Upload
phamthuan
View
224
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
1. Judul Penelitian
Penerapan Multimedia Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan Self
Motivated Learning Mahasiswa PGSD FIP UNY.
2. Mata Kuliah
Pembelajaran Terpadu
3. Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan multimedia pembelajaran terpadu
untuk meningkatkan kemandirian belajar (self motivated learning) mahasiswa
PGSD FIP UNY. Permasalahan yang dihadapi pada mata kuliah pembelajaran
terpadu selama ini adalah rendahnya motivasi dan inisiatif mahasiswa untuk
mencari referensi dan memperdalam wawasan tentang materi perkuliahan
selain yang diberikan dosen pengampu mata kuliah, disisi lain penggunaan
sumber belajar yang dapat menarik minat dan memperkaya wawasan
mahasiswa masih sangat minim. Mendasarkan pada permasalahan tersebut
maka perlu disediakan sumber belajar berbasis komputer (multimedia) yang
dapat dijadikan sebagai sumber belajar mandiri oleh mahasiswa.
Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester VI Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD). Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UNY dengan
menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Tahapan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) persiapan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi.
2
4. Latar Belakang Masalah
Tantangan kehidupan yang semakin kompleks, menghajatkan setiap
individu sekarang ini untuk meningkatkan kapasitas akademik, ketrampilan,
dan kemampuan lain yang bersifat non akademis untuk bisa memenangkan
persaingan. Kondisi tersebut mengakibatkan pula pergeseran paradigma dalam
pembelajaran. Pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan
peserta didik tanpa harus terhalangi oleh sistem dan keterbatasan fasilitas.
Pada masa sekarang ini satu segi yang menguntungkan adalah tersedianya
sumber-sumber belajar yang dapat dipelajari sendiri, tanpa perlu bantuan
orang lain. Sumber-sumber terutama berupa buku yang berbentuk teks
ataupun digital dan media pembelajaran berbasis komputer.
Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang merupakan lembaga pencetak
calon-calon guru Sekolah Dasar dimaksudkan dapat menghasilkan lulusan
sebagai ahli pendidikan dasar yang mampu: (a) memfasilitasi pembentukan
dasar-dasar kepribadian yang kokoh dan cerdas kepada anak-anak; (b)
melakukan tugas pembelajaran literasi pendidikan dasar sebagai alat untuk
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; serta (c) mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan professional dan akademiknya sebagai pendidik
dan guru Sekolah Dasar secara kreatif, produktif dan mandiri dalam sistem
informasi yang ada di dalam masyarakat sehingga selalu dapat menampilkan
kinerja yang unggul. Mendasarkan pada tuntutan tersebut maka perlu
mempersiapkan suatu lingkungan belajar dimana mahasiswa bisa
3
mengesplorasi kemampuannya baik secara mandiri maupun melalui
pendampingan terutama saat mereka akan praktik mengajar disekolah kelak.
Dalam kurikulum Pendidikan Guru Sekolah Dasar telah disepakati ada
satu komponen keterpaduan yang dituangkan dalam mata kuliah Pembelajaran
Terpadu. Secara konseptual, prinsip-prinsip keterpaduan pembelajaran akan
terliput di dalam setiap mata kuliah. Posisi Pembelajaran Terpadu dalam
kurikulum Pendidikan Guru Sekolah Dasar menjadi titik kulminasi dari
prinsip-prinsip mata kuliah sebelumnya, sebagai wahana praktik yang secara
utuh bernuansakan dunia kehidupan sekolah dasar (Tim Pengembang
PGSD,1996: 3).
Mata kuliah ini tergolong dalam kompetensi pedagogik dan terdiri atas 2
sks. Kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa adalah mampu memahami,
merencanakan, dan melaksanakan model-model pembelajaran terpadu untuk
mendukung mata kuliah pada semester berikutnya yaitu Praktik Perkuliahan
Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Sekolah Dasar.
Banyaknya materi yang harus dikuasai oleh mahasiswa tidak
sebanding dengan jumlah satuan kredit semester (sks) mata kuliah, hal ini
diakui oleh dosen-dosen mata kuliah Pembelajaran Terpadu program studi
PGSD FIP UNY yang merasa waktunya tidak cukup untuk menyampaikan
semua materi, sehingga banyak penugasan-penugasan yang diberikan dosen
kepada mahasiswa. Implikasi dari metode yang digunakan dosen, menurut
jajak pendapat yang dilakukan oleh peneliti dengan menyebar angket hasilnya
adalah 20,9% mahasiswa kurang antusias dan berminat mempelajari materi,
4
35,5% mahasiswa kurang mempunyai inisiatif untuk mencari atau
memperdalam wawasan tentang pembelajaran terpadu melalui referensi lain
selain yang diberikan oleh dosen.
Permasalahan lain adalah, ketersediaan sumber belajar di perpustakaan
tentang Pembelajaran Terpadu hanya ada 2 buku teks. Dimana 1 buku teks
terbitan tahun 1994 sehingga contoh-contoh yang diberikan kurang up to date
misalnya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum mengacu pada
kurikulum KTSP. Buku teks lainnya merupakan buku pegangan mata kuliah
yang ditulis oleh salah satu dosen pembelajaran terpadu. Hal ini semakin
memperkuat permasalahan kurang berminat dan rendahnya inisiatif
mahasiswa pada mata kuliah pembelajaran terpadu.
Belajar mandiri merupakan kemampuan dasar manusia, bisa terganggu
dan tidak berkembang disebabkan oleh penyelenggaraan sistem pendidikan
formal tradisional, yang bersifat’ guru sentris’. Penggalian kemampuan
potensial dapat dilakukan dengan penginkorporasian strategi pembelajaran,
beraneka sumber belajar, yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Keaktifan ini secara berantai akan menimbulkan kegembiraan
belajar menumbuhkan niat atau motivasi belajar, dan hasil belajar.
Meningkatnya hasil belajar, dalam arus baliknya akan menumbuhkan
kegembiraan dalam belajar, untuk belajar lebih lanjut. Keseluruhan proses
pembelajaran dapat melatih kemampuan belajar mandiri peserta didik (Haris
mujiman, 2009)
Maka penggunaan multimedia ini menjadi khasanah baru untuk
memperluas akses pengetahuan mereka tentang pembelajaran terpadu, karena
telah dilengkapi dengan materi pengayaan, video, dan animasi sehingga akan
mampu meningkatkan motivasi belajar mereka dan berimplikasi terhadap
kemampuan belajar mandiri mahasiswa.
5
5. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah bagaimana menerapkan multimedia pembelajaran
terpadu untuk meningkatkan kemandirian belajar (self motivated learning)
mahasiswa PGSD FIP UNY?
6. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini meningkatnya kemandirian
belajar (self motivated learning) mahasiswa PGSD FIP UNY pada mata kuliah
pembelajaran terpadu.
7. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik
lembaga PGSD maupun pendidik.
1. Lembaga PGSD
Hasil penelitian dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di Program Studi PGSD FIP UNY melalui penerapan
multimedia pembelajaran berbasis komputer.
2. Bagi Dosen selaku pendidik
a. Hasil penelitian dapat memberikan informasi ilmiah tentang
penerapan multimedia pembelajaran berbasis komputer guna
meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep-konsep
pada mata kuliah Pembelajaran Terpadu.
6
b. Hasil penelitian dapat memberikan informasi ilmiah tentang
keefektifan multimedia pembelajaran berbasis komputer dalam
meningkatkan kemandirian belajar (self motivated learning)
mahasiswa.
3. Bagi mahasiswa
Penelitian ini akan dapat meningkatkan kemandirian belajar (self
motivated learning) mahasiswaPGSD FIP UNY khususnya pada mata
kuliah Pembelajaran Terpadu.
8. Tinjauan Pustaka
1. Kajian tentang Multimedia Pembelajaran
a. Pengertian Multimedia
Istilah multimedia berkenaan dengan penggunaan berbagai jenis/bentuk
media secara berurutan maupun simultan dalam menyajikan suatu informasi.
Merril et.al (1996: 168) memberikan pengertian multimedia merupakan
kombinasi dari berbagai jenis media seperti teks, grafik, suara, animasi dan
video dalam aplikasi komputer. Pengertian yang sama diungkapkan oleh
Steven Hackbarth (1996: 229) yaitu:
Multimedia is suggested as meaning the use of multiple media formats for
the presentation of information, including texts, still or animated graphics,
movie segments, video, and audio information. Computer-based interactive
multimedia includes hypermedia and hypertext. Hypermedia is a computer-
based system that allows interactive linking of multimedia format information
7
including text, still or animated graphic, movie segments, video, and audio.
Hypertext is a non-linier organized and accessed screens of text and static
diagrams, pictures, and tables.
Vaughan (2006: 2) mengatakan bahwa multimedia merupakan kombinasi
teks, seni, suara, animasi, dan video yang disampaikan kepada seorang
(peserta didik) dengan komputer atau peralatan manipulasi elektronik dan
digital yang lain. Melalui gabungan media-media ini pengalaman belajar
menjadi sesuatu yang interaktif yang mencerminkan suatu pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
Sementara Hofstetter yang dikutip Suyanto (2005: 21) multimedia adalah
pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggunakan teks, grafik, audio,
gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link dan tool
yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, dan
berkomunikasi.
Lebih lanjut Hofstetter yang dikutip Suyanto (2005: 21) menyatakan ada
empat komponen penting multimedia; (1) harus ada komputer yang
mengkoordinasikan apa yang dilihat dan didengar, yang berinteraksi dengan
pengguna, (2) harus ada link yang menghubungkan kita dengan informasi, (3)
harus ada alat navigasi yang memandu pengguna menjelajah jaringan
informasi, (4) multimedia menyediakan tempat kepada pengguna untuk
mengumpulkan, memproses, mengomunikasikan informasi dan ide.
8
Apabila salah satu komponen tidak ada, maka bukan multimedia dalam
arti yang luas. Misalnya tidak ada komputer untuk berinteraksi, maka
namanya media campuran, bukan multimedia. Kalau tidak ada alat navigasi
yang memungkinkan kita memilih jalannya suatu tindakan maka namanya
film, bukan multimedia. Demikian juga jika kita tidak mempunyai ruang
untuk berkreasi dan menyumbangkan ide sendiri, maka namanya televisi
bukan multimedia.
Perangkat multimedia dibedakan menjadi perangkat keras dan perangkat
lunak. Alat perangkat keras multimedia adalah alat pengolah data yang
bekerja secara elektronis dan outomatis. Perangkat keras multimedia dapat
bekerja apabila ada unsur manusia yang mengerti tentang alat itu dan dapat
bekerja menggunakan alat itu. Multimedia merupakan suatu sistem karena
merupakan objek yang berhubungan dan bekerjasama untuk menghasilkan
suatu yang diinginkan.
Sistem perangkat keras multimedia terdiri atas empat unsur utama dan satu
unsur tambahan. empat unsur utama terdiri dari; (1) Input Unit; (2) Central
Processing Unit (CPU), (3) Strotage/Memory; (4) Output Unit, dan unsur
tambahannya adalah Comunication Link.
Input unit merupakan bagian yang menerima dan memasukan data dan
instruksi. Central Processing Unit (CPU) merupakan bagian yang
melaksanakan dan yang mengatur instruksi, termasuk menghitung dan
membandingkan. Srotage/Memory merupakan bagian yang berfungsi utuk
mengeluarkan hasil proses. Comunication link merupakan bagian yang
9
berkomunikasi dengan dunia luar. Unsur Multimedia ditunjukkan pada
gambar berikut (Suyanto, 2005: 52).
CENTRAL
CONTROL UNIT
ARTTHETIC &LOGIG UNIT
INPUT UNIT
COMMUNICATION LINK
PRIMARYMEMORY
SECONDARYMEMORY
OUTPUTUNIT
Gambar Unsur Multimedia
(Suyanto, 2005: 52)
Memasukan data dalam komputer multimedia dilakukan dengan
menggunakan sepuluh cara: melalui keyboard, alat penunjuk (poin device),
alat pembaca optis atau magnetis, alat pembaca suara, sistem vision input,
kamera digital, scanner, camcorder, snappy dan kamera web.
Suyanto (2005: 103) mengungkapkan Perangkat lunak multimedia adalah
komponen-komponen dalam data processing system, berupa program-program
untuk mengontrol bekerjanya sistem komputer multimedia. Pada umumnya
istilah perangkat lunak multimedia menyatakan cara-cara yang menghasilkan
hubungan yang lebih efisien antara manusia dan mesin komputer multimedia.
Fungsi perangkat lunak multimedia antra lain mengidentifikasikan program
multimedia dan menyiapkan aplikasi program multimedia sehingga tata kerja
10
seluruh peralatan komputer multimedia jadi terkontrol serta mengatur dan
membuat pekerjaan agar yang berkaitan dengan multimedia lebih efisien.
Berkaitan dengan media pembelajaran untuk membantu pemahaman
peserta didik, komputer dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal, yakni dengan
penemuan dan pemanfaatan mesin mengajar (teaching machine) untuk
menerapkan pengajaran terprogram pada tahun 1950-1960-an hingga
kemajuan bidang teknik komputer mampu menerjemahkan aplikasi kedalam
program CAL (Computer-Assisted Learning), CAI (Computer-Assisted
Instruction), CBT (Computer-Basic Training), dan sebagainya. Semua
program tersebut bertujuan sebagai bantuan dalam pembelajaran.
b. Manfaat multimedia
Media berbasis komputer tentu memiliki manfaat dalam proses
pembelajaran. Yusufhadi Miarso (2004: 473-474) Menyatakan bahwa suatu
media digunakan berdasarkan beberapa asumsi dasar, asumsi tersebut:
1) Penggunaanya tidak hanya menambah atau memperkaya
pengalaman belajar, tetapi menyajikan bahan-bahan pelajaran yang
merupakan bagian integral kurikulum.
2) Bahan-bahan pembelajaran yang akan diberikan harus diprogram
sedemikian rupa hingga memungkinkan peserta belajar untuk memilih dan
menentukan kemajuan pelajarannya sendiri saat diperlukan.
3) Penyajian pembelajaran dapat diterima di semua tempat
pendidikan (sekolah maupun pusat belajar lain).
11
Berdasarkan beberapa asumsi di atas, maka pembelajaran berbasis
komputer dikembangkan karena memiliki manfaat dalam proses pembelajaran
yang dilakukan baik pembelajaran individual maupun pembelajaran di bawah
bimbingan. Ch. Ismaniati (2001: 26-28) mengungkapkan beberapa manfaat
dari pembelajaran berbasis komputer. Manfaat tersebut antara lain:
1) Komputer dapat meningkatkan motivasi peserta didik.
2) Komputer mampu memberikan informasi tentang kesalahan dan jumlah
waktu belajar serta waktu untuk mengerjakan soal-soal kepada peserta
didik.
3) Pembelajaran berbantuan komputer dapat dijadikan salah satu alternatif
untuk mengatasi kelemahan pada pembelajaran berkelompok.
4) Pembelajaran berbantuan komputer dapat membantu peserta didik untuk
trampil memilih bagian-bagian pelajaran yang hendak dipelajarinya.
5) Pembelajaran berbantuan komputer bermanfaat bagi peserta didik yang
seringkali merasa kesulitan untuk mengikuti pembelajaran tradisional.
6) Dengan pembelajaran berbantuan komputer peserta didik tidak merasa
malu jika melakukan kesalahan, karena dalam pembelajaran berbantuan
komputer dialog yang terjadi adalah dialog perseorangan antara peserta
belajar dengan komputer.
7) Pembelajaran berbantuan komputer sangat mendukung pembelajaran
individual, di mana sistem pembelajaran individual dianjurkan dalam
pendidikan modern.
12
Multimedia komputer memungkinkan peserta didik untuk lebih mengenal
dan terbiasa dengan komputer yang saat ini sudah sangat dikenal dan
digunakan oleh banyak orang. Komputer merupakan media penyampai
pembelajaran yang efektif. Hasil riset Beerman, Kathy (1996) menyebutkan
bahwa menggunakan komputer mempunyai efek yang positif terhadap peserta
didik, selengkapnya dikemukakan:
Computer technology offers a powerful and versatile tool that can
dramaticaly change teaching and learning. Research indicates that
instruction via computers results in higher test scores compared to the
conventional method,as well as greater long term retention
Keunggulan pembelajaran dengan menggunakan media berbasis komputer
diungkapkan oleh Latuheru (1988: 122) antara lain: (1) menimbulkan
motivasi bagi mereka untuk lebih menekuni materi yang disajikan; (2) dengan
adanya warna, musik, grafik, yang dianimasi dapat menambahkan realisme,
dan merangsang untuk mengadakan latihan-latihan kerja, kegiatan
laboratorium dan simulasi; (3) kecepatan dalam menaggapi respon
pembelajar, sesuatu yang mengandung nilai-nilai penguat; (4) kemampuan
mengingat secara cepat, tepat, dicatat dengan baik untuk merencanakan
langkah selanjutnya; (5) kemampuan komputer dalam menyimpan dokumen
secara aman, pembelajaran individual dapat dijalankan dengan baik.
Banyak penelitian eksperimen tentang CAI telah dilakukan untuk
mengevaluasi efektifitas berbagai program CAI. Hasil penelitian ini
cenderung menyimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan CAI akan
13
lebih meningkatkan prestasi belajar dibanding dengan paket paket pengajaran
lainnya. Hal ini sesuai hasil penelitian Rasch, Thorrsten (2009)
According to the results, adding pictures to text was neither beneficial nor
harmful for learning. In terms of learning efficiency, however,learning
from text only was more successful than learning from text and pictures.
Interactivity was beneficial for one learning task, but not for the other
task. The visualization format affected participant’s interaction with
pictures, but not the learning outcomes; however this effect was not
influenced by the interactivity. Implication for multimedia design and for
further research are pointed out.
Namun Richard Clark dalam Herman (1995) mengkritik bahwa program
pengajaran seperti CAI bisa saja efektif tetapi dengan hanya menempatkan
materi pelajaran ke dalam komputer secara asal, tidaklah akan meningkatkan
efektivitas pengajaran. Oleh karena itu Simonson dan Thompson dalam
Herman (1995) menyarankan agar pembuatan CAI harus direncanakan dengan
baik dan usaha penelitian saat ini sebaiknya difokuskan pada pemakaian CAI
untuk situasi khusus dan untuk mata pelajaran khusus pula.
Pendapat para pakar media diatas dapat disintesis bahwa media
pembelajaran komputer memegang peranan yang penting dan menjadi salah
satu faktor penentu akan berhasilnya suatu pembelajaran.
2. Kajian tentang Pembelajaran Terpadu
14
a. Pengertian
Pembelajaran Terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu strategi
pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan
untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan
bermakna bagi anak (Atkinson dalam Rbaryans, 2008). Selanjutnya dijelaskan
bahwa dalam Pembelajaran Terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry,
yaitu melibatkan peserta didik mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan
brainstorming dari peserta didik. Dengan pendekatan terpadu peserta didik
didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil
pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon dalam Rbaryans (2008)
menyatakan tentang Pembelajaran Terpadu sebagai berikut: integrated
learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the
driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi
topik atau kejadian, peserta didik belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu
bidang studi pada waktu yang sama.
Pembelajaran Terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai
dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam
proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas
yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga peserta
didik dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-
masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan
15
program DAP yang dikemukakan Bredekamp dalam Rbaryans (2008) pada
proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-
bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi peserta didik sehingga peserta
didik dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berinisiatif sendiri,
melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang
dipilihnya.
Pembelajaran Terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas
untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-
kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan Pembelajaran
Terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini
dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi
merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan peserta didik.
b. Model Pembelajaran Terpadu di Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Robin Fogarty (1991: xv) menyebutkan ada 10 model pembelajaran
terpadu yaitu; (1) Fragmented model, (2) Connected model, (3) Nested Model,
(4) Sequenced model, (5) Shared model, (6) Webbed model, (7) Threaded
model, (8) Integrated model, (9) Immersed model, (10) Networked model. Dari
10 model tersebut hanya tiga model yang memiliki kesusuaian dengan
program studi PGSD yaitu connected model, webbed model dan integrated
model.
1) Model Connected
16
Model ini memfokuskan pada pembuatan hubungan yang jelas dengan
tiap pelajaran, menghubungkan satu topik ke topik berikutnya,
menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya, menghubungkan satu
keterampilan dengan keterampilan yang lain, menghubungkan pekerjaan satu
ke hari berikutnya, atau bahkan ide satu semester dengan semester berikutnya.
Kunci model ini adalah usaha untuk menghubungkan kurikulum dengan
disiplin ilmu dengan asumsi bahwa peserta didik akan mengerti hubungan
secara otomatis. Robin Fogarty (1991: 13) menyatakan “within each subject
area, course content is connected topic to topic, concept to concept, one
year’s work to the next and relates idea(s) explicitly.
Gambar
Model Connected menurut Robin Forgaty (1991: 14)
Model ini dimanfaatkan dari tahap penyatuan kurikulum. Pendidik
mencari hubungan didalam pokok pokok bahasan yang dipilihnya yang
menjadikan lebih mudah untuk mengawali hubungan mata pelajaran yang
terpisah. Seperti mereka yang menjadi ahli pada hubungan gagasan dalam
mata pelajaran. Semua hubungan yang dibuat dapat melakukan kolaborasi
dalam pertemuan-pertemuan kelompok dan teman sejawat menetapkan suatu
iklim perubahan yang kondusif. Mula-mula para pembelajar menggunakan
17
model ini dalam kelas atau menyusun tingkatan kelas yang dapat menjadi
strategi yang penuh keberhasilan untuk mendorong bagi penyatuan model-
model yang komplek lebih lanjut.
2) Model Webbed
Kurikulum webbed menggambarkan pendekatan tematik untuk
mengintegrasikan materi pokok. Secara khas, pendekatan tematik ini untuk
mengembangkan kurikulum yang dimulai dengan tema. Tim lintas bidang
studi membuat sebuah keputusan yang menggunakan tema untuk subyek yang
berbeda. Dalam penerapannya yang lebih rumit, bagian yang berbelit-belit
dalam pelajaran dapat dibangun menjadi terpadu dalam bidang yang relevan.
Robin Fogarty (1991: 53) menyatakan ”A fertile theme is webbwd to
curriculum contents and disciplines; subjects use the theme to sift out
appropriate concepts, topics, and ideas. Model webbed dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar
Model Webbed menurut Robin Forgaty (1991: 54)
3) Model Integrated
18
Model kurikulum yang menunjukkan pendekatan dari antar cabang
ilmu pengetahuan mirip dengan model shared. Model ini menekankan pada
empat disiplin mayor dengan menata prioritas kurikulum pada setiap bagian
dan menemukan skill, konsep dan sikap dalam empat bagian. Seperti pada
model shared, pemaduan adalah hasil dari penyaringan ide dari isi suatu
materi pelajaran, bukan meletakkan ide pada subyek-subyek itu seperti yang
ada dalam pendekatan tema webbed. Robin Fogarty (1991: 75) menyatakan
model integrated ”this interdisciplinary approach matches subjects for
overlaps in topics and concepts with some team teaching in an authentic
integrated model. Konsep model integrated secara utuh dapat lihat pada
gambar berikut ini:
Gambar
Model Integrated menurut Robin Forgaty (1991: 76)
3. Kajian Motivasi Belajar Mandiri
Haris Mudjiman (2008:7) mengungkapkan yang dimaksud dengan belajar
mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk
menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun
19
dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Wedemeyer
(1973) dalam Deni (2008:168) menjelaskan bahwa belajar mandiri adalah cara
belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan
yang lebih besar kepada pembelajar dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan belajarnya.
Dalam belajar mandiri, peserta didik perlu mengetahui (1) tujuan atau
hasil belajar yang ingin dicapai, (2) mata ajar tema, topik atau isu yang akan di
pelajari, (3) sumber-sumber belajar dan metode yang akan digunakan dan (4)
bagaimana serta dalam hal apa keberhasilan belajar akan diuji (dinilai).
Pengertian senada juga disampaikan oleh Knowles (1975), belajar mandiri
adalah suatu proses dimana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa
bantuan orang lain untuk, (1) mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri, (2)
merumuskan/ menentukan belajarnya sendiri, (3) mengidentifikasi sumber-
sumber belajar, (4) memilih dan melaksanakan strategi belajarnya sendiri, (5)
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Sedangkan Haris Mudjiman (2008:9)
menyusun anatomi konsep belajar mandiri terdiri dari kepemilikan kompetensi
tertentu sebagai tujuan belajar; belajar aktif sebagai strategi belajar untuk
mencapai tujuan; motivasi belajar sebagai prasyarat berlangsungnya kegiatan
belajar; dan paradigma konstrutivistik sebagai landasan konsep.
20
Konstrutivisme
MotivasiBelajar
Belajar Aktif
Kompetensi
Gambar Anatomi konsep belajar mandiri
Haris Mudjiman (2008:10)
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
pendidikan dengan sisitem belajar mandiri, peserta didik diberikan
kemandirian (baik kelompok maupun individu) dalam menentukan, (1) tujuan
belajarnya (apa yang harus docapai), (2) apa saja yang harus dipelajari dan
dari mana sember belajarnya (materi dan sumber belajarnya), (3) Bagaimana
mencapainya (strategi belajar) dan (4) kapan serta bagaimana keberhasilan
belajarnya diukur (dievaluasi).
Belajar mandiri juga tidak dapat dipandang sebagai sesuatu yang diskrit,
tetapi merupakan sesuatu yang kontinum. Inti dari konsep belajar mandiri
terletak pada otonomi belajarnya. hal ini dapat di artikan semakin besar
derajat otonomi dan kemandirian (peran kendali, inisiatif atau pengambilan
keputusan) diberikan oleh suatu lembaga pendidikan (tenaga pendidik)
kepada peserta didik dalam menentukan komponen diatas, maka semakin
21
tinggi derajat sistem belajar mandiri yang diberikan oleh suatu lembaga
pendidikan tersebut.
Moore (1997) yang di kutip oleh Keegan (1990) menyatakan derajat
kemandirian belajar yang di berikan kepada peserta didik dapat dilihat dari
tiga aspek, (1) kemandirian dalam menentukan tujuan, apakah penentuan
tujuan belajar ditentukan oleh pendidik atau peserta didik, (2) kemandirian
dalam menentukan metode belajar dan media serta (3) kemandirian dalam
mengevaliasi hasil belajar.
9. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) pada mata kuliah pembelajaran terpadu jurusan
pendidikan guru sekolah dasar FIP UNY.
2. Model Penelitian
Model penelitian merupakan pentahapan atau siklus-siklus yang
menggambarkan bagaimana penelitian akan dilaksanakan. Penelitian tindakan
kelas ini akan menggunakan model penelitian tindakan yang dikemukakan
oleh Kemmis (Suwarsih Madya, 1994). Prosedur penelitian tersebut
divisualisasikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :
22
Gambar 3. Proses Penelitian Tindakan
Penelitian direncanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari:
1. Perencanaan,
2. Tindakan dan Observasi,
3. Refleksi.
Uraian mengenai ketiga aspek pokok dalam siklus penelitian tindakan
kelas di atas akan dipaparkan dalam penjelasan berikut ini:
1. Perencanaan
Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah yang terjadi di
lapangan dengan mendasarkan pada belajar mengajar dan hasil belajar
pada semester sebelumnya, dan kemudian merancang tindakan yang akan
dilakukan. Langkah berikutnya dengan merencanakan langkah-langkah
Keterangan rencana penelitian: Siklus I: 1. Perencanaan I 2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I Siklus II : 4. Revisi Rencana I dan Perencanaan II
5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi II
Siklus III: 7. Rencana Revisi II dan Perencanaan III 8. Tindakan dan Observasi III
9. Refleksi III
23
belajar mengajar (menyusun RPP) dan merancang instrumen berupa
angket, dan soal.
Pada tahap ini, dosen akan mendiskusikan dan merencanakan
bersama materi yang akan disampaikan dengan menggunakan multimedia
pembelajaran. Setelah itu, bersama-sama peneliti dan mahasiswa sebagai
kolaborator.
2. Tindakan dan observasi
Dalam Suwarsih Madya (1994) mengatakan bahwa tindakan
dilaksanakan pemecahan masalah sebagaimana yang telah direncanakan.
Tindakan ini dipandu oleh perencanaan yang telah dibuat dalam arti
perencanaan tersebut dilihat sebagai rasional dari segala tindakan itu.
Namun, perencanaan yang dibuat tadi harus bersifat fleksibel dan terbuka
terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Jadi, tindakan
bersifat tidak tetap dan dinamis, yang memerlukan keputusan yang cepat
tentang apa yang diperlukan.
Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati
pelaksanaan tindakan. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang
dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang
dilaksanakan berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan
dasar bagi kegiatan refleksi yang lebih kritis. Proses tindakan, pengaruh
tindakan yang disengaja dan tidak disengaja, situasi tempat tindakan
24
dilakukan dan kendala tindakan semuannya dicatat dalam kegiatan
observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka.
Masalah yang penting diobservasi adalah tentang kemandirian
belajar mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi mereka dengan
menggunakan multimedia yang telah dikembangkan sebelumnya.
3. Refleksi
Dalam Suwarsih Madya (1994), refleksi adalah mengingat dan
merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat
dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan,
dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik. Refleksi
mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi
sosial, dan memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan
itu. Refleksi memiliki aspek evaluatif yang meminta peneliti tindakan
untuk menimbang-nimbang pengalamannya untuk menilai apakah
pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan
saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan.
Refleksi dilakukan oleh dosen dan mahasiswa sebagai upaya untuk
saling mengkoreksi beberapa kegagalan yang terjadi selama pelaksanan
tindakan dalam siklus I. Pada tahap dosen juga merencakan kembali
materi yang akan disampaikan pada siklus berikutnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
25
Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan tes masing-masing
materi yang disampaikan, dan pengumpulan data kualitatif dilakukan
dengan teknik observasi. Penjelasan tes dan teknik observasi akan
dipaparkan berikut ini.
1. Tes
Tes dalam penelitian ini dilakukan setelah dosen selesai
menyampaikan suatu materi. Tes bertujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman konsep suatu materi yang berhubungan dengan materi
pembelajaran terpadu yang telah disampaikan dengan menggunakan
multimedia pembelajaran berbasis komputer.
Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara,
yaitu yang pertama adalah pengamatan proses belajar mengajar secara
langsung yang dilakukan oleh dosen yang sekaligus bertindak sebagai
peneliti. Cara observasi kedua adalah pengamatan mahasiswa terhadap
proses belajar mengajar yang menggunakan multimedia. Pengamatan
mahasiswa dilakukan dengan cara mengisi angket yang telah disediakan
oleh peneliti. Angket terdiri dari pertanyaan tertulis yang memerlukan
jawaban tertulis.
4. Instrumen Penelitian
Penelitian ini akan menjaring dua data yaitu data kuantitatif. Data
diperoleh dengan menggunakan instrumen yang berupa kemandirian
belajar. Sedangkan data yang berupa tanggapan, sikap, perhatian
26
mahasiswa yang diperoleh melalui observasi selama tindakan berlangsung
dengan menggunakan instrumen angket. Wawancara dilakukan hanya
sebagai informasi tambahan.
Data-data yang diambil untuk menilai aspek kemandirian belajar
mahasiswa, yaitu :
1. Pengamatan langsung di lapangan (di dalam kelas) oleh guru, peneliti,
dan mahasiswa sebagai kolaborator.
2. Melalui angket atau kuesioner yang dibagikan kepada siswa.
3. Melakukan wawancara langsung dengan siswa.
5. Teknik dan Analisis Data
Analisis data dilakukan pada setiap siklus. Data yang diperoleh
mengenai kesadaran masalah sosial dengan menggunakan proses analisis
data kualitatif seperti yang dideskripsikan oleh Milles dan Huberman
(melalui David Hopkins, 1993:159) dengan langkah-langkah sebagai
berikut: reduksi data, pemaparan (display) data dan penyimpulan
(verifikasi). Sementara itu, data yang berupa hasil tes akan dianalisis
menggunakan statistik deskriptif.
27
Penyajiandata
Pengumpulan data
Reduksi data
Penarikan kesimpulan
Gambar 4: Komponen-komponen Analisis Data
Model Interaktif Miles & Huberman
28
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Deskripsi subyek penelitian
Pembelajaran Terpadu merupakan salah satu mata kuliah wajib tempuh oleh
mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP UNY. Mata
kuliah ini tergolong dalam kompetensi pedagogik dan terdiri atas 2 sks. Setiap
mahasiswa PGSD akan mendapatkan mata kuliah pembelajaran terpadu yaitu pada
semester VII, namun dalam penelitian kali ini subyek penelitian hanya dibatasi pada
kelas VII B dengan jumlah mahasiswa 43 orang yang terdiri dari 23 mahasiswa
perempuan dan 20 mahasiswa laki-laki.
Chart jenis kelamin
Kemampuan akademis mahasiswa jika dilihat dari IPK rata-rata cukup bagus,
selain itu ditunjang dengan fasilitas mereka miliki, dalam 1 kelas sebanyak 80
persen mahasiswa mempunyai laptop merupakan salah satu pendukung dalam
penggunaan multimedia sebagai salah satu sumber belajar yang digunakan pada
mata kuliah ini.
29
B. Hasil Penelitian
1. Pengamatan Awal dan Perencanaan
Sebelum dilakukan tindakan, peneliti melakukan analisis permasalahan.
Pengamatan awal dilakukan sebagai suatu studi kelayakan untuk mengetahui
apakah permasalahan yang akan diteliti merupakan masalah riil dan benar-benar
ada di lapangan yang menuntut untuk segera diselesaikan. Permasalahan tersebut
adalah kemampuan belajar mandiri mahasiswa diawal masih menunjukkan
prosentasi 35,5 persen dalam hal mencari sumber informasi selain yang diberikan
dosen. Berdasarkan hasil wawancara diawal, mahasiswa belajar hanya jika ada
tugas atau ujian. Kemauan untuk memahami dan maenganalisis materi lebih lanjut
secara mandiri masih rendah.
Selain melakukan pengamatan awal, untuk memudahkan dalam
pelaksanaan tindakan maka dibuatlah suatu perencanaan. Perencanaan
pembelajaran yang dibuat tertuang dalam bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) meliputi: menentukan kompetensi dasar yang akan dicapai,
menentukan indikator atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai, pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, materi pelajaran yang akan disampaikan,
memilih strategi atau metode pembelajaran yang efektif serta menentukan media
atau sumber belajar yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
dalam hal ini multimedia pembelajaran .
Melalui perencanaan yang matang, diharapkan dalam pelaksanaan
tindakan tidak menemui hambatan-hambatan yang dapat meghalangi tercapainya
tujuan penelitian. Selain itu, akan mempermudah dalam menentukan keberhasilan
30
tindakan yang dilaksanakan. Perencanaan juga dapat dijadikan panduan dalam
pelaksanaan tindakan, sehingga penelitian yang dilakukan tidak jauh melenceng
dari tujuan penelitian untuk mengimplementasikan sebuah pendekatan
pembelajaran dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar mandiri mahasiswa.
2. Siklus 1
a. Hipotesis tindakan
Pada siklus pertama, hipotesis tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut:
1) Melalui penerapan multimedia pada mata kuliah pembelajaran terpadu
akan meningkatkan motivasi belajar mahasiswa
2) Melalui penerapan multimedia pada mata kuliah pembelajaran terpadu
akan meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa.
b. Pelaksanaan siklus 1
1) Pertemuan 1
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu, 21 April 2010 pada jam 11.00
s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama
pertemuan ke-1 ini adalah sebagai berikut:
Dosen pada kontrak perkuliahan telah menyampaikan kompetensi yang
harus dicapai, strategi perkuliahan, sistem evaluasi dan sumber belajar pada
mata kuliah pembelajaran terpadu. Lebih khusus sumber belajar yang
digunakan adalah multimedia, sehingga perkuliahan akan banyak dilakukan
di laboratorium komputer. Selanjutnya dosen membagikan multimedia
31
kepada mahasiswa sebagi sumber belajar yang bisa dipelajari sendiri dirumah
atau dikampus jika mereka memiliki waktu luang. Hal ini untuk menstimulus
kemampuan belajar mandiri mahasiswa
Mahasiswa cukup antusias dengan multimedia yang diberikan, karena baru
pertama kali menggunakannya sebagai sumber belajar yang biasanya hanya
buku teks. Pada pertemuan pertama dosen masih memberikan materi tentang
konsep dasar pembelajaran terpadu sambil menunjukkan tentang cara
penggunaan multimedia.
Mahasiswa tampak antusias untuk membuka menu-menu lain, sambil
bertanya bagaimana menggunakannya. Pada akhir perkuliahan dosen
memberikan pertanyaan tentang materi yang belum mereka pahami,
mahasiswa tidak ada yang bertanya, kemudian dosen memberi tugas untuk
membaca bab berikutnya yaitu model-model pembelajaran terpadu yaitu
conected, webbed, dan integrated.
2) Pertemuan 2
32
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Rabu, 28 April 2010 pada jam
11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus
pertama pertemuan ke-2 ini adalah sebagai berikut:
Dosen pada awal perkuliahan memberikan apersepsi dengan
menanyakan materi yang telah dipelajari minggu lalu. Sebagian
mahasiswa bisa menjawab, sebagaian yang lain lupa. Kemudian dosen
bertanya lagi apakah mereka sudah mempelajari multimedia yang
diberikan. Ternyata hampir semua mahasiswa menjawab belum. Hal ini
mengindikasikan bahwa mereka kurang mempunyai kesadaran belajar
yang tinggi. Kemudian dosen mengajak mahasiswa belajar di laboratorium
komputer dan meminta mereka untuk mempelajari terlebih dahulu materi
tentang model-model pembelajaran terpadu. Tampilan materi seperti
berikut ini
Gambar
Setelah diberi waktu 20 menit, dosen memberi kesempatan untuk bertanya
hal-hal apa yang belum mereka pahami. Ternyata tak ada satupun yang
33
bertanya, mereka merasa sudah bisa memahami. Karena tidak ada
pertanyaan dari mahasiswa. Dosen menjelaskan kembali dan merangkum
tentang model-model pembelajaran terpadu. Beberapa mahasiswa terlihat
kurang antusias dan ada yang mengantuk.
3) Pertemuan 3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Rabu, 5 Mei 2010 pada
jam 11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada
siklus pertama pertemuan ke-3 ini adalah sebagai berikut:
Dosen merencanakan pembelajaran untuk mengaktifkan
mahasiswa setelah melihat kurangnya antusiasme dalam mengikuti
perkuliahan dan membaca materi yang telah ada di multimedia. Maka
pada pertemuan ini dosen memberi tugas untuk membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seperti yang telah dicontohkan dalam
multimedia. Dosen mendampingi sambil mengecek pemahaman mereka
apakah sudah bisa menganalisis masing-masing perbedaan antar model.
Mahasiswa mulai bersemangat untuk membaca kembali dan
mencoba menuangkan apa yang mereka pahami ke dalam RPP. Pemberian
tugas ini ternyata cukup efektif untuk memancing pertanyaan-pertanyaan.
Karena banyak pertanyaan tentang model pembelajaran terpadu, sampai
akhir kuliah mahasiswa belum bisa menyelesaikan dan dilanjutkan di
rumah untuk dikumpulkan minggu depan.
34
4) pertemuan 4
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Mei 2010 pada jam
11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus
pertama pertemuan ke-4 ini adalah sebagai berikut:
Pada awal perkuliahan dosen memberikan apersepsi dengan bertanya
apa perbedaan masing-masing model pembelajaran terpadu, secara konsep
sebagian besar mahasiswa bisa menjawab dengan benar. Hanya pada
implementasi pembuatan RPP mereka masih banyak yang bingung dengan
model integrated. Dosen mmberikan penjelasan kembali tentang model
tersebut. Mahasiswa yang mendapat undian untuk membuat RPP model
integrated meminta waktu untuk merevisi karena masih salah. Dosen
bertanya “mengapa tidak bertanya pada rentang waktu 1 minggu kemarin”,
mereka menjawab “karena baru mengerjakan kemarin bu”.
Pada pertemuan ini dosen ingin memastikan juga bahwa mahasiswa
telah benar-benar mempelajari materi-materi yang telah diberikan
beberapa minggu lalu. Dosen memerintahkan mahasiswa menuliskan
materi – materi yang telah dipahami dikertas masing-masing dalam waktu
15 menit. Sampai pada waktu 15 menit ternyata hanya beberapa
mahasiswa yang menuliskan itupun hanya beberapa kalimat. Ketika dosen
bertanya “ apakah mereka lupa dengan materi-materi yang telah dipelajari,
serentak mereka menjawab “iya bu, karena kami tidak membaca”. Dosen
bertanya mengapa tidak membaca? Mereka mengatakan “ agak ribet bu
kalau harus membuka laptop dulu atau bagi yang tidak mempunyai laptop,
35
harus pinjamke teman terlebih dahulu”. Dosen memberikan motivasi
untuk membaca paling tidak ketika akan kuliah, agar apa yang belum bisa
dipahami bisa ditanyakan saat perkuliahan. Kemudian dosen meminta
tugas RPP untuk dkumpulkan.
c. Observasi dan hasil
Setelah dilakukan pengamatan dari hasil pelaksanaan tindakan siklus
pertama, dapat diperoleh hal-hal sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan tindakan siklus pertama
menunjukkan bahwa kemandirian mahasiswa masih rendah, tetapi motivasi
diri mereka tergolong tinggi. Hal ini bisa dilihat dari tabel indikator sebagai
berikut ini:
No Item Prosentase (%)
Tidak Kadang Ya
1 Menyempatkan membaca CD 34 60 5,7
2 Antusias membaca CD 11,4 68,6 20
3 Selalu menyempatkan refleksi 45,7 42,9 11,4
4 Mengagendakan untuk belajar 20 57,1 22,9
5 Ke warnet mencari literatur 2,9 48,6 48,6
6 Sering berdiskusi dengan teman 0 51,4 48,6
7 Sering bertanya ke dosen 68,6 28,6 2,9
8 Mencari bantuan jika ada kesulitan 0 25,7 74,3
9 Membaca CD jika ada kuliah 25,7 37,1 37,1
10 Menggunakan referensi hanya dari CD 80 20 0
Motivasi diri sangat terkait dengan kemandirian belajar, maka dalam hal ini
peneliti mencoba untuk memotret bagaimana motivasi belajar mahasiswa
dilihat dari indikator berikut ini:
36
No Item Prosentase (%)
Tidak Kadang Ya
1 Memperoleh nilai bagus merupakan
sesuatu yang saya harapkan
0 8,6 91,4
2 Mempelajari semua mata kuliah hal
penting
2,9 11,4 85,7
3 Hal terpenting adalah memperoleh IPK
tinggi
5,7 37,1 57,1
4 Tertarik dengan materi bahasan mata
kuliah
2,9 91,4 5,7
5 Menyelesaikan membaca CD merupakan
hal yang memuaskan
25,7 57,1 17,1
6 Materi pembelajaran terpadu bermanfaat
bagi saya
0 5,7 94,3
7 Menghabiskan banyak waktu untuk belajar 2,9 91,4 5,7
8 Yang terpentig bagi saya adalah ilmu
bukan nilai
0 20 80
Pada siklus pertama ini, mahasiswa ternyata belum menunjukkan kemauan
belajar yang tinggi bisa dilihat dari prosentase intensitas mengagendakan
untuk belajar hanya 22,9%, yang lain hanya kadang-kadang bahkan tidak
sama sekali. Dalam proses perkuliahan dosen memberikan sumber belajar
berupa multimedia dengan harapan mahasiswa bisa mempelajari sendiri dan
mempermudah mereka dalam belajar. Multimedia ini telah diteliti
sebelumnya dan hasilnya mampu meningkatkan motivasi belajar.
Kemauan membaca materi merupakan hal penting bagi mahasiswa untuk
bisa memahami materi. Hasil dari angket kemauan membaca mahasiswa juga
masih tergolong rendah hal ini bisa dilihat dari prosentase yang
menyempatkan membaca hanya 5,7 % dan antusiasme dalam membaca
hanya 20% bahkan ketika akan kuliah pun hanya 37% yang mau membaca.
Kemampuan untuk mengelaborasi pemahaman mereka jika dilihat dari tes
yang dilakukan dosen pada pertemuan ke-4 masih menunjukkan hasil yang
37
kurang memuaskan. Mahasiswa yang mempunyai pemahaman materi yang
baik hanya 20%. Jika melihat kemauan mereka bertanya jika ada kesulitan
dengan dosen hanya 2,9%. Mahasiswa lebih suka berdiskusi dengan
temannnya. Sementara banyak mahasiswa atau temannya masih belum bisa
memahami materi sepenuhnya.
Secara umum hasil dari kemampuan belajar mandiri mahasiswa yang
berada ditingkat sedang sebanyak 65,7%, sedangkan yang mempunyai
kemampuan belajar mandiri tinggi sebesar 34,3%. Seperti yang terlihat pada
tabel dibawah ini:
83.2153.16%73.33
46.84%
Mean
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
Motivated Learning
0.00
Self Learning
38
d. Refleksi
Setelah siklus pertama penelitian tindakan ini dilakukan, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Langkah refleksi dilakukan
dengan melakukan perenungan terhadap semua yang terjadi selama tindakan
dilaksanakan. Hal itu bisa dilakukan dengan cara membandingkan antara
keadaan sebelum dan setelah dilakukan tindakan. Apakah terjadi suatu
peningkatan hasil belajar mahasiswa dan kemandirian belajarnya. Refleksi
juga dilakukan melalui sebuah perenungan apakah dengan penggunaan
multimedia terjadi peningkatan kemandirian belajar mahasiawa.
Dari hasil refleksi yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang
didapatkan selama pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Beberapa hal
tersebut terkait dengan kriteria keberhasilan tindakan. Kriteria tersebut
digunakan untuk mempertimbangkan dan memberikan makna terhadap apa
yang telah dicapai setelah pelaksanaan tindakan. Sesuai dengan kriteria
penelitian yang telah ditentukan maka dapat ditemukan hal-hal sebagai
berikut selama penelitian tindakan ini dilakukan:
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tersebut di atas dapat
dikatakan bahwa mahasiswa belum menggunakan multimedia secara optimal
sehingga hal ini mempengaruhi pemahaman mereka terhadap materi yang
diajarkan. Beberapa persoalan disebabkan ketidaksiapan mereka pada
perubahan cara belajar dari campus based study menjadi home based study
dengan menggunakan multimedia yang cenderung membutuhkan waktu
39
karena harus membuka komputer terlebih dahulu, berbeda dengan buku yang
bisa dibawa kemana-mana.
Permasalahan lain disebabkan pada siklus pertama dosen belum
menerapkan variasi strategi, jadi hanya menggunakan multimedia sebagai
sumber belajar utama. Peggunaan metode ceramah dan tanya jawab masih
mendominasi dalam perkuliahan. Hal ini berdampak pada antusiasme
mahasiswa dalam pembelajaran.
3. Siklus 2
a. Hipotesis tindakan
Pada siklus kedua, hipotesis tindakan yang diajukan adalah sebagai berikut:
1) Melalui penerapan multimedia dengan berbagai variasi metode akan
meningkatkan keaktifan dan kemauan belajar mahasiswa dalam proses
perkuliahan.
2) Melalui penambahan penugasan untuk memperkuat konsep pembelajaran
terpadu maka akan meningkatkan pemahaman dan hasil belajar
mahasiswa.
b. Pelaksanaan siklus 2
Pada siklus kedua ini materi dan kompetensi yang harus dicapai
mahasiswa berbeda dengan siklus pertama. Peneliti mencoba menerapkan
menerapkan multimedia dengan variasi strategi. Dengan begitu peneliti akan
mendapatkan data yang lebih mendukung bahwa penerapan multimedia
pembelajaran terpadu dapat meningkatkan proses dan hasil perkuliahan.
40
Adapun kompetensi dasar yang akan dicapai mahasiswa pada
siklus kedua ini yaitu mengimplementasikan model-model pembelajaran
terpadu. Dari kompetensi dasar tersebut, indikator atau tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai adalah: (1) Mahasiswa mampu mengimplementasikan
pembelajaran terpadu model webbed; (2) Mahasiswa mampu
mengimplementasikan pembelajaran terpadu model connected; (3) Maha
siswa mampu mengimplementasikan pembelajaran terpadu model integrated.
Waktu yang dialokasikan dalam pelaksanaan siklus kedua ini
adalah 4 kali pertemuan. Adapun deskripsi dari masing-masing kegiatan dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Pertemuan 1
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu, 26 mei 2010 pada
jam 11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada
siklus kedua pertemuan ke-1 ini adalah sebagai berikut:
Dosen memberikan apersepsi dengan mengulas tugas yang telah
dikumpulkan minggu lalu. Sebagian besar untuk yang model webbed
sudah benar hanya indikator masih belum operasional. Setelah memberi
penjelasan maka skenario pembelajaran selanjutnya adalah meminta
mereka untuk melihat tayangan video tentang contoh pembelajaran
terpadu model webbed seperti berikut ini:
41
Mahasiswa diminta menganalisis dari tayangan video tersebut, dan
mendiskusikan secara kelompok. Tujuan dari menayangkan video ini
adalah untuk memberikan contoh konkrit bagaimana mengajar dengan
model webbed atau tematik. Hasil diskusi kelompok adalah mahasiswa
mengkritisi bahwa pelaksanaannya sepertinya akan sulit nantinya di SD
karena masih terjadwal sesuai mata pelajaran bukan berbasis tema. Maka
solusinya adalah tetap membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dalam
bentuk tematik tapi pelaksanaannya tetap mengacu jadwal mata pelajaran.
Tayangan video tersebutjuga untuk memberikan contoh untuk simulasi
minggu berikutnya.
2) Pertemuan 2
Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Rabu, 2 Juni 2010 pada jam
11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus
kedua pertemuan ke-2 ini adalah sebagai berikut:
Perencanaan pembelajaran pada pertemuan ke dua ini adalah untuk
pencapaian kompetensi bahwa mahasiswa mampu mengimplementasikan
model-model tersebut pada konteks pembelajaran di Sekolah Dasar.
Mahasiswa memparaktekkan rencana pembelajaran yang telah mereka
buat dengan durasi waktu 15menit. Sebagian besar mahasiswa yang
42
praktik telah menunjukkan performance yang cukup bagus, hal ini
ditunjukkan dari pemilihan metode dan media yang tepat untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditulis dalam rencana pembelajaran.
Mahasiswa lain yang bermain peran sebagai siswa pun cukup antusias
dalam merespon. Walaupun masih ada catatan dalam rencana
pembelajarannya dan masih perlu dibenahi.
Gambar simulasi mahasiswa
3) Pertemuan 3
Pertemuan ke-3 dilaksanakan pada hari Rabu, 9 juni 2010 pada jam
11.00 s/d 12.40. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada siklus
kedua pertemuan ke-3 ini adalah sebagai berikut:
Perencanaan pembelajaran pada pertemuan ke tiga ini adalah
masih melanjutkan untuk pencapaian kompetensi bahwa mahasiswa
mampu mengimplementasikan model-model tersebut pada konteks
pembelajaran di Sekolah Dasar. Pada pertemuan minggu lalu mahasiswa
yang praktik mengajar telah menggunakan tiga model pembelajaran
terpadu yaitu connected, webbed, dan integrated sehingga mahasiswa
yang praktik pada pertemuan minggu ini telah mendapat gambaran secara
43
konkrit tentang bagaimana perencanaan dan pelaksanaan pembelajarannya.
Sehingga kekurangan bisa diminimalisir. Walaupun tetap masih ada
mahasiswa yang salah karena kurang memperhatikan. Tetapi secara umum
semuanya sudah cukup bagus dan sesuai dengan rambu-rambu
pelaksanaannya.
Melalui praktik mengajar dengan menggunakan tiga model
pembelajaran tersebut, mahasiswa lebih antusias dalam pembelajaran dan
merasa tidak monoton. Mereka bahkan mendapat inspirasi untuk mengajar
kelak ketika pelaksanaan PPL di sekolah. Dampak lainnya adalah adanya
sikap kompetisi yang sehat karena masing-masing ingin menunjukkan
yang terbaik, maka mereka berusaha untuk membuat pembelajaran
semenarik mungkin misalnya dengan bermain peran sehingga melibatkan
partisipasi siswa, kemudian dengan menggunakan juga media kartu dan
gambar.
4) Pertemuan 4
Pertemuan ke-4 dilaksanakan pada hari Rabu, 16 juni 2010 pada
jam 08.10 s/d 09.20. Adapun deskripsi dari pelaksanaan tindakan pada
siklus kedua pertemuan ke-4 ini adalah sebagai berikut:
44
Pencapaian kompetensi mahasiswa dalam mengimplementasikan
model-model pembelajaran terpadu sudah cukup bagus. Hanya peneliti
perlu memastikan pemahaman mereka secara teoritik karena melihat
indikasi dari hasil siklus 1 bahwa mereka kurang bisa memahami apa yang
telah tertulis dalam multimedia. Dalam hal ini peneliti menggunakan
strategi active learning dengan teknik say your knows kepada teman
sebangkunya. Jadi mereka harus memberi tahu apa saja yang telah mereka
pahami dalam multimedia tersebut kepada temannya secara berpasangan.
Setelah mereka menjelaskan apa yang mereka pahami dari materi
multimedia secara bergantian. Kemudian masing-masing memberikan
pertanyaan sebanyak 5. Hal ini dimaksudkan juga untuk mengetahui
sejauhmana kemampuan analisis mereka. Setelah selesai, peneliti bertanya
pada mahasiswa siapa yang mampu menjawab semuanya benar. Ternyata
ada 4 pasang yang berhasil menjawab semua pertanyaan. Kemudia dari 4
pasang ini diambil 2 yang terbaik untuk berkompetisi. Kompetisi ini
adalah saling memberi pertanyaan pada lawan. Akhirnya kompetisi ini
dimenangkan oleh tim kanan yang diwakili oleh saudari isnaini.
Dari hasil pengamata peneliti melihat pertanyaan dan kualitas
jawaban pada saat kompetisi maupun pada saat teknik say your knows
(semuanya berpasangan), materi-materi dalam multimedia tidak semua
45
dapat dipahami dengan baik hanya beberapa materi saja. Indikator lain
adalah terjadinya pengulangan pertanyaan saat berpasangan, kompetisi 4
pasang, dan kompetisi antar kelompok.
Peneliti kemudian bertanya, apakah mereka sering membaca secara
mandiri multimedia yang telah diberikan. Hampir semuanya menjawab
kadang-kadang. Bahkan ketika pelaksaan praktik mengajar, mereka
hampir tidak pernah membuka, dengan alasan karena mempersiapkan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan media yang harus mereka buat.
Maka untuk mengatasi hal ini, peneliti memberikan tugas untuk membuat
peta konsep untuk mempertajam pemahaman mereka dengan kreasi
masing-masing supaya mudah dalam belajar. Hasilnya dikumpulkan
minggu berikutnya.
c. Observasi dan hasil
Setelah dilakukan pengamatan dari hasil pelaksanaan tindakan siklus
pertama, dapat diperoleh hal-hal sebagai berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan tindakan siklus kedua
menunjukkan bahwa secara rata-rata mengalami kenaikan kemampuan belajar
46
mandiri mahasiswa yaitu mahasiswa yang berada pada kemampuan sedang
sebesar 42,9 % dan yang berada pada kemampuan tinggi sebesar 57,1% .
No Item Prosentase (%)
Tidak Kadang Sering
1 Menyempatkan membaca CD 22,9 65,7 11,4
2 Antusias membaca CD 20 65,7 14,3
3 Selalu menyempatkan refleksi 5,7 94,3 0
4 Mengagendakan untuk belajar 31,4 51,4 17,1
5 Ke warnet mencari literatur 8,6 31,4 60
6 Sering berdiskusi dengan teman 2,9 57,1 40
7 Sering bertanya ke dosen 60 28,6 5,7
8 Mencari bantuan jika ada kesulitan 0 25,7 74,3
9 Membaca CD jika ada kuliah 11,4 45,7 42,9
10 Menggunakan referensi hanya dari CD 68,6 11,4 20
Pada siklus kedua ini, tidak menunjukkan kenaikan yang berarti
darimasing-masing item. Dilihat dari prosentase intensitas mengagendakan
justru turun menjadi 17,1%, yang lain hanya kadang-kadang bahkan tidak
sama sekali. Dalam proses perkuliahan dosen memberikan sumber belajar
berupa multimedia dengan harapan mahasiswa bisa mempelajari sendiri
dan mempermudah mereka dalam belajar. Multimedia ini telah diteliti
sebelumnya dan hasilnya mampu meningkatkan motivasi belajar.
Kemauan membaca materi merupakan hal penting bagi mahasiswa
untuk bisa memahami materi. Hasil dari angket kemauan membaca
mahasiswa terjadi kenaikan yaitu 11,4 % dan antusiasme dalam membaca
hanya 14,3% sedangkan kemauan membaca ketika ada tugas kuliah
terjadi kenaikan yaitu 42,9%. Kemauan mereka bertanya jika ada kesulitan
dengan dosen naik menjadi 5,7%. Mahasiswa tetap lebih suka berdiskusi
dengan temannnya.
47
Pada siklus kedua ini kompetensi yang ditekankan adalah
Kemampuan untuk mengimplementasikan model-model pembelajaran
terpadu,dari hasil simulasi diperoleh nilai rata-rata 75. Dari aspek tersebut
sebenarnya kemampuan belajar mahasiswa cukup baik, hanya jika dilihat
dari kemauan dan antusiasme belajar belum menunjukkan hasil yang
memuaskan.
d. Refleksi
Seperti siklus sebelumnya, pada siklus kedua setelah semua
langkah dalam penelitian tindakan dilaksanakan, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan refleksi. Sesuai dengan kriteria ketercapaian tindakan yang
telah ditentukan maka dapat ditemukan sebagai berikut selama penelitian
tindakan siklus kedua ini dilakukan:
1) Kenaikan prosentase pada item antusiasme dalam membaca, kemamuan
membaca jika ada tugas kuliah, dan bertanya dengan dosen jika ada
kesulitan.
2) Secara rata-rata kemampuan belajar mandiri mahasiswa terjadi kenaikan
dari 34,3 % menjadi 57,1 %.
3) Hasil belajar mahasiswa jika dilihat dari kompetensi
mengimplementasikan model-model pembelajaran terpadu nilai rata-
ratanya adalah 75.
Dari kedua kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhasilan tindakan,
pada siklus dua ini telah terpenuhi.
48
C. Pembahasan
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan total pertemuan
sebanyak 8 (delapan) kali pertemuan. Siklus pertama dilaksanakan dengan total
pertemuan sebanyak 4 (empat) kali pertemuan dan siklus kedua dilaksanakan dengan
total pertemuan sebanyak 4 (empat) kali pertemuan. Berikut ini akan dibahas
beberapa hal terkait dengan penerapan multimedia pembelajaran terpadu untuk
meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa PGSD
1. Motivasi belajar mahasiswa
Motivasi belajar merupakan prasyarat bagi berjalannya belajar mandiri.
Motivasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Pada instrumen yang diberikan untuk mahasiswa,
motivasi instrinsik menanyakan pada kebutuhan dan ketertarikan pada
materi yang diajarkan. Motivasi ekstrinsik adalah dengan menggunakan
multimedia apakah bisa mendorong mereka untuk memenuhi kebutuhan
dan kepentingan pada mata kuliah tersebut. Dari hasil siklus 1 dan 2
menunjukkan bahwa motivasi belajar mereka cukup tinggi yaitu 91,4 %.
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah bahwa perolehan
nilai dan IPK yang bagus merupakan hal yang penting buat mereka.
Seperti yang diungkapkan oleh AW “rasanya puas kalau dapat nilai bagus,
tentu saja kita akan berupaya mendapatkanya”. Apakah hanya sekedar
nilai yang dicari oleh mahasiswa? Sebagian besar menjawab tidak, karena
ilmu juga penting. Seperti yang diungkapkan oleh UK “karena kita akan
menjadi guru, sehingga semua ilmu harus kita kuasai,jika nilainya bagus
49
itu hanya dampak saja dari kesungguhan kita”. Faktor ekternal yang lebih
banyak mempengaruhi adalah karena mata kuliah ini nanti akan
memberikan bekal untuk PPL terutama untuk praktik mengajar dikelas
rendah, sehingga kompetensinya relevan. Penggunan multimedia sebagai
sumber belajar merupakan penambah referensi yang mereka butuhkan.
Seperti yang diungkapkan NT “multimedia ini bagus, karena ada video,
animasi dan gambar-gambarnya” hal senada juga diungkapakan oleh ST
bahwa “ ini merupakan sesuatu yang baru, hanya bahasa kurang
komunikatif”.
2. Kemandirian belajar mahasiswa
Kemampuan dasar belajar mandiri terdiri dari;
(1) kemampuan melakukan pengembangan motivasi belajar, hal ini telah
ditunjukkan prosentase yang cukup tinggi pada mahasiswa
(2) kemampuan teknis belajar untuk mencapai tujuan belajar atau
kompetensi yang telah ditetapkan. Dari hasil angket telah diketahui bahwa
kemampuan belajar mandiri mahasiswa adalah 57,1%, angka tersebut
belum bisa dikatakan memuaskan karena jika dilihat dari item kemauan
dan antusiasme mereka masih banyak dipengaruhi oleh arahan dosen yaitu
dengan pemberian tugas-tugas, baru mereka belajar. Hal ini diakui oleh
BW”saya belajar jika ada tugas, jarang menyempatkan membuka
multimedianya”. Hal senada juga diungkapkan oleh PW” banyak tugas
yang lain juga bu, tidak hanya mata kuliah ini”.
50
Perbandingan kemampuan belajar mandiri pada siklus 1 dan 2 bisa dilihat
pada tabel berikut ini:
No Item Siklus 1 Siklus 2
Tdk kdg ya Tdk kdg ya
1 Menyempatkan membaca
CD
22,9 65,7 11,4 22,9 65,7 11,4
2 Antusias membaca CD 20 65,7 14,3 20 65,7 14,3
3 Selalu menyempatkan
refleksi
5,7 94,3 0 5,7 94,3 0
4 Mengagendakan untuk
belajar
31,4 51,4 17,1 31,4 51,4 17,1
5 Ke warnet mencari literatur 8,6 31,4 60 8,6 31,4 60
6 Sering berdiskusi dengan
teman
2,9 57,1 40 2,9 57,1 40
7 Sering bertanya ke dosen 60 28,6 5,7 60 28,6 5,7
8 Mencari bantuan jika ada
kesulitan
0 25,7 74,3 0 25,7 74,3
9 Membaca CD jika ada kuliah 11,4 45,7 42,9 11,4 45,7 42,9
10 Menggunakan referensi
hanya dari CD
68,6 11,4 20 68,6 11,4 20
(3) kemampuan melakukan refleksi memerlukan kemampuan-kemampuan
lain yaitu; (a) kemampuan menerima kesalahan sebagai sesuatu yang
wajar, (b) kemampuan menerima kesalahan sebagai masukan guna
pencegahan terjadinya perbuatan yang sama (c) kemampuan
menerimakeberhasilan bukan semata-mata sebagai sesuatu yang
dibanggakan. Dari hasil angket yang diperoleh 94,3% mahasiswa hanya
kadang-kadang melakukan kegiatan refleksi. Ketika dikonfirmasi mengapa
hanya kadang-kadang merefleksi diri terkait dengan perkuliahan, sebagian
besar mahasiswa menjawab karena padatnya perkuliahan. Seperti yang
diungkapkan oleh WP “bahwa semester ini jadwal kuliah sangat padat,
51
ditambah dengan adanya kegiatan mikroteaching, sehingga cukup menyita
waktu”.
3. Hasil belajar mahasiswa
Hasil belajar mahasiswa yang ditampilkan ini bukan merupakan hasil pre
test dan postest melainkan hasil ujian akhir mahasiswa, karena saat siklus
kedua berakhir bertepatan dengan dekatnya UAS. Adapun nilai
mahasiswa sebagai berikut:
07108248003 58 70,3 B
07108248013 83 80,55 A-
07108248015 62 72,45 B
07108248019 57 72,7 B
07108248025 57 71,95 B
07108248046 62 71,2 B
07108248059 62 75,45 B+
07108248063 73 75,05 B+
07108248068 66 73,1 B
07108248086 58 70,55 B
07108248090 83 83,55 A-
07108248106 70 74 B
07108248119 70 77,25 B+
07108248121 70 74,75 B
07108248125 63 72,3 B
07108248160 57 70,7 B
07108248162 67 75,45 B+
07108248168 85 83 A-
07108248169 75 77 B+
07108248172 80 78,75 B+
07108248197 63 71,55 B
07108248200 75 79,5 B+
07108248204 80 77,5 B+
52
Tabel nilai diatas menggambarkan nilai UAS dan rata-rata akhir setelah
digabungkan dengan nilai yang lain yaitu keaktifan,tugas, dan mid semester. Jika
mengacu pada angka kelulusan yaitu minimal C,maka tidak ada mahasiswa yang
tidak lulus,minimal nilai yang diperoleh adalah B- hanya 2 orang sehingga bisa
dikatakan bahwa kemampuan belajar mahasiswa sudah baik.
07108248211 80 77,5 B+
07108248224 76 78,6 B+
07108248225 56 69,85 B-
07108248226 67 75,45 B+
07108248230 85 83,75 A-
07108248238 75 80,25 A-
07108248253 60 70,5 B
07108248260 88 84,55 A-
07108248268 60 73 B
07108248276 55 67,5 B-
07108248279 82 82,45 A-
07108248285 61 72,85 B
07108248293 83 82,3 A-
07108248303 78 78,05 B+
53
BAB V
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Melalui penerapan multimedia pembelajaran terpadu dapat dilihat hasilnya
sebagai berikut, motivasi belajar mahasiswa 91,4 % , kemampuan belajar
mandiri mahasiswa naik dari 34,3 % menjadi 57,1 %.
2. Kemampuan belajar mandiri mahasiswa masih dominan dipengaruhi oleh
faktor ekternal misalnya, jika ada tugas dari dosen.
3. Semakin meningkatnya kemandirian belajar mahasiswa berpengaruh
positif terhadap peningkatan hasil belajar mahasiswa. Hal ini bisa dilihat
dari rata-rata nilainya adalah B.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan di muka, ada beberapa saran
yang dapat diberikan tentang penerapan multimedia pada mata kuliah
pembelajaran terpadu sebagai berikut:
1. Penerapan multimedia sangat relevan diterapkan dalam pembelajaran
terpadu karena merupakan sesuatau yang baru dalam perkuliahan
2. Dalam penerapan perlu divariasikan dengan metode lain agar tidak jenuh.
54
3. Perlunya membangun hubungan yang intensif antara dosen dan mahasiswa
sehingga terjadi komunikasi yang efektif dalam pembelajaran.
4. Perlunya membangun suasana kelas yang kondusif
5. Perlu adanya penghargaan dan punishment, sebagai bahan untuk
merefleksi diri yang masih jarang dilakukan mahasiswa.
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini yaitu:
1. Peneliti tidak melakukan wawancara lebih mendalam untuk menggali
permasalahan kurang antusiasme dan rendahnya minat membaca pada
mahasiswa.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani. (1997). Media instruksional educatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Alessi, S.M. & Trollip, S.R. (2001). Multimedia for learning: methods and development
(3th
ed.). Massachusetts: Ally & Bacon A Pearson Education Company.
Beerman (Januari 1996). Computer based multimedia: new derections in teaching and
learning. Journal of nutrition education. Diakses Maret 2009 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb.
Blackwell John. (1997). SEED: Multimedia applications in education:
http//web.viu.ca/seed/mm/index.html. diakses tanggal 20 Juni 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. (1996). Pembelajaran terpadu. Jakarta: Departemen
Pendidikan Tinggi.
Dewi Salma P. (2007). Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: universitas Negeri Jakarta.
Dick, W. & Carey, L. (2005). The systematic design of instruction (6rd
ed.). Glecview,
Ilinois: Scott, Foresman and Company.
Dryden, Gordon & Jeannette Vos. (2003). The learning revolution. Bandung: Kaifa.
Fogarty Robin. (1991). How to Integrate the curricula. Illions:IRI/Skylight Publishing,
Inc.
Hackbarth, S. (1996). The educational technology handbook; a comprehensive guide.
New Jersey: Educational Technology Publication.
56
Hannafin, Micheal J. (198). The design, development and evaluation of instructional
software. New York: Macmillan Publishing Company.
Heinich, R. (et al). (1996). Instructional Media and Technologies for Learning (5 ed).
Englewood cliffs, N.J: A Simon & Schuster Company.
57
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNIOR ANGGOTA PUSAT STUDI
1. Judul Penelitian : Pengembangan Multimedia
Pembelajaran Untuk Mata Kuliah
Pembelajaran Terpadu di PGSD FIP UNY
2. Ketua peneliti
a. Nama lengkap : Unik Ambar Wati, M.Pd
b. Jabatan : Asisten Ahli
c. Jurusan : Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar
(PPSD)
d. Alamat surat : Jur. PPSD, Kampus Karang malang FIP
UNY
e. Telp/ HP : 0811268163
f. Faksimili : -
g. E-mail : [email protected]
3. Tema Payung Penelelitian : Managemen dan Teknologi Pendidikan
4. Skim Penelitian : Lemlit
5. Program Strategis Nasional :
58
6. Bidang Keilmuan/ Peneliti : Pendidikan
7. Tim Peneliti
No Nama Badang Keahlian
1 Deni Hardianto, M.Pd
NIP. 19810605 200501 1
003
Pembelajaran Berbasis
Komputer
8. Mahasiswa yang terlibat
No Nama NIM
1
9. Lokasi Penelitian : FIP UNY
10. Waktu Penelitian : 6 Bulan
11. Dana yang diusulkan : Rp. 5.000.000,-
Mengetahui Yogyakarta, 11
Maret 2010
Kepala Pusat Studi Ketua Tim Peneliti
Pendidikan Dasar dan Menengah
Dr. Ishartiwi Unik Ambar Wati,
M.Pd
Mengetahui,
Ketua Lembaga Penelitian
Prof. Sukardi, Ph. D
NIP. 130693813
59
PROPOSAL PENELITIAN
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Untuk Mata Kuliah
Pembelajaran Terpadu di PGSD FIP UNY
UNIK AMBAR WATI
PUSAT STUDI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA