Upload
truongkien
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH FRAUD TRIANGLE TERHADAP PENDETEKSIAN FRAUD DALAM LAPORAN KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015
Novriana SigalinggingEmail : [email protected]
Jack Febriand Adel, SE.Ak., M.Si., CAAsri Eka Ratih, SE., M.Si
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang
ABSTRACT
This study aims to detect financial statement fraud based on the analysis of fraud triangle. The first fraud triangle theory proposed by Cressey (1953) states that there are three conditions that are always present in every fraud. The third condition is pressure, opportunity, and rationalization. Based on the fraud triangle theory developed by Cressey, researchers develop variables that can be used to proxy the size of the fraud triangle component. Cheating on the financial statements or financial statement fraud in this study is proxied by earnings management.
The population of this study is a manufacturing companies listed on the Indonesian stock exchange (BEI) in 2013-2015. Sample selection was done by purposive sampling method and got sample of research as many as 48 companies. Hypothesis testing is done by multiple linear method. The results showed that financial stability pressure variables proxied by total asset changes (ACHANGE), personal financial needs proxied by internal stock ownership (OSHIP), external pressure proxied by free cash flow ratio (FREEC), nature of industry Proxied with inventory (INVENTORY), ineffective monitoring proxied by independent board of commissioners (BDOUT), and rationalization proxied by audit opinion (AUDREPORT) using dummy variables have no effect on fraudulent financial statements which can not be used to detect fraudulent financial statements . This study shows the positive effect of financial targets proxyed with return on assets (ROA) against fraudulent financial statements which means this variable can be used to detect fraudulent financial statements.
Keywords : Fraud Triangle, Financial Statement Fraud
1
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan informasi suatu organisasi atas hasil dari
proses akuntansi untuk mengkomunikasikan kepada pihak internal maupun
eksternal perusahan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), tujuan laporan keuangan adalah memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Oleh sebab itu, pelaku bisnis diharapkan bisa handal, relevan,
dan dapat menghindari adanya kecurangan menyajikan laporan keuangan agar
tidak dapat menyesatkan pengguna dalam pengambilan keputusan. Ketika ada
salah saji material pada laporan keuangan, maka informasi tersebut menjadi tidak
relevan sebagai dasar pengambilan keputusan karena tidak menggunakan
informasi yang sebenarnya.
Indonesia ditemukan adanya tindakan kecurangan dalam penyajian laporan
keuangan. Salah satunya adalah PT Kereta Api (KAI), diduga terjadi manipulasi
data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005. Perusahaan BUMN itu dicatat
meraih keuntungan sebesar Rp6,9 Miliar, padahal apabila diteliti dan dikaji lebih
rinci, perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp63 Miliar. Hal ini
dikarenakan perusahaan tidak dapat menagih pajak pihak ketiga, sehingga dalam
laporan keuangannya pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan
seharusnya tidak bisa diakui sebagai pendapatan. Salah saji yang timbul terhadap
laporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregulatities (ketidakberesan),
bentuk kecurangan seperti ini biasa disebut kecurangan manajemen misalnya
seperti manipulasi, pemalsuan, dan pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.
Kasus-kasus skandal akuntansi dalam beberapa tahun belakangan ini memberikan
bukti kuat adanya kegagalan audit yang berdampak kerugian para pelaku bisnis.
Adapun kasus lainnya, yaitu kasus kecurangan berdasarkan laporan
(ACFE), pada tahun 2002 kerugian yang diakibatkan oleh kecurangan Amerika
Serikat adalah sekitar 6% dari pendapatan atau $600 milyar dan secara persentase
2
tingkat kerugian ini tidak banyak berubah dari tahun 1996 (Koroy, 2008).
Selanjutnya Koroy menambahkan bahwa kasus-kasus kecurangan tersebut, jenis
kecurangan yang paling banyak terjadi adalah aset misappropriations (85%),
kemudian disusul dengan korupsi (13%) dan jumlah yang paling sedikit (5%)
adalah kecurangan laporan keuangan (fraudulent statement).
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al., (2008) menyatakan
financial statement fraud yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi skandal
besar yang meugikan banyak pihak. Maka, penelitian ini dimaksudkan untuk
mendeteksi financial statement fraud menggunakan analisis fraud triangle.
Penelitian yang dilakukan Skousen et al., (2008) berhasil mengembangkan model
prediksi kecurangan yang mengalami peningkatan substansial dibandingkan
dengan model prediksi lainnya.
Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi
terjadinya financial statement fraus dengan menggunakan analisis fraud triangle.
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah variabel
Financial Stability Pressure, Financial Targets, Personal Financial Need,
External Pressure, Nature Of Industry, Ineffective Monitoring, dan
Rasionalization berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Teori Keagenan ( Agency Theory)
Jensen dan Meckling, (1976) mendefinisikan teori keagenan (agency
theory) sebagai kontrak antara satu atau lebih principal (pemilik) dengan agent
(manajer). Hubungan ini muncul ketika satu atau lebih pemilik melibatkan orang
lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan kemudian mendelegasikan
wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Agent memiliki kontrak
untuk menunjukkan kewajibannya kepada principal, sedangkan principal
memiliki kontrak untuk memberikan bonus kepada agent. Tujuan utama teori
keagenan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
3
kemakmuran pemilik. Oleh karena itu, manajer harus bertanggung jawab kepada
pemegang saham.
Teori agensi mendeskripsikan bahwa manajer cenderung untuk
menyembunyikan informasi tentang perusahaan kepada prinsipal. Dalam kondisi
asimetri tersebut, agen dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang
disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Hal
ini dapat menimbulkan asimetri informasi antara agen dan prinsipal. Untuk
meminimalisir terjadinya asimetri informasi, principal cenderung mengeluarkan
biaya agensi. Jensen dan Meckling, (1976) menyatakan bahwa biaya agensi yang
dikeluarkan principal dapat membatasi perbedaan kepentingannya dengan
menetapkan insentif yang tepat kepada agen dan mengeluarkan biaya pengawasan
yang didesain untuk membatasi perilaku aktivitas dari agen.
Definisi Kecurangan (Fraud)
Dalam literatur akuntansi dan auditing, fraud diterjemahkan sebagai
praktik kecurangan dan sering diartikan sebagai irregularity (ketidakteraturan)
dan penyimpangan. Fraud itu sendiri merupakan suatu perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh orang-orang dalam atau luar organisasi, dengan maksud
untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompoknya yang secara langsung
merugikan pihak lain.
Definisi Fraud menurut Standar The Institute Of Internal Auditors
(2013:4) ialah :
“Any illegal acts characterized by deceit, concealment, or violation of
trust. These acts are not dependent upon the application of threats of
violence or physical force. Frauds are perpetrated by individuals, and
organizations to obtain money, property or services; to avoid payment or
loss of services; or to secure personal or business advantage”. Yang dapat
diartikan sebagai segala perbuatan yang dicirikan dengan pengelabuan
atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, asset, jasa atau
mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan
4
atau manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada
ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain.
Jenis-jenis Fraud
1. Employee fraud (penggelapan oleh pegawai)
Pada fraud ini, pegawai merugikan pemberi kerja mereka dengan
mengambil aset kas, persediaan, peralatan, perlengkapan atau aset lain milik
perusahaan secara tidak sah (melanggar prosedur dan kebijakan perusahaan atau
meelanggar hukum).
2. Management fraud (fraud oleh manajemen)
Management fraud umumnya melibatkan manipulasi penyajian,
pengungkapan, dan akurasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen
puncak. Fraud ini disebutkan juga skandal akuntansi. Management fraud
memiliki dampak kerugian yang luar biasa besar ketimbang employee fraud.
3. Investment scams
Dalam penipuan ini, investasi yang sebenarnya tidak ada nilainya
ditawarkan atau dijual kepada investor yang tidak menaruh kerugian.Modus ini
dapat dilakukan melalui pasar uang atau pasar modal yang sesungguhnya sangat
diatur dan diawasi oleh regulasi-regulasi. Namun yang paling berisiko adalah
scams yang dilakukan secara private dan direct (maksudnya tidak melalui pasar
uang dan modal). Investasi ini dilakukan secara langsung oleh investor (pemilik
modal) kepada penerima investasi berdasarkan kontrak, brosur atau tanpa surat
tertulis.
4. Vendor fraud
Vendor fraud terbagi menjadi tiga macam:
a. Pelaku fraud dilakukan sendiri oleh vendor.
b. Pelaku fraud melalui kolusi antara pembeli dan vendor.
c. Pelaku fraud melakukan sendiri dengan menggunakan shell companyatau
perusahaan fiktik.
5
5. Customer fraud
Pada customer fraud pelanggan tidak membayar barang yang dibeli, atau
mereka mendapatkan sesuatu tanpa apa-apa, atau mereka menipu perusahaan
untuk mendapatkan sesuatu yang tidak seharusnya mereka dapatkan.
Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Menurut The Association Of Certified Fraud Examiners (2014:1.203)
dalam Anshori, (2015) definisi kecurangan laporan keuangan adalah:
“Financial statement fraud is the deliberate misrepresentation of the financial
condition of an enterprise accomplished through the intentional misstatement or
omission of amounts on disclosures in the financial statement to deceive financial
statement users”. Yang dapat diartikan sebagai penggambaran atau penyajian
kondisi finansial suatu organisasi yang disengaja salah yang dapat tercapai
melalui salah saji yang disengaja atau penghilangan suatu nilai atau jumlah atau
pengungkapan dilaporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui penggunaan
laporan keuangan.
Menurut Priantara, (2013:91) fraudulent financial reporting yang
bertujuan untuk mengelabui investor dan kreditur dilakukan dengan cara
meninggikan nilai aset dan pengakuan pendapatan, serta sebaliknya merendahkan
nilai liabilitas dan pembebanan ongkos operasional dan biaya produksi.
Sedangkan untuk mengelabui pemerintah, misalnya untuk pajak penghasilan,
perlakuan sebaliknya dengan cara merendahkan nilai aset dan pengakuan
pendapatan, serta sebaliknya meninggikan nilai liabilitas dan pembebanan ongkos
operasional dan bisa produksi.
Fraud Triangle Theory
Teori yang mendasari penelitian ini adalah fraud triangle theory. Gagasan
ini pertama kali diperkenalkan oleh Cressey, (1953). Melalui serangkaian
wawancara dengan 113 orang yang telah dihukum karena melakukan penggelapan
uang perusahaan yang disebut “trust violators” atau “pelanggaran kepercayaan”.
Ilustrasi faktor resiko kecurangan dari standar kecurangan yang ada (yakni SAS
99, ISA 240 TSAS 43), serta oleh Institut Akuntan Indonesia (IAI) dalam
6
pernyataan Standar Akuntansi No. 70 didasarkan pada teori kecurangan yang
dicetuskan oleh D. R. Cressey pada tahun 1953 dalam Lou dan Wang (2009).
Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang hadir dalam setiap situasi fraud
terjadi yaitu incentive/pressure, opportunity, dan rasionalization/attitude.
Gambar 2.1
Fraud Triangle
Pressure
Opportunity Rasionalisasi
Pressure (Tekanan/motif)
Pressure adalah dorongan orang untuk melakukan fraud. Tekanan dapat
mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntunan ekonomi, dan lain-
lain. Dalam SAS No.99, terdapat empat jenis kondisi umum mengakibatkan
kecurangan yaitu:
1. Financial Stability Pressure
Yaitu keadaan yang memaksa suatu perusahaan harus menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil.
2. Financial Targets
Yaitu tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target
keuangan yaitu dipatok oleh direksi atau manajemen.
3. Personal Financial Need
Yaitu kondisi ketika keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi
keuangan para eksekutif perusahaan.
4. External Pressure
Yaitu tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi
persyaratan atau harapan dari pihak ketiga.
Opportunity (Kesempatan)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para
pelaku kecurangan percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Menurut
7
Montgomery et al., (2002) tentang Opportunity yaitu peluang yang menyebabkan
pelaku secara leluasa dapat menjalankan aksinya yang disebabkan oleh
pengendalian internal yang lemah, ketidakdisplinan, kelamahan dalam mengakses
informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Kondisi tersebut adalah
nature of industry, dan ineffective monitoring. Dua kategori tersebut ialah:
1. Nature Of Industry
Yaitu berkaitan dengan munculnya resiko bagi perusahaan yang
berkecimpung dalam industri yang melibatkan estimasi dan pertimbangan
yang signifikan jauh lebih besar.
2. Ineffective Monitoring
Yaitu keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang
efektif memantau kinerja perusahaan.
Rasionalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi merupakan bagian fraud triangle yang paling sulit diukur
(Skousen et al., 2008). Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya
fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Adanya suatu
sikap, karakter atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan manajemen
atau pegawai untuk melakukan tindakan tidak jujur yang memberikan mereka
tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan
melakukan perbuatan yang tidak jujur (Elder, et al., 2008:375). Integritas
manajemen merupakan penentu utama dari kualitas laporan keuangan. Ketika
integritas manajemen dipertanyakan, keandalan laporan keuangan diragukan.
Manajemen Laba (Earnings Management)
Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba
(earnings) atau kinerja usaha suatu organisasi karena tingkat keuntungan atau laba
yang diperoleh sering dikaitkan dengan prestasi manajemen disamping memang
adalah suatu yang lazim bila besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh
manajer atau tanciem untuk direksi tergantung dari besar kecilnya laba yang
diperoleh.
8
Earnings management muncul karena adanya kesempatan bagi manajemen
perusahaan untuk memilih metode akuntansi tertentu sehingga dapat
memanipulasi laba perusahaan yang akhirnya mendatangkan keuntungan bagi
dirinya. Standar Akuntansi Keuangan memperbolehkan manajer untuk memilih
kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, salah satunya dengan
berbasis akuntansi akrual. FASB (1978) dalam Norbarani, (2012) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan akuntansi akrual memberikan
keunggulan karena informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya
mempunyai indikasi yang lebih baik dibandingkan informasi yang dihasilkan dari
akuntansi berbasis kas.
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7 H7
H8
Pengembangan Hipotesis
Financial Stability Pressure Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Kesalahan bisa terjadi karena kekeliruan. Salah saji dalam laporan
keuangan mengakibatkan adanya kecurangan dalam menyajikan laporan
9
Financial Stability Pressure
Financial Targets
Personal Financial Need
Financial Statement Fraud (Kecurangan Laporan
Keuangan)External Pressure
Nature Of Industry
Ineffecyive Monitoring
Rsionalization
keuangan. Salah satunya ialah financial stability pressure yang merupakan
keadaan yang memaksa suatu perusahaan harus menggambarkan kondisi
keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Perusahaan berusaha untuk
meningkatkan outlook perusahaan yang baik salah satunya dengan memanipulasi
informasi kekayaan aset yang dimilikinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al., (2008) membuktikan bahwa
semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan maka probabilitas
dilakukannya tindak fraud pada laporan keuangan perusahaan tersebut semakin
tinggi. Manajemen perusahaan perlu melakukan tindakan proaktif untuk
mencegah dan menanggulangi terjadinya fraud demi integritas keuangan, reputasi,
dan masa depan organisasi. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Kusumawardhani, (2013) dan Sihombing dan Rahardjo, (2014) menemukan
financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian
Soraya, (2013) tidak ditemukannya pengaruh variabel financial stability pressure
dengan kecurangan lpaoran keuangan.
H 1 = Financial Stability Pressure berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan.
Financial Targets Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Financial targets dapat dikatakan sebagai target keuangan yang ditetapkan
oleh dewan komisaris atau pemilik yang harus dicapai manajemen. Target tersebut
biasanya berkaitan dengan target profitabilitas. Dalam peneltitian ini, financial
targets diproksikan dengan Return On Assets (ROA). ROA merupakan rasio
profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Tentu dengan adanya target profitabilitas akan memberikan tekanan
tersendiri bagi manajemen yang membuat mereka harus bekerja keras untuk
merealisasikannya. Penelitian yang dilakukan Manurung dan Hadian, (2013),
Soraya, (2013) dan Martantya dan Daljono, (2013) membuktikan bahwa financial
targets yang diproksikan dengan ROA berpengaruh signifikan terhadap
10
kecurangan laporan keuangan. Semakin besar ROA yang diperoleh, semakin besar
pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik
pula posisi perusahaan dalam penggunaan aset perusahaan.
H2 = Financial Targets berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Personal Financial Need Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Personal financial need yaitu untuk mendeteksi adanya kecurangan dalam
laporan keuangan. Faktor-faktor secara langsung diteliti sehingga diperlukan
variabel proksi agar lebih mudah dalam meneliti. Personal financial need
merupakan kondisi ketika keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi
keuangan para eksekutif perusahaan. Salah satu bentuk pressure dari personal
financial need yang dapat dilihat dari adanya tidaknya kepemilikan saham oleh
orang dalam (OSHIP). Dengan adanya sebagian saham yang dimiliki oleh
eksekutif perusahaan akan mempengaruhi kebijakan manajemen yang dibuat
dalam mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Soraya, (2013) membuktikan bahwa personal
financial need yang diproksikan dengan OSHIP berpengaruh signifikan terhadap
financial statement fraud. Hal ini berarti persentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh orang dalam mempengaruhi terjadinya kecurangan laporan keuangan
pada perusahaan. Semakin tinggi nilai OSHIP, maka akan mengurangi terjadinya
kecurangan laporan keuangan.
H3 = Personal Financial Need berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan.
External Pressure Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen
untuk memenuhi persyaratan atau harapan pihak ketiga, untuk mengatasi tekanan
tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber pembiayaan
eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran
11
pembangunan dan modal. Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas
yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et al., 2008).
Variabel ini diukur dengan arus kas bebas (FREEC). Dimana rasio arus kas bebas
merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang menunjukkan
kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi sehingga
dimungkinkan terjadinya kecurangan financial yang lebih besar peluangnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Soraya, (2013) menyatakan bahwa variabel
external pressure yang diproksikan dengan rasio arus kas bebas (FREEC) dimana
semakin besar arus kas bebas maka semakin besar adanya kecurangan pada
laporan keuangan.
H4 = External Pressure berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Nature Of Industry Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Peluang yang memungkinkan terjadinya kecurangan (fraud) dalam laporan
keuangan ialah kesempatan (opportunity). Dalam penelitian ini, nature of industry
diproksikan dengan inventory. Summers dan Sweeney, (1998) dalam Skousen et
al., (2008) mengatakan akun persediaan dan piutang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi manipulasi laporan keuangan. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan rasio total persedian sebagai proksi nature of industry. Ardiyani
dan Utaminingsih, (2015) mengatakan persediaan merupakan aktiva lancar yang
rentan dengan pencurian dan kecurangan karena persediaan dalam suatu
perusahaan biasanya dalam jumlah yang besar serta mempunyai pengaruh yang
besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi.
Penelitian Annisya et al., (2016) menyatakan variabel nature of industry
dengan proksi INVENTORY tidak memiliki pengaruh terhadap financial statement
fraud. Namun tidak mendukung penelitian Sihombing dan Rahardjo, (2014) yang
menyatakan nature of industry berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan
keuangan.
12
H5 = Nature Of Industry berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Ineffective Monitoring Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Terjadinya praktik kecurangan (fraud) merupakan salah satu dampak dari
pengawasan atau monitoring yang lemah sehingga memberikan kesempatan
kepada agen atau manajer untuk berprilaku menyimpang dengan melakukan
manajemen laba. Praktik kecurangan (fraud) dapat diminimalkan salah satunya
dengan mekanisme pengawasan yang baik. Pengawasan dilakukan oleh komite
audit yang ditunjuk oleh dewan komisaris. Komite audit bertanggung jawab
kepada dewan komisaris dan bertugas untuk mengawasi proses pelaporan
keuangan dalam perusahaan (Antonia, 2008:21) dalam Anshori, (2015).
Penelitian ini memproksikan ineffective monitoring dengan BDOUT.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardhani, (2013) dan Soraya, (2013)
membuktikan bahwa ineffective monitoring yang menggunakan proksi BDOUT
berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan
manajemen laba. Dengan menggunakan proksi ini perusahaan dapat
mendeteksikan adanya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan.
H6 = Ineffective Monitoring berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Rasionalization Sebagai Variabel Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan
Rasionalization menjadi elemen yang penting dalam terjadinya
kecurangan, dimana pelaku fraud selalu mencari pembenaran secara rasional
untuk membenarkan perbuatannya. Rendahnya integritas yang dimiliki seseorang
menimbulkan pola pikir dimana orang tersebut merasa dirinya benar saat
melakukan kecurangan (Ratmono et al., 2013:5) dalam Anshori, (2015). SAS
No.99 (2002:47) dalam Anshori, (2015) menjelaskan salah satu tindakan
keurangan yang disebabkan oleh rasionalisasi adalah kepentingan manajemen
dalam menjaga atau meningkatkan tren laba.
13
Peneliti ini memproksikan rasionalization dengan audit report dengan
menggunakan variabel dummy. Penelitian dari Widarti, (2015) menyatakan tidak
adanya pengaruh opini audit terhadap kecurangan laporan keuangan. Tetapi tidak
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sukirman dan Sari, (2013)
membuktikan bahwa rasionalization dapat mendeteksi adanya kecurangan laporan
keuangan dengan menggunakan proksi Audit Report.
H7 = Rasionalization berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek dalam peneltian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2013-2015. Peneliti membahas tentang
adanya kecurangan akibat salah penyajian dalam laporan keuangan. Adapun
terjadinya kecurangan merupakan suatu tindakan yang disengaja, yang tidak dapat
terdeteksi oleh suatu pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan
cacat bagi proses pelaporan keuangan. Kecurangan dalam laporan keuangan
menyebabkan informasi menjadi tidak valid dan tidak sesuai dengan pelaporan
keuangan secara hukum.Adapun tujuan dalam kecurangan tersebut adalah untuk
memperoleh keuntungan secara material dan non material.
Metode Penelitian
Dalam pemecahan masalah yang ada suatu penelitian diperlukan
penyelidikan yang lebih teliti dan juga teratur. Adapun pengertian dari metode
penelitian adalah suatu teknik atau cara untuk mencari, memperoleh,
mengumpulkan, atau mencatat data, baik itu berupa data primer maupun data
skunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun suatu penelitian dan
kemudian menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok-pokok
permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atas data yang diperoleh.
Jenis penelitian ini yaitu jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
merupakan penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
14
fenomena serta hubungan-hubungannya. Penelitian kuantitatif lebih sistematis,
terencana, terstruktur dan jelas dari awal hingga akhir penelitian. Adapun Menurut
Sugiyono, (2003:14) terdapat dua jenis penelitian, salah satunya adalah jenis
penelitian kuantitatif. Dimana penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan
memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel dependen (Y)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial
statement fraud yang diproksikan dengan manajemen laba yang dihitung dengan
menggunakan Model Jones Modifikasi.
Untuk menggunakan modifikasi model jones, terlebih dahulu menghitung
total akrual untuk tiap perusahaan i ditahun t dengan metode modifikasi jones
yaitu:
TAC it = Niit - CFOit
Dimana:
TAC it = Total akrual
Niit = Laba bersih
CFO it = Arus kas operasi
Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai
berikut:
TACit/Ait-1 = β1(1/Ait-1)+β2(ΔREVt/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)+e
Dimana:
TACit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
15
ΔREVt = perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
e = Error
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary
accrual (NDA) dapat dihitung dengan rumus:
NDAit = β1(1/Ait-1)+β2(ΔREVt/Ait-1-ΔRECt/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)
Dimana:
NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
ΔRECt = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TACit/Ait-NDAit
Dimana:
DAit = Discretionary accruals perusahaan i pada periode ke t
Variabel Independen (X)
Financial Stability Pressure (X1)
Financial stability adalah kecurangan yang disebabkan oleh tekanan salah
satu jenisnya adalah stabilitas atau profitabilitas keuangan yang terancam oleh
kondisi ekonomi, industri, atau operasi entitas. Menurut Skousen et al. (2008),
bentuk manipulasi laporan keuangan dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan
pertumbuhan aset perusahaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini financial
stability pressure diproksikan dengan rasio perubahan aset (ACHANGE). Dapat
dihitung dengan rumus:
ACHANGE=Total Asett−Total Aset t−1
Total Asett
16
Financial Targets (X2)
Tekanan yang berlebihan pada manajemen untuk mencapai suatu target
yang telah ditentukan oleh direksi. ROA sering digunakan dalam menilai kinerja
manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah. ROA merupakan bagian
dari rasio probabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja
perusahaan. Karena itu, ROA sebagai proksi dari financial targets yang dapat
dihitung dengan rumus:
ROA= Laba bersih setelah pajakTotal Aktiva
Personal Financial Need (X3)
Personal financial need merupakan suatu keadaan dimana keuangan
perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan
(Skousen et al., 2008). Variabel ini diproksikan dengan rasio kepemilikan saham
oleh orang dalam yang disebut dengan OSHIP. Kepemilikan sebagian saham oleh
orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan keuangan. Rasio
kepemilikan saham oleh orang dalam dapat dihitung dengan rumus:
OSHIP=Total saham yangdimiliki oleh orangdalamTotal saham biasa yangberedar
External Pressure (X4)
External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen
untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Untuk mengatasi
tekanan tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber
pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif. Kebutuhan pembiayaan eksternal
terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi (Skousen et
al., 2008) .Variabel external pressure pada penelitian ini diproksikan dengan rasio
arus kas bebas (FREEC). Rasio arus kas bebas dihitung dengan rumus:
FREEC=Total kasbersih dari hasil aktivitas operasi−kasdividen−capital expenditureTotal Asset
17
Capital expenditure=Totalaset tetapt−Total aset tetapt−1
Nature Of Industry (X5)
Menurut SAS No.99, nature of industry berkaitan dengan munculnya
risiko bagi perusahaan yang berkecimpungan dalam industri yang berhubungan
dengan transaksi pihak istimewa. Summer dan Sweeney, (1989) dalam Skousen et
al., (2008) mencatat bahwa akun piutang dan persediaan memerlukan penilaian
subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya utang. Oleh karena itu,
penelitian ini menggunakan rasio total persediaan sebagai proksi dari nature of
industry yang dapat dihitung dengan rumus:
Inventory=Inventory t
Sales t−
Inventory t−1
Salest−1
Ineffective Monitoring (X6)
Ineffective monitoring merupakan keadaan dimana perusahaan tidak
memiliki unit pengawasan yang efektif memantau kinerja perusahaan. Ineffective
monitoring dapat terjadi karena adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau
kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan
direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian
internal dan sejenisnya (SAS No.99). Dewan komisaris secara luas dipercaya
memainkan peranan penting khususnya dalam memonitor manajemen tingkat atas
(Gunarsih dan Hartadi, 2002). Oleh sebab itu, penelitian ini memproksikan
ineffective monitoring pada rasio jumlah dewan komisaris independen (BDOUT),
dihitung dengan rumus:
BDOUT= Jumlah dewan komisaris independenJumlah totaldewan komisaris
Rasionalization (X7)
Menurut Skousen et al., (2008) rasionalisasi adalah faktor yang sulit untuk
diukur untuk mendeteksi kecurangan seperti manajemen laba. Auditor dapat
18
memberikan beberapa opini atas perusahaan yang diauditnya sesuai dengan
kondisi yang terjadi pada perusahaan tersebut. Opini tersebut merupakan bentuk
tolerir dari auditor atas manajemen laba. Hal ini memungkinkan manajemen untuk
bersikap rasionalisasi atau menganggap kesalahan yang dibuatnya tidaklah salah,
dikarenakan telah ditolerir oleh auditor. Oleh karena itu, penelitian ini
memproksikan Rasionalization dengan audit report yang menggunakan variabel
dummy. Adapun menggunakan variabel dummy yaitu:
Kode 1, jika opini audit wajar tanpa pengecualian.
Kode 0, jika opini audit wajar tanpa pengecualian dengan bahasa
penjelasan.
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015. Total populasi adalah 137
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015
berdasarkan IDX FactBook 2013.
Perusahaan yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2013-2015. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling, dengan kriteria :
1. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website
BEI selama periode 2013-2015.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website
perusahaan atau website BEI yang dinyatakan dalam Rupiah (Rp).
3. Perusahaan memiliki data secara lengkap (data secara keseluruhan tersedia
pada publikasi selama periode 2013-2015), mengenai data-data yang
memenuhi variabel independen.
Metode Analisis Data
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolonieritas
19
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,
2013:105). Untuk menguji adanya multikolinearitas, digunakan nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF < 10 maka model regresi terbebas dari
adanya multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada peiode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2013:110). Untuk mengetahui
autokorelasi, maka dilakukan uji Run Test. Jika nilai sig > 0,05 maka data
terbebas dari autokorelasi.
Uji Heteroskedatisitas
Uji heteroskedatisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan
lainnya (Ghozali, 2013:139). Model regresi yang baik tidak mengandung
heteroskedatisitas. Untuk melihat terbebas dari heteroskedatisitas, maka jika nilai
sig > 0,05 maka model regresi terbebas dari heterokedastisitas.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,
2013:160). Untuk melakukan uji normalitas, maka dilakukan uji statistic non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov Test. Jika nilai signifikan > 0,05 maka data
berdistribusi normal.
Uji Hipotesis
Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Keputusan yang diambil berdasarkan significance level 0,05 (α = 5%). Dasar
pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis
20
yang diajukan diterima, hal ini berarti variabel bebas mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat. Akan tetapi, jika nilai signifikansi > 0,05
maka hipotesis ditolak, hal ini berarti variabel independen tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
21
Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah:
FRAUD=β0+β1 ACHANGE+β2 ROA+β3OSHIP+ β4 FREEC +β5 INVENTORY +β6 BDOUT +β7 AUDREPORT+ε
Keterangan:
ACHANGE = Perubahan aset
ROA = Return on asset
OSHIP = Kepemilikan saham oleh orang dalam
FREEC = Rasio arus kas bebas
INVENTORY = Persediaan
BDOUT = Dewan komisaris independen
AUDREPORT = Audit report
β0 = Koefisien regresi konstanta
β1−β8 = Koefisien regresi masing-masing proksi
ε = Error
Uji Signifikansi Serentak (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat signifikansi variabel independen secara
bersama-sama (simultan) dalam mempengaruhi variabel dependen. Jika nilai
signifikan < 0,05 maka variabel independen secara simultan mempengaruhi
variabel dependen. Namun jika nilai signifikan > 0,05 maka variabel independen
secara simultan tidak mempengaruhi variabel dependen.
Uji Signifikan Variabel Independen secara Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t juga disebut dengan uji
signifikansi individual (Ghozali, 2013:178). Untuk pengambilan keputusan
menolak dan menerima hipotesis nol sebagai berikut : Apabila nilai signifikan <
0,05, maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa
secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen. Dan apabila nilai statistik t hitung > nilai statistik
tabel dan -t hitung < -t tabelmaka H0 ditolak yang artinya variabel berpengaruh.
21
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi berfungsi untuk melihat seberapa besar variasi
dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Pengujian
dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi R2 yang memiliki rentang
nilai 0-1. Semakin tinggi nilai R2 (mendekati nilai 1) maka menunjukkan bahwa
variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen untuk model regresi
yang baik menggunakan nilai Adjusted R2.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Obyek Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dari IDX FactBook tahun 2013-2015,
didapat jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2013-2015 adalah 137 perusahaan. dari jumlah tersebut, hanya
16 perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Total sampel yang
digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah 16 perusahaan selama
tiga periode (2013-2015) sehingga berjumlah 48 sampel penelitian.
Deskriptif Statistik
Berdasarkan hasil output SPSS rata-rata kecurangan laporan keuangan
yang diproksikan dengan manajemen laba memiliki rata-rata sebesar -
0,000819089. Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan melakukan
manajemen laba sebesar -0,0819%. Nilai maksimum sebesar 0,4942% dan
minimum sebesar -1,144%. Terdapat rentang yang jauh antara maksimum dan
minimum. Rentang perbedaan yang sangat jauh diakibatkan adanya perusahaan
diduga melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba ataupun menurunkan
laba. Tingkat variasi manajemen laba setiap perusahaan cukup bervariasi dengan
nilai standar deviasi sebesar 0,302%.
Perubahan aset (ACHANGE) merupakan proksi financial stability. Rasio
perubahan aset dapat dihitung dengan total aset tahun ini dikurangi dengan total
aset tahun sebelumnya dibagi dengan total aset tahun ini. Berdasarkan tabel 4.2,
rata-rata besarnya perubahan aset adalah 0,106285222 yang menunjukkan bahwa
22
sekitar 10,62% total aset perusahaan mengalami perubahan dari tahun
sebelumnya. Dapat dilihat standar nilai minimumnya sebesar -5,420% dan nilai
maksimumnya sebesar 32,89%. Terjadi variasi kecurangan laporan keuangan
setiap perusahaan cukup bervariasi dengan nilai standar deviasi sebesar 7,789%.
Return on asset (ROA) merupakan proksi financial targets. ROA dapat
dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dan total aset.
Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata ROA sebesar 9,407% yang menunjukkan
kemampuan perusahaan secara rata-rata dapat mencapai tingkat laba. Nilai
minimumnya sebesar 0,075% dan maksimum sebesar 26,15%. Variabel financial
targets ini menunjukkan nilai standar deviasi 0,0626047172 antar perusahaan
yang cukup bervariasi sebesar 6,26%.
Kepemilikan saham oleh orang dalam perusahaan merupakan proksi
personal financial need yang menggambarkan keuangan perusahaan turut
dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan. OSHIP dapat
dihitung dengan membandingkan total saham yang dimiliki oleh orang dalam
dengan total saham yang beredar. Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata OSHIP sebesar
4,042% yang menunjukkan sedikit perusahaan yang memegang penuh
kepemilikan saham oleh orang dalam dari seluruh saham yang beredar. Nilai
minimum sebesar 2,25% dan nilai maksimum sebesar 25,61%. Tingkat variasi
kepemilikan saham oleh orang dalam setiap perusahaan cukup bervariasi dengan
nilai standar deviasi sebesar 8,25%.
Rasio arus kas bebas (FREEC) merupakan proksi external pressure. Rasio
arus kas bebas dapat dihitung dengan membandingkan total arus kas bersih dari
hasil aktivitas operasi dikurangi kas dividen dikurangi capital expenditure dengan
total aset. Berdasarkan tabel 4.2 FREEC memiliki rata-rata sebesar -5,012%
menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang menggunakan rasio arus kas bebas
mengalami penurunan. Nilai minimumnya sebesar -30,05% dan maksimum
sebesar 12,97%. Nilai standar deviasi sebesar 9,0009% yang menunjukkan terjadi
variasi kemampuan manajemen laba setiap perusahaan yang cukup bervariasi.
23
INVENTORY merupakan proksi nature of industry, persediaan merupakan
aktiva lancar yang rentan dengan pencurian dan kecurangan karena persediaan
dalam suatu perusahaan biasanya dalam jumlah yang besar. Persediaan dapat
dihitung dengan membandingkan persediaan tahun ini dibagi dengan penjualan
tahun ini dikurang dengan persediaan tahun sebelumnya dibagi dengan penjualan
tahun sebelumnya. Berdasarkan tabel 4.2 inventory memiliki nilai rata-rata
sebesar 0,13% yang menunjukkan rata-rata perusahaan rentan dengan adanya
tindakan kecurangan laporan keuangan. Dengan nilai minimum sebesar -13,25%
dan nilai maksimum sebesar 9,35%. Variasi kecurangan setiap perusahaan cukup
rendah yakni dengan standar deviasi sebesar 3,72%.
Dewan komisaris independen (BDOUT) merupakan proksi variabel
ineffective monitoring. Perhitungan variabel ini adalah membandingkan jumlah
dewan komisaris independen dengan total dewan komisaris. Berdasarkan tabel 4.2
dapat diperoleh rata-rata sebesar 37,39% menunjukkan ada beberapa perusahaan
memiliki pengawasan yang baik dari total dewan komisaris. Nilai minimum
sebesar 0,30 dan nilai maksimum sebesar 0,60. Tingkat variasi dewan komisaris
setiap perusahaan cukup bervariasi dengan nilai standar deviasi sebesar 6,866%.
Hasil output SPSS untuk variabel dummy dijelaskan kode 1, jika opini
audit wajar tanpa pengecualian. Bisa dilihat terdapat 42 perusahaan yang
mengungkapkan opini audit wajar tanpa pengecualian dengan persentasi sebesar
87,5%. Dan dijelaskan juga kode 0, jika opini audit wajar tanpa pengecualian
dengan bahasa penjelasan, bisa dilihat terdapat 6 perusahaan yang
mengungkapkan opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan dengan
persentasi sebesar 12,5%.
Hasil Pengujian
Uji Asumsi Klasik
Hasil tampilan output SPSS menunjukkan bahwa nilai residual
berdistribusi normal. Selain itu, hasil penelitian penguji dengan uji Kolmogorov-
Smirnov Test yang menunjukan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,791 dan
24
memiliki signifikansi diatas 0,05 yaitu 0,559 (Tabel 4.7). Hasil ini menunjukkan
sudah diperolehnya distribusi normal pada data residual. Kenormalan data
tersebut diikuti dengan bebasnya data dalam penelitian dari masalah
multikolonearitas (Tabel 4.4), autokorelasi (Tabel 4.5) dan heterokedastisitas
(Tabel 4.6).
Pengujian Hipotesis
Uji Simultan (Uji F)
Hasil output SPSS uji statistik F menunjukkan nilai hitung dapat dilihat
nilai Fhitung sebesar 2,365 dan F tabel sebesar 2,25 dengan signifikan 0,040. Dengan
demikian dapat diketahui Fhitung > F tabel (2,365 > 2,21) dengan signifikasi 0,040 <
0,05 yang menunjukkan secara serentak variabel financial stability pressure,
financial targets, personal financial need, external pressure, nature of industry,
ineffective monitoring, dan rasionalization berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu kecurangan laporan keuangan.
Uji Parsial (Uji T)
Tabel 4.9 Uji Parsial (Uji T)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.003 .003 -.908 .369
ACHANGE -.023 .012 -.602 -1.921 .062
ROA .016 .007 .325 2.224 .032
OSHIP -.001 .006 -.034 -.207 .837
FREEC -.005 .010 -.160 -.545 .589
INVENTORY .015 .011 .189 1.338 .188
BDOUT .004 .006 .089 .603 .550
AUDREPORT .002 .001 .186 1.217 .231
a. Dependent Variable: Manajemen Laba
Sumber : data diolah 2017
25
Persamaan regresi:
FRAUD = -0,003 - 0,023 ACHANGE + 0,16 ROA – 0,001 OSHIP – 0,005
FREEC + 0,015 INVENTORY + 0,004 BDOUT + 0,002 AUDREPORT
Maka dapat dijelaskan :
1. Konstanta ini bernilai negatif sebesar -0,003 menyatakan bahwa jika
variabel independen dianggap konstan, maka kecurangan laporan
keuangan menurun sebesar 0,003%.
2. Koefisien ACHANGE sebesar -0,023, menyatakan bahwa setiap
penurunan 1% financial stability pressure maka manajemen laba menurun
sebesar 0,023%.
3. Koefisien ROA sebesar 0,016, menyatakan bahwa setiap peningkatan 1%
financial targets maka manajemen laba meningkat sebesar 0,016%.
4. Koefisien OSHIP sebesar -0,001, menyatakan bahwa setiap penurunan 1%
personal financial need maka manajemen laba menurun sebesar 0,001%.
5. Koefisien FREEC sebesar -0,005, menyatakan bahwa setiap penurunan
1% external pressure maka manajemen laba menurun sebesar 0,005%.
6. Koefisien INVENTORY sebesar 0,015, menyatakan bahwa setiap
peningkatan 1% nature of industry maka manajemen laba meningkat
sebesar 0,015%.
7. Koefisien BDOUT sebesar 0,004, menyatakan bahwa setiap peningkatan
1% ineffective monitoring maka manajemen laba meningkat sebesar
0,004%.
8. Koefisien AUDREPORT sebesar 0,002, menyatakan bahwa setiap
peningkatan 1% rasionalization maka manajemen laba meningkat sebesar
0,002%.
Uji DeterminasiBerdasarkan hasil uji, nilai Adjusted R Square sebesar 0,169, ini
menunjukkan bahwa variabel dependen yang mampu di jelaskan oleh variabel
independen sebesar 16,9%. Sisanya 83,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini (Tabel 4.10).
26
Pembahasan
Pengaruh Financial Stability Pressure Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Dari tabel 4.9 siginifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel
Financial stability pressure mempunyai hasil koefisien regresi yang negatif
menunjukkan hubungan bersifat negatif, tingkat signifikansi sebesar 0,062 > 0,05
dan nilai t hitung > t tabel (-1,921 > -2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga
disimpulkan bahwa variabel financial stability pressure tidak berpengaruh
signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis
pertama (H 1) ditolak.
Pengaruh Financial Targets Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel
Financial tergets mempunyai hasil koefisien regresi yang positif menunjukkan
hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,032 < 0,05 dan nilai t hitung
> t tabel (2,224 > 2,02108). Hal ini berarti H 0 ditolak, sehingga disimpulkan bahwa
variabel financial targets berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan. Dengan demikian hipotesis kedua H 2 diterima.
Pengaruh Personal Financial Need Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel
Personal financial need mempunyai hasil koefisien regresi yang negatif
menunjukkan hubungan bersifat negatif, tingkat signifikansi sebesar 0,837 > 0,05
dan nilai t hitung > t tabel (-0,207 > -2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga
disimpulkan bahwa variabel personal financial need tidak berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis ketiga H 3
ditolak.
Pengaruh External Pressure Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel
External pressure mempunyai hasil koefisien regresi yang negatif menunjukkan
hubungan bersifat negatif, tingkat signifikansi sebesar 0,589 > 0,05 dan nilai t hitung
> t tabel (-0,545 > -2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga disimpulkan
27
bahwa variabel personal financial need tidak berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesi keempat H 4 ditolak.
Pengaruh Nature Of Industry Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel
Nature of industry mempunyai hasil koefisien regresi yang positif menunjukkan
hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,188 > 0,05 dan nilai t hitung
< t tabel (1,338 < 2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga disimpulkan
bahwa variabel nature of industry tidak berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis kelima H 5 ditolak.
Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel
Ineffective monitoring mempunyai hasil koefisien regresi yang positif
menunjukkan hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,550 > 0,05
dan nilai t hitung < t tabel (0,603 < 2,02108). Hal ini berarti H 0 ditolak, sehingga
disimpulkan bahwa variabel ineffective monitoring tidak berpengaruh signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis keenam H 6
ditolak.
Pengaruh Rasionalization Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Dari tabel 4.9 signifikansi hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel
Rasionalization mempunyai hasil koefisien regresi yang positif menunjukkan
hubungan bersifat positif, tingkat signifikansi sebesar 0,231 > 0,05 dan nilai t hitung
< t tabel (1,217 < 2,02108). Hal ini berarti H 0 diterima, sehingga disimpulkan
bahwa variabel rasionalization tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan. Dengan demikian hipotesis ketujuh H 7 ditolak.
Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hasil uji simultan bahwa variabel financial stability pressure, financial
targets, personal financial need, external pressure, nature of industry,
ineffective monitoring, dan rasionalization secara simultan berpengaruh
28
terhadap kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan
manajemen laba.
2. Financial stability pressure tidak berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan.
3. Financial targets berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan.
4. Personal financial need tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan.
5. External pressure tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan.
6. Nature of industry tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan.
7. Ineffective monitoring tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan
laporan keuangan.
8. Rasionalization tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Saran
Saran-saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya
berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah sampel perusahaan yang terdaftar di BEI tidak hanya pada
perusahaan manufaktur saja, seperti perbankan, transportasi, real estate,
property, infrastruktur dan lain sebagainya.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan proksi untuk
financial stability pressure, financial targets, personal financial need,
external pressure, nature of industry, ineffective monitoring, dan
rasionalization. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan proksi seperti
leverage. Selain itu, proksi dari kecurangan laporan keuangan dapat
menggunakan proksi lain seperti penyajian laporan keuangan kembali.
29
3. Menambahkan jumlah sampel kategori perusahaan agar dapat
memprediksi kasus kecurangan laporan keuangan pada kategori
perusahaan lainnya.
4. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya memperluas periode pengamatan
agar dapat lebih menggambarkan adanya kecurangan pelaporan keuangan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Annisya Mafiana. 2016. Pendeteksian Fraudulent Financial Statement Dengan Analisis Fraud Diamond (Studi Empiris Perusahaan Jasa Sektor Properti Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014. Skripsi : Universitas Lampung
Annisya Mafiana., Lindrianasari., & Asmaranti Yuztitya. 2016. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Fraud Diamond”.Jurnal Bisnis dan Ekonomi.Vol. 23, No. 1.Hal.72-89.
Anshori, Fakhri Muhammad. 2015. Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Oleh Auditor Spesialis Industri Dengan Analisis Fraud Triangle. Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Fadhil, Muhammad.,& Siregar , Sylvia. 2012. Analisis Pengungkapan Segmen : Faktor-Faktoryang Mempengaruhi dan Dampaknya Terhadap Biaya Ekuitas.Jurnal Ekonomi dan Keuangan: Universitas Indonesia
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang : Universitas Diponegoro.
Https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/
Koroy, Ramaraya Tri. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan Oleh Auditor Eksternal.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No. 1.
Kurniawati, Ema. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud DalamPerspektif Fraud Triangle. Skripsi : Universitas Diponegoro
Kusumawardhani, Prisca. 2013. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. Universitas Negeri Surabaya.
Manurung T. H. Daniel, dan Hadian Niki. 2013. Detection Fraud Of Financial Statement With Fraud Triangle.International Business Research : University Widyatama.
Marfuah, Laila Tiffani. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Islam Indonesia.
Martantya, Daljono. 2013. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan Dan Peluang (Studi Empiris Perusahaan Yang Mendapat Sanksi Dari Bapepam Periode 2002-2006)”.Journal of Accounting.Vol. 2, No. 2.Hal.1-12.
31
Kurniawati, Ema. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud DalamPerspektif Fraud Triangle. Skripsi : Universitas Diponegoro
Kusumawardhani, Prisca. 2013. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. Universitas Negeri Surabaya.
Manurung T. H. Daniel, dan Hadian Niki. 2013. Detection Fraud Of Financial Statement With Fraud Triangle.International Business Research : University Widyatama.
Marfuah, Laila Tiffani. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Universitas Islam Indonesia.
Martantya, Daljono. 2013. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan Dan Peluang (Studi Empiris Perusahaan Yang Mendapat Sanksi Dari Bapepam Periode 2002-2006)”.Journal of Accounting.Vol. 2, No. 2.Hal.1-12.
Meckling, W. H., dan Jensen, M. C, 1976. "Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure", Journal of Financial Economic,, Vol. 3, No. 4: 305-360.
Molida, Resti. 2011. Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need dan Ineffective Monitoring pada Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle. Universitas Diponegoro.
Norbarani Listiana. 2012. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Fraud Triangle Yang Diadopsi Dalam SAS No.99. Skripsi : Universitas Diponegoro
Sihombing Samuel Kennedy, Rahardjo Nur Shiddiq. (2014). “Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012”.Journal of Accounting.Vol. 3, No. 2.Hal.1-12.
Skousen J Christopher.,Smith R Kevin.,dan Wright J Charlotte. 2008. Detecting And Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness Of The Fraud Triangle And SAS No.99. University Utah State.
Sukirman, Sari Pramono Maylia. 2013. Model Deteksi Kecurangan Berbasis Fraud Triangle. Jurnal Akuntansi & Auditing, Vol. 9, No. 2.
Susanti Yayuk Andri. 2014. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Fraud Triangle. Skripsi: Airlangga.
32