Upload
mark-mitchell
View
114
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT
DI DESA ROWORENA KECAMATAN ENDE SELATAN KABUPATEN ENDE
SKRIPSI
Oleh:
Sartini Pawe NIM: 02160029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MALANG 2007
HALAMAN PENGAJUAN
PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT
DI DESA ROWORENA KECAMATAN ENDE SELATAN KABUPATEN ENDE
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi (S.Pd)
Oleh:
Sartini Pawe NIM: 02160029/S-1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MALANG 2007
HALAMAN PERSETUJUAN
PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA ROWORENA KECAMATAN ENDE SELATAN
KABUPATEN ENDE
SKRIPSI
Oleh:
Sartini Pawe NIM: 02160029
Pada Tanggal:
Disetujui Untuk Diujikan
Pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh:
Dosen Pembimbing
Ni’matuz Zuhroh, M.Si NIP.150 377 251
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dr. Wahid Murni, M. Pd. Ak. NIP.150 303 049
HALAMAN PENGESAHAN
PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA ROWORENA KECAMATAN ENDE SELATAN
KABUPATEN ENDE
SKRIPSI
Di Persiapkan dan Di Susun Oleh Sartini Pawe (02160029)
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 7 Januari 2007
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratanuntuk memperoleh gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Ekonomi (S. Pd)
Pada tanggal 16 Januari 2007
Ketua Sidang Sekretaris Sidang Ni'matuz Zuhroh, M. Si
MOTTO
☺
☺ ☺
Artinya:
Katakanlah :”Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya Aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu mengetahui”. (Surat Az-Zumar: 39)
PERSEMBAHAN
Ku-Persembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang aku cintai dan aku sayangi serta
aku hormati dan berarti dalam hidupku.
Buat Ayahanda (Muhammad Yunus) dan Ibunda (Masina Kara) yang selalu memberikan
bimbingan, arahan, serta do’a yang selalu terpanjatkan untukku. Karya ini tidak berarti bila
dibandingkan dengan apa yang Ayahanda dan Ibunda berikan, tapi aku harap karya ini
mampu Ayahanda dan Ibunda bangga.
Buat Adik-adikku tersayang (Tati, Ida, Nisa, Irlan dan Ilham) yang selalu memberikan
semangat dan dukungan untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.
Special thanks to:
Semua Guru-guruku sejak aku belum tahu apa-apa sehingga sekarang ini yang telah
memberikan ilmunya sehingga menjadikan aku orang yang berilmu, semoga Rahmat Allah
senantiasa bersama beliau. Amin. . . .,
Seseorang yang berarti dalam hidupku, makasih ya atas dukungan, perhatian, dan kesabaran
dalam menghadapi aku.
Sahabat-sahabat terbaikku (Inang, Sally, Sri, Nafi dan Lastri) yang selalu kujadikan tempat
berlabuh segala keluh kesahku serta yang memberi semangat dan dukungan dikala aku sedang
fulling down terimah kasih ya!!. . .Ayo semangat . . . .
Teman-temanku IPS angkatan 2002 makasih ya atas segala bantuannya dan dukungannya.
To Apartemen 611 KK
Saudara-saudaraku di 611 KK (Mba Ani, Mba Ciwi’,Mba Mida, Ambon, Inang, Menur,
Nuri, Ros, kak Umi, Luluk, Lilik).
Dan adik-adikku (Irma, Rasyid, Deni, dan Arif).
Kalian semua memberikan warna dalam hidupku dengan kalian semua hari-hari ini terasa
indah.
Nota Dinas Pembimbing
Ni’matuz Zuhroh, M. Si
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Sartini Pawe Malang, 11 Desember 2006
Lamp : 5 (lima) Eksemplar
:
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
di
Malang
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun
teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama : Sartini Pawe
NIM : 02160029
Jurusan : Pendidikan IPS
Judul Skripsi : Peranan Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan
Pendapatan Masyarakat Desa Roworena
Maka selaku pembimbing, kami berpendapatan bahwa skripsi tersebut sudah
layak diajukan. Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb
Pembimbing
Ni’matuz Zuhroh, M. Si
NIP: 150 377 251
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu
perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau
hasil penelitian orang lain, kecuali yang secara tertulis diacukan dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 11 Desember 2006
Sartini Pawe
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah dengan segenap jiwa dan raga penulis panjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi yang
berjudul “ Peranan Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan Pendapatan
Masyarakat di Desa Roworena Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende”.
Sholawat serta salam semoga abadi selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membimbing dan menuntun
ummat-Nya ke jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT, begitu pula bagi
segenap keluarga, para sahabat serta orang-orang yang meneladani dan
mengikutinya.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak dapat terlepas dari
uluran tangan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ayahanda Muhammad Yunus Dan Ibunda Masina Kara yang membimbing
dan mendidik penulis dengan tulus dan sabar serta selalu mendoakan
kesuksesan sehingga menjadikan hidupku lebih bermakna.
2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang
beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan pelayanan kepada
penulis untuk menyelesaikan studi di kampus UIN Malang.
3. Bapak. Prof. Dr. H.M. Djunaidy Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
4. Bapak Dr. Wahid Murni, M. Pd. Ak, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
5. Ibu Nimatuz Zahroh selaku Dosen pembimbing yang telah tulus ikhlas dan
penuh kesabaran memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang budiman, yang telah banyak membantu dan
mengukir penulis dengan ilmu selama menyelesaikan srudi di UIN Malang.
7. Bapak Drs. Bernadus Bae selaku kepala Kelurahan Roworena, yang telah
memberikan izin dan kerja samanya pada kami dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8. Sahabat-sahabatku seperjuangan Tarbiayah / IPS ‘02 dan PKLI ’06 yang telah
banyak membantu penulis baik materiil maupun spiritual demi
terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segalanya. Terima
kasih atas segalanya.
9. Teman-temanku yang tercinta “Lastri, Inang, Sri, Sally, Menur dan Nafi” yang
telah banyak membantu dan memotivasi sehingga penyusunan skripsi ini
dapat terselesaikan.
10. Semua pihak yang ikut membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam
rangka menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan
imbalan yang lebih besar dari Allah SWT dan dicatat sebagai amal sholeh, Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari
pembaca yang budiman sangat penulis harapan demi mendapatkan hasil yang
lebih baik di masa-masa yang akan datang.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Sekaligus dapat menambah khazanah pengetahuan
untuk mengembangkan cakrawala berfikir terutama dalam dunia pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
ABSTRAK ......................................................................................................... xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 6
E. Ruang Lingkup......................................................................... 7
F. Defenisi istilah ......................................................................... 8
G. Sistematika Pembahasan .......................................................... 8
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Industri Kecil............................................................................ 11
1. Pengertian Industri Kecil ..................................................... 12
2. Macam-macam Industri ....................................................... 14
3. Ciri-ciri Industri Kecil.......................................................... 17
4. Beberapa Sarana, Bantuan Serta Pembinaan Bagi
Usaha Kecil .......................................................................... 19
5. Manfaat Industri Kecil ......................................................... 23
B. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil................................... 24
1. Keunggulan Usaha Kecil ..................................................... 25
2. Kelemahan Dalam Mengelola Usaha Kecil ......................... 28
C. Pendapatan Rumah Tangga...................................................... 30
1. Peranan Usaha Kecil dalam Meningkatkan Pendapatan...... 31
2. Konsep Peningkatan Pendapatan Pendapatan...................... 38
3. Sumber-sumber Pendapatan................................................. 39
D. Perekonomian Rumah Tangga
dalam Perspektif Islam............................................................. 41
E. Pengertian Desa ....................................................................... 45
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian....................................................................... 52
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................ 53
C. Instrumen Penelitian.................................................................. 53
D. Sumber Data.............................................................................. 54
E. Prosedur Penelitian .................................................................... 55
F. Analisis Data.............................................................................. 59
G. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................... 61
H. Tahap-tahap Penelitian.............................................................. 62
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ............................................ 64
B. Kondisi Umum Industri Tenun.................................................. 73
BAB V : PEMBAHASAN
A. Peranan Industri Teunun dalam Peningkatan
Pendapatan Masyarakat Desa/Kelurahan Roworena ............... 82
B. Faktor-faktor Yang Mendorong Masyarakat
Desa/Kelurahan Roworena Mendirikan Indsutri Tenun .......... 84
C. Upaya-upaya yang Dilakukan Pelaku Kelomp Industri
Tenun Ikat dalam Peningkatan Pendapatan Mereka ................ 87
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 90
B. Saran......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL I : Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia .................................... 4
TABEL II : Tenaga kerja dan nilai tambah pada perusahaan industri besar
/sedang, kecil, dan rumah tangga .................................................. 15
TABEL III : Komposisi perusahaan industri, sedang, dan rumah
tangga (HomeIndustry) .................................................................. 32
TABEL IV : Distribusi luas lahan wilayah menurut penggunaannya
dan batas-batas wilayah.................................................................. 59
TABEL V : Distribusi penduduk menurut tingkat umur ................................... 60
TABEL VI : Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan.......................... 61
TABEL VII : Jumlah prasarana Air bersih .......................................................... 63
TABEL VIII : Distribusi pekerjaan penduduk...................................................... 64
TABEL IX : Jumlah penduduk menurut agama dan tempat ibadah. ................. 65
TABEL X : Barang-barang inventaris desa/kelurahan Roworena.................... 65
TABEL XI : Jumlah industri tenun di desa/kelurahan Roworena ..................... 69
ABSTRAK
Pawe, Sartini. 2006. Peranan Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa Roworena. Skripsi. Jurusan Pendidikan IPS. Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Dosen Pembimbing : Ni’matuz Zahroh, M. Si Kata Kunci : Industri Rumah Tangga, Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Usaha kecil mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Karena sektor ini dilakukan oleh 56% tenaga kerja Indonesia, yang otomatis berimplikasi pada pendapatan mereka. Salah satu industri kecil atau industri rumah tangga yang masih mampu mendatangkan pendapatan sebesar Rp300,000-600,000 adalah industri tenun di Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan:(1). Faktor-faktor yang mendorong masyarakat Desa/Kelurahan membentuk kelompok tenun. (2). Upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan pendapatan para pengerajin tenun ikat. (3). Peran industri tenun dalam peningkatan pendapatan masyarakat Desa/Kelurahan Roworena.
Untuk mencapai tujuan penelitian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Berusaha untuk mendeskripsikan dan pemahaman yang mendalam tentang peranan industri tenun dalam peningkatan pendapatan dilokasi Desa Roworena Kab Ende. Sumber data penelitian ini adalah pengerajin tenun (Ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengerajin tenun). Penentuan informan penelitian menggunakan snow ball sampling technique. Untuk mengecek keabsahan data digunakan empat criteria yaitu:(1) Creadibility (derajat kepercayaan). (2). Transferability (keteralihan). (3). Dependability (ketergantungan). (4). Confirmability (kepastian). Teknik pengumpulan data menggunakan analisis model interaktif, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini adalah : Pertama. Faktor-faktor yang mendorong masyarakat Desa/Kelurahan Roworena mendirikan kelompok industri tenun, yaitu (1)Karena kebutuhan keluarga harus segera dipenuhi,(2)Kalau menenun sendiri membutuhkan banyak waktu, setelah terbentuknya kelompok tenun ikat hanya membutuhkan waktu dua minggu saja,(3)Mudahnya memperoleh bahan baku untuk produk tenun ikat tidak memerlukan modal yang begitu besar,(4) Mudahnya mencari tenaga kerja cukup dari keluarga dan kerabat,(5)Memerlukan teknologi yang sederhana. Kedua. Upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan pendapatan industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena, yaitu (1)Memperluas segmen dan wilayah pemasaran,(2)Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.Ketiga. Peran industri tenun ikut dalam peningkatan pendapatan masyarakat Desa/Kelurahan Roworena Kecamatan Ende Selatan Kabipaten Ende. Jenis pekerjaan dan pendapatan mereka sebelum bekerja di industri/pengerajin
tenun ikat masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi setelah mereka bekerja dan berusaha pada industri tenun ikat ini pendapatan mereka sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka merasa adanya peningkatan seiring dengan tercukupnya kebutuhan mereka. Pendapatan mereka yang mencapai Rp 600.000,-/perbulan sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Peran industri ini terasa sekali, ketika Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Ende dan Bank BRI serta LPM Universitas Flores bersinggugan dengan mereka. Bahwa keinginan mereka untuk lebih mengembangkan industri ini menjadi lebih besar. Kenyataan dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak bisa lepas dari industri ini.
Saran-saran: perlu peningkatan produk secara kualitas maupun kuantitas, serta variasi atau motif produk untuk industri tenun, dengan melihat dan membandingkan produk yang dihasilkan daerah lain yang sudah terkenal. Perlu perluasan segmentasi pasar, disamping lokal hendaknya ditingkatkan sampai keluar negeri, yaitu dengan membuka cabang ataupun agen-agen pada setiap kota. Perlu adanya promosi produk, melalui pameran-pameran, tentunya dengan mencari informasi baik dari Dinas Perindustrian dan Perdangangan maupun ikatan pengusaha kecil dan menengah. Perlunya akses tambahan modal melalui Founding Father.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan
umumnya bekerja di sektor pertanian. Pada hal kontribusi sektor pertanian
terhadap Produk Domestik Bruto dan penyerapan tenaga kerja semakin menurun;
kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto pada tahun 1992
mencapai 34% akan tetapi pada tahun 1993 turun menjadi 19%, akan tetapi sektor
pertanian masih dibebani lebih dari 0 tenaga kerja. Sebaliknya pada sektor industri
hanya menampung 20 tenaga kerja, padahal sumbangan terhadap Produk
Domestik Bruto meningkat dari 9,2% menjadi 21%.1
Sektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian
utama sebagian besar penduduk. Sampai dengan tahun 1990 sektor pertanian
masih merupakan penyumbang utama dalam membentuk Produk Domestik Bruto.
Namun sesudah itu posisi tersebut diambil alih oleh sektor industri. Hal ini
sesungguhnya memprihatinkan, bukan karena sektor pertanian tidak berkembang,
melainkan mengingat masih demikian besarnya proporsi tenaga kerja yang
bekerja disektor tersebut. Tambahan pula kualitas sehingga produktivitasnya
rendah. Pada gilirannya pendapatan mereka juga rendah.2
Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerapkan
tenaga kerja dan sumber pendapatan petani tersebut, ternyata kondisinya terus
1 Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1993), hal. 21. 2 Dumairy, perekonomian Indonesia, (Yograkarta: Erlangga, 1997), hal. 206-207.
1
2
menurun dengan cepat (terutama di pulau Jawa). Pada tahun 2001 bahwa luas
lahan yang dikuasai rumah tangga petani pengguna lahan berkurang dari 18,35
juta hektar sedangkan pada tahun 2002 menjadi 17,5 juta hektar. Pada tanun 2001
luas lahan yang dikuasai rumah tangga petani berkurang 0,48 juta hektar dari 5,72
hektar menjadi 5,24 juta hektar.3
Berdasarkan uraian mengenai pentingnya lahan pertanian bagi
penyerapan tenaga kerja dan pendapatan petani serta kondisi menurunnya lahan
pertanian seperti yang telah dipaparkan dimuka, maka dengan demikian
sempitnya penguasa lahan pertanian oleh rumah tangga petani berarti semakin
terbatasnya kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan.
Dan makin meningkatnya jumlah rumah tangga gurem (luas lahan kurang dari 0,5
hektar) berarti semakin bertambah pula jumlah rumah tangga petani yang terbatas
dalam memperoleh kesempatan kerja dan pendapatannya. Atau dengan kata lain
terjadi pengguna tenaga kerja tidak penuh yaitu tenaga kerja yang bekerja kurang
dari potensi kerjanya atau yang disebut dengan pengangguran kentara (Visible
Underemployment).
Pengertian miskin ditinjau dari aspek ekonomi dicirikan sebagai, 1.
luas lahan garapan sempit, 2. produktifitas tenaga kerja rendah, 3. modal relatif
kecil atau tidak memiliki sama sekali, 4. tingkat keterampilan rendah, dan 5.
pendapatan rumah tangga petani rendah.4 Menghadapi masalah kurangnya
kesempatan kerja di daerah pedesaan pada umumnya, upaya yang ditempuh oleh
petani antara lain, adalah meningkatkan desanya untuk mengadu nasib yaitu 3 Mubyarto, Pengantar Ekonomi Petani (Jakarta: LP3ES,2001), hal, 105 4Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, 2004), hal. 236.
3
melakukan migrasi ke kota baik secara bolak-balik, sirkuler maupun menetap.
Dimana migrasi ini bukannya tanpa masalah baik bagi daerah asal, daerah tujuan
maupun bagi migrant sendiri lebih-lebih yang tidak memiliki keterampilan.
Langkah-langkah untuk mengatasinya dimana salah satu cara adalah dengan
pengembangan industri kecil atau rumah tangga yang ada di pedesaan.
Peran industri rumah tangga akan semakin penting apabila di sektor
pertanian terjadi pergeseran dan mekanisme di bidang usaha tani, keadaan ini
akan memungkinkan sebagai alternatif yang dapat diambil adalah memasuki
industri kecil atau industri rumah tangga. Pilihan tersebut sesuai dengan kenyataan
yang ada bahwa industri kecil tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan
tinggi serta modal yang dibutuhkan relatif kecil.5
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terencana, menyeluruh,
terarah dan terpaduh dalam upaya untuk mencapai masyarakat adil dan makmur
serta mensejajarkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pembangunan ekonomi
di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ditunjukkan oleh kegiatan ekonomi
mayarakat yang semakin dinamis. Kemajuan diberbagai bidang dan kegiatan
saling berkaitan telah memberikan dampak terhadap peningkatan produksi,
pendapatan, serta perluasan kerja.6
Sampai saat ini, pembangunan pertanian di Indonesia tampaknya
mengikuti pola pembangunan pertanian pada Negara-negara berkembang pada
umumnya. Peran sektor pertanian dalam proses transformasi struktur dapat
diamati dalam berbagai hal. Misalnya, sumbangannya terhadap pendapatan
5 Ibid., hlm. 355 6 Sukirno Sadono, Ekonomi Pembangunan (Medan: Borta Gorat, 1999), hal. 60.
4
nasional (GDP), terdapat nilai ekspor dalam menyediakan kesempatan kerja dan
pangan bagi masyarakat.
Tabel 1.1 Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Periode Pertanian Industri Semua Sektor
Pelita I 2,59 11,83 8,46
Pelita II 4,92 23,74 7,22
Pelita III 6,84 9,72 6,10
Pelita IV 3,61 13,02 5,22
Pelita V 2,16 7,37 7,23
Pertumbuhan sektor pertanian sejak pelita I mengalami penurunan,
dimana pertumbuhan terendah terjadi pada pelita V yaitu 2,16% dan tertinggi
pada pelita pelita III yaitu 6,86%. Dari tabel 1.1 terlihat bahwa rata-rata laju
pertumbuhan ekonomi dan sektor pertanian tertinggi terjadi pada pelita III.
Namun, pertumbuhan yang terjadi pada sektor pertanian selama lima periode
pelita tersebut masih berada dibawah pertumbuhan yang terjadi pada sektor
industri.7
Berdasarkan dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “ Peranan Industri Rumah Tangga dalam
Peningkatkan Pendapatan Masyarakat di Desa Roworena Kecamatan Ende
Selatan Kabupaten Ende)”.
7 Kuncoro Mudrajad, Ekonomi Pembangunan Teori masalah dan kebijakan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), hal. 10.
5
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
• Bagaimana peranan industri tenun dalam peningkatkan pendapatan
masyarakat di desa Roworena?
• Faktor-faktor apa saja yang mendorong masyarakat di desa Roworena
untuk membentuk kelompok industri?
• Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pengerajin tenun dalam
peningkatan pendapatan?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian kualitatif berusaha melihat kenyataan dari sudut pandang pelaku
(emic), maka penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban atas permasalahan
penelitian yang telah dirumuskan disamping untuk mendeskripsikan, menganalisis
dan menginterprestasikan fokus penelitian. Sehingga tujuan penelitian ini sebagai
berikut :
• Untuk mengetahui peranan industri tenun dalam peningkatkan
pendapatan masyarakat desa Roworena
• Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mendorong masyarakat di desa
Roworena untuk membentuk kelompok industri
• Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pengerajin tenun
dalam peningkatan pendapatan
6
4. Kegunaan penelitian
Penelitian tentu mengharapkan hasil dan tujuan yang telah ditetapkan,
sehingga dapat memberikan sumbangan setelah dilakukan penelitian secara
sempurna di lapangan, baik untuk perkembangan ilmu pengetahuan maupun
kebutuhan praktis baik pemerintah maupun upaya untuk menangani
pemberdayaan masyarakat, termasuk kebijakan terhadap usaha kecil. Adapun
kegunaan tersebut adalah:
1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat pedesaan khususnya petani,
bahwa usaha industri rumah tangga merupakan salah satu lapangan usaha
yang tidak hanya mampu mengurangi tingkat pengangguran di pedesaan,
tetapi juga dapat memberikan pendapatan yang layak bagi rumah tangga
petani di daerah pedesaan.
2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik dalam
menentukan kebijaksaan maupun pembinaan ketenagakerjaan khususnya.
3. Manfaat bagi peneliti, bahwa penelitian ini akan memberikan tambahan
ilmu pengetahuan tentang usaha kecil di Indonesia umumnya di
Desa/Kelurahan Roworena, Kec. Ende Selatan, Kab. Ende.
4. Bagi pengerajin, bahwa dengan penelitian ini mampu diketahui
kelemahan-kelemahan yang nantinya digunakan dalam menganalisis solusi
penyelesaian, sehingga bisa bertahan dan berkembang.
5. Bagi Universitas, bahwa penelitian ini adalah salah satu wujud kepedulian
terhadap ekonomi kerakyatan sebagai aplikasi Tri Dharma perguruan
tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat.
7
5. Ruang Lingkup
Adapun penelitian ini menfokuskan pada peranan home-industry tenun
dalam peningkatkan pendapatan masyarakat di Desa/Kelurahan Roworena, Kec.
Ende Selatan, Kab. Ende. Ruang lingkup atau pembatasan penelitian sangat
penting, karena dengan ditetapkan, maka penelitian bisa dilakukan secara
mendalam dan tidak melebar. Secara rinci ruang lingkup dan batasan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Gambaran umum home-industry tenun di Desa/Kelurahan Roworena,
Kec. Ende Selatan, Kab. Ende.
2. Faktor-faktor apa saja yang mendorong masyarakat Desa/Kelurahan
Roworena mendirikan home-industry tenun.
3. Upaya-upaya yang dilakukan home-industry tenun untuk peningkatan
pendapatan masyarakat di Desa/Kelurahan Roworena, Kec. Ende
Selatan, Kab. Ende.
4. Peran home-industry tenun dalam peningakatan pendapatan masyarakat
di Desa/Kelurahan Roworena, Kec. Ende Selatan, Kab. Ende.
5. Keberadaan home-industry tenun dalam peningkatan pendapatan
masyarakat di Desa/Kelurahan Roworena, Kec. Ende Selatan, Kab.
Ende.
8
6. Definisi Istilah
1. Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami
sebagian atau seluruh bangunan fisik yang biasanya tinggal serta makan
dari satu dapur.
2. Rumah tangga petani adalah mereka yang sekurang-kurangnya satu
anggota rumah tangga melakukan kegiatan bertani atau berkebun,
memanen kayuan, menjadi nelayan, melakukan pemburuan satwa liar, atau
berusaha dalam jasa pertanian.8
3. Pendapatan usaha tani adalah semua pendapatan yang diperoleh dari usaha
tani yang diukur dalam Rupiah per jam.
4. Pendapatan di sektor industri rumah tangga adalah semua pendapatan yang
diperoleh dari kegiatan di sektor industri rumah tangga yang diukur dalam
Rupiah per jam.
7. Sistematika Pembahasan
Pembahasan skripsi ini disajikan dalam satu kesatuan yang terdiri dari
beberapa sub. Dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh
dalam pembahasan tersebut, maka penulis kemukakan secara globalisasi yang
terkandung dalam skripsi ini.
Bab I : Bab ini merupakan permulaan dari pembahasan skripsi ini yaitu
meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
8 BPS, informasi usaha kecil di Indonesia kerja sama direktur jenderal Pembina usaha kecil departemen dan PPK dengan BPS, 1994.
9
penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup, defenisi istilah,
serta sistematika pembahasan.
Bab II : Pemaparan tentang kajian pustaka yang merupakan kajian teori
tentang pembahasan Industri Kecil, Pengertian Industri Kecil,
Macam-macam Industri, Karakteristik Industri Kecil, Kelebihan
dan Kelemahan Usaha Kecil, Beberapa Sarana, Bantuan Serta
Bentuk Pembinaan Bagi Usaha Kecil Sebagai Upaya
Meningkatkan pendapatan masyarakat, Pendapatan Rumah
Tangga, Peran Usaha Kecil dalam Meningkatkan Pendapatan,
Konsep Peningkatan Pendapatan, , dan Pengertian Desa.
Bab III : Dalam bab ini memaparkan tentang metode penelitian yang
meliputi lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian,
instrument penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
analisa data, pengecekan keabsahan temuan,dan tahap-tahap
penelitian.
Bab IV : Laporan hasil penelitian yang terdiri dari kondisi umum daerah
penelitian meliputi sejarah Desa/Kelurahan, letak geografis dan
demografi Desa/Kelurahan, dan kondisi penduduk. Kondisi umum
industri tenun meliputi: sejarah industri tenun, proses pembuatan
sarung tenun, jumlah industri dan tenaga kerja, sistem pemasaran,
faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk membentuk
kelompok industri tenun, Upaya-upaya yang dilakukan oleh
pengerajin tenun ikat dalam meningkatan pendapatan, peran
10
industri dalam peningkatan pendapatan masyarakat
Desa/Kelurahan Roworena.
Bab V : Bab pembahasan ini menjelaskan Faktor-faktor yang mendorong
masyarakat Desa/kelurahan untuk mendirikan Industri tenun,
Upaya-upaya yang dilakukan pelaku kelompok industri tenun
dalam meningkatkan pendapatan, peranan industri tenun dalam
peningkatan pendapatan masyarakat.
Bab VI : Kesimpulan dan saran. Pada bagian ini merupakan bab yang
terakhir dari skripsi ini, oleh karena itu penulis akan memberikan
kesimpulan dari pembahasan yang bersifat empiris, kemudian yang
dilanjutkan dengan pemberian saran.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Industri Kecil
Masyarakat industri merupakan suatu lingkungan atau kondisi yang
perlu diciptakan dan dibangun agar landasan perubahan yang lebih kokoh dapat
diwujudkan antara lain melakukan upaya-upaya proses pengembangan sumber
daya manusia. Didalam era industrialisasi masyarakatnya digambarkan akan
terdiri atas masyarakat yang produktif yang dilandasi oleh sikap mental dan
motivasi yang kuat untuk maju berdisiplin, berdedikasi tinggi pada dirinya,
keluarganya dan Negara.9
Pembangunan industri diarahkan pada pengembangan industri kecil
dan sedang yang sifatnya padat karya demi terciptanya kesempatan kerja serta
terciptanya suatu landasan pembangunan sektor industri yang lebih luas bagi
pertumbuhan selanjutnya. Di samping itu perlu diusahakan agar perkembangan
industri besar dan menengah hendaknya dapat merangsang pertumbuhan industri
kecil dan saling mengisi.
Dalam melaksanakan pembangunan industri perlu ditingkatkan
langkah-langkah untuk mengembangkan usaha swasta nasional, untuk itu
pemerintah perlu memberikan perhatian kepada pembangunan prasarana dan
penciptaan iklim sehat yang menunjang pertumbuhan industri itu dalam hubungan
ini perlu diusahakan pengembangan pendidikan, keterampilan guna meningkatkan
9 Maryatno dan Y. Sri Susilo, Tulisan dari masalah usaha kecil sampai masalah ekonomi makro (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 1996), hal. 31
11
12
produktifitas tenaga kerja serta pengembangan kecakapan manajemen para
pengusaha nasional terutama pengusaha kecil.
Tingkat pertumbuhan ekonomi pada akhir-akhir ini mengalami
peningkatan yang pesat, terutama di Negara-negara berkembang masih belum
mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi angkatan kerja pada
umumnya. Pertumbuhan yang pesat ini terutama pada sektor industri diharapkan
mampu mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang ada.
Industri kecil dalam formatnya bisa disertai dengan home industry
atau cottage industry karena kegiatannya dilakukan secara bersahaja, dan pada
umumnya masih menggunakan cara-cara tradisional. Dengan kata lain
pengelolaan organisasi atau manajemen yang dterapkannya masih sederhana,
dilakukan dengan kekeluargaan. Sedangkan kegiatan tersebut terpusat di rumah
tangga atau dalam suatu wilayah di tempat kediamannya sendiri yang dilakukan
secara musiman, pesanan terbatas (lokal) dan sebagian kecil secara kontinyu
terjangkau pemasarannya dan sebagaian kecil di ekspor.
1. Pengertian Industri Kecil
Pengertian pada industri kecil memiliki arti yang berbeda dalam berbagai
konteks dan lembaga yang menggunakannya, dan hal ini seringkali menimbulkan
kekeliruan interpretasi bagi yang mencoba mengadopsi kebijakan atau
pengalaman negara lain dalam pengembangan industri kecil.
Kriteria perusahaan di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang
sebagai industri kerajinan dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5-19
13
orang sebagai industri kecil, perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang
sebagai industri sedang atau menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih
dari 100 orang sebagai industri besar.
Menurut SK Menteri Keuangan No. 316/KMK.016/1994 tanggal 5 juni 1994
adalah “perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha dengan nilai
penjualan atau omzet setinggi-tingginya Rp 66 juta atau aset setinggi-tingginya
Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan yang ditempati”. Apabila kita mengacu
dari UU N0. 9 tahun 1995 yang digunakan oleh Departemen Koperasi
menetapkan kriteria “usaha kecil sebagai usaha yang memiliki kekayaan bersih
maksimum Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp 1 milyar dan dimiliki oleh warga Indonesia” tentang
usaha kecil. Lebih lanjut UU No. 9 tahun 1995 di dalamnya juga menjelaskan
tentang pengertian industri kecil “ industri kecil adalah industri yang memiliki
kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan usaha.
Hasil penjualan tahunan kurang lebih Rp 4 milyar. Usaha sendiri, bukan anak
perusahaan dari bentuk usaha perseorangan. Usaha kecil merupakan usaha
informal oleh individu seperti usaha rumah tangga, pedagang kecil, kaki lima,
maupun asongan”.
Istilah pengusaha kecil diartikan sebagai suatu segmen pengusaha dengan
usahanya dari kacamata permasalahan ekonomi domestik.10 Melihat berbagai
defenisi diatas pada penetapan jumlah pendapatan atau pada penjualan terdapat
bermacam-macam perbedaan dalam memberikan defenisi oleh beberapa tokoh,
10 Faisal Basri, Perekonomian Indonesia (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2002), hal. 206
14
namun dalam hal ini penulis memberikan kesimpulan hanya pada faktor jumlah
tenaga kerja, karena melihat terdapat persamaan beberapa tokoh dalam
mendefenisikan industri dalam jumlah tenaga kerjanya. Apabila disimpulkan yaitu
industri kecil adalah usaha yang berdiri sendiri dalam bentuk usaha perorangan
dengan jumlah tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang yang memproduksi barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2. Macam-macam Industri
Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari
beberapa sudut pandang. Pertama, pengelompokkan industri yang dilakukan oleh
Departemen Perindustrian (DP). Menurut DP, industri nasional Indonesia
dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu:11
1. Industri dasar yang meliputi kelompok industri mesin dan logam dan
kelompok kimia dasar. Yang termasuk dalam industri mesin dan logam
dasar; industri mesin pertania, elektronika kereta api, pesawat terbang,
kendaraan bermotor, besi baja, aluminium, tembaga, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam kelompok kimia dasar antara lain;
industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri
pupuk, industri batu bara, industri silikat, dan sebagainya.
Ditinjau dari misinya industri dasar mempunyai misi untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonom, membantu penjualan struktur
industri, dan bersifat padat modal. Teknologi tepat guna yang
11 Arsyad, Lincolin, loc. Cit, hal 365-366
15
digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya, namun
dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar
dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya.
2. Industri kecil yang meliputi antara lain industri pangan (makanan,
minuman, tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi,
serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri
kertas, percetakan, penerbitan, barang-barang karet, plastik, dan lain-
lain).
Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan pemerataa.
Teknologi yang digunakan menengah atau sederhana, dan padat karya.
Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan rumah tangga, dan
meningkatkan nilai tambah dengan manfaatkan pasar dalam negeri dan
pasar luar negeri.
3. Industri hilir yaitu kelompok aneka industri yang meliputi antara lain
industri yang mengelolah sumberdaya hutan, industri yang mengelola
hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian
secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas
kesempatan kerja, tidak padat modal, dan teknologi yang digunakan
adalah teknologi menengah atau teknologi maju.
16
Kedua pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengelompokkan industri
dengan cara ini dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Perusahaan/industri besar jika mempekerjakan 100 orang atau lebih
2. Perusahaan/industri sedang jika mempekerjakan 20 sampai 99 orang
3. Perusahaan/industri kecil jika mempekerjakan 5 sampai 19 orang
4. Industri kerajinan Rumah Tangga jika mempekerjakan kurang dari 3 orang
(termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).
Dari segi kesempatan kerja yang diciptakan, maka industri kerajinan
rumah tangga adalah yang paling penting. Sedangkan dari segi nilai tambah yang
dihasilkan maka perusahaan-perusahaan industri besar/sedang yang paling
menonjol.
Tabel 2.1 Tenaga kerja dan nilai tambah pada Perusahaan Industri
Besar/Sedang, Kecil, dan Rumah Tangga, 1998/1999, 2000, 2001.
Tenaga Kerja Nilai Tambah Menurut Harga yang berlaku
(milyar Rp)
Tahun
Besar/sedang Kecil Rumah
Tangga
Besar/sedang Kecil Rumah
Tangga
1998/1999
2000
2001
661,7 (13)
870,0 (19)
3,574,8 (42)
343,2 (7)
827,0 )18)
952,0 (11)
3,899,9 (80)
2,794,8 (63)
3,888,3 (47)
476,9 (78)
1,660,4 (78)
49,821 (92)
53,0 (9)
187,3 (9)
1,508,5 (3)
82,5 (13)
291,4 (13)
2,518,7 (5)
17
Keragaman sektor industri di Indonesia telah menghadapkan para
perencana ekonomi Indonesia pada dilema. Bila tujuan yang diutamakan adalah
penciptaan lapangan kerja dan penghapusan kemiskinan, maka sumber-sumber
ekonomi yang tersedia harus disalurkan pada usaha-usaha yang membantu sektor
kerajinan rumah tangga yang tidak produktif dan tidak banyak diketahui ini. Bila
tujuan yang diutamakan adalah pertumbuhan ekonomi maka sumber-sumber
tersebut haruslah diarahkan kepada usaha-usaha pengembangan perusahaan-
perusahaan industri besar.12
3. Ciri-ciri Industri Kecil
Ciri-ciri industri kecil menurut beberapa ahli sama dengan sektor informal.
Ciri-ciri industri kecil adalah sebagai berikut: (1) pendidikan formal yang rendah,
(2) modal usaha kecil, (3) miskin, (4) upah rendah dan (5) kegiatan dalam skala
kecil.13
Dengan melihat ciri-ciri diatas merupakan bukti bahwa industri kecil
memperoleh pembinaan-pembinaan demi meningkatkan produktivitas dan
kualitas sehingga mampu bersaing dengan industri besar.
Berikut ini uraian tentang karakteristik industri kecil yang sering ditemui dalam
masyarakat:
12 Djojohadikusumo, Sumatri, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Yayasan Obor , 2002), hal. 377. 13 Martin Perry, Mengembangkan Usaha Kecil, (Jakarta: Murai Kencana PT Raja Grafindo Persada, 2000), hal 54.
18
a. Rendahnya pendidikan
Rendahnya pendidikan pengusaha akan mempengaruhi pada kualitasnya,
sebab sumber daya manusia dalam industri kecil memiliki dasar yang kuat
maka sumber daya manusia sangat perlu dibenahi terlebih dahulu, baru
kemudian membenahi faktor yang lain misalnya modal dan lokasi usaha.
Bahwa strategi suatu Negara sering tidak bisa untuk menghasilkan sumber
daya manusia yang terampil dan berkualitas.
b. Keterbatasan modal
Keterbatasan modal usaha merupakan suatu masalah yang sering dihadapi
oleh para pengusaha kecil. Masalah permodalan telah menjadi suatu dilemma
yang berkepanjangan. Keterbatasan akses bagi industri kecil pada dasarnya
dapatlah dikatakan sebagai iklim diskriminatif yang bersumber dari sektor
swasta.
Memang apabila kita melihat telah banyak berdiri lembaga-lembaga keuangan
yang dapat mempermudah sektor industri kecil dengan berbagai program yang
mereka canangkan, meskipun demikian, berbagai kenyataan memperlihatkan
relatif langkanya kredit-kredit institusional dari lembaga tersebut untuk sektor
industri kecil, sehingga mayoritas pengusaha kecil yang bersangkutan
cenderung menggantungkan pembiayaan perusahaannya kepada modal
sendiri, ataupun yang lainnya misalnya keluarga, sahabat, dan lain-lain.
c. Lemahnya penggunaan teknologi
Penggunaan teknologi berkaitan erat dengan tinggi rendahnya tingkat
produktivitas usaha. Karakteristik yang dimiliki oleh industri kecil dalam
19
bidang teknologi pada umumnya masih sederhana dan tradisional. Sehingga
akibatnya tingkat produktivitas oleh industri kecil rendah dan kualitasnya
kurang dapat memenuhi selera pasar terutama pasar ekspor.
4. Beberapa Sarana, Bantuan serta Bentuk Pembinaan Bagi Usaha Kecil
Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Masyarakat
Sebagai sarana, bantuan serta bentuk nyata pembinaan usaha kecil
yang tercatat selama ini diantaranya adalah14 :
a. Sistem Kemitraan Usaha
Dalam bentuk ini dibangun usaha antara pengusaha besar dan kecil yang
saling menguntungkan dengan berbagai pola. Beberapa bentuk atau pola
kemitraan yang dijalankan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil ini
diantaranya adalah; pemilikan saham, bapak angkat, sistem vendor (dagang
umum), hubungan dagang biasa, usaha patungan, subkontaktor, waralaba
(franchise), dan lain-lain.
b. Dana Pembinaan BUMN 1-5 Persen dari keuntungan bersih program ini
didasari oleh SK Menteri Keungan No. 316 / KMK. 016 / 1994 yang
mengharuskan perusahaan-perusahaan BUMN untuk mengisikan keuntungan
bersih 1-5 persen untuk membantu pengusaha kecil dengan bunga rendah.
Pada tahun 1994, misalnya telah tercatat 40 milyar dana keuntungan BUMN
telah terserap olah pengusaha kecil diseluruh Indonesia. Dana yang terserap
sebetulnya masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan dana yang telah
14 Suara Pembaharuan, Problematika Pengangguran, (28 September : 1995), hal. 4.
20
disediakan oleh BUMN yaitu 268 milyar. Agar dana yang tersedia mudah
terserap maka Departemen Koperasi telah melibatkan seluruh kantor wilayah
dan Kantor Departemen, sehingga memudahkan pengusaha kecil untuk
memperolehnya.
c. Pembentukan Lembaga Pejamin Kredit Usaha Kecil
Lembaga penjamin kredit usaha kecil ini baru dibentuk bulan oktobr 1995 dan
merupakan kerjasama badan hokum PT antara KADIN dan Golkar. Pada
prosesnya, lembaga penjamin ini akan memberi jaminan kredit sebesar Rp 50-
Rp 250 juta.
d. Fasilitas Kredit Perbankan Khususnya untuk Pengusaha Kecil
Berbagai jenis perkreditan untuk para pengusaha kecil pernah atau sedang
diberlakukan oleh pemerintah melalui perbankan, baik bank pemerintah
maupun bank swasta. Diantara jenis kredit tersebut diantaranya adalah :
1) Kredit KUT dan Bisnis (Khusus Petani)
2) Kredit Canduk Kulak, (untuk petani, nelayan, dan usaha kecil lainnya)
3) Kredit Usaha Kecil (KUK)
Kredit usaha kecil diberikan pada semua jenis usaha dengan plafon
tertinggi Rp 250 juta. Kredit usaha kecil disalurkan oleh bank-bank
pemerintah dan swasta. Sebelum deregulasi 29 Mei 1993. plafon kredit
usaha kecil ditentukan Rp 200juta. Kredit usaha kecil yang telah berhasil
disalurkan kepada para pengusaha kecil sampai bulan Juli 1995 adalah
berjumlah Rp 37-50 Trilyun.
21
e. Kredit Tanpa Agunan (Kredit Kelayakan Usaha)
Kredit kelayakan usaha pada dasarnya adalah salah satu bentuk
penyederhanaan dari kredit usaha kecil (KUK). Beberapa ciri kredit kelayakan
usaha adalah sebagai berikut :
1) Batas maksimal kredit sebanyak Rp 50 juta
2) Diberikan tanpa colateral (agunan fisik), yang menjadi agunan hanyalah
proyek yang dibiayai oleh pinjaman tersebut, atau hak tagih dari kegiatan
yang dibiayai oleh pinjaman tersebut, misalnya, jika seorang pengusaha
mendapatkan order pembelian produknya, maka surat pesanan tersebut
bias diagunkan kebank untuk memperoleh kredit sehingga pengusaha
tersebut mendapat dana untuk membuat produk yang telah dipesan
tersebut. Contoh lain, jika seorang kontraktor mendapat SPK (Surat
Perintah Kerja), SPK tersebut dapat diagunkan ke bank untuk memperoleh
dana tambahan.
3) Kredit kelayakan usaha hanya diwajibkan kepada bank-bank pemerintah.
Meskipun demikian, sudah banyak bank-bank swasta yang ternyata telah
ikut serta menjalankan program ini. Misalnya bank Bukopin telah lama
menerapkan kredit pedesaan. Bank BII telah lama pula memberikan kredit
tanpa agunan kepada para pemulung untuk mengembangkan usahanya,
yang jumlahnya menmcapai Rp 601 milyar (29% dari total kreditnya)
sampai Juli 1995.
4) Proses permohonan dan analisis kredit kelayakan usaha yang lebih
sedernaha. Beberapa formulir permohonan data serta dokumen pendukung
22
yang menjadi prasyarat telah dikurangi sehingga lebih menyederhanakan
prosedur peminjaman. Selang waktu keputusan diterima/ ditolak juga
maksimal hanya dua minggu.
Pada tahun 1995 bank pemerintah menyediakan dana Rp 50 milyar untuk
disalurkan kepada pengusaha kecil melalui program kredit kelayakan usaha ini.
Jika setiap nasabah mendapatkan maksimal Rp 50 juta, maka terdapat sedikitnya
1000 usaha kecil yang mendapatkan kredit kelayakan usaha pada tahun 1995.
f. Pembentukan Proyek Pengembangan Usaha Kecil
Pembentukan proyek pengembangan usaha kecil terutama ditujukan untuk
membantu bank dalam mencari nasabah / proyek yang dapat dibiayai dengan
kredit usaha kecil. Peningkatan peranan pembentukan proyek pengembangan
usaha kecil terhadap usaha kecil juga dilakukan dengan pendekatan
kelembagaan usaha kecil dan kelompok koperasi.
g. Pembentukan proyek pengembangan hubungan bank dengan kelopok swadaya
masyarakat
Dengan bantuan kelompok swadaya masyarakat, perbankan menyalurkan dana
ke pengusaha kecil di daerah. Tujuan proyek ini diantaranya adalah
meningkatkan akses kelompok usaha masyarakat pedesaan pada pelayanan
keuangan bank.
h. Pembentukan forum komunikasi perbankan untuk pengembangan usaha kecil
Forum ini dibentuk pada bulan Juni 1995 sebagai upaya untuk meningkatkan
peran perbankan dalam pengembangan usaha kecil. Melalui ketentuan
pemerintah dalam menyalurkan kredit usaha kecil bisa belajar dari bank lain,
23
sehingga ketentuan penyaluran kredit usaha kecil sebanyak 20% (dari total
kredit yang disalurkan) bisa dipenuhi oleh masing-masing bank.
5. Manfaat Industri Kecil
Terlepas dari adanya berbagai perbedaan definisi, industri kecil tetap
mempunyai kedudukan yang penting dalam perekonomian negara, selain dari segi
ekonomi peran industri kecil juga berperan atau memberi manfaat dari segi sosial
yang juga sangat berperan aktif dalam perekonomian.
Kontribusi industri kecil dalam perekonomian secara makro cukup
berarti. Sumbangan tersebut terutama dari segi penyerapan tenaga kerja. Di
samping itu, mereka juga memberikan kontribusi dalam penciptakan nilai tambah
dan devisa ekspor non migas meskipun nilainya relatif kecil.15
Kesimpulan tentang manfaat adanya industri kecil yaitu16:
a. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luasnya dengan
pembiayaan yang relatif murah
b. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi
tabungan domestik
c. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar
dan sedang,
Usaha kecil dianggap sebagai kegiatan ekonomi yang tepat dalam
pembangunan di Negara yang sedang berkembang, karena17:
15 Maryatno dan Y. Sri Susilo, op.cit.,hal. 4 16 Drs. Harimurti Subanar, manajemen usaha kecil, (Yogyakarta: Fakultas ekonomi UGM, 2001), hal 5 17 Ibid., hal. 20-22
24
1) Usaha kecil mendorong munculnya kewirausahaan domestik dan sekaligus
menghemat sumber daya negara
2) Usaha kecil menggunakan teknologi padat karya, sehingga dapat
menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dibandingkan yang
disediakan oleh perusahaan berskala besar
3) Usaha kecil dapat didirikan, dioperasikan dan memberi hasil dengan cepat
4) Pengembangan usaha kecil dapat mendorong proses desentralisasi inter-
regional dan intra-regional, karena usaha kecil dapat berlokasi di kota-kota
kecil dan pedesaan
5) Usaha kecil memungkinkan tercapainya obyektif ekonomi dan sosial
politik.
B. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil
Pemerintah melalui Departemen Perindustrian, Departemen
Perdagangan, Departemen Tenaga kerja, serta pihak Perbankan telah melakukan
upaya yang maksimal mungkin dalam membantu pengusaha kecil, industi kecil,
maupun sektor informal. Melalui strategi pengembangan industri kecil, pada akhir
pelita III telah mencapai jumlah unit usaha kecil yang tersebar di Pulau Jawa
(74,54%) serta propinsi lainnya (23,46%).
25
1. Keunggulan Usaha Kecil
Pada kenyataannya, usaha kecil mampu tetap bertahan dan
mengantisipasi kelesuan perekonomian yang mengakibatkan inflasi maupun
berbagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi dan proteksi, industri kecil di
Indonesia mampu menambah nilai devisa bagi negara. Sedangkan sektor informal
mampu berperan sebagai buffer (penyangga) dalam perkonomian masyarakat
lapisan bawah. Secara umum perusahaan skala kecil baik perorangan maupun
kerja sama memiliki keunggulan dan daya tarik seperti18:
a. Pemilik merangkap manajer perusahaan yang bekerja sendiri dan
memiliki gaya manajemen sendiri (merangkap semua fungsi manajerial
seperti marketing, finance, dan administrasi).
b. Perusahaan keluarga, dimana pengelolanya mungkin tidak memiliki
keahlian manajerial yang handal.
c. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan baru, inovasi, sumber
daya baru serta barang dan jasa-jasa baru.
d. Resiko usaha menjadi beban pemilik.
e. Pertumbuhan yang lambat, tidak teratur, terkadang cepat dan prematur
(Premature High-Growth).
18 Drs. Harimurti Subanar. Manajemen usaha kecil, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, 2001), hal. 6-10.
26
f. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jengka pendek, namun tidak
memiliki rencana jangka panjang (Corporate-Plan).
g. Independen dalam penentuan harga produksi atas barang atau jasa-
jasanya.
h. Prosedur hukumnya sederhana.
i. Pajak relatif ringan, karena yang dikenakan pajak adalah
pribadi/pengusaha, bukan perusahaannya.
j. Komunikasi dengan pihak luar bersifat pribadi.
k. Mudah dalam proses pendiriannya.
l. Mudah dibubarkan setiap saat jika dikehendaki.
m. Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu
n. Pemilik menerima seluruh laba.
o. Umumnya mempunyai kecenderungan mampu untuk survive.
p. Merupakan tipe usaha yang paling cocok untuk mengelola produk, jasa
atau proyek perintisan, yang sama sekali baru atau belum pernah ada
yang mencobanya, sehingga memiliki sedikit pesaing.
q. Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam
peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya
usaha kecil di Indonesia.
27
r. Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen
senantiasa tergali melalui kreativitas pengelola.
s. Realitif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja
yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yang
tidak terlalu mahal.
t. Meskipun tidak terlihat nyata, masing-masing usaha kecil dengan usaha
kecil yang lain saling ketergantungan secara moril dan semangat
berusaha.
Disamping kelebihan secara umum seperti diatas, usaha kecil memiliki
arti strategi secara khusus bagi suatu perekonomian, di antaranya:
1) Dalam banyak pengerjaan produk tertentu, perusahaan besar
banyak bergantung kepada perusahaan-perusahaan kecil, karena
jika dikerjakan sendiri oleh mereka (perusahaan besar) maka
margin-nya menjadi tidak ekonomis.
2) Merupakan pemerataan konsentrasi dan kekuatan-kekuatan
ekonomi dalam masyarakat
28
2. Kelemahan dalam Pengelola Usaha Kecil
Berbagai kendala yang menyebabkan kelemahan serta hambatan bagi
pengelola suatu usaha kecil diantaranya masih menyangkut faktor intern dari
usaha kecil itu sendiri serta beberapa faktor ekstern, seperti:19
a. Umumnya pengelola small-business merasa tidak memerlukan ataupun
tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisa
perputaran uang tunai/kas, serta berbagai penelitian ini yang diperlukan
suatu aktivitas bisnis.
b. Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntasi
yang memadai, anggaran kebutuhan, modal, struktur organisasi dan
pendegasian wewenang. Serta alat-alat kegiatan manajerial lainnya
(perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang umumnya
diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis.
c. Kekurangan informasi bisnis, hanya mengacu pada intuisi dan ambisi
pengelola, lemah dalam promosi.
d. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan
pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten
dengan ketentuan order/pesanan, yang mengakibatkan klaim atau
produk yang ditolak.
19 M. Tohar, Membuka Usaha Kecil,(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hal. 29.
29
e. Terlalu banyak biaya-biaya yang di luar pengendalian serta utang yang
tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan
pembukuan standar.
f. Pembagian kerja tidak proporsional, sering terjadi pengelola memiliki
pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di luar batas jam
kerja standar.
g. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat beberapa
kebutuhan modal kerja, sebagai akibat tidak adanya perencanaan kas.
h. Persediaan yang terlalu banyak, khususnya jenis barang-barang yang
salah (kurang laku).
i. Risiko dan utang-utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan
pribadi pemilik.
j. Perkembangan usaha tergantung pada pengusaha yang setiap waktu
dapat berhalangan karena sakit atau meninggal.
k. Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik.
l. Perencanaan dan program pengendalian tidak ada atau belum perna
merumuskannya.
Meskipun demikian, pemerintah tetap mendorong agar industri/usaha
kecil mampu lebih berkembang dan mandiri dengan melaksanakan berbagai
30
program pengembangan usaha kecil yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun
pihak-pihak atau lembaga swadaya masyarakat, di antaranya:20
1) Program peningkatan kemampuan usaha.
2) Program pengembangan industri kecil untuk menunjang ekspor.
3) Program pengembangan keterkaitan sistem bapak angkat dengan
mitra usaha.
4) Program pengembangan wiraswasta dan tenaga profesi.
5) Program penelitian dan pengembangn industri kecil.
6) Program menciptakan /pengaturan iklim dan kerja sama.
7) Program pengembangan usaha kecil dari berbagai perguruan tinggi
negeri maupun swasta.
8) Seminar dan pameran produk-produk industri kecil tingkat
nasional maupun internasional.
C. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari seluruh anggota
keluarga yang disambungkan untuk memenuhi kebutuhan bersama ataupun
perorangan dalam rumah tangga.
20 Ibid., hal. 10.
31
Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari satu macam sumber
pendapatan, sumber pendapatan yang beragam tersebut dapat terjadi karena
anggota rumah tangga yang bekerja melakukan lebih dari satu jenis kegiatan yang
berbeda satu sama lain, faktor lain yang mempengaruhi terhadap keragaman
sumber pendapatan adalah penguasa faktor produksi, pendapatan ini sendiri
diperoleh sebagai hasil bekerja atau jasa dan asset-aset sumbangan dari pihak lain.
Kumpulan dan pendapatan dari berbagai sumber pendapatan tersebut merupakan
total pendapatan rumah tangga.
Selain dari sektor sumber pendapatan rumah tangga petani mungkin
pula berasal dari sektor pertanian. Pendapatan sektor pertanian sebagai sumber
pendapatan utama diperoleh rumah tangga dengan melakukan kegiatan usaha tani
atau berburu tani, kegiatan diluar sektor pertanian dapat berupa kegiatan usaha
berburu atau usaha sendiri. Kegiatan ini pada umumnya membutuhkan sejumlah
modal dan keterampilan seperti dagang, jasa, dan usaha lain yang biasanya
dilakukan apabila kegiatan pertanian sedang sepi ataupun mengisi waktu luang.
1. Peran Usaha Kecil dalam Meningkatkan Pendapatan
Upaya untuk meningkatkan wirausaha, khususnya pengembangan
usaha kecil di Indonesia telah lama dilakukan berbagai pihak, baik pemerintah
maupun swasta. Berbagai kebijakan maupun bantuan telah dikeluarkan oleh
pemerintah untuk mendorong perkembangan usaha-usaha kecil ini. Keseriusan
pemerintah untuk menangani usaha kecil ini terlihat dengan dibentuknya Menteri
32
Koperasi dan Pengembangan Usaha kecil dalam Kabinet Pembangunan VI.21
Bahkan saat ini pemerintah sedang menggodok Rancangan Undang-Undang
(RUU) mengenai pembinaan usaha menengah dan kecil, yang terdiri dari 8 bab 35
pasal.
Pihak swasta pun tidak mau ketinggalan. Mereka (khususnya
pengusaha besar) telah beberapa kali melontarkan kesepakatan untuk ikut
memberi andil dalam pengembangan usaha kecil. Pertama tahun 1980, yang
diantaranya diwujudkan dalam Yayasan Prasetya Mulya, sehingga wadah untuk
membantu kaum pengusaha kecil. Kemudian pada tahun 1984 yang menghasilkan
deklarasi Hilton. Pada tahun 1991, puluhan pengusaha besar membuat komitmen
untuk membentuk perusahan modal ventura guna bersama-sama membangkitkan
pengusaha menengah dan kecil. Terakhir, kesempatan yang mendapat sambutan
pro dan kontra adalah bulan Agustus yang menghasilkan deklarasi Jimbaran/Bali.
Pada deklarasi Jimbaran tersebut, diantaranya diambil kesepakatan bahwa 96
pengusaha besar di Indonesia akan menyisikan 2% keuntungan yang mereka
peroleh guna disalurkan pada kaum pengusaha kecil. Hal ini menunjukkan
kepedulian para pengusaha besar terhadap pengembangan usaha kecil.
Peranan usaha kecil terhadap pembangunan ekonomi sebuah Negara
memang tidaklah kecil. Di AS, Jerman, Jepang serta beberapa Negara maju
lainnya, sejumlah usaha besar tumbuh melalui pembagian kerja dengan ribuan
jenis usaha kecil, yang memproduksi bagian-bagian produksi yang dibutuhkan
oleh pengusaha besar tersebut. Peranan usaha-usaha kecil di Indonesia juga
21 Purnomo, Kebijakan Pembinaan Koperasi dan Pengusaha Kecil dalam Repelita VI, (Yogyakarta: Kanwil Departemen Koperasi dan PPK Propinsi DIY, 1994), hal 5
33
tidaklah kecil. Bagi Indonesia, secara politis usaha kecil berperan dalam
pemerataan pendapatan ekonomi masyarakat. Serta mampu menjadi katup
pengaman bagi masalah pengangguran yang kian merebak. Dari data tercacat
bahwa sejumlah usaha kecil pada saat ini kurang lebih 33,4 juta yang bergerak
diberbagai sektor (Industri, perdagangan dan lain-lain). Dari sejumlah tersebut,
sebanyak 15,635 juta merupakan pengusaha kecil mandiri. Sekitar 1,27 juta
merupakan pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja dari anggota
keluarga. Sebanyak 454. 000 merupakan pengusaha kecil yang memiliki tenaga
kerja tetap. Diperkirakan tenaga kerja yang terserap adalah sekitar 56% dari total
tenaga kerja (suara pembaruan 28 september 1995). Tidak dapat dipungkiri bahwa
problematika pengangguran yang selama ini telah menjadi isu Nasional sedikitnya
telah terbantu dengan semakin berkembangnya unit-unit usaha kecil ini.
Industri kecil dan rumah tangga mempunyai peran yang besar terhadap
pemerataan pendapatan tenaga kerja di Indonesia, yang secara otomatis mampu
menyerap tenaga kerja.22 Sebagai gambaran, berikut ini adalah tabel jumlah
industri kecil, menengah, dan rumah tangga dari berbagai propinsi. 23
22 Koencoro, Mudrajat, Ekonomi Pembangunan, (Yogya: UGM Pres, 1999), hal 150. 23 BPS, Informasi Usaha Kecil di Indonesia Kerja sama Direktur Jenderal Pembina Usaha Kecil, Departemen Koperasi dan PPK dengan BPS, 1993
34
Tabel 2.3 Komposisi Perusahaan Industri, Sedang, dan Rumah Tangga
(Home-Industry)
Komposisi Perusahaan/ Industri di Berbagai Propinsi
Propinsi Besar Sedang Kecil Home-
Industry
Aceh 23 81 1,536 113,801
Sumatra Utara 342 786 7.072 52.893
Sumatra Barat 31 109 1.081 70.019
Riau 122 153 396 10.841
Jambi 38 81 - -
Sumatra
Selatan
95 181 2.688 48.516
Bangkulu 6 12 - -
Lampung 66 146 2.673 41.566
DIK Jakarta 810 1.614 6.488 11.676
Jawa Barat 3.324 2.953 31.185 582.748
Jawa Tengah 692 2.413 31.152 582.748
Yogyakarta 63 203 3.410 75.819
Jawa Timur 1,161 3,191 21,318 409,240
Bali 66 291 4,433 72,191
35
NTB 15 103 3.410 41.632
NTT 2 31 1.007 63.826
Timtim 1 18 - -
Kalimatan
Barat
64 116 690 70.248
Kalimatan
Tengah
35 35 - -
Kalimatan
Selatan
96 85 1.058 61.472
Kalimatan
Timur
63 67 - -
Sulawesi Utara 29 125 1.380 100.532
Sulawesi
Tengah
12 53 845 33.716
Sulawesi
Selatan
60 225 4.590 82.040
Sulawesi
Tenggara
8 44 138 19.822
Maluku 12 28 - -
Irian Jaya 16 23 - -
Jumlah 6.135 13.167 124.990 2.353.559
36
Sementara itu secara ekonomi peranan usaha kecil tidaklah sedikit.
Sumbangan usaha kecil terhadap sektor non migas terus meningkat. Dari data,
misalnya tercatat bahwa sumbangan sektor ini terhadap sektor non migas pada
tahun 1983 adalah 136,8 juta dolar AS. Sementara pada tahun 1991
sumbangannya mengalami peningkatan sekitar 146,7 persen, yaitu menjadi
1,66660,3 juta dolar AS. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kegairahan
masyarakat untuk menjalankan usaha kecil terus meningkat.
Namun demikian, usaha kecil di Indonesia juga mengalami beberapa
hambatan baik secara internal maupun eksternal. Beberapa hambatan tersebut
diantaranya adalah24 :
a. Lemahnya Manajemen
Para usaha umumnya tidak atau kurang mempunyai keahlian dibidang
manajemen yang sangat dibutuhkan dalam mengelolah usaha. Sebagai contoh
dalam mendirikan dan menjalankan usahanya, banyak para pengusaha tidak
membuat perencanaan secara matang, namun lebih banyak menggunakan
naluri dan kebiasaan, misalnya dengan catatan-catatan keuangan atau
pembukuan, sehingga agak sulit memperoleh akses ke perbankan.
b. Keterbatasan Kemampuan dalam Penetrasi pasar, baik didalam negeri maupun
luar negeri.
Mereka cenderung sangat pasif, karena kecilnya skala produksi dan
keterbatasan dalam memperoleh informasi pasar.
24 Elisabeth Dianawati dan Prasetiantoka, Pengembangan Industri Kecil sebagai langkah pemantapan struktur ekonomi menghadapi pasar bebas, (Jakarta: UI Press, 1995), hal. 80-81
37
c. Kurangnya akses keteknologi modern
Sebagian besar pengusaha kecil masih menggunakan teknologi konvensional
dan tradisional. Akibatnya cukup banyak usaha atau industri kecil yang
menghadapi kendala dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas
produknya, sehingga terbusur oleh pengusaha besar.
d. Kurangnya akses ke bahan baku
Sering terjadi bahan baku sulit untuk mereka peroleh dan sangat tidak
ekonomis jika dipesan dalam jumlah kecil.
e. Kurangnya akses untuk memperoleh modal
Sebagian besar usaha kecil merasa segan apabila berhubungan dengan pihak
bank (salah satu sumber dana mereka), karena mereka harus dihadapkan
dengan birokrasi yang rumit banyaknya formulir yang harus diisi, lamanya
realisasi pinjaman, dan sebagainya. Mereka yang bersedia pergi ke bank juga
sering mengalami kendala ditolak karena kurangnya data keuangan yang
mereka miliki. Akibatnya mereka, lebih senang meminjam pada saudara atau
rentenir.
Semua hambatan ini baik internal maupun eksternal, tentunya sangat
mempengaruhi perkembangan usaha kecil di Indonesia. Tidak sedikit usaha kecil
yang gulung tikar ditengah jalan, atau tetap mempertahankan usahanya tanpa
mengalami perkembangan yang berarti.
38
2. Konsep Peningkatan Pendapatan
Dalam ilmu ekonomi ada beberapa konsep tentang pendapatan antara
lain sebagai berikut:25
a. Produk Nasional Bruto (Gross National Product-GNP)
Produk Nasional Bruto adalah jumlah total barang dan jasa yang
dihasilkan oleh masyarakat dalam jangka waktu tertentu yang dihitung
dalam bentuk uang dalam suatu Negara.
b. Produk Nasional Netto (Net National Product-NNP)
Produk Nasional Netto adalah produk Nasional Bruto (GNP) dikurang
dengan penyusutan dan penggantian modal.
c. Pendapatan Nasional Netto (Net National Income-NNI)
Pendapatan Nasional Netto adalah jumlah nilai yang diterima oleh pemilik
produksi sebagai balas jasa.
d. Pendapatan Perseorangan (Perseorangan Income-PPI)
Pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima setiap
orang dalam masyarakat. Jadi, misalnya si A sebagai penjaga malam R.S.
“Sarjito” menerima upah per bulan Rp 250.00,00 dan berjualan makanan
kecil di rumahnya dengan pendapatan rata-rata per bulan Rp 150.000,00,
maka pendapatan si A per bulan adalah Rp 400.000,00.pendapatan
perseorangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
25 M. Tohar, , Membuka Usaha Kecil,(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hal. 16-18
39
1) Pendapatan asli, yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang
yang langsung ikut serta dalam produksi barang.
2) Pendapatan turunan (sekunder), yaitu pendapatan dari golongan
penduduk lain yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang
seperti dokter, ahli hukum, dan pengawai negeri.
e. Pendapatan Bebas (Disposible Income-DI)
Pendapatan bebas adalah pendapatan perseorangan setelah dikurangi
dengan jumlah pajak langsung seperti pajak pendapatan, pajak rumah
tangga, pajak kendaraan, dan lain-lain.
3. Sumber-sumber Pendapatan
Salah satu cara untuk mengetahui sumber pendapatan adalah dengan
melihat sumber angka pendapatan nasional. Sumber angka pendapatan nasional
dapat dibagi ke dalam beberapa sektor. Sektor-sektor pendapatan ini antara lain
sebagai berikut:
1. Pertanian, misalnya buah-buahan, susu sapi, perikanan, dan lainnya.
2. Industri, misalnya batik, keramik, garment, marmer, dan lainnya.
3. Pertambangan, misalnya biji besi, gas bumi, minyak tanah, dan lainnya.
4. Pariwisata, seni, dan budaya, misalnya obyek wisata dan hasil seni.
40
5. Transportasi, misalnya travel, taxi, angkutan laut, dan angkutan udara.
6. Telekomunikasi, misalnya jasa telpon.
7. Perdagangan, misalnya eksportir, importer, pedagang besar, dan pedagang
eceran.
8. Jasa-jasa, misalnya konsultasi hukum, perbengkelan, dan restoran
9. Jasa kontruksi, misalnya kelistrikan, jembata, dan kontraktor bangunan.26
Pendapatan sebagai sejumlah uang yang telah diterima pada pelanggan
dari perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Untuk memudahkan
dalam mengartikan, maka pendapatan dibagi dalam beberapa bagian:
a) Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang yang
biasanya diterima sebagai balasan jasa atau kontra prestasi. Sumber-
sumber yang utama adalah gaji atau upah serta lain-lain balas jasa yang
berupa, pendapatan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas.
b) Pendapatan berupa barang, yaitu segala penghasilan, yang sifatnya reguler
dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diserah
terimakan dalam bentuk barang dan jasa. Barang yang diperoleh dinilai
dengan harga sekali pun tidak diimbangi atau disertai transaksi uang oleh
yang meninkmati barang secara bercuma-cuma, pembelian barang dan
harga yang disubsidi oleh majikan.
26 Ibid. 18
41
c) Lain-lain penerimaan barang, merupakan barang yang dipakai sebagai
pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat redistribusi dan biasanya
membawa perubahan keuangan rumah tangga, misalnya penjualan barang-
barang yang dipakai warisan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan
pendapatan adalah jumlah penghasilan baik dari keluarga maupun perorangan
dalam bentuk uang, yang diperolehnya dari jasa setiap bulan yang baik dari
sebelumnya, atau dapat juga diartikan sebagai suatu hasil yang sedikit
keberhasilan usaha, maka jumlah tersbut akan menjadi besar dan meningkat.
D. Perekonomian Rumah Tangga dalam Perspektif Islam
Al-Qur'an merupakan sumber hukum utama bagi kaum muslimin dalam
segala urusan, dan As-sunnah merupakan penafsir, penjelas, serta memberi
petunjuk atas Al-Qur'an. Al-Qur'an mencakup segala bidang kehidupan manusia
yang saling berkaitan, di antaranya bidang perekonomian. Dalam perspektif Islam
sistem perekonomian mengandung aturan-aturan syara' yang dapat mengatur
kehidupan perekonomian suatu rumah tangga, masyarakat, dan umat Islam secara
keseluruhan.
Suatu keharusan bagi seorang muslim untuk mengetahui prinsip-
prinsip dasar perekonomian dalam perspektif Islam agar dia dapat tetap
menempuh jalan lurus yang didasarkan pada hidaya Allah. Ketentuan
42
perekonomian Islam mencakup pengaturan tentang pendapatan, pengeluaran,
penyimpanan, penabungan, dan pemilikan.
Yang dimaksud dengan ketentuan-ketentuan perekonomian Islam
adalah seperangkat aturan umum yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam.
Ketentuan-ketentuan itu mengatur perekonomian rumah tangga muslim agar dapat
mewujudkan tujuan-tujuan umum hukum Islam, yaitu memelihara akal, agama,
keturunan, kehormatan, dan harta di samping agar dapat mewujudkan pemenuhan
kebutuhan spritual dan pemenuhan kebutuhan material.
Perekonomian Islam menyangkut masalah rumah tangga muslim yang
bersifat reabilitas dan fleksibilitas, yaitu tetap dan tepat di dalam aturan-aturan
umum, dan luwes didalam teknik dan pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi
dan kondisi. Ketentuan-ketentuan perekonomian Islam bagi rumah tangga muslim
terdiri atas empat buah aturan pokok, yaitu:27
a. Aturan-aturan dalam berusaha dan bekerja
b. Aturan-aturan dalam pengeluaran
c. Aturan-aturan penyimpanan dan menabung
d. Aturan-aturan pemilikan.
27 DR. Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga Muslim,(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal 61-68
43
Di dalam Islam, bekerja merupakan suatu kewajiban kemanusiaan.
Banyak ayat Al-Qur'an yang mengupas tentang kewajiban manusia untuk bekerja
dan berusaha mencari nafkah, di antaranya Allah berfirman:
Artinya:
"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya
kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan" (Al-Mulk: 15)
Syariat Islam memuat ajaran-ajaran yang mengatur manusia untuk
bekerja dan mencari nafkah dengan jalan halal. Aturan-aturan yang berlaku bagi
rumah tangga muslim di dalam bekerja dan berusaha adalah sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Laki-laki untuk Bekerja dan Wanita untuk Mengatur Rumah
Tangga
Suami sebagai kepala keluarga berkewajiban untuk bekerja dengan baik
melalui usaha yang baik dan halal. Karena itulah, seorang laki-laki menjadi
pemimpin bagi wanita, sebagaiman firman Allah sebagai berikut:
☺
☺ ⌧
44
☺ ⌧
☺
⌧
⌧ ⌧
Artinya:
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah
Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka". (An-Nisaa' : 34)
Islam telah menjamin hak wanita untuk bekerja sesuai dengan
tabiat nya dan aturan-aturan syariat dengan tujuan untuk menjaga kepribadian dan
kehormatan wanita. Meskipun demikian istri harus memiliki keyakinan bahwa
yang utama dalam kehidupannya adalah mengatur urusan rumah tangga.
Bagaimanapun juga pekerjaan yang dibolehkan bagi wanita adalah
pekerjaan yang berhubungan dengan kerumah-tanggaan, yaitu yang dapat
memenuhi hak-hak suami dan anak-anaknya. Dia harus berpegang kepada aturan-
aturan syara' yang mengaturnya.
Sungguh Allah telah menegaskan bahwa bekerja itu hendaknya
sesuai dengan batas-batas kemampuan manusia, sebagaimana firman Allah
berikut ini:
45
⌧
⌧
☺
☺⌧ ☺
☺
☺
⌧
Artinya:
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya". (Al-Baqarah:
286)
Ayat diatas menerangkan bahwa Allah tidak membebankan
pekerjaan kepada para hambanya kecuali yang sesuai dengan kemampuannya dan
tuntutan kebutuhannya.
E. Pengertian Desa
Dari aspek morfologi, desa ialah pemanfaatan lahan atau tanah oleh
penduduk atau masyarakat yang bersifat agraris, serta bangunan rumah tinggal
46
yang terpancar (jarang). Dari aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh
sejumlah kecil penduduk dengan kepadatan yang rendah. Sedangkan dari aspek
ekonomi, desa ialah wilayah yang penduduk atau masyarakatnya bermata
pencaharian pokok di bidang pertanian, bercocok tanam atau agraria, atau
nelayan.28
Istilah desa seperti yang dikemukakan diatas dengan di keluarkannya
Undang-undang Nomor 5 tahun 1979, yakni Undang –Undang tentang
pemerintahan desa, maka istilah desa menjadi seragam untuk seluruh wilayah
tanah air Indonesia. Jadi desa telah menjadi istilah Nasional, untuk menunjukkan
kesatuan wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung
di bawah Camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Republik Indonesia (Pasal I Huruf a, UU No, 5 Tahun 1979).
Desa sendiri berasal dari bahasa India yakni Swadesi yang berarti
tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur atau merujuk pada satu kesatuan
hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. Melihat dari
defenisi ini maka kita dapat menemui banyak istilah di Negara kita tentang
masyarakat tersebut seperti dusun bagi masyarakat Sumatra Selatan, dati bagi
Maluku, Kutu untuk Batak. Pada daerah lain masyarakat setingkat desa memiliki
berbagai istilah kemilaan sendiri baik mata pencaharian maupun adat
istiadatnya.29
28 Drs. Sapari Imam Asy’ari, Sosiologi Kota dan Desa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hal. 93. 29 Soekanto Soerjono, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: Penerbit CV. Rajawali, 1996), hal 56.
47
Desa-desa di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:30
a. Tepi desa ada pintu dari kayu yang merupakan pintu gerbang untuk
masuk desa.
b. Tepi desa biasanya dikelilingi dengan tataman bambu.
c. Terdapat makam dengan tanaman kamboja.
d. Terdapat balai desa, tempat mengantor seorang kepala desa beserta
perangkatnya.
e. Ditandai adanya lumbung desa.
f. Ditandai dengan kehidupan yang tenang dan damai serta keakraban
diantara penduduknya
g. Biasanya ditandai dengan model perkampungan yang memanjang
sepanjang jalan-jalan yang ada di desa dan pola perkampungan yang
saling berhadapan satu sama lain. Pola perkampungan yang terakhir ini
biasanya dihuni oleh beberapa rumah / keluarga yang masih memiliki
hubungan keluarga
h. Dipimpin oleh seorang kepala desa dengan beberapa perangkat desa
30 Ibid., hal. 21.
48
i. Masyarakatnya sebagian besar hidup dari tanah pertanian dan
memelihara ternak
Wilayah pedesaan merupakan sebuah interaksi dinamis antara
sistem yang secara srtuktural terdiri dari lima komponen (substansi) yang
menyusun desa. Perilaku interaktif dari setiap subsistem ini dapat memberikan
output tertentu sebagai tujuan dan sasaran pembinaan pedesaan.
Sistem pedesaan maju terdiri dari lima komponen berupa
komponen fisik, manusia dan interaksinya, serta kelembagaan sosial. Secara rinci
komponen tersebut adalah:
1. Komponen sumber daya pertanian dan lingkungan hidup
Dalam sistem pertanian dan lingkungan hidup pedesaan mempunyai
peranan ganda yaitu sebagai sumber input bagi subsistem
perekonomian (jasmani juga sebagai pelepasan penataan jiwa). Peran
ganda lingkungan bagi masyarakat desa ini kerap kali menjadi
hambatan dalam pengembangan pertanian akan tetapi kearifan
pandangan terhadap alam dewasa ini disadari sangat penting bagi
kelestarian alam.
2. Komponen perekonomian wilayah pedesaan.
Wilayah pedesaan, kegiatan ekonomi di sektor berbasis pertanian yang
menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar di luar daerah
sehingga barang dominan yang dihasilkan berupa komoditi primer dan
49
komoditi sekunder. Keterkaitan pola produksi ini menyebabakan
pedesaan mempunyai integrasi yang kuat dengan daerah sekitarnya.
Dukungan yang kuat antara desa dengan perkotaan sebagai basis
industri menjadi sebuah model pengembangan pedesaan.
Akan tetapi perkembangan terakhir hal ini ternyata semakin
menambah ketimpangan sosial pada saat pembagian keuntungan tidak terjadi.
Ciri-ciri penting kegiatan ekonomi pedesaan adalah:31
1) Kegiatan pertanian yang maju dan pengelolaan memerlukan
perlengkapan relatif rumit dan biaya mahal.
2) Pengelolaan perlu dilakukan intensif sebelum dan sesudah paskah
panen dengan tenaga kerja relatif banyak.
3) Hasil pertanian harus cepat dipasarkan ke luar daerah dalam bentuk
dan olahan segar untuk memancing konsumen.
Tipologi desa sesuai dengan mata pencariannya adalah sebagai berikut :
a. Desa pertanian.
Desa pertanian biasanya dilandasi oleh mayoritas pekerjaan dari
penduduknya adalah pertanian tanaman budi daya. Desa ini bisa
pertanian lahan sawah pengairan dan dengan karakteristik masing-
masing. Sementra itu desa pertanian terbagi dalam dua pengertian
31Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (UMM: Press, 2004) hal, 46.
50
dalam arti luas dan sempit. Dalam arti sempit dilandasi oleh ada
tidaknya sarana pengairan sementara, dalam arti luas pada moyoritas
penduduknya. Kedua pembagian tersebut ditunjukkan dalam uraian
berikut yaitu :
2) Desa pertanian (dalam arti sempit).
(1). Desa pertanian berlahan basah, irigasi baik.
(2). Desa pertanian berlahan kering, sawah lading hujan lading
3) Desa pertanian (arti luas).
Desa pertanian sendiri terbagi dalam beberapa macam :
(1). Desa perkebunan (memiliki masyarakat dikelola secara
konvensional).
(2). Desa perkebunan (milik swasta dikelola professional, sistem
bagi hasil).
(3). Desa nelayan (petani tambak perikanan darat)
(4). Desa nelayan (perikanan pantai dan laut).
b. Desa Industri
Desa industri dibagi dalam dua macam :
1. Desa industri (memproduksi alat pertanian secara tradisional
maupun moderen system upah sesuai dengan manajemen masing-
51
masing. Juga memproduksi komponen suku cadang unit sumur
pompa maupun buatan tiang lampu dan lain-lain).
2. Desa industri (masyarakat memproduksi barang-barang kerajinan,
seperti perabot rumah tangga yang terbuat dari kulit, rotan, bambu,
maupun ukiran. Disamping itu, memproduksi bahan pakaian jadi
dan lain-lain).
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian sangat penting karena berhubungan dengan
data- data yang harus dicari sesuai dengan fokus yang ditentukan lokasi penelitian
juga menentukan apakah data bisa diambil dan memenuhi syarat baik volumenya
maupun karakter data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pertimbangan geografis
serta sisi praktis seperti waktu, biaya, tenaga akan menentukan lokasi penelitian.
“… Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam menentukan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertahanakan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah dapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu biaya dan tenaga, perlu juga dijadikan pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian “.32
Mempertimbangkan acuan tersebut peneliti melakukan penelitian di
Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende. Pemilihan
ini sengaja dengan maksud menemukan sebuah desa yang relevan dengan tujuan
penelitian. Pilihan terhadap Desa/ Kelurahan Roworena didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut:
32 Moleong. Lexy, Metodologi Penelitian kuantitatif, (Bandung: Remaja Pasdakarya, 1990), hal. 86.
53
1. Desa ini merupakan desa dimana sebagian masyarakatnya
menggantungkan penghasilan hidup mereka dengan bertani dan menenun.
2. Pada umumnya mata pencaharian masyarakat yang bertani dan dan
pengrajin tenun dengan penghasilan yang tidak memadai sehingga
menciptakan kesenjangan ekonomi yang cukup tajam.
52
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan Taylor
mendefinisikan penelitian kualitatif “sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati”.33
Sedangkan penggunaan pada penelitian ini, karena merujuk pada ciri-ciri
yang dikemukakan oleh Black Champion, yakni penelitian terhadap kesatuan
social yang dipilih sebagai bahan kajian trhadap agregat yang lebih luas tetapi
hubungan antara kesatuan tersebut dengan total populasi yang tidak dapat ditaksir.
Dalam penelitian ini yang berlokasi di Desa / Kelurahan Roworena, Kecamatan
Ende Selatan, Kabupaten Ende, peneliti menggunakan kajian pustaka sehingga
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
C. Instrumen Penelitian
33 Ibid…
54
Instrument pertama pada penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri.
Peneliti sebagai instrument penelitian bukan berarti menghilangkan esensi
manusiawi dari peneliti sendiri, tetapi kapasitas jiwa dan raganya dalam
mengamati, bertanya, melacak dan mengabstrasikan merupakan alat terpenting.34
Karena itu kemampuan peneliti diuji betul dalam penelitian ini. Penelitian ini
disamping menggunakan instrumen utama juga menggunakan alat bantu seperti
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Peneliti sebagai instrumen, memiliki konsekuensi psikologis bagi peneliti
untuk memasuki latar yang memiliki norma, nilai, aturan dan budaya yang harus
dipelajari dan dipahami peneliti. Interaksi peneliti dan subyek penelitian
memungkinkan timbulnya suatu hal yang tidak diinginkan. Sehingga, peneliti
mengikuti saran Spradley tentang penggunaan prinsip-prinsip etika penelitian
seperti memperhatikan, menghargai, menjujung tinggi hak asasi informan,
mengkomunikasi maksud penelitian kepada informan, tidak melanggar kebebasan
dan tetap menjaga rahasia pribadi informan, tidak mengeksploitasi informan,
mengkomunikasikan hasil penelitian jika diperlukan, memperhatiakndan
menghargai informan, dan peneliti akan dilakukan secara cermat sehingga tidak
mengganggu aktifitas sehari-hari informan.
D. Sumber Data
34 Miles, Matthew B. dan A Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta : UI Press, 1992), hal. 102.
55
Menurut Lofland, mengatakan, “sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain”. Sesuai dengan masalah dan fokus penelitian, maka
penelitian menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.
Adapun perincian sebagai berikut:35
a. Kelompok Industri dan pekerja Home-Industry tenun dilokasi penelitian,
masyarakat di Desa/ Kelurahan Roworena bermata pencaharian bertani dan
memiliki home-industry tenun, maka jumlah informan yang peneliti ambil
secara terus-menerus dari informan satu ke informan lainnya, sehingga data
yang diperoleh seluas-luasnya dan mendalam, sampai memenuhi kriteria
representatif dan tidak ada pembedaan informasi antar informan (data yang
diperoleh sudah kosisten), yaitu dikenal dengan “teknik sample bola salju “
atau disebut “snow-ball sampling tekhnique”.36
b. Kepala Desa dan Sekdes setempat dan kepala dusun masuk wilayah desa
penelitian. Beberapa organisasi yang sekiranya mengetahui terhadap masalah
penelitian, sesuai dengan informasi yang diperoleh dari informan awal.
D. Prosedur Pengumpulan Data
35 Moleong, op.cit., hal. 112. 36 Miles, Matthew B. dan A Michael Huberman, op.cit., hal. 122.
56
Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian
ilmiah. Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.37
Teknik pengumpulan data dalam penelitian kuatitatif berjalan dari medan
empiris dalam membangun teori dan data. Prosedur pengumpulan data ini
meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Proses Memasuki Lokasi Penelitian (Getting In)
Dalam tahap ini sebelum memasuki lokasi penelitian Desa/Kelurahan
Roworena agar terjadi ketidak curigaan dan kesalahpahaman peneliti
memperkenalkan diri dan memberikan surat izin sebagai langkah formal bahwa
peneliti akan melakukan penelitian di wilayah yang dipimpin dan menjadi
tanggung jawabnya.
Pendekatan terhadap pelaku home-industry juga tidak kalah penting.
Namun hal tersebut tidak begitu sulit karena peneliti sudah pernah melakukan
pendekatan sebelum penelitian ini dilakukan.
2. Saat Berada di Lokasi Penelitian (Getting A Long)
Peneliti melakukan hubungan dengan hati-hati dan berusaha untuk
menjadi bagian dari mereka, dengan membaur dan mengajak komunikasi tentang
pekerjaan mereka sehari-hari.
37 Nazir dan Kusrianto, Prosedur Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 1998), hal. 115.
57
3. Penggumpulan Data (Logging The Data)
Pada tahap ini teknik yang dipakai peneliti menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk lebih detailnya bisa meneliti
jelaskan sebagai berikut
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara
bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden.
Dengan berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara
dengan respon. Karena bersifat yang “berhadap-hadapan”, maka
pemberian kesan baik terhadap responden mutlak diperlukan. Kalau
sejak semula responden sudah tidak menaruh respek terhadap
pewawancara, proses berikutnya pastilah akan terhambat. Responden
dikehendaki dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas,
terbuka dan jujur. Hal itu dapat terjadi kalau sejak semula “respek”
sudah didapatkan peneliti. Wawancara merupakan proses interaksi
antara peneliti atau petugas lapangan dengan responden atau informan
guna memperoleh data atau informasi untuk kepentingan tertentu.38
Wawancara sebagai percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oelh dua pihak yaitu, pewawancara dan yang di wawancara.
Senada dengan itu bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah
proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya 38 Rofi’uddin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : UI Press, 1995), hal. 55.
58
jawab sambil tatap muka antara pewawancara dan yang diwawancarai
dengan menggunakan alat yaitu pedoman wawancara (interview
guide).39
Alasan pokok dipilihnya teknik wawancara adalah karena
dengan menggunakan wawancara peneliti dapat menggali sesuatu yang
diketahui, dirasakan dan dialami oleh subyek termasuk hal-hal yang
tersembunyi, dapat menggali data yang komprehensif. 40
Dalam penelitian ini wawancara terpimpin akan dilakukan
kepada informan yang sudah ditentukan oleh peneliti dengan
membawa pedoman wawancara yang sudah disusun sebelumnya sesuai
dengan fokus penelitian.
b. Observasi
Secara mudah observasi sering disebut juga sebagai
pengamatan. Ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan
data dengan cara melakukan pencatatan dan sistematik. Kalau
pengamatan dilakukan dengan sambil lalu dan tidak memenuhi
prosedur dan aturan yang jelas tidak bisa disebut observasi.
Observasi bisa dilakukan dengan melibatkan langsung
informan maupun tidak langsung. Observasi langsung dilakukan
dengan melibatkan diri penelitian terhadap obyek yang diteliti, tetapi
39 Nazir dan Kusrianto, Prosedur Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 1998), hal. 80. 40 Rofi’uddin, op.cit., hal. 6.
59
juga tidak mengakibatkan perubahan pada kegiatan-kegiatan yang
diamatinya.41 Sedangkan observasi tidak langsung dilakukan dengan
menggunakan alat Bantu observasi, misalnya foto, tape-recorder dan
laboratorium. Adapun dalam penelitian yang berkaitan dengan maslah
dan fokus penelitian, seperti kondisi fisik, pendapatan industri dan
pendapatan petani serta proses pembuatan sarung tenun.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data sekunder yang sudah ada ditempat-
tempat yang berkaitan dengan hal-hal yang diperlukan dalam
penelitian yang biasanya tertulis dengan rapi. Penggunaan
dokumentasi sebagai teknik pengambilan data karena data di
dokumentasi berfungsi melengkapi dari data-data yang diperoleh dari
wawancara dan observasi.
Pengumpulan data dengan dokumentasi akan dilakukan peneliti
dengan mendatangi kantor Desa/Kelurahan, dan membawa forum
dokumen yang berkaitan dengan masalah dan fokus penelitian.
E. Analisis Data
Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan
secara sistematis transkip-transkip catatan lapangan dan bahan lain yang
41 Konjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : UI Press, 1997), hal. 120.
60
mendukung peneliti dalam mengungkap penemuannya. Analisis data ini
melibatkan pekerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan penentuan apa yang
dilaporkan.
Maka penelitian ini menggunkan analisis interaktif, dalam analisis
interaktif data dilakukan melalui tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan atau versifikasi, secara detail sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh (data lapangan) dituangkan dalam uraian atau laporan
lengkap dan terinci. Laporan lapangan akan dirangkum, dipilih hal-hal yang
pokok, penting, kemudian dicari tema dan polanya. Reduksi data langsung
terus-menerus selama penelitian berlangsung. Selama pengumpulan data
berlangsung, diadakan reduksi data dengan membuat ringkasan, mengkode,
menentukan tema, membuat gugus dan membuat memo.
b. Penyajian Data
Penyajian data atau display data dilakukan dengan menyederhanakan
informasi yang kompleks kedalam satuan bentuk (Gestalt) yang
disederhanakan dan selektif serta konfikurasi yang mudah dipahami.dengan
demikian nantinya akan memudahkan dalam menarik kesimpulan.
c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
61
Menarik kesimpulan dilakukan selama penelitian berlangsung dan selalu dicek
ulang untuk mendapatkan verifikasi yang valid. Dengan mencari arti benda-
benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, serta alur sebab akibat dan preposisi.
Bagan Komponen Analisis Model Interaktif.
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data Penarikan Kesimpulan
F. Pengecekan Keabsahan Temuan
Paling sedikit ada empat standar atau kriteria utama guna menjamin
keabsahan hasil penelitian kualitatif:
a. Kredibilitas, agar hasil penelitian ini memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi sesuai dengan fakta di lapangan, upaya-upaya yang dilakukan antara
lain, (1). memperpanjang keikut sertaan peneliti dalam proses
pengumpulan data di lapangan karena peneliti merupakan instrument
utama penelitian. Masalah waktu pengumpulan data ini tidak terlalu sulit
62
dilakukan, (2). Melakukan observasi secara terus menerus dan sungguh-
sungguh sehingga semakin mengetahui peranan industri rumah tangga di
daerah pedesaan. Hal ini terutama dilakukan umtuk memahami pendapatan
yang diperoleh dari hasil industri rumah tangga dan pendapatan petani di
Desa/Kelurahan Roworena, (3). Melakukan triangulasi, untuk memperoleh
variasi informasi seluas-luasnya dan selengkap-lengkapnya maka dalam
triangulasi dilakukan baik terhadap metode maupun sumber data, dan (4).
Melacak kelengkapan hasil analisa data.
b. Transferabilitas, dilakukan dengan cara meminta bantuan orang lain
termasuk yang diteliti untuk membaca laporan hasil penelitian atau
abstraksinya. Dari tanggapan mereka dapat diperoleh masukan sejauh
mana hasil penelitian ini mampu dipahami oleh pembaca terutama tentang
konteks dan fokus penelitian.
c. Dependabilitas, agar temuan penelitian dapat dipertahankan dan
dipertanggung jawabkan secara ilmiah, auditor independent seperti dosen
pembimbing sangat diperlukan dalam mereviuw seluruh hasil penelitian.
Pada dependabilitas terutama untuk melihat proses
penelitian.Confirmabilitas, dimaksudkan untuk memeriksa keterkaitan
data hasil penelitian dan informasi serta interprestasi dalam organisasi
pelaporan yang didukung materi-materi yang digunakan dalam auditrial.
Konfirmabilitas terutama untuk melihat hasil penelitiannya.
63
G. Tahap-Tahap Penelitian
Secara umum tahap penelitian ini melalui tiga tahapan yakni: pada tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Pada tahap persiapan peneliti
menentukan fokus penelitian, teori yang mendukung, konsultasi dengan
pembimbing, menyusun proposal penelitian. Tahap pelaksanan data penelitian di
lapangan meliputi pengumpulan data, analisis data dan pengecekan keabsahan
data. Sedangkan pada tahap pelaporan, peneliti menyusun hasil penelitian,
konsultasi hasil penelitian dan presentasi hasil penelitian.
64
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Daerah Penelitian
1. Sejarah Desa/Kelurahan Roworena
Alkisah pada zaman dahulu kala telah turun dua orang dari langit yaitu
Ambu Roru (lelaki) dan Ambu Mo’do (wanita). Mereka menikah dan
mendapatkan lima orang anak, tiga orang wanita dan dua orang lelaki. Salah satu
anak wanitanya hilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain melanjutkan
turunan Ambu Roru dan Ambu Mo’do.
Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madangge, Keto Kuwa bersampan dari
pulau Ende ke pulau Besar, karena mereka memasang bubuk disana untuk
menangkap ikan. Mereka mendapat banyak ikan yang sebagiannya dimakan
ditempat dan yang sisanya dibawa ke rumah. Selagi makan, datanglah seorang
tuan tanah Ambu Nggo’be dan kemudian diajak makan oleh mereka. Pada
pertemuan itu, terjadilah jalinan persahabatan dan suatu kerjasama diantara
mereka.
Kemudian, Ambu Nggo’be mengajak orang-orang itu meninggalkan
pulau Ende supaya berdiam di pulau besar. Anak istri dan harta milik mereka
dapat dibawa kemudian. Ambu Anggo’be memberikan tanah dengan syarat
mereka harus menggantinya dengan satu gading dan seutas rantai emas. Bahan
warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang turunan lurus Ambu Anggo’be.
Ketika semua syarat telah dipenuhi dan diselesaikan mereka menebang pohon
64
66
dan semak dan mulai membuka satu kampung yang disebut Nua Roja (kampung
Roja) yang kemudian berganti nama menjadi Nua Ende (Kampung Ende).
Suatu ketika, seorang puteri tonggo hamil dengan kerbau putih. Ketika
ayahnya hendak membunuh kerbau itu, ia halang-halanginya karena kerbau putih
itu adalah suaminya. Ayahnya marah dan mengusir dia dari gunung ke lembah.
Dan perisriwa itu di sebut Ambu Kora. Dari hasil perkawinannya dengan kerbau
putih ia melahirkan seorang putra yang diberi nama Raro.. Mereka berpindah ke
pulau Ende lalu tinggal dengan Sugi Mbo, Mosa Pio. Dalam perang dengan
Numbah mereka membantu Barai melawan Numbah. Ketika Numbah dan Barai
bersatu lagi, mereka terpaksa meminta tanah tempat untuk berdiam kepada Embe
Nggo’be dari Detu Kou. Tanah pemberian itu kemudian dibagi oleh Mosa Pio
yang disebut Kora dan Raro serta Sugi Mbo dan Mosa Pio mendapat yang sisa
yang mana mereka mendirikan suatu desa yang disebut Roworena hingga
sekarang ini.
2. Letak Geografis dan Demografi Desa/Kelurahan Roworena
Desa/Kelurahan Roworena berada pada ketinggian kurang lebih 36 m
diatas permukaan laut. Tepatnya terletak sekitar 15 km, jarak dari Kecamatan ke
Kabupaten 3 Km dan waktu tempuh 30 menit, dan jarak Desa/Kelurahan ke Ibu
Kota Propinsi waktu tempuh satu hari 24 jam.
Batas wilayah Roworena sebelah selatan Desa/ Kelurahan Kota Ratu yang
terkenal dengan Nelayan, sebelah Utara Dusun Ndetindora I dan II yang juga
terkenal dengan Home-Industri Pandai Besi dan Batu Merah, sedangkan sebelah
67
Timur Kelurahan Onekore dan Kewarangga sementara untuk batas desa sebelah
Barat adalah Gunung Wongge. Distribusi luas wilayah menurut penggunaannya
dapat dilihat pada table 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi luas lahan wilayah menurut penggunaannya
1. Luas wilayah kelurahan Roworena 24 km² / 2200 hektar
No Penggunaannya Luas
1 Pemukiman 0,26 km²
2 Kuburan 0,03 km² 3 Pekarangan 0,15 km² 4 Perkantoran 0,01 km² 5 Prasarana umum
lainnya -
6 Luas taman - Jumlah Total luas 24 km²
2. Jumlah RT kelurahan Roworena 27 RT sedangkan RW, 10 RT
3. Batas wilayah Kelurahan Roworena
Letak Berbatasan dengan
Sebelah Utara Dusun Ndetindora I dan II Sebelah Selatan Kelurahan Kota Ratu Sebelah Timur Kelurahan Onekore dan Kewarangga
Sebelah Barat Dusun Gheoghoma Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006
68
67
67
Usia 0-6 Thn
Usia 7-12 Thn
Usia 13-15 Thn
Usia 16-18 Thn
Usia 19-24 Thn
Usia 25-40 Thn
Usia 40-an ke atas Thn Thn
L P Jmh L P Jmh L P Jmh L P Jmh L P Jmh L P Jmh L P Jmh
Jumlah
2004 110 206 316 250 329 579 116 580 681 1261 140 256 123 180 303 225 364 589 565 559 1124 3848
2005 120 210 330 260 350 610 120 582 683 1265 180 300 130 200 330 230 366 596 570 560 1130 3979
2006 130 250 380 280 370 650 125 585 685 1270 185 310 145 220 365 250 375 625 575 565 1140 4155
Jmh 360 666 1026 790 1029 1839 361 1747 2049 3796 505 866 398 600 998 705 1105 1810 1710 1684 3394 11982
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk menurut tingkat umur
a. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Umur.
Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006
3. Kondisi Penduduk
68
Penduduk Desa/Kelurahan Roworena pada tahun 2004 berjumlah 3848
jiwa, pada tahun 2005 berjumlah 3979 jiwa, sedang pada tahun 2006 berjumlah
4155 jiwa. Disbanding dengan luas Desa/ Kelurahan (24 km² / 2200 hektar). Desa
ini dapat diklasifikasikan sebagai desa/kelurahan yang penduduk padat kurang
lebih 11982 jiwa dan rata-rata pertumbuhan kurang lebih Jiwa/pertahun.
b. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Penduduk Desa/Kelurahan Roworena termasuk Desa yang kurang
begitu menghargai pentingnya pendidikan, karena penduduk tidak pernah
merasakan bangku sekolah atau hanya sekolah dasar saja, paling banyak
jumlahnya bila dibandingkan dengan yang sekolah. Untuk lebih jelas lihat tabel
4.3
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Keadaan Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Belum sekolah 425 orang
2 Tidak pernah sekolah 1525 orang
3 Pernah sekolah SD tapi tidak tamat 435 Orang
4 Tamat SD/Sederajat 1.403 Orang
5 SLTP/Sederajat 330 Orang
6 SLTA/Sederajat 352 Orang
7 D-1 9 Orang
8 D-2 12 Orang
10 D-3 5 Orang
11 S-1 24 Orang
12 S-2 -
13 S-3 -
Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006
69
Sebagaimana lazimnya ditiap-tiap Desa pasti ada pendopo (balai desa),
yang berfungsi sebagai pusat pengembangan Desa/Kelurahan dan Kantor BPD.
Walaupun demikian letak kantor Desa/Kelurahan cukup strategis karena
dikelilingi oleh pemukiman penduduk, puskesmas, sekolah, dan pusat lalu lintas
umum, menjadikan lokasi ini mudah dijangkau dan cocok untuk kegiatan sosial
masyarakat Desa setempat.
Di Desa/Kelurahan ini terdapat satu buah masjid, dua buah gereja dan
beberapa fasilitas pendidikan yaitu satu buah gedung Taman Kanak-Kanak (TK),
lima buah gedung Sekolah Dasar (SD), satu buah gedung Sekolah Lanjut Tingkat
Pertama (SLTP), dua buah gedung Sekolah Lnjut Tingkat Atas (SLTA), dan Satu
buah gedung Perguruan Tinggi.
Pemuda dan Orang Tua khususnya kaum wanita di Desa/Kelurahan
Roworena belum begitu mementingkan pendidikan formal. Kebanyakan para
pemudi setelah lulus sekolah lebih senang dengan bekerja sebagai pengerajin
tenun dari pada melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan biaya pendidikan yang mahal dan kurang adanya kesadaran terhadap
pentingnya pendidikan, bagi mereka yang penting hanyalah mampu mandiri
secara ekonomi dan membantu ekonomi kedua orang tuanya.
Kondisi rumah penduduk bervariasi, hal inilah yang menjadi patokan
awal adanya kesenjangan ekonomi di Desa/Kelurahan Roworena. Rumah gedung
berjumlah 35, dan rumah terbuat dari bambu berjumlah 98. Pada umumnya rumah
penduduk saling berdekatan walaupun tidak merata jarak rumah satu dengan yang
70
lainnya, hal ini disebabkan topografi tenah yang berbeda, ada yang dataran
rendah, sedang dan dataran tinggi.
Di Desa/Kelurahan ini sudah terdapat aliran listrik, dan sudah di
manfaatkan oleh semua penduduk. Penggunaan telephon sebagai alat komunikasi
masih sedikit. Tentang penyediaan air sudah tidak ada masalah karena, penduduk
langsung mendapatkan aliran air dari sumber air lihat tabel 4.4 berikut ini
Tabel 4.4 Jumlah Prasarana Air Bersih
Jumlah Sumur Pompa -
Jumlah Sumur Gali -
Jumlah Mata Air 13 Unit
Jumlah Hidran Umum 16 Unit
Jumlah PAM 58 Unit
Jumlah MCK 7 Unit
Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006
c. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaanya
Mata pencaharian penduduk Desa/Kelurahan Roworena bermacam-
macam. Ada yang bertani, pengerajin, buruh tani. Yang menjadi pengerajin tenun
adalah pekerjaan pemudi/ ibu-ibu rumah tangga Desa/Kelurahan Roworena.
Untuk lebih jelasnya sebagaimana Table 4.5 berikut :
71
Tabel 4.5 Distribusi Pekerjaan Penduduk
Pengrajin Bertani Pedagang Buruh Pegawai Pengusaha
Tenun
Ikat
Pandai
Besi
Anyaman
Gedek
Thn
KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh
2004 528 528 36 36 25 25 17 17 16 16 110 110 12 12 6 6
2005 525 525 40 40 27 27 20 20 20 20 112 112 18 18 7 7
2006 510 510 45 45 30 39 24 24 25 25 114 114 20 20 9 9
Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata penduduk bermata
pencaharian sebagai petani dan pengerajin tenun ikat (sarung), desa ini juga
terdapat pengerajin Besi dan Gedek. Petani, juga salah satu pekerjaan yang tidak
bisa ditinggalkan oleh penduduk, karena terdapat tanah yang subur. Pedagang dan
buruh tani juga menjadi pekerjaan yang mau tidak mau harus dilakukan, karena
mendukung tercapainya pendapatan para petani di Desa/Keluran setempat.
d. Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Tempat Ibadah
Bila kita perhatikan di Desa/Kelurahan Roworena telah tersedia
fasilitas pendidikan non formal dan menjamurnya tempat-tempat ibadah. Desa ini
mempunyai sebuah seminari dan tiga buah gereja. Secara riil masyarakat
Desa/Kelurahan Roworena beragama Kristen Katolik. Hal ini bisa dilihat pada
Tabel 4.6 sebagai berikut:
72
Tabel 4.6 Jumlah penduduk menurut agama dan tempat ibadah
Pemeluk Agama Tempat Ibadah
Islam
Kristen Katolik
Kristen Protestan
Hindu
Budha
732 Orang
3655 Orang
5 Orang
-
-
Masjid
Gereja Katolik
Gereja Protestan
Wihara
Pura
2 Buah
3 buah
-
-
1
Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006
Apabila kita perhatikan table di atas dapat diketahui bahwa agama
Kristen Katolik adalah agama yang paling banyak diyakini oleh Desa/Kelurahan
Roworena yaitu berjumlah 3655 orang. Agama Islam 723 orang, agama Kristen
Protestan berjumlah 5 orang, sedangkan Budha dan Hindu tidak mempunyai
pengikut sama sekali.
e. Barang Investaris Desa/Kelurahan
Tabel 4.7 Barang-barang Inventaris Desa/Kelurahan Roworena
Barang-barang Inventris Desa Jumlah
Kantor Desa/Kelurahan 1
PAM Air 15
Gedung Puskesmas 1
Posyandu 2
Kantor Pos Pembantu 1
TK 1
SD 5
SLTP 1
SLTA 2
Perguruan Tinggi 1
Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006
73
Barang Inventaris Desa/Kelurahan Roworena, sebagaimana digambarkan
dalam tabel 4.6 terdiri dari kantor Desa 1 buah, PAM Air sebayak 15 buah,
gedung puskesmas 2 buah, posyandu 1 buah, kantor pembantu pos 1 buah dan
fasilitas pendidikan keseluruhan berjumlah 10 buah. Sebuah inventaris tersebut
selalu diupayakan untuk dijaga oleh semua pihak khusnya pemerintah
Desa/Kelurahan sendiri maupun masyarakat Desa setempat. Sarana yang dimiliki
pemerintahan tersebut juga dimanfaatkan untuk pertemuan-pertemuan baik untuk
orang dewasa, remaja mapun penduduk secara umum, yang berkepentingan untuk
keperluan-keperluan Desa/Kelurahan.
B. Kondisi Umum Industri Tenun
1. Sejarah Industri Tenun
Dalam sejarah, melanglang buana mengikuti jejak tapak kaki manusia,
menembus lintas batas, akhirnya sampai ke Nusantara. Kebudayaan Nusantara
begitu heterogen yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan pada satu
pulau kecil dibumi Nusa Tenggara Timur ada satu kebudayaan yang
keberadaannya perlu dilestarikan karena merupakan budaya suatu budaya yang
akan memperkaya khazanah budaya bangsa.
Dari marga Salvi sebuah suku di India tenun ikat ini berawal, melalui jalur
sutera, terus menyelusuri Asia Tenggara, hingga Indonesia. Di Nusa Tenggara
Timur penyebaran tenun ikat hampir merata, hingga Nusa Tenggara Timur dapat
dijuluki pula dengan sebutan “Nusa Tenun Tangan”.
Pesona keindahan motif dan ragam hiasnya, menjadikan tenun ikat cendra
mata bagi setiap orang yang datang dan berkunjung ke bumi Flobamora ini, bumi
74
dimana wanitanya memiliki daya cipta dan kreasi seni yang sangat tinggi. Setiap
daerah yang ada di NTT menampilkan corak dan ragam hias serta warna yang
berbeda-beda. Perbedaan ini menjadikan tenun ikat semakin menarik untuk di
diteliti dan dikaji.
2. Proses Pembuatan Sarung Tenun Ikat
Dalam proses penciptaannya, melalui berbagai pertimbangan diantaranya
sebagai simbol status sosial, keagamaan, budaya dan ekonomi. Dapatlah
dikatakan bahwa dalam pembuat sehelai kain tenun ikat tidaklah mudah dan
membutuhkan waktu yang paling lama. Para wanita dalam membuat sehelai kain
tenun selalu bekerja secara bersama, karena ini akan mempermudah proses
pembuatannya dan tidak semua wanita mampu membuat kain tenun ikat dari
tahap awal hingga akhir.. Tenun ikat dalam proses pembuatannya memiliki
beberapa tahap diantaranya:
a. Penataan benang pada alat pedangang
b. Pengikatan motif dan ragam hias
c. Pewarnaan
d. Penenunan.
Dalam pesona motif dan ragam hias tenun ikat, diciptakan melalui
perenungan dan konsentrasi tinggi. Motif dan ragam hiasnya mengandung nilai
filosofis dan penggunaannya diperuntukkan bagi hal-hal yang berkaitan dengan
adat dan budaya, dan menjadikan bahan tradisi yang terwaris sampai hari ini.
Inilah khasanah budaya kami yang terlihat dari beragam motif dan ragam hias
kain tenun ikat yang dihasilakn wanita dibumi Flobamora. Dari motif yang super
75
sampai yang kecil, memperlihatkan bagaimana kehebatan wanita ditanah kami
dalam menciptakan sehelai tenun ikat. Puluhan bahkan ratusan jenis motif dan
ragam hias yang dihasilakan oleh wanita bumi Flobamora ini dapatlah dibagi
kedalam tiga jenis tenun ikat yaitu:
a) Kain tenun ikat yang motif dan ragam hiasnya mempunyai nama dan arti
b) Kain tenun ikat yang motif dan ragam hiasnya mempunyai nama dan
tidak mempunyai arti
c) Kain tenun ikat yang motif dan ragamnya hiasnya tidak ada nama dan
tidak ada arti.
Warna yang ada merupakan hasil racikan dari dedaunan dan tumbu-
tumbuhan yang tumbuh dan ada di bumi Flobamora. Diramu dengan sangat hati-
hati, proses pewarnaan dijalani dalam waktu yang cukup lama agar sari warna
benar-benar meresap.
Beberapa jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai bahan
pewarnaan yaitu Mengkudu, Tarum, Zopha, Kemiri, Ndongu, buah Usuk dan lain-
lain, sehingga nuansa warna kain tenun ikat Desa/Kelurahan Roworena terdiri
dari: Merah. Yang menghasilakan dari akar mengkudu dan hitam nila yang
menghasilakan dari daunt arum.
Ditenun dengan alat tenun sangat tradisional, dililit dipinggang wanita
penenun, melekat tak terpisahkan, bermakna hidup wanita kami telah diembani
dengan tanggung jawab untuk terus mempertahankan warisan ini agar semua
orang dapat tahu bagaimana nenek moyang kami dimasa lalu telah mewariskan
sesuatu yang luar biasa. Dengan adanya tenun ikat ini dapat mempengaruhi
76
peningkatan pendapatan Rumah Tangga di Desa/Kelurahan Roworena,
Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende.
3. Jumlah Industri dan Tenaga kerja
Industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena masing-masing
mempunyai lima industri tenun ikat (kelompok) Rumah tangga, dari setiap jumlah
lima industri tenun
(kelompok) berjumlah 10 sampai 30 orang karyawan.
Tabel 4.8 Jumlah Industri Tenun di Desa/Kelurahan Roworena
No Dusun (Setiap RT/RW) Industri Tenun
1 Wolonio 2 Kelompok
2 Puufeo 1 kelompok
3 Kilometer Dua 2 kelompok
4 Rhena 1 kelompok
5 Ndetukou I 2 kelompok
6 Ndetukou II 1 kelompok
7 Woloare 1 kelompok
8 Kopondopo 1 kelompok
9 Wolokaro 2 kelompok
10 Kalibari 1 kelompok
Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006
Dari tabel 4.8 tersebut di atas kita dapat ketahui bahwa di Desa/Kelurahan
Roworena tenun ikat merupakan pekerjaan pokok bagi kaum wanita untuk
menambah penghasilan rumah tangga mereka.
77
4. Sistem Pemasaran
Pemasaran produk tenun ikat masih tergantung pesanan. Artinya apabila
ada pesanan maka pihak yang bersangkutan mengirim barang sesuai dengan
pesanan. Menurut Bapak Yohanes Pemasaran Produk Tenun ikat disamping
menjangkau wilayah Ende Juga sudah sampai keseluruh daerah Nusa Tenggara
Timur. Dan juga Manca Negara.
5. Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat Untuk Membentuk
Kelompok Tenun Ikat
Pada awal mulanya masyarakat khususnya Ibu Rumah tangga di
Desa/Kelurahan Roworena masih berpatokan dengan penghasilan pertanian
dengan lambat laun hasil dari pertanian tidak mencukupi ekonomi mereka. Dan
proses menenun sangat membutuhkan waktu yang lama dalam setiap helai sarung
dan menempuh waktu yang cukup lama.
Mendirikan kelompok Informal adalah salah satu solusi terbaik dalam
mempertahankan kehidupan ekonomi, walaupun kelihatan sepeleh, namun
sebenarnya mendatangkan pendapatan yang cukup lumayan. Paling tidak masih
bias untuk menompang kehidupan keluarga dan biaya sekolah anak, seperti di
ungkapkan oleh ibu Yosefina Minda salah satu pengerajin tenun di kelompok
Harapan Bersama:
“I ya. . .Ine, usaha Ja’o ini kan pokoknya cukuplah untuk kehidupan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anak Ja’o dan membantu menambah penghasilan suami, ine kalau dibandingkan dengan dulu saya hanya Ibu rumah tangga biasa yang mengharapkan penghasilan dari suami, itulah sebenarnya yang mendorong Ja’o untuk mengikuti kelompok tenun”. (Wawancara 12 Juli 2006)
78
(Usaha saya ini cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bisa biaya sekolah anak saya, dan menambah penghasilan suami. Dengan adanya usaha ini saya bisa membantu kebutuhan keluarga saya). Memang usaha pengerajian tenun yang sekarang oleh ibu-ibu rumah
tangga di Desa/Kelurahan Roworena didorong oleh jenis pekerjaan mereka
sebelumnya, dimana pendapatan mereka sebelumnya belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Bapak Petrus suami dari Ibu Enes, salah satu pengerajian tenun.
Mengatakan bahwa:
“Sebelumnya ja'o ne'e fai ja'o kerja di kebun, setelah fai ja'o bekerja menenun lawo penghasilan kami lumayan ine, kami berdua bisa kasikan anak sekolah". (wawancara pada 12 juli 2006). (Sebelumnya saya dan istri saya bekerja di kebun, setelah istri saya ingin membuat sarung tenun penghasilan kami lumayan, bisa menyekolahkan anak kami ke perguruan tinggi). Jadi disamping jenis pekerjaan sebelumnya kurang mendatangkan
pendapatan yang cukup, yang mendorong masyarakat untuk membentuk sebuah
kelompok tenun adalah kemudahaan dalam faktor produksi, seperti skill, bahan
baku maupun modal.
6. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengerajin Tenun Dalam
Meningkatkan Pendapatan Mereka
Perusahaan dapat ditingkatkan dengan memperluas segmen pasar
konsumen baik secara sentral maupun eksternal. Secara sentral bahwa pemasaran
dilakukan oleh pelaku itu sendiri, secara eksternal pemasaran dilakukan oleh
orang diluar industri atau pengerajin tenun ikat.
“Produk tenun ja'o ini sudah sampai keluar daerah Kabupaten Ende Ine yang meliputi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, bahkan ke
79
Manca Negara. Biasanya kalau di wisata Danau kelimutu itu dipakai oleh wisata-wisata manca Negara.” (kata Ibu Kristiana), (Wawancara pada 13 2006). (Produk tenun saya ini sudah keluar daerah kebupaten Ende meliputi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, bahkan ke Manca Negara).
Pemasaran produk sarung tenun memang sudah sampai ke luar daerah
Flores para pelaku/pemilik industri tenun tetap mempertahankan pasar domistik.
Sehingga kita melihat produk tenun sarung di pusat pertokohan di kota Flores
khususnya di kota Ende.
Upaya meningkatkan pendapatan yang dilakukan oleh industri sarung
tenun selain melalui pemasaran juga dengan meletakkan tenaga kerja sesuai
dengan bidang keahlian. Karena dalam proses pembuatan sarung ikat mempunyai
tahapan-tahapan tertentu, yang harus dikuasai oleh karyawan yang
mengerjakannya, sehingga produk yang dihasilkan tidak cacat atau rusak dan
sesuai dengan permintaan pasar. Keahlian karyawan mempengaruhi terhadap
kualitas produk yang dihasilkan.
Bagi para pengerajin tenun ikat upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan pendapatan mereka yakni dengan mengerjakan pekerjaan sebaik-
baiknya (secara kualitas), juga berupaya menghasilkan produk sebanyak mungkin
(secara kuantitas), karena semakin banyak produk yang dihasilkan semakin
banyak pula pendapatan yang diperoleh.
Peran usaha informal dalam meningkatkan pendapatan GDP (Gross
Domestic Produk) tidak diragukan lagi. Usaha informal setiap tahunnya telah
menyumbang lebih dari 57% pendapatan nsional dan menyumbang hamper 15%
dari total ekspor produk Indonesia. Karena merupakan usaha yang paling banyak
80
dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang secara otomatis menyerap tenaga kerja
paling banyak.
Usaha informal juga merupakan usaha yang menyerap tenaga kerja paling
banyak, sehingga mempunyai peran dalam pemerataan pendapatan.(Koencoro
2000:20).sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Sekretaris Desa/Kelurahan
Roworena:
“ Kelomopok tenun lawo di tempat ini banyak variasi ine, ada satu kelompok 10 orang, dan 20 orang, pendapatan mereka setiap lembar kain lawo sekitar Rp 300.000-400.000 perbulan".(wawancara pada 13 juli 2006). (Pengerajin tenun ikat disini memang bervariasi, ada yang satu kelompok 10 orang, ada juga yang 20 lebih, rata-rata pengerajin berpendapatan sekitar Rp 300.000-400,000 setiap lembaran kain tenun perbulan). Pendapatan sebesar itu bagi para ibu-ibu rumah tangga yang bekerja
sebagai pengerajin tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena sudah lebih dari
cukup, yang terpenting bagi mereka adalah bahwa pendapatan itu rutin mereka
dapatkan setiap bulan sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Agnes :
“Pokoknya ja'o mendapatkan pendapatan Rp300,000 per bulan ja'o sudah senang sekali Ine, yang penting bisa membantu untuk membayar sekolah anak ja'o, dari pada hanya tinggal di rumah dan berharap penghasilan suami”. (wawancara pada 14 juli 2006). (Pokoknya saya bisa mendapatkan pendapatan Rp 300.000 per bulan saya sudah senang, yang penting bisa membantu menyekolahkan anak dan menambah penghasilan suami). Desa/Kelurahan Roworena merupakan Desa yang mempunyai mata
pencaharian ciri khas dengan pengerajin tenun ikat. Banyak masyarakat
menggantungkan kehidupannya pada usaha ini. Sehingga tidak mengherankan
kalau pendapatan sebagian masyarakat Desa Roworena bersumber dari bertani
dan pengerajin tenun ikat.
81
Pernyataan tersebut senada dengan disampaikan Ibu kepala Desa:
“Memang ine masyarakat kami di sini khususnya ibu-ibu sangat telaten sekali dalam menenun lawo, tenun lawo ini bisa menambah pendapatan mereka".(wawancara pada 14 juli 2006) (Memang masyarakat Desa ini khususnya ibu-ibu rumah tangga mempunyai ciri khas sebagai pengerajin tenun ikat. Ya jelas tenun ikat memberikan tambahan pendapatan yang cukup berarti sebagian masyarakat disini). Namun demikian pengembangan kerajinan tenun ikat di Desa/Kelurahan
Roworena ini dilakukan secara kelompok. Sudah terdapat suatu organisasi sentral
yang mewadahi keberadaan kerajinan ini.
Ibu Theresia mengatakan bahwa:
“Peran lawo kami ini sangat berarti dalam meningkatkan pendapatan kami terutama keluarga ja'o, tenun lawo ini adalah satu-satunya pekerjaan ja'o untuk meningkatkan pendapatan keluarga ja'o ine, ja'o iwa sombo ine, pendapatan ja'o lebih besar daripada pendapatan suami ja'o".(wawancara pada 15 juli 2006). (Peran industri tenun ikat ini memang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan terutama bagi keluarga saya, kalau boleh saya sampaikan, tenun ikat saya ini adalah satu-satunya usaha yang mampu menompang kehidupan seluruh anak-anak saya, saya tidak sombong ine, pendapatan saya lebih besar dibandingkan dengan suami saya yang hanya bekerja sebagai buruh tani) Ibu Yuliana mempunyai empat anak yang salah satunya sudah menikah
dan telah telah menyelesaikan studinya di Universitas Flores (UNFLOR) salah
satu perguruan tinggi di kota Ende. Sedangkan yang lain masih menempuh
pendidikan di bangku SLTA, dengan penghasilan ini ibu bisa menyekolahkan
anaknya.
82
BAB V
PEMBAHASAN
1. Peranan Industri Tenun Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Desa/Kelurahan Roworena
Industri kecil di Indonesia masih tergatung pada pasar yang tidak menentu.
Hal ini disebabkan oleh permintaan konsumen yang tidak menentu baik dari
kuantitas maupun daerah sasaran pasar. Maka diperlukan segmen dan wilayah
konsumen yang jelas. Sehingga dalam peningkatan pendapatan mau tidak mau
industri kecil/industri rumah tangga harus mempunyai segmen konsumen dan
sasaran wilayah pemasaran yang jelas. Produk-produknya pun selain bersaing
dalam kualitas maupun bersaing dalam harga jual.
Sejalan dengan konsep peningkatan pendapatan tersebut diatas, industri
tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworna juga berupaya dalam peningkatan
pendapatan melalui pemasaran yang sudah sampai ke luar Pulau Flores. Artinya
untuk wilayah pemasaran sebenarnya sudah ada, namun masih perlu untuk
dikembangkan ke wilayah-wilayah lain bila perlu sampai ekspor.
Peningkatan kualitas dan kuantitas produk masih terus ditingkatkan oleh
industri tenun demi memenuhi permintaan konsumen dan mempertahankan
eksistensi usaha. Peranan industri tenun dalam peningkatan pendapatan
masyarakat di Desa/Kelurahan, kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende sudah
begitu terasa dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-
82
83
hari. Pendapatan pada setiap bulannya sangat terasa dalam memenuhi kebutuhan
hidup.
Jenis industri tersebut menjadi salah satu mata pencaharian andalan bagi
Ibu-ibu di Desa/Kelurahan Roworena karena mampu menambah pendapatan
mereka. Dengan demikian maka industri tenun ikat ini sudah menjadi sumber
utama pendapatan sebagian masyarakat khususnya kaum hawa yang bekerja.
Pendapatan yang diperoleh kaum hawa di Desa/Kelurahan Roworena yang
bekerja pada industri tenun ikat tidak berhenti begitu saja, namun masih tetap
diupayakan untuk ditingkatkan menjadi industri menengah dan menjadi industri
besar kelak.
Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Umar Al-Hadad(bapak Angkat):
“Sebenarnya kami ingin mengembangkan usaha ini menjadi usaha yang lebih besar, sehingga mampu menyerap tenaga kerja dan mendatangkan pendapatan yang lebih banyak yang pada akhirya kami juga membantu pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan pengangguran”.(wawancara 15 juli 2006).
Nampaknya apa yang disampaikan oleh bapak Umar tersebut sesuai
dengan keinginan Bangs, 2003. . .
“Bahwa usaha kecil yang kuat akan menjadi usaha menengah dan akhirnya besar dan menjadi produksi perekonomian Nasional”.
Industri kecil yang kuat dan mampu bersaing akan mampu menjadi
produksi perekonomian nasional. Ungkapan tersebut banyak direpon oleh
pemerintah maupun pihak Bank. Pemerintah melalui Menteri Pembinaan Usaha
Kecil dan Menengah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan aspek-
aspek yang berkaitan dngan pengembangan usaha kecil ini. Baik melalui pinjaman
modal, pembinaan sumber daya manisia, maupun pemasarannya. Dari pihak Bank
84
pun melirik untuk mencoba mengulurkan sebagian dananya dalam rangka ikut
membantu mengembangkan usaha kecil melalui berbagai pinjaman lunak.
Melihat sumbangan industri kecil terhadap pendapatan domestik yang
tidak sedikit dan kuatnya usaha ini dikala krisis, berbagai LSM pun turut
mendampingi dalam proses pengkreditan oleh usaha kecil ini. Tidak berhenti
begitu saja, industri yang sudah besar beramai-ramai mengajukan diri sebagai
induk dari industri kecil yang mempunyai kualitas dan harga yang relatif murah
dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan besar.
Industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena mempunyai kualitas yang
tidak kalahnya dengan tenun ikat yang dihasilkan daerah lain yang sudah terkenal.
Begitu juga sumbangan industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena, dalam
peningkatan pendapatan pada khususnya dan tingkat kesejahteraan masyarakat
pada umumnyaa. Begitu penting keberadaan industri ini ditengah-tengah
masyarakat setempat, sehingga menjadi sumber pendapatan yang mampu
diandalkan sekaligus dikembangkan menjadi pusat penghasil tenun ikat yang bisa
bersaing ditengah datangnya perdagangan bebas dunia
2. Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat Desa/Kelurahan Roworena
Mendirikan Industri Tenun
Usaha industri kecil merupakan usaha yang dilakukan sebagian besar
masyarakat di Indonesia. Begitu pesatnya pertumbuhan jumlah industri kecil dan
industri Rumah tangga di Indonesia. Ada beberapa hal yang menyebabkan
85
masyarakat Indonesia terutama di Ende mendirikan Industri kecil dan industri
Rumah tangga. Antara lain:
1. Tidak memerlukan modal yang banyak
2. Tenaga kerja bisa dari keluarga sendiri maupun kerabat
3. Tidak membutuhkan lahan dan bangunan usaha yang luas
4. Tidak memerlukan teknologi yang maju
5. Menggunakan peralatan yang sederhana
6. Kesiapan, ketersediaan sarana dan bahan baku produksi mudah didapat.
Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa masyarakat Desa/Kelurahan
Roworena mendirikan industri rumah tangga dalam hal ini adalah industri tenun
ikat di dorong oleh:
a. Terbatasnya modal yang mereka miliki
b. Adanya ketersediaan bahan baku di desa setempat untuk industri tenun
ikat
c. Tidak memerlukan teknologi yang maju
d. Alat yang dipakai dalam proses produksi cukup sederhana
e. Mereka menggunakan halaman sebagai tempat produksi
f. Mereka cukup menggunkan tenaga kerja dan keluarga dan keluarga
sendiri.
Selain dari beberapa hal di atas yang menyebabkan masyarakat
Desa/Kelurahan Roworena terdorong untuk membentuk kelompok industri tenun
ikat adalah agar lebih mudah menyelesaikannya mengingat dalam proses
86
pembuatan tenun ikat dapat memakan waktu yang lumayan lama selain itu juga
dalam proses produksi tenun ikat memerlukan kesabaran dan keuletan.
Menurut masyarakat Desa/Kelurahan Roworena dalam membuat tenun
ikat tidak memerlukan kursus atau sekolah khusus karena dengan begitu
memperhatikan saja sudah bisa melakukannya. Hal itu dibuktikan dengan hasil
wawancara peneliti dengan para pekerja tenun ikat yang kebanyakan hanya
berpendidikan SD sederajat bahkan ada yang buta huruf serta beberapa yang
masih berusia 12 tahun dan mereka tidak sekolah tapi ada juga yang
berpendidikan SLTP dan SLTA.
Faktor tuntutan kemandirian yang ingin selalu dimiliki oleh seseorang juga
menjadi salah satu penyebab didirikannya industri tenun ikat ini, terutama
kemandirian secara ekonomi, masyarakat desa memang mengutamakan masalah
ekonomi karena yang penting bagi mereka adalah bekerja dan menghasilkan uang
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka tidak begitu mementingkan
factor pendidikan karena selain mahalnya biaya pendidikan menutur mereka
pendidikan belum tentu dapat menjamin kehidupan yang sejehtera dimasa yang
akan datang mengingat persaingan dalam mencari suatu pekerjaan
Kemandirian yang sejak dini itu telah membuat mereka semakin tangguh
dalam menghadapi kerasnya kehidupan ini, hal ini di ungkapkan oleh saudari
Elisabeth Mete salah satu pengerajin tenun ikat yang baru berusia 13 tahun:
“Saya bekerja disini hanya ingin menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga saya tidak menggantungkan diri kepada orang lain terutama kepada orang tua.” (wawancara pada 15 juli 2006).
87
3. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Pelaku Kelompok Industri Tenun Ikat
Dalam Meningkatkan Pendapatan mereka
Setiap industri selalu mempunyai upaya untuk meningkatkan pendapatan.
Menurut Rachbini (2001) adalah :
“Industri kecil harus menmpunyai segmen pasar yang jelas. Artinya sasaran tingkat dan wilyah konsumen mana yang yang hendak didik selain itu untuk memenangkan persaingan, industri kecil harus mempunyai kualitas produk yang bagus dan harga jual yang bias dijangkau oleh konsumen”. Industri kecil dituntut untuk mampu bersaing, kalau masih mereka masih
ingin bertahan yaitu dengan melakukan pembinaan dari dua sisi. Pertama, dari sisi
demand approach artinya industri kecil harus melakukan perbaikan secara internal
baik dari permodalan, peralatan, manajemen dan tenaga kerja (peningkatan
sumber daya manusia). Kedua, melalui sisi supplay approach artinya upaya
peningkatan pendapatan dengan mengembangkan secara eksternal (diluar industri)
melalui pemerintah, sebagai policy maker, akademisi sebagai skill institution yang
mempunyai sumber daya berkompetemen terhadap masalah pemberdayaan
industri kecil dan perbankan sebagai Founding Father (bapak angkat) yang
memberikan bantuan permodalan. Ketiga komponen eksternal tersebut mutlak
dibutuhkan dalam pengembangan industri kecil dewasa ini, tampa ketiga
komponen tersebut nonsen industri mampu bertahan dan berkembang dengan
baik.
Sebenarnya kedua pendekatan tersebut tidak bias dipisahkan dalam
imploimentasinya sehingga dari pihak industri maupun pemerintah, perbankan
dan akademis pun pernah melakukan upaya-upaya sebagai berikut; dari sisi
demand approach industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena mulai
88
mencoba, untuk permodalan sebagian mereka sudah pernah mendapat pinjaman
dari bank BRI, bahkan menurut Bapak Sekretaris Desa/Kelurahan Roworena:
“Ada yang mendapat bantuan pinjaman sampai Rp 600,000,00. akan tetapi pinjaman tersebut belum merata maksudnya tidak semua kelompok industri tenun ikat mendapatkan pinjaman hanya kelompok tertentu saja yang mendapatkannya”.
Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Flores di Ende (sebagai sisi
supplay approach) pada tahun 2002 juga memberikan pelatihan tentang
manajemen dan membantu dalam memasarkan produk yang dihasilkan industri
tenun ikat tersebut. Selain LPM Universitas Flores, Pemerintah Kabupaten Ende
(sebagai Supplay Approuch) juga membantu dengan membuka kerajinan batu hias
dan membuka stan-stan hasil kerajinan industri kecil dalam taman rekreasi kota
Ende, sebagai salah satu wujud upaya peningkatan pendapatan masyarakat
industri kecil atau industri rumah tangga di Ende Selatan Khususnya dan Ende
pada umumnya. Dari sentra kerajinan tersebut kita akan menemukan berbagai
hasil kerajinan dari masyarakat Ende dengan harga yang terjangkau untuk seluruh
masyarakat dari berbagai tingkat ekonomi.
Beberapa upaya tersebutlah yang dilakukan ketiga komponen eksternal
industri kecil di Ende. Namun demikian upaya tersebut memang hanya merupakan
stimulus bagi industri tenun ikat. Pengembangan yang sesungguhnya dalam
peningkatan pendapatan masyarakat adalah bersumber dari pelaku industri itu
sendiri (demand approach).
Secara internal dari demand approach industri tenun ikat sebagai usaha
unggulan dari Desa/Kelurahan Roworena pernah mendapat pelatihan dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ende untuk melakukan kerjasama antar
89
pelaku industri satu dengan lainnya baik industri tenun ikat maupun pandai besi,
akan tetapi karena suatu masalah dan lain hal upaya untuk membuat wadah
bersama dalam ikatan industri masih belum bisa terwujud.
90
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dalam pembahasan penelitian tentang “Peranan
Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan Pendapatan masyarakat di
Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende). Maka
dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:
1. Usaha kecil mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan
perekonomian Indonesia. Karena sektor ini dilakukan oleh 56% tenaga kerja
Indonesia, yang otomatis berimplikasi pada pendapatan mereka. Salah satu
industri kecil atau industri rumah tangga yang masih mampu mendatangkan
pendapatan sebesar Rp 300,000-600,000 adalah industri tenun di
Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende.
2. Peranan industri tenun dalam peningkatan pendapatan masyarakat
Desa/Kelurahan Roworena
Peranan industri tenun dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di
Desa/Kelurahan Roworena, dapat dilihat dari jenis pekerjaan dan pendapatan
sebelum mereka berkerja sebagai pengerajin tenun ikat masih belum cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka merasa adanya peningkatan pendapatan
seiring dengan tercukupinya kebutuhan mereka.
Peranan industri ini terasa sekali, ketika Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Ende dan Bank BRI serta LPM (Lembaga Pengabdian
90
91
Masyarakat) Unflor bersinggungan dengan mereka. Bahwa keinginan mereka
untuk lebih mengembangkan industri ini menjadi lebih besar. Kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari mereka tidak bias dilepaskan dari industri tenun ini. Karena
memang disinilah mereka menggantungkanb hidup dan satu-satunya usaha yang
masih menjadi sumber pendapatan mereka selain bertani.
3. Faktor-faktor yang mendorong Ibu-Ibu rumah tangga di Desa/Kelurahan
Roworena mendirikan kelompok Industri tenun:
1) Tuntutan kebutuhan keluarga yang harus segera dipenuhi
2) Kalau menenun sendiri membutuhkan banyak waktu, setelah
terbentuknya kelompok tenun ikat hanya membutuhkan waktu dua
minggu saja
3) Mudahnya bahan baku untuk memproduksi industri tenun ikat
(dapat diperoleh di desa setempat)
4) Sudah mempunyai keterampilan untuk membuat tenun ikat
5) Tidak memerlukan modal yang begitu besar
6) Memerlukan teknologi yang sederhana.
4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan pendapatan industri tenun di
Desa/Kelurahan Roworena:
1) Memperluas segmen dan wilayah pemasaran
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
3) Mencari tambahan modal kepada Pemerintah maupun Bank.
92
B. Saran
Setelah mengetahui peranan industri tenun dalam peningkatan pendapatan
di Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende. Maka
saran-saran yang perlu menjadi perhatian ibu-ibu pekerja industriu tenun supaya
mendatangkan pendapatan yang lebih adalah sebagai berikut:
1. Perlu peningkatan produk secara kualitas maupun kuantitas, serta variasi
atau motif sarung tenun dengan melihat dan membandingkan produk yang
dihasilkan oleh daerah lain.
2. Perlu perluasan segmentasi pasar, disamping lokal hendaknya ditingkatkan
sampai keluar negeri, yaitu dengan membuka cabang ataupun agen-agen
pada setiap kota.
3. Perlu adanya promosi produk melalui pameran-pameran baik dalam negeri
maupun luar negeri, tentunya dengan mencari informasi baik dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan.
4. Perlunya akses tambahan modal melalui founding father (Bank-bank yang
mau memberikan kredit lunak). Karena bank-bank tidak memungut biaya,
akan tetapi sistem bagi hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Asy'ari, Sapari Iman, 1993, Sosiologi Kota dan Desa, Surabaya: Usaha Nasional.
Arsyad, Lincolin, 2004, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.
Boediono, 1993, Teori Pertumbuhn Ekonomi, Yogyakarta: BPFE.
BPS, 1994, Informasi Usaha Kecil di Indonesia Kerja Sama Direktur Jenderal Pembina Usaha Kecil Depertemen Koperasi dan PPK dengan BPS.
Basril, Faisal, 2002, Perekonomian Indonesia, Jakarta: Erlangga.
Dianawati, Elisabeth, dan Prasetiatoka, 1995, Pengembangan Industri Kecil sebagai langkah pemantapan struktur ekonomi menghadapi pasar bebas, Jakarta: UI Press.
Dumairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Yogyakarta: Erlangga.
Syahatah, Husein,1998, Ekonomi Rumah Tangga Muslim, Jakarta: Gema Insani Press
Kusrianto, Nazir, 1998, Prosedur Penelitian Sosial, Yogyakarta: Rineka Cipta.
Konjaraningrat, 1991, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: UI Press.
Lexy, Moleong, 1990, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Pasdakarya.
Matthew, Miles, dan Huberman A Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif,
Jakarta: UI Press. Mudrajad, Kuncoro, 2003, Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN. ________________, 1999, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: UGM Press.
Mubyarto, 2001, Pengantar Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES.
Perry, Martin, 2000, Mengembangkan Usaha Kecil, Jakarta: Murni Kencana PT Raja Grafindo Persada.
Purnomo, 1994, Kebijakan Pembinaan Koperasi dan Pengusaha Kecil dalam
Repelita VI, Yogyakarta: Kanwil Departeman Koperasi dan PPK Propinsi DIY
Rifi'uddin, 1995, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: UI Press.
Sukirno, Sadono, 1999, Ekonomi Pembangunan, Medan: Borta Gorat.
Sumatri, Djojohadikusumo, 2002, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: Yayasan Obor.
Soerjono, Soekanto, 1996, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit CV
Rajawali. Subanar, Harimurti, 2001, Manajemen Usaha Kecil, Yogyakarta: Fakultas
Ekonomi UGM. Suara Pembaharuan, 1995, Problematika Pengangguran, 28 September.
Tohar M, 2000, Membuka Usaha Kecil, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Wisadirana, Darsono, 2004, Sosiologi Pedesaan, UMM Press.
Y Sri Susilo, Maryatno, 1996, Tulisan dari Masalah Usaha Sampai Masalah Ekonomi Makro, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.