13
HALAMAN JUDUL TAJHIZUL JANAZAH (SEJAK SAKIT SAMPAI PENGUBURAN) Disampaikan pada Kuliah Program Studi Syari’ah FIAI UII Rabu, 16 Jumadil Akhir 1435 H. (16 April 2014 M) Oleh Drs. H. Sofwan Jannah, M Ag. PRODI SYARI’AH (HUKUM ISLAM) UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2014 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL....................................................................... 0 DAFTAR ISI .............................................................................. 1 TAJHIZUL JANAZAH (Sejak Sakit sampai Penguburan) .................. 2 A. Etika Menghadapi Orang yang Sakit ........................................ 2 B. Memandikan Jenazah............................................................. 5 Persiapan untuk memandikan jenazah:.................................. 8 Pelaksanaan Memandikan Jenazah: ..................................... 12 C. Mengkafani Janazah ............................................................ 13 Perlengkapan untuk mengkafani jenazah: ............................ 13 Cara Membuat Kain kafan: ................................................. 14 Cara membuat baju sebagai berikut .................................... 14 Menyiapkan Kapas untuk jenazah: ..................................... 15 Cara Menyiapkan Kain kafan .............................................. 15 Cara Mengkafani ............................................................... 16 Pola Potongan Kain Kafan: ................................................. 17 D. Pelaksanaan Salat Janazah................................................... 20 Bacaan-bacaan Salat jenazah ............................................. 20 E. Penguburan Jenazah ............................................................ 23 Kaifiat, tata cara Penguburan jenazah: ................................ 23

05 Tajhizul Janazah Syariah FIAI UII 2014.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

how to send the people body who pass away in to the undergroud

Citation preview

HALAMAN JUDUL

TAJHIZUL JANAZAH (SEJAK SAKIT SAMPAI PENGUBURAN)

Disampaikan pada Kuliah Program Studi Syari’ah FIAI UII

Rabu, 16 Jumadil Akhir 1435 H.

(16 April 2014 M)

Oleh

Drs. H. Sofwan Jannah, M Ag.

PRODI SYARI’AH (HUKUM ISLAM)

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2014

1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................... 0

DAFTAR ISI .............................................................................. 1

TAJHIZUL JANAZAH (Sejak Sakit sampai Penguburan) .................. 2

A. Etika Menghadapi Orang yang Sakit ........................................ 2

B. Memandikan Jenazah ............................................................. 5

Persiapan untuk memandikan jenazah: .................................. 8

Pelaksanaan Memandikan Jenazah: ..................................... 12

C. Mengkafani Janazah ............................................................ 13

Perlengkapan untuk mengkafani jenazah: ............................ 13

Cara Membuat Kain kafan: ................................................. 14

Cara membuat baju sebagai berikut .................................... 14

Menyiapkan Kapas untuk jenazah: ..................................... 15

Cara Menyiapkan Kain kafan .............................................. 15

Cara Mengkafani ............................................................... 16

Pola Potongan Kain Kafan: ................................................. 17

D. Pelaksanaan Salat Janazah ................................................... 20

Bacaan-bacaan Salat jenazah ............................................. 20

E. Penguburan Jenazah ............................................................ 23

Kaifiat, tata cara Penguburan jenazah: ................................ 23

2

TAJHIZUL JANAZAH

(Sejak Sakit sampai Penguburan)

A. Etika Menghadapi Orang yang Sakit

Orang yang sakit ada tiga macam, yaitu sakit

ringan, sakit berat/keras dan sakit yang menghadapi

sakaratul maut.

Menghadapi orang yang sakit biasa atau ringan

dianjurkan agar keseimbangan fikirannya dijaga

dengan cara mendo'akan dan menghiburnya agar

segera sembuh, sabagaimana Hadis Rasulullah saw.

riwayat Tirmidi dan ibn Majah dari Sa'id al-Khudri ra.:

Jika kamu mengunjungi orang sakit, hilangkan

kecemasan dan kejengkelan hatinya sungguh yang

demikian, tidak merobah sesuatu tetapi dapat

menenangkan jiwanya (HR Tarmidi dan Ibnu

Majah).

Dan yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw

riwayat Bukhari:

Tidak apa-apa, semoga penyakit ini menjadi

pencuci dari dosa-dosa Insya Allah.

Adapun do'a yang pernah diucapkan Rasulullah saw

ketika mengunjungi orang sakit:

3

Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Zat

yang mengatur Arsy yang agung, semoga Ia

menyembuhkanmu (HR. Abu Dawud dan Tarmidi)

Ya Allah Tuhan semua manusia! jauhkanlah dari

semua penyakit, dan sembuhkanlah dia. Engkaulah

yang menyembuhkan, tak ada obat selain obat-Mu,

obat yang tidak meninggalkan rasa sakit. Hilang-

kanlah penyakit itu; wahai Pengayom manusia,

hanya pada-Mu obat itu, tidak ada yang dapat

menghilangkan penyakit selain Engkau, Aku mohon

kepada Allah Yang Maha Agung, Dzat yang

mengatur arsy yang agung, semoga Ia menyem-

buhkan anda (yang sakit)

Adapun menghadapi orang yang sakit berat/keras

yaitu sakit yang karenanya tidak dapat meninggalkan

tempat tidur di samping anjuran seperti di atas juga

diusahakan secara maksimal agar pakaiannya selalu

bersih dan suci, kemudian jika orang yang sakit

tersebut menghadapi sakaratul maut, maka diupaya-

kan dapat menghadap qiblat dan dituntun untuk

membaca kalimat tauhid, sebagaimana Hadis riwayat

Jama'ah pakar hadis kecuali Bukhari dari Abu

Hurairah ra.:

Ajarilah orang yang akan mati (sakaratul maut)

kalimat la ilaha illa Allah.

4

Upaya membimbing si sakit mengucapkan kalimat

la ilaha illa Allah, agar mendapat jaminan masuk

surga kelak di akhirat sebagaimana hadis Nabi saw.

Siapa yang akhir perkataannya la ilaha illa Allah,

pasti masuk surga (HR Abu Dawud)

Tata cara menuntun kalimat tauhid, diupayakan

jangan sampai si sakit tidak senang atau marah,

karena itu jika sudah membacanya, tidak perlu

diulang-ulang kecuali si sakit mengucapkan kata-kata

lain, maka tuntun kembali kalimat la ilaha illa Allah,

demikian seterusnya. Oleh karena itu, menghadapi

orang yang sakit harus ikhlas, sabar yaitu dengan

niat mendapat ridla dari Allah, memaklumi kesulitan -

nya dan berusaha dapat menolong untuk meringan-

kan keadaannya, Pemaaf, tidak mudah marah,

cermat, dan teliti terutama ketika memberikan obat

atau menghindari berbagai pantangan yang dilarang

dokter untuk kesembuhannya dan harus merahasia-

kan kekurangan atau aib yang dimiliki si sakit.

Apabila telah menghembuskan nafas yang terakhir

(meninggal) tutupkan kelopak matanya, dagunya

diangkat supaya mulutnya tidak terbuka, dan janazah

ditutupi dengan kain panjang.

Ketika menutupkan kelopak matanya bacalah do'a

sebagai berikut:

5

Ya Allah ampunilah mayit ini dan tinggikanlah

derajatnya pada golongan orang-orang yang mem -

peroleh petunjuk. Dan berilah ganti sesudah-nya,

orang yang telah lalu dan ampunilah kami dan dia

ya Allah Tuhan semesta alam.

Adapun bagi kaum muslimin yang berta'ziah,

mengunjungi keluarga si mayit, berdo'alah saat

melihat jenazah agar diampuni dosa-dosanya, seperti

berikut:

Maha Suci Zat Yang hidup yang tidak akan mati.

Ampunilah mayit ini dan sayangilah dia berilah

teman dalam kesendirian dan keterasingan dalam

kubur serta terangilah kuburnya.

B. Memandikan Jenazah

Yang perlu diperhatikan dan diketahui waktu

akan memandikan janazah, bahwa keadaan janazah

dapat dibedakan menjadi:

1. Jenazah orang yang sehat atau diketahui sehat.

2. Jenazah orang yang sakit atau diketahui sakit,

keadaan ini dibedakan menjadi:

a. Jenazah orang yang sakit tidak menular.

b. Jenazah orang yang sakit menular.

Keadaan Jenazah ada yang utuh dan baik, utuh

tapi membengkak, berbau busuk, dan jenazah

6

terpotong-potong bahkan mungkin ada yang sulit

untuk dikenali lagi.

ad1. Jenazah orang yang sehat atau diketahui sehat.

Orang yang sehat dapat meninggal dunia karena

beberapa sebab, misalnya karena kecelakaan,

pembunuhan, keracunan, kedinginan dan sebagainya.

Tata cara memandikan jenazah yang keadaannya

masih utuh dan baik yaitu dengan cara biasa.

Sedangkan memandikan jenazah yang keadaannya

telah membusuk dan bisa jadi mengelupas bahkan

banyak luka yang ada larvanya, maka cara

memandikannya cukup disiramkan saja tanpa harus

menggosok dengan tangan maupun sabun, karena

mungkin akan merusakkan kulitnya. (biasanya

janazah demikian akan divisum et repertum dan

dimandikan dan dikafani oleh petugas di rumah

sakit), termasuk jenazah yang tidak utuh atau

terbakar. adapun cara memandikannya biasanya

hanya secara simbolik dengan menyiramkan pada

kantong plastiknya.

Adapun dalam keadaan tertentu seperti karena

tidak ada air, atau jenazah akan rusak jika kena air,

atau jika tidak ada keluarga yang dapat memandikan-

nya atau dari jenis kelamin yang sama, maka

mensucikan jenazah dapat diganti dengan tayammum

yaitu mengusap muka dan tangannya dengan debu.

ad2. Jenazah orang yang sakit.

7

Jenazah yang sakit yang tidak menular, seperti

sakit karena tua, akibat kecelakaan dan yang

semacamnya, tata cara memandikannya seperti

orang yang sehat. Adapun penyakit menular adalah

sangat berbahaya, karena sumber penyakit itu

disebabkan oleh kuman yang ganas, dan dalam waktu

yang relatip singkat dapat menulari orang banyak dan

menyebabkan kematian jika tidak segera diobati,

misalnya penyakit pes (demam tinggi, terjadi

pendarahan di kulit sehingga orang menjadi tampak

hitam dan kelenjarnya membengkak dan kemudian

mati, disentri amoeba maupun basiler menyebab -

kan buang air besar darah dan lendir karena

pendarahan usus, menyebabkan kematian, typhoid

Fever dikenal dengan tipes, Cholera Eltor dikenal

dengan muntaber dan lain sebagainya.

Jenazah orang yang sakit menular tetap

berbahaya. Oleh karena itu, perawatan dan tata cara

memandikannya harus tidak dengan tangan

telanjang, dan setelah selesai memandikan jenazah

harus membersihkan diri dengan obat pembunuh

hama, dan untuk jenazah yang diduga sangat

berbahaya biasanya oleh pihak rumah sakit sudah

dimandikan, dikafani kemudian dimasukkan dalam

peti dan disegel. Itu sebabnya Rasulullah saw

menganjurkan mandi dan membersihkan diri bagi

yang telah memandikan jenazah sebagaimana Hadis

Rasulullah saw. dari Abu Hurairah ra.:

8

Barang siapa telah memandikan jenazah hendak-

nya ia mandi, dan barang siapa yang mengangkat-

nya hendaknya ia berwudu. (HR. Ahmad, Abu

Dawud, Tarmidi dan Ibnu Hibban).

Orang yang memandikan jenazah, sebaiknya

atau diutamakan keluarga terdekat yang mengetahui

tata cara memandikannya. Apabila jenazah laki-laki

yang memandikannya seharusnya adalah laki-laki,

demikian pula jika perempuan yang memandikannya

perempuan, suami boleh memandikan isterinya

demikian pula sebaliknya, kecuali jenazah anak kecil

maka boleh dimandikan oleh yang berlainan jenis.

Persiapan untuk memandikan jenazah:

Alat-alat untuk memandikan jenazah dan kain

kafannya untuk membungkus jenazah, agar ketika

jenazah selesai dimandikan tidak perlu menunggu

kain kafan dipersiapkan.

Alat-alat untuk memandikan jenazah yang harus

disiapkan:

1. Tempat tidur untuk meletakkan jenazah.

2. Air suci dan yang mensucikan secukupnya.

3. Tempat air, misal ember 7 tujuh buah dengan

gayung (ciduk bahasa jawa).

4. Kendi atau teko yang diisi air untuk mewudukan

jenazah.

5. Tabir untuk menutup tempat memandikan jenazah,

agar tidak terlihat dari luar.

9

6. Gunting yang digunakan untuk menggunting

pakaian (seperti baju atau kaos) yang tidak dapat

dilepas secara wajar.

7. Sarung tangan dari karet untuk dipakai pada waktu

memandikan jenazah agar tangan kita bersih dan

terhindar dari penyakit menular.

8. Sabun mandi 2 (dua) buah untuk membersihkan

anggota tubuh jenazah.

9. Sampo untuk membersihkan rambut.

10. Daun bidara (jika ada) dan kapur yang dihaluskan

kemudian dicampur/ditaburkan dalam beberapa

ember air yang akan digunakan untuk memandi-

kan.

11. Tusuk gigi untuk membersihkan bagian kuku.

12. Kapas untuk membersih bagian tubuh yang halus

seperti mata, hidung telinga dan bibir. Kapas ini

pun dapat digunakan untuk menutup bagian tubuh

yang selalu mengeluarkan cairan atau darah,

seperti pada lubang telinga atau hidung dsb.

13. kain panjang disediakan 2 atau 3 helai. Satu helai

untuk menutupi jenazah ketika dimandikan, yang

lainnya untuk menutupi jenazah setelah selesai

dimandikan.

14. Handuk yang bersih untuk membersihkan dan

mengeringkan anggota tubuh jenazah.

Tata cara memandikan jenazah yang paling

sederhana dicukupkan dengan cara menyiramkan air

merata ke seluruh tubuh jenazah, tetapi untuk lebih

sempurna dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Jenazah hendaknya diletakkan di tempat yang

agak tinggi sehingga memudahkan mengalirnya air

10

yang telah disiramkan ke tubuh jenazah, dan aliran

air diupayakan masuk ke dalam lobang, kemudian

ditimbun dengan tanah.

2. Pakaian jenazah dilepas, kemudian tubuhnya

ditutupi dengan kain panjang supaya auratnya

tidak kelihatan oleh orang lain termasuk oleh yang

memandikannya, kecuali anak kecil maka tidak

perlu ditutupi.

3. Memulai membasuh anggota badan jenazah bagian

kanan dan anggota wudu, sebagaimana HR.

Jama'ah pakar hadis dari Umm ‘Atiyah ra.:

Sewaktu kami memandikan puteri nabi saw. Beliau

bersabda: Mulailah dengan anggota sebelah kanan

dan tempat-tempat anggota wudu

4. Orang yang memandikan jenazah sebaiknya

memakai kain (washlap) untuk melapisi tangan

untuk menggosok bagian aurat jenazah.

5. Membasuh seluruh tubuh jenazah secara merata

tiga kali, atau lima kali atau lebih asalkan ganjil, di

antaranya dicampur dengan daun bidara atau

lainnya yang terakhir dicampur dengan kapur

barus.

11

Rasulullah saw masuk ketika puteri beliau wafat, kemudian bersabda: mandikanlah tiga kali atau empat kali atau lebih dari itu dengan air yang dicampur dengan daun bidara dan pada kali yang terakhir berilah kapur barus atau sedikit dari kapur barus. kemudian jika telah selesai beritahu aku. Maka setelah selesai kami beritahu beliau, maka beliau memberikan kain beliau kepada kami lalu bersabda: Pakaikanlah dia langsung ke badannya (sebagai sarungnya).

6. Mengurut perut jenazah secara pelan-pelan agar

kotoran yang ada dalam perutnya bisa keluar, atau

setidak-tidak mengeluarkan angin (kentut tetapi

jika tidak keluar jangan dipaksa) kecuali jenazah

wania yang sedang mengandung, sebagaimana

sabda Rasulullah saw. riwayat Al-Khalal dari ummu

sulaim r.a:

Apabila seorang perempuan meninggal, lalu

mereka hendak memandikannya, maka hendaknya mereka memandikan mulai dengan mengurut perutnya, maka urutlah dengan halus jika ia tidak hamil, jika ia hamil maka jangan diurut perutnya.

7. Setelah dimandikan maka tubuh jenazah dikering-

kan misalnya dengan handuk (untuk jenazah

perempuan sebaiknya rambutnya dikelabang

menjadi tiga bagian, kiri, kanan dan dibagian

ubun-ubun kemudian ketiganya dilepas ke arah

belakang. Untuk sementara masyarakat ada yang

mewudukan jenazah, namun demikian tuntunan

dari hadis tidak ada tapi dimulai dari anggota wudu

dan sebelah kanan.

Dianjurkan bagi orang yang memandikan jenazah

untuk mandi sebagaimana anjuran Rasulullah saw.

12

Pelaksanaan Memandikan Jenazah:

1. Mandikan Jenazah di tempat yang tertutup

2. Bujurkan jenazah di tempat memandikan dengan

menghadap kiblat, dengan kepala dibagian timur.

Jika tempatnya tidak memungkinkan maka

bujurkan ke utara selatan dengan kepala jenazah

di bagian utara.

3. Lepaskan seluruh pakaian jenazah, termasuk

pengikat dagu dan pergelangan.

4. Tutupilah jenazah dengan kain panjang.

5. Lepaskan logam yang dipakai jenazah, seperti

cincin atau gigi palsu (jika memungkinkan).

6. Memulai menyiram bagian kanan dari anggota

wudlu secara rata dan tertib hingga tiga kali

(sering disebut mewudlukan jenazah).

7. Menyiran ke seluruh anggota tubuh jenazah

secara merata dimulai sebelah kanan.

8. Menggosok seluruh anggota tubuh dengan sabun.

9. Bersihkan kotoran, najis dengan didudukkan dan

mengurut bagian perutnya hingga kotoran keluar.

10.Miringkan jenazah ke sebelah kiri, dan bersihkan

jenazah bagian kanan dan belakang dengan air

dan sabun, kemudian miringkan jenazah ke

sebelah kanan, dan bersihkan jenazah bagian kiri

dan belakang hingga bersih.

11.Bersihkan rongga mulut, lubang hidung dan

telinga, mata dsb.

12.Bersihkan kuku-kuku jari tangan dan kaki

dengan tusuk gigi atau merang.

13

13.Siramlah berulang-ulang hingga rata dan bersih,

diupayakan supaya ganjil, di antaranya disiram

dengan larutan kapur barus atau cendana.

14.Keringkan anggota tubuh jenazah dengan handuk

hingga kering benar, kemudian tutupi dengan kain

panjang dan segera diangkat untuk dikafani.

Catatan: diupayakan ketika menyiram air ke

wajahnya, tutuplah lobang mata, lubang

hidung, telinga agar tidak kemasukan air.

Khusus jenazah wanita rambutnya diikatkan

menjadi tiga kepang.

C. Mengkafani Janazah

Mengkafani jenazah hukumnya wajib kifayah,

minimal satu lapis, sempurnanya jenazah laki-laki

dua lapis sedangkan jenazah perempuan lima lapis,

terdiri dari kerudung, sarung, baju, dan dua lapis kain

kafan. Kemudian lulurlah jenazah dengan wangi-

wangian, seperti cendana, kapur barus dengan cara

bubuk cendana dan kapur barus ditaburkan pada

kapas kemudian diletakkan pada anggota tubuh

jenazah: kedua telinga, muka, kemaluan, dan dubur.

kemudian dibungkus dengan kain kafan dan diikat.

Perlengkapan untuk mengkafani jenazah:

1. Kain kafan sekitar 12 meter.

2. Kapas secukupnya.

3. Kapur barus dan kayu cendana yang dihaluskan.

4. Sisir untuk menyisir rambut.

5. Alas atau tempat tidur untuk membentangkan kain

kafan yang telah dipotong-potong.

14

Cara Membuat Kain kafan:

1. kain kafan sebanyak tiga helai, dengan ukuran

panjang jenazah plus dengan 50 Cm.

2. Tali untuk pengikat sebanyak 9 helai, lebar tali

sekitar 5 - 7 Cm. digunakan untuk tali kain kafan 7

helai lainnya untuk cawat dan sarung.

3. Cawat 50 Cm. dilipat menjadi tiga bagian, bagian

ujungnya digunting sebagai lubang untuk tali

cawat, di dalam cawat dilapisi kapas yang telah

ditaburi kayu cendana dan kapur barus.

4. Sorban atau kerudung 90/115 Cm. dibuat segi tiga

sekaligus untuk mengikat dagu jenazah agar

mulutnya tidak terbuka.

5. Sarung 125 Cm. atau lebih disesuaikan dengan

besar kecilnya badan jenazah.

6. Baju 150 Cm. atau lebih disesuaikan dengan tinggi

rendahnya badan jenazah.

Cara membuat baju sebagai berikut

a. Kain dilipat dua sama panjang.

b. Lebar kain dilipat menjadi dua bagian, sehingga

menjadi empat persgi panjang.

c. Gunting bagian tengah menjadi segi tiga, yang

besarnya disesuaikan dengan leher jenazah.

d. Buka kembali lipatan kain tersebut, bagian

tengah akan kelihatan berlubang seperti belah

ketupat, kemudian sisi lubang digunting lurus

sehingga menyerupai sehelai baju.

15

Menyiapkan Kapas untuk jenazah:

1. Untuk penutup muka dalam bentuk bujur sangkar

sekitar 30 Cm.

2. Untuk penutup persendian anggota tubuh dalam

bentuk bujur sangkar, sekitar 15 Cm. sebanyak 25

helai.

3. Untuk melapisi bagian cawat ukuran: 50 x 15 Cm.

4. Penutup lubang hidung dan telinga, dari kapas

dalam bentuk bulat sebanyak 4 buah.

Cara Menyiapkan Kain kafan

1. Letakkan tali-tali pengikat kain kafan sebanyak

tujuh buah, untuk digunakan:

a. Bagian atas kepala.

b. Bagian bawah dagu.

c. Bagian bawah tangan yang bersidekap.

d. Bagian lutut.

e. Bagian bawah telapak kaki.

2. Bentang kain kafan dengan susunan antara lapis

pertama dengan lainnya tidak bertumpuk sejajar.

3. Taburkan kabur barus yang telah dihaluskan pada

kain kafan.

4. Letakkan kain surban/kerudung dibentuk segi tiga,

bagian alas di bagian atas.

5. Bentangkan kain baju yang telah disiapkan, lubang

berbentuk belah ketupat untuk leher, bagian sisi

yang digunting dihamparkan ke atas.

6. Bentangkan tali, kemudian kain sarung di tengah-

tengah kain kafan, diperkirakan letak kain sarung di

bagian pantat jenazah.

16

7. Bujurkan cawat yang telah disediakan di bagian

tengah (di atas sarung untuk menutupi bagian

qubul dan dubur jenazah).

Cara Mengkafani

1. Letakkan jenazah membujur di atas kain kafan di

dalam tempat tertutup.

2. Sisirlah rambut jenazah tersebut ke belakang, jika

wanita rambutnya dibagi tiga dikepang kemudian

diterik ke belakang kepala.

3. Pasang cawat yang disediakan kemudian talikan di

bagian atas.

4. Lipatlah kain sarung yang telah disediakan dan

talikan di bagian atas.

5. Tutuplah lubang hidung dan telinga dengan kapas

yang berbentuk bulat.

6. dekapkan kedua tangan tangan kiri di bagian

bawah dan tangan kanan di atas (seperti sidakep

ketika salat).

7. Tutup dengan lembaran kapas yang telah ditaburi

bubuk kapur barus dan cendana pada:

a. Sendi-sendi jari kaki, mata kaki luar dan dalam.

b. Lingkaran lutut kanan dan kiri.

c. Sendi-sendi jari tangan, pergelangan tangan.

siku bagian luar dan dalam.

d. Pangkal lengan dan ketiak.

e. Leher bagian kanan dan kiri.

f. Wajah/muka jenazah.

8. Kenakan baju yang disediakan, bagian yang

digunting diletakkan di atas dada dan tangan

jenazah.

17

9. Ikatkan surban/kerudung yang berbentuk segi tiga

dengan ikatan di bawah dagu.

10.Lipat kafan melingkar ke seluruh tubuh jenazah,

selapis demi lapis sambil ditarik ujung atas kepala

dan ujung bawah telapak kaki.

11.Kemudian talikan dengan tali yang tersedia pada

a. Bagian atas kepala.

b. Bagian bawah dagu.

c. Bagian bawah tangan yang bersidekap.

d. Bagian lutut.

e.Bagian bawah telapak kaki.

Pola Potongan Kain Kafan: Kafan di sesuaikan dengan tinggi jenazah + 50 Cm. dibuat rangkap tiga.

18

Cawat 100 x 50 Cm. dilipat menjadi 3 lipatan:

Sorban (Kerudung) 100 Cm. dilipat menjadi segi tiga

Tali Pengikat Kafan 5 - 7 Cm sebanyak 7 buah

19

Baju 100 x 150 Cm.

Sarung 100 x 125 Cm. di sesuaikan dengan tubuh

jenazah

20

D. Pelaksanaan Salat Janazah

Perintah Salat jenazah, berdasarkan Hadis Rasulullah

saw riwayat Hakim & Tabroni dari Jabir r.a.:

Salatkanlah olehmu orang-orang telah meninggal

pada waktu malam atau siang, anak-anak atau

dewasa, rakyat biasa, pemuka, atau Amir (HR Hakim

dan Tabroni), hadis Nabi saw yang lain:

Apabila kamu salat janazah, maka ikhlaskanlah do'a

untuknya (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah)

Bacaan-bacaan Salat jenazah

Takbir pertama membaca surat Al-Fatihah, takbir

kedua membaca salawat nabi saw., sedangkan

bacaan pada setelah takbir yang ketiga, boleh dipilih

mana yang disukai, antara lain:

Wahai Tuhanku! ampunilah dia, rahmatilah, 'afiat-kanlah, maafkanlah, muliakanlah singgasananya, luaskanlah tempat masuknya; bersihkanlah dengan air, salju, dan air es, dan sucikanlah dia dari kesalahan sebagaimana dibersihkan kain putih dari kotoran, dan berikanlah rumah yang lebih baik dari rumahnya di dunia dan ahli yang lebih baik dari ahlinya dan pasangan yang lebih baik dari pasangannya; masukkanlah dia ke dalam surga dan

21

lindungilah dia dari azab kubur dan api neraka. (HR Muslim dari Auf bin Malik)

Wahai Tuhanku! bahwa si fulan anak si fulan ini di

dalam genggaman-Mu dan di dalam perlindungan-

Mu. karena itu peliharalah dia dari fitnah kubur dan

dari azab neraka. Engkaulah yang sangat pantas

memenuhi janji dan menerima pujian. Tuhanku!

ampunilah dan rahmatilah dia, bahwasanya Engkau

adalah tuhan yang Maha Pengampun lagi Sangat

Penyayang. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah r.a:)

Wahai Tuhanku! ampunilah kami, baik yang hidup maupun yang mati, yang kecil ketika mukallaf, yang lebih tua dari kami, yang lelaki dan perempuan dari kami, kepada yang ada dan yang tiada beserta kami. Tuhanku hidupkan orang yang masih hidupkan orang yang masih hidup dari kami dalam keadaan Islam, dan matikanlah orang-orang yang telah meninggal dalam keadaan iman, tuhanku janganlah Engkau tidak memberi kami pahala dan menyesatkan kepada kami sesudahnya. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah r.a.)

Bacaan setelah takbir yang keempat yang biasa

dilakukan imam al-Syafi'i:

22

Wahai Tuhanku! janganlah Engkau tidak memberi

pahala kepada kami dan janganlah Engkau

memberi cobaan kepada kami sesudahnya.

Sedangkan yang biasa dibaca oleh Ulama

mutaqaddimin sesudah takbir keempat:

Wahai Tuhanku! berilah kebajikan di dunia dan

kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari azab

neraka

Doa salat jenazah untuk anak kecil yang dibaca

sesudah takbir ketiga:

Wahai Tuhanku! jadikanlah dia pendahulu yang

mendahului orang tuanya, untuk menyiapkan

kebaikan bagi orang tuanya, dan jadikanlah

kebajikan yang didahulukan untuk ibu bapaknya,

dan jadikanlah dia persediaan bagi keduanya dan

beratkanlah karenanya timbangan kedua orang

tuanya; curahkan kesabaran atas jiwa orang tuanya

dan janganlah Engkau memberi cobaan kepada

orang tuanya sesudahnya, dan janganlah tidak

memberi pahala kepada orang tuanya.

Adapun bacaan sesudah takbir yang keempat:

Wahai Tuhanku! berilah kebajikan di dunia dan di

akhirat dan peliharalah kami dari azab neraka

23

E. Penguburan Jenazah

Penguburan jenazah disyari'atkan oleh agama

Islam, melanjutkan syari'at yang diajarkan sejak nabi

Adam as. Adapun hikmah yang diketahui dari sudut

antropologis: Penguburan merupakan penghargaan

terakhir kepada manusia sebagai makhluk tertinggi

dan mulia. Di samping itu, menunjukkan identitas

sebagai manusia yang memiliki budaya yang tinggi.

Dari segi kesehatan penguburan jenazah dapat

menghindari penyebaran penyakit menular, menghi-

langkan bau yang tidak enak, dan mengindari

pengrusakan jenazah dari binatang buas. Di samping

itu, apabila seseorang diragukan kematiannya secara

wajar, mudah diteliti kembali sebab-sebab

kematiannya karena dimungkinkan sebagai akibat

kriminal, untuk pembuktian hukum, dan untuk

memberikan peringatan bagi yang masih hidup bahwa

kita semua akan mengalami kematian dengan

melihat/ziarah ke kuburnya. Dan dari segi ekonomi,

jenazah dikuburkan dengan mudah dan biaya yang

relatif murah, tidak terikat dengan waktu, dan dapat

dilakukan oleh setiap orang.

Kaifiat, tata cara Penguburan jenazah:

1. Memasukkan jenazah ke dalam kubur dimulai dari

kepala dan dilakukan lewat kaki.

2. Di dalam liang lahat jenazah diletakkan dalam

posisi miring di atas lambung kanan menghadap

kiblat, dengan cara punggung disandarkan pada

24

dinding kubur atau dengan memakai ganjal (gelu

dari batu atau tanah).

3. Pipi dan kaki jenazah supaya ditempelkan ke tanah

dengan membuka kain kafannya. begitu pula tali-

tali pengikatnya.

4. Waktu meletakkan jenazah ke liang lahat

hendaknya membaca do'a.

5. Setelah liang lahat ditutup, dianjurkan kepada para

pengantar untuk memulai menimbun dengan

memasukkan tanah 3 kali ke dalam kubur,

kemudian dilanjutkan dengan penimbunan secara

sempurna.

6. Selesai penguburan diakhiri dengan do'a yang

isinya mohon ampunan dan keteguhan iman bagi

jenazah. Catatan: Waktu penguburan jenazah dilarang saat

matahari terbit, kulminasi matahari (tengah hari), dan pada saat matahari terbenam.

Bagi yang akan memasukkan jenazah ke liang

lahat pada malam sebelumnya diutamakan yang tidak

melakukan hubungan suami isteri sebagaimana Hadis

Rasulullah saw riwayat Bukhari dari Anas bin Malik:

Siapa di antaramu yang tidak menggauli isterimu

(coitus) semalam? Abu Thalhah menjawab: saya,

Nabi bersabda: "Turunlah" maka turunlah ia ke

kuburan puteri Nabi.

Pada saat akan memasukkan jenazah ke dalam

kubur, diusahakan berdo'a seperti berikut:

25

Ya Allah bukalah pintu-pintu langit untuk roh mayit

ini, muliakanlah tempatnya dan luaskanlah tempat

masuknya.

Demikian pula jika telah selesai menguburkannya

berdo'alah untuk jenazah sebagai berikut:

Ya Allah ampunilah saudara/saudari kami (sebut-kan

namanya) dan tetapkanlah ia dalam keimanan dan

keislaman

Demikian makalah singkat mengenai tajhizul

janazah yang biasanya diterjemahkan sebagai

penyelenggaraan jenazah, sejak dari sakit sampai

penguburan yang dapat disampaikan. Semoga apa

yang disampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurang-

annya oleh karena itu, kritik untuk penyempurnaan

ibadah kita ini sangat diharapkan. Dan atas perhati-

annya saya sampaikan terima kasih.

Billahit taufik walhidayah

Yogyakarta, 16 April 2014

Drs. H. Sofwan Jannah, M Ag