bandungekspres.com Gambar 3.1
Sepeda Motor di Kota Bandung
11
b. Mobil
Mobil merupakan salah satu moda transportasi darat yang juga sudah menjamur di setiap
jalanan di Kota Bandung. Sebagai yang maju, masyarakat kota bandung sebagin besar memiliki
moda transportasi ini. Sehingga tidak salah kalau Kota Bandung sudah semakin macet.
Sumber: http://bandungekspres.com Gambar 3.2
Mobil yang Memadati Jalan di Kota Bandung
c. Trans Metro Bandung
Trans Metro Bandung (TMB) adalah suatu transportasi angkutan massal yang menjadi
salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan pelayanan publik khususnya
pada sektor Transportasi darat di kawasan perkotaan di Kota Bandung dengan berbasis bus
mengganti sistem setoran menjadi sistem pelayanan dengan ciri pemberangkatan bus terjadwal,
berhenti pada halte khusus, aman, nyaman, handal, terjangkau dan ramah bagi lingkungan.
Sumber: http://suaramerdeka.com Gambar 3.3
Mobil yang Memadati Jalan di Kota Bandung
TMB bermaksud untuk mereformasi sitem angkutan umum perkotaan melalui
manajemen pengelolaan maupun penyediaan sarana angkutan masal sesuai dengan keinginan
masyarakat yang aman, nyaman, murah, mudah dan tepat waktu, yang dapat melayani
penumpang perkotaan dan penumpang luar Kota Bandung. Tujuan dari TMB adalah, perbaikan
12
sistem pelayanan angkutan umum perkotaan, perbaikan manajeman pengelolaan angkutan
umum perkotaan, perbaikan pola operasi angkutan umum perkotaan standarisasi armada, dan
penghubung simpul transportasi yaitu terminal, stasiun kereta api dan bandara. Rencana bus
yang akan dioperasikan pada koridor 1 (Cibiru- Cibereum) sebanyak 39 unit bus sedangkan
jumlah bus TMB yang ber-operasi sekarang baru sebanyak 10 unit, yang merupakan bantuan
dari Direktorat Jendral Perhubungan Darat, dan untuk mengisi kekurangan ini diharapkan peran
serta pengusaha angkutan di Kota Bandung. Selter ( tempat pemberhentian bus ) yang digunakan
sebanyak 14 buah yaitu selter sementara dengan lokasi Cibiru, Gedebage, Margahayu, Samsat,
LPKIA, Leuwipanjang, Caringin, Holis dan elang. Upaya memudahkan dan meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat akan di bangun selter dengan sistem ticketing elektronik smart
card yang dapat pula memanfaatkan kartu ATM sebagai alat pembayarannya.
Dengan sistem tiket ini juga dapat mengontrol pendapatan dan jumlah penumpang pada
tiap-tiap selter bus secara cepat sehingga dapat mengurangi kemungkinan kebocoran
pendapatan yang akan terjadi, disamping itu juga dapat mengontrol pergerakan dan kecepatan
kendaraan. Dengan telah diujicobanya Trans Metro Bandung (TMB) koridor pertama yang
sudah memasuki tahun kedua, keberadaan TMB medapat respon yang cukup baik dari
masyarakat Kota Bandung. Masyarakat Kota Bandung sangat mendambakan pengoperasian
TMB secara penuh baik dari sisi jumlah halte yang permanen maupun dari jumlah armadanya.
Sistem Tiket Elektronik yang digunakan oleh TMB dengan smart cardnya bertujuan, sebagai
salah satu moda transportasi masal di Kota Bandung untuk memberikan pelayanan pada
masyarakat, mengurangi tingkat kemacetan, mengalihkan secara bertahap penggunaan mobil
pribadi dan memberikan sarana transportasi yang terjangkau, aman, nyaman dan terutama tepat
waktu. Sitem Tiket Elektronik TMB merupakan sistem tiket digital yang terintegrasi bebasis
nilai, yang memanfaatkan teknologi RFID (Radio Frequency Identification) degan desain
pelayanan yang terukur. Sistem ini didesain sebagai sistem informasi yang mengintegrasikan
fungsi penjualan, pelayanan, operasional, keuangan dan fungsi audit, sehingga semua
penyimpangan baik penyimpangan operasional maupun finansial dapat terantisipasi.
Keunggulan sistem ini, menjamin fungsi pelayanan operasional, keuangan dan keamanan
data, data di enskripsi sehingga memberikan keamanan data, sitem komunikasi dan transmisi
data yang real time, didesain dapat diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya, didesain
berfungsi juga sebagai pembayaran multi guna pelayanan perjalan transportasi seperti makan,
minum, parkir, majalah dan yang lainnya sebagai tahap pengembangan ke depan. Keunikannya,
sistem ini merupakan sistem pertama di Indonesia yang mampu memberikan keuntungan
kepada para pengguna TMB, memberikan sistem reward bagi penggunanya dengan sistem poin
yang berdasarkan penggunaan, dilengkapi dengan fungsi promo yang fleksibel, meningkatkan
hubungan emosional antara pengguna dan operatornya, dapat melacak dan menganalisa
distribusi penyebaran penumpang dari satu halte ke halte lainnya, baik berdasarkan hari,
13
tanggal, maupun jam. Dapat diintegrasikan dengan sekolah, sehingga kartu pelajar/mahasiswa
dapat digunakan juga sebagai tiket dengan sistem prabayar Pembangunan selter dan sitem tiket
elektronik sebanyak 32 buah ini menelan biaya sebesar RP. 13,5 miliar dan dilakukan melalui
mekanisme kerjasama pemerintah dengan badan usaha mengacu kepada ketentuan Perpres RI
No. 67 tahun 2005 tentang kejasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam rangka
pembangunan infrastruktur, di mana anggaran pembangunan ini tidak menggunakan APBD
Kota Bandung melainkan melalui biaya investasi badan usaha, dalam hal ini PT. Horison
Komunikasi selaku investor pemenang leleng investasi dengan bekerja sama opersi dengan PT.
Batu Hitam selaku penyedia jasa sistem tiket elektronik smart card.
Konpensasi yang di berikan kepada investor adalah memperoleh hak pengelolaan reklame
di setiap selter selama 15 tahun, dengan beban pajak reklame seluruhnya menjadi tanggungan
pihak investor. Lokasi ke 32 selter itu yaitu Cibiru, Cempaka Arum, Gedebage, Kantor Pajak,
Riung Bandung, Margahayu, MTC, Samsat, Carefour, LPKIA, Moh. Toha(mekar wangi),
Leuwipanjang, Caringin, Sumber Sari, Holis, Cijerah, Elang. Perizinan pembangunan selter dan
sistem elektronik ini telah diterbitkan oleh Balai Besar pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah IV
Kementrian Pekerjaan Umum, karena lokasi selter yang berada di jalan Soekarno-Hatta
Bandung yang berstatus jalan nasional yang merupakan kewenangan Kementrian Pekerjaan
Umum.
Diharapkan dengan pembangunan selter dan sistem tiket elektronik ini dapat
meningkatkan kinerja TMB lebih baik sehingga kedapanya tidak lagi membebani anggaran
Pemerintah Kota Bandung dan dapat mandiri dengan bebagai inovasi dan terobosan baru
sekaligus sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung. Kepada pelaku usaha
angkutan kota yang di wadahi Oraganda serta Koperasi-koperasi angkutan dengan adanya
pembangunan ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah Kota Bandung dalam
upaya peningkatan sarana angkutan masal dan kedepan dapat ikut serta mengelola angkutan
masal sehingga dapat meningkatkan pelayanan pada waga kota Bandung.
(suaramerdeka.com/harian/0509/22/opi3.htm)
Secara umum, Trans Metro Bandung sudah memberikan kontribusi yang nyata dalam
mengurangi kemacetan di Kota Bandung, selain itu, BRT yang memiliki nama Trans Metro
Bandung (TMB) ini menerapkan konsep naik turun penumpang di shelter yang ada.
Adapun konsep BRT yang memilki jalutr sendiri belim dapat diterapkan di Kota
Bandung. Hal ini karena keerbatasan lebar ruas jalan. Sehingga Trans Metro Bandung masih
menggunakan Jalur umum sperti kendaraan umum lainnya.
(http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/22/opi3.htm)
14
d. Kereta Api
Kota Bandung memilki moda transportasi berupa Kereta Api. Kereta Api di Kota
Bandung berada di naungan PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasi II Bandung atau disingkat
dengan DAOP 2. Bandung adalah salah satu daerah operasi perkereta-apian Indonesia, di bawah
lingkungan PT Kereta Api (Persero) yang berada di bawah Direksi PT Kereta Api (Persero)
dipimpin oleh seorang Kepala Daerah Operasi (KADAOP) yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direksi PT Kereta Api (Persero).
Daerah Operasi II Bandung memiliki tiga stasiun besar, di antaranya adalah stasiun
Bandung, stasiun Kiaracondong dan stasiun Tasikmalaya, sedangkan stasiun kereta api kelas
menengah di antaranya adalah stasiun Padalarang, stasiun Cipeundeuy, stasiun Ciamis, dan
stasiun Banjar. Gudang kereta api berada di stasiun Bandung, sedangkan dipo lokomotif berada
tak jauh dari stasiun Bandung.
Sumber: http://stasiunbandung.com Gambar 3.4
Kereta Api di Kota Bandung
15
2. Sistem Jaringan Jalan Darat dan Kereta Api
a. Sistem Jaringan Jalan Darat
Sumber: http://img21.imageshack.us/img21/1977/gbr4strukturpelayananko.jpg Gambar 3.5
Jaringan Jalan di Kota Bandung
Pola jaringan jalan terdapat beberapa jenis ring, ring-radial, grid, spine, hexagonal, dan
delta. Sedangkan di Kota Bandung sendiri dapat terlihat pola jaringan ring-radial. Dimana
jaringan tersebut berpusat pada suatu titik selanjutnya menyebar. Hal tersebut membuat akses
ke pusat kota lebih muda dikarenakan simpul-simpul jalan saling terhubung dan mengarah ke
pusat kota. Selanjutnya dengan pola tersebut wilayah yang berada dipinggiran kota dapat saling
terhubung dengan tidak harus melalui pusat kota terlebih dahulu untuk menjangkau wilayah
pinggiran lainnya.
Pola ring-radial ini membuat struktur jaringan di Kota Bandung bersifat distribusi.
Dimana jaringan jalan tersebut menjangkau semua wilayah atau pusat-pusat kegiatan lainnya.
Selain pola ring-radial pada jalan arteri dan kolektor, pola grid dapat dijumpai pada jalan
lingkungan atau jalan lokal. Dimana hal tersebut dipengaruhi oleh bentuk perumahan yang
terdapat disana yang berbentuk grid pula.
Selanjutnya berdasarkan fungsi jalan, di Kota Bandung terdapat Jalan Arteri, Jalan
Kolektor, Jalan Lingkungan dan Jalan Lokal. Jalan arteri yang terdapat di Kota Bandung
bernama Jalan Soekarno-Hatta, Ahmad Yani, dan Sudirman dimana jalan tersebut berperan
16
sebagai jalan primer. Jalan – jalan tersebut berfungsi sebagai jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah, yang menghubungkan simpul
jasa distribusi yang berwujud kota. Jaringan tersebut menghubungkan dalam satu satuan
wilayah pengembangan, yang menghubungkan secara menerus kota, yang berfungsi sebagai
pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal. Sedangkan jalan lokal
disini berfungsi sebgai penghubung kawasan – kawasan yang mempunyai jarak yang lebih
dekat.
b. Kereta Api
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki jalur kereta api dalam kota. Jalur
kereta api ini juga menghubungkan Bandung Raya seperti Kota Cimahi dan Kabupaten
Bandung. Pada umumnya sistem jaringan jalan kereta yang ada di Bandung telah sesuai dengan
sistem jaringan jalan kereta yang telah ditentukan oleh pemerintah. Terdapat tiga hal yang
menyangkut sistem jaringan jalan, yakni Ruang manfaat jalur kereta api, Ruang milik jalur
kereta api dan Ruang pengawasan jalur kereta api. Ketiga hal tersebut telah diatur dalam UU
no. 56 tahun 2009 tentang penyelenggaraan perkeretaapian.
Namun, hal-hal yang menyangkut sistem jaringan jalan belum dibahas secara mendetail
dalam undang-undang tersebut. Seperti tindakan tegas terhadap pelanggar peraturan mengenai
perkeretaapian. Warga masyarakat yang memiliki kebiasaan menaiki bagian atap kereta api
perlu diberikan tindakan yang tegas agar mereka jera dan tidak melakukan perbuatan yang
membahayakan diri mereka sendiri.
Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang ada di Bandung, dimana moda
transportasi ini mampu menghubungkan Kota Bandung dengan kota-kota lainnya. Stasiun
Cimahi merupakan stasiun yang ada di Bandung, melalui stasiun ini kereta api yang
menghubungkan Bandung Raya seperti Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung dapat berhenti.
Berikut merupakan gambar stasiun cimahi:
Sumber: http://disparbud.jabarprov.go.id
Gambar 3.6 Stasiun Cimahi
17
Kondisi beberapa stasiun yang ada di Kota Bandung dapat dikatakan kurang baik. Banyak
pedagang asongan dan pengemis tampak dibeberapa stasiun di Kota Bandung. Kurangnya
perhatian baik dari pemerintah maupun dari pihak PT KAI manjadikan masalah ini menjadi hal
biasa yang dialami oleh masyarakat. Selain stasiun, kereta api yang menghubungkan Kota
Bandung dengan kota-kota yang lainnya ini juga memiliki trayek atau rute yang biasa dilalui.
Kereta api penumpang yang berada di bawah pengoperasian DAOP 2 Bandung di
antaranya adalah:
1. Kereta api Argo Parahyangan, kereta campuran bisnis dan eksekutif tujuan -stasiun
Bandung-stasiun Gambir
2. Kereta api Argo Wilis, kereta eksekutif argo tujuan stasiun Bandung-stasiun Surabaya
Gubeng
3. Kereta api Malabar, kereta campuran bisnis dan eksekutif tujuan stasiun Bandung-stasiun
Malang
4. Kereta api Mutiara Selatan, kereta campuran bisnis tujuan stasiun Bandung-stasiun
Surabaya Gubeng
5. Kereta api Lodaya, kereta campuran bisnis dan eksekutif tujuan stasiun Bandung-stasiun
Yogyakarta-stasiun Solo Balapan
Adapun kereta api yang melayani Daop II Bandung yang di bawah pengoperasian Daop
lain, di antaranya adalah:
1. Kereta api Turangga, eksekutif relasi Stasiun Surabaya Gubeng s.d. Stasiun
Bandung dengan nomor gapeka 10037 s.d. 10038 (Operator Daop VIII SB)
2. Kereta api Kahuripan, ekonomi relasi Stasiun Kediri s.d. Stasiun Padalarang dengan
nomor gapeka 10151 s.d. 10152 (Operator Daop VII MN)
3. Kereta api Pasundan, ekonomi relasi Stasiun Surabaya Gubeng s.d. Stasiun
Kiaracondong dengan nomor gapeka 10149 s.d. 10150 (Operator Daop VIII SB).
Sumber: mygetinfo.com
Gambar 3.7
Rute Kereta Api Bandung
18
3. Jenis Terminal
Di Kota Bandung terdapat dua terminal tipe A yaitu Terminal Leuwi Panjang dan
Terminal Cicaheum. Terminal Leuwi Panjang melayani rute barat, sedangkan Terminal
Cicaheum melayani rute timur. Namun kondisi kedua terminal itu kurang layak dan mulai
overload.
Terminal Cicaheum disebutkan hanya memiliki luas lahan sebesar 2 hektar dan digunakan
untuk melayani 20 rute perjalanan. Terminal Cicaheum harus menampung setidaknya 350 unit
bus tiap harinya, sedangkan dengan luas yang hanya 2 ha tersebut daya tampung terminal hanya
untuk 200 unit bus. Akibatnya banyak bus-bus yang parkir di luar terminal. Luas terminal
Cicaheum tersebut tidak sesuai dengan persyaratan luas terminal tipe A yang setidaknya
memiliki luas 5 ha untuk Pulau Jawa.
Sumber: http://bandungekspres.com
Gambar 3.8 Terminal Cicaheum
Terminal Leuwi Panjang dapat dikatakan lebih baik jika dibandingkan dengan Terminal
Cicaheum. Terminal ini memiliki luas 5,5 ha. Namun ternyata, overload tetap terjadi di
Terminal Leuwi Panjang. Hal itu terlihat dari banyaknya bus dan angkutan kota yang terparkir
di luar terminal. (http://komisikepolisianindonesia.com)
Sumber: http://bandungekspres.com
Gambar 3.9 Terminal Leuwi Panjang
Selain terminal tipe A, di Bandung juga terdapat terminal tipe C yaitu terminal cileunyi.
Terminal ini tempat berkumpulnya angkot (angkutan kota) yang melayani rute antar kecamatan.
19
Namun sayang terminal ini belum berfungsi cukup baik dikarenakan masih banyak angkot yang
menunggu (ngetem) di luar terminal cileunyi ini. Hal ini mengakibatkan ketidakteraturan lalu
lintas. Jalan di depan terminal cileunyi ini seharusnya hanya satu arah, namun para supir angkot
terkadang menggunakan jalan ini untuk arah sebaliknya, sehingga jalan ini memiliki dua jalur
yang terkadang menimbulkan kemacetan.
Sumber: http://bandungekspres.com
Gambar 3.10 Terminal Cileunyi
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Jenis transportasi darat di Kota Bandung terbilang cukup lengkap, dari mulai bis AKAP
sampai ojeg. Kota Bandung juga memiliki BRT yang bernama Trans Metro Bandung (TMB),
TMB ini mendapatkan sambutan yang cukup baik dari masyarakat. Diharapkan TMB ini dapat
menjadi transportasi pilihan masyarakat Bandung sehingga mengurangi jumlah kendaraan pribadi
di jalan. Shelter untuk TMB ini sudah terbilang baik, apalagi dengan dicanangkannya system tiket
elektronik. Sayangnya, hal ini bertolak belakang dengan kondisi terminal di Kota Bandung.
Terminal di Kota Bandung sebagian besar masih belum layak, seperti dilihat dari segi kapasitas.
Selain transportas darat, Kota Bandung juga memiliki transportasi kereta api yang melayani
perjalanan dalam kota maupun luar kota.
Perkereta apian di Kota Bandung juga kondisinya sudah cukup baik, armada memenuhi
kebutuhan penumpang serta rute yang dapat menghubungkan kecamatan-kecamatan di Kota
Bandung dan menghubungkan kota-kota dalam regional Bandung Raya. Namun ada beberapa
stasiun yang kondisinya belum cukup baik dikarenakan masih kotor dan terlihat kumuh, salah
satunya adalah stasiun dalam kota, cikudapateuh.
Jaringan jalan di Kota Bandung memiliki pola ring-radial. Pola ini memudahkan segala
penjuru wilayah untuk dapat mengakses pusat kota. Selain itu, pola radial yang juga diterapkan
mengurangi beban jalan diperkotaan karena bagi pengendara yang hanya melewati Bandung bias
melewati pinggiran, tidak perlu masuk kedalam kota. Namun semakin berkembangnya Kota
20
Bandung, semakin padat pula lalu lintasnya, sehingga terjadi kemacetan dimana-mana. Hal ini
harus segera ditangani sebelum semakin parah dan meluas.
Kondisi terminal di Kota Bandung dapat dikatakan belum memenuhi kebutuhan. Semakin
banyaknya aktivitas mengakibatkan pergerakan yang semakin banyak baik berasal dari dalam kota
itu sendiri maupun dari luar kota. Hal ini menuntut tersedianya terminal yang mampu menampung
semua pergerakan tersebut.
2. Saran
a. Pengembangan transportasi massal
Hal ini merupakan salah satu solusi jangka panjang untuk mengatasi kepadatan lalu lintas.
Pengembangan BRT atau TMB serta kereta api yang dapat menarik minat masyarakat untuk
beralih moda transportasi.
b. Perluasan terminal
Hal ini sangat diperlukan mengingat semakin meningkatnya aktivitas di Kota Bandung.
Kapasitas yang semakin besar dapat membantu lancarnya kegiatan di terminal.
E. SUMBER
http://atlasnasional.bakosurtanal.go.id/potensi_sumberdaya/transportasi_detail.php?id=1&judul=I
ndonesia. Diunduh Kamis, 12 September 2013
http://img21.imageshack.us/img21/1977/gbr4strukturpelayananko.jpg. Tanpa Angka Tahun. Peta
RTRW Kota Bandung. Diunduh pada 11 September 2013.
http://komisikepolisianindonesia.com/kasus/read/2208/leuwipanjang-cicaheum-tak-laik.html.
Diunduh Kamis, 12 Sptember 2013
http://www.dardela.com/index.php?option=com_content&task=view&id=49&Itemid=9. 2007.
Sistem Jaringan Jalan berdasarkan Konsepsi Pengaturan. Diunduh pada 11 September 2013.
http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/22/opi3.htm. Diunduh Kamis, 12 Sptember 2013
RPJM Kementrian Perhubungan Republik Indonesia Tahun 2005
Keputusan Menteri Perhubungan No 31 Tahun 1995 Tentang Transportasi Jalan
Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
UU Nomor 56 tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian
http://disparbud.jabarprov.go.id. Diunduh Sabtu, 14 September 2013
http://atmaja.staff.umy.ac.id/files/2012/03/BAB-II-SARANA-DAN-PRASARANA.pdf. Diunduh
Kamis, 12 Sptember 2013
http://www.indotravelers.com. Diunduh Kamis, 12 September 2013
http://www.kemenhub.go.id. Diunduh Kamis, 12 September 2013
http://bandungekspres.com. Diunduh Sabtu, 14 September 2013
http://stasiunbandung.com Diunduh Sabtu, 14 September 2013
http://mygetinfo.com. Diunduh Sabtu, 14 September 2013