1 Kultur Jaringan Tanaman Jeruk

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FIle ini merupakan laporan praktikum dari kultur jaringan tanaman jeruk yang semoga saja bermanfaat bagi para pembaca sehingga bisa digunakan untuk membantu dalam membuat laporan praktikum yang berhubungan dengan kultur jaringan

Citation preview

1.12. 461 Kultur jaringan tanaman jerukKultur jaringan tanaman merupakan teknik budidaya (perbanyakan) sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau bebas dari mikroorganisme. Secara umum perbanyakan tanaman berdasarkan perkembangan dan siklus hidupnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perbanyakan secara seksual dan perbanyakan secara aseksual.Beberapa penelitian telah dilakukan untuk kultur jaringan tanaman beberapa jenis jeruk. Penggunaan metode in vitro untuk kultur jaringan tanaman jeruk telah dimulai oleh Bove & Morel (1957) dalam Nurwahyuni (2001), dan sejak itu kultur jaringan tanaman jeruk banyak mendapat perhatian. Regenerasi tanaman jeruk secara kultur jaringan telah dilakukan diantaranya dari bagian tunas aksilar yang menghasilkan kalus (Altman & Goren, 1971 dalam Reinert & Bajaj, 1989), bagian daun dan batang serta bagian reproduktif lainnya seperti ovary, embrio somatik (Chaturvedi & Mitra, 1975 dalam Yeoman, 1986), bagian bakal buah (Carimi et al., 1998 dalam Nurwahyuni, 2001) dan bagian protoplas (Da Gloria, 2000 dalam Nurwahyuni, 2001). Pembentukan embrio dan planlet untuk beberapa varietas jeruk telah dilakukan misalnya berasal dari kalus nucellar yang sama (Rangan et al., 1969; Bitters et al., 1972; Kochba et al., 1972 dalam Reinert & Bajaj, 1989). Peneliti lain Ranga Swamy (1961) & Sabharwal (1963) dalam George & Sherrington (1984) telah berhasil mengkulturkan embrio dari jaringan nucellar jeruk. Menurut Ghorbel et al. (1998) dalam Nurwahyuni (2001), perbanyakan tanaman jeruk secara in vitro melalui kultur jaringan memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah dapat menghasilkan bibit klonal secara massal dalam waktu yang singkat juga dapat meningkatkan kualitas tanaman karena menghasilkan tanaman jeruk yang seragam dan tingkat kesehatan lebih baik.Meski Indonesia disebut sebagai daerah asli jeruk besar, namun negara yang dikenal sebagai pusat pengembangan jeruk besar justru Thailand. Hal ini disebabkan karena usaha pertanaman kebun jeruk di Indonesia kurang didukung oleh penggunaan bibit yang bermutu. Saat ini, penyediaan bibit jeruk besar dilakukan dengan persemaian benih dan okulasi. Kelemahan dari bibit hasil persemaian benih yaitu tidak dapat diperoleh dalam jumlah banyak, sedangkan bibit hasil okulasi seringkali mengalami inkompatibilitas sehingga proses okulasinya gagal. Beberapa hal tersebut mengakibatkan ketersediaan bibit jeruk besar kurang mencukupi.Berdasarkan hal-hal tersebut, maka diperlukan upaya lain untuk melestarikan jeruk besar dan mewujudkan kontinyuitas ketersediaan bibit jeruk besar yang sesuai dengan tuntutan keadaan pada saat ini. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan perbanyakan jeruk secara in vitro atau kultur jaringan. Perbanyakan secara in vitro pada jeruk mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi karena pada umumnya tanaman ini dibiakkan secara vegetatif. Menurut Wattimena dan Mattjik (1992) beberapa keuntungan yang didapat dari perbanyakan secara in vitro yaitu kemudahan dalam menyimpan, menghemat pemakaian lahan, tenaga, erosi genetik dapat dicegah, mempermudah pengiriman, dan bebas dari hama penyakit.Perbanyakan jeruk secara in vitro dapat dilakukan dengan menggunakan eksplan biji dan hipokotil. Biji jeruk mempunyai sifat apomiksis sehingga dapat membentuk tanaman yang true to type. Hal ini didukung oleh Ramkrishna et al. (2005) yang menyatakan bahwa hasil perbanyakan jeruk menggunakan ekplan kotiledon yang diuji dengan (RAPD) marker menunjukkan sifat true-to-type.Eksplan biji jeruk besar yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kebun pertanian jeruk besar di Sumedang. Biji jeruk besar ini telah mengalami masak fisiologis dan telah mengalami masa penyimpanan dalam suhu dingin selama 1 bulan.Penyebab mudahnya terbentuk tunas pada eksplan kotiledon karena struktur permukaan kotiledon memiliki sel-sel yang memang berfungsi untuk penyerapan air. Lebih lamanya inisiasi tunas pada eksplan epikotil disebabkan fase pembentukan tunas eksplan epikotil diawali dengan proses diferensiasi sel terlebih dahulu dengan membentuk kalus.

55Selama menuju inisiasi tunas, terjadi perubahan warna dan ukuran kotiledon Citrus maxima (Burm.) Jeruk besar dalam semua media perlakuan. Ukuran kotiledon pada saat tanam menjadi bertambah besar dan warna kotiledon berubah dari kuning menjadi hijau pada satu minggu setelah tanam (MST) sampai kotiledon bertunas. Waktu yang diperlukan sampai terbentuknya tunas kotiledon rata-rata 4-5 minggu setelah tanam pada semua jenis media. Pemunculan tunas pertama kali ditunjukkan pada media 1 dan 3. Jumlah tunas yang terbentuk pada tiap-tiap kotiledon berjumlah 1-5 tunas.Pertumbuhan akar pada tunas asal eksplan kotiledon jauh lebih cepat dibandingkan tunas asal eksplan epikotil. Berdasarkan tabel data jumlah akar (Tabel 7), tunas asal eksplan kotiledon telah membentuk akar pada 4 MST sedangkan tunas asal eksplan epikotil baru membentuk akar pada 10 MST. Jumlah akar tanaman asal eksplan kotiledon berbeda nyata dan lebih banyak dari pada tanaman asal eksplan epikotil.Pada daun dilakukan setelah eksplan disubkultur pada media perakaran dan memerlukan waktu selama 13 minggu. Dilihat dari pengaruh tunggal jenis eksplan menunjukkan bahwa sejak 4 MST hingga 13 MST, jumlah daun yang dihasilkan eksplan kotiledon lebih banyak dibandingkan eksplan epikotil. Rata-rata jumlah daun yang berasal dari eksplan epikotil sejak 4 MST mengalami pengguguran daun sehingga rataan nilainya terus mengalami penurunan hingga 13 MSTDAFTAR PUSTAKA

Sumarsih, S. 2011. Kultur Organ (kultur meristem dan pucuk). Fakultas Pertanian UPN Veteran YogyakartaAnonimus. 2011. Jakes Sito.SP (www.penyuluhthl.wordpress.com) Diakses 07 Desember 2014Putra D, Sulistyowati L, Cholil A, Martasari C. 2013. Evaluasi Ketahanan Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) Hasil Fusi Protoplas Jeruk Satsuma Mandarin (Citrus Unshiu) Dan Jeruk Siam Madu (Citrus Nobilis) Terhadap Infeksi Penyakit. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145. V. 1 No. 1 hal. 16-26

Semendaya F H. 2014. Kultur Jaringan Stroberi (Fragaria Sp.) Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Batu Jawa Timur. Jurnal Program Keahlian Teknologi Industri Benih Program diploma Institut pertanian bogor.

Sunyoto , Purnomo S , Makful. 2014. Formula Media Kultur Endosperm Jeruk Hasil Persilangan Antarklon Siem dengan Keprok dan Jeruk Besar. Jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur.

Robert L J. 2011. Plan Propagation. Journal Agricultural Sciences. Department of Holticulture, University of Kentucky, Lexington, Ky. USA.

Ekosari R. 2011. Kultur Jaringan. Makalah

Myrna N. 2005. Kultur Jaringan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia): Pengaruh Metoda Sterilisasi Dan Komposisi Media. Jurnal Agronomi V. 9 (2): 99-102. Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi.

Nurwahyuni. 2013. Teknik In Vitro Jeruk Keprok Brastagi (Citrus Nobilis Brastepu) Sebagai Strategi Biokonservasi Mengatasi Kepunahan Jeruk Lokal Sumatera Utara. Jurnal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

iv

Shekari F. 2011. The preservation of lime witches broom phytoplasma in key lime by tissue culture. Journal Bulletin of Insectology 64 (Supplement): S201-S202. Altaf, N., R. Abdul, A.B. Inkisar, A.Liaqat. 2009. Tissue Culture of Citrus Cultivars. EJEAFChe. 8(1):43-51.

Dwiastuti M. E., M. Sugiharto dan Yunawan. 1996. Seleksi jeruk toleran terhadap penyakit CVPD

George, E. F. 1993. Plant Propagation by Tissue Culture. 2nd Edition.Exegetics Ltd., Edington Wilts, England. 551p.

Gunawan, I.W. 1995. Teknik In vitro Dalam Hortikultura. Penerbit Swadaya: Jakarta

Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur jaringan Perbanyakan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif. Kanisius: Yogyakarta

Kompas. 2009. Ekonomi Rakyat Tinggi, Permintaan Jeruk Pamelo Meningkat. Senin, 6 April.

Navarro L and Juarez. 1977. Elimination of citrus pathogens in propagative budwood in vitro propagation. Proc. Int. Soc. Citriculture (3): 973-987.

Paudyal, K.P and Haq N. 2000. In Vitro propagation of pummelo (Citrus grandis L. Osbeck). In Vitro Cellular and Development Biology-Plant. 36(6): 511-516

Ramkrishna, N. Khawale and S.K. Singh. 2005. In-vitro adventitive embryonic in Citrus: A technique for Citrus gerlmplasm exchange. Current Science. 88(8): 1309-1311.

Rukmana, R dan Y. Yuniarsih. 2003. Usaha Tani Jeruk Keprok. Aneka Ilmu. Semarang

Supriyanto A., 1985. Teknik pembibitan buah-buahan secara cepat. Paper pada latihan metodologi Penelitian Buah-buahan di malang. 10 p.