15
 analisis, M aret 2006, Vol 3 No. 1: 25-38  ISSN 0852-8144 25 ANALIS IS PE RA N AN S E KTOR A GROINDUS TRI T ERHADAP PENDAPAT AN DAN K E S E MPATAN K ERJA DI SUL AWE S I S E LAT AN (Anal isis Agroindustr i, Pendap atan dan Ke sempatan Ke rja) Basri Rizak ABSTRACT The aim of the study was to discover : (1) the effect of backward linkage and forward linkage of agroindust ry outp ut encour aging the other ec onomi c se ctors; (2) the impact of the increase o f agroindustry sectors output on the improvement of employment opportunity; (3) the impact of agroindustry sectors output on the income of the family: (4) the impact of the agroindustry sectors output increase on the income of the community and family. The analysis used in the study was the input-output tables and Social Accounting Matrix (SAM) in 2000. The results of the study indicate that the value of backward index of agroindustry sectors is greater than one (index >1) toward the development of other economic sector activities. Whereas the forward linkage index of agroindustry sec tors is greater than on e (inde x >1) only f ood industry and l atex sectors. Meanw hile the index values of the beverage industry, thread, timber, and rattan goods and bamboo are all smaller than one and greater than 0,5 (0,5  index 1), then the food industry sector is the key sector that must be paid serious attention to. The impact of the agroindustry sectors output increase is unable to improve the employment opportu nit y and income of the family bot h bef ore a nd a f t er the injection 10%. Key words : Agroindustry, Income, and Employment Opportunity PENDAHULUAN Latar Belakang Hakekat pembangunan adalah membentuk manusia-manusia atau individu-individu otonom, yang memungkinkan mereka bisa meng- aktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal. Dari sini muncul keberagaman dan spesialisasi sehingga menyebabkan  p ertukaran (exchange ) atau transaksi. Inilah yang menjadi landasan kokoh  bagi terwujudnya manusia-manusia unggulan sebagai modal utama terbentuknya daya saing nasional dalam menghadapi persaingan mondial. Transaksi tidak lain me- rupakan perwujudan dari interaksi antar manusia dengan segala kekurangan dan kelebihan masing- masing. Keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum hasil pembangunan dapat dilihat dengan adanya penukaran sosial (  social change ) dan  p ertumbuhan ekonom i ( economic  growth). Untuk menc apai tujuan tersebut di atas, pemerintah Indonesia telah melaksanakan pembangunan secara  bertahap. Pemban g unan Jang k a Panjang (PJPT) sampai tujuan sentral  p emb ang unan ekonom i d i negara- negara berkembang dan sedang  berkem bang termasuk Indonesia adalah peningkatan pendapatan  p erkapi t a masyarakat secara me- nyeluruh dan merata. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah Indonesia telah melaksanakan pembangunan secara bertahap. Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) sampai awal Repelita VI (1997) telah memberi kesempatan tumbuh dan berkem-  bang ny a sektor p ertanian, i ndust ri dan  jasa baik di desa mau p un p erkotaan, yang disertai dengan terjadinya

03-Basri Rizak OK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 1/14

analisis, Maret 2006, Vol 3 No. 1: 25-38  ISSN 0852-8144

25

ANALISIS PERANAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP

PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI SULAWESI SELATAN(Analisis Agroindustri, Pendapatan dan Kesempatan Kerja)

Basri Rizak 

ABSTRACT

The aim of the study was to discover : (1) the effect of backward linkage and forward linkage of 

agroindustry output encouraging the other economic sectors; (2) the impact of the increase of agroindustry sectors output on the improvement of employment opportunity; (3) the impact of 

agroindustry sectors output on the income of the family: (4) the impact of the agroindustry sectorsoutput increase on the income of the community and family. The analysis used in the study was the

input-output tables and Social Accounting Matrix (SAM) in 2000. The results of the study indicate

that the value of backward index of agroindustry sectors is greater than one (index >1) toward thedevelopment of other economic sector activities. Whereas the forward linkage index of agroindustrysectors is greater than one (index >1) only food industry and l atex sectors. Meanwhile the index

values of the beverage industry, thread, timber, and rattan goods and bamboo are all smaller than one

and greater than 0,5 (0,5 ≤ index ≥1), then the food industry sector is the key sector that must be paidserious attention to. The impact of the agroindustry sectors output increase is unable to improve the

employment opportunity and income of the family both before and after the injection 10%.

Key words : Agroindustry, Income, and Employment Opportunity

PENDAHULUAN

Latar BelakangHakekat pembangunan adalah

membentuk manusia-manusia atau

individu-individu otonom, yang

memungkinkan mereka bisa meng-

aktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal. Dari

sini muncul keberagaman dan

spesialisasi sehingga menyebabkan

 pertukaran (exchange) atau transaksi.

Inilah yang menjadi landasan kokoh  bagi terwujudnya manusia-manusia

unggulan sebagai modal utama

terbentuknya daya saing nasional

dalam menghadapi persaingan

mondial. Transaksi tidak lain me-rupakan perwujudan dari interaksi

antar manusia dengan segala

kekurangan dan kelebihan masing-

masing. Keseluruhan kegiatan yang

dilakukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Secara

umum hasil pembangunan dapat

dilihat dengan adanya penukaran

sosial (  social change) dan  pertumbuhan ekonomi (economic

 growth).

Untuk mencapai tujuan tersebut

di atas, pemerintah Indonesia telah

melaksanakan pembangunan secara  bertahap. Pembangunan Jangka

Panjang (PJPT) sampai tujuan sentral

  pembangunan ekonomi di negara-

negara berkembang dan sedang

  berkembang termasuk Indonesia

adalah peningkatan pendapatan  perkapita masyarakat secara me-

nyeluruh dan merata. Untuk mencapai

tujuan tersebut, pemerintah Indonesia

telah melaksanakan pembangunansecara bertahap. Pembangunan Jangka

Panjang Pertama (PJP I) sampai awal

Repelita VI (1997) telah memberi

kesempatan tumbuh dan berkem-

 bangnya sektor pertanian, industri dan  jasa baik di desa maupun perkotaan,

yang disertai dengan terjadinya

Page 2: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 2/14

Basri Rizak ISSN 0852-8144

26

transformasi struktur ekonomi

nasional.Arah transformasi struktur 

  perkonomian ini telah berjalan

sebagaimana yang diharapkan, yaitu

menuju terbentuknya struktur per-

konomian yang lebih seimbangdengan sektor industri dan jasa yang

semakin besar perannya dalam

 pembentukan Produk Domestik Bruto

(PDB). Pada awal PJP I (tahun 1971),

  pangsa relatif sektor pertanian,industri dan jasa masing-masing

adalah sebesar 43,6%, 9,4% dan47,0% terhadap PDB. Pada tahun

2002, pangsa relatif masing-masing

sektor tersebut telah berubah, di mana  pangsa relatif sektor pertanian,

industri dan jasa telah menjadi

29,38%, 32,56% dan 38,06% terhadap

PDB (Laporan Perekonomian

Indonesia 2002).  Namun demikian, tranformasi

struktural tersebut belum dibarengi

dengan transformasi struktur ke-tenagakerjaan, sehingga sektor 

  pertanian yang sudah semakin kecil  peranan relatifnya dalam pemben-

tukan PDB masih harus menampung

sebagian besar tenaga kerja nasional.

Pada awal PJP I (1971), serapan

tenaga kerja sektor pertanian, industridan jasa masing-masing sebesar 

65,0%, 6,7% dan 28,3%. Pada tahun

2002 alokasi serapan tenaga kerja

nasional tidak sejalan dengantransformasi struktur perekonomian,di mana serapan tenaga kerja sektor 

  pertanian, industri dan jasa masing-

masing sebesar 43,2%, 12,5% dan

44,3% terhadap angkatan kerja

nasional (Indikator Ketenagakerjaan2002).

Dalam upaya memacu per-

tumbuhan ekonomi dengan ber-basis

  pada potensi sumberdaya yang

dimiliki, pada akhir Replita III

Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi

Selatan menetapkan berbagaikebijakan pembangunan secara

terintegrasi sesuai kondisi sum-

  berdaya yang dimiliki (teori

 pengembangan wilayah).

  Namun demikian, ketimpanganalokasi tenaga kerja dan pendapatan

masih tetap menjadi masalah di

Sulawesi Selatan, sebagaimana

  permasalahan secara nasional.

Peranan sektor pertanian terhadapProduk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Sulawesi Selatan tahun 2002sebesar 37,50%, sedangkan sektor 

industri pengolahan, dan jasa-jasa

masing-masing sebesan 11,46%, dan27,46%, serta sektor lainnya 23,58%.

Sementara penyerapan tenaga kerja

sektor pertanian pada tahun 2002

mencapai 58,38%, sedangkan sektor 

industri pengolahan sebesar 8,83%,serta sektor 32,79%. Komposisi

tenaga kerja tersebut tidak jauh

  berbeda dengan keadaan tahun 1990,yakni: 57,60% terserap pada sektor 

  pertanian, sedangkan sektor industri  pengolahan, dan jasa-jasa masing-

masing sebesar 6,83% dan 32,79%.

Terlihat adanya ketimpangan alokasi

tenaga jika dibandingkan dengan

kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB. Permasalahan ini

akan semakin memperlebar kesen-

  jangan pendapatan antar sektoral,

dengan pendapatan sektor pertanianakan semakin mengecil, sementaralebih dari separuh tenaga kerja

terserap pada sektor pertanian.

Ketimpangan alokasi tenaga kerja

tersebut menyebabkan semakin

melebarnya kesenjangan pendapatan,sebagaimana terlihat dari terjadinya

kenaikan angka koefisien gini ratio,

meskipun masih tergolong dalam

ketimpangan rendah, yakni dari

0,2194 tahun 1997 meningkat

Page 3: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 3/14

Agroindustry , Income, and Employment Opportunity  ISSN 0852-8144

27

menjadi 0,2629 pada tahun 2000.

Permasalahan ini perlu segera diatasi,untuk menghindari semakin melebar-

nya ketimpangan distribusi pendatan.

Berdasarkan uraian kondisi

  perekonomian secara nasional dan

regional Sulawesi Selatan, maka perludipahami dan disikapi oleh semua

 pihak bahwa peranan sektor pertanian

dalam perekonomian nasional dapat

ditingkatkan hingga 100 – 200% dari

sekarang, baik terhadap PDB maupunterhadap penerimaan devisa, maka

  produk-produk pertanian harus dapatmemberikan nilai tambah yang lebih

  besar. Upaya agar nilai tambah ini

dapat diperbesar adalah denganmelakukan industrialisasi produk 

  pertanian melalui program agro-

industri.

Tujuan Penelitian

1.  Untuk mengetahui besarnya efek 

keterkaitan kebelakang (backward 

linkage) dan keterkaitan kedepan(  forward linkage) output sektor-

sektor agroindustri mendorong  perkembangan sektor-sektor eko-

nomi lainnya.

2. Untuk mengetahui dampak 

kenaikan output sektor-sektor 

agroindustri terhadap peningkatankesempatan kerja atau lapangan

 pekerjaan.

3. Untuk mengetahui dampak ke-naikan output sector-sektor 

agroindustri mampu meningkatkan  pendapatan golongan rumah

tangga.

4. Untuk mengetahui dampak ke-

naikan output sektor-sektor 

agroindustri mampu memperkecil

ketimpangan pendapatan masyara-kat atau rumah tangga.

Manfaat dan Kegunaan

1.  Merupakan alat ukur model

ekonomi untuk mengkaji perananagroindustri.

2.  Dapat digunakan oleh yang

  berkepentingan sebagai sumber 

 pustaka.

3.  Dapat dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan Pemerintah

Provinsi Sulawesi Selatan.

Hipotesis

Berdasar rumusan masalah dan tujuan  penelitian, maka diajukan hipotesis

sebagai berikut :

1.  Output sektor-sektor agroindustri

mempunyai efek keterkaitan

kebelakang (backward linkage) dan keterkaitan kedepan (forward 

linkage) yang relatif besar,sehingga mampu mendorong

  perkembangan kegiatan sektor-

sektor ekonomi lainnya.2.  Kenaikan output sektor-sektor 

agroindustri mampu meningkatkan

kesempatan kerja atau lapangan

 pekerjaan.

3.  Kenaikan output sektor-sektor agroindustri mampu meningkatkan

  pendapatan golongan rumah

tangga.4.  Kenaikan output sektor-sektor 

agroindustri mampu memperkecilketimpangan pendapatan masyara-

kat atau rumah tangga.

Page 4: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 4/14

Basri Rizak ISSN 0852-8144

28

Skema Kerangka Pikir 

METODE PENELITIAN

Input-Output Kerangka Analisis

 Input – Output (I - O)

Dalam studi Input-Output  menurut

O’Connor dan Henry (1975)

dibutuhkan 3 (tiga) tabel utama yaitu:(1) tabel tranksaksi, (2) tabel

koefisien teknologi dan (3) tabelkoefisien yang saling ketergantungan.

Adapun sebagai dasar dalam analisis

 Input-Output    bertolak dari tabel

transaksi yang berbentuk matriks

  bujur sangkar berukuran n x n,sehingga model umum analisis  Input-

Output  ini dapat ditulis dalam suatu

  persamaan matriks (Thomas, 1982),

sebagai berikut:

X = Ax + f ....................................(1)

Atau

(I – A)x = f ..................................(2)(I – A)

 –1(I-A)x = (I – A)

 –1f.... ...(3)

Ix = [I-A]

 –1

f................................. (4)X = [I-A] –1

f................................ (5)

Jika rumah tangga dimasukkan

kedalam sektor antara (O’Connor danHenry, 1975) maka akan diperoleh

 persamaan sebagai berikut:

X = [I-Ah]-1

f .................................(6)

di mana :

X = Jumlah output yang dihasilkan

oleh sektor 

Usahatani

• Tanaman Pangan & H

• Perkebunan

• Peternakan

• Perikanan

• Kehutanan

Industri Hulu

Lembaga Keuangan

Infrastruktur 

A

GR 

OI

 ND

US

TR 

I

PertumbuhanEkonomi

Berkeadilan

Sosial

Tenaga Kerja (SDM)

Industri Hilir 

Pemasaran

Jasa-jasa

Kesempatan Kerja

Pendapatan

Distribusi

Pendapatan

Social Accounting Matrices

(Data Sekunder)

(Data Sekunder)

Input-Output

Page 5: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 5/14

Agroindustry , Income, and Employment Opportunity  ISSN 0852-8144

29

A = Koefisien input , yaitu output

suatu yang dibeli oleh sektor lain sebagai input untuk 

menghasilkan suatu output

f = permintaan akhir ( final demand )

terhadap suatu output suatu

sektor I = matriks identitas, yaitu matriks

yang elemennya pada diagonal

utamanya adalah satu dan

lainnya nol.

[I-A]-1

= matriks kebalikan (inverse)Leontief 

[I-Ah]

-1

= matriks kebalikan (inverse)leontief dengan memasukkan

rumah tangga dalam sektor 

antara

Matriks kebalikan Leontief [I-A]-1

menurut O’Connor dan Henry (1975),

Thomas(1982), Richardson (1972),

Miiler dan Blair (1985) dapat

digunakan secara luas dalam analisis pengganda dan keterkaitan (Multiplier 

and Linkage ) pada berbagai sektor 

ekonomi.Menurut Tjahjani (1995:14), dalam

suatu model input-output, transaksi-

transaksi antara sektor-sektor 

ekonomi menggunakan tiga dimensi

dasar, sebagai berikut :

1. Keseragaman (homogenity), yang

 berarti bahwa setiap sektor hanya

memproduksi satu jenis barang

dan jasa, seragam dan sususna

input tunggal.2. Kesebandingan (proportionality),

yang berarti bahwa kenaikan  penggunan input berbanding

lurus dengan kenaikan output.

Prinsip ini juga dinamakan prinsip lineritas.

3. Penjumlahan (additivity), yang

  berarti bahwa pengaruh

keseluruhan kegiatan produksi di

  berbagai sektor merupakan  penjumlahan dari pengaruh

masing-masing prinsip. 

Page 6: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 6/14

Basri Rizak ISSN 0852-8144

30

Kerangka Dasar Tabel Input-Output

Alokasi Permintaan Antara

Output Sektor Produksi Jumlah

Penyediaan

Struktur Permintaan Jumlah

Input1….. j …. n

Antara

Perminta-an Akhir

InputOutput

n

n

x11.. x1j.. x1n.. F1 M1 X1

 j-i

. n . II

. xi1.. xij.. xin . .

i j-i F1 .

M1 X1

Antara . n

. xnl.. xnj.. xnn

n j-i

Fn Mn Xn

Jumlah n n n n n n

InputAntara F M

i-1 i-1 i-1 i-1 i-1 i-1

Input Impor M1 Mi Mn

III

Input Primer V1 Vj Vn

Jumlah Input X1 Xj Xn

Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 1990.

 Social Accounting Matrices (SAM) 

Social Accounting Matrices

(SAM) merupakan perluasan darisuatu tabel  Input-Output  (I-O) yang

dimaksudkan untuk mengisi

kekurang-sensitifan tabel I-O dalam

menganalisa keadaan sosial

masyarakat, misalnya masalahdistribusi pendapatan dan

ketenagakerjaan. Kendati dalam tabel

I-O sudah memperhatikan aspek 

distribusi pendapatan, konsumsi

rumah tangga dan jumlah tenagakerja, tetapi informasinya hanya

terbatas pada masalah yang sifatnya

agregat, sehingga perincian lebih

lanjut yang lebih mendalam tidak 

dapat dilakukan.Distribusi pendapatan dalam tabel

I-O hanya disajikan menurut sektor 

ekonomi dan tidak menurut golongan

tenaga kerja atau rumah tangga.

Demikian halnya, konsumsi rumahtangga hanya dapat disajikan

menurut komoditi, tidak dirinci lebih

lanjut menurut golongan rumah

tangga, dan tenaga kerja dirinci

menurut sektor ekonomi tanpamerinci apakah tenaga kerja tersebut

  bekerja sebagai manajer, staf dan

sebagainya.

∑ i x1

∑  xij

∑  xni

∑ 1 xi ∑  xij∑  x in ∑  x in ∑  x in ∑  Xi

Page 7: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 7/14

Agroindustry , Income, and Employment Opportunity  ISSN 0852-8144

31

Sumber: Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia Tahun 1990. BPS Pusat. 

Dengan demikian, model SAM

merupakan model yang tidak hanyamenggambarkan tranksaksi jual beli

  barang dan jasa (tranksaksi antar 

ekonomi/produksi) seperti model I-O

akan tetapi menggambarkan

hubungan timbal balik antara: (1)struktur produksi, (2) distribusi

  pendapatan yang ditimbulkan karena

adanya kegiatan produksi dan

konsumsi, dan (3) konsumsi,

tabungan dan investasi (Azis, 1987).Kerangka dasar pembentukan

SNSE adalah berbentuk matrik 

dengan ukuran 4 x 4. Bentuk dasar 

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.Lajur ke samping (menurut baris)

menunjukkan penerimaan; sedangkan

lajur ke bawah (menurut kolom)

menunjukkan pengeluaran. Dalam

kerangka SNSE terdapat 4 neracautama, yaitu:

a. Neraca faktor produksi,

 b. Neraca institusi,

c. Neraca sektor produksi, dan

d. Neraca lainnya.

Kerangka Dasar Social Accounting Matrices (SAM )

PengeluaranPenerimaan Faktor 

ProduksiInstitusi Sektor 

ProduksiRest of The

WorldTotal

Faktor Produksi

InstitusiSektor Produksi

Rest of The WorldT o t a l

0

T2.1

0

T4.1

t1 

0

T2.2

T3.2

T4.2

t2 

T1.3

0T3.3

T4.3

T3 

T1.4

T2.4

T3.4

T4.4

t4 

t1

t2

t3

t4 

Pada Tabel diatas, notasi t ij digunakanuntuk menunjukkan matriks transaksi

yang diterima oleh neraca baris ke – i

dari neraca kolom ke-j sedangkannotasi ti menunjukkan total

  penerimaan neraca baris ke – i dan

sebaliknya t j total pengeluaran neraca

kolom ke-j. Oleh karenanya, pada

SNSE/SAM harus sama dengan tj,untuk setiap i = j. Misalnya, neraca

T1.3 menunjukkan alokasi nilai

tambah dari sektor produksikeberbagai faktor produksi. Artinya

dalam melakukan proses produksimenghasilkan barang dan jasa yang

  berjumlah t3 (total output ), sektor 

  produksi membutuhkan partisipasi

faktor-faktor yang dibayar dengan

 balas jasa sebesar T1.3. Untuk neracafaktor produksi, nilai T1.3 merupakan

  penerimaan, sedangkan untuk neraca

sektor produksi nilai tersebut

merupakan pengeluaran. Sedangkan

neraca T1.4 menunjukkan pendapatan(netto) faktor produksi yang diterima

dari luar negeri. Total kedua neraca

ini menunjukkan distribusi pendapatan yang diterima oleh faktor 

  produksi (  factorial income

distribution). Neraca T1.2  

menunjukkan alokasi pendapatan

faktor produksi yang diterima olehrumah tangga dan institusi lainnya.

Sedangkan neraca T2.2 menunjukkan

transfer payment  antar institusi danneraca T2.4 menujukkan transfer 

 payment  yang diterima oleh rumahtangga dan institusi lainnya di luar 

negeri. Jumlah ketiga neraca ini

menunjukkan distribusi pendapatan

rumah tangga dan institusi lainnya.

  Neraca T3.3 adalah sub-sistem yangmenguraikan transaksi antar sektor 

 produksi, dan menjadi matriks pokok 

untuk analisis pada tabel input-output .

Sedangkan neraca T3.2 adalah

Page 8: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 8/14

Basri Rizak ISSN 0852-8144

32

subsistem yang menguraikan tentang

komposisi pengeluaran berbagaikelompok rumah tangga atau institusi

lainnya yang dirinci menurut jenis

  barang dan jasa yang dihasilkan

sektor p roduksi.

Jika diuraikan secara aljabar melalui persamaan-persamaan

sebagaimana pada tabel input-output  

maka diperoleh persamaan untuk 

faktor produksi, institusi dan sektor 

 produksi sebagai berikut:t1 = A13t3 + X1 

t2 = A21t1 + A22t2 + X2 .........................(1)t3 = A32t2 + A33t3 + X3

dimana :

t1 = Jumlah pendapatan faktor-faktor produksi

t2 = Jumlah pendapatan institusi

t3 = Jumlah pendapatan sektor 

 produksi (output )

Aij = Jumlah matriks koefisien pengeluaran

X1 = Peubah eksogen atau perubah

neraca lainnyaBerdasarkan rumusan tersebut di

atas tampak bahwa ketiga persamaansatu sama lain saling berkaitan.

Pendapatan faktor produksi (t1)

ditentukan oleh pendapatan produksi

(t3), sedangkan t3 ditentukan oleh

  pendapatan institusi (t2) selainditentukan oleh t3 sendiri. Demikian

 pula t2 ditentukan oleh t2 sendiri dan

t1. Jadi merupakan suatu rangkaian

tertutup yang saling menjelaskan satusama lain antara struktur produksi,distribusi pendapatan faktor produksi

dan pendapatan serta penegeluaran

institusi. Persamaan (1) dapat

diuraikan sebagai berikut:

t1 = A13t3 X1 t2 = (I-A22)

-1A21t1 + (I-A22)

-1 ....... (2)

t3 = (I-A33) –1 A32t2 +(I-A33) –1 X3 

Jika ditentukan :

A *  jk = (I-A jj)-1 A jk  

Maka persamaan (2) akan menjadi

sebagai berikut:t1 = A* 13t13 + X1 

t2 = A* 21t1 + (I-A22)-1 X2 ............... (3)

t3 = A* 32 t2 + (I-A33) –1 X3

Penerapan model analisis input-

output dalam perencanaan ekonomiregional, adalah dengan mengkaji

  peranan agroindustri dilihat dari

dampak yang ditimbulkannya

terhadap pertumbuhan ekonomi,

  pendapatan, dan kesempatan kerja.Studi kasus ini adalah di Sulawesi

Selatan.Besarnya koefisien dampak 

agroindustri dihitung dengan meng-

gunakan rumus-rumus sebagaimanayang telah dikemukakan. Berdasarkan

hasil perhitungan koefisien dampak,

kemudian dianalisis apakah dampak 

tersebut besar, sedang atau kecil.

Sehubungan dengan itu, dihitungindeks dampak berdasarkan cara yang

dikemukakan oleh Rasmussen

(Siegfried Schultz, 1976; Bulmer-

Thomas, 1982; Sritua Arief, 1993;

Simarmata, 1993), dimana rata-ratasemua koefisien dari seluruh sector 

dijadikan factor normalisasi. Disini,

rata-rata koefisien dari suatu sector 

dirasio atau dinormalisasi dengan

rata-rata semua koefisien dari seluruhsector, untuk dampak yang sama.

Apabila indeks dampak tersebut > 1

maka dampak dimaksuddiklasifikasikan besar, klasifikasi

sedang dan kecil, apabila indeksdampak  ≤ 1. untuk menentukan

apakah dampak tersebut klasifikasi

sedang atau kecil, digunakan criteria

nilai tengah yaitu 0,5. Klasifikasi

sedang apabila indeks dampaknyaadalah > 0,5 - ≤ 1,0, sedangkan

klasifikasi kecil apabila indeks

dampaknya adalah ≤ 0,5. 

Page 9: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 9/14

Agroindustry , Income, and Employment Opportunity  ISSN 0852-8144

33

HASIL PENELITIAN

Analisis Input Output ( Backward  Linkage dan Forward Linkage 

Sektoral)

Untuk mengetahui besar efek 

keterkaitan kebelakang (backward 

linkage) dan keterkaitan kedepan(forward linkage) sektor-sektor 

agroindustri dalam mendorong

  perkembangan sektor-sektor ekonomi

lainnya.   Backward linkage 

menggambarkan dampak sektor tertentu terhadap sektor yang

menyediakan input antara sektor tersebut per unit kenaikan permintaan

akhir. Sektor yang mempunyai nilai

indeks lebih besar dari satumenunjukkan bahwa sektor tersebut

mempunyai keterkaitan

kebelakang/membutuhkan input

sektor-sektor lain diatas rata-rata

seluruh sektor, sehingga sektor inidisebut juga sebagai sektor kunci.

  Forward linkage atau keterkaitan

kedepan menggambarkan dampak 

sektor tertentu terhadap sektor-sektor 

yang menggunakan output sektor tersebut sebagai input antar per unit

kenaikan permintaan akhir. Sektor 

yang mempunyai nilai indeks lebih

  besar dari satu menunjukkan bahwa

sektor tersebut banyak diperlukanoleh kegiatan sektor lain sebagai input

kegiatan produksi sektor-sektor lain,

diatas rata-rata seluruh sektor sehingga. Sehingga sektor-sektor 

yang demikian ini atau sektor kunciharus mendapat perhatian serius.

Lampiran I menunjukkan besaran

nilai indeks backward  sektor-sektor 

agroindustri yang terdiri dari sektor 

industri makanan, minuman, benang,

kayu gergajian, barang dari rotan dan  bambu dan lateks. Nilai indeks

masing-masing lebih besar dari satu

(indeks >1) terhadap perkembangan

kegiatan sektor-sektor ekonomi

lainnya. Sedangkan nilai indeks  forward linkage sektor-sektor 

agroindustri yang mempunyai nilai

keterkaitan kedepan lebih besar dari

satu (indeks >1) hanya sektor industri

makanan dan lateks. Sementarasektor-sektor industri minuman,

  benang, kayu gergajian dan barang-  barang dari rotan dan bambu

semuanya lebih kecil dari satu dan

lebih besar dari 0,5 (0,5 ≤ indeks ≥1).Berdasarkan nilai indeks backward 

linkage dan   forward linkage serta

kontribusi atau share terhadap PDRB

Sulawesi Selatan tahun 2000, maka

sektor industri makanan merupakansektor kunci/sektor agroindustri yang

harus mendapatkan perhatian yang

serius.Analisis Social Accounting Matrix

(SAM)

Menunjukkan bahwa dampak 

kenaikan output sektor-sektor 

agroindustri mampu meningkatkan

lapangan pekerjaan atau kesempatan

kerja. Hal ini dapat dilihat pada tabel1 dibawah, terlihat bahwa apabila

diinjeksi/naik 10 persen output sektor-

sektor agroindustri, maka lapangankerja atau kesempatan kerja untuk 

tenaga produksi, operator alat angkut,  pekerja kasar naik 8,49 persen dan

untuk tenaga kepemimpinan dan

tatalaksana hanya 0,17 persen

.

Page 10: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 10/14

Basri Rizak ISSN 0852-8144

34

Tabel 1

Tenaga Kerja Dampak 

Tenaga profesional, teknisi 1 1.2998

Kepemimpinan, ketatalaksanaan 2 0.1718

Tata usaha dan sejenis 3 1.1935

Tenaga usaha penjualan 4 3.5756

Tenaga usaha jasa 5 0.7260

Tenaga usaha pertanian 6 4.6990   T  e  n  a  g  a   K  e  r   j  a

Tenaga produksi, operator alat angkut, pekerja kasar 7 8.4888

 

Analisis SAM menunjukkan

  bahwa dampak kenaikan outputsektor-sektor agroindustri mampu

meningkatkan pendapatan golonganrumah tangga. Hal ini dapat dilihat

  pada tabel 2 dibawah ini, bahwa

akibat adanya kenaikan atau injeksi

10 persen output sektor-sektor 

agroindustri maka pendapatan rumahtangga golongan atas perkotaan

meningkat sebesar 10,12 persen danuntuk rumah tangga buruh tani

meningkat 0,70 persen.

Tabel 2

Buruh 9 0.6956Pertanian

Pengusaha 10 7.1852

Golongan Bawah Pedesaan 11 1.6108

Penerima Pendapatan di Pedesaan 12 0.7194

Golongan Atas Pedesaan 13 2.2293

Golongan Bawah Perkotaan 14 4.5891Penerima Pendapatan di Perkotaan 15 1.4146

   R  u  m  a   h   t  a  n  g  g  a

Bukan Pertanian

Golongan Atas Perkotaan 16 10.1255

 

Analisis SAM menunjukkan

  bahwa dampak kenaikan output

sektor-sektor agroindustri mampu

memperkecil ketimpangan

  pendapatan rumah tangga ataumasyarakat. Hal ini dapat dilihat pada

tabel 3 dibawah ini, bahwa diketahuisebelum output sektor-sektor 

agroindustri naik atau injeksi

  pendapatan rumah tangga perkapitasebesar 1:9,44 yaitu antara rumah

tangga buruh tani dibanding dengan

golongan atas perkotaan. Kemudian

apabila sektor-sektor agroindustri

dinaikkan atau diinjeksi 10 persen,

maka ketimpangan pendapatan rumah

tangga buruh tani golongan atas

  perkotaan menjadi 1:10,33. Dan

apabila injeksi perekonomiandikembangkan secara merata seluruh

sektor maka ketimpangannya akan

 jauh menjadi lebih besar yaitu 1:17,82

  persen. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dengan kebijakan  pengembangan sektor-sektor 

agroindustri dapat lebih memperkecil

ketimpangan pendapatan golongan

 bawah dengan golongan atas.

Page 11: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 11/14

Agroindustry , Income, and Employment Opportunity  ISSN 0852-8144

35

Tabel 3

Pendapatan

 perkapita

Pendapatan perkapita

Sesudah injeksiGolongan Rumahtangga

AnggotaRumahtangga Sebelum

injeksi

Agroindustri keseluruhan

Buruh 768,194.6 759.87 765.15 812.68

   P  e  r   t  a  n   i  a  n 

Pengusaha 2,370,422.0 2,784.88 2,984.98 4,761.09

Golongan Bawah Pedesaan 1,073,414.2 1,300.74 1,321.69 1,509.04

Penerima Pendapatan di Pedesaan 681,466.6 866.53 872.77 928.59

Golongan Atas Pedesaan 739,679.1 2,133.70 2,181.26 2,606.41

Golongan Bawah Perkotaan 757,932.3 4,916.96 5,142.60 7,160.42

Penerima Pendapatan diPerkotaan

500,466.7 2,319.87 2,352.69 2,647.73

   R  u  m  a   h   t  a  n  g  g  a

   B  u   k  a  n   P  e  r   t  a  n   i  a  n

Golongan Atas Perkotaan 910,102.4 7,175.86 7,902.45 14,483.05

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis pada

  bagian-bagian sebelumnya, maka

dapat diambil beberapa kesimpulansebagai berikut :

1.  Hasil analisis input-outputmenunjukkan bahwa semua

sektor-sektor agroindustri

mempunyai keterkaitan ke  belakang (backward linkage)

yang besar (indeks >1) terhadap

  perkembangan kegiatan sektor-

sektor ekonomi lainnya.

Sedangkan sektor yangmempunyai keterkaitan ke depan

(  forward linkage) yang besar (indeks >1) terhadap sektor-sektor 

ekonomi lainnya hanya sektor 

industri lateks dan makanan,sementara industri benang, kayu

gergajian, minuman, serta rotan

dan bambu hanya mempunyai

keterkaitan yang sedang (0,5 ≤ 

indeks ≥1) terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya.

2.  Hasil analisis Social Accounting 

Matrix (SAM) menunjukkan

  bahwa kenaikan output sektor-

sektor agroindustri mempunyai

dampak terhadap peningkatan

kesempatan kerja atau lapangan  pekerjaan, dimana setelah

dilakukan injeksi sebesar 10 %

kesempatan kerja naik 8,5 persenuntuk tenaga kerja produksi dan

hanya 0,17 persen untuk tenagakerja kepemimpinan dan

ketatalaksanaan.

3.  Kenaikan output sektor-sektor 

agroindustri mempunyai dampak 

terhadap peningkatan pendapatanrumah tangga, dimana setelah

dilakukan injeksi sebesar 10 %

  pendapatan golongan rumah

tangga golongan perkotaan

meningkat sebesar 10,12 persendan rumah tangga buruh tani

meningkat sebesar 0,70 persen.

4.  Kenaikan output sektor-sektor 

agroindustri mampu memperkecil

ketimpangan pendapatan rumahtangga atau masyarakat, bahwa

sebelum diinjeksi ketimpangan

  pendapatan rumah tangga

  perkapita sebesar 1:9,44 yaitu

Page 12: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 12/14

Basri Rizak ISSN 0852-8144

36

antara rumah tangga buruh tani

dibanding dengan golongan atasdi perkotaan. Kemudian apabila

sektor-sektor agroindustri

diinjeksi 10 persen, maka

ketimpangan pendapatan rumah

tangga meningkat menjadi 1:10,33  persen. Dan apabila injeksi

  perekonomian dikembangkan

secara merata diseluruh sektor,

maka ketimpangan akan jauh

lebih besar yaitu 1:17,82. Dengandemikian pengembangan sektor-

sektor agroindustri tidak dapatmemperkecil ketimpangan

  pendapatan golongan bawah

dengan golongan atas, tetapihanya menghambat agar tidak 

semakin melebar ketimpangan

distribusi pendapatan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Muhammad Yusuf. 1996.Analisis Keterkaitan Pembangun-

an Ekonomi Desa dan Kota diSulawesi Tenggara. Disertasi

tidak dipublikasikan. Bogor:

Program Pascasarjana UniversitasHasanuddin.

Arief Sritua, 1993. Metodologi

Penelitian Ekonomi, Penerbit

Universitas Indonesia. Jakarta.

Austin . J.E. 1992. AgroindustrialProject Analysis. Maryland: The

Johns Hopkins University Press.

BPS, Sistem Neraca Sosial Ekonomi

  Nasional (SNSE), 1990, 1995-

2000, Jakarta.

Tabel Input Output

  Nasional, 1990, 1995-2000,

Jakarta.

Tabel Input Output

Sulawesi Selatan, 1995-2000 .Makassar: Badan Perwakilan

Statistik Propinsi Sulawesi

Selatan

2000. Kerangka Teori danAnalisis Tabel Input-Output.

Center For Statistical Sources.

Jakarta.

Budi, S. 2001. Studi Dampak Kebijaksanaan Pembangunan

terhadap Disparitas Ekonomi

Antar Wilayah. Disertasi tidak 

dipublikasikan. Bogor: Program

Pascasarjana Institut PertanianBogor.

Hidayat Tirta 1991 The constructionof A two Region Social

Accounting Matrix for Indonesia

and its Application to SomeEquity Issues (Desertasi, Dalton

Cornell University.

Leontief W. 1931-1936 “Transaksi

interindustri dalam perekonomi-

an”  (Chenery dan Clark 1966),Oxford University Press.

Mangiri, K. 2000, Teknik PenyusunanTabel Input Output. BPS, Jakarta

  Nasara, Shilsil, 1997 Analisis Input-

Output. Lembaga PenerbitUniversitas Indonesia, Jakarta.

  Nasution, M, 1997. Pengembangan

Agrobisnis Sebagai Salah Satu

Strategi Pembangunan Ekonomi

Rakyat di Pedesaan. Dalam BukuPembangunan Ekonomi Nasio-

nal. Intermasa, Jakarta.

O. Connor Rand Henry, Edmund W.

1975 Input Output Analysis and

its Aplications. Hafner Press, New York.

Prihawantoro, S. 1998. Analisis

Deforestasi di Indonesia dengan

Pendekatan Neraca Sosial

Ekonomi. Tesis tidak diterbitkan.Jakarta: Program Pascasarjana

Bidang Ilmu Ekonomi

Universitas Indonesia.

Page 13: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 13/14

Agroindustry , Income, and Employment Opportunity  ISSN 0852-8144

37

Pyatt, G. 1978. Social Accounting; A

Basic for Planning. Cambridge,England, World Bank.

Richardson, Harry. 1972. Input

Output and Regional Economics,

Devision of John Willy and Sons

Inc. New York 

Ropingi, 1999. Analisis keragaan

  perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat Kabupaten Boyolali

dengan pendekatan model sistem

neraca sosial ekonomi, Institut  pertanian Bogor, Tesis tidak 

dipublikasikan).Saleh, A.K. 1982. Peranan

Transmigrasi dalam Pembangun-

an Kabupaten Luwu PropinsiSulawesi Selatan, Studi Kasus

Penggunaan Model Input-Output.

Disertasi tidak dipublikasikan.

Bogor: Program Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor.

Saragih, B dan Krisna Murthi, 1998.

Agroindustri Sebagai Penggerak 

Utama Pembangunan Sektor 

Agribisnis Nasional. Makalah.

GPI Tamalanrea. Unhas.

Santoso Ismantohadi, 2000.

Keterkaitan antar sektor dan

faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja ekonomi dan distribusi

  pendapatan di Jawa Timur.Disertasi tidak dipublikasikan,

Universitas Airlangga, Surabaya.

Sigit, H, 1980. Masalah penghitungandistribusi pendapatan di

Indonesia, Prisame Edisi Januari1980, LP3ES. Jakarta.

Soekatari, 2003 Teori Ekonomi

Produksi, PT. Raja Gratindo

Persada, Jakarta.

Sutopo, S. 1997. Analisis InputOutput. Jakarta: Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Slamet Sutomo 1988, Distribusi

Pendapatan dan Pola PengeluaranRumah Tangga : pengamatan

  berdasarkan SNSE Indonesia,

1975 dan 1980, ekonomi dan

keuangan Indonesia vol. 35 No. 2

Jakarta.

1991, Matrix peng-

ganda (multiplier, matrix) dalam

kerangka system neraca social

ekonomi, ekonomi dan keuangan

Indonesia vol. 39.00.1. Maret.

Tirta Hidayat, 1991, an International

Social Accounting matrix for Indonesia; Theoretical back-

ground and instruction, ekonomi

dan keuangan Indonesia hal 39no.1 Desember.

Thorbeke. Erik 1984 Structural Path

Analysis and Multiplier 

Decomposition Withim A Social

Accounting Matrix Framework (the Economic Journal, Printed in

Great, Britain).

1989. The Impact of 

Budget Retrenchment on Income

Distribution in Indonesia : ASocial Accounting Matrix

Application. Paper prepared for 

the OECD Development Center,

Paris.

1991. StructuralAdjustamen and Rationlization of 

the Public Sector Industri 1983-

1988, Makalah disampaikan padaSenior Policy Seminar di

Caracas, Venezuela.

1992, Adjustment and

Equity in Indonesia.

Development Center at the

Organization for economic

Cooperation and development,Paris.

 

Page 14: 03-Basri Rizak OK

5/9/2018 03-Basri Rizak OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/03-basri-rizak-ok-559ca07ae14d5 14/14

Basri Rizak ISSN 0852-8144

38

Lampiran I 

Sektor Agroindustri dan Sepuluh Sektor dengan Koefisien dan Indeks Backward 

 Linkage Tertinggi Prop insi Sulawesi Selatan Tahun 2000

Sektor Rank Koefisien Indeks

Industri lateks 2 2.5444 1.6140

Industri makanan 7 2.1352 1.3544

Industri minuman 8 2.0581 1.3055

Industri kayu gergajian 10 1.9582 1.2421

Industri rotan & bambu 30 1.8718 1.1873

Sektor 

Agro-

industri

Industri benang 11 1.9224 1.2195

Industri lainnya 1 2.5548 1.6206

Industri kimia lainnya 3 2.5436 1.6135

Barang dari logam, mesin dan alat angkut 4 2.3315 1.4790

Industri tekstil dan pakaian jadi 5 2.2744 1.4427

industri kertas dan percetakan 6 2.1735 1.3788

Konstruksi 9 2.0418 1.2952

Jasa-jasa lainnya 13 1.7143 1.0874

Karet 14 1.6260 1.0314

Sektor 

Industri

Lainnya

Listrik, gas dan air bersih 15 1.6128 1.0230

Perkebunan lainnya 16 1.5638 0.9919

Sektor Agroindustri dan Sepuluh Sektor dengan Koefisien dan Indeks Forward 

 Linkage Tertinggi Prop insi Sulawesi Selatan Tahun 2000Sektor Rank Koefisien Indeks

Industri lateks 5 2.3852 1.5130

Industri makanan 11 1.7168 1.0891

Industri benang 17 1.4828 0.9406

Industri kayu gergajian 20 1.3227 0.8390

Sektor 

Agro-industri

Industri minuman 40 1.0092 0.6402

Industri rotan & bambu 16 1.4926 0.9468

Industri kimia lainnya 1 4.6082 2.9231

Karet 2 3.9582 2.5108

Barang dari logam, mesin dan alat angkut 3 3.0854 1.9572

Perdagangan, restoran dan hotel 4 2.6873 1.7047

Angkutan dan komunikasi 7 2.2011 1.3962

Kayu 8 2.1885 1.3882

industri kertas dan percetakan 9 2.1877 1.3877

Barang-barang hasil kilang minyak 6 2.2484 1.4262

Lemb.keuangan, jasa perusahaan & sewa bangunan 11 1.9506 1.2374

Sektor Industri

Lainnya

Industri tekstil dan pakaian jadi 12 1.6666 1.0572

Sumber : Tabel Input-Output (I-O) dan Social Accounting Matrix (SAM) Propinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2000 (64x64).