Upload
hoangduong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kebudayaan Pegawai PEMDA di Kota Bandung
LAPORAN KU4184 ANTROPOLOGI
Disusun Oleh Kelompok 9A
Ketua: Albert Raditya S (135 06 077)
Anggota :
Cucu Sukaenah (10106074)
Erlina (105 06 089)
I Made Rommy P (122 06 065)
Ade Lesmana (131 05 034)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2010
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................2BAB I Pendahuluan.........................................................................................................3
1.1. Latar belakang...................................................................................................31.1.1 Profil BAPPEDA Kota Bandung....................................................................41.1.2 Profil Diskominfo Propinsi Jawa Barat...........................................................8
1.2 Tujuan......................................................................................................................131.3 Rumusan Masalah....................................................................................................14BAB II Landasan Teori..................................................................................................16BAB III Metode Penelitian............................................................................................19
3.1 Metode Kuantitatif...............................................................................................193.2 Metode Kualitatif.................................................................................................283.3 Studi Literatur......................................................................................................333.4 Observasi.............................................................................................................33
BAB IV Analisis dan Pembahasan................................................................................344.1. Sistem Pengetahuan............................................................................................344.2. Bahasa.................................................................................................................344.3. Agama.................................................................................................................354.4. Sosial.................................................................................................................. 354.5. Ekonomi..............................................................................................................364.6. Teknologi............................................................................................................364.7. Kesenian............................................................................................................. 36
BAB V Kesimpulan dan Saran......................................................................................385.1 Kesimpulan..........................................................................................................385.2 Saran....................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................40LAMPIRAN..................................................................................................................41
2
Bab 1
Pendahuluan
1.1.Latar belakang
Mata pencaharian di Indonesia pada umumnya dibagi menjadi 3 jenis, yaitu pegawai
negeri, pegawai swasta dan wiraswasta. Ketiga jenis tersebut memiliki banyak
perbedaan yang menyebabkan orang-orang memilih menjadi salah satu dari ketiga jenis
mata pencaharian tersebut.
Kelompok kami akan membahas mengenai kebudayaan pegawai PEMDA di kota
Bandung, dimana pegawai PEMDA merupakan pegawai negeri. Banyak alasan kenapa
orang lebih memilih menjadi pegawai PEMDA daripada menjadi pegawai swasta atau
wiraswasta. Adanya rasa kenyamanan dan keamanan menjadi pegawai negeri. Mereka
akan mendapatkan dana pensiun yang tetap pada setiap bulan. Di samping itu, dalam
dunia pekerjaannya, mereka tidak terlalu dituntut untuk menyelesaikan pekerjaan tepat
waktu.
Dikarenakan rasa kenyamanan dan keamanan tersebut, banyak pegawai PEMDA yang
kurang disiplin. Paling mencolok dari ketidakdisiplinan pegawai PEMDA dapat dilihat
dari ketepatan waktu bekerja. Banyak yang datang terlambat, dikarenakan oleh banyak
sekali alasan. Selain itu, mereka kadang-kadang juga suka bolos kerja, dengan alasan
yang mereka buat sendiri. Mereka melakukan hal-hal tersebut dikarenakan tradisi yang
sudah lama tercipta di lingkungan kerjanya. Dampak dari ketidakdisiplinan tersebut
yaitu, banyak pekerjaan yang tidak selesai tepat waktu. Tentu saja itu sangat merugikan
masyarakat yang ingin dilayani dengan baik oleh pegawai PEMDA.
Dari sikap-sikap ketidakdisiplinan pegawai PEMDA di atas, akan menciptakan
pandangan yang kurang baik dari masyarakat. Masyarakat akan menilai kinerja pegawai
PEMDA tersebut tidak baik. Masyarakat butuh kinerja dari pegawai PEMDA yang baik
3
agar kepentingan mereka juga cepat selesai dan lancar. Dikarenakan pegawai PEMDA
yang kurang disiplin, maka kepentingan masyarakat pun akan tidak lancar dan
merugikan.
1.1.1 Profil BAPPEDA Kota BandungA. Sejarah
Pada tahun 1969 Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat telah memiliki suatu Badan
yang menangani masalah pembangunan yang disebut badan Perancang
Pembangunan daerah (BAPPEMDA). Badan ini dibentuk berdasarkan SK Gubernur
No. 163 Tahun 1969 tanggal 16 Agustus 1969, Badan ini meriupakan embrio dari
Badan Perencanaan Pembangunan di Daerah Jawa Barat.
Pada Tahun 1972 Jawa Barat telah menyempurnakan badan Perencanaan yang
disebut Badan Perancang Pembangunan Kotamadya yang disebut BAPPEMKO
untuk Kotamadya dan BAPPEMKA untuk Kabupaten
BAPEMKO merupakan Badan Perencanaan yang pertama di Indonesia yang
bersifat regional dan lokal yang ditetapkan dengan SK Gubernur Propinsi Jawa
Barat No. 43 tahun 1972, setelah berjalan selama 2 tahun kedudukan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah baru dikukuhkan dan diakui dengan SK Presiden
No. 15 Tahun 1974 untuk Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat, sedangkan untuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II, SK Gubernur masih tetap berlaku .
Surat Keputusan Presiden No. 27 Tahun 1980 mempertegas Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Tingkat II diakui secara Nasional, dengan SK Presiden
tersenut lahirlah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II atau
BAPPEDA Tingkat II. Pertimbangan yang mendasari terbitnya SK Presiden No. 27
tahuan 1980 yaitu :
1. Untuk meningkatkan keserasian pembangunan di daerah diperlakukan adanya
peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan pembangunan
regional.
4
2. Untuk menjamin laju perkembangan, keseimbangan dan kesinambungan
pembangunan di daerah diperlukan perencanaan yang menyeluruh, terarah serta
terpadu.
Pembentukan BAPPEDA Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung berdasarkan
Perda No. 21 tahun 1981 dan Perda No. 24 tahun 1981 telah mengalami penyesuian
sejalan dengan perubahan paradigma pembangunan. BAPPEDA Kotamadya Daerah
Tingkat II Bandung berkedudukan di Daerah Tingkat II Bandung merupakan Badan
Staff yang langsung berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikotamadya
daerah Tingkat II Bandung. BAPPEDA Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung
mempunyai hubungan fungsional dengan BAPPENAS (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional) maupun dengan BAPPEDA Propinsi daerah Tingkat I Jawa
Barat.
Fungsi dari BAPPEDA berdasarkan Perda No. 21 dan Perda No. 24 Tahun 1981
adalah :
1. Menyusun Pola Dasar Pembangunan Daerah yang terdiri dari Pola Umum
Pembangunan Daerah jangka panjang dan Pola Umum Pelita Daerah menyusun
Repelita Daerah dan menyusun Program Tahunan Daerah.
2. Mengkoordinasikan perencanaan diantara dinas dinas, satuan organisasi lain
dalam lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II, instansi dan Badan lain yang
berada di Wilayah Daerah Tingkat II Bandung
3. Menyusun RAPBD Tingakat II bersama sama dengan Bagian Keuangan
4. Melaksanakan koordinasi dan atau mengadakan penelitian bagi kepentingan
pembangunan di daerah.
5. Mengikuti perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan di daerah untuk
menyempurnakan perencanaan selanjutnya.
6. Memonitor pelaksanaan pembangunan di daerah.
7. Melakukan kegiatan lainnya dalam rangka perencanaan sesuai dengan petunjuk
Walikotamadya Daerah Tingkat II Bandung.
B. Visi dan Misi
5
1. Visi
“Terwujudnya BAPPEDA sebagai perencana professional dan akuntabel tahun
2008 dalam mendukung kota jasa bermartabat”
2. Misi
a. Meningkatkan SDM Bappeda sebagai aparatur yang professional
b. Mendorong terwujudnya esprit de corps
c. Meningkatkan produktivitas kinerja pegawai dengan target kinerja yang
terukur
d. Meningkatkan pemahaman tugas, pokok, dan fungsi Bappeda sebagai
lembaga perencana
C. Struktur Organisasi
D. Tugas Pokok dan Fungsi
6
1. Tugas Pokok BAPPEDA
“Membantu Walikota dalam menyelenggarakan Pemerintahan Kota di Bidang
Perencanaan Pembangunan Daerah”
2. Fungsi
a. Perumusan kebijakan umum bidang perencanaan pembangunan daerah
b. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah yang
meliputi data dan statistik, perencanaan ekonomi, perencanaan sosial dan
budaya, serta perencanaaan fisik dan prasarana
c. Pelaksanaan pelayanan teknis administrasi meliputi administrasi umum dan
keuangan serta administrasi kepegawaian badan
7
1.1.2 Profil Diskominfo Propinsi Jawa Barat
A. Sejarah
Kantor Pengolahan Data Elektronik (KPDE) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
adalah kelanjutan dari organisasi sejenis yang semula sudah ada di lingkungan
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan nama Pusat Pengolahan
Data (PUSLAHTA) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Keberadaan PUSLAHTA di Jawa Barat dimulai pada tahun 1977, yaitu dengan
adanya Proyek Pembangunan Komputer Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat. Proyek tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan sarana prasarana dalam
rangka memasuki era computer. Dalam perkembangan selanjutnya, pada tanggal 8
April 1978 dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
Nomor : 294/Ok.200-Oka/SK/78 diresmikan pembentukan/pendirian Kantor Pusat
Pengolahan Data (PUSLAHTA) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat yang
berkedudukan di jalan Tamansari No. 57 Bandung.
Sebagai tindak lanjut dari Surat Keputusan Gubernur Nomor :
294/Ok.200-Oka/SK/78, maka pada tanggal 29 Juni 1981 pendirian Kantor
PUSLAHTA dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 2 Tahun 1981 tentang
Pembentukan Pusat Pengolahan Data (PUSLAHTA) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat dan Peraturan Daerah Nomor : 3 Tahun 1981 tentang Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Pusat Pengolahan Data Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Dengan
kedua Peraturan Daerah tersebut keberadaan PUSLAHTA di lingkungan
Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat semakin berperan, khususnya
dalam melaksanakan kebijaksanaan Gubernur Kepala Daerah di bidang
komputerisasi. Akan tetapi keberadaan kedua Peraturan Daerah tersebut tidak
mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang dalam hal ini Menteri Dalam
Negeri, sehingga keberadaan PUSLAHTA di lingkungan Pemerintah Daerah
Tingkat I Jawa Barat kedududkan organisasi menjadi non structural. Akan tetapi
dengan keberadaan Puslahta Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat pada masa itu
telah banyak dirasakan manfaatnya selain oleh lingkungan Pemerintah Provinsi
8
Jawa Barat juga oleh instansi lain dalam bentuk kerja sama penggunaan mesin
computer IBM S-370/125 seperti : PJKA, IPTN, ITB dan pihak swasta lainnya.
Dalam perjalanan waktu yang cukup panjang, yaitu lebih kurang 14 tahun sejak
PUSLAHTA didirikan, pada tanggal 27 Juni 1992 dengan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 21 Tahun 1992 Organisasi
PUSLAHTA Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dibubarkan. Di dalam salah satu
pasal Surat Keputusan Gubernur No. 21 tahun 1992 dinyatakan bahwa tugas dan
wewenang PUSLAHTA dialihkan ke Kantor Bappeda Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat.
Pada tanggal yang sama dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur No. 21 tahun
1992 tentang Pembubaran PUSLAHTA Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat,
keluar Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 22 Tahun
1992 tentang Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik (KPDE) Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat sebagai pelaksana dari Instruksi Menteri Dalam negeri
Nomor : 5 tahun 1992 tentang Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik
Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : 5 Tahun 1992
tentang Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik, pada tanggal 30 Juni
1993 keluar persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
(Menpan) dengan Nomor : B-606/I/93 perihal Persetujuan Pembentukan Kantor
Pengolahan Data Elektronik untuk Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan,
Jawa Barat, Sumatera Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dengan keluarnya Surat Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
(Menpan) tersebut, maka untuk mengukuhkan Keputusan Gubernur Nomor 22
Tahun 1992 diajukan Rancangan Peraturan Daerahnya, dan akhirnya pada tanggal
21 Juni 1994 berhasil ditetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat Nomor : 4 tahun 1994 tentang Pengukuhan Dasar Hukum Pembentukan
Kantor Pengolahan Data Elektronik Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dan
9
Nomor 5 tahun 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data
Elektronik Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
Selanjutnya kedua Peraturan Daerah tersebut diajukan ke Menteri Dalam Negeri
untuk mendapat pengesahan, dan pada tanggal 10 Juli 1995 keluar Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor : 59 Tahun 1995 tentang Pengesahan Peraturan
Daerah Nomor : 4 dan Nomor : 5 Tahun 1994, dengan demikian KPDE Propinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat secara resmi menjadi salah satu Unit Pelaksana
Daerah yang struktural.
Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor : 16 Tahun 2000 tanggal
12 Desember 2000 tentang Lembaga Teknis Daerah Propinsi Jawa Barat telah
ditetapkan Badan Pengembangan Sistem Informasi dan Telematika Daerah
disingkat BAPESITELDA sebagai pengembangan dari Kantor Pengolahan Data
Elektronik yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor : 22 Tahun 1992
dan dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 5 Tahun 1994. Sedangkan
Kantor Pengolahan Data Elektronik itu sendiri merupakan pengembangan dari Pusat
Pengolahan Data (PUSLAHTA) Propinsi Jawa Barat yang berdiri pada tanggal 8
April 1978 melalui Surat Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat No. 294/OK.200-
Oka/SK/78, dan keberadaannya dikukuhkan dengan Peraturan Daerah No. 2 Tahun
1981 tanggal 29 Juni 1981.
Dasar Hukum :
1. Keputusan Presiden RI Nomor 50 Tahun 2000 tentang Tim Koordinasi
Telematika Indonesia ;
2. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat No. 16 Tahun 2000 tentang Lembaga
Teknis Daerah Propinsi Jawa Barat.
Nomenklatur :
BAPESITELDA adalah singkatan dari Badan Pengembangan Sistem Informasi dan
Telematika Daerah. Telematika singkatan dari Telekomunikasi, Multimedia dan
Informatika .
10
Selanjutnya, berdasarkan Perda Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, maka Bapesitelda Prov. Jabar diganti
menjadi Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat.
Perubahan ini merupakan kenaikan tingkat dan memiliki ruang lingkup serta
cakupan kerja lebih luas. Sasarannya tidak hanya persoalan teknis, tapi juga
kebijakan, baik hubungannya kedalam maupun menyentuh kepentingan publik
khususnya dibidang teknologi informasi. Dengan platform dinas, maka Diskominfo
dapat mengeluarkan regulasi mengenai teknologi informasi dalam kepentingan
Provinsi Jawa Barat, terutama pencapaian Jabar Cyber Province Tahun 2012.
Berdasarkan Perda tersebut, Dinas Komunikasi dan Informatika berada diperingkat
20 dengan sruktur organisasi sebagai berikut di bawah ini.
1. Kepala
2. Sekretariat, membawahkan :
a. Sub.Bagian Perencanaan dan Program
b. Subbagian Keuangan;
c. Subbagian Kepegawaian dan Umum;
3. Bidang Pos Dan Telekomunikasi, membawahkan :
a. Seksi Pos Dan Telekomunikasi;
b. Seksi Monitoring dan Penetiban Spektrum Frekuensi;
c. Seksi Standarisasi Pos Dan Telekomunikasi;
4. Bidang sarana Komunikasi Dan Diseminasi Informasi, membawahkan :
a. Seksi Komunikasi Sosial ;
b. Seksi Komunikasi Pemerintah Dan Pemerintah dareah;
c. Seksi Penyiaran Dan Kemitraan Media;
5. Bidang Telematika, membawahkan;
a. Seksi Pengembangan Telematika;
b. Seksi Penerapan telematika;
c. Seksi Standarisasi dan Monitoring Evaluasi Telematika
6. Bidang Pengolahan Data Elektronik, membawahkan:
a. Seksi Kompilasi Data ;
11
b. Seksi Integrasi Data ;
c. Seksi Penyajian Data dan Informasi.
B. Visi
”Terwujudnya Layanan Pemerintahan Berbasis TIK dan Masyarakat Informasi Jawa
Barat dalam mendukung akselerasi menuju masyarakat Jawa Barat yang Dinamis,
Mandiri dan Sejahtera.”
C. Struktur Organisasi
12
D. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusanpemerintahan Daerah
bidang Kominkasi dan Informatika berdasarkan asas otonomi,dekonsentrasi dan
tugas pembantuan.
2. Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimanadimaksud Ayat (1) pasal ini,
Dinas Komunikasi dan Informatika mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan perumusan, penetapan pengaturan dankoordinasi serta
pelaksanaan kebijakan teknis urusan teknis pos dantelekomunikasi, sarana
komunikasi dan diseminasi, telematika, serta pengolahandata elektronik;
b. penyelenggaraan fasilitas dan pengendalian komunikasi daninformatika
meliputi pos dan telekomunikas, sarana komunikasi dan
diseminasiinformasi, telematika, serta pengolahan data elektronik;
c. penyelengaraan koordinasi danpembinaan UPTD
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kebudayaan pegawai PEMDA yang dilihat dari
tujuh aspek kebudayaan, yaitu pengetahuan, bahasa, agama, sosial, ekonomi, kesenian
dan teknologi.
Aspek pengetahuan akan membahas mengenai tingkat pendidikan dari pegawai-pegawai
PEMDA tersebut. Apakah minimal tingkat pendidikan yang harus dimiliki ato
keterampilan yang harus dimiliki sebagai pegawai PEMDA.
Kita juga akan membahas mengenai bahasa sehari-hari yang digunakan dalam
lingkungan kerja pegawai PEMDA kota Bandung. Karena banyak juga warga
pendatang dari luar kota Bandung yang menjadi pegawai PEMDA di kota Bandung.
Apakah pengaruh yang terjadi, karena keanekaragaman asal daerah dari pegawai
PEMDA di kota Bandung.
13
Agama yang dianut oleh pegawai PEMDA juga merupakan aspek kebudayaan yang
harus dibahas. Keanekaragaman agama apa saja yang dianut oleh pegawai PEMDA di
kota Bandung.
Aspek sosial merupakan aspek paling penting dalam kebudayaan PEMDA di kota
Bandung. Kita akan melihat bagaimana banyak ketidakdisiplinan itu terjadi melalui
aspek sosial ini. Bagaimana hubungan antar pegawai yang terjadi disana, dan juga
apakah perbedaan pangkat pada mereka sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial
mereka.
Faktor ekonomi merupakan hal yang menarik dalam kebudayaan pegawai PEMDA.
Kita akan membahas mulai dari tingkat penghasilan dan pengeluaran dari pegawai
PEMDA yang terdiri dari berbagai pangkat atau jabatan. Apakah pengaruh yang terjadi
dikarenakan perbedaan tingkat penghasilan tersebut.
Aspek kesenian dapat kita lihat dari acara kebudayaan-kebudayaan yang sering
dilakukan. Apakah banyak pegawai PEMDA yang suka mengikutinya dan berminat
dalam bidang kesenian.
Dari aspek teknologi, kita bisa melihat seberapa maju teknologi yang digunakan dalam
lingkungan kerja di PEMDA. Apakah semua pegawai dapat dengan baik menggunakan
teknologi yang tersedia.
1.3 Rumusan Masalah
Setiap instansi memiliki visi dan misi yang harus dicapai untuk kemajuan dari instansi
tersebut. Untuk mencapainya dengan baik, dibutuhkan kerja sama dari seluruh pegawai
yang baik. Kerja sama tersebut dapat dilihat dari etos kerja para pegawai PEMDA untuk
mencapainya.
Dalam membahas kinerja pegawai negeri, kita akan langsung tertuju pada tingkat
kedisiplinannya. Dari ketidakdisiplinan tersebut, apakah tindakan atau sanksi yang
14
harus diberikan agar etos kerja akan dapat berlangsung dengan baik dan visi misi dari
instansi tersebut akan tercapai.
Instansi juga mengerti kepentigan dari pegawai PEMDA tersebut, mengapa mereka
tidak disiplin. Instansi PEMDA akan memberikan toleransi kepada pegawai yang
kurang disiplin tetapi tetap dalam konteks yang seimbang, tidak terlalu longgar dan
tidak terlalu ketat selama alasan mereka masih dapat diterima.
Dalam dunia pekerjaan pegawai PEMDA, banyak hal yang menarik dari hubungan
sosial antar pegawai. Tentu saja mereka melakukan ketidakdisiplinan karena yang
member sanksi merupakan teman mereka sendiri dalam instansi. Oleh karena itu banyak
terjadi kelonggaran dalam sanksi yang diterima oleh pegawai PEMDA. Itu merupakan
contoh hubungan sosial yang terjadi dalam dunia pekerjaan PEMDA.
15
Bab 2
Landasan Teori
Banyak orang yang mendefinisikan arti dari budaya. Pada dasarnya budaya merupakan
cipta,rasa, dan karsa yang dihasilkan oleh manusia. Salah satu pengertian budaya
menurut Edgar H. Schein ( 1992) adalah Budaya merupakan suatu pola asumsi dasar
yang diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai
pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi ekstrenal dan integrasi internal yang
resmi dan terlaksana dengan baik dan oleh karena itu diajarkan/diwariskan kepada
angota-anggota baru sebagai cara yang tepat memahami, memikirkan dan merasakan
terkait dengan masalah-masalah tersebut.
Budaya perusahaan dapat dikatakan sebagai pola terpadu antara perilaku manusia di
dalam organisasi ataupun sebuah lembaga termasuk dalam hal pemikiran, tindakan, dan
pembicaraan yang dipelajari dan akan diteruskan kepada generasi selanjutnya. Budaya
dalam suatu perusahaan atau suatu badan sangat penting dalam mempengaruhi kenerja
pegawai dan pengembangan karir. Budaya perusahaan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu
kebijakn perusahaan, jati diri perusahaan, dan kinerja individu pegawai perusahaan.
Kami mengambil 5 budaya yang sesuai dengan kebudayaan dari pegawai pemerintah
daerah (PEMDA) yang ada di kota bandung yang kami teliti. Lima teori ini sesuai
dengan hasil penelitian kami.
1. “Policies codify social norms and values, and articulate fundamental organizing
principles of society, they also contain implicit (and sometimes explicit) models
of society.”
Cris Shore, dan Susan Wright buku Anthropology of policy : critical
perspectives on governance and power
Menurut teori ini norma atau aturan sosial sangat mempengaruhi prinsip-prinsip
yang terbentuk dalam sebuah lembaga ataupun oraganisani sosial baik secara
16
implisit amaupun secara eksplisit. Pemda bisa dikatakan lembaga organisasi
karena disini terdiri dari kumpulan orang yang memiliki visi dan misis tertentu
serta tujuan yang sama.
Jadi, berdasarkan teori ini kebudayaan atau kebiasaaan yang terbentuk dalam
pegawai PEMDA di BAPPEDA dan DEPKOMINFO dipengaruhi pula oleh
norma sosial yang berkembang di perusahaan , misalnya dengan adanya
toleransi yang tinggi dalam budaya Indonesia sehingga keterlambatan karena
urusan keluarga dianggap hal yang wajar.
2. Malinowski tahun 1926, menyatakan
“A policy can serve as a guide to behavior and charter for action “
Teori ini menyatakan bahwa sikap dan karakter saat melakukan aksi tertentu
bergantung pada kebijaksaan. Hal ini berkaitan dengan sikap dan kebiasaan
pegawai PEMDA yang disebabkan banyak kebijaksaaan dalam aturan PEMDA
sehingga kurang disiplin dalam penggunaan waktu kerja.
3. Teori adaptasi budaya (cultural adaptation theory) dari Parson (dalam Wallace
dan Wolf, 1980), yang menyatakan bahwa kebudayaan manusia berkembang
dan mengalami perubahan karena adanya peningkatan kemampuan beradaptasi.
Dalam teori ini ditekankan bahwa kebudayaan akan berkembang dengan Adanya
kemampuan manusia dalam beradaptasi. Kemampuan manuasia yang tinggi
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya menghasilkan perubahan yang
cenderung pada pengembangan diri manusia.
PEMDA merupakan suatu lembaga yang terdiri dari berbagai kultur budaya dan
berbagai manusia yang memiliki tingkat motivasi yang berbeda, pandangan yang
berbeda, kebiasaan berbeda, karakter yang berbeda dan tingkat pendidikan yang
berbeda. Dengan adanya banyak perbedaan itu, maka semua pegawai harus
beradaptasi agar tercipta kerja sama yang baik antar pegawai dan juga antar
pegawai dengan atasan.
4. Teori legitimasi kelas (class legitimation theory), yang menyatakan bahwa
perubahan kebudayaan terjadi karena adanya pergeseran posisi kelas sosial
dalam struktur masyarakat (Wuthnow, 1992)
17
Teori ini menegaskan tentang adanya perbedaan kebudayaan yang disebakan
adanya perbedaan kelas sosial. Hal ini dapat dianalogikan dalam BAPPEDA dan
DEPKOMINFO terdiri dari berbagai jenjang jabatan. Perbedaan kebudayaan
yang nyata terlihat adalah antara pegawai pemimpin pasti memiliki perbedaan.
Hal ini bisa disebabkan seorang pemimpin adalah penentu kebijakan sedangkan
pegawai adalah pelaksana kebijkan . Pada umumnya hal inilah yang terjadi
dalam sebuah lembaga. Di setiap jenjang pasti memiliki kebudayaan yang
berbeda sesuai dengan cara pandang dan biasanya juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan.
5. Teori kelembagaan (institutional theory), yang menyatakan bahwa perubahan
kebudayaan dipengaruhi oleh konfigurasi kelembagaan (Wuthnow, 1992)
Berdasarkan teori ini maka kebudayaan terbentuk tergantung pada bentuk dan
susunan dari lembaga tersebut. Seperti, lembaga pemerintahan maka akan
memiliki kebiasaaan yang sesuai dengan lembaga pemerintahan lainnya dalam
hal-hal umum seperti keharusan dalam menjalankan kebijakan yang dibuat oleh
lembaga.
18
Bab 3
Metode Penelitian
Pada penelitian “Kebudayaan Pegawai PEMDA di Kota Bandung”, penulis
mengumpulkan data dengan beberapa metode yaitu:
- Metode kuantitatif (kuesioner)
- Metode kualitatif (wawancara)
- Studi Literatur
- Observasi
3.1 Metode Kuantitatif
Penulis menggunakan metode penyebaran kuesioner untuk cara kuantitatif dalam
penelitian. Sifat penyebaran kuesioner adalah dengan memantau kebudayaan pegawai
PEMDA di Bandung. Penyebaran kuesioner dilakukan di BAPEDDA Kota Bandung,
BAPEDA Propinsi Jawa Barat, dan Dinas Telekomunikasi dan Teknologi Informasi
Nasional provinsi Jawa Barat.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai divisi-divisi pekerjaan dari para pengisi
kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 31 persen bekerja pada bagian kepegawaian
umum, 9 persen bagian perencanaan dan program, 5 persen pada bagian
kepemerintahan, 5 persen bagian fisik, 7 persen bagian ekonomi, 2 persen bagian
pertanian, 17 persen bagian penelitian, pengendalian dan evaluasi, dll.
19
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai agama dari para pengisi kuesioner.
Berdasarkan hasil kuesioner, 100 persen pengisi kuesioner beragama islam.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai jenjang pendidikan dari para pengisi
kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 26% pengisi kuesioner merupakan lulusan
SMA, 1% lulusan D1-D2, 18% lulusan D3, 24% lulusan S1, 29% lulusan S2, dan 2%
lulusan S3.
20
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai bahasa yang dipergunakan di kantor oleh
para pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 26 persen pengisi kuesioner
berbahasa sunda, 23 persen berbahasa Indonesia, dan 51 persen pengisi kuesioner
menggunakan campuran bahasa Sunda dan Indonesia.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai kemampuan bahasa inggris untuk para
pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 58 persen pengisi kuesioner dapat
membaca, 20 persen dapat berbicara, dan 22 persen dapat menulis.
21
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai status para pengisi kuesioner. Berdasarkan
hasil kuesioner, 93 persen menikah, 5 persen belum menikah, dan 1 persen bercerai.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai penggunaan komputer yang dipergunakan
di kantor oleh para pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 42 persen pengisi
kuesioner menggunakan komputer untuk mengetik, 19 persen menggunakan komputer
untuk mendengarkan music, 33 persen menggunakan komputer untuk membuka
internet, dan 6 persen menggunakan komputer untuk bermain.
22
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai penggunaan teknologi yang dipergunakan
di kantor oleh para pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 88 persen pengisi
kuesioner menggunakan teknologi, yaitu sistem informasi, 12 persen pengisi kuesioner
menggunakan teknologi, yaitu sistem absensi.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai frekuensi berkumpul dengan teman
sekantoroleh para pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 10 persen pengisi
kuesioner tidak pernah berkumpul dengan teman serkantor, 30 persen pengisi kuesioner
1- 2 kali berkumpul dengan teman sekantor, 18 persen pengisi kuesioner berkumpul 3-5
23
kali dengan teman sekantor, dan 42 persen berkumpul lebih dari 5 kali dengan teman
sekantor.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai frekuensi acara kesenian kantor para
pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 85 persen mengikuti acara kesenian di
kantor, dan 15 persen tidak mengikuti acara kesenian kantor.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai frekuensi acara keagamaan kantor para
pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 85 persen mengikuti acara keagamaan
di kantor, dan 15 persen tidak mengikuti acara keagamaan kantor.
24
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai frekuensi pelatihan untuk para pengisi
kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 3 persen tidak pernah mengikuti pelatihan di
kantor, 32 persen 1-3 kali mengikuti pelatihan di kantor, 14 persen 4-6 kali mengikuti
pelatihan di kantor, 14 persen 7-10 kali mengikuti pelatihan di kantor dan 37 persen
mengikuti lebih dari 10 kali pelatihan di kantor.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai penghasilan per bulan untuk para pengisi
kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 2 persen memiliki penghasilan kurang 1 juta,
25 persen memiliki penghasilan antara 2 sampai 3 juta, 43 persen memiliki penghasilan
25
antara 2 sampai 3 juta, 16 persen memiliki penghasilan antara 3 sampai 4 juta, dan 14
persen memiliki penghasilan lebih besar dari 4 juta.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai pengeluaran per bulan untuk para pengisi
kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 2 persen memiliki pengeluaran kurang 1 juta,
33 persen memiliki pengeluaran antara 1 sampai 2 juta, 28 persen memiliki pengeluaran
antara 2 sampai 3 juta, 22 persen memiliki pengeluaran antara 3 sampai 4 juta, dan 15
persen memiliki penghasilan lebih besar dari 4 juta.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai persentase kehadiran per bulan untuk para
pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 97 persen memiliki persentase
26
kehadiran per bulan kurang lebih dari 80 persen dan 3 persen memiliki persentase
kehadiran per bulan antara 60 sampai 80 persen.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai frekuensi sangsi atau teguran untuk para
pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 92 persen tidak pernah mendapatkan
sangsi atau teguran, 6 persen mendapatkan 1- 3 kali teguran, dan 2 persen mendapatkan
teguran sebanyak 3-5 kali teguran.
Berikut ini adalah hasil kuesioner mengenai pendapat tentang kesulitan menjadi PNS
untuk para pengisi kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner, 73 persen berpendapat
bahwa masuk menjadi PNS sulit, dan 27 persen mengatakan sebaliknya.
27
Berikut ini adalah tingkat kinerja pegawai untuk para pengisi kuesioner. Berdasarkan
hasil kuesioner, 5 persen berpendapat bahwa kinerja pegawai dibawah 25 persen, 8
persen berpendapat bahwa kinerja pegawai antara 25 sampai 50 persen, 63 persen
berpendapat bahwa kinerja pegawai antara 50 sampai 75 persen, dan 24 persen
berpendapat bahwa kinerja pegawai antara 75 sampai 100 persen,
3.2 Metode Kualitatif
28
Kami menggunakan metode wawancara tentang kebudayaan PEMDA. Berikut ini
adalah hasil wawancara :
Nama : Erna
BAPEDDA Kota Bandung
Apakah Pekerjaan Ibu?
jawab : Mengurus kepegawaian, sarana dan prasarana
Apakah masalah yang Ibu hadapi?
jawab : Apel pagi tidak semua bias hadir. Padahal apel pagi merupakan salah satu
sumber informasi selain dari forum-forum formal.
Berapa banyak pegawai yang datang apel pagi?
jawab : Tergantung hari, misalnya hari senin biasanya yang datang banyak, kurang lebih
50-70 %, tetapi tetap harus ada pembinaan. Tetapi ga bisa pembinaan dari Ibu.
Apa saja sih alas an tidak ikut pagi?
jawab : Kalo ada kendaraan, biasanya macet, mengantarkan anak terlebih dahulu, dll.
Ada sangsi kalo tidak datang apel pagi?
jawab : Yang tidak datang dikumpulkan, selain itu juga ada briefing lalu dievaluasi.
Tapi tetap saja ada yang tidak membaik, ya ada teguran langsung. Jika memang tidak
berubah maka dilaporkan ke atasan, dan ada tindakan tertulis.
Apakah ada acara kekeluargaan?
jawab : Ada, contohnya dharma wanita. 2 bulan sekali ada acara kekeluargaan, dan
tanggal-tanggal tertentu, misalnya menjelang puasa ada ceramah pendidikan. Selain itu
juga halal bin halal untuk seluruh keluarga pegawai, bisa keluar kota atau dalam kota
tergantung anggaran yang ada. Dana untuk outing sebagian dari kantor, sebagian
masing-masing pegawai.
Apakah ada perselisihan antar pegawai?
jawab : Tidak ada sih perselisihan. Masalah yang ada adalah masalah ruangan,
pemeliharaan AC, dll.
Bagaimana dengan masalah kedisiplinan?
jawab : Ya itu masalah apel pagi, dan seragam yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Bagaimana kalo ada pelanggaran kedisiplinan gimana?
jawab : Ya ditanyakan alasannya dan di tegur secara langsung.
Apakah ada peraturan-peraturan lain, misalnya dilarangmenggunakan sendal?
29
jawab : Ya ada peraturan-peraturan seperti dilarang menggunakan sandal, dilarang
menggunakan jeans. Kalo aturan dilarang merokok sekarang tidak ada secara formal,
dulu pernah ada tetapi tidak diimplementasikan dengan baik. Kalo sekarang merokok
yah yang penting tidak diruangan ber-AC. Selain itu, tidak ada peraturan yang berkaitan
dengan waktu luang di kantor
Bagaimana dengan waktu istirahat?
jawab : Waktu istirahat kalo disini sebenernya jam 12-1. Tetapi belum tentu semua bisa
istirahat, jadi menyesuaikan saja. Biasanya kalo di Bapedda istirahatnya bergantian
sehingga tidak kosong.
Apakah ada lembur, Bu?
jawab : Ada dan kalo pegawai BAPEDDA sering sekali lembur. Selain itu pegawai
yang lembur juga ada insentifnya.
Bagaimana dengan proyek–proyek Bapedda?
jawab : Setiap kegiatan sudah ada DPA (jadwal, dll). Untuk pengambilan uang sudah
ada prosedur yaitu: pertama ke bendahara, terus ada tembusan dari ketuanya, baru
setelah itu dananya bisa diambil. Ada kriteria dan persyaratan untuk mengambil dana.
Kalo ke luar, maka akan dipublikasikan untuk luar lewat website, ataupun Koran.
Kemudian akan diklasifikasikan mana yang paling baik.
Bahasa yang dipakai di Bapedda?
jawab : Ada sunda ada bahasa Indonesia. Tergantung pemakaian, kalo berbicara santai
biasanya pake bahasa sunda, tapi rapat menggunakan bahasa Indonesia karena tidak
semua bisa bahasa sunda.
Suku di Bapedda?
jawab : Banyaknya orang sunda, sedikit jawa, dan tidak ada orang Jakarta.
Bagaimana dengan teknologi disini?
jawab : Sudah pake computer sebenernya, misalnya untuk system informasi, absensi,
dll. Contohnya sekarang sedang menggunakan system untuk menyeragamkan usulan
dari tiap kecamatan.
Mayoritas Agama di Bapedda?
jawab : Kebanyakan Islam.
Bagaimana dengan tunjangan ?
jawab : Ada, misalnya tunjangan istri, tunjangan anak, untuk kesehatan melalui ASKES,
30
ada pensiun (TASPEN).
Bagaimana jika mau masuk Bapedda?
jawab : ya lewat CPNS. Persyaratan lengkapnya sih ada di BPD. Tapi biasanya
tergantung kebutuhan juga.
Bagaimana persebaran umur?
jawab : Sangat bervariasi, karena ada yang dari magang sampai yang sudah lama
bekerja.
Saran buat mahasiswa?
jawab : Tolong berikan saran untuk Bapedda agar kinerja Bapedda lebih baik.
Nama : Pak Gusdiman dan Pak Juju
DISKOMINFO Jawa Barat
Apakah Pekerjaan Bapak?
jawab : Mengurus ketatausahaan
Kenapa jadi Pegawai PEMDA?
Jawab: iksthiar, untuk menafkahi keluarga
Suka dan Duka menjadi pegawai PEMDA?
Masalah di kantor?
jawab : Belum terasa, baik financial maupun secara kekeluargaan
Fasilitas?
jawab : Alhamdulillah karena saya muslim, ada mesjid jadi bisa jumatan bersama,
siraman rohani.
Setiap hari senin, ada main bulutangkis. Kalo fasilitas macam mobil, dsb tergantung
dengan kebutuhan.
Acara kekeluargaan?
jawab : Ada Dharma Wanita. Ada pertemuan antar keluarga. Tiap jumat ada SKJ
bersama.
Apakah apel pagi wajib semua datang?
jawab : Iya memang semua PNS wajib datang apel pagi. Tapi biasanya tidak semuanya
datang.
Ada sangsi kalo tidak datang apel pagi?
31
jawab : Kalo tiga hari berturut-turut tidak masuk tanpa alasan mendapatkan teguran
lisan, jika dapat tiga kali teguran lisan maka, setelah itu ada sangsi. Sangsinya seperti
penundaan kenaikan gaji berkala ataupun pangkat.
Di Diskominfo mayoritas beragama muslim?
jawab : Iya. Tapi yang beragama lain juga ada 1 – 2 orang.
Di Diskominfo mayoritas orang Sunda?
jawab : Iya, tapi ada orang padang, jawa, dll.
Apakah ada konflik dengan orang lain?
jawab : Tidak ada, soalnya disini kekeluargaannya cukup kental, saling menghargai
dengan satu dengan lainnya. Misalnya kalo ada yang sakit dijenguk, ada koperasi, dll.
Ada acara kesenian ?
jawab : Tidak ada
Bagaimana dengan penggunaan Teknologi di Diskominfo? Untuk Absensi? Sistem
Informasi?
jawab : Saya kurang mengerti karena pekerjaan saya lebih ke arsip. Kalo untuk
absensinya masih secara lisan.
Ada Acara wajib lain untuk pegawai Pemda Diskominfo?
jawab : Tidak ada, misalnya untuk rapat tahunan juga tergantung dari pimpinan.
Pas waktu luang, ngapain aja?
jawab : Wah, biasanya ga ada waktu kosong. Kalo bagian kesekretariatan biasanya sih
pekerjaannya ada terus yah.
Di diskominfo, jam istirahat jam berapa?
jawab : Antara jam 12.00 – 12.30. kecuali hari jumat, karena ada sholat jumat.
Pas jam istirahat, diisi apa aja?
jawab : Tergantung kebutuhan. Tapi lazimnya makan, sholat, dan mengisi tenaga.
Habis istirahat, ada yang telat?
jawab : Ada, ya kalo telat 5-10 menit ya masih wajar, dan ga ada teguran.
Ada lembur?
jawab : Tergantung surat masuk, kalo banyak surat masuk ya sampe jam 5 lah
maksimal. Tapi divisi lain bisa sampai jam 10.
Ada uang tambahan untuk pegawai yang lembur?
jawab : Ada tapi kurang tahu.
32
Ada tunjangan untuk pegawai DISKOMINFO?
jawab : Jaminan kesehatan, dan pensiun. Tunjangan untuk keluarga juga ada. Ada dan
tergantung golongan.
Ada proyek tidak di DISKOMINFO?
jawab : Ada, tetapi kurang tahu karena cmn bagian arsip.
Bagaimana mau jadi pegawai Diskominfo?
jawab : Yang menentukan dari BKD. Kalo persyaratan umm, misalnya: ijazah, dll.
Awalnya tapi tetap dari CPNS. Tapi tetap ada pengujian khusus untuk setiap bagian.
Saran untuk mahasiswa?
jawab : Selagi bisa selagi mampu manfaatkan waktu, karena kesempatan itu tidak
datang dua kali.
3.3 Studi Literatur
Metode lain yang kami gunakan yaitu dengan metode studi literatur. Sebagian besar
studi literatur yang dilakukan yaitu dengan mempelajari artikel-artikel kebudayaan,
artikel tentang pegawai negeri, dan profil dari masing-masing lembaga yang kami
jadikan bahan penelitian.
3.4 Observasi
Kami melakukan observasi yaitu dengan mengamati aktivitas pegawai PEMDA
langsung di kantor masing-masing ketika apel pagi, jam kerja dan jam istirahat.
33
BAB 4
Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuesioner maupun hasil wawancara dengan
beberapa responden pegawai Pemda, kami dapat mengelompokkannya ke dalam tujuh
unsur kebudayaan secara universal yaitu sistem pengetahuan, bahasa, agama (sistem
religi), Sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial, Sistem mata pencaharian
hidup/sistem ekonomi, sistem teknologi, dan kesenian.
4.1. Sistem Pengetahuan
Sebagian besar pegawai PEMDA di BAPPEDA dan DEPKOMINFO memiliki tingkat
pendidikan yang cukup tinggi yaitu sudah mencapai S1,S2,S3 walaupun masih terdapat
lulusan SMA. Kantor memberikan fasilitas untuk meningkatkan pendidikan yaitu
melalui beasiswa dalam negeri maupun ke luar negeri. Selain itu disediakan pula kursus
bahasa inggris untuk meningkatkan kemampuannya.
4.2. Bahasa Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi antar sesama manusia agar terjalin
hubungan yang selaras, serasi dan seimbang. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan
pegawai pemda dominan berbahasa sunda dan bahasa Indonesia. Walaupun mereka
berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia tetapi mereka tetap menggunakan
bahasa Sunda untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerja mereka yaitu
Bandung yang mempunyai bahasa daerah bahasa Sunda. Bahasa Sunda digunakan
ketika mereka berkomunikasi dengan sesama karyawan di saat kerja maupun disaat
mereka berkumpul. Namun tidak semua pegawai pemda yang mengerti secara
keseluruhan bahasa Sunda. Oleh karena itu, dalam agenda-agenda resmi seperti rapat,
seminar dll, mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi mereka.
34
4.3. Agama
Bangsa Indonesia merupakan bangsa beragama yang mayoritas penduduknya beragama
islam. Oleh sebab itu tidak heran lagi jika sebagian besar pegawai pemda beragama
islam. Hal ini dapat dilihat dari responden yang kami temui secara acak, 100 persen
beragama islam. Namun tidak menutup kemungkinan terdapat pegawai pemda yang
beragama selain islam. Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan, pegawai
pemda yang beragama selain islam sangat sedikit sehingga acara keagamaan yang ada
di pemda hanya acara keagamaan islam, misalnya ceramah agama islam, pengajian,
shalat jumat berjamaah, tausyiah, dan ada juga pembinaan karyawan yang dilakukan
setiap bulan sekali. Kegiatan keagamaan yang dilakukan pegawai pemda dapat dinilai
cukup baik.
4.4. Sosial
Tujuan dari sebuah organisasi ataupun suatu lembaga tidak dapat tercapai dengan baik
jika hubungan sosial dalam lembaga tersebut buruk. Oleh sebab itu hubungan sosial
sangat berpengaruh tehadap kinerja setiap pegawai dalam sebuah lembaga. Namun
hubungan sosial antar pegawai yang terlalu erat sehingga mengabaikan aturan-aturan
yang berlaku dalam organisasi merupakan hal yang tidak dapat dibiarkan. Hal tersebut
tercermin dalam hubungan sosial yang dilakukan oleh pegawai PEMDA. Kekeluargaan
yang terjalin antar pegawai PEMDA sangat baik, jarang sekali terdapat konflik diantara
mereka. Tidak hanya sesama level tetapi juga antara bawahan dan atasan mereka
menganggap semuanya keluarga sendiri. Hubungan seperti itu sangat diharapkan setiap
organisasi, namun jika sudah mengabaikan aturan yang ada misalnya dengan adanya
toleransi yang tinggi antar pegawai PEMDA sehingga keterlambatan dalam apel
ataupun jam kerja karena urusan keluarga (acara keluarga, mengantar anak, menjemput
anak,dll) dianggap hal yang wajar. Adanya kebijakan-kebijakan dan toleransi tersebut
dapat mengganggu aktivitas kerja PEMDA sehingga dapat memperlambat penyelesaian
pekerjaan dari yang seharusnya. Oleh sebab itu, diperlukan penegasan dalam aturan-
aturan yang berlaku dalam PEMDA.
35
4.5. Ekonomi
Taraf hidup pegawai PEMDA sudah cukup baik dilihat dari pengeluaran dan
pemasukan yang cukup seimbang. Walaupun penghasilan sebagai pegawai negeri tidak
sebesar pegawai swasta tetapi masih banyak yang berharap menjadi PNS karena sebagai
PNS mereka memiliki banyak tunjangan dan jaminan pensiun.
4.6. Teknologi
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia semakin meningkat. Oleh
sebab itu diperlukan suatu teknologi yang selalu bekembang setiap saat untuk
memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Namun dengan adanya kemajuan teknologi,
kemajuan budaya manusia juga meningkat. Dengan teknologi yang semakin canggih
dan praktis manusia dapat lebih cepat memperoleh informasi, mengolah data, dan
menyelesaikan pekerjaannya. Budaya manusia menjadi berubah misalnya sebelum ada
internet, manusia harus menempuh perjalanan jauh atau memerlukan waktu yang lama
untuk menyampaikan informasi/data yang berjumlah banyak kepada seseorang tetapi
dengan adanya internet manusia bisa mengirimnya melalui E-mail sehingga banyak
waktu yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan yang lainnya.
Teknologi yang sudah diterapkan dalam lingkungan PEMDA untuk memperlancar dan
mempermudah pekerjaanya sehingga dapat lebih cepat diselesaikan yaitu dengan
adanya fasilitas jaringan internet, sistem informasi, absensi, pemograman untuk
pengolahan data, dll. Sistem absensi yang digunakan tidak lagi secara manual tetapi
menggunakan alat yang dirancang khusus sehingga tanda kehadiran pegawai tidak dapat
dipalsukan dan dapat mengetahui siapa saja yang telat ataupun tidak hadir. Namun
berdasarkan tempat yang kami observasi teknologi ini baru terdapat di BAPEDDA Kota
Bandung, dua tempat lainnya masih menggunakan system absensi manual yaitu dengan
tanda tangan setiap pegawai.
4.7. Kesenian
Kesenian tidak hanya untuk hiburan saja tetapi kesenian juga dapat melatih daya
kreativitas, memperkecil terjadinya stress dan mempererat hubungan sosial jika
36
dilakukan dalam suatu kelompok. Lembaga PEMDA menyediakan faslitas kesenian
untuk semua pegawainya, misalnya pelatihan angklung yang secara langsung palatihnya
dikirim dari saung Udjo, paduan suara, karaoke dan lain-lain. Selain itu adanya senam
bersama yang biasa dilakukan setiap hari jumat. Pada umumnya fasilitas yang diberikan
oleh kantor sudah cukup baik tetapi belum bisa dimanfaatkan secara optimal oleh
pegawai PEMDA. Pegawai yang tertarik dengan kesenian-kesenian ini hanya beberapa
orang saja yaitu sekitar 30 orang dari 196 pegawai.
37
Bab 5
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Kebudayaan tidak dimiliki oleh individu tetapi dimiliki oleh sekelompok orang yang
memiliki persamaan-persamaan tempat tinggal, tempat kerja, bahasa dan adat istiadat.
Budaya perusahaan dapat dikatakan sebagai pola terpadu antara perilaku manusia di
dalam organisasi ataupun sebuah lembaga termasuk dalam hal pemikiran, tindakan, dan
pembicaraan yang dipelajari dan akan diteruskan kepada generasi selanjutnya. Begitu
pula dengan kebudayaan PEMDA yang secara sadar ataupun tidak terbentuk pola
terpadu dari setiap pegawainya.
Walaupun semua orang tahu bahwa penghasilan sebagai pegawai negeri jauh lebih kecil
dibandingkan pegawai swasta tetapi masih banyak orang yang berharap menjadi
pegawai negeri ataupun dalam pembahasan ini menjadi pegawai PEMDA. Hal tersebut
dikarenakan adanya kenyamanan, rasa aman, pensiun, dan tunjangan-tunjangan bagi
pegawai PEMDA yang dirasa lebih menyenangkan dibanding pegawai swasta. Selain
itu Hubungan sosial yang terjalin antar pegawai PEMDA sudah baik, bersifat
kekeluargaan tanpa memandang jenjang karir namun masih belum bisa membedakan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan lembaga sehingga terkadang melanggar
peraturan yang ada. Peraturan-peraturan, kebijakaan-kebijakan, toleransi, dan sanksi
yang kurang tegas bagi pegawai PEMDA menyebabkan sebagian besar pegawai
PEMDA kurang disiplin, misalnya : pegawai PEMDA sering tidak tepat waktu tetapi
masih ditoleransi oleh pihak kepegawaian. Di lihat secara umum etos kerja dari pegawai
PEMDA sudah cukup baik namun masih ada beberapa pegawai yang belum terlalu
peduli.
Unsur-unsur kebudayaan lainnya seperti agama, bahasa, ekonomi, dan sebagainya dapat
dinilai cukup baik.
38
5.2 Saran
Pembahasan mengenai kebudayaan pegawai PEMDA ini hanya menggunakan tiga
tempat saja yaitu BAPPEDA Kota Bandung, BAPEDA Propinsi Jawa Barat, dan Dinas
Telekomunikasi dan Teknologi Informasi Nasional provinsi Jawa Barat sehingga belum
bisa menggambarkan kebudayaan pegawai PEMDA secara umun. Namun berdasarkan
hasil penelitian yang telah kami lakukan, kedisiplinan pegawai PEMDA masih kurang.
Oleh sebab itu, kami memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan
kinerja pegawai PEMDA terutama dalam hal disiplin. Beberapa saran yang kami ajukan
yaitu:
Penegasan terhadap punishment dan reward dari pimpinan
Toleransi terhadap aturan sebaiknya dikurangi
Memberlakukan insentif berbasis kinerja agar para pegawai lebih termotivasi
untuk meningkatkan kinerjanya
Memakai teknologi absensi di pagi hari, siang, dan sore agar pegawai bisa lebih
disiplin
meningkatkan disiplin kerja dengan menegasakan kembali semua aturan kerja
yang telah dibuat.
Memberikan sanksi yang tegas agar dapat bekerja secara maksimal sesuai
dengan jam kerjanya.
Menanamkan kepada pegawai PEMDA bagaimana membedakan urusan kerja
dan kepentingan pribadi.
Membuatkan sistem laporan kehadiran langsung ke pusat sepert ke BUPATI
atau ke GUBERNUR
39
DAFTAR PUSTAKA
http://bappeda-bandung.go.id
http://www.diskominfo.jabarprov.go.id
Alam, Bachtiar. Globalisasi dan perubahan budaya: perspektif Teori Kebudayaan.
Buku Antropologi Indonesia tahun 1998
40
LAMPIRAN
Sesi tanya Jawab Presentasi kelompok 9A Antropologi
1. Rafki (kimi 06)
Pertanyaan : 1. bagaimana penelitian dilakukan selain dengan wawancara dan
kuesioner?
2. Apakah saran untuk perbaikan PEMDA?
Jawaban :
1. penelitian dilakukan juga dengan mengamati kondisi PEMDA saat kami
melakukan wawancara dan menyebarkan kuesioner. Pada saat kami berkunjung
masih ada pegawai PEMDA yang mengobrol pada jam kerja, masih ada meja
kosong saat jam kerja, dan ada juga yang megobrol di pos satpam saat jam kerja
2. Saran untuk perbaikan PEMDA adalah lebih
meningkatkan disiplin kerja dengan menegasakan kembali semua aturan
kerja yang telah dibuat.
Memberikan sanksi yang tegas agar dapat bekerja secara maksimal
sesuai dengan jam kerjanya.
Menanamkan kepada pegawai PEMDA bagaimana membedakan urusan
kerja dan kepentingan pribadi.
Membuatkan sistem laporan kehadiran langsung ke pusat sepert ke
BUPATI atau ke GUBERNUR
2. Iman (teknik minyak)
Pertanyaan :1 .Masalah apa yang paling dominan dari 7 unsur kebudayaan ?
2. Solusi dari masalah itu apa ?
Jawaban
1.Masalah yang paling dominan adalah masalah sosial karena berkaitan dengan
banyakya toleransi keterlambatan yang dimaklumi oleh pihak pegawai PEMDA
2. Membuat sistem terpusat dalam kehadiran pegawai PEMDA
3. Rian (teknik Mimyak)
Pertanyaan :
1. Apa dampak dari kinerja yang kurang baik pegawai PEMDA terhadap
perkembangan kota Bandung?
41
2 .Saran lain untuk menigkatkan kinerja ?
Jawaban :
1 .Memperlambat penyelesaian pekerjaan sehingga molor dari target yang
seharusnya, misalnya pekerjaan yang harusnya bisa diselesaikan 1 minggu
menjadi 2 minggu
2 .Menegaskan sanksi yang didapat jika melanggar aturan dan menanamkan
pentingnya disiplin.
42
43
44
45