Upload
buidan
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEAKURATAN ARAH KIBLAT MUSHALLA DI WILAYAH BEKASI UTARA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah ( S. Sy )
Oleh :
Gusti Agung Wibisono
NIM : 106044203687
KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM
PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya, yang diajukan untuk memnuhi salah
satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Satu ( S1 ) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Bekasi, 07 Mei 2010
Gusti Agung Wibisono
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur terlebih dahulu penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini sesuai dengan harapan.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengajukan skripsi sebagai hasil
penelitian di Bekasi Utara, walaupun dari pandangan yang masih sederhana, penulis
menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik materi
maupun bahasanya, mengingat tulisan ini baru merupakan langkah awal dari
penerapan dalam tulisan hasil studi kami yang masih bersifat dasar mengenai masalah
arah kiblat. Dan dapat disadari pula dalam penyusunan skripsi ini mungkin tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik bantuan moril
maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini tidak lupa penulis menghaturkan
banyak terima kasih atas segala bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung,
terutama kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM, selaku pimpinan
Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Bapak Drs.H.A Basiq Djalil, SH, M.Ag serta Bapak Kamarusdiana,
S.Ag,MH, selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi.
3. Ibu Dra. Maskufa, M.Ag serta Bapak Drs. Sirril Wafa, M.Ag, selaku
pembimbing satu dan dua yang telah banyak membantu dalam penyusunan
skripsi ini.
iv
v
4. Departemen Agama Republik Indonesia dan Kantor Urusan Agama
kecamatan Bekasi Utara, yang telah memberikan banyak bantuan dan
informasi selama melakukan penelitian.
5. Bapak Zuhri, selaku pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas
untuk mengadakan studi kepustakaan.
6. Bapak Ketua DKM mushola yang berada di Bekasi Utara, yang telah banyak
memberikan bantuan selama melakukan penelitian.
7. Ayah dan Ibu tercinta, yang banyak memberikan dorongan baik secara moril
dan materil yang tak terhingga nilainya.
8. Adikku yang ganteng, Kanjeng Dimas Raditio yang selalu membuat penulis
tersenyum disaat penulis merasa jenuh.
9. Sahabat-sahabatku, Aeni, Kiky, Hilma dan Syafaruddin yang telah
memberikan dorongan moril agar penulis diberikan kemudahan dalam
penyusunan skripsi ini.
10. Serta rekan-rekan mahasiswa dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per
yang memberikan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata penulis haturkan terima kasih pula kepada semua pihak yang telah
berkenan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan
balasan yang sesuai, Amin.
Jakarta,
Penulis
Gusti Agung Wibisono
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iv
DAFTAR ISI............................................................................................................ vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah....................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................. 4
D. Metode Penelitian..................................................................................... 5
E. Study Review............................................................................................ 9
F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10
BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Pengertian Kiblat...................................................................................... 12
B. Sejarah Kiblat ........................................................................................... 13
C. Sejarah Menghadap Kiblat ....................................................................... 16
D. Hukum Menghadap Kiblat Dalam Shalat ................................................ 19
BAB III. PRAKTEK PENGHITUNGAN DAN PENGUKURAN ARAH
KIBLAT
A. Praktek Penentuan Arah Kiblat Di Masyarakat ....................................... 23
vi
vii
B. Rumus Perhitungan Dan Hasil Perhitungan Arah
Kiblat Di Bekasi Utara ............................................................................ 29
C. Pengukuran Arah Kiblat Di Bekasi Utara ................................................ 34
BAB IV. PENENTUAN ARAH KIBLAT DAN TINGKAT AKURASINYA
A.Profil Mushalla.......................................................................................... 38
1. Data Umum Mushola ................................................................................ 38
2. Status Tanah Mushola ............................................................................... 42
B. Keakuratan Arah Kiblat Mushola............................................................. 45
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 58
B. Saran......................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 62
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua ibadah dalam agama Islam telah ditentukan waktunya, seperti haji
dilakukan di dalam bulan Dzulhijah, puasa di bulan Ramadhan, Zakat Fitrah diakhir
bulan Ramadhan, dan sebagaimana yang sering kita lakukan dalam sehari semalam
yaitu shalat Fardu lima kali semalam juga telah ditentukan waktunya, yaitu Subuh,
Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya, itu pun dilakukan jika waktu shalat tiba dan kapan
waktu shalat berakhir. Setelah kita mengetahui waktu untuk melakukan shalat,
diharuskan pula kita menentukan arah untuk menghadap wajah kita sewaktu shalat.
Jika seorang muslim selalu tinggal di satu tempat, maka mungkin ia tidak
mendapatkan kesulitan untuk menentukan arah kiblat. Akan tetapi, begitu ia sering
berpergian jauh, ia mulai menyadari bahwa menentukan arah kiblat itu tidak mudah.
Pada dasarnya menghadap Ka’bah dalam wacana fiqih merupakan syarat sah
shalat yang tidak dapat ditawar-tawar, memang pada mulanya ketika Rasulullah
SAW, berada di Mekkah beliau shalat menghadap Baitul Maqdis atas perintah dari
Allah SWT. Hal ini dimaksudkan untuk membujuk hati para ahli kitab. Tetapi beliau
sangat berharap agar arah kiblat dialihkan ke Ka’bah yang mulia, karena itulah kiblat
bapaknya, Ibrahim Al-Khalil. Maka saat itu beliau banyak menengadah kearah langit,
sambil berharap turunnya wahyu tentang pengalihan arah kiblat. Beliau benar-benar
sangat mengharapkan hal ini, hingga akhirnya Allah memenuhi keinginan beliau dan
1
2
memerintahkan agar beliau menghadap kearah Ka’bah. Di samping itu ada sebab lain
yang membuat beliau berkeinginan atas pengalihan kiblat dari Baitul Maqdis ke
Ka’bah, yaitu karena orang-orang Yahudi yang jahat biasa berkata, “Alangkah
anehnya urusan Muhammad, dia berbeda dengan kita dalam masalah agama, namun
sama dalam shalatnya dengan kiblat kita”. Kalau tidak karena agama kita, tentu dia
tidak tahu harus menghadap kemana ketika shalat1. Karena itulah beliau benar-benar
ingin agar Allah mengalihkan kiblat ke Ka’bah, sehingga orang-orang Yahudi tidak
mempunyai cara untuk menyerang pribadi dan agama beliau.
Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa menghadap kiblat secara ‘aini (
tepat arah ) merupakan wajib bagi orang yang berada di Masjidil Haram atau orang-
orang yang bisa melihat langsung ke Ka’bah. Akan tetapi bagi orang-orang yang jauh
dari Ka’bah ( Ka’bah tidak terlihat ) seperti di Indonesia, maka wajib menghadap
kiblat secara tepat. Untuk mencapai kearah yang tepat diperlukan ijtihad. Melakukan
ijtihad bukanlah masalah mudah, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku
ijtihad ini, diantaranya menguasai Ilmu Falak. Sementara ini ahli Ilmu Falak sangat
jarang dan tidak banyaknya informasi tentang suatu lembaga yang membuka diri
untuk menjadi konsultan arah kiblat yang benar.
Tetapi sayang sekali, selama ini dalam membangun Mushalla, masyarakat
masih ceroboh dalam menentukan arah kiblat. Mungkin pendiri Mushalla tersebut
1 Muhammad Ali Ash-Shabuny, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An’am, (Jakarta,
Pustaka Al-Kautsar, 2000) cet 1, hal 30.
3
atau tokoh agama setempat kurang memahami metode dalam menentukan arah kiblat.
Sehingga yang dipakai pedoman oleh masyarakat hanyalah arah Barat.
Oleh karena itu banyak terdapat mushalla yang arah kiblatnya kurang tepat
atau bahkan sama sekali tidak mengarah ke Ka’bah.
Dari permasalahan inilah penulis mengangkat judul tentang “
KEAKURATAN ARAH KIBLAT MUSHALLA DI WILAYAH BEKASI
UTARA” untuk mengetahui sejauh manakah validitas pengukuran arah kiblat
mushalla di wilayah Bekasi Utara.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar skripsi ini tidak meluas, penulis membatasinya pada satu objek, yaitu
penulis hanya membahas tentang pengukuran arah kiblat mushalla di kecamatan
Bekasi Utara kota Bekasi yang terdiri dari 6 kelurahan
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan Pembatasan Masalah diatas, maka secara umum
permasalahannya adalah bagaimana akurasi arah kiblat Mushalla yang terdapat di
Bekasi Utara dengan perumusan masalah sebagai berikut :
a. Seberapa akuratkah penghitungan arah kiblat Mushalla di Wilayah Bekasi
Utara ?
b. Bagaimana cara masyarakat dalam menentukan arah kiblat Mushalla ketika
awal pembangunannya ?
4
c. Apa kekurangan dan kelebihan metode yang dipakai masyarakat dalam
menentukan arah kiblat mushalla ketika awal pembangunannya. ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui keakuratan penghitungan arah kiblat mushalla di wilayah
Bekasi Utara.
b. Mengetahui cara masyarakat dalam menentukan arah kiblat mushalla ketika
awal pembangunannya.
c. Mengetahui kekurangan dan kelebihan metode yang dipakai masyarakat
dalam menentukan arah kiblat.
Dan manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian ini adalah :
a. Mendapatkan peta informasi tentang keakuratan arah kiblat mushalla di
wilayah Bekasi Utara.
b. Memberikan masukan kepada masyarakat dengan mengoreksi arah kiblat
pada arah kiblat yang tepat pada mushalla yang kurang tepat arah kiblatnya.
BAB II
PENGERTIAN ARAH KIBLAT DAN LANDASAN HUKUMNYA
A. Pengertian Kiblat
Kiblat menurut bahasa adalah Bait Al-Haram di Mekkah, Al-Ghurfatu ( kamar
), kullu baitin murabba’in ( setiap bangunan yang berbentuk persegi empat )1. Ka’bah
disebut juga dengan Baitullah, Baitul Haram dan Baitul Atiq atau rumah tua yang
dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Ismail atas perintah Allah
SWT.
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia antara Ka’bah dan Kiblat terdapat
sedikit perbedaan dalam pengertiannya. Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia
Ka’bah adalah bangunan dari batu berbentuk kubus dalam masjid yang terdapat di
Mekkah, sedangkan pengertian Kiblat adalah arah ke Mekkah pada waktu shalat2.
Ka’bah merupakan bangunan yang terdiri dari empat sudut. Keempat sudut
bangunan Ka’bah mempunyai nama-nama tersendiri, yaitu :
1. Sudut Hajar Aswad
Di sudut ini terdapat batu hitam yang menjadi tempat dimulai dan diakhirinya
thawaf. Hajar Aswad terletak pada ketinggian 1,5 m dari tanah, berbentuk seperti
1 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, ( Yogyakarta : Unit
Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan PP “Al-Munawwir” Krapyak, 1984 ), hal 1305.
2 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, ( Jakarta: Pustaka Amani ), hal
155 & 187.
12
13
bulat telur. Jarak Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah disebut Multajam, tempat
doa mustajab seperti dicontohkan Rasulullah SAW.
2. Sudut Iraqi
Sudut yang mengarah ke negeri Iraq. Lebar antara sudut Hajar Aswad dan
sudut Iraqi kurang lebih 11 m, dan pada sudut inilah terletak pintu Ka’bah.
3. Sudut Syaami
Sudut yang mengarah ke negeri Syam. Lebar sudut Iraqi dengan sudut Syaami
kurang lebih 10 m , 22 cm.
4. Sudut Yamani3
Sudut yang mengarah ke negeri Yaman. Lebar antara sudut Syaami dan
Yamani kurang lebih 10 m, 13 cm.
Kiblat adalah arah ummat Islam menghadap ketika mengerjakan shalat.
Dalam hal ini ialah arah dimana Ka’bah terletak, yaitu di Masjidil Haram, Mekkah,
Arab Saudi. Pernah ummat Islam berkiblat ke Masjidil Aqsa di Yerussalem, Palestina
selama 16 bulan. Menghadap ke kiblat termasuk salah satu dari rukun shalat, kecuali
dalam keadaan tidak mampu atau genting4. Bagi orang yang melihat Ka’bah wajib
menghadap langsung kearahnya, sedang bagi orang yang bertempat tinggal jauh dari
Ka’bah boleh hanya menghadap kearahnya saja.
3 M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, Kamus IstilahFiqih, ( Jakarta, Pustaka Firdaus, 1994 ),
cet 1, hal 146.
4 Ibid, hal 167.
14
B. Sejarah Kiblat
Ka’bah adalah bangunan suci kaum muslimin yang terletak di kota Mekkah di
dalam Masjidil Haram. Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan sentral arah
dalam peribadatan umat Islam yakni shalat dan yang wajib dikunjungi saat
pelaksanaan haji dan umrah. Bangunan berbentuk kubus ini berukuran 12 x 10 x 15
m. Penelusuran yang dilakukan oleh kalangan mufassirin dan lainnya tidak
ditemukan teks yang menyebutkan tentang siapa pendiri pertama Ka’bah. Al-Qur’an
hanya menyebutkan bahwa Ka’bah adalah rumah pertama yang diperuntukan bagi
manusia untuk beribadah kepada Allah SWT, sesungguhnya rumah ( peribadatan )
pertama yang dibangun untuk manusia ialah Baitullah yang di Mekkah, ( QS, Ali
Imran, 3 : 96 ), karena Nabi Ibrahim AS bersama puteranya Nabi Ismail hanya
membangun kembali atau meninggikan dasar-dasar Baitullah, “ Dan ingatlah, ketika
Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail, Tuhan kami, terimalah
dari kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ” ( QS Al-
Baqarah,2 : 127 ).
Pada masa Nabi Muhammad SAW, berusia 30 tahun ( kira-kira 600 M dan
belum diangkat menjadi Rasul ), bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir
bandang yang melanda kota Mekkah pada saat itu. Sempat terjadi perselisihan antar
kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan kembali batu Hajar Aswad,
namun berkat penyelesaian Muhammad SAW perselisihan itu berhasil diselesaikan
tanpa pertumpahan darah dan tanpa ada pihak yang dirugikan. Pada saat menjelang
Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi sampai kepindahannya ke kota Madinah,
15
lingkungan Ka’bah penuh dengan patung yang merupakan perwujudan Tuhan bangsa
Arab ketika kegelapan pemikiran ( Jahiliyah ), padahal sebagaimanan ajaran Nabi
Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran
Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Tuhan tidak boleh disembah dengan diserupakan
dengan benda atau mahluk apapun dan tidak memiliki perantara untuk
menyembahnya serta tunggal, tidak ada yang menyerupainya serta tidak beranak dan
tidak diperanakan ( QS Al-Ikhlas : 112 ). Ka’bah akhirnya dibersihkan dari patung-
patung ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan
darah.
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah5 sebagai
pemegang kunci Ka’bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintah
baik pemerintah Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin
Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah,
Dinasti Utsmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi
yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.
5 Maskufa, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, ( Jakarta : Laporan Penulisan Buku Daras ),
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, 2008, hal 126.
BAB III
PRAKTEK PENGHITUNGAN DAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT
A. Metode Penentuan Arah Kiblat Serta Kelebihan Dan Kekurangannya
Kebutuhan masyarakat muslim dalam mengamalkan ajaran agamanya segera
menyadarkan mereka akan pentingnya membangun sarana ibadah. Shalat yang
disebut-sebut sebagai tiang pokok agama, sering dijadikan ukuran sejauh mana
tingkat keberagamaannya, pembangunan mushola maupun masjid menjadi kebutuhan
bersama.
Hal terpenting dalam persiapan pembangunan mushola atau masjid adalah
letak mihrab. Di sebelah mana dan kearah mana ruang mihrab itu menghadap selalu
menjadi perhatian utama, karena arah menghadapnya mihrab kelak menjadi patokan
orang-orang sekitar untuk mengenali kiblat shalat.
Pada umumnya keberadaan bangunan mushola atau masjid terutama tata letak
mihrabnya, oleh kebanyakan orang dianggap telah mempresentasikan arah kiblat
yang sebenarnya. Masyarakat seolah telah mempercayakan urusan arah kiblat
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pendiri mushola atau masjid. Menyadari
kecenderungan masyarakat seperti itu, maka pengukuran arah kiblat secara akurat
dalam rangka mendirikan mushola atau masjid haruslah dilakukan secara ekstra hati-
hati. Berbicara tentang ketepatan arah kiblat, yang perlu ditelaah adalah bagaimana
cara pengukuran itu dilakukan. Dari hasil temuan lapangan maupun melalui referensi
yang ada, terdapat beberapa model yang biasa dilakukan orang dalam melakukan
23
24
pengukuran arah kiblat. Ditinjau dari tata kerja pengukuran maupun dari hasil yang
diperoleh dapat dibedakan menjadi dua macam :
1. Metode pengukuran taqribi ( menggunakan acuan perkiraan )
Model yang digunakan dalam metode ini biasanya mengambil bentuk cara-
cara yang sederhana. Data yang diperlukan cukup dengan mengetahui titik mata
angin utama, yakni Barat, Timur, Utara dan Selatan. Biasanya yang melakukan
pengukuran telah memiliki pengetahuan dasar yang sederhana perihal posisi
Ka’bah ditinjau dari tempat / lokasi pengukuran. Dengan bekal pengetahuan arah
mata angin utama tersebut, dimana letak Ka’bah dari tempat pengukuran cukup
dikenali apakah lurus, miring ke kanan, miring ke kiri. Soal seberapa besar angka
kemiringannya cukup ditentukan secara kira-kira belaka. Karena penggunaan data
perkiraan atau rata-rata yang dijadikan acuan, maka pengukuran seperti ini
dimasukkan dalam kategori metode taqribi1.
Untuk dapat menggunakan metode taqribi maka seseorang diharuskan mampu
dalam menentukan arah mata angin yang utama yaitu, Barat, Timur, Utara, dan
Selatan. Metode dalam menentukan arah mata angin yang biasa dilakukan orang
adalah :
a. Menggunakan Pisau Silet
b. Menggunakan Kompas
c. Penggunaan Tongkat Istiwa
1Sirril Wafa’, dkk., “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushola di Wilayah Ciputat” Laporan
Penelitian ( Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002 ), hal 16.
25
Tongkat istiwa adalah tongkat kayu atau besi yang ditancapkan tegak lurus
terhadap bidang datar di halaman. Penempatan di halaman dimaksudkan agar dapat
membuat bayang-bayang dari sinar matahari secar langsung sebelum dan sesudah
zawal ( saat matahari menempati titik kulminasi ). Di sekeliling tongkat tersebut
dibuat lingkaran dengan titik pusat pada tongkat. Saat bayang-bayang ujung tongkat
menyentuh garis lingkaran, sebelum kulminasi maka garis tersebut menunjukkan arah
Timur-Barat2. Penggunaan tongkat istiwa untuk menentukan arah mata angin lebih
terjamin keakuratannya dibanding menggunakan pisau silet atau kompas.
Metode taqribi dalam penentuan arah kiblat merupakan metode yang
sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang tanpa harus menggunakan
perhitungan rumus-rumus yang cukup rumit, hanya dengan mengetahui arah mata
angin yang utama maka seseorang dapat dengan mudah menentukan arah kiblat
mushalla yang akan dibangun.
Akan tetapi dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan teknologi yang
pesat serta ditemukannya ilmu ukur segitiga bola yaitu ilmu untuk mengukur sudut
kemiringan arah kiblat suatu tempat maka penggunaan metode taqribi dalam
menentukan arah kiblat sangat rendah tingkat keakuratannya. Hal ini disebabkan
dalam metode pengukuran taqribi hanya menggunakan perkiraan dalam menentukan
arah kiblat suatu mushalla.
2 Muhyiddin Khazin, hal 14-15.
26
2. Metode Pengukuran Tahqiqi
Metode dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan menggunakan
rumus-rumus ilmu ukur segitiga bola. Perhitungan dimaksudkan untuk mencari
sudut arah kiblat, yakni sudut dari sebuah segitiga bola yang sisi-sisinya terbentuk
dari lingkaran-lingkaran besar yang saling berpotongan melalui titik Ka’bah,
kota/lokasi pengukuran, dan titik utara. Selanjutnya melalui modifikasi rumus,
untuk posisi Indonesia misalnya hasil yang diperoleh sudut arah kiblatnya bisa
terbaca sekian derajat dari titik barat ke arah utara atau dari titik utara kea rah
barat.
Besaran sudut arah kiblat yang dihasilkan dari perhitungan melalui rumus
ilmu ukur segitiga bola merupakan data terpenting dalam metode tahqiqi. Data
pendukung yang diperlukan dalam penghitungan sudut arah kiblat ini adalah:
a. Lintang tempat
b. Garis bujur tempat
c. Lintang Mekkah ( Ka’bah )
d. Garis bujur Mekkah ( Ka’bah )3
Keempat data ini bisa diperoleh melalui daftar koordinat kota-kota besar
dunia atau kota-kota di Indonesia baik yang diterbitkan khusus untuk itu atau yang
dilampirkan pada buku-buku ilmu falak. Lintang Ka’bah menurut penelitian terakhir
yang dilakukan oleh Departemem Agama RI adalah 21° 25' LU dan garis bujur
3 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, ( Yogyakarta : Lazuardi, 2001 ), Cet 1, h.
55.
27
Ka’bah adalah 39° 50' BT4. Sudut arah kiblat yang dihitung dari titik utara ke
kanan/positif, searah putaran jarum jam merupakan azimuth kiblat. Azimuth bertanda
negative jika dihitung berlawanan dengan putaran jarum jam.
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari sudut arah kiblat adalah rumus
ilmu ukur segitiga bola ( spherical trigonometri ) :
Cotan Q = K) - tP ( tan
tPsinK) - tP (sin K tan tPcos
λλφ
λλφφ
−
Error! Bookmark not defined. Q = kiblat φ tP = lintang tempat
φ K = lintang ka’bah
tPλ = bujur tempat λK = Bujur ka’bah
Hasil yang diperoleh dari rumus tersebut adalah sudut arah kiblat dihitung
dari titik utara kea rah barat berlawanan dengan arah putaran jarum jam, Jika hasilnya
negatif maka dihitung dari titik selatan kea rah timur, berlawanan dengan arah
putaran jarum jam.
Berbeda dengan metode taqribi, metode tahqiqi dalam penentuan arah kiblat
dapat lebih menjamin tingkat keakuratannya. Hal ini dikarenakan metode tahqiqi
dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan menggunakan rumus ilmu ukur
segitiga bola. Akan tetapi meskipun dalam penentuan arah kiblat metode tahqiqi
dapat memberikan tingkat keakuratan yang tinggi tetap mempunyai kelemahan yaitu
dikarenakan metode tahqiqi menggunakan rumus yang cukup rumit dalam
penghitungannya akan menyulitkan orang dalam menentukan arah kiblat suatu
4 Depag RI, Pedoman penentuan Arah Kiblat, ( Jakarta, Proyek Pembinaan Badan Peradilan
Agama, 1994 ), h. 16.
28
mushalla, terutama bagi orang yang awam terhadap ilmu falak terutama bagi mereka
yang tinggal didaerah perkampungan.
29
B. Rumus Perhitungan Dan Hasil Perhitungan Arah Kiblat Di Bekasi Utara
Bekasi Utara adalah sebuah kecamatan yang masuk dalam wilayah kota
Bekasi. Data koordinat kecamatan diambil dari data yang terdapat di kantor
kecamatan Bekasi Utara. Selain dari data yang terdapat di kantor kecamatan, data
koordinat untuk Bekasi Utara dapat dicari melalui google.com dengan nama
qiblalocator. Pengambilan data koordinat baik melalui data yang terdapat di kantor
kecamatan maupun melalui internet tidak ditemukan perbedaan yang signifikan.
Di wilayah Bekasi Utara terdapat 6 kelurahan yang masing-masing kelurahan
mempunyai sedikit perbedaan untuk data koordinatnya. Adapun data koordinat
masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut:
a. Kaliabang Tengah = Lintang : -6o 11' 26''
= Bujur : 106o 59' 55''
b. Perwira = Lintang : -6o 19' 31''
= Bujur : 107o 01' 79''
c. Harapan Baru = Lintang : -6o 20' 20''
= Bujur : 107o 02' 35''
d. Harapan Jaya = Lintang : -6o 19' 40''
= Bujur : 106o 59' 49''
e. Marga Mulya = Lintang : -6o 21' 97''
= Bujur : 107o 00' 94''
f. Teluk Pucung = Lintang : -6o 19' 61''
= Bujur : 107o 03' 31''
30
Dari masing-masing kelurahan tersebut untuk mendapatkan arah kiblatnya
dihitung dengan menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola. Proses
perhitungannya sebagai berikut:
a. Kaliabang Tengah
Data yang diperlukan
Lintang tempat Kaliabang Tengah = -6o 11' 26''
Garis Bujur Kaliabang Tengah = 106o 59' 55''
Lintang Ka’bah = 21o 25'
Garis Bujur Ka’bah = 39o 50'
Langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
Cotan Q = K) - tP ( tan
tPsinK) - tP (sin K tan tPcos
λλφ
λλφφ
−
Q = kiblat φ tP = lintang tempat φ K = lintang ka’bah
tPλ = bujur tempat λK = Bujur ka’bah
Cotan Q = )50395559106tan(
26116sin
)50395559106sin(
2521tan.26116cos00
l0
00
0l0
llll
ll
llll
lll
−
−−
−
−
= lll
lll
lll
llll
55967tan
26116sin
55967sin
2521tan.26116cos0
0
0
00
−−
−
Rumus di atas penulis uraikan sehingga menjadi perhitungan yang lebih
mudah, yaitu sebagai berikut :
31
shift tan → (( cos ( -60 11' 26'' ) x tan ( 210 25' ) : sin ( 670 9' 55'' ) – sin ( -60 11' 26 '' ) :
tan ( 670 9' 55'' ))-1 = 64,89642549 → shift 0,,, (derajat) = 640 53' 47, 13''
dari arah Utara ke Barat.
Sedangkan dari arah Barat ke Utara adalah 900 - 640 53' 47, 13'' = 250 6'
12, 87''.
Dari hasil perhitungan maka arah kiblat untuk kelurahan Kaliabang Tengah adalah
640 53' 47, 13'' ( Utara ke Barat) dan 250 6' 12, 87'' ( Barat ke Utara). Sedangkan
azimutnya adalah 3600- 640 53' 47, 13'' = 2950 6' 12, 87''.
b. Perwira
Dengan cara dan rumus yang sama maka arah kiblat untuk kelurahan Perwira
perhitungannya adalah sebagai berikut :
Lintang tempat Perwira = -6o 19' 31''
Garis Bujur Perwira = 107o 01' 79''
Lintang Ka’bah = 21o 25'
Garis Bujur Ka’bah = 39o 50'
Cotan Q = )50397901107tan(
31196sin
)50397901107sin(
2521tan.31196cos00
l0
00
0l0
llll
ll
llll
lll
−
−−
−
−
= lll
ll
lll
lll
191267tan
31196sin
191267sin
2521tan.31196cos0
l0
0
0l0
−−
−
shift tan → (( cos ( -60 19' 31'' ) x tan ( 210 25' ) : sin ( 670 12' 19'' ) – sin (-60 19' 31'') :
tan (670 12' 19''))-1 = 64,86540678 → shift 0,,, = 640 51' 55, 46''
32
Dari hasil perhitungan maka arah kiblat untuk kelurahan Perwira adalah 640 51' 55,
46'' dari arah Utara ke Barat. Sedangkan arah kiblat dari Barat ke Utara adalah 900 -
640 51' 55, 46'' = 250 8' 4, 54''. Adapun azimut untuk kelurahan Perwira adalah 3600 -
640 51' 55, 46'' = 2950 8' 4, 54''.
c. Harapan Baru
Lintang tempat Harapan Baru = -6o 20' 20''
Garis Bujur Harapan Baru = 107o 02' 35''
Lintang Ka’bah = 21o 25'
Garis Bujur Ka’bah = 39o 50'
Cotan Q = )50393502107tan(
20206sin
)50393502107sin(
2521tan.20206cos00
l0
00
0l0
llll
ll
llll
lll
−
−−
−
−
= lll
lll
lll
llll
351267tan
20206sin
351267sin
2521tan.20206cos0
0
0
00
−−
−
shift tan → (( cos ( -60 20' 20'' ) x tan ( 210 25' ) : sin ( 670 12' 35'' ) – sin (-60 20' 20'') :
tan (670 12' 35''))-1 = 64,8623912 → shift 0,,, = 640 51' 44, 61'' ( Utara ke
Barat)
900 - 640 51' 44, 61'' = 250 8' 15, 39'' ( Barat ke
Utara)
azimutnya adalah 3600 - 640 51' 44, 61'' = 2950 8' 15, 39''.
33
d. Harapan Jaya
Lintang tempat Harapan Jaya = -6o 19' 40''
Garis Bujur Harapan Jaya = 106o 59' 49''
Lintang Ka’bah = 21o 25'
Garis Bujur Ka’bah = 39o 50'
Cotan Q = )50394959106tan(
40196sin
)50394959106sin(
2521tan.40196cos00
l0
00
0l0
−
−−
−
−lll
ll
llll
lll
= lll
ll
lll
lll
49967tan
40196sin
49967sin
2521tan.40196cos0
l0
0
0l0
−−
−
shift tan → (( cos ( -60 19' 40'' ) x tan ( 210 25' ) : sin ( 670 50' 10'' ) – sin (-60 19' 40'') :
tan (670 9' 49''))-1 = 64,85414221 → shift 0,,, = 640 51' 14, 91'' ( Utara ke
Barat)
900 - 640 51' 14, 91'' = 250 8' 45,09'' ( Barat
ke Utara)
azimutnya adalah 3600 - 650 1' 21, 84'' = 2950 8' 45, 09''.
e. Marga Mulya
Lintang tempat Marga Mulya = -6o 21' 97''
Garis Bujur Marga Mulya = 107o 00' 94''
Lintang Ka’bah = 21o 25'
Garis Bujur Ka’bah = 39o 50'
34
Cotan Q = )50399400107tan(
97216sin
)50399400107sin(
2521tan.97216cos00
l0
00
0l0
llll
ll
llll
lll
−
−−
−
−
= lll
ll
lll
lll
341167tan
97216sin
341167sin
2521tan.97216cos0
l0
0
0l0
−−
−
shift tan → (( cos ( -6o 21' 97'') x tan ( 210 25' ) : sin ( 670 11' 34'' ) – sin (-6o 21' 97'') :
tan (670 11' 34''))-1 = 64,84655598 → shift 0,,, = 640 50' 47, 6'' ( Utara ke
Barat)
900 - 640 50' 47, 6'' = 250 9' 12, 4'' ( Barat ke
Utara)
azimutnya adalah 3600 - 640 50' 47, 6'' = 2950 9' 12, 4''.
f. Teluk Pucung
Lintang tempat Teluk Pucung = -6o 19' 61''
Garis Bujur Teluk Pucung = 107o 03' 31''
Lintang Ka’bah = 21o 25'
Garis Bujur Ka’bah = 39o 50'
Cotan Q = )50393103107tan(
61196sin
)50393103107sin(
2521tan.61196cos00
l0
00
0l0
llll
ll
llll
lll
−
−−
−
−
= lll
ll
lll
lll
311367tan
61196sin
311367sin
2521tan.61196cos0
l0
0
0l0
−−
−
35
shift tan → (( cos ( -6o 19' 61'') x tan ( 210 25' ) : sin ( 670 13' 31'' ) – sin (-6o 19' 61'') :
tan (670 13' 31''))-1 = 64,86791309 → shift 0,,, = 640 52' 4, 49'' ( Utara ke
Barat)
900 - 640 52' 4, 49'' = 250 7' 55, 51'' ( Barat ke
Utara)
azimutnya adalah 3600 - 640 52' 4, 49'' = 2950 7' 55, 51''.
Dari hasil perhitungan di atas yang terdiri dari 6 kelurahan di Bekasi
Utara maka didapat hasil 5 kelurahan mempunyai arah kiblat yang sama
yaitu 250 dari arah Barat ke arah Utara.Untuk proses perhitungan diatas
penulis menggunakan kalkulator Casio tipe FX – 350 ES.
Error! Bookmark not defined.
19
D. Hukum Menghadap Kiblat Dalam Shalat
Setiap muslim diwajibkan untuk menunaikan shalat lima waktu tepat pada
waktunya dan harus menghadap kiblat. Tidak ada perbedaaan di kalanghan ulama
bahwa keharusan menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sahnya shalat9.
Hal ini tentunya didasari oleh firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 144.
Bagi orang –orang yang berada di sekitar Masjidil Haram suruhan ini tidak
lagi masalah. Namun bagi orang-orang yang jauh dari Mekkah perintah ini
menimbulkan masalah. Untuk itu diperlukan pengetahuan bagaimanakah
semestinya yang harus dilakukan mengenai hal tersebut, sehingga pertanyaan
apakah harus menghadap persis ke kiblat atau taksirannya saja ? Memang Islam
dengan ajarannya tidak mempersulit dan memberatkan manusia, sebagaimana
Firman Allah dalm surat Al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut :
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
Namun perlu juga ditekankan bahwa untuk memperoleh kesempurnaan
ibadah, usaha yang maksimal dan optimal harus terap dilakukan. Karena ibadah
bukanlah hal yang sepele dan bukan main-main. Ada peratuaran di dalamnya yang
harus diperhatikan dengan baik dan benar.
Dalam mengistimbatkan QS. Al-Baqarah ayat 142-145 para ulama
memunculkan beberapa persoalan hukum. Pertama, apakah yang dimaksud
dengan Masjidil Haram dalam Al-Qur’an ? Jika ditelusuri dalam literature-
9 Depag,Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1998), hal 25.
20
literature klasik kata Masjidil Haram secara keseluruhan, Mekkah Al-Mukarramah
dan Tanah Haram seluruhnya. Menurut Ash-Shabuny, Masjidil Haram yang
terdapat pada QS. Al-Baqarah ayat 144 menunjukkan makna Ka’bah10. Maka
makna frase tersebut adalah maka palingkanlah mukamu ke arah Ka’bah11.
Kedua, manakah yang wajib : antara menghadap ke ‘ainul Ka’bah (bangunan
Ka’bah itu sendiri) atau menghadap ke arahnya : Dalam hal ini para ulama
berbeda pendapat. Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah yang wajib adalah
menghadap tepat ke ‘ainul Ka’bah. Menurutnya orang yang melihat Ka’bah wajib
menghadap tepat ke ‘ainul Ka’bah, sedangkan orang yang tidak melihatnya wajib
niat dalam hatinya menghadap ke ‘ainul Ka’bah seraya menghadap ke arahnya.12
Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan Malikiah yang wajib adalah menghadap
kiblat, bagi orang yang tidak melihat Ka’bah cukup menghadap ke arahanya saja.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok itu mewajibkan
menghadap ke ‘ainul Ka’bah bagi orang yangh melihat Ka’bah13.
Sementara itu menurut Hasbi Ash-Shiddieqy kiblat pada frase ayat 144
surat Al-Baqarah tersebut menunjukkan arah kiblat. Lebih lanjut dalam
mengomentari ayat “Wahaisu ma kuntum fawallu wujuhakum” Hasbi
10 Mu’amal H, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuny, (Surabaya, Bina Ilmu,
1983), Jilid 1, hal 80.
11 Ibid.
12 Ibid, hal 81-82.
13 Muhammad Jawad Muhniyah, Fiqh Lima Mazhab (Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’I,
Hambali), Tej Maskur A.B Afif Muhamad Idrus Al-Kaff, (Jakarta, Lentera Baristama, 1996), cet
1, hal 77.
21
menarankan kepada kaum muslimin untuk mengetahui posisi Baitul Haram,
artinya dimanapun kita berada baik di timur ataupun di barat, baik di utara
maupun di selatan Ka’bah, kita harus mengarahkan muka kita ke Ka’bah di waktu
shalat. Sehingga dalam melakukan shalat tidak terjebak dalam satu arah
sebagaimana yang telah dilakukan oaring-orang Nasrani ( hanya menghadap ke
timur) atau orang –orang Yahudi (hanya menghadap ke barat). Oleh karena itu,
kaum muslimi hendaknya mempelajari Ilmu Bumi dan Ilmu Falak14.
Apabila arah kiblat tersebut telah diketahui berdasarkan ilmu pegetahuan,
maka wajib mempergunakan arah tersebut selama belum memperoleh hasil yang
lebih teliti lagi. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-
Zumar ayat 17-18 :
☺
14 T.M Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an Al-Majid An-Nur, (Semarang, Pustaka Rizki Putra, 1995), Juz 1, cet II, hal 230.
22
Artinya : Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku[17]. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.( 18 )
36
C. PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI BEKASI UTARA
Penelitian arah kiblat untuk mushola di kecamatan Bekasi Utara
perhitungannya menggunakan metode tahqiqi mengingat metode ini lebih
memberikan keakuratan yang tinggi. Dengan kemiringan arah kiblat yang dihasilkan
melalui metode ini lebih memberikan kepastian. Penggunaan rumus spherical
trigonometri dalam metode ini dengan sendirinya telah memperhitungkan bahwa sisi-
sisi permukaan bumi bukanlah sisi-sisi yang datar seperti pada peta merkator, tetapi
sisi-sisinya merupakan sisi-sisi yang melengkung sebagaimana lengkungan pada
bola.
Dalam praktek pengukuran arah kiblat yang penulis lakukan dilapangan,
penulis melakukan dengan bantuan kompas yang sudah dikoreksi variasi magnitnya
yang untuk Bekasi Utara adalah 0,5, selain dengan kompas penulis menggunakan
pula ilmu ukur segitiga bola. Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengukur arah
kiblat adalah sebagai berikut :
a. Menentukan terlebih dahulu garis barat-timur
b. Setelah diketahui arah barat-timur maka dilanjutkan dengan mengukur arah
kiblat
A. Menentukan Barat-Timur Dengan Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah mata angin oleh jarum yang ada padanya.
Jarum kompas ini terbuat dari logam magnetis yang dipasang sedemikian rupa
sehingga dengan mudah bergerak menunjukkan arah utara. Hanya saja arah utara
yang ditunjukkan olehnya bukan arah utara sejati ( titik kutub utara ), melainkan titik
37
utara magnit, sehingga untuk mendapatkan arah utara sejati perlu ada koreksi variasi
magnit terhadap arah jarum kompas, untuk peta variasi magnit dapat dilihat dalam
lampiran.
Menentukan titik barat-timur dengan kompas dapat dilakukan dengan cara :
1. Letakkan kompas di tempat yang datar serta bebas dari medan magnit ( logam
yang mengandung zat besi dan semacamnya )
2. Periksalah jarum yang ada padanya, upayakan ia dapat bergerak bebas.
3. Jarum kompas yang ( biasanya ) berwarna merah atau kebiru-biruan
senantiasa menunjukkan arah utara.
4. Bentangkan benang atau semacamnya diatas kompas searah dengan jarum
kompas
5. Buatlah titik U pada arah yang menuju titik utara dan buatlah titik S pada arah
yang menuju titik selatan9
6. Untuk memperoleh arah utara sejati, perlu dikoreksi variasi magnit. Dengan
demikian sudah diperoleh arah utara dan selatan sejati.
7. Untuk memperoleh titik arah barat dan timur maka buatlah garis yang tegak
lurus ( siku-siku ) pada benang utara-selatan sejati tersebut.
8. Garis inilah yang menuju titik arah barat dan timur.
B. Pengukuran Arah Kiblat
9 Muhyiddin Khazin, Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat, ( Yogyakarta, Buana Pustaka,
2004 ), cet 1, hal 13.
38
Setelah garis barat dan timur sudah ditemukan, kemudian penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Ukurlah garis barat – timur sepanjang satu meter.
2. Pada ujung sebelah barat diberi titik B dan diujung sebelah timur diberi titik
T.
3. Pada titik B dibuat garis tegak lurus ( siku-siku ) ke arah utara sepanjang
JARAK arah kiblatnya ( lihat dilampiran, untuk kota bekasi 46,93 cm ).
Kemudian pada ujung utara diberi titik K.
4. Antara titik T ( no. 2 ) dengan titik K ( no. 3 ) dibuat garis lurus sehingga
terbentuk garis TK. Garis lurus TK inilah yang menunjukkan arah kiblat
untuk kota Bekasi.10
5. Kemudian apabila akan membuat garis-garis shaf, maka dapat dibuat garis-
garis yang tegak lurus pada garis yang menunjukkan arah kiblat tersebut
10 Ibid, hal 18.
BAB IV
HASIL PENELITIAN.
A. Profil Mushalla
1. Data Umum Mushalla
Dari hasil survey lapangan yang sudah dilakukan penulis ke 40 mushalla yang
terdapat di Bekasi Utara didapat informasi secara umum tentang keadaan mushalla
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Umum Kondisi Mushalla
Nama Tahun Status No
Mushalla Alamat
Berdiri Ketua DKM Tanah
Kea kuratan
Ket
Taman Wisma Fasilitas asri, Jl. Jeruk
VII Umum 1 Al- Firah
N0 12 RT 04/15
1987 Pak Endin
-150 Perkiraan
Jl.Markisa II Fasilitas 2 Al- Huda
TWA RT 06/07 1992 H. Yahya
Umum -200 Kompas
TWA J.Meranti Fasilitas 3 Al- Ikhlas
Raya RT 10/32 1995 Pak
Iwan Umum -100 Kompas
TWA Jl.Hibrida H. Mumu Fasilitas Arah 4 Al- Hidayah
RT 04/28 1987
Sunarya Umum -200
Barat
TWA Blok H 21 Fasilitas Tongkat 5 Al- Mu'minun
RT 08-09/28 1994 Pak
Yusar Umum -150
Istiwa Jl.Melon VI
Blok Fasilitas 6 Al- Muhajirin
CC 19 No 7B 1990 Halid SP.di
Umum -100 Kompas
7 Al- Mujahadah Jl.PLN Ka. 1995 Ust.Ahmad Wakaf -150 Perkiraan
39
40
Bungur RT 02/18 Dasuki, SP.di
Ka.Bungur Haji Marhawi 8 Dzikrul Maut
RT 04/18 1980
HR Wakaf -200 Perkiraan
Ka.Bungur 9 Babus Salam
RT 04/18 2002 Pak
Amin Wakaf -180 Perkiraan
Ka.Bungur Arah 10 Nurul Hikmah
RT 04/18 1980 Haji
Hambali Wakaf -200 Barat
Jl.Al-Bahar 11 Nurul Mutaqim
RT 07/01 1990 Haji
Zubair Wakaf -180 Perkiraan
Ka.Bungur 12 Al- Mutaqin
RT 03/18 2003 H.
Taminudun Wakaf -160 Perkiraan
Perum RSIJ H. Ashar Fasilitas Arah
13 Namiroh RT 03/01
2002 Husain Sosial
-250 Barat
Ka.Ceger 14 Assa'adah
RT 02/02 1980 H.M.
Sidiq Wakaf -180 Kompas
Kav. Harapan Arah 15 Al- Hamid
Kita RT 05/23 1990 H.M.
Mulyadi Wakaf -200 Barat
Kav. Nusantara Pak Dedy 16 AN-Nur
RT 06/22 1991
Haryadi Wakaf -150 Kompas
Kav. Bulak Fasilitas 17 Al- Furqon Macan RT
01/22 2006 Pak
Sutrisno Umum -150 Perkiraan
Bayang -
bayang 18 Al-Barkah Perum Barata 1984 Drs. Yudi Fasum -50
Matahari
Jl.Rawa Bugel 19 Al- Muhtadin
RT 03/10 1975 M. Tohir Wakaf -250 Perkiraan
Jl.Rawa Bugel Arah 20 Arriyad
RT 04/03 2005 Pak Sa'anam Wakaf -250
Barat
41
Jl.Perjuangan Fasilitas Tidak 21 Nurul Hidayah
RT 08/05 1998 Pak
Wahyono Umum -180
Diketahui
Al-Ihda Jl.Perjuangan 22
Al- Islami RT 01/02 1994 Pak Suryono Wakaf -220 Perkiraan
Jl.Mukhtar Fasilitas
Thabrani Kav. Umum 23 Al- Mustaqim
Tegal Perintis
2003 Pak Amri
-200 Perkiraan
Jl.Perjuangan H.Budi Tidak 24 Darurrohmah
Dalam RT 07/05 2005
Setiawan Wakaf -220
Diketahui
Kp.Penggilingan 25 Darurrohman
Baru RT 02/08 1995 H.M.Rohman Wakaf -200 Kompas
Kp.Penggilingan Tidak 26 Al- Hikmah
Baru RT 01/02 1979 Pak Sofyan Wakaf -220
Diketahui
Kp.Penggilingan 27 Tanzilurrahman
Baru RT 01/06 1970 Pak Hamdani Wakaf Tepat Kompas
Kp.Penggilingan H.Saef Fasilitas 28 Nurul Yakin
Baru RT 02/03 2005
Hermansyah Umum -200 Perkiraan
Telaga Mas Fasilitas Arah 29 Al- Ikhlas
Blok G.4 2006 Pak Fajar
Umum -230
Barat
Telaga Mas Fasilitas Tidak 30 Al- Hijrah
Blok K I 2005 Pak Romi
Umum -150
Diketahui
Jl.Kp.Nangka Pak Agus 31 Nurur Hikmah
RT 02/05 1980
Mulyadi Wakaf -170 Perkiraan
Villa Mas Indah Fasilitas 32 Al- Ikhlas Blok D RT
04/14 2005 Pak
Ian Arif Sosial -100 Kompas
Kp.Nangka Arah 33 Nurul Huda
RT 03/06 1985 Pak
Romi Wakaf -250 Barat
42
Kp.Nangka 34 Nurul Janah
RT 04/01 1992 Pak
Hanafi Wakaf -100
1 Perkiraan
Villa Mas Garden Fasilitas Arah
Blok F.174 Sosial Barat 35 Baiturrahman
RT 07/09
1993 Pak H.Arianto
-100
Ka.Tengah Kav. Pak Setia Arah
Pengarengan Purnomo Barat 36 Nurul Iman
RT 03/28
2003
Wakaf -250
Ka.Tengah Kav. Pak Ahmad Fasilitas Tidak
Pengarengan Abbas Umum Diketahui2
37 Al- Muhajirin
RT 04/06
2004
-200
Ka.Tengah Kp. Pak Ahmad 38 Nurul Falah rorotan RT
02/03
1995 Royani
Wakaf -250 Kompas
Ka.Tengah Kp. Fasilitas 39 Nurul Yakin Poncol RT
02/03 2003 Haji
Nami Umum -250 Perkiraan
Ka.Tengah Kp. Fasilitas Arah 40 Nurul ilahiyah Poncol RT
01/03 2000 Haji
Nasrolih Umum -250
Barat
2. Status Tanah Mushalla
Dari hasil observasi yang dilakukan, ditemukan bahwa status tanah mushalla
di Bekasi Utara adalah 20 mushalla (50%) berasal dari tanah wakaf, 16 mushalla
(40%) merupakan fasilitas Umum karena mushalla tersebut berada dalam lingkungan
perumahan yang dibangun oleh developer, 4 mushalla (10%) merupakan fasilitas
sosial.
1 Maksud dari (-) adalah sudut kemiringan kurang dari angka yang ditentukan 2 Tidak diketahui dalam artian tidak diketahui cara pengukurannya
43
Tabel 4.2
No Nama Mushalla Alamat Status
Jl.PLN Ka. Bungur 1 Al- Mujahadah
RT 02/18 Wakaf
2 Dzikrul Maut Ka.Bungur RT 04/18 Wakaf
3 Babus Salam Ka.Bungur RT 04/18 Wakaf
4 Nurul Hikmah Ka.Bungur RT 04/18 Wakaf
5 Nurul Mutaqim Jl.Al- BaharRT 07/01 Wakaf
6 Al- Mutaqim Ka.Bungur RT 03/18 Wakaf
7 Assa'adah Kp.Ceger RT 02/02 Wakaf
Kav.Harapan Kita 8 Al- Hamid
RT 05/23 Wakaf
Kav.Nusantara 9 AN-Nur
RT 06/22 Wakaf
Jl.Rawa Bugel 10 Al- Muhtadin
RT 03/10 Wakaf
Jl.Rawa Bugel 11 Arriyad
RT 04/03 Wakaf
12 Al-Ihda Al-Islami Jl.Perjuangan RT 01/02 Wakaf
Kp.Penggilingan 13 Darurrohman
Baru RT 02/08 Wakaf
Kp.Penggilingan 14 Al- Hikmah
Baru RT 01/02 Wakaf
Kp.Penggilingan 15 Tanzilurrohman
Baru RT 01/06 Wakaf
Jl.Kp.Nangka 16 Nurur Hikmah
RT 02/05 Wakaf
17 Nurul Huda Kp.Nangka RT 03/06 Wakaf
44
18 Nurul Janah Kp.Nangka RT 04/01 Wakaf
Ka.Tengah Kav. 19 Nurul Iman
Pengarengan RT 03/08 Wakaf
Ka.Tengah Kp. Rorotan 20 Nurul Falah
RT 04/06 Wakaf
Tabel 4.3
Status Tanah Mushalla Fasilitas Umum
No Nama Mushalla Alamat Status
Taman Wisma Asri Jl.Jeruk VII 1 Al- Firah
No 12 RT 04/15 Fasilitas Umum
2 Al- Huda Jl.Markisa TWA RT 06/07 Fasilitas Umum
3 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 Fasilitas Umum
4 Al- Hidayah TWA Jl.Hibrida RT04/28 Fasilitas Umum
5 Al- Mu'minun TWA Blok H 21 RT 08-09/28 Fasilitas Umum
6 Al- Muhajirin Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7B Fasilitas Umum
7 Al-Furqon Kav.Bulak Macan RT 01/22 Fasilitas Umum
8 Nurul Hidayah Jl.Perjuangan RT 08/05 Fasilitas Umum
Jl.Mukhtar Thabrani Kav.Tegal 9 Al- Mustaqim
Perintis Fasilitas Umum
10 Nurul Yakin Kp.Penggilingan Baru RT 02/03 Fasilitas Umum
11 Al- Ikhlas Telaga Mas Blok G 4 Fasilitas Umum
12 Al- Hijrah Telaga Mas Blok K I Fasilitas Umum
Ka.Tengah Kav. Pengarengan 13 Al- Muhajirin
RT 04/06 Fasilitas Umum
45
14 Nurul Yakin Ka.Tengah Kav.Poncol RT 02/03 Fasilitas Umum
15 Nurul ilahiyah Ka.Tengah Kav.Poncol RT 01/03 Fasilitas Umum
16 Al- Barkah Perum Barata Harapan Jaya Fasilitas Umum
Tabel 4.4
Status Tanah Mushalla Fasilitas Sosial
No Nama Mushalla Alamat Status
1 Namiroh Perum RSIJ RT 03/01 Fasilitas Sosial
2 Darurrohmah Jl.Perjuangan Dalam RT 07/05 Fasilitas Sosial
3 Al- Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 Fasilitas Sosial
Villa Mas Garden Blok F 174 4 Baiturrahman
RT 07/09 Fasilitas Sosial
Dari Hasil wawancara penulis dengan Drs. HA. Djaelani, HR. M,MPd sebagai
Kepala Kantor Urusan Agama ( KAU ) kecamatan Bekasi Utara, sebagian besar
status tanah mushalla di wilayah Bekasi Utara merupakan tanah wakaf dan
sebanyak 80% sudah disertifikasi wakaf.3
3 Drs. H. A. Djaelani, HR. M.MPd, kepala KUA Cakung, wawancara pribadi, Bekasi , 29
April 2010.
46
B. Keakuratan Arah Kiblat Mushalla
1.Yang Diukur
Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan terhadap 40 mushalla yang
berada di wilayah kecamatan Bekasi Utara, hanya didapat 1 (satu) atau 2,5%
mushalla saja yang tepat arah kiblatnya yakni mushalla Tanzilurrohman serta terdapat
1 ( satu ) atau 2,5 % mushalla yang tepat arah kiblatnya dalam toleransi yakni
mushalla Al-Barkah.
Tabel 4.5
Arah Kiblat Mushalla Yang Tepat
No Nama Mushalla Alamat Keakuratan
1 Tanzilurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 01/06 Tepat
Dilihat dari ketidaktepatan arah kiblatnya, dari 40 mushalla yang dijadikan
sampel hampir sebagian besar atau 38 mushalla ( 95% ) yang tidak tepat arah
kiblatnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.6
Arah Kiblat Mushalla Dilihat Dari Ketidaktepatan Arah Kiblatnya
No Nama Mushalla Alamat Keakuratan
1 Al- Firoh Taman Wisma asri, Jl. Jeruk VII N0 12 RT 04/15 -150
2 Al- Huda Jl.Markisa II TWA RT 06/07 -200
3 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 -100
47
4 Al- Hidayah TWA Jl.Hibrida RT 04/28 -200
5 Al- Mukminun TWA Blok H 21 RT 08-09/28 -150
6 Al- Muhajirin Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7 B -100
7 Al- Mujahadah Jl.PLN Ka.Bungur RT 02/18 -150
8 Dzikrul Maut Ka.Bungur RT 04/18 -200
9 Babus Salam Ka.Bungur RT 04/18 -180
10 Nurul Hikmah Ka.Bungur RT 04/18 -200
11 Nurul Mutaqim Jl.Al- Bahar RT 07/01 -180
12 Al- Mutaqin Ka.Bungur RT 03/18 -160
13 Namiroh Perum RSIJ RT 03/01 -250
14 Assa’adah Kp.Ceger RT 02/02 -180
15 Al- Hamid Kav.Harapan Kita RT 05/23 -200
16 AN-Nur Kav.Nusantara RT 06/22 -150
17 Al-Furqon Kav.Bulak Macan RT 01/22 -150
18 Al- Muhtadin Jl.Rawa Bugel RT 03/10 -250
19 Arriyad Jl.Rawa Bugel RT 04/03 -250
20 Nurul Hidayah Jl.Perjuangan RT 08/05 -180
21 Al-Ihda Al- Islami Jl.Perjuangan RT 01/02 -220
22 Al- Mustaqim Jl.Mukhtar Thabrani Kav.Tegal Perintis -200
23 Darurrohmah Jl.Perjuangan Dalam RT 07/05 -220
24 Darurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 02/08 -200
48
25 Al- Hikmah Kp.Penggilingan Baru RT 01/02 -220
26 Nurul Yakin Kp.Penggilingan Baru RT 02/03 -200
27 Al- Ikhlas Telaga Mas Blok G 4 -230
28 Al- Hijrah Telaga Mas Blok K I -150
29 Nurur Hikmah Jl.Kp.Nangka RT 02/05 -170
30 Al-Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 -100
31 Nurul Huda Kp.Nangka RT 03/06 -250
32 Nurul Janah Kp.Nangka RT 04/01 -100
33 Baiturrahman Villa Mas Garden Blok F 174 RT 07/09 -100
34 Nurul Iman Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan RT 03/28 -250
35 Al- Muhajirin Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan RT 04/06 -200
36 Nurul Falah Kaliabang Tengah Kp.Rorotan RT 04/06 -250
37 Nurul Yakin Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT 02/03 -250
38 Nurul Ilahiyah Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT 01/03 -250
Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan bahwa mushalla yang paling tinggi
angka penyimpangannya terdapat 8 mushalla, yaitu Namiroh, Al- Muhtadin, Arriyad,
Nurul Huda, Nurul Iman, Nurul Falah, Nurul Yakin, Nurul ilahiyah yang semuanya
angka penyimpangannya paling tinggi untuk kategori kurang sebesar -250. Seperti
terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.7
49
No Nama Mushalla Alamat Keakuratan
1 Namiroh Perum RSIJ RT 02/02 -250
2 Al- Muhtadin Jl.Rawa Bugel RT 03/10 -250
3 Arriyad Jl.Rawa Bugel RT 04/03 -250
4 Nurul Huda Kp.Nangka RT 03/06 -250
5 Nurul Iman Ka.Tengah Kav.Pengarengan RT 03/28 -250
6 Nurul Falah Kp.Rorotan RT 04/06 -250
7 Nurul Yakin Kp.Poncol RT 02/03 -250
8 Nurul ilahiyah Kp.Poncol RT 01/03 -250
2. Toleransi Keakuratan Arah Kiblat
Toleransi terhadap keakurayan arah kiblat sebanyak +50 dan - 50, hal ini
dikarenakan bahwa kisaran+50 dan - 50 merupakan angka penggenapan terkecil.
Secara faktual kisaran+50 dan - 50 tidak terlalu jauh penyimpangannya.
Apabila diberikan toleransi keakuratan arah kiblat terhadap mushalla
sebanyak +50 dan - 50, artinya mushalla ini dianggap hampir mendekati ketepatan,
maka mushalla yang dikategorikan mendekati keakuratan arah kiblat adalah seperti
yang terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.8
No Nama Mushalla Alamat Keakuratan
1 Al- Barkah Perumahan Barata Harapan Jaya -50
50
Apabila mushalla yang sudah ditolelir dikeluarkan dan tidak dimasukkan ke
dalam kategori mushalla yang menyimpang arah kiblatnya, ternyata perubahannya
tidak terlalu signifikan. Mushalla yang menyimpang berjumlah 38 buah atau 95%
seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.9
No Nama Mushalla Alamat Keakuratan
1 Al- Firoh Taman Wisma asri, Jl. Jeruk VII N0 12 RT 04/15 -150
2 Al- Huda Jl.Markisa II TWA RT 06/07 -200
3 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 -100
4 Al- Hidayah TWA Jl.Hibrida RT 04/28 -200
5 Al- Mu’minun TWA Blok H 21 RT 08-09/28 -150
6 Al- Muhajirin Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7 B -100
7 Al- Mujahadah Jl.PLN Ka.Bungur RT 02/18 -150
8 Dzikrul Maut Ka.Bungur RT 04/18 -200
9 Babus Salam Ka.Bungur RT 04/18 -180
10 Nurul Hikmah Ka.Bungur RT 04/18 -200
11 Nurul Mutaqim Jl.Al- Bahar RT 07/01 -180
12 Al- Mutaqin Ka.Bungur RT 03/18 -160
13 Namiroh Perum RSIJ RT 03/01 -250
14 Assa’adah Kp.Ceger RT 02/02 -180
51
15 Al- Hamid Kav.Harapan Kita RT 05/23 -200
16 AN-Nur Kav.Nusantara RT 06/22 -150
17 Al-Furqon Kav.Bulak Macan RT 01/22 -150
18 Al- Muhtadin Jl.Rawa Bugel RT 03/10 -250
19 Arriyad Jl.Rawa Bugel RT 04/03 -250
20 Nurul Hidayah Jl.Perjuangan RT 08/05 -180
21 Al-Ihda Al- Islami Jl.Perjuangan RT 01/02 -220
22 Al- Mustaqim Jl.Mukhtar Thabrani Kav.Tegal Perintis -200
23 Darurrohmah Jl.Perjuangan Dalam RT 07/05 -220
24 Darurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 02/08 -200
25 Al- Hikmah Kp.Penggilingan Baru RT 01/02 -220
26 Nurul Yakin Kp.Penggilingan Baru RT 02/03 -200
27 Al- Ikhlas Telaga Mas Blok G 4 -230
28 Al- Hijrah Telaga Mas Blok K I -150
29 Nurur Hikmah Jl.Kp.Nangka RT 02/05 -170
30 Al-Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 -100
31 Nurul Huda Kp.Nangka RT 03/06 -250
32 Nurul Janah Kp.Nangka RT 04/01 -100
33 Baiturrahman Villa Mas Garden Blok F 174 RT 07/09 -100
34 Nurul Iman Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan RT 03/28 -250
35 Al- Muhajirin Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan RT 04/06 -200
52
36 Nurul Falah Kaliabang Tengah Kp.Rorotan RT 04/06 -250
37 Nurul Yakin Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT 02/03 -250
38 Nurul Ilahiyah Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT 01/03 -250
Tabel 4.10
Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Mushalla Menurut Cara Pengukurannya
No Nama Mushalla Alamat Keakuratan Cara Mengukur
1 Al- Barkah Perumahan Barata Harapan Jaya -50 Bayang-Bayang
matahari
Menurut Drs. Yudi selaku pendiri dan ketua DKM mushalla Al- Barkah
sewaktu pembangunan dan pertama kali menentukan arah kiblatnya beliau mengukur
dari arah utara ke barat dengan besar sudut -150. Untuk lebih memastikan lagi
keakuratannya beliau menggunakan bayang-bayang matahari sebagai bahan rujukan
yang kedua4. Akan tetapi dengan memakai bayang-bayang matahari pun masih
terdapat selisih -50 dari arah kiblat sebenarnya, walaupun hal tersebut penulis nilai
masih dalam batas toleransi arah kiblat.
Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan mushalla yang ketika awal
pembangunannya ditentukan terlebih dahulu arah kiblatnya berjumlah 11 mushalla.
Tabel 4.11
4 Drs. Yudi, ketua DKM mushalla Al- Barkah, wawancara pribadi, Bekasi, 5 Mei 2010.
53
No Nama Mushalla Alamat Keterangan
1 Al- Huda Jl.Markisa II TWA RT 06/07 Diukur
2 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 Diukur
3 Al- Muhajirin Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7 B Diukur
4 Assa’adah Kp.Ceger RT 02/02 Diukur
5 AN-Nur Kav.Nusantara RT 06/22 Diukur
6 Al-Barkah Perumahan Barata Harapan Jaya Diukur
7 Darurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 02/08 Diukur
8 Tanzilurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 01/06 Diukur
9 Al- Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 Diukur
10 Nurul Falah Kaliabang Tengah Kp.Rorotan RT 04/06 Diukur
11 Al- Mu’minun TWA Blok H 21 RT 08-09/28 Diukur
Dilihat dari alat ukur yang digunakan untuk menentukan arah kiblat mushalla,
dapat diketahui bahwa ada beberapa variasi, yakni memakai kompas ada 9 mushalla
dan memakai bayang-bayang matahari ada 2 mushalla. Seperti pada tabel di bawah
ini :
Tabel 4.12
Mushalla Yang Diukur Berdasarkan Alat Ukurnya
No Nama Mushalla Alamat Alat Ukur
1 Al- Huda Jl.Markisa II TWA RT 06/07 Kompas
54
2 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 Kompas
3 Al- Mu’minun TWA Blok H 21 RT 08-09/28 Tongkat Istiwa / Bayang-bayang
matahari
4 Al- Muhajirin Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7 B Kompas
5 Assa’adah Kp.Ceger RT 02/02 Kompas
6 AN-Nur Kav.Nusantara RT 06/22 Kompas
7 Al-Barkah Perumahan Barata Harapan Jaya Bayang-bayang Matahari
8 Darurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 02/08 Kompas
9 Tanzilurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 01/06 Kompas
10 Al- Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 Kompas
11 Nurul Falah Kaliabang Tengah Kp.Rorotan RT 04/06 Kompas
Kalau kita pilah dan dikategorikan mushalla yang diukur menggunakan
kompas dihubungkan dengan keakuratan arah kiblat, dari 11 mushalla yang diukur
menggunakan kompas terdapat 9 mushalla yang tepat arah kiblatnya hanya satu (1)
yaitu mushalla Tanzilurrohman. Dan mushalla yang diukur menggunakan bayang-
bayang matahari terdapat 2 mushalla, dimana yang tepat arah kiblatnya dalam
toleransi adalah mushalla Al- Barkah.
Tabel 4.13
Mushalla Yang Diukur Menggunakan Kompas
No Nama Mushalla Alamat Alat
Ukur Keakur
atan Keterangan
1 Al- Huda Jl.Markisa II TWA RT 06/07 Kompas -200 Tidak Tepat
55
2 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 Kompas -100 Tidak Tepat
3 Al- Muhajirin
Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7 B Kompas -100 Tidak Tepat
4 Assa’adah Kp.Ceger RT 02/02 Kompas -180 Tidak Tepat
5 AN-Nur Kav.Nusantara RT 06/22 Kompas -180 Tidak Tepat
6 Darurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 02/08 Kompas -200 Tidak Tepat
7 Tanzilurrohman
Kp.Penggilingan Baru RT 01/06 Kompas Tepat Tepat
8 Al- Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 Kompas -100 Tidak Tepat
9 Nurul Falah Kaliabang Tengah Kp.Rorotan RT 04/06 Kompas -250 Tidak Tepat
Tabel 4.14
Mushalla Yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari
No Nama Mushalla Alamat Alat Ukur Keaku
ratan Keterangan
1 Al- Mu’minun
TWA Blok H 21 RT 08-09/28
Bayang-bayang
matahari -150 Tidak Tepat
2 Al- Barkah Perumahan Barata Harapan Jaya
Bayang-bayang
matahari -50
Tepat dalam
toleransi
3. Yang Tidak Diukur
Apabila kita perhatikan data di bawah ini, dapat kita lihat bahwa terdapat
mushalla yang arah kiblatnya tidak ditentukan atau tidak diukur terlebih dahulu.
Mushalla itu berjumlah 24 mushalla, arah kiblatnya ditentukan dengan mengikuti
56
arah barat atau dengan perkiraan. Jadi mayoritas mushalla yang ada di wilayah Bekasi
Utara tidak diukur terlebih dahulu arah kiblatnya ketika awal pembangunannya.
Tabel 4.15
Mushalla Yang Tidak Diukur Arah Kiblatnya
No Nama Mushalla Alamat Keterangan
1 Al- Firah TWA Jl.Jeruk VII No 12 RT 04/15 Perkiraan
2 Al- Hidayah TWA Jl.Hibrida RT 04/28 Arah Barat
3 Al- Mujahadah Jl.PLN Ka.Bungur RT 02/18 Perkiraan
4 Dzikrul Maut Kaliabang Bungur RT 04/18 Perkiraan
5 Babus Salam Kaliabang Bungur RT 04/18 Perkiraan
6 Nurul Hikmah Kaliabang Bungur RT 04/18 Arah Barat
7 Nurul Mutaqim Jl.Al- Bahar RT 07/01 Perkiraan
8 Al- Mutaqin Kaliabang Bungur RT 03/18 Perkiraan
9 Namiroh Perumahan RSIJ RT 03/01 Arah Barat
10 Al- Hamid Kavling Harapan Kita RT 05/23 Arah Barat
11 Al- Furqon Kavling Bulak Macan RT 01/22 Perkiraan
12 Al- Muhtadin Jl.Rawa Bugel RT 03/10 Perkiraan
13 Arriyad Jl.Rawa Bugel RT 04/03 Arah Barat
14 Al-Ihda Al-Islami Jl.Perjuangan RT 01/02 Perkiraan
15 Al- Mustaqim Jl.Mukhtar Thabrani Kav.Tegal Perintis Perkiraan
16 Nurul Yakin Kp.Penggilingan Baru RT 02/03 Perkiraan
57
17 Al- Ikhlas Telaga Mas Blok G 4 Arah Barat
18 Nurur Hikmah Jl.Kp.Nangka RT 02/05 Perkiraan
19 Nurul Huda Kp.Nangka RT 03/06 Arah Barat
20 Nurul Janah Kaliabang Nangka RT 04/01 Perkiraan
21 Baiturrahman Villa Mas Garden Blok F 174 RT 07/09 Arah Barat
22 Nurul Iman Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan RT 03/28 Arah Barat
23 Nurul Yakin Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT 02/03 Perkiraan
24 Nurul Ilahiyah Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT 01/03 Arah Barat
Sedangkan mushalla yang tidak diketahui arah kiblatnya terdapat 5 mushalla.
Seperti terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.16
No Nama Mushalla Alamat Keterangan Keakurata
n
1 Nurul Hidayah Jl.Perjuangan RT 08/05 Tidak Diketahui -180
2 Darurrohmah Jl.Perjuangan Dalam RT 07/05 Tidak Diketahui -220
3 Al- Hikmah Kp.Penggilingan Baru RT 01/02 Tidak Diketahui -220
4 Al- Hijrah Telaga Mas Blok K I Tidak Diketahui -150
5 Al- Muhajirin Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan RT 04/06 Tidak Diketahui -200
58
Dilihat dari tabel di atas tingkat keakuratan arah kiblat mushalla yang tidak
diketahui arah kiblatnya mempunyai tingkat keakuratan yang rendah, bahkan
walaupun sudah dikurangi dengan angka toleransi.
Selain itu berdasarkan data yang terdapat dalam tabel-tabel diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa arah kiblat mushalla di Bekasi Utara hampir semua tidak
akurat yaitu 38 mushalla atau ( 95 % ).
Dari hasil penelitian lapangan yaitu dengan cara wawancara dengan ketua
DKM Mushalla yang berada di wilayah Bekasi Utara penulis mendapatkan data
bahwa dari 40 Mushalla yang dijadikan sample seluruhnya menggunakan metode
taqribi dalam menentukan arah kiblatnya, adapun yang dimaksud dengan metode
taqribi yaitu dengan cara mengetahui dimana arah Barat dan dengan besaran sudut
yang hanya mereka perkirakan maka itulah arah kiblat untuk mushalla yang akan
mereka bangun.
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan didapati pula alasan mengapa
mereka dalam menentukan arah kiblat menggunakan metode taqribi. Hal ini
dikarenakan para pendiri mushalla dan masayarakat di wilayah Bekasi Utara tidak
mengetahui adanya metode tahqiqi untuk pengukuran arah kiblat selain menggunakan
metode taqribi. Selain itu sebagian besar wilayah Bekasi Utara merupakan daerah
perkampungan sehingga masyarakat sama sekali tidak mengetahui rumus-rumus
tentang arah kiblat, bagi mereka metode taqribi sudah cukup dalam menentukan arah
kiblat karena dianggap lebih mudah dan praktis.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana lazimnya di dalam membahas suatu masalah sudah barang tentu
sampai pada kesimpulan,dimana dari kesimpulan tadi dimungkinkan untuk
diadakannya perbaikan, sehingga apa yang telah dilaksanakan dapat lebih
disempurnakan agar mencapai sasaran seperti yang diharapkan.
Berdasarkan pemaparan dan pembahasan tentang pengukuran arah kiblat di
Bekasi Utara, cara pengukurannya, dan hasil dari penelitian dalam bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian lapangan yang sudah dilakukan terhadap beberapa
mushalla yang dijadikan sample di kecamatan Bekasi Utara, maka mayoritas
arah kiblat musholla yang berada di Bekasi Utara adalah tidak akurat,
walaupun dalam penelitian ini telah diberikan toleransi penyimpangan arah
kiblat sebesar +50 dan -50 dari arah yang telah ditentukan yakni 250.
2. Dari hasil wawancara dengan ketua DKM mushalla di kecamatan Bekasi
Utara diperoleh keterangan bahwa sebagian besar sebelum membangun
mushalla tidak ditentukan terlebih dahulu arah kiblatnya. Mushalla yang
diukur arah kiblatnya ketika membangun sebanyak 11 mushalla. Alat-alat
ukur yang dipakai dalam menentukan arah kiblat mushalla bervariasi, yakni
memakai kompas berjumlah 9 mushalla serta yang memakai bayang-bayang
59
60
matahari ada 2 mushalla. Selain mushalla yang diukur arah kiblatnya ketika
awal pembangunannya terdapat pula beberapa mushalla yang tidak diukur
arah kiblatnya, bahkan hal ini merupakan mayoritas. Mushalla yang tidak
diukur pada awal pembangunannya berjumlah 24 mushalla. Hal ini
disebabkan ketika awal membangunnya masyarakat sekitar mushalla tersebut
hanya memperkirakan arah kiblatnya dengan mengikuti bangunan masjid
yang sudah ada. Selain itu sebagian besar masyarakat di kecamatan Bekasi
bertempat tinggal di daerah perkampungan dan tergolong awam sehingga
masyarakat pada awal membangun mushalla berasumsi bahwa arah kiblat
berada diarah barat.
3. Dari penelitian yang sudah dilakukan, ternyata masyarakat di Bekasi Utara
cenderung memakai metode taqribi dalam menentukan arah kiblat suatu mushalla.
Hal ini dikarenakan menurut mayarakat penggunaan metode taqribi lebih mudah
dan praktis dibandingkan dengan metode tahqiqi walaupun penggunaan metode
taqribi mempunyai tingkat keakuratan yang rendah.
B. Saran-saran
Penulis disini mencoba mengemukakan saran-saran dengan harapan kiranya
dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya untuk tercapainya kualitas beribadah
kita bersama, khususnya ibadah shalat.
Kementerian Agama Republik Indonesia yang dalam hal ini merupakan suatu
lembaga yang salah satunya menangani tentang hisab arah kiblat, sebaiknya
membuka pelatihan-pelatihan untuk menentukan arah kiblat serta untuk dapat
61
menjadi konsultan dalam menentukan arah kiblat bagi masyarakat, terutama bagi
masyarakat yang berada di wilayah pedesaan. Karena sebagian besar masyarakat
yang tinggal di pedesaan hanya berpatokan bahwa arah kiblat itu ada di barat. Bahkan
ada sebagian masyarakat yang dalam membangun mushalla terkesan asal-asalan
dalam menentukan arah kiblatnya.
Selain itu, masyarakat pun diharapkan aktif untuk bertanya kepada lembaga-
lembaga yang kiranya dapat dimintai sarannya dalam menentukan arah kiblat, seperti
Kantor Urusan Agama atau Departemen Agama yang berada di wilayah kota. Dengan
begitu kesempurnaan yang kita harapkan dalam menjalankan ibadah shalat mudah-
mudahan akan tercapai.
KEAKURATAN ARAH KIBLAT MUSHALLA DI WILAYAH
BEKASI UTARA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah ( S.Sy )
Oleh :
Gusti Agung Wibisono
NIM : 106044203687
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Maskufa, M.Ag Drs. Sirril Wafa, M.Ag
NIP : 196807031994032002 NIP : 196003181991031001
KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM
PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
DAFTAR PUSTAKA
AL Qur’an Karim
Abdurrahman Fadh bin Sulaiman Al-Rumi, Konsep Shalat Menurut Al-Qur’an ( Telaah Kritis Tentang Fiqh Shalat ), firdaus, Jakarta Pusat, cet. Ke I, 1991.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, “Tarjamah Bulughul – Maram, Bandung, Diponegoro, cet. Ke XXVII, 2006.
Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ala Mazahibil Arba’ah. Terj. H. Moh. Zuhri, dkk, Semarang, Asy-Syifam Jilid I, Cet. I. 1994.
Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta, Pustaka Amani, 1998.
Ash-Shabuny, Muhammad Ali, Syaikh, CAHAYA AL-QURAN, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah- Al-An’am, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, Cet. Ke I, Juli 2000.
Ash-Shiddiqie, T. M. Hasbi, Tafsir Al-Qur’an Al-Majid An-Nur, Semarang, Pustaka Rizki Putra, Jilid I, Cet. Ke 2, 1995.
Azhari, Susiknan, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta, Lazuardi, 2001
Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Heave, 1997.
Depag, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta Direktorat Pembinaan Bidang Peradilan Agama Islam, 1998.
Depag, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Jakarta, Direktorat Pembinaan Bidang Peradilan Agama Islam, 1994.
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Depag RI, 1996.
62
63
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, Cet. Ke 2, 1995.
Djambek, Saadoeddin, Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa, Bulan Bintang, Jakarta, Cet. Ke I, 1974.
Djambek, Saadoeddin, Shalat dan Puasa di Daerah Kutub, Bulan Bintang, Jakarta, Cet. Ke I, 1974.
Khazin, Muhyiddin, Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat, Yogyakarta, Buana Pustaka, Cet. Ke I, 2004.
Maskufa.Dra, MA, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, Jakarta, Laporan Penulisan Buku Daras, Cet I, 2007.
Mujieb, M. Abdul, Mabruri Tholhah, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta, Pustaka Firdaus, Cet. Ke I, 2001
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Yogyakarta, Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan, 1984.
Muqhmiyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab Ja’far, Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, Jakarta, Lentera Baristama, Cet. Ke I, 1996.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta, Lentera Hati, Cet. Ke 2.
Wafa, Sirril, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushola di Wilayah Ciputat”, Laporan Penelitian, Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN SYAHID, Jakarta. 2002.
WWW. Google.Com