Upload
rommiaja
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/8/2019 06_151_InfeksiTorchPadaKehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/06151infeksitorchpadakehamilan 1/3
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pengaruh I nfek si TORCHt erhadap K ehami lan
Enny Muchlastriningsih
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
PENDAHULUAN
Ibu hamil termasuk dalam kelompok rentan kesehatanselain bayi, balita, ibu bersalin, dan ibu menyusui sehingga
pemerintah mengupayakan pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau oleh mereka. Pelayanan antenatal (prapersalinan)
terhadap ibu hamil meliputi pengukuran tekanan darah,
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pemberian
imunisasi Toxoid tetanus (TT), pemberian tablet besi (Fe), dan
pengukuran fundus uteri.
Pelayanan ini diharapkan minimal diterima ibu hamil
sebanyak 4 kali yaitu sekali pada triwulan pertama dan ke dua
serta dua kali pada triwulan ke tiga. Upaya ini belum
sepenuhnya berhasil; secara nasional pelayanan kunjungan baru
ibu hamil mencakup 92,72% dan kunjungan ibu hamil minimal
4 kali 75.66%. Imunisasi TT sebanyak 2 kali selama kehamilan(TT1 dan TT2) tetapi cakupan TT1 baru 85,1% sedangkan TT2
lebih rendah lagi yaitu 78,1%. Pemberian tablet besi kepada ibu
hamil ada 2 paket yaitu paket Fe1-30 tablet (1 bungkus) dan
paket Fe3-90 tablet (3 bungkus), dan cakupannya untuk Fe1
sebesar 77,07% sedangkan Fe3 sebesar 63,45%. Selain itu ibu
hamil juga rentan terhadap serangan infeksi baik infeksi intra
uterin maupun perinatal.
PENYAKIT TORCHPenyakit TORCH ialah penyakit-penyakit intrauterin atau
yang didapat pada masa perinatal; merupakan singkatan dari T
= Toksoplasmosis O = other yaitu penyakit lain misalnya
sifilis, HIV-1dan 2, dan Sindrom Imunodefisiensi Didapat (
Acquired Immune Deficiency Syndrome /AIDS),dan sebagainya;
R = Rubela (campak Jerman); C = Cytomegalovirus; H =
Herpes simpleks. Berikut ini akan dibahas penyakit-penyakit
tersebut.
Toksoplasmosis Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik yang
disebabkan oleh Toxoplasma gondii dan biasa menyerang
binatang menyusui, burung, dan manusia. Pola transmisinya ia-
lah transplasenta pada wanita hamil, mempunyai masa
inkubasi 10-23 hari bila penularan melalui makanan (dagingyang dimasak kurang matang) dan 5-20 hari bila penularannya
melalui kucing. Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester
pertama akan menyebabkan 20% janin terinfeksi toksoplasma
atau kematian janin, sedangkan bila ibu terinfeksi pada
trimester ke tiga 65% janin akan terinfeksi. Infeksi ini dapa
berlangsung selama kehamilan.
Manifestasi klinis yang mungkin terjadi ialah
hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis
khorioretinitis, mikrosefali, hidrosefalus, kalsifikasi intra-
kranial, miokarditis, lesi tulang, pnemonia, dan rash
makulopapular Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan
cara: memasak daging sampai matang, menggunakan sarung
tangan baik saat memberi makan maupun membersihkan
kotoran kucing, dan menjaga agar tempat bermain anak tidak
tercemar kotoran kucing.
SifilisPenyakit ini disebabkan infeksi Treponema pallidum
dapat akut maupun kronis yang mempunyai gambaran khas
yaitu lesi, erupsi kulit dan mukosa; jangka panjang dapat
mengakibatkan lesi tulang, sistem pencernaan, sistem saraf
pusat, dan sistem kardiovaskuler. Penularan biasanya terjad
karena adanya kontak dengan eksudat infeksius yang berasa
dari kulit, membran mukosa, cairan dan sekret tubuh (darah
ludah, cairan vagina). Penyakit ini dapat ditularkan melalu
plasenta sepanjang masa kehamilan; biasanya respon janin
yang hebat akan terjadi setelah pertengahan kedua kehamilan
dengan manifestasi klinik hepatosplenomegali, ikterus, petekie
meningoensefalitis, khorioretinitis, dan lesi tulang. Infeksi yang
didapat di akhir kehamilan biasanya tidak menyebabkan gejala
pada bayi baru lahir, baru setelah beberapa minggu/bulan
kemudian akan ditemukan gejala-gejala: snuffles (kotoran
hidung mukopurulen), ruam makuler besar berwarna tembaga
lesi (plak) sekitar mulut dan anus, hepatosplenomegali, radang
periosteum, Hutchinson’s teeth, saddle nose, saber shins, dan
Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006 8
8/8/2019 06_151_InfeksiTorchPadaKehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/06151infeksitorchpadakehamilan 2/3
lainnya. Infeksi penyakit ini juga dapat menyebabkan bayi
berat badan lahir rendah, atau bahkan kematian janin.
Tabel 1 memperlihatkan jumlah penderita sifilis di
masyarakat yang berobat di puskesmas; meskipun tahun 2002
terlihat menurun tetapi dapat disebabkan karena sedikitnya
laporan yang masuk. Penderita ada di semua golongan umur
terutama di golongan usia produktif. Adanya kasus bayi sangat
menyedihkan dan jumlahnyapun cukup banyak; untuk itu
diperlukan tindakan yang sungguh-sungguh agar penyakit initidak menjadi kronis.
Pencegahan antara lain dengan cara: promosi kesehatan
tentang penyakit menular seksual, mengontrol prostitusi
bekerja sama dengan lembaga sosial, memperbanyak pelayanan
diagnosis dini dan pengobatannya, untuk penderita yang
dirawat dilakukan isolasi terutama terhadap sekresi dan eksresi
penderita.
Tabel 1: Jumlah penderita sifilis di Indonesia berdasarkan umur, 2000-
2002
Tahun 2000 Tahun 2001 Tahun 2002Umur
RJ RI PS RJ RI PS RJ RI PS
< 1 th 5 9 18 4 23 3 62 2 24
1-4 th 13 3 454 7 4 15 159 1 275-14 th 22 11 2396 16 8 5922 341 1 101
15-44 th 393 62 7897 62 27 1004 961 0 896
> 45 th 52 186 3335 18 11 4332 470 0 538
Jumlah 485 271 14100 107 73 11276 1993 4 1586
Keterangan:
• Data dasar diambil dari Buku Data Tahun 2000-2002, Ditjen PPM&PL, Depkes RI,
tahun 2003.
• RJ= penderita rawat jalan, RI= penderita rawat inap, PS= penderita di puskesmas
HIV dan AIDSPenyakit ini terjadi karena infeksi retrovirus. Pada
awalnya infeksi ini menunjukkan gejala yang tidak spesifik,
misalnya limfadenopati, anoreksia, diare kronis, penurunan
berat badan, dan sebagainya. Komplikasi penyakit ini antara
lain ialah Pneumocystis carinii pneumonia, chronic enteric
cryptosporidiosis, disseminated strongyloidiasis, dan
sebagainya.
Penularan terjadi karena kontak seksual antar manusia
dengan masa inkubasi antara 6 bulan hingga 5 tahun; jika lewat
transfusi darah masa inkubasinya rata-rata 2 tahun. Pada janin
penularan terjadi secara transplasenta, tetapi dapat juga akibat
pemaparan darah dan sekret serviks selama persalinan.
Kebanyakan bayi terinfeksi HIV belum menunjukkan gejala
pada saat lahir, sebagian anak akan menunjukkan gejala pada
umur 12 bulan pertama dan sebagian lainnya pada umur yang
lebih tua.
Gejala yang akan terlihat antara lain: gejala non spesifik,
penyakit neurologis progresif (ensefalopati dengan gejalakelambatan perkembangan atau kemunduran fungsi motorik,
kemampuan intelektual,atau perilaku), pneumonitis interstisial
limfoid, infeksi sekunder (infeksi oportunis yaitu Pneumocystis
carinii pneumonia, chronic enteric cryptosporidiosis,
disseminated strongyloidiasis, dan dapat terjadi infeksi bakteri
misalnya meningitis, infeksi lainnya misalnya varisela primer
yang mengakibatkan infeksi menyeluruh pada hati, paru, sistem
koagulasi, dan otak), kanker sekunder.
Pencegahan antara lain dengan cara: menghindari kontak
seksual dengan banyak pasangan terutama hubungan seks anal
skrining donor darah lebih ketat, dan pengolahan darah dan
produknya dengan lebih hati-hati.
Rubella (German measles)
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk
famili Togaviridae dan genus Rubivirus, infeksi virus ini terjad
karena adanya kontak dengan sekret orang yang terinfeksipada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa
inkubasinya rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapa
tanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa lemah
demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva.
Penyakit ini agak berbeda dari toksoplasmosis karena
rubela hanya mengancam janin bila didapat saat kehamilan
pertengahan pertama, makin awal (trimester pertama) ibu hami
terinfeksi rubela makin serius akibatnya pada bayi yaitu
kematian janin intrauterin, abortus spontan, atau malformas
kongenital pada sebagian besar organ tubuh (kelainan bawaan)
katarak, lesi jantung, hepatosplenomegali, ikterus, petekie
meningo-ensefalitis, khorioretinitis, hidrosefalus, miokarditis
dan lesi tulang. Sedangkan infeksi setelah masa itu dapatmenimbulkan gejala subklinik misalnya khorioretinitis
bertahun-tahun setelah bayi lahir. Pencegahan antara lain
dengan cara isolasi penderita guna mencegah penularan
pemberian vaksin rubela, dan semua kasus rubela harus
dilaporkan ke institusi yang berwenang.
Sitomegalovirus ( Cytomegalovirus=CMV)Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus
subfamili betaherpesvirus, famili herpesviridae. Penularannya
lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh yang
terinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lain-
lain). Masa inkubasi penyakit ini antara 3-8 minggu. Pada
kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada
bayi, infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkangejalanya pada minggu ke tiga hingga ke dua belas; jika
didapat pada masa perinatal akan mengakibatkan gejala yang
berat.
Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas d
masyarakat; sebagian besar wanita telah terinfeksi virus in
selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan gejala yang
berarti. Tetapi bila seorang wanita baru terinfeksi pada masa
kehamilan maka infeksi primer ini akan menyebabkan
manifestasi gejala klinik infeksi janin bawaan sebagai berikut
hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis
khorioretinitis dan optic atrophy, mikrosefali, letargia, kejang
hepatitis dan jaundice, infiltrasi pulmonal dengan berbaga
tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi dapat bertahanhidup akan disertai retardasi psikomotor maupun kehilangan
pendengaran.
Pencegahan dapat dilakukan antara lain dengan cara
menjaga kebersihan terutama sesudah buang air besar
menghindari transfusi darah pada bayi dari ibu seronegatif
dengan darah yang berasal dari donor seropositif, dan
menghindari transplantasi organ tubuh dari donor seropositif
ke resipien seronegatif.
Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006 9
8/8/2019 06_151_InfeksiTorchPadaKehamilan
http://slidepdf.com/reader/full/06151infeksitorchpadakehamilan 3/3
Herpes simpleks ( Herpervirus hominis)Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus
(HSV); ada 2 tipe HSV yaitu tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya
mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena
adanya kontak dengan lesi genital yang infektif; sedangkan
HSV tipe 2 merupakan herpes genitalis yang menular lewat
hubungan seksual. HSV tipe 1 dan 2 dapat dibedakan secara
imunologi. Masa inkubasi antara 2 hingga 12 hari. Infeksi
herpes superfisial biasanya mudah dikenali misalnya pada kulitdan membran mukosa juga pada mata.
Pada bayi infeksi ini didapat secara perinatal akibat
persalinan lama sehingga virus ini mempunyai kesempatan
naik melalui membran yang robek untuk menginfeksi janin.
Gejala pada bayi biasanya mulai timbul pada minggu pertama
kehidupan tetapi kadang-kadang baru pada minggu ke dua-tiga.
Manifestasi kliniknya: hepatosplenomegali, ikterus, petekie,
meningoensefalitis, khorioretinitis, mikrosefali, dan
miokarditis.
Pencegahan antara lain dengan cara: menjaga kebersihan
perseorangan dan pendidikan kesehatan terutama kontak
dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktifitas
seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani lesiinfeksius.
KESIMPULANBanyak penyakit infeksi intrauterin maupun yang didapat
pada masa perinatal yang berakibat sangat berat pada janin
maupun bayi, bahkan mengakibatkan kematian sehingga
diperlukan tindakan pencegahan baik yang dapat dilakukan
oleh wanita hamil, suami, keluarganya maupun dari pemerintah
sehingga diharapkan didapat generasi penerus yang bermutu
KEPUSTAKAAN
1. Benenson AS (ed). Control of Communicable Disease in Man. 14th ed
The American Public Health Association. Washington DC 20005. 1985.
2. Berge TO. International Catalogue of Arboviruses including CertainOther Viruses of Vertebrates. 2nd ed. US Departement of Health
Education, and Welfare. Public Health Service.
3. Center for Disease Control. Rubella vaccination during pregnancy
United States, 1971-1988.MMWR 38:289, 1989.4. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Profil Kesehatan
Indonesia 2000.5. Ditjen PPM-PLP. Buku Data Tahun 2000-2002. 2003.
6. Editorial. TORCH syndrome and TORCH screening. Lance
1990;.335:1559,
7. Shulman ST, Phair JP, Sommers HM. Dasar Biologis & Klinis PenyakiInfeksi. Wahab AS (terj.). Sutaryo (ed.). Edisi keempat, Gajah Mad
University Press, Yogyakarta. 1992.
8.
Horsfall FL, Tamm, I. Viral and Rickettsial Infections of Man. 4th edIgaku Shoin Ltd, Japan.First printing (Asian ed.) 1966.
A Good friend is worth more than a hundred relations
Cermin Dunia Kedokteran No. 151, 2006 10