Upload
ayatekim
View
71
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
how to send the people body who pass away in to the undergroud
Citation preview
HALAMAN JUDUL
TAJHIZUL JANAZAH (SEJAK SAKIT SAMPAI PENGUBURAN)
Disampaikan pada Kuliah Program Studi Syari’ah FIAI UII
Rabu, 16 Jumadil Akhir 1435 H.
(16 April 2014 M)
Oleh
Drs. H. Sofwan Jannah, M Ag.
PRODI SYARI’AH (HUKUM ISLAM)
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2014
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................... 0
DAFTAR ISI .............................................................................. 1
TAJHIZUL JANAZAH (Sejak Sakit sampai Penguburan) .................. 2
A. Etika Menghadapi Orang yang Sakit ........................................ 2
B. Memandikan Jenazah ............................................................. 5
Persiapan untuk memandikan jenazah: .................................. 8
Pelaksanaan Memandikan Jenazah: ..................................... 12
C. Mengkafani Janazah ............................................................ 13
Perlengkapan untuk mengkafani jenazah: ............................ 13
Cara Membuat Kain kafan: ................................................. 14
Cara membuat baju sebagai berikut .................................... 14
Menyiapkan Kapas untuk jenazah: ..................................... 15
Cara Menyiapkan Kain kafan .............................................. 15
Cara Mengkafani ............................................................... 16
Pola Potongan Kain Kafan: ................................................. 17
D. Pelaksanaan Salat Janazah ................................................... 20
Bacaan-bacaan Salat jenazah ............................................. 20
E. Penguburan Jenazah ............................................................ 23
Kaifiat, tata cara Penguburan jenazah: ................................ 23
2
TAJHIZUL JANAZAH
(Sejak Sakit sampai Penguburan)
A. Etika Menghadapi Orang yang Sakit
Orang yang sakit ada tiga macam, yaitu sakit
ringan, sakit berat/keras dan sakit yang menghadapi
sakaratul maut.
Menghadapi orang yang sakit biasa atau ringan
dianjurkan agar keseimbangan fikirannya dijaga
dengan cara mendo'akan dan menghiburnya agar
segera sembuh, sabagaimana Hadis Rasulullah saw.
riwayat Tirmidi dan ibn Majah dari Sa'id al-Khudri ra.:
Jika kamu mengunjungi orang sakit, hilangkan
kecemasan dan kejengkelan hatinya sungguh yang
demikian, tidak merobah sesuatu tetapi dapat
menenangkan jiwanya (HR Tarmidi dan Ibnu
Majah).
Dan yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw
riwayat Bukhari:
Tidak apa-apa, semoga penyakit ini menjadi
pencuci dari dosa-dosa Insya Allah.
Adapun do'a yang pernah diucapkan Rasulullah saw
ketika mengunjungi orang sakit:
3
Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Zat
yang mengatur Arsy yang agung, semoga Ia
menyembuhkanmu (HR. Abu Dawud dan Tarmidi)
Ya Allah Tuhan semua manusia! jauhkanlah dari
semua penyakit, dan sembuhkanlah dia. Engkaulah
yang menyembuhkan, tak ada obat selain obat-Mu,
obat yang tidak meninggalkan rasa sakit. Hilang-
kanlah penyakit itu; wahai Pengayom manusia,
hanya pada-Mu obat itu, tidak ada yang dapat
menghilangkan penyakit selain Engkau, Aku mohon
kepada Allah Yang Maha Agung, Dzat yang
mengatur arsy yang agung, semoga Ia menyem-
buhkan anda (yang sakit)
Adapun menghadapi orang yang sakit berat/keras
yaitu sakit yang karenanya tidak dapat meninggalkan
tempat tidur di samping anjuran seperti di atas juga
diusahakan secara maksimal agar pakaiannya selalu
bersih dan suci, kemudian jika orang yang sakit
tersebut menghadapi sakaratul maut, maka diupaya-
kan dapat menghadap qiblat dan dituntun untuk
membaca kalimat tauhid, sebagaimana Hadis riwayat
Jama'ah pakar hadis kecuali Bukhari dari Abu
Hurairah ra.:
Ajarilah orang yang akan mati (sakaratul maut)
kalimat la ilaha illa Allah.
4
Upaya membimbing si sakit mengucapkan kalimat
la ilaha illa Allah, agar mendapat jaminan masuk
surga kelak di akhirat sebagaimana hadis Nabi saw.
Siapa yang akhir perkataannya la ilaha illa Allah,
pasti masuk surga (HR Abu Dawud)
Tata cara menuntun kalimat tauhid, diupayakan
jangan sampai si sakit tidak senang atau marah,
karena itu jika sudah membacanya, tidak perlu
diulang-ulang kecuali si sakit mengucapkan kata-kata
lain, maka tuntun kembali kalimat la ilaha illa Allah,
demikian seterusnya. Oleh karena itu, menghadapi
orang yang sakit harus ikhlas, sabar yaitu dengan
niat mendapat ridla dari Allah, memaklumi kesulitan -
nya dan berusaha dapat menolong untuk meringan-
kan keadaannya, Pemaaf, tidak mudah marah,
cermat, dan teliti terutama ketika memberikan obat
atau menghindari berbagai pantangan yang dilarang
dokter untuk kesembuhannya dan harus merahasia-
kan kekurangan atau aib yang dimiliki si sakit.
Apabila telah menghembuskan nafas yang terakhir
(meninggal) tutupkan kelopak matanya, dagunya
diangkat supaya mulutnya tidak terbuka, dan janazah
ditutupi dengan kain panjang.
Ketika menutupkan kelopak matanya bacalah do'a
sebagai berikut:
5
Ya Allah ampunilah mayit ini dan tinggikanlah
derajatnya pada golongan orang-orang yang mem -
peroleh petunjuk. Dan berilah ganti sesudah-nya,
orang yang telah lalu dan ampunilah kami dan dia
ya Allah Tuhan semesta alam.
Adapun bagi kaum muslimin yang berta'ziah,
mengunjungi keluarga si mayit, berdo'alah saat
melihat jenazah agar diampuni dosa-dosanya, seperti
berikut:
Maha Suci Zat Yang hidup yang tidak akan mati.
Ampunilah mayit ini dan sayangilah dia berilah
teman dalam kesendirian dan keterasingan dalam
kubur serta terangilah kuburnya.
B. Memandikan Jenazah
Yang perlu diperhatikan dan diketahui waktu
akan memandikan janazah, bahwa keadaan janazah
dapat dibedakan menjadi:
1. Jenazah orang yang sehat atau diketahui sehat.
2. Jenazah orang yang sakit atau diketahui sakit,
keadaan ini dibedakan menjadi:
a. Jenazah orang yang sakit tidak menular.
b. Jenazah orang yang sakit menular.
Keadaan Jenazah ada yang utuh dan baik, utuh
tapi membengkak, berbau busuk, dan jenazah
6
terpotong-potong bahkan mungkin ada yang sulit
untuk dikenali lagi.
ad1. Jenazah orang yang sehat atau diketahui sehat.
Orang yang sehat dapat meninggal dunia karena
beberapa sebab, misalnya karena kecelakaan,
pembunuhan, keracunan, kedinginan dan sebagainya.
Tata cara memandikan jenazah yang keadaannya
masih utuh dan baik yaitu dengan cara biasa.
Sedangkan memandikan jenazah yang keadaannya
telah membusuk dan bisa jadi mengelupas bahkan
banyak luka yang ada larvanya, maka cara
memandikannya cukup disiramkan saja tanpa harus
menggosok dengan tangan maupun sabun, karena
mungkin akan merusakkan kulitnya. (biasanya
janazah demikian akan divisum et repertum dan
dimandikan dan dikafani oleh petugas di rumah
sakit), termasuk jenazah yang tidak utuh atau
terbakar. adapun cara memandikannya biasanya
hanya secara simbolik dengan menyiramkan pada
kantong plastiknya.
Adapun dalam keadaan tertentu seperti karena
tidak ada air, atau jenazah akan rusak jika kena air,
atau jika tidak ada keluarga yang dapat memandikan-
nya atau dari jenis kelamin yang sama, maka
mensucikan jenazah dapat diganti dengan tayammum
yaitu mengusap muka dan tangannya dengan debu.
ad2. Jenazah orang yang sakit.
7
Jenazah yang sakit yang tidak menular, seperti
sakit karena tua, akibat kecelakaan dan yang
semacamnya, tata cara memandikannya seperti
orang yang sehat. Adapun penyakit menular adalah
sangat berbahaya, karena sumber penyakit itu
disebabkan oleh kuman yang ganas, dan dalam waktu
yang relatip singkat dapat menulari orang banyak dan
menyebabkan kematian jika tidak segera diobati,
misalnya penyakit pes (demam tinggi, terjadi
pendarahan di kulit sehingga orang menjadi tampak
hitam dan kelenjarnya membengkak dan kemudian
mati, disentri amoeba maupun basiler menyebab -
kan buang air besar darah dan lendir karena
pendarahan usus, menyebabkan kematian, typhoid
Fever dikenal dengan tipes, Cholera Eltor dikenal
dengan muntaber dan lain sebagainya.
Jenazah orang yang sakit menular tetap
berbahaya. Oleh karena itu, perawatan dan tata cara
memandikannya harus tidak dengan tangan
telanjang, dan setelah selesai memandikan jenazah
harus membersihkan diri dengan obat pembunuh
hama, dan untuk jenazah yang diduga sangat
berbahaya biasanya oleh pihak rumah sakit sudah
dimandikan, dikafani kemudian dimasukkan dalam
peti dan disegel. Itu sebabnya Rasulullah saw
menganjurkan mandi dan membersihkan diri bagi
yang telah memandikan jenazah sebagaimana Hadis
Rasulullah saw. dari Abu Hurairah ra.:
8
Barang siapa telah memandikan jenazah hendak-
nya ia mandi, dan barang siapa yang mengangkat-
nya hendaknya ia berwudu. (HR. Ahmad, Abu
Dawud, Tarmidi dan Ibnu Hibban).
Orang yang memandikan jenazah, sebaiknya
atau diutamakan keluarga terdekat yang mengetahui
tata cara memandikannya. Apabila jenazah laki-laki
yang memandikannya seharusnya adalah laki-laki,
demikian pula jika perempuan yang memandikannya
perempuan, suami boleh memandikan isterinya
demikian pula sebaliknya, kecuali jenazah anak kecil
maka boleh dimandikan oleh yang berlainan jenis.
Persiapan untuk memandikan jenazah:
Alat-alat untuk memandikan jenazah dan kain
kafannya untuk membungkus jenazah, agar ketika
jenazah selesai dimandikan tidak perlu menunggu
kain kafan dipersiapkan.
Alat-alat untuk memandikan jenazah yang harus
disiapkan:
1. Tempat tidur untuk meletakkan jenazah.
2. Air suci dan yang mensucikan secukupnya.
3. Tempat air, misal ember 7 tujuh buah dengan
gayung (ciduk bahasa jawa).
4. Kendi atau teko yang diisi air untuk mewudukan
jenazah.
5. Tabir untuk menutup tempat memandikan jenazah,
agar tidak terlihat dari luar.
9
6. Gunting yang digunakan untuk menggunting
pakaian (seperti baju atau kaos) yang tidak dapat
dilepas secara wajar.
7. Sarung tangan dari karet untuk dipakai pada waktu
memandikan jenazah agar tangan kita bersih dan
terhindar dari penyakit menular.
8. Sabun mandi 2 (dua) buah untuk membersihkan
anggota tubuh jenazah.
9. Sampo untuk membersihkan rambut.
10. Daun bidara (jika ada) dan kapur yang dihaluskan
kemudian dicampur/ditaburkan dalam beberapa
ember air yang akan digunakan untuk memandi-
kan.
11. Tusuk gigi untuk membersihkan bagian kuku.
12. Kapas untuk membersih bagian tubuh yang halus
seperti mata, hidung telinga dan bibir. Kapas ini
pun dapat digunakan untuk menutup bagian tubuh
yang selalu mengeluarkan cairan atau darah,
seperti pada lubang telinga atau hidung dsb.
13. kain panjang disediakan 2 atau 3 helai. Satu helai
untuk menutupi jenazah ketika dimandikan, yang
lainnya untuk menutupi jenazah setelah selesai
dimandikan.
14. Handuk yang bersih untuk membersihkan dan
mengeringkan anggota tubuh jenazah.
Tata cara memandikan jenazah yang paling
sederhana dicukupkan dengan cara menyiramkan air
merata ke seluruh tubuh jenazah, tetapi untuk lebih
sempurna dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Jenazah hendaknya diletakkan di tempat yang
agak tinggi sehingga memudahkan mengalirnya air
10
yang telah disiramkan ke tubuh jenazah, dan aliran
air diupayakan masuk ke dalam lobang, kemudian
ditimbun dengan tanah.
2. Pakaian jenazah dilepas, kemudian tubuhnya
ditutupi dengan kain panjang supaya auratnya
tidak kelihatan oleh orang lain termasuk oleh yang
memandikannya, kecuali anak kecil maka tidak
perlu ditutupi.
3. Memulai membasuh anggota badan jenazah bagian
kanan dan anggota wudu, sebagaimana HR.
Jama'ah pakar hadis dari Umm ‘Atiyah ra.:
Sewaktu kami memandikan puteri nabi saw. Beliau
bersabda: Mulailah dengan anggota sebelah kanan
dan tempat-tempat anggota wudu
4. Orang yang memandikan jenazah sebaiknya
memakai kain (washlap) untuk melapisi tangan
untuk menggosok bagian aurat jenazah.
5. Membasuh seluruh tubuh jenazah secara merata
tiga kali, atau lima kali atau lebih asalkan ganjil, di
antaranya dicampur dengan daun bidara atau
lainnya yang terakhir dicampur dengan kapur
barus.
11
Rasulullah saw masuk ketika puteri beliau wafat, kemudian bersabda: mandikanlah tiga kali atau empat kali atau lebih dari itu dengan air yang dicampur dengan daun bidara dan pada kali yang terakhir berilah kapur barus atau sedikit dari kapur barus. kemudian jika telah selesai beritahu aku. Maka setelah selesai kami beritahu beliau, maka beliau memberikan kain beliau kepada kami lalu bersabda: Pakaikanlah dia langsung ke badannya (sebagai sarungnya).
6. Mengurut perut jenazah secara pelan-pelan agar
kotoran yang ada dalam perutnya bisa keluar, atau
setidak-tidak mengeluarkan angin (kentut tetapi
jika tidak keluar jangan dipaksa) kecuali jenazah
wania yang sedang mengandung, sebagaimana
sabda Rasulullah saw. riwayat Al-Khalal dari ummu
sulaim r.a:
Apabila seorang perempuan meninggal, lalu
mereka hendak memandikannya, maka hendaknya mereka memandikan mulai dengan mengurut perutnya, maka urutlah dengan halus jika ia tidak hamil, jika ia hamil maka jangan diurut perutnya.
7. Setelah dimandikan maka tubuh jenazah dikering-
kan misalnya dengan handuk (untuk jenazah
perempuan sebaiknya rambutnya dikelabang
menjadi tiga bagian, kiri, kanan dan dibagian
ubun-ubun kemudian ketiganya dilepas ke arah
belakang. Untuk sementara masyarakat ada yang
mewudukan jenazah, namun demikian tuntunan
dari hadis tidak ada tapi dimulai dari anggota wudu
dan sebelah kanan.
Dianjurkan bagi orang yang memandikan jenazah
untuk mandi sebagaimana anjuran Rasulullah saw.
12
Pelaksanaan Memandikan Jenazah:
1. Mandikan Jenazah di tempat yang tertutup
2. Bujurkan jenazah di tempat memandikan dengan
menghadap kiblat, dengan kepala dibagian timur.
Jika tempatnya tidak memungkinkan maka
bujurkan ke utara selatan dengan kepala jenazah
di bagian utara.
3. Lepaskan seluruh pakaian jenazah, termasuk
pengikat dagu dan pergelangan.
4. Tutupilah jenazah dengan kain panjang.
5. Lepaskan logam yang dipakai jenazah, seperti
cincin atau gigi palsu (jika memungkinkan).
6. Memulai menyiram bagian kanan dari anggota
wudlu secara rata dan tertib hingga tiga kali
(sering disebut mewudlukan jenazah).
7. Menyiran ke seluruh anggota tubuh jenazah
secara merata dimulai sebelah kanan.
8. Menggosok seluruh anggota tubuh dengan sabun.
9. Bersihkan kotoran, najis dengan didudukkan dan
mengurut bagian perutnya hingga kotoran keluar.
10.Miringkan jenazah ke sebelah kiri, dan bersihkan
jenazah bagian kanan dan belakang dengan air
dan sabun, kemudian miringkan jenazah ke
sebelah kanan, dan bersihkan jenazah bagian kiri
dan belakang hingga bersih.
11.Bersihkan rongga mulut, lubang hidung dan
telinga, mata dsb.
12.Bersihkan kuku-kuku jari tangan dan kaki
dengan tusuk gigi atau merang.
13
13.Siramlah berulang-ulang hingga rata dan bersih,
diupayakan supaya ganjil, di antaranya disiram
dengan larutan kapur barus atau cendana.
14.Keringkan anggota tubuh jenazah dengan handuk
hingga kering benar, kemudian tutupi dengan kain
panjang dan segera diangkat untuk dikafani.
Catatan: diupayakan ketika menyiram air ke
wajahnya, tutuplah lobang mata, lubang
hidung, telinga agar tidak kemasukan air.
Khusus jenazah wanita rambutnya diikatkan
menjadi tiga kepang.
C. Mengkafani Janazah
Mengkafani jenazah hukumnya wajib kifayah,
minimal satu lapis, sempurnanya jenazah laki-laki
dua lapis sedangkan jenazah perempuan lima lapis,
terdiri dari kerudung, sarung, baju, dan dua lapis kain
kafan. Kemudian lulurlah jenazah dengan wangi-
wangian, seperti cendana, kapur barus dengan cara
bubuk cendana dan kapur barus ditaburkan pada
kapas kemudian diletakkan pada anggota tubuh
jenazah: kedua telinga, muka, kemaluan, dan dubur.
kemudian dibungkus dengan kain kafan dan diikat.
Perlengkapan untuk mengkafani jenazah:
1. Kain kafan sekitar 12 meter.
2. Kapas secukupnya.
3. Kapur barus dan kayu cendana yang dihaluskan.
4. Sisir untuk menyisir rambut.
5. Alas atau tempat tidur untuk membentangkan kain
kafan yang telah dipotong-potong.
14
Cara Membuat Kain kafan:
1. kain kafan sebanyak tiga helai, dengan ukuran
panjang jenazah plus dengan 50 Cm.
2. Tali untuk pengikat sebanyak 9 helai, lebar tali
sekitar 5 - 7 Cm. digunakan untuk tali kain kafan 7
helai lainnya untuk cawat dan sarung.
3. Cawat 50 Cm. dilipat menjadi tiga bagian, bagian
ujungnya digunting sebagai lubang untuk tali
cawat, di dalam cawat dilapisi kapas yang telah
ditaburi kayu cendana dan kapur barus.
4. Sorban atau kerudung 90/115 Cm. dibuat segi tiga
sekaligus untuk mengikat dagu jenazah agar
mulutnya tidak terbuka.
5. Sarung 125 Cm. atau lebih disesuaikan dengan
besar kecilnya badan jenazah.
6. Baju 150 Cm. atau lebih disesuaikan dengan tinggi
rendahnya badan jenazah.
Cara membuat baju sebagai berikut
a. Kain dilipat dua sama panjang.
b. Lebar kain dilipat menjadi dua bagian, sehingga
menjadi empat persgi panjang.
c. Gunting bagian tengah menjadi segi tiga, yang
besarnya disesuaikan dengan leher jenazah.
d. Buka kembali lipatan kain tersebut, bagian
tengah akan kelihatan berlubang seperti belah
ketupat, kemudian sisi lubang digunting lurus
sehingga menyerupai sehelai baju.
15
Menyiapkan Kapas untuk jenazah:
1. Untuk penutup muka dalam bentuk bujur sangkar
sekitar 30 Cm.
2. Untuk penutup persendian anggota tubuh dalam
bentuk bujur sangkar, sekitar 15 Cm. sebanyak 25
helai.
3. Untuk melapisi bagian cawat ukuran: 50 x 15 Cm.
4. Penutup lubang hidung dan telinga, dari kapas
dalam bentuk bulat sebanyak 4 buah.
Cara Menyiapkan Kain kafan
1. Letakkan tali-tali pengikat kain kafan sebanyak
tujuh buah, untuk digunakan:
a. Bagian atas kepala.
b. Bagian bawah dagu.
c. Bagian bawah tangan yang bersidekap.
d. Bagian lutut.
e. Bagian bawah telapak kaki.
2. Bentang kain kafan dengan susunan antara lapis
pertama dengan lainnya tidak bertumpuk sejajar.
3. Taburkan kabur barus yang telah dihaluskan pada
kain kafan.
4. Letakkan kain surban/kerudung dibentuk segi tiga,
bagian alas di bagian atas.
5. Bentangkan kain baju yang telah disiapkan, lubang
berbentuk belah ketupat untuk leher, bagian sisi
yang digunting dihamparkan ke atas.
6. Bentangkan tali, kemudian kain sarung di tengah-
tengah kain kafan, diperkirakan letak kain sarung di
bagian pantat jenazah.
16
7. Bujurkan cawat yang telah disediakan di bagian
tengah (di atas sarung untuk menutupi bagian
qubul dan dubur jenazah).
Cara Mengkafani
1. Letakkan jenazah membujur di atas kain kafan di
dalam tempat tertutup.
2. Sisirlah rambut jenazah tersebut ke belakang, jika
wanita rambutnya dibagi tiga dikepang kemudian
diterik ke belakang kepala.
3. Pasang cawat yang disediakan kemudian talikan di
bagian atas.
4. Lipatlah kain sarung yang telah disediakan dan
talikan di bagian atas.
5. Tutuplah lubang hidung dan telinga dengan kapas
yang berbentuk bulat.
6. dekapkan kedua tangan tangan kiri di bagian
bawah dan tangan kanan di atas (seperti sidakep
ketika salat).
7. Tutup dengan lembaran kapas yang telah ditaburi
bubuk kapur barus dan cendana pada:
a. Sendi-sendi jari kaki, mata kaki luar dan dalam.
b. Lingkaran lutut kanan dan kiri.
c. Sendi-sendi jari tangan, pergelangan tangan.
siku bagian luar dan dalam.
d. Pangkal lengan dan ketiak.
e. Leher bagian kanan dan kiri.
f. Wajah/muka jenazah.
8. Kenakan baju yang disediakan, bagian yang
digunting diletakkan di atas dada dan tangan
jenazah.
17
9. Ikatkan surban/kerudung yang berbentuk segi tiga
dengan ikatan di bawah dagu.
10.Lipat kafan melingkar ke seluruh tubuh jenazah,
selapis demi lapis sambil ditarik ujung atas kepala
dan ujung bawah telapak kaki.
11.Kemudian talikan dengan tali yang tersedia pada
a. Bagian atas kepala.
b. Bagian bawah dagu.
c. Bagian bawah tangan yang bersidekap.
d. Bagian lutut.
e.Bagian bawah telapak kaki.
Pola Potongan Kain Kafan: Kafan di sesuaikan dengan tinggi jenazah + 50 Cm. dibuat rangkap tiga.
18
Cawat 100 x 50 Cm. dilipat menjadi 3 lipatan:
Sorban (Kerudung) 100 Cm. dilipat menjadi segi tiga
Tali Pengikat Kafan 5 - 7 Cm sebanyak 7 buah
19
Baju 100 x 150 Cm.
Sarung 100 x 125 Cm. di sesuaikan dengan tubuh
jenazah
20
D. Pelaksanaan Salat Janazah
Perintah Salat jenazah, berdasarkan Hadis Rasulullah
saw riwayat Hakim & Tabroni dari Jabir r.a.:
Salatkanlah olehmu orang-orang telah meninggal
pada waktu malam atau siang, anak-anak atau
dewasa, rakyat biasa, pemuka, atau Amir (HR Hakim
dan Tabroni), hadis Nabi saw yang lain:
Apabila kamu salat janazah, maka ikhlaskanlah do'a
untuknya (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah)
Bacaan-bacaan Salat jenazah
Takbir pertama membaca surat Al-Fatihah, takbir
kedua membaca salawat nabi saw., sedangkan
bacaan pada setelah takbir yang ketiga, boleh dipilih
mana yang disukai, antara lain:
Wahai Tuhanku! ampunilah dia, rahmatilah, 'afiat-kanlah, maafkanlah, muliakanlah singgasananya, luaskanlah tempat masuknya; bersihkanlah dengan air, salju, dan air es, dan sucikanlah dia dari kesalahan sebagaimana dibersihkan kain putih dari kotoran, dan berikanlah rumah yang lebih baik dari rumahnya di dunia dan ahli yang lebih baik dari ahlinya dan pasangan yang lebih baik dari pasangannya; masukkanlah dia ke dalam surga dan
21
lindungilah dia dari azab kubur dan api neraka. (HR Muslim dari Auf bin Malik)
Wahai Tuhanku! bahwa si fulan anak si fulan ini di
dalam genggaman-Mu dan di dalam perlindungan-
Mu. karena itu peliharalah dia dari fitnah kubur dan
dari azab neraka. Engkaulah yang sangat pantas
memenuhi janji dan menerima pujian. Tuhanku!
ampunilah dan rahmatilah dia, bahwasanya Engkau
adalah tuhan yang Maha Pengampun lagi Sangat
Penyayang. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah r.a:)
Wahai Tuhanku! ampunilah kami, baik yang hidup maupun yang mati, yang kecil ketika mukallaf, yang lebih tua dari kami, yang lelaki dan perempuan dari kami, kepada yang ada dan yang tiada beserta kami. Tuhanku hidupkan orang yang masih hidupkan orang yang masih hidup dari kami dalam keadaan Islam, dan matikanlah orang-orang yang telah meninggal dalam keadaan iman, tuhanku janganlah Engkau tidak memberi kami pahala dan menyesatkan kepada kami sesudahnya. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah r.a.)
Bacaan setelah takbir yang keempat yang biasa
dilakukan imam al-Syafi'i:
22
Wahai Tuhanku! janganlah Engkau tidak memberi
pahala kepada kami dan janganlah Engkau
memberi cobaan kepada kami sesudahnya.
Sedangkan yang biasa dibaca oleh Ulama
mutaqaddimin sesudah takbir keempat:
Wahai Tuhanku! berilah kebajikan di dunia dan
kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari azab
neraka
Doa salat jenazah untuk anak kecil yang dibaca
sesudah takbir ketiga:
Wahai Tuhanku! jadikanlah dia pendahulu yang
mendahului orang tuanya, untuk menyiapkan
kebaikan bagi orang tuanya, dan jadikanlah
kebajikan yang didahulukan untuk ibu bapaknya,
dan jadikanlah dia persediaan bagi keduanya dan
beratkanlah karenanya timbangan kedua orang
tuanya; curahkan kesabaran atas jiwa orang tuanya
dan janganlah Engkau memberi cobaan kepada
orang tuanya sesudahnya, dan janganlah tidak
memberi pahala kepada orang tuanya.
Adapun bacaan sesudah takbir yang keempat:
Wahai Tuhanku! berilah kebajikan di dunia dan di
akhirat dan peliharalah kami dari azab neraka
23
E. Penguburan Jenazah
Penguburan jenazah disyari'atkan oleh agama
Islam, melanjutkan syari'at yang diajarkan sejak nabi
Adam as. Adapun hikmah yang diketahui dari sudut
antropologis: Penguburan merupakan penghargaan
terakhir kepada manusia sebagai makhluk tertinggi
dan mulia. Di samping itu, menunjukkan identitas
sebagai manusia yang memiliki budaya yang tinggi.
Dari segi kesehatan penguburan jenazah dapat
menghindari penyebaran penyakit menular, menghi-
langkan bau yang tidak enak, dan mengindari
pengrusakan jenazah dari binatang buas. Di samping
itu, apabila seseorang diragukan kematiannya secara
wajar, mudah diteliti kembali sebab-sebab
kematiannya karena dimungkinkan sebagai akibat
kriminal, untuk pembuktian hukum, dan untuk
memberikan peringatan bagi yang masih hidup bahwa
kita semua akan mengalami kematian dengan
melihat/ziarah ke kuburnya. Dan dari segi ekonomi,
jenazah dikuburkan dengan mudah dan biaya yang
relatif murah, tidak terikat dengan waktu, dan dapat
dilakukan oleh setiap orang.
Kaifiat, tata cara Penguburan jenazah:
1. Memasukkan jenazah ke dalam kubur dimulai dari
kepala dan dilakukan lewat kaki.
2. Di dalam liang lahat jenazah diletakkan dalam
posisi miring di atas lambung kanan menghadap
kiblat, dengan cara punggung disandarkan pada
24
dinding kubur atau dengan memakai ganjal (gelu
dari batu atau tanah).
3. Pipi dan kaki jenazah supaya ditempelkan ke tanah
dengan membuka kain kafannya. begitu pula tali-
tali pengikatnya.
4. Waktu meletakkan jenazah ke liang lahat
hendaknya membaca do'a.
5. Setelah liang lahat ditutup, dianjurkan kepada para
pengantar untuk memulai menimbun dengan
memasukkan tanah 3 kali ke dalam kubur,
kemudian dilanjutkan dengan penimbunan secara
sempurna.
6. Selesai penguburan diakhiri dengan do'a yang
isinya mohon ampunan dan keteguhan iman bagi
jenazah. Catatan: Waktu penguburan jenazah dilarang saat
matahari terbit, kulminasi matahari (tengah hari), dan pada saat matahari terbenam.
Bagi yang akan memasukkan jenazah ke liang
lahat pada malam sebelumnya diutamakan yang tidak
melakukan hubungan suami isteri sebagaimana Hadis
Rasulullah saw riwayat Bukhari dari Anas bin Malik:
Siapa di antaramu yang tidak menggauli isterimu
(coitus) semalam? Abu Thalhah menjawab: saya,
Nabi bersabda: "Turunlah" maka turunlah ia ke
kuburan puteri Nabi.
Pada saat akan memasukkan jenazah ke dalam
kubur, diusahakan berdo'a seperti berikut:
25
Ya Allah bukalah pintu-pintu langit untuk roh mayit
ini, muliakanlah tempatnya dan luaskanlah tempat
masuknya.
Demikian pula jika telah selesai menguburkannya
berdo'alah untuk jenazah sebagai berikut:
Ya Allah ampunilah saudara/saudari kami (sebut-kan
namanya) dan tetapkanlah ia dalam keimanan dan
keislaman
Demikian makalah singkat mengenai tajhizul
janazah yang biasanya diterjemahkan sebagai
penyelenggaraan jenazah, sejak dari sakit sampai
penguburan yang dapat disampaikan. Semoga apa
yang disampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurang-
annya oleh karena itu, kritik untuk penyempurnaan
ibadah kita ini sangat diharapkan. Dan atas perhati-
annya saya sampaikan terima kasih.
Billahit taufik walhidayah
Yogyakarta, 16 April 2014
Drs. H. Sofwan Jannah, M Ag