Upload
dinhhanh
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH DEBT DEFAULT, AUDIT TENURE, RASIO LIKUIDITAS,
RASIO AKTIVITAS, RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO LEVERAGE
TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI INDEKS
SAHAM SYARIAH TAHUN 2011-2015
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
WIDYA CITRA PRATAMA
NIM: 1112046100107
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/2016
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripisi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Oktober 2016
Widya Citra Pratama
Penulis
ABSTRAK
Widya Citra Pratama. NIM 1112046100107. PENGARUH DEBT DEFAULT,
AUDIT TENURE, RASIO LIKUIDITAS, RASIO AKTIVITAS, RASIO
PROFITABILITAS DAN RASIO LEVERAGE TERHADAP PEMBERIAN
OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI INDEKS SAHAM SYARIAH TAHUN 2011-2015.
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1437 H/2016 M. xi + 85 halaman + 8 lampiran.
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh debt default, audit tenure,
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio leverage terhadap
pemberian opini audit going concern. Opini going concern yang diterima oleh
sebuah perusahaan menunjukkan adanya kondisi dan peristiwa yang menimbulkan
keraguan auditor akan kelangsungan hidup perusahaan. Opini audit going concern
dapat digunakan sebagai peringatan awal bagi pengguna laporan keuangan guna
menghindari kesalahan dalam pembuatan keputusan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis regresi logistik yang
merupakan salah satu model statistika yang digunakan untuk menganalisis pola
hubungan antara sekumpulan variabel independen dengan variabel dependen
bertipe kategorik atau kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mulai tahun
2011 sampai tahun 2015, menggunakan jenis data sekunder yang bersumber dari
laporan keuangan auditee perusahaan yang di publikasikan pada website BEI
www.idx.co.id.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara
variabel debt default, rasio aktivitas dan rasio leverage terhadap pemberian opini
audit going concern sedangkan variabel audit tenure, rasio likuiditas, dan rasio
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going
concern.
Kata Kunci : opini audit going concern, debt default, audit tenure, rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio leverage, indeks saham syariah
indonesia, regresi logistik
Pembimbing : Dr. Gustian Djuanda, SE,MM
Daftar Pustaka : Tahun 1998 s.d. Tahun 2015
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, penulis panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi besar
Muhammad SAW serta kepada keluarga dan para sahabat-Nya yang telah
mencerahkan alam semesta ini dengan bergelimang ilmu pengetahuan, dan
semoga kelak kita termasuk kedalam umat yang mendapatkan syafaat dari beliau
di hari akhir kelak.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjan Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi
Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selesainya penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari
bantuan banyak pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini peneliti
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak membantu dan meluangkan waktu hingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Gustian Djuanda, SE,MM selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk berdiskusi,
vii
memberikan pengarahan, nasihat dan motivasi. Serta kemudahan yang
diberikan hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa ikhlas dan sabar
dalam memberikan ilmu yang diberikan sebagai bekal bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh staf perpustakaan utama dan fsh yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan dalam peminjaman buku guna menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tua tercinta mama dan papa atas doa tulus yang tiada henti di
berikan kepada penulis serta dukungan moril dan materil yang diberikan
hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Adik dan kakak-kakakku tersayang yang selalu ada di setiap kondisi yang
penulis hadapi dan memberikan dukungan serta waktunya untuk membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih yang tidak kalah spesial untuk Yohanes Eka Sakti S.TR.EM
yang tidak pernah bosan memberikan semangat dan motivasi serta bantuan
dalam bentuk apapun kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012 yang selalu
menginspirasi, mendukung, memotivasi dan menghibur terkhususnya untuk
Sri Budiharti, Dinda Ayu Pramesti, Maya Andika, Emi Rosilawati, Ayu Dwi
Adhani, Rabiahtul Addawiyah (wiwi) dan teman-teman lainnya yang tidak
bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua bantuan yang di
berikan.
viii
10. Sahabat-sahabat penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima
kasih atas dukungan, perhatian dan doa yang di berikan baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada penulis.
Akhirnya kepada semua pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal dan membalasnya dengan yang lebih baik. Selain itu
penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, besar harapan
penulis munculnya saran untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini di masa
mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan.
Amin.
Jakarta, 16 September 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ....................................................................................................... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8
F. Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 15
A. Tinjauan Teoritis .......................................................................................................... 15
1. Pengertian Auditing ................................................................................................ 15
a. Jenis-Jenis Audit ................................................................................................ 16
b. Standar Auditing ................................................................................................ 17
c. Opini Audit ........................................................................................................ 19
2. Going Concern ....................................................................................................... 23
3. Opini Audit Going Concern ................................................................................... 24
a. Manfaat Informasi Going Concern.................................................................... 28
4. Debt Default ........................................................................................................... 29
a. Pengaruh Debt Default terhadap Opini Audit Going Concern .......................... 30
5. Audit Tenure ........................................................................................................... 30
a. Pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Audit Going Concern ......................... 32
6. Rasio Likuiditas ...................................................................................................... 32
1) Rasio lancar (current ratio) ............................................................................... 33
2) Pengaruh Rasio Likuiditas dengan Opini Audit Going Concern ...................... 34
7. Rasio Aktivitas ....................................................................................................... 34
1) Total Asset Turn Over ....................................................................................... 35
2) Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Opini Audit Going Concern ...................... 36
8. Rasio Profitabilitas.................................................................................................. 36
1) Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI) .............................. 37
2) Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern ................ 37
9. Rasio Leverage ....................................................................................................... 38
1) Debt to Equity Ratio .......................................................................................... 38
2) Pengaruh Rasio Leverage terhadap Opini Audit Going Concern ..................... 38
B. Review Studi Terdahulu ............................................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 44
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................... 44
x
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................................... 45
1. Populasi .................................................................................................................. 45
2. Sampel .................................................................................................................... 45
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 47
D. Metode Analisis Data ................................................................................................... 47
1. Regresi Logistik ...................................................................................................... 48
2. Tahapan Regresi Logistik ....................................................................................... 49
a. Statistik Deskriptif ............................................................................................. 49
b. Analisis Inferensial ............................................................................................ 50
1) Menilai Keseluruhan Model (overall model fit) ........................................... 50
2) Koefisien Determinasi .................................................................................. 51
3) Matriks Klasifikasi ....................................................................................... 51
4) Uji Multikolinieritas ..................................................................................... 51
5) Pengujian Hipotesis Penelitian ..................................................................... 53
6) Model Regresi yang terbentuk...................................................................... 53
3. Variabel Penelitian.................................................................................................. 54
a. Opini Audit Going Concern .............................................................................. 54
b. Debt Default ...................................................................................................... 54
c. Audit Tenure ...................................................................................................... 55
d. Rasio Likuiditas ................................................................................................. 55
e. Rasio Aktivitas .................................................................................................. 55
g. Rasio Leverage .................................................................................................. 56
E. Hipotesis Penelitian ..................................................................................................... 56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................... 59
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................................. 59
B. Analisis Deskriptif ....................................................................................................... 59
C. Analisis Regresi Logistik ............................................................................................. 63
1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ................................................... 63
2. Koefisien Determinasi ............................................................................................ 65
3. Matriks Klasifikasi.................................................................................................. 65
4. Uji Multikolinearitas ............................................................................................... 66
5. Model Regresi Logistik yang terbentuk dan Pengujian Hipotesis .......................... 67
D. Interpretasi Hasil Penelitian ......................................................................................... 70
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 74
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 74
B. Implikasi ...................................................................................................................... 77
C. Keterbatasan................................................................................................................. 79
D. Saran ............................................................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 81
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................... 84
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ....................................................................... 43
Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Sampel ...................................................................... 47
Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan ................................................................................... 61
Tabel 4.2 Tabel Statistik Deskriptif .................................................................................. 61
Tabel 4.3 Uji Signifikansi Bersama .................................................................................. 64
Tabel 4.4 Koefisien Determinasi ...................................................................................... 65
Tabel 4.5 Hasil Klasifikasi ................................................................................................ 65
Tabel 4.6 Matriks Korelasi ............................................................................................... 66
Tabel 4.7 Uji Model Regresi Logit ................................................................................... 67
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................................ 12
Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern ............................................ 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada umumnya perusahaan publik memanfaatkan pasar modal sebagai sarana
untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Investor mau
menanamkan modal pada perusahaan apabila investasinya dapat menghasilkan
sejumlah keuntungan. Keberadaan pasar modal menjadikan perusahaan
mempunyai alat untuk refleksi diri tentang kinerja dan kondisi keuangan
perusahaan. Apabila kondisi keuangan dan kinerja perusahaan bagus maka pasar
akan merespon dengan positif melalui peningkatan harga saham perusahaan.
Keuntungan dari adanya perusahaan publik dari sudut pandang investor antara
lain adalah investor akan mendapat perlindungan dari otoritas pasar modal karena
adanya peraturan yang harus ditaati perusahaan emiten seperti menyerahkan
laporan rutin yang diantaranya adalah laporan keuangan auditan.
Laporan keuangan merupakan hal penting yang dapat menjadi sumber
penyalahgunaan dan merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Auditor
memegang peranan yang besar yaitu sebagai pihak yang menjamin bahwa laporan
keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak menyesatkan. Menurut Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 3411, auditor bertanggung jawab
untuk memberikan pertimbangan serta memberikan pendapat apakah ada
1 Ikatan Akutansi Indonesia (IAI), SA Seksi 341, 2001, h.1.
2
kesangsian terhadap perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit.
Kasus Enron sangat memukul profesi akuntan publik. Hal ini terjadi karena
adanya skandal akuntansi yang melibatkan pihak manajemen dan auditor
eksternal. Arthur Andersaden dipersalahkan sebagai penyebab terjadinya
kebangkrutan Enron dan divonis pihak pengadilan karena melakukan mark-up
pendapat dan menyembunyikan hutang lewat business partnership. Akhirnya
KAP Andersen ditutup disamping harus mempertanggungjawabkan tindakannya
secara hukum2.
Menjadi hal yang tidak logis, mengapa perusahaan yan mendapat opini wajar
tanpa pengecualian mendadak bangkrut tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Hal
tersebut menyebabkan profesi akuntan publik menjadi kritikan karena
diasumsikan memberikan informasi yang salah, hal ini membuktikan bahwa
auditor memiliki peranan penting dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.
Selain itu auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan satuan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu yang pantas, tidak
lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit.
Pencantuman penjelasan mengenai kondisi perusahaan pada catatan atas
laporan keuangan dan opini audit diaggap sebagian besar akuntan publik sebagai
suatu „warning‟ bagi pembaca laporan keuangan harus waspada atas
kemungkinan perusahaan pailit dalam waktu dekat, karena adanya kendala-
2 Yusar Sagara dan Fitri Yani Jalil, Auditing, (Jakarta: Uin Jakarta Press, 2013), h.119.
3
kendala operasional dan keuangan. Namun, bagi kebanyakan manajeman
perusahaan, pencantuman penjelasan mengenai kondisi perusahaan baik pada
catatan laporan keuangan maupun opini audit, dikhawatirkan memberikan citra
buruk bagi perusahaan dan menciptakan pesimisme pembaca laporan keuangan.
Perusahaan akan benar-benar bangkrut sebagai akibat dari pencipta citra yang
buruk tersebut oleh audit eksternal dan hal ini menjadi suatu „self fulfilling
prophecy‟ yang dilakukan oleh auditor.
Opini yang diberikan auditor merupakan salah satu pertimbangan bagi
investor untuk pengambilan keputusan investasi. Pemberian opini (going concern)
oleh auditor merupakan dampak keraguan perusahaan untuk dapat melanjutkan
kelangsungan usahanya. Opini ini merupakan bad news bagi pemakai laporan
keuangan. Sulitnya memprediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan
menyebabkan banyak auditor yang mengalami dilema moral dan etika dalam
memberikan opini going concern
Belkaoui, menyatakan going concern adalah suatu dalil yang menyatakan
bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk
merealisasikan proyek, komitmen dan aktivitasnya yang berkelanjutan3. Dasar
tersebut memberi gambaran bahwa suatu entitas diharapkan mempunyai
kemampuan beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas atau tidak
mengalami likuiditas untuk waktu selanjutnya. Going concern merupakan konsep
pokok dalam bidang akuntansi dan auditing. Going concern digunakan sebagai
3 Belkaoui dan Ahmed Riahi, Teori Akuntansi , (Jakarta: Salemba Empat, 2006, Buku 1,
Edisi kelima), h.135.
4
asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang
menunjukkan hal yang berlawanan.
Keberlangsungan hidup entintas bisnis dipengaruhi oleh kendala internal dan
eksternal. Kendala eksternal dapat berupa kendala di luar perusahaan seperti
pasar, kondisi moneter, sosial, politik, dan laik-lain. Sedangkan kendala internal
adalah kendala di dalam perusahaan itu sendiri, seperti kondisi keuangan, sumber
daya manusia budaya perusahaan, penguasaan teknologi, pengawasan internal,
dan lain-lain4.
Debt default merupakan kegagalan perusahaan dalam membayar hutang
pokok atau bunganya pada waktu jatuh tempo. Dalam PSA 30 indikator going
concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan opni audit going
concern adalah kegagalan dalam memenuhi hutang (default). Status default
meningkatkan kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Audit tenure ialah lamanya hubungan klien dengan auditor diukur dengan
jumlah tahun. Ketika auditor dan klien memiliki hubungan yang lama
dikhawatirkan akan membuat auditor kehilangan indepensinya, karena sudah
terikat hubungan yang nyaman dan saling menguntungkan, sehingga auditor sulit
memberikan opini audit going concern.
Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi hutang jangka pendek. Rasio likuiditas penting diketahui karena
dapat mendeteksi ketidakmampuan perusahaan untuk melunas kewajiban yang
mengarah pada kebangkrutan.
4 Marisi P. Purba, Asumsi Going Concern, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2009), h.35.
5
Rasio aktivitas digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas dalam mengelola aset yang dimilkinya. Dengan rasio
aktivitas yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan benar-benar dapat
melakukan kegiatan operasi utama dan diharapkan kelangsungan usaha dapat
terjaga.
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Ketika peusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi diharapkan
memperoleh laba yang tinggi, sehingga kecil kemungkinan perusahaan
mendapatkan opini audit going concern.
Rasio leverage adalah rasio yang mengur sejauh mana aktiva perusahaan
dibiayai dengan hutang. Apabila perusahaan memiliki nilai leverage yang tinggi,
hal ini akan berdampak pada kinerja keuangan yang buruk dan dapat
menimbulkan ketidakpastian akan opini audit going concern.
Prediksi atas kelangsungan usaha suatu perusahaan yang berbentuk perseroan
terbatas tidaklah mudah untuk dilakukan. Sekalipun putusan pailit telah dibacakan
di pengadilan niaga, masih terdapat kemungkinan-kemungkinan lain seperti
peninjauan kembali, kasasi ke Mahkamah Agung dan perdamaian yang
memungkinkan dilakukan untuk menghindari kepailitan. Tidak terdapatnya
prosedur penetapan status going concern yang terstruktur, meskipun sudah ada
panduan yang jelas mengenai pemberian opini going concern, pada kenyataannya
auditor sangat susah dalam memberikan opini going concern.
Berdasarkan uraian di atas, mengingat begitu besar pengaruh yang diberikan
opini audit going concern atas laporan keuangan auditee yaitu hilangnya
6
kepercayaan publik terhadap manajemen perusahaan dalam mengelola bisnisnya,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai opini audit going
concern. Pada kenyataannya masalah going concern adalah masalah yang
kompleks dan terus ada sehingga di perlukan faktor-faktor sebagai tolak ukur
yang pasti dalam menentukan status going concern perusahaan sehingga di
dapatkan kekonsistenan faktor-faktor tersebut harus diuji agar dalam keadaan
fluktuatif status going concern tetap dapat di prediksi. Penelitian ini mengambil
objek penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) yang memenuhi kriteria. Karena perusahaan manufaktur
dianggap paling mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Periodesasi
penelitian ini adalah tahun 2011 sampai dengan 2015. Sehingga peneliti
mengambil judul: Pengaruh Debt Default, Audit Tenure, Rasio Likuiditas,
Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Leverage terhadap Pemberian
Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
Indeks Saham Syariah Indonesia tahun 2011-2015.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pentingnya asumsi going concern terhadap akutansi dan laporan keuangan.
2. Cara auditor memeriksa aspek going concern perusahaan.
3. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemberian opini audit.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini audit
going concern.
5. Dampak pemberian opini audit going concern terhadap perusahaan.
6. Manfaat opini audit going concern bagi investor.
7. Tanggung jawab auditor terhadap opini audit going concern.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan dikarenakan adanya keterbatasan waktu,
tenaga dan teori juga supaya penelitian ini lebih mendalam maka penelitian ini
hanya dibatasi pada faktor-faktor yang mempengaruhi auditor dalam memberikan
opini audit going concern, namun karena banyaknya faktor yang mempengaruhi
pemberian opini audit going concern maka penulis hanya membatasi kepada 6
(enam) variabel, yaitu:, Debt Default, Audit Tenure, Rasio Likuiditas, Rasio
Aktivitas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Leverage. Objek penelitian ini adalah
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Untuk periode yang digunakan adalah periode tahun 2011-2015 dengan data
laporan keuangan auditee.
8
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
diatas maka Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh antara variabel debt default dengan pemberian opini
audit going concern?
2. Bagaimana pengaruh antara variabel audit tenure dengan pemberian opini
audit going concern?
3. Bagaimana pengaruh antara variabel rasio likuiditas dengan pemberian opini
audit going concern?
4. Bagaimana pengaruh antara variabel rasio aktivitas dengan pemberian opini
audit going concern?
5. Bagaimana pengaruh antara variabel rasio profitabilitas dengan pemberian
Opini Audit Going Concern?
6. Bagaimana pengaruh antara variabel rasio leverage dengan pemberian opini
audit going concern?
7. Bagaimana pengaruh debt fefault, audit tenure, rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio leverage secara simultan (bersama-
sama) terhadap pemberian opini audit going concern?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh antara variabel debt default
dengan pemberiaan opini audit going concern
9
2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh antara variabel audit tenure
dengan pemberiaan opini audit going concern
3. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh antara variabel rasio likuiditas
dengan pemberiaan opini audit going concern
4. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh antara variabel rasio aktivitas
dengan pemberiaan opini audit going concern
5. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh antara variabel rasio
profitabilitas dengan pemberiaan opini audit going concern
6. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh antara variabel rasio leverage
dengan pemberiaan opini audit going concern
7. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh debt default, audit tenure, rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio leverage secara
simultan (bersama-sama) terhadap pemberian opini audit going concern
Adapun manfaat yang dapat diberikan dengan adanya penelitian ini yaitu
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia
pendidikan tentang masalah yang berkaitan dengan opini audit going concern.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menambah wawasan
penulis mengenai opini audit going concern, juga sebagai bahan
pertimbangan bagi investor dalam berinvestasi, dan sebagai referensi bagi
peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan opini audit going concern.
10
F. Kerangka Pemikiran Teoritis
Opini audit sangat diperlukan bagi perusahaan sebagai penjelasan atas
keadaan dan kondisi perusahaan. Hal ini membuat pihak auditor dalam
memberikan opininya menjadi lebih berhati-hati, karena sedikit kesalahan dalam
proses audit dapat mengakibatkan terganggunya kelangsungan hidup perusahaan
dan juga bisa mempengaruhi pandangan masyarakat tentang auditor dan
akuntannya.
Dalam SA Seksi 3415 disebutkan bahwa auditor juga bertanggung jawab
untuk menilai mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak
tanggal laporan audit. Oleh karena itu berdasarkan laporan auditor independen,
pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya juga dapat memperoleh
informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Ketika
auditor menerbitkan opini audit mengenai ketidakmampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, keadaan tersebut mengindikasikan
bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Dengan diterbitkannya opini
audit going concern membuat para pengguna laporan keuangan
mempertimbangkan kembali untuk memberikan modalnya di perusahaan tersebut.
Pertimbangan perusahaan untuk menjaga hubungannya dengan pihak
eksternal, membuat manajemen secara terus menerus menjaga kesehatan
keuangan perusahaan. di mulai dari perbaikan kinerja hingga pengelolaan
terhadap hutang. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan
5 Op.cit., SA seksi 341, h.1.
11
sebagai dasar dari penyusunan laporan keuangan. Di saat perusahaan mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka pihak pengguna laporan
keuangan dapat menanamkan modalnya ke dalam perusahaan dengan aman.
Opini audit going concern sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu debt
default, audit tenure, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio
leverage. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah opini audit going concern dan variabel independen dalam penelitian ini
adalah debt default, audit tenure, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas dan rasio leverage.
Adapun Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat disajikan dalam
Gambar berikut:
12
Pengaruh Debt Default, Audit Tenure, Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas,
Rasio Profitabilitas dan Rasio Leverage terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern
Standar Profesional Akuntan Publik 2011
(SA Seksi 341)
1. Debt Default
2. Audit Tenure
3. Rasio Likuidutas
4. Rasio Aktivitas
5. Rasio Profitabilitas
6. Rasio Leverage
Opini Audit
Going Concern
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Indeks
Saham Syariah Indonesia tahun 2011-2015
Metode Analisis: Regresi Logistik
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian
13
G. Sistematika Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini mengacu
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012.
Secara garis besar skripsi ini terdiri dari V (lima) bab dengan beberapa sub bab.
Agar mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut
ini sistematika penulisannya secara lengkap:
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran
teoritis dan sistematika penulisan.
Bab II KAJIAN KEPUSTAKAAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai landasan teori mengenai audit, opini
audit going concern, debt default, audit tenure, rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio leverage yang mendasari penelitian,
lalu pada sub bab selanjutnya di bahas mengenai review studi terdahulu.
Bab III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan variabel penelitian dan definisi operasional dari
variabel yang digunakan dalam penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan.
Bab IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelian, pembahasan dan
analisa terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian sehingga
14
didapat hasil penelitian dan pengujian hipotesis, kemudian dilakukan
pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan kesimpulan.
Bab V PENUTUP
Bab ini berisi penjelasan mengenai kesimpulan dari hasil yang diperoleh
setelah dilakukan penelitian. Kemudian, disajikan keterbatasan serta saran
yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Auditing
Ada beberapa definisi audit yang diberikan oleh beberapa ahli di bidang
akutansi, diantaranya:
Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley dalam
bukunya yang berjudul Auditing: And Assurance Services6, audit di definisikan
sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information
to determine and report on the degreeof correspondence between the informatio
and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person.”
Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang
telah di tetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten,
independen.
Ditinjau dari sudut pandang auditor independen, audit adalah pemeriksaan
secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi dengan
6 Randal J. Elder, Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia),
(Jakarta: Salemba Empat, 2013, Buku 1), h.4.
16
tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
wajar keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.7
Definisi yang lebih umum audit adalah definisi yang diajukan oleh Asosiasi
Akutansi Amerika audit adalah proses sistematik objektif mendapatkan dan
mengevaluasi bukti mengenai pernyataan tentang tindakan dan peristiwa ekonomi
untuk memastikan tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah
di tetapkan dengan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang
membutuhkan.8
Audit dalam praktiknya secara umum melakukan suatu proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan
tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian
antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan9.
a. Jenis-Jenis Audit
Akuntan publik melakukan tiga jenis utama aktivitas audit berikut:
1) Audit Operasional
Mengevaluasi efisensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode
operasi organisasi. Pada akhir audit operasional, manajemen biasanya
mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi.
2) Audit Ketaatan
7 Yusar Sagara dan Fitri Yani Jalil, Auditing (dilengkapi kasus dan pembahasan kasus),
(Jakarta: UIN Jakarta Press, November 2013, Cetakan Pertama), h.16. 8 Loc.cit.
9 Loc.cit.
17
Dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti
prosedur, aturan atau ketentuan tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang
lebih tinggi.
3) Audit Laporan Keuangam
Dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan
sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya kriteria yang berlaku adalah prinsip
akuntansi yang berlaku umum atau Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP)10.
b. Standar Auditing
Standart auditing merupakan salah satu ukuran kualitas pengauditan dalam
arti bahwa audit yang berkualitas apabila pelaksanannya sesuai dengan standar
auditing yang berlaku umum yang ditetapkan oleh organisasi profesi tersebut.
Akuntan publik, sebagai suatu profesi untuk memenuhi fungsi auditing tunduk
kepada suatu Kode Etik Profesi dan dalam melaksanakan tugasnya untuk
mengaudit laporan keuangan harus mendasarkan diri pada Standar Auditing.
Di indonesia standar audit yang digunakan saat ini adalah Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang
merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia.
SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut
Akuntan Publik Indonesia (DSAP IAPI)11
.
10
Op.cit., Alvin A. Arens, h.16-18. 11
Op.cit., Yusar Sagara, h.9.
18
Pedoman paling luas yang tersedia adalah 10 standar audit yang berlaku
umum yang disusun oleh IAPI dan dikembangkan oleh DSPAP. Standart-standart
tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu12
:
1) Standart Umum
Standart umum menekankan pada pentingnya kualitas pribadi yang harus
dimiliki auditor.
a) Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan
memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.
b) Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua
hal yang berhubungan dengan audit.
c) Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melaksanakan audit
dan menyusun laporan.
2) Standart pekerjaan Lapangan
Standar pekerjaan lapangan menyangkut pengumpulan bukti dan aktivitas
lain selama pelaksanaan audit yang sebenarnya.
a) Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi
semua asisten sebagaimana mestinya.
b) Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta
lingkungan, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji
yang signifikan dalam laporan keuangan karena kesalahan atau kecurangan,
dan untuk merancang sifat, waktu, serta luas prosedur audit selanjutnya.
12
Opcit., A.Arens, h.42.
19
c) Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan
prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat
yang menyangkut laporan keuangan yang diaudit.
3) Standart Pelaporan
a) Auditor harus menyatakan dalam laporan auditor apakah laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP).
b) Auditor harus mengidentifikasikan dalam laporan auditor mengenai keadaan
dimana prinsip-prinsip tersebut tidak secara konsisten diikuti selama periode
berjalan jika dikaitkan dengan periode sebelumnya.
c) Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan yang informatif belum
memadai, maka auditor harus menyatakannya dalam laporan auditor.
d) Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan, secara
keseluruhan, atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan,
dalam laporan auditor. Jika tidak dapat menyatakan satu pendapat secara
keseluruhan, maka auditor harus menyatakan alasan-alasan yang
mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua kasus, jika nama seorang
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka auditor itu harus dengan
jelas menunjukkan sifat pekerjaan auditor, jika ada, serta tingkat tanggung
jawab yang dipikul auditor, dalam laporan auditor.
c. Opini Audit
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga
auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas
20
laporan keuangan yang diauditnya. Arens, James, Amir Abadi mengemukakan
bahwa opini audit terdiri dari 5 jenis, antara lain pendapat wajar tanpa
pengecualian (Unqualified Opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan
bahasa penjelas (Unqualified Opinion with Explanatory Language), pendapat
wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion), pendapat tidak wajar (Adverse
Opinion), tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)13
.
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Pendapat wajar
tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus
kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Ada lima kondisi yang dapat mendukung dikeluarkannya pendapat
audit wajar tanpa pengecualian, yaitu:
a. Semua laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, saldo laba dan
arus kas sudah tercantum di dalam laporan keuangan.
b. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
c. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah
melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya
untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah
dipenuhi.
d. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Ini berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah
disertakan dalam catatan kaki dan bagian-bagian laporan keuangan.
13
William C. Boynton, et all, Modern Auditing, (Alih Bahasa: Rajoe, P.A, Gania G,
Budi I.S), (Jakarta: Erlangga, 2003, Edisi ketujuh, Jilid I), h.78-79.
21
e. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan
atau modifikasi kata-kata dalam laporan.
2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas (modified
unqualified opinion). Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor
menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan yang lain)
dalam laporan auditnya. Ada enam keadaan tertentu yang mungkin
mengharuskan penambahan suatu paragraf penjelas dalam laporan audit,
yaitu:
a) Pendapat auditor sebagian besar didasarkan atas laporan auditor
independen lain.
b) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyimpang karena
keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan
menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI.
Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa masa yang
akan datang, yang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal
laporan audit.
c) Terdapat keraguan yang besar tentang kemampuan suatu usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
d) Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan materiil dalam
penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penetapannya.Keadaan
tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan
komparatif.
22
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Pendapat wajar
dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha,
dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan
yang dikecualikan. Ada dua keadaan dimana auditor mengeluarkan pendapat
wajar dengan pengecualian, yaitu:
a) Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap
lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak
dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia
berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
b) Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia,
yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan
pendapat tidak wajar.
4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion). Pendapat tidak wajar menyatakan
bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum di Indonesia. Pendapat tidak wajar hanya diberikan jika
auditor merasa yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan yang disajikan
memuat salah saji yang material atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan
secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berterima umum. Pendapat tidak wajar hanya dibuat
23
jika auditor telah memiliki bukti yang cukup melalui penyidikan yang
memadai tentang ketidaksesuaian tersebut. Pendapat tidak wajar sangat jarang
diberikan.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer). Pernyataan tidak
memberikan pendapat menyatakah bahwa auditor tidak menyatakan pendapat
atas laporan keuangan. Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat
dilakukan jika auditor tidak berhasil meyakinkan dirinya sendiri bahwa
keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pernyataan tidak
memberikan pendapat timbul karena banyak pembatasan lingkup audit atau
hubungan yang tidak independen antara auditor dengan klien menurut kode
etik profesional.
2. Going Concern
Going Concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan
adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan
dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Going concern dipakai sebagai asumsi
dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang
menunjukkan hal berlawanan14
. Keraguan yang besar tentang kemampuan satuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern)
merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan
(atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditnya.
14
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati, Auditing: Konsep Dasar dan Pemeriksaan
Akutansi Publik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.70.
24
Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari
pelaporan keuangan. Adalah tanggung jawab utama direktur untuk menentukan
kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern
dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar
going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai
dalam laporan keuangan.
Menurut Altman dan McGough masalah going concern terbagi dua, yaitu
masalah keuangan yang meliputi kekurangan defisiensi likuiditas, defisiensi
ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi
yang meliputi kerugian operasi yang terus menerus, prospek pendapatan yang
meragukan, kemampuan operasi terancam dan pengendalian yang lemah atas
operasi. Audit report dengan modifikasi mengenai going concern
mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak
dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi,
kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran
hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang15.
3. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern merupakan opini audit dengan paragraf penjelasan
mengenai pertimbangan auditor bahwa terdapat ketidakmampuan atau
ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan
operasinya pada masa mendatang. Dalam suatu audit, biasanya perusahaan
diasumsikan sebagai perusahaan yang berkelanjutan (going concern) yang akan
15
Lenard, et all. An Analysis of Fuzzy Clustering and a Hybrid Model for Auditor’s
Going Concern. 1998, h. 51 .
25
terus ada. Meskipun demikian, auditor mempunyai tanggung jawab untuk
mengevaluasi apakah dalam kenyataannya perusahaan tersebut mempunyai
kemampuan untuk terus melanjutkan usaha selama periode waktu layak, yaitu
tidak melebihi satu tahun sesudah tanggal laporan keuangan yang telah di audit.
Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu
indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko bahwa perusahaan tidak
dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut
melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari
operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
membayar hutang, dan kebutuhan likuidasi dimasa yang akan datang.
SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak
kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
terhadap opini auditor sebagai berikut16
:
a. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan satuan
usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas, ia harus:
1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan
untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.
2) Menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif
dilaksanakan.
b. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi
dan peristiwa terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
16
Marisi P. Purba, Asumsi Going Concern: suatu tinjauan terhadap dampak krisis
keuangan atas opini audit dan laporan keuangan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, Edisi
pertama), h.68.
26
kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan
pernyataan tidak memberikan pendapat.
c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang harus
dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan efektivitas rencana tersebut:
1) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor
menyatakan tidak memberi pendapat.
2) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien
mengungkapakn dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
3) Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien tidak
mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor memberikan
pendapat tidak wajar.
Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan auditor mampu memberikan opini
audit yang sesuai dengan kondisi perusahaan yang sedang diauditnya mengenai going
concern. Juga sebagai bentuk keseragaman antara para auditor dalam alasannya
memberikan opini going concern terhadap sebuah perusahaan. Pedoman tersebut
dapat divisualisasikan seperti bagan berikut ini:
27
Sumber: IAI, 2001
Bagaimanapun juga tidak ada panduan yang jelas atas hasil penelitian yang
dapat dijadikan pemilihan tipe going concern report yang harus dipilih. Karena
PEDOMAN PERNYATAAN PENDAPAT GOING CONCERN
Apakah ada kondisi atau peristiwa
yang berdampak terhadap
kelangsungan hidup entitas
SA Seksi 508
(PSA No. 29)
Tidak
Ya
Apakah auditor
sangsi dengan
kelangsungan hidup
entitas?
Ya Apakah ada
rencana
manajemen?
Tidak
Memberikan
Pendapat
Tidak
Apakah rencana
manajemen dapat
dilaksanakan?
Apakah cukup
pengungkapan?
Ya
Ya
Tidak
Memberikan
Pendapat
Pendapat Wajar
dengan
Pengecualian
atau Pendapat
Tidak Wajar
Tidak
Ya
Pendapat Wajar tanpa
Pengecualian dengan
Paragraf Penjelas
berkaitan dengan
Kelangsungan Hidup
Entitas atau Penekanan
atas suatu hal (Empasis
of a Master)
Pendapat Wajar
Tanpa
Pengecualian
Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern
28
pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah. Jika auditor
menyimpulkan keragu-raguan atas kemampuan perusahaan untuk melanjutkan
usahanya, pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas perlu
dibuat, terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. PSA 30
membolehkan tetapi tidak menganjurkan pernyataan tidak memberikan pendapat
kerena adanya kesangsian atas kelangsungan hidup.
a. Manfaat Informasi Going Concern
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut
ini:
1) Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa
yang akan diberikan pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan
memonitor pinjaman yang ada.
2) Investor saham dan obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya
akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau
tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.
3) Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan lebih awal supaya tidakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan
lebih awal.
4) Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu
usaha karena akuntan akan melihat kemampuan going concern suatu
perusahaan.
29
5) Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan ini lebih awal, maka
tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan, misal dengan melakukan
merger atau restruksi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
4. Debt Default
Chen dan Church mendefinisikan debt default sebagai kegagalan debitor
(perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan atau bunganya pada waktu jatuh
tempo. Chen and Church17
(1992) menyelidiki kegunaan status default pada
kewajiban hutang dalam mengidentifikasi perusahaan yang mendapatkan opini
audit going concern. Sebuah hubungan yang kuat di temukan antara variabel debt
defautl dengan penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa auditor harus mempertimbangkan status default dalam
membuat keputusan opini audit going concern. Perilaku ini sesuai dengan SAS
No 59. Dengan demikian auditor tampaknya harus mengikuti pedoman yang di
tetapkan dalam standar profesional akutansi ketika menilai kemampuan
perusahaan dalam melangsungkan usahanya18
.
Penyebab defaultnya suatu hutang disebabkan oleh adanya persetujuan
perjanjian hutang yang dilanggar, perusahaan dalam proses negoisasi restrukturasi
hutang yang jatuh tempo dan kurangnya likuiditas perusahaan untuk membayar
pokok dan bunganya pada saat jatuh tempo. Hal ini dikarenakan lemahnya
manajemen modal kerja perusahaan dan tidak tercapainya target penjualan yang
17
Chen dan Church, Default on Debt Obligation and the Issuance of Going Concern
Opinion. Auditing: A Journal of Practice and Theory (Fall), h.2 18
Michael Maingot dan Daniel Zeghal, An Examination of the Audit Opinion and
Financial Measures of a Sampel of Bankrupt Companies Under SAS No. 59 and Their
Present Status, University of Ottawa, Canada, h.2.
30
diharapkan sehingga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas
memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi kondisi keuangan perusahaan
dimana sebagian dari kas akan dianggarkan sebagai dana pelunasan hutang.
Kelangsungan operasi perusahaan akan terganggu jika perusahaan yang
mempunyai utang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena aliran kas
perusahaan dialokasikan untuk menutup utang sehingga operasi perusahaan
terhambat.
a. Pengaruh Debt Default terhadap Opini Audit Going Concern
Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor
dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi
kewajiban hutangnya (default). Dapat dikatakan bahwa status hutang perusahaan
merupakan faktor pertama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur
kesehatan keuangan perusahaan. Status default dapat meningkatkan kemungkinan
auditor mengeluarkan laporan going concern.
5. Audit Tenure
Gheiger dan Raghunandan menyatakan tenure adalah lamanya hubungan
auditor klien diukur dengan jumlah tahun. Ketika auditor memiliki jangka waktu
hubungan yang lama dengan kliennya, hal ini akan mendorong pemahaman yang
lebih atas kondisi keuangan klien dan oleh karena itu mereka akan dapat
mendeteksi masalah going concern. Dalam sudut pandang kedua, menjaga
hubungan dengan kantor akuntan publik yang sama untuk jangka waktu yang
lama dianggap lebih ekonomis untuk klien. Dalam laporan yang dikeluarkan oleh
Bagian Praktek Securities of Exchange Commission (SEC) Komite Eksekutif
31
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) 1992 dinyatakan
beberapa argumen yang dibuat tentang audit tenure. Argumen ini menyatakan
bahwa dalam jangka panjang hubungan antara auditor dan perusahaan klien akan
menyebabkan masalah berikut:
a. Auditor mempunyai hubungan yang semakin dekat dengan manajemen klien
yang menyebabkan auditor kehilangan skeptisme profesional.
b. Auditor mungkin menganggap pengujian yang dilakukan sebagai
pengulangan dari perikatan sebelumnya sehingga auditor merasa mengetahui
lebih dulu hasil dari pengujian tersebut. Hal ini menyebabkan auditor kurang
mampu mengevaluasi perubahan penting dalam kondisi klien.
c. Auditor mungkin berkeinginan untuk menyelesaikan masalah perusahaan
klien dalam rangka mempertahankan hubungan baik dengan klien, memenuhi
keinginan klien mungkin menjadi prioritas auditor dibandingkan dengan
mengikuti standar profesional19
.
Pemerintah telah mengatur tentang jangka waktu perikatan audit dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor:17/PMK.01/2008. Peraturan ini menjelaskan
bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entintas
dilakukan olek KAP paling lama untuk 6 tahun buku berturut-turut dan oleh
seorang Akuntan Publik paling untuk 3 tahun buku berturut-turut. Akuntan publik
dapat menerima kembali penugasan audit untuk klien setelah 1 tahun buku tidak
memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut.
19
Op.cit.A.Alvin.,h.46
32
a. Pengaruh Audit Tenure terhadap Opini Audit Going Concern
Adanya hubungan antara auditor dengan kliennya dalam waktu yang lama
dikhawatirkan akan membuat auditor kehilangan independensinya. Karena antara
auditor dengan klien sudah terikat hubungan yang nyaman dan saling
menguntungkan sehingga kualitas audit menjadi rendah. Hilangnya independensi
auditor dapat dilihat dari kesulitan auditor dalam memberikan opini going concern
untuk kliennya.
6. Rasio Likuiditas
Fred Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang)
jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu
untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Dengan
kata lain rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo,
baik kewajiban kepada pihak luar maupun di dalam perusahaan. dengan demikian
dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) saat ditagih20
.
Rasio likuiditas atau sering disebut juga rasio modal kerja merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. caranya
adalah dengan membandingkan komponen di neraca, yaitu total aktiva lancar,
dengan total passiva lancar. Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode
sehingga terlihat perkembangan likuiditas. Terdapat dua hasil penilaian terhadap
20
Dr. Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012,
h.130.
33
pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi
kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, sebaliknya
apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan
perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan
dalam keadaan illikuid21
.
Sutu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila
mampu22
:
a. Memenuhi kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya; yaitu pada waktu di
tagih. (kewajiban keuangan pada pihak extern)
b. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban
keuangan pada pihak intern)
c. Membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan
d. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan
1) Rasio lancar (current ratio)
Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja
suatu perusahaan adalah current ratio, yaitu perbandingan antara jumlah aktiva
lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar
(yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek.
Current ratio ini menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang-hutang tersebut. Perusahaan dengan current ratio rendah dapat dikatakan
bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar hutang, tetapi perusahaan
dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya
21
Ibid., 22
Drs. S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, ( Yogyakarta: Liberty, 2004), h.72.
34
hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi aktiva
lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi
dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat
perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam
persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit
untuk ditagih23
.
Rumus untuk mencari rasio lancar atau current rasio dapat yang digunakan
sebagai berikut.
2) Pengaruh Rasio Likuiditas dengan Opini Audit Going Concern
Masalah likuiditas sesungguhnya merupakan masalah yang sangat penting
dan dapat mengancam kelangsungan hidup suatu entintas. Ketidakmampuan
perusahaan membayar para kreditur pada tanggal jatuh tempo utang dan rasio
keuangan utama (likuiditas) yang buruk adalah salah satu indikator keuangan
yang dapat menimbulkan keraguan besar menganai asumsi kesinambungan
usaha24
.
7. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)
23
Op.cit.,Drs. Munawir, h.72. 24
M. Theodorus Tuanakotta, Audit berbasis ISA, (Jakarta: Salemba Empat, 2013),
h.223.
35
pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di
bidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya.
Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas
akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola aset
yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya25
.
Dari hasil pengukuran ini, akan diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan
aktivitas perusahaan sehingga manajemen dapat mengukur kinerja mereka selama
ini. sehingga dapat diprediksi mampu atau tidaknya perusahaan mencapai target
yang ditentukan. Apabila tidak mampu, managemen harus mencari penyebabnya
dan kemudian dilakukan upaya perbaikan dan apabila sudah mencapai target
dapat dipertahankan atau ditingkatkan pada periode berikutnya26
.
1) Total Asset Turn Over
Total asset turn over merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan
dalam operasi terhadap jumlah penjualan yang diperoleh selama periode tersebut.
Rasio ini mengukur sebrapa jauh aktiva ini telah dipergunakan di dalam kegiatan
perusahaan27
dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
rupiah aktiva28
. Rasio total asset turn over yang tinggi menunjukkan management
yang efektif tetapi dapat juga disebabkan aktiva perusahaan yang sudah tua dan
25
Op.cit, Dr. Kasmir, h.172. 26
Ibid., 27
Op.cit., Drs. Munawir., h.88. 28
Op.cit, Dr. Kasmir, h.185.
36
sudah habis disusut, jadi total asset turn over tinggi karena keadaan perusahaan29
.
Rumus mencari total asset turn over adalah sebagai berikut.
2) Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Opini Audit Going Concern
Menurut Weston dan Copeland (1992) bahwa harus ada keseimbangan antara
penjualan dengan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan piutang, aktiva tetap dan
aktiva lain. Rasio aktivitas yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan benar-
benar dapat melakukan kegiatan operasi utamanya, sehingga mempercepat proses
perolehan laba dengan demikian diharapkan kelangsungan usahanya dapat
dipertahankan.
8. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
menajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi perusahaan. Hasil pengukuran rasio profitabilitas tersebut
dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah
bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah
ditentukan, mereka dikatakan telah berhasil mencapai target untuk satu periode
atau beberapa periode. Narnun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai
target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk
37
periode ke depan. Kegagalan ini harus di selidiki dimana letak kesalahan dan
kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang30
.
1) Hasil Pengembalian Investasi (Return on Investment/ROI)
Analisa return of investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah yang digunakan dalam perusahaan, dalam analisa keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu tekhnik analisa keuangan
yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROI ini sudah merupakan
teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi usaha. ROI itu sendiri adalah salah satu
bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva
yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan31
.
Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula
sebaliknya32
. Rumus untuk mencari Return on Investment dapat digunakan
sebagai berikut.
2) Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Opini Audit Going Concern
Ketika perusahaan mempunyai profitabilitas (diproksi dengan ROI) yang
tinggi diharapkan dapat memperoleh laba yang tinggi, sehingga kemungkinan
kecil bagi perusahaan untuk memperoleh opini going concern.
30
Op.cit, Dr. Kasmir, h.196. 31
Op.cit., Drs Munawir., h.89. 32
Op.cit, Dr. Kasmir, h.201.
38
9. Rasio Leverage
Leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi)33
.
1) Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
perusahaan. dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang. Rasio ini juga memberikan
petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan34
. Rumus
untuk mencari debt to equity ratio :
2) Pengaruh Rasio Leverage terhadap Opini Audit Going Concern
Bagi investor semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan
karena semakin besar risiko atas kegagalan yang mungkim terjadi di perusahaan.
Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan perusahaan memiliki rasio
33
Op.cit, Dr. Kasmir, 151. 34
Op.cit, Dr. Kasmir, h.157.
39
leverage yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan.
semakin tinggi rasio leverage semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan
yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup
perusahaan. hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini
audit going concern.
40
B. Review Studi Terdahulu
Penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang menjadi pertimbangan auditor
dalam penerimaan opini audit going concern oleh perusahaan di rangkum dalam
tabal di bawah ini :
No Peneliti Substansi Perbedaan dengan
penulis
1. Angie Cyntia
Wati (Skripsi
Fakultas
Syariah dan
Hukum UIN
Sunan
Kalijaga)
Skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui faktor -faktor
yang mempengaruhi
penerimaan opini audit
going concern pada perusa
haan yang masuk Jakarta
Islamic Index. Variabel
penelitian yang digunakan
adalah variabel
independen: rasio
likuiditas, rasio
profitabilitas, rasio
leverage, opini audit tahun
sebelumnya dan opinion
shopping. Sedangkan
variabel dependen nya
adalah
opini audit going concern.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa opini
audit tahun sebelumnya
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit
going concern. Sedangkan
rasio likuiditas,
profitabilitas, leverage dan
opinion shopping tidak
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit
going concern.
Persamaan:
Variabel rasio likuiditas,
rasio profitabilitas, dan
rasio leverage.
Menggunakan analisis
regresi logistik.
Perbedaan:
Obyek penelitian yaitu
perusahaan yang terdaftar
di Jakarta Islamic Index,
variabel opini audit tahun
sebelumnya dan opinion
shopping
41
2. Junaidi dan
Jogiyanto
Hartono
(Simposium
Nasional
Akutansi XIII
Purwokerto
2010)
Skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui faktor non
keuangan yang
mempengaruhi opini audit
going concern. Variabel
penelitian yang digunakan
adalah variabel
independen: reputasi
auditor, tenure, disclosure
dan ukuran perusahaan.
variabel dependen: opini
audit going concern. Hasil
penelitian adalah 3
Variabel non keuangan
yang diuji adalah
signifikan (tenure,
reputation, dan disclosure)
dan 1 variabel non
keuangan tidak signifikan
(ukuran perusahaan).
Persamaan:
Variabel tenure.
Menggunakan analisis
regresi logistik
Perbedaan:
Obyek penelitian yaitu
perusahaan yang terdaftar
di BEI dan variabel
reputasi auditor, disclosure
dan ukuran perusahaan.
3. Yuli Yati
(Skripsi
Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis, UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta, 2011)
Skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh debt
default, opinion shopping,
kondisi keuangan
perusahaan dan opini audit
tahun sebelumnya
terhadap Penerimaan opini
audit going concern.
Dengan hasil penelitian
debt default, kondisi
keuangan perusahaan dan
opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh
signifikan terhadap
pemberian opini audit
going concern, sedangkan
opinion shopping tidak
berpengaruh signifikan
terhadap pemberian opini
audit going concern. Dan
Persamaan:
Variabel debt default dan
menggunakan analisis
regresi logistik
Perbedaan:
Tahun pengamatan yang
digunakan tahun 2005-
2009, variabel kondisi
keuangan perusahaan,
opinion shopping, opini
audit tahun sebelumnya
dan objek penelitian yaitu
perusahaan manufaktur di
BEI
42
menggunakan Variabel
Independen: debt default,
opinion shopping
kondisi keuangan
perusahaan, dan opini
audit tahun sebelumnya,
Variabel Dependen: opini
audit going concern
4. Suriani
Ginting dan
Linda Suryana
(Jurnal Wira
Ekonomi
Mikroskil,
2014)
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi
opini audit going concern
pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Dengan
menggunakan variabel
independen: ukuran
perusahaan, kondisi
keuangan, pertumbuhan
perusahaan dan
reputasi Asuditor. Dan
variabel Dependen: opini
audit going concern. Hasil
penelitian menunjukkan
ukuran perusahaan,
kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan
dan reputasi auditor
berpengaruh terhadap
opini audit going concern,
sedangkan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh.
Persamaan:
Teknik analisis regresi
logistik.
Perbedaan:
Variabel reputasi auditor,
ukuran perusahaan,
kondisi keuangan,
pertumbuhan perusahaan
dan objek penelitian yaitu
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI.
5. Alfaizatul
Ulya
(Accounting
Analysis
Journal,
Universitas
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis Opini
Audit Going Concern
berdasarkan faktor
keuangan dan non
keuangan. Dengan
Persamaan:
Variabel model debt
default, audit client tenure.
Model analisis Regresi
Logistik.
Perbedaan:
43
Negeri
Semarang,
2012)
menggunakan variabel
independen: kesulitan
keuangan, debt default,
opini audit tahun
sebelumnya, reputasi
auditor dan auditor client
tenure dan variabel
dependen: opini going
concern. Dengan hasil
penelitian debt default dan
opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh
positif terhadap
kemungkinan penerimaan
opini audit going concern.
Sebaliknya variabel
kesulitan keuangan,
reputasi auditor dan
auditor client tenure tidak
berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit
going concern.
Variabel reputasi auditor,
kesulitan keuangan, opini
audit tahun sebelumnya
dan objek penelitian
adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar
di BEI.
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih.
Hubungannya bisa simetris, kausal atau interaktif. Penelitian ini bertujuan
menguji pengaruh variabel independen yaitu debt default, audit tenure, rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio leverage terhadap variabel
dependen yaitu opini audit going concern.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
adalah penelitian yang berkenaan dengan data kuantitatif berupa angka yang dapat
digunakanan dengan operasi matematika. Penelitian ini menggunaan jenis data
panel dengan data laporan keuangan tahunan auditee di mulai dari tahun 2011-
2015.
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Fokus penelitian pada laporan keuangan tahunan yang sudah di audit
2. Objek yang di teliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) selama periode 2011-2015
3. Periode yang diteliti dari tahun 2011-2015
4. Variabel Dependen adalah opini audit going concern
5. Variabel Independen adalah debt default, audit tenure, rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio leverage.
45
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita
buat inferensi35
. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari
obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Sampel
Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya36
.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di indeks saham syariah indonesia (ISSI) mulai tahun 2011 sampai tahun
2015 yang berjumlah 100 perusahaan. Penelitian ini hanya menggunakan
perusahaan-perusahaan manufaktur untuk menjaga homogenitas data. Dalam
penelitian ini, teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan
metode purposive sampling dalam hal ini lebih khusus pada penggunaan metode
judgment sampling. Judgment sampling merupakan tipe pemilihan sampel secara
tidak acak yang informasinya di peroleh dengan menggunakan pertimbangan
tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian37.
Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
35 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 271. 36 Op.cit., Moh. Nazir, h. 273. 37
Nur Indirtoro dan Bambang Supomo, Metode Penelitian Bisnis untuk Akutansi &
Manajemen (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002, Edisi Pertama, Cetakan Pertama),
h.131.
46
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di indeks saham syariah indonesia
(ISSI) selama periode 2011-2015
b. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen per
31 Desember 2011-2015
c. Perusahaan tidak delisting atau keluar dari indeks saham syariah indonesia
(ISSI) selama periode pengamatan
d. Perusahaan menggunakan mata uang rupiah dalam penyusunan laporan
keuangan
Perusahaan dalam industri manufaktur yang digunakan dalam penelitian ini
mencakup beberapa kelompok industri berdasarkan klasifikasi indutrsi dari ISSI.
Beberapa kelompok industri yang termasuk dalam jenis industri manufaktur
antara lain: industri dasar dan kimia, aneka industri dan industri barang konsumsi.
Setelah di seleksi dengan kriteria yang telah ditentukan, di peroleh 25
perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini seperti pada tabel di bawah ini:
No Emiten Nama Perusahaan
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk.
2 ALDO Alkindo Naratama Tbk
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk.
4 ASII Astra International Tbk.
5 AUTO Astra Otoparts Tbk.
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.
7 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
8 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
9 CTBN Citra Tubindo Tbk.
10 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk.
11 EKAD Ekadharma International Tbk.
12 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
13 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
14 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk.
15 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk.
16 INAF Indofarma (Persero) Tbk.
47
17 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
18 KBLI KMI Wire and Cable Tbk.
19 KICI Kedaung Indah Can Tbk.
20 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk.
21 PBRX Pan Brothers Tbk.
22 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
23 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
24 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk.
25 VOKS Voksel Electric Tbk. Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Sampel
Sumber: www.idx.co.id
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua
cara, yaitu Penelitian Pustaka dan Penelitian Lapangan. Penelitian Pustaka di
peroleh melalui buku, jurnal, tesis, internet dan perangkat lain yang terkait dengan
judul penelitian. Penelitian Lapangan menggunakan jenis data sekunder yang
bersumber dari laporan keuangan auditee perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Indeks Saham Syariah Indonesia tahun 2011-2015 yang di publikasikan pada
website BEI www.idx.co.id .
D. Metode Analisis Data
Pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi untuk menguji
hipotesis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat analisis
regresi logistik (logistic regression) dengan bantuan Eviews versi 8.0, karena
variabel bebasnya merupakan kombinasi antara variable metric dan non
parametric (nominal).
Regresi logistik merupakan salah satu model statistika yang dapat di gunakan
untuk menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen
48
dengan variabel dependen bertipe kategorik atau kualitatif. Model regresi logistik
dalam penelitian ini adalah logit di dasari oleh Liniar Probability Model (LPM)38
.
Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data
pada variable bebasnya39
asumsi normal distribution tidak dapat dipenuhi karena
variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinyu (metric) dan
kategorial (non-metrik), dan mengabaikan uji heteroskedastisitas yang artinya
variabel dependen tidak memerlukam homoskedastisitas untuk masing-masing
variabel independennya40
.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi logistik karena variabel
terikat yang berskala dikotomi. Skala dikotomi yang dimaksud adalah skala data
nominal dengan dua kategori, yaitu kategori 1 untuk perusahaan dengan opini
audit going concern dan 0 untuk perusahaan dengan opini audit non going
concern.
1. Regresi Logistik
Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah
probabilitas terjadinya variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel lainnya41
.
Regresi logistik merupakan salah satu model statistika yang dapat digunakan
untuk menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen
dengan variabe dependen bertipe kategorik atau kualitatif. Banyaknya kategori
38
Dr. rer. nat. Dedi Rosadi, M.sc, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan,
(Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2012), h.101. 39
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21,
(Semarang: Universitas Diponegoro, 2013, Edisi 7), h.333. 40
Damodar Gujarati, Ekonomtrika Dasar, (Jakarta: Erlangga, 2003), h.597. 41
Op.cit, Imam Ghazali, h.71
49
dari variabel dependen dapat terdiri atas dua kemungkinan. Tujuan utama analisis
ini adalah:
a. Memprediksi probabilitasnya terjadinya event atau tidak terjadinya event
(terjadinya non-event) berdasarkan nilai-nilai prediktor yang ada. Event
merupakan status variabel respons yang menjadi pokok perhatian.
b. Mengklasifikasikan subjek penelitian berdasarkan ambang nilai (threshold)
probabilitas.
Model regresi logistik diantaranya adalah model logit dan probil. Model logit
didasari oleh Linear Probability Model (LPM)42
.
2. Tahapan Regresi Logistik
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik adalah
statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian. Adapun penjelasannya
diuraikan dalam paragraf dibawah43
.
a. Statistik Deskriptif
Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data
yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians dan range
statistik44
. Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses
transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan
diinterpretasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan
data dalam bentuk tabel dan grafik. Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh
peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian
42
Dedi Rosadi, Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan, (Yogyakarta: CV Andi
Offset, 2012), h. 101 43
Op.cit., Imam Ghozali,h.346. 44
Op.cit., Imam Ghozali,h.19.
50
yang utama45
. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi
yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi
rata-rata dari sampel. Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai
minimum dan maksimum dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat
gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan berhasil
memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian.
b. Analisis Inferensial
Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pada
penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan model regresi logistik biner.
1) Menilai Keseluruhan Model (overall model fit)
Menilai keseluruhan model (overall model fit) dilakukan untuk menentukan
jika variabel independen ditambahkan ke dalam model apakah secara signifikan
memperbaiki model fit. Pengujian ini dilakukan dengan menganalisis Likelihood
Ratio (LR) statistic, untuk melihat bagaimana variabel independen yang terdiri
dari debt default, audit tenure, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas
dan rasio leverage terhadap variabel dependen yaitu opini audit going concern.
Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
Ha : Model yang di hipotesiskan tidak fit dengan data
Berdasarkan hipotesis ini, maka Ho harus ditolak agar model fit dengan data.
45
Ikhsan Arfan, Metode Penelitian Akutansi Keperilakuan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2008), h. 198.
51
2) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
pada model logit ditunjukkan dengan nilai McFadden R Square. Nilai McFadden
R Square digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel dependen yang
dapat di jelaskan oleh variabel independen. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variabel dependen.46
3) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan. Tabel klasifikasi
menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect).47
4) Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel
independen. Indikasi Multikolinieritas48
:
a) Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak signifikan.
b) Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila
koefisiennya rendah, maka tidak terdapat multikolinieritas.
c) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi jenis ini dapat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara dua (atau lebih) variabel independen yang
secara bersama-sama mempengaruhi satu variabel independen yang lain. Jika
46
Op.cit., Imam Ghozali, h. 341. 47
Op.cit., Imam Ghozali, h. 270. 48
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika, (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2015), h. 5.1.
52
nilai Fhitung > Fkritis pada α dan derajat kebebasan tertentu, maka model kita
mengandung unsur multikolinieritas.
Cara mendeteksi multikolinieritas49
:
a) Apabila memperoleh R2 yang tinggi (> 0,7) dalam model, tetapi sedikit sekali
atau bahkan tidak satupun parameter regresi yang signifikan jika di uji secara
individual dengan menggunakan statistik uji t.
b) Apabila memperoleh koefisien korelasi sederhana yang tinggi di antara
sepasang–sepasang variabel penjelas. Tingginya koefisien korelasi
merupakan syarat yang cukup untuk terjadinya multikolinieritas. Akan tetapi,
koefisien yang rendah pun belum dapat dikatakan terbebas dari
multikolinieritas sehingga koefisien korelasi parsial maupun korelasi serentak
diantara semua variabel penjelas perlu dilihat lagi.
c) Apabila dalam model regresi memperoleh tanda koefisien regresi dengan
tanda yang berbeda dengan koefisien korelasi.
d) Nilai indeks kondisi
e) Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Facrtor (VIF)
Jika dua atau lebih variabel independen dalam model regresi memiliki
hubungan linear yang erat, maka model regresi ini tergejala oleh kondisi
multikolinearitas. Korelasi linear antara variabel independen sangat kuat jika nilai
korelasi antara variabel independen ini (rXiXj) lebih kuat dari hubungan variabel
independen dengan variabel dependen (rXiYi).
49
Setiawan dan Dwi Endah Kusrini. Ekonometrika. (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h. 92.
53
5) Pengujian Hipotesis Penelitian
Untuk menguji keterkaitan antara variabel yang ada dalam hipotesis, maka
digunakan analisis regresi logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya
merupakan kombinasi antara metrik dan non metrik (nominal) untuk menguji
pengaruh debt default, audit tenure, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas dan rasio leverage terhadap variabel dependen yaitu opini audit
going concern. Uji regresi logistik digunakan karena pada pengujian ini variabel
terikatnya merupakan data kualitatif yang menggunakan varaiabel dummy50
.
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan regresi logistik adalah
sebagai berikut:
a) Jika hasil signifikansinya < 0,05 maka Ha diterima
b) Jika hasil signifikansinya > 0,05 maka Ha di tolak
Model yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e
6) Model Regresi yang terbentuk
Penelitian dengan regresi logistik ini digunakan untuk melihat pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hubungan fluktuasi opini
audit going concern dan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya dapat
diformulasikan sebagai berikut:
OpiniGC = b + b1 Debt Default + b2 Tenure + b3 Likuiditas + b4 Aktivitas + b5
Profitabilitas + b6 Leverage + e
Dengan :
50
Gunawan Sumodiningrat, Ekonometrika Pengantar, (Yogyakarta: BPFE, 2001), h.
359.
54
b = konstanta model regresi
β1- β6 = koefisien regresi
OpiniGC = opini audit going concern
Debt Default = debt default
Tenure = audit tenure
Likuiditas = rasio likuiditas
Aktivitas = rasio aktivitas
Profitabilitas = rasio profitabilitas
Leverage = rasio leverage
e = komponen error
3. Variabel Penelitian
a. Opini Audit Going Concern
Opini audit going concern, yaitu merupakan opini audit modifikasi yang
dilakukan oleh auditor akan ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas
kelangsungan hidup perusahaan. Variabel opini going concern merupakan
variabel dummy, yaitu variabel yang bersifat kategorial atau dikotomi51
dimana
kategori 1 untuk perusahaan dengan opini audit going concern dan 0 untuk
perusahaan dengan opini audit non going concern.
b. Debt Default
Debt default atau kegagalan membayar hutang didefinisikan sebagai kelalaian
atau kegagalan perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada
saat jatuh tempo (Chen dan Church 1992). Dalam variabel ini menggunakan
51
Ibid., h.49.
55
variabel dummy (1 = status debt default, 0 = tidak debt default) untuk
menunjukkan apakah perusahaan dalam keadaan default atau tidak.
c. Audit Tenure
Gheiger dan Ragunandhan (2002) menjelaskan tenure adalah hubungan
auditor dan klien diukur dengan jumlah tahun. Semakin lama hubungan antara
auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan menerima
opini going concern. Variabel audit tenure dalam penelitian ini menggunakan
skala interval sesuai dengan lama hubungan KAP dengan perusahaan. Audit
tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun dimana KAP yang sama telah
melakukan perikatan audit terhadap auditee. Tahun pertama perikatan dimulai
dengan angka 1 dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya52.
d. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Dalam hal ini rasio likuiditas diproksikan dengan rasio lancar. Rumus untuk
mencari rasio lancar atau current rasio dapat yang digunakan sebagai berikut:
e. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)
52
Knechel, W. Robert dan Ann Vanstraelen, “ The Relationship Between Auditor
Tenure and Audit Quality Implied by Going Concern Opinions”, Auditing A Journal of
Practice and Theory Vo. 26, No.1 (2007), h.113.
56
pemanfaatan sumber daya perusahaan. Dalam hal ini rasio aktivitas diproksikan
dengan rasio total asset turn over. Rumus untuk mencari total asset turn over
dapat yang digunakan sebagai berikut:
f. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
menajemen suatu perusahaan. Dalam hal ini rasio profitabilitas diproksikan
dengan rasio return of investment. Rumus untuk mencari return of investment
dapat yang digunakan sebagai berikut:
g. Rasio Leverage
Leverage ratio (rasio leverage) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dalam hal ini rasio leverage diproksikan dengan rasio debt to equity ratio. Rumus
untuk mencari debt to equity ratio dapat yang digunakan sebagai berikut:
E. Hipotesis Penelitian
Penyusunan Hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan variabel-variabel
independennya terdiri dari:
57
X1 : Debt Default
X2 : Audit Tenure
X3 : Rasio Likuiditas
X4 : Rasio Aktivitas
X5 : Rasio Profitabilitas
X6 : Rasio Leverage
Variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel dependen, yaitu:
Y : Opini Audit Going Concern, Sehingga hipotesis yang diajukan adalah :
1. Variabel Debt Default (X1)
Ho : 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel debt default
dengan pemberian opini audit going concern.
Ha ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel debt default dengan
pemberian opini audit going concern.
2. Variabel Audit Tenure (X2)
Ho : 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel audit tenure
dengan pemberian opini audit going concern.
Ha ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel audit tenure dengan
pemberian opini audit going concern.
3. Variabel Rasio Likuiditas (X3)
Ho : 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel rasio likuiditas
dengan pemberian opini audit going concern.
Ha ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel rasio likuiditas
dengan pemberian opini audit going concern.
58
4. Variabel Rasio Aktivitas (X4)
Ho : 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel rasio aktivitas
dengan pemberian opini audit going concern.
Ha ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel rasio aktivitas dengan
pemberian opini audit going concern.
5. Variabel Rasio Profitabilitas (X5)
Ho : 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel rasio
profitabilitas dengan pemberian opini audit going concern.
Ha ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel rasio profitabilitas
dengan pemberian opini audit going concern.
6. Variabel Rasio Leverage (X6)
Ho : 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel rasio leverage
dengan pemberian opini audit going concern.
Ha ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel rasio leverage dengan
pemberian opini audit going concern.
7. Secara bersama-sama
Ho : 0, tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, X3, X4,
X5, X6, terhadap variabel Y
Ha ≠ 0, ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6
terhadap variabel Y
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan penerbit saham
syariah atau perusahaan yang sahamnya terdaftar dalam daftar efek syariah (DES).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam indeks
saham syariah indonesia (ISSI) periode tahun 2011-2015.
ISSI merupakan indeks saham yang mencerminkan keseluruhan saham
syariah yang tercatat di BEI. Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham syariah
tercatat di BEI dan terdaftar dalam daftar efek syariah (DES). Konstituen ISSI
direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan November) dan dipublikasikan pada awal
bulan berikutnya. Konstituen ISSI juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham
syariah yang baru tercatat atau dihapuskan dari DES. Metode perhitungan indeks
ISSI menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang
digunakan dalam perhitungan ISSI adalah awal penerbitan DES yaitu Desember
2007. ISSI diluncurkan pada tanggal 12 Mei 201153
.
B. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum
dan minimum54
. Standar deviasi menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai
yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Semakin besar nilai
53
Diakses dari www.idx.co.id pada tanggal 17 Agustus 2016 pukul 18.33 54
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013), h.19.
60
standar deviasi maka akan semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari
yang diharapkan. (Gujarati 2007)
Hitungan yang digunakan oleh Eviews untuk menampilkan angka-angka di
atas adalah sebagai berikut55
:
1. Mean adalah rata-rata data, diperoleh dengan menjumlahlan selurih data dan
membaginya dengan cacah data
2. Median adalah nilai tengah (atau rata-rata dua nilai tengah bila datanya
genap) bila datanya diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar. Median
merupakan ukuran tengah yang tidak mudah terpengaruh oleh outlier,
terutama bila dibanding dengan mean.
3. Max dan Min adalah nilai paling besar dan nilai paling kecil dari data.
4. Std. Dev. (standart deviation) adalah ukuran dispersi atau penyebaran data.
5. Skewness adalah ukuran asimetri distribusi data di sekitar mean.
6. Kurtosis mengukur ketinggian suatu distribusi.
7. Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan kurtosis.
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di indeks
saham syariah indonesia (ISSI) sebagai sampel penelitian. Berdasarkan kriteria
sampel dan prosedur sampling yang telah dilakukan di peroleh 25 perusahaan
dengan 125 sampel dalam tahun pengamatan 2011-2015.
No Emiten Nama Perusahaan
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk.
2 ALDO Alkindo Naratama Tbk
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk.
55
Wing Wahyu Winarno, Analisa Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews,
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, Juni 2015, Edisi Keempat), h.3.9-3.10.
61
4 ASII Astra International Tbk.
5 AUTO Astra Otoparts Tbk.
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.
7 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
8 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
9 CTBN Citra Tubindo Tbk.
10 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk.
11 EKAD Ekadharma International Tbk.
12 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
13 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
14 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk.
15 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk.
16 INAF Indofarma (Persero) Tbk.
17 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
18 KBLI KMI Wire and Cable Tbk.
19 KICI Kedaung Indah Can Tbk.
20 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk.
21 PBRX Pan Brothers Tbk.
22 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
23 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
24 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk.
25 VOKS Voksel Electric Tbk. Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan
tahunan auditee. Berikut hasil pengujian statistik deskriptif:
OPINIGC
DEBT
DEFAULT TENURE LIKUIDITAS AKTIVITAS
PROFITA-
BILITAS LEVERAGE
Mean 0.072000 0.096000 2.672000 2.337360 1.140872 0.083039 0.829607
Median 0.000000 0.000000 3.000000 1.865362 1.064350 0.074240 0.679415
Maximum 1.000000 1.000000 5.000000 7.904009 2.882739 0.279170 4.718044
Minimum 0.000000 0.000000 1.000000 0.095021 0.171545 1.96E-05 0.063384
Std. Dev. 0.259528 0.295777 1.418632 1.439731 0.461112 0.059834 0.672669
Skewness 3.311567 2.742784 0.286356 1.664603 0.776145 0.750554 3.253509
Kurtosis 11.96648 8.522861 1.768210 6.148117 4.178678 3.391396 18.30356
Jarque-Bera 647.2061 315.5908 9.610967 109.3451 19.78585 12.53392 1440.314
Probability 0.000000 0.000000 0.008185 0.000000 0.000051 0.001898 0.000000
Sum 9.000000 12.00000 334.0000 292.1700 142.6091 10.37985 103.7009
Sum Sq. Dev. 8.352000 10.84800 249.5520 257.0305 26.36546 0.443934 56.10804
Observations 125 125 125 125 125 125 125
Tabel 4.2 Tabel Statistik Deskriptif
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat di jelaskan sebagai berikut:
62
1. Nilai rata-rata opini audit going concern sebesar 0,072000 yang lebih kecil
dari 0,50 menunjukkan bahwa opini audit dengan kode 1, yaitu opini audit
going concern lebih sedikit muncul dari 125 perusahaan sampel yang diteliti.
Dari 125 sampel hanya 9 perusahaan sampel yang menerima opini audit
going concern dan 116 perusahaan sampel menerima opini audit non going
concern. Standar deviasi variabel ini adalah 0,259528.
2. Nilai rata-rata debt default sebesar 0,096000 yang lebih kecil dari 0,50 hal ini
menunjukkan bahwa debt default dengan kode 1, yaitu perusahaan dengan
status debt default sedikit muncul dari 125 perusahaan sampel. Dari 125
perusahaan sampel hanya 12 perusahaan sampel yang mendapatkan status
debt default dan 113 perusahaan mendapatkan status tidak debt default.
Standar deviasi variabel ini adalah 0,295777.
3. Nilai rata-rata audit tenure sebesar 2,672000 dengan nilai minimum 1 dan
nilai maksimum 5. Nilai rata-rata sebesar 2,672000 menunjukkan bahwa
perusahaan sampel memiliki rata-rata perikatan dengan KAP selama 2,7
tahun. Nilai maksimum sebesar 5 menunjukkan bahwa ada perusahaan
sampel yang diaudit oleh KAP yang sama selama 5 tahun. Standar deviasi
variabel ini adalah 1,18632.
4. Nilai rata-rata rasio likuditas yang diproksikan dengan current rasio sebesar
2,337360 hal ini menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan sampel secara
rata-rata baik. Angka rata-rata rasio likuiditas tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan sampel memiliki aktiva lancar di atas kewajiban lancar sehingga
sampel di harapkan akan mampu untuk menyelesaikan kewajiban jangka
63
pendeknya yang jatuh tempo. Di lihat dari nilai standar deviasinya sebesar
1,439731 hal ini menunjukkan variasi rasio likuiditas perusahaan sampel
tidak besar.
5. Nilai rata-rata rasio aktivitas yang diproksikan dengan total asset turn over
sebesar 1,140872 dengan nilai maksimum 2,882739 dan nilai minimum
0,171545. Nilai rata-rata rasio aktivitas menunjukkan nilai lebih dari 1, hal ini
berarti penjualan lebih besar dari total aktiva sehingga perputaran aktiva
cukup baik dan penggunaan seluruh aktiva cukup efisien. Standar deviasi
variabel ini adalah 0,461112.
6. Nilai rata-rata rasio profitabilitas adalah 0,083039 yang diproksikan dengan
return of investmen, nilai maksimum sebesar 0,279170 dan nilai minimum
1,96E-05. Nilai rata-rata rasio profitabilitas menunjukkan nilai kurang dari 1
hal ini berarti hasil pengembalian investasi lebih kecil dari produktivitas.
Standar deviasi variabel ini adalah 0,059834.
7. Nilai rata-rata rasio leverage adalah 0,829607 yang diproksikan dengan debt
to equity ratio dan nilai maksimum sebesar 4,718044 dan nilai minimum
sebesar 0,063384 nilai rata-rata menunjukkan nilai kurang dari 1, hal ini
berarti total utang lebih besar dari total ekuitas sehinggga semakin tinggi
risiko perusahaan di likuidasi. Standar deviasi variabel ini adalah 0,672669.
C. Analisis Regresi Logistik
1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Menilai keseluruhan model (overall model fit) dilakukan untuk menentukan
jika variabel independen ditambahkan ke dalam model apakah secara signifikan
64
memperbaiki model fit. Pengujian ini dilakukan dengan menganalisis Likelihood
Ratio (LR) statistic, untuk melihat bagaimana variabel independen yang terdiri
dari pengungkapan debt default, audit tenure, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas dan rasio leverage bersama-sama mempengaruhi opini audit going
concern sebagai variabel dependen.
Tabel 4.3 Uji Signifikansi Bersama
LR statistic 41.86618
Prob(LR statistic) 0.000000
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel diatas nilai LR Statistic 41,86618 dengan nilai probabilitas
(LR Statistic) sebesar 0,000000. Hal ini menunjukkan bahwa Ho di tolak dan Ha di
terima (model fit dengan data) karena probabilitas (LR Statistic) lebih kecil dari
nilai alpha (α = 0,05). Variabel debt default, audit tenure, rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio leverage bersama-sama mempunyai
pengaruh signifikan terhadap opini audit going concern, yang ditunjukkan dengan
oleh nilai LR statistic sebesar 41,86618 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000000
lebih kecil dari nilai probabilitas yaitu sebesar 5% atau 0,05 yang berarti secara
statistik model adalah signifikan, dimana mampu untuk memprediksi nilai
observasinya, karena nilai signifikansinya di bawah 0,05 yang berarti model fit
dengan data atau dapat dikatakan bahwa debt default, audit tenure, rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio leverage secara bersama-
sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
65
2. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi R2 menggunakan versi yang disarankan oleh
McFadden, sehingga disebut dengan R2 McFadden atau sering dituliskan R
2McF
56.
Nilai McFadden R Square digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Tabel 4.4 Koefisien Determinasi
McFadden R-squared 0.647127
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel diatas nilai McFadden R Square sebesar 0,647127 yang
menunjukkan kesesuaian atau kecocokan terhadap model karena nilai
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat di tolak dan
berarti model mampu menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen sebesar 64,71% sedangkan sisanya sebesar 35,29% di jelaskan
oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.
3. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi mencerminkakan kekuatan prediksi suatu model regresi
untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going
concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam bentuk presentase.
Tabel 4.5 Hasil Klasifikasi
Dep.Value Count Percent
0 116 92,8
1 9 0,072
Sumber: data diolah
56
Wing Wahyu Winarno, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015), h.6.15.
66
Berdasarkan hasil klasifikasi pada tabel diatas menunjukkan bahwa variabel
dependen yang diukur dengan opini audit going concern, sebanyak 9 perusahaan
yang menerima opini audit going concern, sedangkan sisanya sebesar 116
perusahaan menerima opini audit non going concern dari 125 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di indeks saham syariah indonesia (ISSI).
4. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik adalah regresi dengan tidak adanya gejala korelasi
yang kuat di antara variabel bebasnya. Pengujian multikolinearitas dalam regresi
logistik menggunakan matriks korelasi antarvariabel bebas untuk melihat
besarnya korelasi antarvariabel bebas.
Tabel 4.6 Matriks Korelasi
DEBT
DEFAULT TENURE LIKUIDITAS AKTIVITAS PROFITA-BILITAS LEVERAGE
DEBTDEFAULT 1.000000 -0.231865 0.051563 -0.017061 0.060071 0.046841
TENURE -0.231865 1.000000 0.030031 -0.177685 -0.253965 -0.099593
LIKUIDITAS 0.051563 0.030031 1.000000 0.109846 0.071712 -0.450854
AKTIVITAS -0.017061 -0.177685 0.109846 1.000000 0.103556 -0.141066
PROFITABILITAS 0.060071 -0.253965 0.071712 0.103556 1.000000 -0.073291
LEVERAGE 0.046841 -0.099593 -0.450854 -0.141066 -0.073291 1.000000
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolineritas dalam model regresi ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien
korelasi antar variabel bebas tidak lebih besar dari 0,8. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas yang serius
antarvariabel bebas tersebut.
Tabel di atas menunjukkan korelasi antara variabel independennya. Hasil
dari matriks korelasi ini tidak menunjukkan gejala multikolinearitas yang serius
antara variabel yang diuji, sebagaimana dapat diamati, korelasi terbesar terjadi
67
antara variabel likuiditas dengan variabel Aktivitas yaitu sebesar 0,109846.
Namun angka korelasi tersebut masih lebih kecil dari 0,80 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi yang kuat atau multikol di antara
variabel independen. Korelasi antar variabel yang menunjukkan angka negatif (-)
menunjukkan bahwa terjadi korelasi tidak langsung atau korelasi negatif.
5. Model Regresi Logistik yang terbentuk dan Pengujian Hipotesis
Model regresi logistik yang dibentuk dengan melihat pada nilai estimasi
parameter dalam representation yang dilakukan berdasarkan pengolahan data
dengan eviews versi 8.0. Model regresi yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi
parameter dalam representation adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Uji Model Regresi Logit
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C -4.681149 2.301084 -2.034323 0.0419
DEBTDEFAULT 4.968290 1.850847 2.684333 0.0073
TENURE -0.797780 0.576384 -1.384111 0.1663
LIKUIDITAS 0.388021 0.415499 0.933868 0.3504
LOGAKTIVITAS -11.49764 4.473509 -2.570162 0.0102
LOGPROFITABILITAS -0.277823 1.059068 -0.262328 0.7931
LOGLEVERAGE 5.814601 2.739575 2.122446 0.0338
Sumber: data diolah
OpiniGC = 4,681149 + 4,968290debtdefault – 0,797780tenure + 0,388021likuiditas –
11,49764logaktivitas – 0,277823logprofitabilitas + 5,814601logleverage + ε
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat
signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (α) = 5% (0,05). Berdasarkan tabel
diatas dapat di interpretasikan sebagai berikut:
a. Pengujian hipotesis pertama (H1)
Hipotesis menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara variabel debt
default dengan pemberian opini audit going concern. Hasil pengujian
68
menunjukkan variabel debt default memiliki koefisien positif sebesar
4,968290 dengan tingkat signifikasi 0,0073 yang lebih kecil dari α (5%) atau
(0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel debt
default berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern
atau dengan kata lain H1 diterima.
b. Pengujian hipotesis kedua (H2)
Hipotesis menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara variabel audit
tenure dengan pemberian opini audit going concern. Hasil pengujian
menunjukkan variabel audit tenure memiliki koefisien negatif sebesar -
0,797780 dengan tingkat signifikasi 0,166 yang lebih besar dari α (5%) atau
(0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel audit
tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going
concern atau dengan kata lain H2 ditolak.
c. Pengujian hipotesis ketiga (H3)
Hipotesis menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara variabel rasio
likuiditas dengan pemberian opini audit going concern. Hasil pengujian
menunjukkan variabel rasio likuiditas memiliki koefisien positif sebesar
0,388021 dengan tingkat signifikasi 0,3504 yang lebih besar dari α (5%) atau
(0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel rasio
likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going
concern atau dengan kata lain H3 ditolak.
d. Pengujian hipotesis keempat (H4)
69
Hipotesis menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara variabel rasio
aktivitas dengan pemberian opini audit going concern. Hasil pengujian
menunjukkan variabel rasio aktivitas memiliki koefisien negatif sebesar -
11,49764 dengan tingkat signifikasi 0,0102 yang lebih kecil dari α (5%) atau
(0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel rasio
aktivitas berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going
concern atau dengan kata lain H4 diterima.
e. Pengujian hipotesis kelima (H5)
Hipotesis menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara variabel rasio
profitabilitas dengan pemberian opini audit going concern. Hasil pengujian
menunjukkan variabel rasio profitabilitas memiliki koefisien negatif sebesar -
0,277823 dengan tingkat signifikasi 0,7931 yang lebih besar dari α (5%) atau
(0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel rasio
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit
going concern atau dengan kata lain H5 ditolak.
f. Pengujian hipotesis keenam (H6)
Hipotesis menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara variabel rasio
leverage dengan pemberian opini audit going concern. Hasil pengujian
menunjukkan variabel rasio leverage memiliki koefisien positif sebesar
5,814601 dengan tingkat signifikasi 0,0338 yang lebih kecil dari α (5%) atau
(0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel rasio
leverage berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going
concern atau dengan kata lain H6 diterima.
70
D. Interpretasi Hasil Penelitian
Dari hasil uji model regresi logit di peroleh hasil bahwa variabel debt default,
rasio aktivitas dan rasio leverage berpengaruh signifikan terhadap pemberian
opini audit going concern secara parsial. Sedangkan variabel audit tenure, rasio
likuiditas dan rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian
opini audit going concern secara parsial.
1. Pengaruh Debt Default terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern
Variabel debt default berpengaruh signifikan terhadap opini audit going
concern karena mempunyai nilai signifikansinya sebesar 0,0073 < 0,05. Dapat
dikatakan bahwa status hutang perusahaan merupakan faktor pertama yang akan
diperiksa oleh auditor untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan. Debt
default atau kegagalan dalam membayar hutang pada saat jatuh tempo dapat
disebabkan oleh rugi operasi yang terus menerus, defisiensi dalam ekuitas,
labilnya kurs mata uang asing. Ketika jumlah hutang perusahaan sudah sangat
besar, maka aliran kas perusahaan tentunya banyak dialokasikan untuk menutupi
hutang tersebut, sehingga akan mengganggu kelangsungan operasi perusahaan.
Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi, maka kreditor akan memberikan status
default. Auditor dalam memberikan opini audit going concern akan
mempertimbangkan status default seperti yang tercamtum dalam PSA 30. Hal ini
sesuai dengan penelitian (Praptitorini dan Januarti 2011) serta (Randy dan Wahyu
2015) yang menyatakan bahwa debt default berpengaruh signifikan dengan
penerimaan opini audit going concern.
2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern
71
Variabel audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini
audit going concern, hal ini di karenakan nilai signifikansinya sebesar 0,1663 >
0,05 hal ini menunjukkan bahwa lamanya perikatan yang dilakukan oleh auditor
dan auditee tidak akan mengurangi kemungkinan penerimaan opini audit going
concern. Auditor dapat tetap menjaga independensinya dan tidak takut kehilangan
kontrak serta fee dari client bila mengeluarkan opini audit going concern. Hasil ini
sesuai dengan penelitian (M.Fahmi 2015) dan (Alfaizatul 2012) bahwa audit
tenure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.g
3. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Pemberian Opini Audit Going
Concern
Variabel likuiditas tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going
concern, karena nilai signifikansinya sebesar 0,3504 > 0,05. Kondisi ini terjadi
karena likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan current ratio, yaitu
perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Pada perusahaan
manufaktur biasanya memiliki hutang jangka panjang berupa hutang aktiva tetap
berupa mesin, kendaraan yang tinggi sedangkan hutang dagangnya tidak terlalu
tinggi dan perusahaan dapat mengajukan kredit dengan menjaminkan asetnya
kepada bank guna memenuhi likuiditasnya. Di lain pihak perusahaan yang
memiliki likuiditas rendah, perusahaan belum tentu memperoleh opini audit going
concern karena perusahaan yang memiliki likuiditas rendah akan semakin
dipantau kemampuan pihak manajemennya dalam melanjutkan usaha oleh
debtholder dan regulator karena berisiko tinggi. Dengan monitoring tersebut,
perusahaan akan berusaha menyelesaikln kesuiitan keuangannya. Sehingga rasio
72
likuiditas tidak menjadi acuan dan pertimbangan yang utama bagi auditor dalam
memberikan opini audit going concern. Hasil ini sesuai dengan penelitian
(Ariffandita dan Sudarno 2012) serta (Rafflesia 2015) yang menyatakan rasio
likuiditas tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern.
4. Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Pemberian Opini Audit Going
Concern
Variabel rasio aktivitas yang diproksikan dengan total asset turn over
berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern, karena nilai
signifikansinya sebesar 0,0102 < 0,05. Rasio aktivitas yang tinggi mencerminkan
bahwa perusahaan dapat melakukan kegiatan operasional nya dengan baik,
sehingga akan mempercepat perolehan laba untuk perusahaan dan kelangsungan
usaha perusahaan akan terjaga. Penlitian ini tidak sesuai dengan penelitian
(Wulandari 2014) bahwa rasio aktivititas tidak berpengaruh terhadap pemberian
opini audit going concern.
5. Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Pemberian Opini Audit Going
Concern
Variabel rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return of investment
mempunyai nilai signifikansi 0,7931 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa rasio
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Rasio
profitabilitas tidak dapat digunakan sebagai pengukuran untuk menentukan
apakah perusahaan mendapatkan opini audit dengan paragraf going concern atau
tidak. Meningkatnya laba usaha tidak diimbangi dengan menurunnya hutang
perusahaan. Jika perusahaan ingin melakukan produksi yang lebih banyak,
73
perusahaan juga akan memerlukan dana yang lebih besar, dimana perusahaan
akan mendapatkannya melalui hutang perusahaan. Jadi bila perusahaan tidak
dapat melunasi hutang tersebut, perusahaan juga tetap akan bisa mendapatkan
opini audit dengan paragraf going concern. Hal ini sesuai sengan penelitian
(Januarti dan Fitrianasari 2008) serta (Adelina 2015) bahwa rasio profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
6. Pengaruh Rasio Leverage terhadap Pemberian Opini Audit Going
Concern
Variabel rasio leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio
berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern, karena nilai
signifikansinya sebesar 0,0338 < 0,05. Semakin besar leverage, semakin besar
kemungkinan perusahaan mendapatkan opini audit going concern. Rasio leverage
yang tinggi menunjukan beban yang besar sehingga perusahaan lebih
memfokuskan penggunaan modalnya untuk membayar kewajiban dari pada untuk
mendanai operasi perusahaannya. Hal ini menyebabkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba akan berkurang sehingga dapat mengancam
kelangsungan hidup perusahaan. Rasio leverage yang tinggi juga menunjukkan
semakin kecil aktiva perusahaan yang didanai oleh pemilik sehingga risiko
perusahaan juga semakin besar. Hal ini menimbulkan kesangsian auditor akan
kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya. Hasil ini sesuai dengan
penelitian (Putri 2011) serta (Feri dan Bambang 2015) yang menyatakan bahwa
rasio leverage berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going
concern.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel Debt Default,
Audit Tenure, Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas dan Rasio
Leverage. Penelitian ini menggunakan 25 sampel perusahaan manufaktur yang
terdaftar di indeks saham syariah indonesia tahun 2011-2015. Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan yang telah dilakukan menggunakan regresi logistik
biner, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel debt default dengan koefisien positif 4,968290 berpengaruh
signifikan terhadap pemberian opini audit going concern karena mempunyai
nilai signifikansiya sebesar 0,0073 < 0,05. Auditor dalam memberikan opini
audit going concern akan mempertimbangkan status default seperti yang
tercamtum dalam PSA 30. Hal ini sesuai dengan penelitian (Praptitorini dan
Januarti 2011) serta (Randy dan Wahyu 2015) yang menyatakan bahwa debt
default berpengaruh signifikan dengan penerimaan opini audit going concern.
2. Variabel audit tenure dengan koefisien negatif -0,797780 tidak berpengaruh
signifikan terhadap opini audit going concern hal ini di karenakan nilai
signifikansinya sebesar 0,1663 > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa lamanya
perikatan yang dilakukan oleh auditor dan client tidak akan mengurangi
kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hasil ini sesuai dengan
penelitian (M.Fahmi 2015) dan (Alfaizatul 2012) bahwa audit tenure tidak
berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
75
3. Variabel rasio likuiditas yang diproksikan dengan current ratio memiliki
koefisien positif 0,388021 tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian
opini audit going concern, karena nilai signifikansinya sebesar 0,3504 > 0,05.
Perusahaan yang memiliki likuiditas rendah, perusahaan belum tentu
memperoleh opini audit going concern karena perusahaan yang memiliki
likuiditas rendah akan semakin dipantau kemampuan pihak manajemennya.
Dengan monitoring tersebut, perusahaan akan berusaha menyelesaikan
kesulitan keuangannya, sehingga rasio likuiditas tidak menjadi acuan dan
pertimbangan yang utama bagi auditor dalam memberikan opini audit going
concern. Hasil ini sesuai dengan penelitian (Ariffandita dan Sudarno 2012)
serta (Rafflesia 2015) yang menyatakan rasio likuiditas tidak berpengaruh
terhadap pemberian opini audit going concern.
4. Variabel rasio aktivitas yang diproksikan dengan total aset turn over
memiliki koefisien negatif -11,49764 berpengaruh signifikan terhadap
pemberian opini audit going concern, karena nilai signifikansinya sebesar
0,0102 < 0,05. Rasio aktivitas yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan
dapat melakukan kegiatan operasional nya dengan baik, sehingga akan
mempercepat perolehan laba untuk perusahaan dan kelangsungan usaha
perusahaan akan terjaga. Penlitian ini tidak sesuai dengan penelitian
(Wulandari 2014) bahwa rasio aktivititas tidak berpengaruh terhadap
pemberian opini audit going concern.
5. Variabel rasio profitabilitas yang diproksikan dengan return on investment
memiliki koefisien negatif -0,277823 tidak berpengaruh signifikan terhadap
76
pemberian opini audit going concern, karena nilai signifikansinya sebesar
0,7931 > 0.05. Rasio profitabilitas tidak dapat digunakan sebagai pengukuran
untuk menentukan apakah perusahaan mendapatkan opini audit dengan
paragraf going concern atau tidak. Jika perusahaan ingin melakukan produksi
yang lebih banyak, perusahaan juga akan memerlukan dana yang lebih besar,
dimana perusahaan akan mendapatkannya melalui hutang perusahaan. Jadi
bila perusahaan tidak dapat melunasi hutang tersebut, perusahaan juga tetap
akan bisa mendapatkan opini audit dengan paragraf going concern. Hal ini
sesuai dengan penelitian (Januarti dan Fitrianasari 2008) serta (Adelina 2015)
bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern.
6. Rasio Leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio memiliki
koefisien positif 5,814601 berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini
audit going concern, karena nilai signifikansi rasio leverage 0,0338 < 0,05.
Rasio leverage yang tinggi akan menyebabkan perusahaan lebih
memfokuskan penggunaan modalnya untuk membayar kewajiban dari pada
untuk mendanai operasi perusahaannya. Hal ini menyebabkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba akan berkurang sehingga dapat
mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Hasil ini sesuai dengan
penelitian (Putri 2011) serta (Feri dan Bambang 2015) yang menyatakan
bahwa rasio leverage berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit
going concern.
77
7. Variabel debt default, audit tenure, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas dan rasio leverage bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan terhadap opini audit going concern, yang ditunjukkan dengan oleh
nilai LR statistic sebesar 41,86618 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000000
lebih kecil dari nilai probabilitas yaitu sebesar 5% atau 0,05.
B. Implikasi
Model teoritis yang diuji dan dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi bagi pemahaman kita tentang faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi opini audit going concern, yaitu debt default, audit tenure,
rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio leverage. Hasil
implikasi ini memiliki beberapa pengetahuan penting bagi perusahaan yang
diaudit, investor dan bagi auditor.
Pada kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa
berdasarkan hasil statistik variabel debt default, rasio aktivitas dan rasio leverage
berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Tetapi
variabel audit tenure, rasio likuiditas dan rasio profitabilitas tiak berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Status default yang diperoleh sebuah perusahaan adalah hal utama yang
dipertimbangkan auditor dalam memberikan opini audit going concern, hal ini
tercantum dalam PSAK 30. Status default diberikan apabila perusahaan tidak
mampu membayar hutang yang akan berdampak pada minimnya kas perusahaan
dan akan berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan.
78
Audit tenure tidak menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini
audit going concern hal ini di karenakan auditor tidak akan kehilangan
indepensinya walaupun client sudah lama menggunakan KAP tersebut. Sehingga
opini audit going concern akan tetap diberikan apabila auditor meragukan
kelangsungan hidup perusahaan client.
Rasio likuiditas tidak menjadi pertimbangan dalam pemberian opini audit
going concern. Karena biasanya pada perusahaan manufaktur memiliki hutang
jangka panjang berupa aktiva tetap, perusahaan dapat mengajukan kredit dengan
menjaminkan asetnya kepada bank untuk memenuhi likuiditasnya dan menjaga
kelangsungan hidup perusahaannya.
Rasio aktivitas menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit
going concern, karena rasio aktivitas yang tinggi mencerminkan bahwa
perusahaan dapat melakukan kegiatan operasional dengan baik, sehingga
mempunyai perolehan laba dan menjaga kelangsungan hidup perusahaannya.
Rasio profitabilitas tidak menjadi pertimbangan pemberian opini audit going
concern. Karena jika perusahaan ingin melakukan produksi lebih banyak, maka
dana yang dibutuhkan juga lebih besar, dimana perusahaan akan mendapatkan
dananya melalui hutang. Jadi bilang hutang tersebut tidak dapat dilunasi
perusahaan tetap akan mendapat opini audit going concern.
Rasio leverage menjadi pertimbangan pemberian opini audit going concern.
Rasio leverage yang tinggi akan menyebabkan perusahaan lebih memfokuskan
penggunaan modalnya untuk membayar kewajiban dari pada untuk mendanai
operasi perusahaannya. Hal ini menyebabkan kemampuan perusahaan untuk
79
menghasilkan laba akan berkurang sehingga dapat mengancam kelangsungan
hidup perusahaan.
C. Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Adapun keterbatasan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Sampel dalam penelitian ini hanya terfokus pada perusahaan manufaktur
sehingga jumlah sampel terbatas dan penelitian tidak dapat diperluas untuk
semua sektor perusahaan
2. Periode penelitian hanya lima tahun, yaitu tahun 2011 hingga 2015
3. Variabel yang mewakil rasio keuangan hanya terbatas pada rasio likuiditas,
aktivitas dan profitabilitas yang masing-masing hanya diwakili dengan satu
rasio.
D. Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian dengan
menambahkan jumlah sampel pada sektor industri, seperti pada sektor
industri jasa, sektor industri transportasi, sektor industri telekomunikasi, dsb.
Sehingga akan dapat menghasilkan penelitian dengan cakupan yang lebih
luas.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan mempeluas sumber penelitian, tidak hanya
bersumber dari data sekunder saja, tetapi juga menggunakan data primer
dengan menyebarkan kuesioner ke perusahaan-perusahaan atau auditor atau
bahkan wawncara dengan karyawan, agar data yang diperoleh lebih luas
80
sehingga analisis dan pembahasan serta hasil penelitian yang diperoleh lebih
valid dan akurat.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas tahun atau periode
pengamatan, atau bahkan mempersempit penelitian atau membandingkan
ketika keadaan normal dan pada saat dimana keadaan tidak normal seperti
contohnya dalam keadaan krisis.
4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel independen lain
atau menggunakan rasio lain yang ada pada rasio keuangan sehingga bisa
mendapatkan keberagaman dari hasil penelitian yang diperoleh.
5. Peneliti selanjutnya diharapkan tidak mengambil judul penelitian yang tidak
terkait dengan konsentrasi jurusan perkuliahan yang di ambil.
81
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin. dkk. Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Integrasi (Alih
Bahasa: Herman Wibowo). Jakarta: Erlangga, 2006. Jilid 1. Edisi
Keduabelas.
Arfan, Ikhsan. Metode Penelitian Akutansi Keperilakuan. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008.
Belkaoui dan Ahmed Riahi. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Buku 1. Edisi kelima.
Boynton, William C, et all. Modern Auditing. (Alih Bahasa: Rajoe, P.A, Gania G,
Budi I.S). Jakarta: Erlangga, 2003. Edisi ketujuh. Jilid I.
Dr. Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
E.K Venuti. “The Going Concern Assumption Revisited Assesing a Company‟s
Future”. The CPA Journal 74 (5), 2007.
Elder, Randal J. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi
Indonesia). Jakarta: Salemba Empat, 2013. Buku 1.
Gallagher, dkk. Financial Management: Principles and Practice Fourth Edition.
USA: Freeload Press, 2007.
Geiger, M.K Raghunandan, et all. “Going Concern Audit Report Recipients
Before and After SAS no. 59”. National Public Accountant, 1998.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2013. Edisi 7.
Hartono, Jogiyanto dan Junaidi. “Faktor Non Keuangan pada Opini Going
Concern”. Simposium Nasional Akutansi XIII. Purwokerto, 2010
Ikatan Akutansi Indonesia (IAI), SA Seksi 341, 2001.
Indirtoro, Nur dan Bambang, Supomo. Metode Penelitian Bisnis untuk Akutansi &
Manajemen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama.
Januarti, Indira. “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor,
Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern”. Simposium Nasional Akutansi 12 Palembang. November, 2009.
Juanda, Bambang dan Junaidi, Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi.
Bogor: IPB Press, 2012.
Kartika, Andi. “Pengaruh Kondisi Keuangan dan Non Keuangan terhadap
Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur di BEI.
82
Dinamika Akutansi, Keuangan dan Perbankan”. ISSN 1979-4878. Vol 1. No
1.
Knechel, W. Robert dan Ann, Vanstraelen, “ The Relationship Between Auditor
Tenure and Audit Quality Implied by Going Concern Opinions”, Auditing A
Journal of Practice and Theory Vol, 26. No, 1. 2007.
Lenard, et all. “An Analysis of Fuzzy Clustering and a Hybrid Model for
Auditor‟s Going Concern”. 1998.
Maingot, Michael dan Daniel Zeghal. An Examination of the Audit Opinion and
Financial Measures of a Sampel of Bankrupt Companies Under SAS No. 59
and Their Present Status. University of Ottawa. Canada.
Munawir. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberti.Yogyakarta, 2004.
Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Ustman. Ekonometrika. Jakarta:
Lembaga enerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006.
Praptitorini, Mirna Dyah dan Indira, Januarti, “Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default, dan Opinion Shopping terhadap Penerimaan Opini Going
Concern”. Jurnal Akutansi dan Keuangan Indonesia Volume 8 No 1. Juli,
2007.
Gudono, Teori Organisasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2012. Edisi Kedua.
Purba, Marisi P. Asumsi Going Concern: suatu tinjauan terhadap dampak krisis
keuangan atas opini audit dan laporan keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009. Edisi pertama.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Buku 1. Edisi kelima.
Rusdin. Pasar Modal. Bandung: Alfabeta, 2008. cetakan kedua.
Rosadi, Dedi. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan. Yogyakarta: CV.
Andi Offset, 2012.
Sagara, Yusar dan Fitri Yani Jalil. Auditing (dilengkapi kasus dan pembahasan
kasus). Jakarta: UIN Jakarta Press, November 2013. Cetakan Pertama.
Santosa, Singgih. Statistik Parametrik: Konsep Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
Elex Media, 2010.
Sari, Nia dan Ratna Wardani. Pengolahan dan Analisis Data Statistika dengan
SPSS. Yogyakarta: Deepublish, Oktober 2015. Edisi 1.
Setyarno, Eko Budi, dkk. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan
Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya”. Simposium Nasional
Akutansi 9 Padang. Agustus, 2006.
83
Suliyanto, Ekonometrika Terapan - Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:
ANDI. 2011)
Tuanakotta, M. Theodorus. Audit berbasi ISA. Jakarta: Penerbit Salemba Empat,
2013.
Uwi. “Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen”. di akses pada tanggal 25 Maret
2016 pukul 17.29 dari https://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-
enron-dan-kap-arthur-andersen/.
Winarno, Wing Wahyu. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2015. Edisi Keempat.
www.idx.co.id
84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Sampel
No Emiten Nama Perusahaan
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk.
2 ALDO Alkindo Naratama Tbk
3 ARNA Arwana Citramulia Tbk.
4 ASII Astra International Tbk.
5 AUTO Astra Otoparts Tbk.
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk.
7 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
8 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
9 CTBN Citra Tubindo Tbk.
10 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk.
11 EKAD Ekadharma International Tbk.
12 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk.
13 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
14 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk.
15 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk.
16 INAF Indofarma (Persero) Tbk.
17 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
18 KBLI KMI Wire and Cable Tbk.
19 KICI Kedaung Indah Can Tbk.
20 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk.
21 PBRX Pan Brothers Tbk.
22 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk.
23 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk.
24 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk.
25 VOKS Voksel Electric Tbk.
Hasil Output Eviews
Tabel Statistik Deskriptif
OPINIGC
DEBT
DEFAULT TENURE LIKUIDITAS AKTIVITAS
PROFITA-
BILITAS LEVERAGE
Mean 0.072000 0.096000 2.672000 2.337360 1.140872 0.083039 0.829607
Median 0.000000 0.000000 3.000000 1.865362 1.064350 0.074240 0.679415
Maximum 1.000000 1.000000 5.000000 7.904009 2.882739 0.279170 4.718044
Minimum 0.000000 0.000000 1.000000 0.095021 0.171545 1.96E-05 0.063384
Std. Dev. 0.259528 0.295777 1.418632 1.439731 0.461112 0.059834 0.672669
Skewness 3.311567 2.742784 0.286356 1.664603 0.776145 0.750554 3.253509
Kurtosis 11.96648 8.522861 1.768210 6.148117 4.178678 3.391396 18.30356
Jarque-Bera 647.2061 315.5908 9.610967 109.3451 19.78585 12.53392 1440.314
85
Probability 0.000000 0.000000 0.008185 0.000000 0.000051 0.001898 0.000000
Sum 9.000000 12.00000 334.0000 292.1700 142.6091 10.37985 103.7009
Sum Sq. Dev. 8.352000 10.84800 249.5520 257.0305 26.36546 0.443934 56.10804
Observations 125 125 125 125 125 125 125
Uji Multikolinearitas
DEBT
DEFAULT TENURE LIKUIDITAS AKTIVITAS PROFITA-BILITAS LEVERAGE
DEBTDEFAULT 1.000000 -0.231865 0.051563 -0.017061 0.060071 0.046841
TENURE -0.231865 1.000000 0.030031 -0.177685 -0.253965 -0.099593
LIKUIDITAS 0.051563 0.030031 1.000000 0.109846 0.071712 -0.450854
AKTIVITAS -0.017061 -0.177685 0.109846 1.000000 0.103556 -0.141066
PROFITABILITAS 0.060071 -0.253965 0.071712 0.103556 1.000000 -0.073291
LEVERAGE 0.046841 -0.099593 -0.450854 -0.141066 -0.073291 1.000000
Model Regresi
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.
C -4.681149 2.301084 -2.034323 0.0419
DEBTDEFAULT 4.968290 1.850847 2.684333 0.0073
TENURE -0.797780 0.576384 -1.384111 0.1663
LIKUIDITAS 0.388021 0.415499 0.933868 0.3504
LOGAKTIVITAS -11.49764 4.473509 -2.570162 0.0102
LOGPROFITABILITAS -0.277823 1.059068 -0.262328 0.7931
LOGLEVERAGE 5.814601 2.739575 2.122446 0.0338
Model Regresi Logit Dependent Variable: OPINIGC
Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)
Date: 10/17/16 Time: 22:09
Sample: 2011 2015
Included observations: 125
Convergence achieved after 6 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob. C -4.681149 2.301084 -2.034323 0.0419
DEBTDEFAULT 4.968290 1.850847 2.684333 0.0073
TENURE -0.797780 0.576384 -1.384111 0.1663
LIKUIDITAS 0.388021 0.415499 0.933868 0.3504
LOGAKTIVITAS -11.49764 4.473509 -2.570162 0.0102
LOGPROFITABILITAS -0.277823 1.059068 -0.262328 0.7931
LOGLEVERAGE 5.814601 2.739575 2.122446 0.0338 McFadden R-squared 0.647127 Mean dependent var 0.072000
S.D. dependent var 0.259528 S.E. of regression 0.185545
Akaike info criterion 0.294634 Sum squared resid 4.062367
86
Schwarz criterion 0.453020 Log likelihood -11.41464
Hannan-Quinn criter. 0.358978 Deviance 22.82929
Restr. deviance 64.69547 Restr. log likelihood -32.34773
LR statistic 41.86618 Avg. log likelihood -0.091317
Prob(LR statistic) 0.000000 Obs with Dep=0 116 Total obs 125
Obs with Dep=1 9
Data Analisis
1. Debt Default No Emiten 2011 2012 2013 2014 2015
1 AKPI 1 1 1 1 0
2 ALDO 0 0 0 0 0
3 ARNA 0 0 0 0 0
4 ASII 0 0 0 0 0
5 AUTO 0 0 0 0 0
6 BTON 0 0 0 0 0
7 CEKA 0 0 0 0 0
8 CPIN 1 1 0 0 0
9 CTBN 0 0 0 0 0
10 DVLA 1 1 0 0 0
11 EKAD 0 0 0 0 0
12 GDST 0 0 0 0 0
13 ICBP 0 0 0 0 0
14 IGAR 0 0 0 0 0
15 IKAI 0 1 0 0 0
16 INAF 0 0 0 0 0
17 INDF 0 0 0 0 0
18 KBLI 0 0 0 0 0
19 KICI 1 0 0 0 0
20 MASA 0 0 0 0 0
21 PBRX 0 0 0 0 0
22 TOTO 0 0 0 0 0
23 ULTJ 0 0 0 0 0
24 UNIC 0 0 0 0 0
25 VOKS 1 1 0 0 0
2. Audit Tenure
87
No Emiten 2011 2012 2013 2014 2015
1 AKPI 1 2 3 4 5
2 ALDO 1 2 3 4 5
3 ARNA 1 2 3 4 5
4 ASII 1 2 3 4 5
5 AUTO 1 2 3 4 5
6 BTON 1 2 3 4 5
7 CEKA 1 2 3 4 5
8 CPIN 1 2 3 4 5
9 CTBN 1 2 3 4 5
10 DVLA 1 2 3 4 5
11 EKAD 1 2 3 4 1
12 GDST 1 2 3 1 1
13 ICBP 1 2 3 4 5
14 IGAR 1 2 1 1 2
15 IKAI 1 1 2 3 1
16 INAF 1 1 2 3 4
17 INDF 1 2 3 4 5
18 KBLI 1 2 3 4 5
19 KICI 1 2 3 4 5
20 MASA 1 2 3 4 5
21 PBRX 1 2 3 4 5
22 TOTO 1 2 3 4 5
23 ULTJ 1 1 1 2 3
24 UNIC 1 2 3 4 5
25 VOKS 1 1 2 3 4
3. Rasio Likuiditas
No Emiten 2011 2012 2013 2014 2015
1 AKPI 1,395 0,095 1,355 1,132 1,031
2 ALDO 1,140 1,224 1,300 1,329 1,344
3 ARNA 1,016 1,166 1,299 1,608 1,021
4 ASII 1,344 1,399 1,242 1,322 1,379
5 AUTO 1,326 1,165 1,890 1,332 1,323
6 BTON 3,138 3,296 3,631 5,055 4,358
7 CEKA 1,687 1,027 1,632 1,466 1,535
8 CPIN 3,848 3,313 3,792 2,241 2,106
9 CTBN 2,188 1,789 1,789 1,801 1,650
10 DVLA 4,893 4,310 4,242 5,181 3,523
88
11 EKAD 1,904 2,411 2,329 2,330 3,569
12 GDST 3,022 2,314 2,989 1,405 1,216
13 ICBP 2,871 2,763 2,411 2,183 2,326
14 IGAR 5,773 4,364 3,389 4,121 4,961
15 IKAI 0,565 0,574 1,043 0,836 0,808
16 INAF 1,538 2,102 1,265 1,304 1,262
17 INDF 1,910 2,003 1,683 1,807 1,705
18 KBLI 2,188 3,071 2,550 3,326 2,848
19 KICI 7,260 4,800 7,904 7,904 5,744
20 MASA 3,404 1,393 1,567 1,748 1,285
21 PBRX 1,440 1,315 3,338 3,863 3,598
22 TOTO 1,865 2,154 2,061 2,246 2,407
23 ULTJ 1,521 2,470 2,018 2,519 2,833
24 UNIC 1,596 1,670 1,753 2,201 2,533
25 VOKS 1,261 1,334 1,135 1,158 1,168
4. Rasio Aktivitas
No Emiten 2011 2012 2013 2014 2015
1 AKPI 0,967 0,880 0,798 0,874 0,700
2 ALDO 1,487 1,512 1,325 1,384 1,471
3 ARNA 1,110 1,188 1,249 1,278 0,903
4 ASII 1,053 1,032 0,906 0,855 0,750
5 AUTO 1,057 0,932 0,848 0,852 0,818
6 BTON 1,294 1,068 0,645 0,551 0,370
7 CEKA 1,504 1,093 2,367 2,883 2,346
8 CPIN 2,030 1,726 1,632 1,397 1,220
9 CTBN 0,833 0,748 0,880 0,798 0,493
10 DVLA 0,975 1,012 0,926 0,893 0,949
11 EKAD 1,382 1,406 1,218 1,280 1,364
12 GDST 2,142 1,416 1,183 0,897 0,772
13 ICBP 1,272 1,215 1,180 1,205 1,195
14 IGAR 1,442 1,782 2,044 2,109 1,764
15 IKAI 0,384 0,397 0,439 0,506 0,362
16 INAF 1,079 0,973 1,033 1,107 1,058
17 INDF 0,846 0,844 0,717 0,740 0,698
18 KBLI 1,700 1,957 1,924 1,783 0,172
19 KICI 1,001 0,998 1,064 1,064 0,685
20 MASA 0,604 0,510 0,519 0,379 0,471
21 PBRX 1,433 1,347 1,453 0,924 0,945
89
22 TOTO 1,002 1,036 0,980 1,013 0,934
23 ULTJ 0,965 1,161 1,231 1,343 1,241
24 UNIC 1,645 1,854 1,630 1,695 1,283
25 VOKS 1,281 1,463 1,284 1,286 1,040
5. Rasio Profitabilitas No Emiten 2011 2012 2013 2014 2015
1 AKPI 0,036 0,018 0,017 0,016 0,010
2 ALDO 0,056 0,066 0,109 0,057 0,066
3 ARNA 0,115 0,169 0,209 0,208 0,050
4 ASII 0,137 0,125 0,104 0,094 0,064
5 AUTO 0,158 0,128 0,084 0,066 0,225
6 BTON 0,161 0,171 0,147 0,044 0,035
7 CEKA 0,117 0,057 0,061 0,032 0,072
8 CPIN 0,267 0,217 0,161 0,084 0,074
9 CTBN 0,205 0,128 0,140 0,098 0,035
10 DVLA 0,131 0,139 0,106 0,065 0,078
11 EKAD 0,110 0,132 0,115 0,099 0,121
12 GDST 0,102 0,040 0,000 0,000 0,047
13 ICBP 0,136 0,129 0,105 0,102 0,110
14 IGAR 0,156 0,142 0,111 0,014 0,134
15 IKAI 0,092 0,078 0,053 0,051 0,279
16 INAF 0,033 0,036 0,042 0,001 0,004
17 INDF 0,091 0,081 0,044 0,060 0,035
18 KBLI 0,059 0,108 0,055 0,052 0,007
19 KICI 0,004 0,024 0,077 0,049 0,097
20 MASA 0,030 0,001 0,006 0,001 0,045
21 PBRX 0,048 0,045 0,045 0,028 0,019
22 TOTO 0,163 0,155 0,135 0,145 0,117
23 ULTJ 0,046 0,134 0,126 0,097 0,007
24 UNIC 0,021 0,007 0,038 0,011 0,004
25 VOKS 0,103 0,103 0,020 0,056 0,000
6. Rasio Leverage No Emiten 2011 2012 2013 2014 2015
1 AKPI 1,036 1,034 1,025 1,150 1,603
2 ALDO 1,010 0,961 1,155 1,238 1,141
3 ARNA 0,721 0,550 0,477 0,380 0,599
4 ASII 1,035 1,029 1,015 0,962 0,940
90
5 AUTO 0,475 0,619 0,320 0,419 0,414
6 BTON 0,289 0,282 0,269 0,188 0,228
7 CEKA 1,033 1,218 1,025 1,389 1,322
8 CPIN 0,430 0,510 0,580 0,906 0,965
9 CTBN 0,701 0,882 0,817 0,776 0,723
10 DVLA 0,268 0,277 0,301 0,285 0,414
11 EKAD 0,609 0,427 0,445 0,506 0,335
12 GDST 0,311 0,468 0,347 0,556 4,718
13 ICBP 0,421 0,481 0,603 0,656 0,621
14 IGAR 0,224 0,291 0,394 0,328 0,237
15 IKAI 0,900 1,039 1,347 1,902 4,650
16 INAF 0,830 0,828 1,191 1,109 1,588
17 INDF 0,644 0,797 1,048 1,084 1,130
18 KBLI 0,505 0,375 0,102 0,149 0,510
19 KICI 0,360 0,427 0,329 0,230 0,433
20 MASA 1,680 0,679 0,063 0,673 0,732
21 PBRX 1,214 1,429 1,361 0,791 1,052
22 TOTO 0,761 0,695 0,769 0,577 0,523
23 ULTJ 0,554 1,122 0,444 0,288 0,265
24 UNIC 0,963 0,777 0,852 0,645 0,580
25 VOKS 2,167 1,816 2,253 2,093 2,014
7. Opini Audit Going Concern
No Emiten 2011 2012 2013 2014 2015
1 AKPI 0 1 0 1 0
2 ALDO 0 0 0 0 0
3 ARNA 0 0 0 0 0
4 ASII 0 0 0 0 0
5 AUTO 0 0 0 0 0
6 BTON 0 0 0 0 0
7 CEKA 0 0 0 0 0
8 CPIN 0 0 0 0 0
9 CTBN 0 0 0 0 0
10 DVLA 0 0 0 0 0
11 EKAD 0 0 0 0 0
12 GDST 0 0 0 0 0
13 ICBP 0 0 0 0 0
14 IGAR 0 0 0 0 0
15 IKAI 1 1 0 1 1
91
16 INAF 0 0 0 0 0
17 INDF 0 0 0 0 0
18 KBLI 0 0 0 0 0
19 KICI 1 0 0 0 0
20 MASA 1 0 0 0 0
21 PBRX 0 0 0 0 0
22 TOTO 0 0 0 0 0
23 ULTJ 0 0 0 0 0
24 UNIC 0 0 0 0 0
25 VOKS 1 0 0 0 0