Upload
others
View
38
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JERUK (Citrus L.) DI DESA SELOREJO
KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG
Oleh
TAUFIQ SATYO WIDODO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
MALANG
2017
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JERUK (Citrus L.) DI DESA SELOREJO
KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG
Oleh: Taufiq Satyo Widodo
105040201111105
Program Studi Agroekoteknologi Minat Manajemen Sumberdaya Lahan
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN TANAH
MALANG 2017
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi yang berjudul
“Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Jeruk (Citrus L.) Di Desa Selorejo
Kecamatan Dau Kabupaten Malang” merupakan hasil penelitian saya sendiri,
dengan bimbingan dosen pembimbing. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk
memperoleh gelar di suatu perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas tertulis sebagai rujukan dalam naskah
skripsi dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Agustus 2017
Taufiq Satyo Widodo
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian : Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Jeruk ( Citrus L.) Di
Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang
Nama Mahasiswa : Taufiq Satyo Widodo
N I M : 105040201111105
Jurusan : Tanah
Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui,
Pembimbing Utama,
Prof. Dr. Ir. Soemarno, M.S
NIP. 195508171 98003 1 003
Diketahui,
Ketua Jurusan Tanah
Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU
NIP. 19540501 198103 1 006
Tanggal Persetujuan :
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan,
MAJELIS PENGUJI
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Ir. Zaenal Kusuma, SU Prof. Dr. Ir. Soemarno M.S
NIP. 195405011981031006 NIP. 195508171980031003
Penguji III Penguji IV
Christanti Agustina, SP. MP Aditya Nugraha Putra, SP. MP
NIK. 820826 04 32 0025 NIK. 2016098 91227 1 001
Tanggal Lulus :
i
RINGKASAN
Taufiq Satyo Widodo (10504020111105). Evaluasi Kesesuaian Lahan
Tanaman Jeruk (Citrus L.) di Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten
Malang. Di bawah bimbingan Soemarno
Kebutuhan lahan yang semakin meningkat dan langkanya lahan pertanian
yang subur dan memiliki potensi tinggi, serta adanya persaingan penggunaan
lahan dari sektor non pertanian, membuat dibutuhkannya teknologi yang tepat
dalam mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Untuk dapat
memanfaatkan lahan secara optimal diperlukan data informasi mengenai tanah,
iklim dan sifat fisik lingkungan lain, ditambah persyaratan tumbuh tanaman yang
akan digunakan dalam sebidang lahan (satuan peta lahan), terutama tanaman-
tanaman yang mempunyai peluang pasar tinggi dan memiliki nilai ekonomi yang
baik.
Penelitian ini dilakukan karena adanya permasalahan keberlanjutan suatu
komoditas unggulan bernilai ekonomi tinggi, sehingga dengan adanya penelitian
evaluasi kesesuaian lahan tanaman jeruk di Desa Selorejo dapat menjadi
pertimbangan awal dalam menentukan wilayah pertanaman guna menjaga
keberlanjutan komoditas jeruk. Salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi
yang baik di Indonesia adalah Jeruk. Jeruk memiliki kandungan vitamin C yang
cukup tinggi dan juga merupakan tanaman yang mudah tumbuh di berbagai
agroklimat. Salah satu jenis jeruk lokal yang berpotensi dikembangkan di
Indonesia adalah jeruk manis. Jeruk manis memiliki keunggulan tahan terhadap
kekurangan air. Salah satu kawasan produksi jeruk ini adalah masyarakat
Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan
pengamatan langsung di lapangan dan pendekatan evaluasi lahan melalui system
informasi geografis. Kriteria kesesuaian lahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kriteria kesesuaian lahan menurut Djaenudin et al. (2011) dan FAO
(1983). Tahap penelitian ini dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu : 1) Tahap
persiapan, 2) Tahap pengamatan lapangan, 3) Pengolahan data.
Hasil penyusunan peta satuan lahan desa Selorejo disajikan dalam peta
dengan skala 1:10.000 yang menghasilkan 6 jenis satuan peta lahan. Peta ini
dihasilkan dari intersect dari overlay peta dasar. Dari ke enam jenis satuan peta
lahan, faktor pembatas yang muncul adalah bahaya erosi (eh). pada SPL1 kelas
kesesuaian lahan S2 dengan faktor pembatas bahaya erosi yang dilihat dari peta
projek elevasi dan peta klerengan Desa Selorejo. untuk SPL2 sampai SPL4
memiliki kelas kesesuaian S3, dengan faktor pembatas eh. dan untuk SPL5 dan
SPL6 memiliki kelas kesesuaian N, sehingga pada wilayah ini seharusnya tidak
dilakukan penanaman tanaman jeruk atau dilakukan penanaman dengan
pengolahan lahan lebih lanjut guna menjaga keberlanjutan tanaman jeruk.
ii
SUMMARY
Taufiq Satyo Widodo (10504020111105). Evaluation of Land Suitability of
Citrus Land (Citrus L.) in Selorejo Village, Dau District, Malang Regency.
Supervised by Soemarno
The increasing land demand and the scarcity of fertile and high potential agricultural land, and the existence of land use competition from the non-
agricultural sector, require appropriate technology to optimize sustainable land
use. To be able to optimally utilize the land, soil data, climate and other physical
properties of the environment, plus the requirement of growing plants to be used
in a plot of land (unit of land map), especially plants that have high market
opportunities and have a good economic value .
This research is conducted because of the problems of sustainability of a
superior commodity of high economic value, so that with the evaluation of the
suitability of citrus field in Selorejo Village can be the initial consideration in
determining the area of cultivation in order to maintain the sustainability of citrus
commodities. One of the commodities that have good economic value in
Indonesia is Orange. Oranges contain vitamin C which is quite high and is also a
plant that is easy to grow in various agroklimat. One type of local orange that has
the potential to be developed in Indonesia is sweet orange. Sweet orange has the
advantage of being resistant to water shortages. One of the citrus production areas
is the community of Dau District, Malang Regency.
The method used in this research is survey with direct observation in field
and approach of land evaluation through geographic information system. The land
suitability criteria used in this study are land suitability criteria according to
Djaenudin et al. (2011) and FAO (1983). This research phase is divided into three
activities, namely: 1) preparation stage, 2) field observation stage, 3) data
processing.
The result of arrangement of Selorejo village land unit map is presented in
map with scale 1: 10.000 which produce 6 type of land map unit. This map is
generated from intersect of the base map overlay. Of the six types of land map
units, the limiting factor is the erosion hazard (eh). in SPL1 land suitability class
S2 with erosion hazard factor seen from elevation project map and cluster map of
Selorejo Village. for SPL2 until SPL4 has a S3 conformity grade, with a limiting
factor eh. and for SPL5 and SPL6 have N suitability class, so that in this area
should not be done cultivation of citrus plants or planted with further processing
of land in order to maintain the sustainability of citrus crops.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul “Evaluasi Kesesuaian Lahan Jeruk (Citrus
L.) di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang”.
Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang setulus-tulusnya
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dosen pembimbing skripsi yaitu Bapak Prof. Dr. Ir Soemarno, M.S atas
bimbingan, arahan dan masukan dalam pelaksanaan penelitian dan
penulisan skripsi.
2. Prof. Dr. Ir. Kuswanto, MP sebagai Wakil Dekan 1 Fakultas Pertanian
yang telah memberi motivasi, dukungan serta kesempatan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Prof. Dr.Ir. Zaenal Kusuma, SU sebagai Ketua Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian serta seluruh dosen dan karyawan di jurusan Tanah Fakultas
Pertanian atas kerjasamanya selama ini.
4. Bapak Bambang Soponyono, sebagai Kepala Desa Selorejo beserta
seluruh staf kelurahan yang turut membantu dalam kelancaran
penyelesaian tugas akhir ini.
5. Teman-teman MSDL 2010, terutama Baihaqi yang sangat membantu saya
dalam moril serta materil, Felix, Pandu, Ghea, Rinda atas semua ilmu dan
bantuan untuk motivasi dan mendukung saya.
6. Ayah, Ibu (Malaikatku), adik serta seluruh keluarga yang senantiasa
memberikan nasehat dan doa serta dukungan yang tak henti untuk sebuah
kehidupan yang harus diperjuangkan.
7. Novaria Lailatul Jannah serta keluarga tercinta yang terus memberikan
dukungan untuk perjuangan yang masih panjang ini.
Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, atas bantuannya
selama penulis menempuh pendidikan dan melakukan penelitian.
Penulis sangat menyadari bahwa proses penulisan hasil laporan penelitian
ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Walaupun demiikian adanya, penulis berharap semoga hasil penelitian ini
bermanfaat bagi kita semua.
Malang, Agustus 2017
Penulis
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Mojokerto pada tanggal 14 Januari 1993
sebagai putra pertama dari empat bersaudara dari Bapak Sri Widodo dan Ibu
Mufarida.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Krangaan 1 Mojokerto tahun
1999 sampai tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan ke SMPN 1 Kota
Mojokerto pada tahun 2004 hingga lulus pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis
melanjutkan sekolah ke SMAN 3 Kota Mojokerto tahun 2008 hingga lulus tahun
2010. Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jawa
Timur, melalui jalur Prestasi Akademik.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi pengurus Himpunan
Mahasiswa Ilmu Tanah periode 2014/2015. Penulis pernah aktif dalam
kepanitiaan Gatraksi (Galang Mitra dan Kenal Profesi) pada tahun 2014 dan 2015.
Selain itu, penulis juga menjadi anggota aktiv KSR UB (Korps Sukarela)
Universitas Brawijaya pada tahun 2013-2015.
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN…………………………………………………………………… i
SUMMARY……………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. iii
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL……………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. viii
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………....... 1
1.2 Tujuan Penelitian………………………………………………………... 2
1.3 Manfaat………………………………………………………................. 2
1.4 Batasan Masalah……………………………………………………….... 2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan………………………………...………….... 3
2.1.1. Prinsip Dasar Evaluasi Kesesuaian Lahan…………..…………… 3
2.1.2. Tipe Penggunaan Lahan……………………………..…………… 3
2.1.3. Kualitas Lahan……………………………………….…………... 4
2.1.4. Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan………………….……….. 4
2.1.5. Sistem Informasi Geografi untuk Evaluasi Lahan………..………. 6
2.2. Karakteristik Lahan Jeruk……………………………………………….. 7
2.3. Pengelolahan Lahan Jeruk………………………………………………. 8
III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………. 10
3.2 Alat dan Bahan ………………………………………………………..... 10
3.3 Metode Penelitian……………………………………………………….. 11
3.4 Alur Kerja……………………………………………………………….. 11
IV KONDISI UMUM WILAYAH
4.1 Keadaan Umum Lokasi………………………………………………… 12
4.2 Geologi dan Geomorfologi Desa Selorejo……………………………… 13
4.3 Penggunaan Lahan pada Desa Selorejo………………………………… 14
vi
4.4 Kondisi Lereng Desa Selorejo…………………………………………... 15
4.5 Elevasi Desa Selorejo…………………………………………………… 16
4.6 Curah hujan Desa Selorejo……………………………………………… 17
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Satuan Peta Lahan…………………………………………… 20
5.2 Kesesuaian Lahan Tanaman Jeruk……………………………………… 21
5.3 Persyaratan Tumbuh Tanaman Jeruk dan Data Produksi………………. 23
VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan………………………………………………………........... 26
6.2 Saran……………………………………………………….................... 26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik Lahan …………………………………………… 7
Tabel 2 Persyaratan penggunaan Lahan Jeruk…………………………. 9
Tabel 3 Alat dan Bahan yang digunakan untuk penelitian…………….. 10
Tabel 4 Kelas Kemiringan Lereng……………………………………… 15
Tabel 5 Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Jeruk ……………………. 21
Tabel 6 Adaptasi Beberapa Varietas Jeruk Terhadap Elevasi………….. 24
Tabel 7 Kelas Kesesuaian Lahan Produksi (FAO, 1993) ……………… 24
Tabel 8 Presentase Produksi Jeruk ……………………………………… 25
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Kerja ……………………………………………….. 11
Gambar 2 Peta Administrasi Desa Selorejo…………………………. 12
Gambar 3 Peta Geologi Desa Selorejo……………………………… 13
Gambar 4 Peta Bentuk Lahan Desa Selorejo………………………… 14
Gambar 5 Peta Penggunaan Lahan Desa Selorejo…………………… 15
Gambar 6 Peta Kelerengan Desa Selorejo…………………………… 16
Gambar 7 Peta Elevasi Desa Selorejo………………………………… 17
Gambar 8 Rerata Curah Hujan Desa Selorejo ………………………… 18
Gambar 9 Peta Curah Hujan Sepanjang Tahun Desa Selorejo……….. 18
Gambar 10 Total Curah Hujan sepanjang Tahun Desa Selorejo.............. 19
Gambar 11 Peta SPL Desa Selorejo …………………………………… 20
Gambar 12 Peta Kesesuaian Lahan Aktual Desa Selorejo…………… 23
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan lahan yang semakin meningkat dengan langkanya lahan
pertanian yang subur dan memiliki potensi tinggi, serta adanya persaingan
penggunaan lahan dari sektor non pertanian, membuat dibutuhkannya teknologi
yang tepat dalam mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Untuk
dapat memanfaatkan lahan secara optimal diperlukan data informasi mengenai
tanah, iklim dan sifat fisik lingkungan lain, ditambah persyaratan tumbuh tanaman
yang akan digunakan dalam sebidang lahan (satuan peta lahan), terutama
tanaman-tanaman yang mempunyai peluang pasar tinggi dan memiliki nilai
ekonomi yang baik.
Salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang baik di Indonesia
adalah Jeruk. Jeruk memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi dan juga
merupakan tanaman yang mudah tumbuh di berbagai iklim. Salah satu jenis jeruk
lokal yang berpotensi dikembangkan di Indonesia adalah jeruk manis. Jeruk manis
memiliki keunggulan tahan terhadap kekurangan air. Salah satu kawasan produksi
jeruk ini adalah masyarakat Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Jeruk manis ini
telah dikembangkan secara komersial dan menjadi mata pencaharian utama oleh
sebagian besar penduduknya (Cahyani, et, al. 2003).
Meski sudah menjadi kawasan produksi jeruk manis, masyarakat
Kecamatan Dau masih belum mendapatkan hasil buah yang optimal. Hal ini
membuktikan bahwa petani belum memaksimalkan potensi yang ada untuk
menghasilkan jeruk yang berkualitas dan berkuantitas tinggi (Soelarso, 1996).
Selain dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang teknik budidaya,
permasalahan ekologi atau lingkungan juga menjadi faktor kurang optimalnya
hasil buah jeruk pada Kecamatan Dau Kabupaten Malang. Faktor lingkungan
tersebut antara lain diakibatkan oleh penurunan kualitas sumber daya lahan yang
berimbas pada hasil produksi buah jeruk manis.
Upaya optimalisasi sumberdaya lahan untuk pengelolaan produksi
tanaman jeruk dapat dilakukan dengan mengetahui faktor-faktor pembatas
2
kesesuaian lahan tanaman jeruk. Menurut Syam (2010) pemetaan sifat-sifat tanah
merupakan langkah penting pertama yang harus dilakukan dalam meningkatkan
akurasi sistem pertanian (precision agriculture), yang bertujuan untuk
mengintegrasikan karakteristik sumberdaya lahan dan kebutuhan tanaman pada
suatu tempat dan waktu. Evaluasi lahan merupakan suatu proses pendugaan suatu
potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaan.
1.2 Tujuan
1. Menentukan kelas kesesuaian lahan dan faktor pembatas pada
semua satuan peta lahan jeruk
2. Mencari karakteristik lahan yang mempengaruhi produksi jeruk
pada semua satuan peta lahan tanaman jeruk
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai informasi awal
bagi para peneliti lainnya dalam melakukan upaya pengelolaan optimalisasi
lahan jeruk manis di wilayah Desa Selorejo Kecamatan Dau Malang.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah pada pelaksanaan penelitian ini adalah pemetaan dan
evaluasi kesesuaian lahan tanaman jeruk pada setiap tipe lahan Desa Selorejo
Kecamatan Dau pada skala survei semi detail (1:25.000).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi Kesesuaian Lahan
2.1.1 Prinsip Dasar Evaluasi Kesesuaian Lahan
Dalam buku inventarisasi sumberdaya lahan (Rayes, 2006) dijelaskan
bahwa evaluasi lahan memiliki tiga prinsip antara lain sebagai berikut: evaluasi
lahan harus ditunjukan untuk menilai kesesuaian lahan dari sebidang lahan (satuan
peta lahan) untuk penggunaan yang lebih spesifik. Selanjutnya perlu penegasan
mengenai besaran keuntungan yang diperoleh dari budidaya tanaman tertentu atau
penerapan suatu penggunaan lahan yang spesifik. Prinsip ketiga perlu kerjasama
antar disiplin ilmu, mengingat bukan hanya terkonsentrasi pada keilmuan tanah
namun juga hasil evaluasi berpengaruh pada masyarakat disekitar area evaluasi.
Namun apabila dilakukan hanya oleh ahli tanah maka prinsip ketiga ini gugur
sehingga aspek seperti sosiologi, ekonomi, lingkungan, budaya, dan lain- lain
terabaikan.
Tidak kalah penting juga mengingatkan bahwa dampak jangka panjang
dari kegiatan evaluasi lahan harus dipikirkan. Khususnya pada aspek yang perlu
mendapat perhatian khususnya kerusakan lingkungan atau degradasi lahan.
2.1.2 Tipe Penggunaan Lahan
Dalam studi evaluasi lahan, setiap jenis penggunaan lahan dirinci kedalam
tipe-tipe penggunaan lahan. Dimana jenis-jenis penggunaan lahan yang diuraikan
secara lebih detail karena menyangkut pengelolahan. Tipe penggunaan lahan
bukan merupakan tingkat kategori dari klasifikasi penggunaan lahan, tetapi
mengacu kepada penggunaan lahan secara umum, karena berkaitan dengan aspek
masukan, teknologi, dan keluarannya.
Tipe penggunaan lahan menurut sistem dan modelnya dibedakan atas dua
macam yaitu multiple dan compound. Tipe multiple merupakan tipe penggunaan
lahan yang tergolong terdiri lebih dari satu jenis penggunaan lahan yang
diusahakan secara serentak pada suatu area sama dari sebidang lahan. Setiap
penggunaan memerlukan masukan dan kebutuhan berbeda serta memberikan hasil
tersendiri. Compound merupakan tipe pengguanaan lahan yang tergolong lebih
4
dari satu jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan pada area-area unit lahan
yang dimana apabila untuk evaluasi diberlakukan unit tunggal.
2.1.3 Kualitas Lahan
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau atribut yang bersifat
kompleks dari sebidang tanah. Kondisi-kondisi lahan yang sangat erat dengan
persyaratan suatu tipe penggunaan lahan tertentu disebut kualitas tanah
(Sastrohartono, 2011). Beberapa metode evaluasi lahan yang menggunakan
kualitas tanah adalah CSR/FAO (1983) dan Sys et al (1993).
Kualitas lahan bisa menjadi faktor pembatas atau penghambat apabila
berperan negative dan merugikan terhadap penggunaan lahan tertentu. Kualitas
tanah dapat diartikan secara luas sebagai kemampuan berkelanjutan tanah untuk
menerima, menyimpan, dan mendaur ulang nutrisi dan air, mempertahankan hasil
ekonomi dan menjaga kualitas lingkungan. Bahan organik tanah merupakan
atribut kunci dari kualitas tanah karena merupakan sumber nutrisi (N, P) untuk
pertumbuhan tanaman melalui mineralisasi dan penting dalam menjaga stabilitas
tanah (Haynes, 1997).
2.1.4 Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Siswanto (2006) menjabarkan struktur klasifikasi kesesuaian lahan dikenal
4 kategori dari yang paling baik hingga yang paling tidak baik antara lain:
1. Ordo
Mencerminkan macam kesesuaian secara umum. Kesesuaian lahan pada
tingkat ordo dibedakan menjadi:
Ordo S (sesuai)
Lahan yang masuk dalam ordo ini dapat digunakan tanpa atau sedikit
resiko kerusakan terhadap sumber daya lahanya. Sehingga keuntungan
lebih besar dari masukan yang diberikan.
Ordo N (tidak sesuai)
Lahan yang masuk ordo ini, mempunyai faktor pembatas yang cukup
tinggi sehingga memiliki resiko besar terhadap kerusakan sumber daya
lahan apabila digunakan untuk suatu tujuan yang direncanakan.
5
2. Kelas
Tingkatan kelas dicerminkan dalam angka yang ditulis dibelakang simbol
ordo.
Kelas S1 (sangat sesuai)
Kelas lahan yang tidak mempunyai faktor pembatas. Kalaupun ada
merupakan pembatas yang sangat kecil dan tidak berpengaruh nyata
terhadap kenaikan masukan yang diberikan secara umum.
Kelas S2 (cukup sesuai)
Lahan mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas mengurangi produktifitas dan
keuntungan, serta meningkatkan masukan yang diperlukan.
Kelas S3 (sesuai marginal)
Memiliki faktor pembatas berat untuk mempertahankan upaya
pengelolaan. Memerlukan masukan yang tinggi untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
Kelas N (tidak sesuai)
Pada kelas ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu Kelas N1 (Tidak sesuai saat
ini), lahan mempunyai pembatas yang lebih berat tapi masih mungkin
untuk diatasi. Hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang dengan biaya yang rasional. Kedua adalah Kelas N2 (Tidak
sesuai selamanya), lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat
sehingga tidak memungkinkan digunakan bagi suatu penggunaan lahan
yang lestari.
3. Sub Kelas
Mencerminkan macam pembatas atau macam perbaikan yang perlu
dilakukan. Dapat dilihat dari huruf kecil yang ditulis setelah penulisan
simbol kelas. Missal S2t yang dimana lahan tersebut memiliki kelas
kesesuaian cukup sesuai dengan faktor pembatas lereng.
4. Satuan (unit)
6
Kesesuaian pada tingkat ini merupakan bembagian lebih lanjut dari sub
kelas kesesuaian lahan yang didasarkan atas besarnya faktor pembatas.
2.1.5 Sistem Informasi Geografi untuk Evaluasi Lahan
SIG adalah suatu componen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat
lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerjasama secara efektif
untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola,
memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis, dan menampilkan data dalam
suatu informasi berbasis geografis (Esri, 1990). Menurut Prahasta (2005) SIG
adalah tehnologi baru yang saat ini menjadi alat bantu yang sangat esensial dalam
menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-
kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial.
Prahasta (2005) juga menjelaskan bahwa data berdasarkan jenisnya untuk
merepresentasikan atau memodelkan fenomena-fenomena yang terdapat di dunia
nyata dibagi menjadi dua. Jenis data pertama disebut sebagai data-data posisi,
koordinat, ruang atau spasial yaitu jenis data yang merepresentasikan aspek
keruangan dari fenomena yang bersangkutan. Kedua adalah jenis data yang
merepresentasikan aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkan. Jenis data ini
sering disebut sebagai data atribut atau data non spasial.
Menurut Qoriani (2012) SIG atau sistem pemetaan dan geografi adalah
alat bantu managemen berupa informasi berbasis komputer yang terkait dengan
pemetaan dan analisis keruangan serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka
bumi.
7
Tabel 1. Karakteristik Lahan
Kualitas Lahan Karakteristik
Lahan
Basis data SIG
1 Temperatur (t) Temperatur rerata Estimasi temperatur rerata
berdasarkan peta elevasi dan
rumus braak
2 Ketersediaan air (w) Curah hujan bulanan Estimasi curah hujan bulanan
dengan metode polygon thiessen
3 Ketersediaan O2 (o) Drainasi aktual serta
Permeabilitas
Berdasarkan hasil pengamatan
kualitatif dari pengamatan
fiografis di lapang
5 Bahaya erosi Segi lereng Estimasi bahaya erosi pada peta
topografi
6 Bahaya Banjir Genangan Pengamatan berdasar kepada ada
tidaknya genangan.
7 Penyiapan lahan (lp) Prosentase batuan di
permukaan serta
prosentase singkapan
batuan
Pengamatan dilakukan secara
kualitatif
Tabel 1 Karakteristik Lahan diatas merupakan keterangan pengukuran
karakteristik lahan dan basis data SIG yang digunakan dalam analisis spasial. Hal
ini digunakan dalam dasar pemetaan dan interpretasi.
Beberapa karakteristik lahan pada umunya berhubungan satu sama lain
dalam pengertian luas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan
pertumbuhan tanaman. Evaluasi kesesuaian lahan melibatkan langsung satuan
peta lahan (SPL) bagi penggunaan lahan yang spesifik yang akan diusahakan
dalam suatu daerah. Peta kesesuaian lahn dalam format SIG dapat digunakan
sebagai alat bantu penentu kebijakan dan rencana tata ruang wilayah serta
pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Oleh karena untuk
mengefisiensikan waktu, mempermudah dalam input data, serta membantu dalam
perencanaan dan pengelolaan sumber daya lahan berkelanjutan Sistem informasi
geografis diperlukan.
2.2 Karakteristik Lahan Jeruk
Manfaat dari evaluasi lahan adalah menilai kesesuaian lahan untuk suatu
penggunaan lahan sehingga dapat memprediksi konsekuensi dari penggunaan
lahan tersebut. Setiap tanaman memiliki persyaratan penggunaan lahan yang
8
berbeda. Dimana dari setiap evaluasi lahan menghasilkan kelas kesesuaian lahan
potensial dan kelas kesesuaian lahan aktual.
Siswanto (2006) menyatakan sekelompok kualitas lahan yang menentukan
tingkat produksi dan kondisi macam pengelolahan untuk macam penggunaan
lahan tertentu disebut persyaratan penggunaan lahan. Persyaratan penggunaan
lahan jeruk ditampilkan dalam tabel 2 dimana terdapat 12 faktor utama yang
didapat dari buku pedoman teknis evaluasi lahan yang di keluarkan oleh
kementrian pertanian Republik Indonesia.
2.3 Pengelolaan Lahan Jeruk
Menurut Soelarso (1996) tanaman jeruk termasuk dalam golongan
Spermathopyta, sub divisi Ahgiospermae, kelas Dicotyledone, ordo Rutales,
family Rutacceae, dan Genus Cyrus. Pengelolaan lahan yang tepat harus diketahui
karena faktor ini sangat penting dan dapat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan selanjutnya yang kebanyakan didasarkan oleh praktek pengelolaan
lahan. Selain itu terdapat beberapa syarat agar pertumbuhan tanaman jeruk dapat
optimal. Adapun syarat lahan jeruk secara umum adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan lokasi
Ketinggian tempat yang sesuai. Meskipun adaptasinya luas,
beberapa jeruk memiliki kriteria ketinggian tempat untuk dapat tumbuh
secara optimal. Seperti pada dataran rendah (±400 mdpl) terdapat jenis
pamelo, sebagian besar varietas Siam, keprok Tejakula, dan Madura.
Sedangkan pada varietas lain seperti Batu 55, siam madu, tawangmangu,
pulung, garut, dan sebagainya akan tumbuh optimum pada kawasan
dataran tinggi dengan ketinggian ±700 mdpl.
2. Iklim
Tanaman jeruk menghendaki sinar matahari secara penuh (bebas
naungan) dengan suhu 13-35˚C yang akan optimum apabila suhu berkisar
antara 22-23˚C dengan curah hujan 1.000-3.000 mm/th.
3. Tanah
Lahan ideal untuk tanaman jeruk adalah yang memiliki lapisan
tanah dalam, hingga kedalaman 150cm tidak ada lapisan kedap air.
Kedalaman air tanah ±75 cm, tekstur lempung berpasir, dan pH ±6.
9
Tabel 2. Persyaratan Penggunaan Lahan Jeruk
Persyaratan penggunaan /
karakteristik lahan
Kelas kesesuaian lahan
S1 S2 S3 N
Temperature (tc)
Temperatur rerata (C) 19 – 33 33 - 36
16 - 19
36 - 39
13 – 16
> 39
< 13
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 1.200 -
3.000
1.000 - 1.200
3.000 - 3.500
800 - 1.000
3.000 – 4.000
< 800
> 4.000
Lamanya masa kering (bulan)
kelembapan (%)
2,5 – 4
50 – 90
4 – 5
< 50
> 90
5 - 6 > 6
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik,
sedang
Agak terhambat Terhambat, agak
cepat
Sangat
terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur Sedang,
agak halus
Agak kasar,
halus
Sangat halus Kasar
Bahan kasar (%) < 15 15 – 35 35 – 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 100 75 – 100 50 – 75 < 50
Gambut :
Ketebalan (cm) < 50 50 – 100 100 – 200 > 200
Kematangan Saprik Saprik, hemik Hemik Fibrik
Retensi hara (nr)
KTK tanah (cmol) > 16 5 – 16 < 5
Kejenuhan basa (%) ≥ 20 < 20 < 20
pH H2O 5,5 – 7,6 5,2 – 5,5
7,6 – 8,0
< 5,2
> 8,0
C-organik (%) > 1,2 0,8 – 1,2 < 0,8
Hara tersedia (na)
N total (%) Sedang Rendah Sgt rendah -
P2O5 (mg/100g) Tinggi Sedang Rendah – Sgt
rendah
K2O (mg/100g) Sedang Rendah Sgt rendah
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) < 3 3 – 4 4 - 6 > 6
Sodisitas (xn)
Alkalinitas / ESP (%) < 8 8 - 12 12 - 15 > 15
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 125 100 - 125 60 - 100 < 60
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) < 8 8 – 15 15 – 30 > 30
Bahaya erosi Sangat
ringan
Ringan–sedang Berat Sangat berat
Bahaya banjir / genangan pada
masa tanam (fh)
Tinggi (cm) 25
Lama (hari) < 7
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 5 – 15 15 – 40 > 40
Singkapan batuan (%) < 5 5 – 15 15 – 25 > 25
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten
Malang, Propinsi Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga
Agustus 2017. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis laboratorium dan
hanya menggunakan pengamatan fisiografis dari lokasi Desa Selorejo Kecamatan
Dau Kabupaten Malang.
3.2 Alat dan Bahan
Pada penelitian ini digunakan metode survey dengan pendekatan
pengamatan Sistem Informasi Geografis sehingga alat dan bahan didominasi
untuk pembuatan peta dasar dan peta projek. Penelitian ini menggunakan alat dan
bahan dengan rincian pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian
No Alat Fungsi
1 Software Arc GIS 10.1 Digunakan untuk pembuatan peta.
2 Google Earth Digunakan untuk melihat kenampakan
daerah penelitian
3 Global Mapper Digunakan untuk menyesuaikan
koordinat.
4 Global Positioning System
(GPS)
Digunakan untuk penunjuk menuju titik
sampel.
No Bahan Fungsi
1 Peta Rupa Bumi Digital
Bakosurtanal Skala 1:25.000
Digunakan untuk pembuatan peta.
2 Peta Geologi Lembar Malang
1608-1 Skala 1:100.000
Digunakan untuk pembuatan peta
3 Digital Elevation Model Digunakan untuk pembuatan peta
11
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei lapang untuk pengamatan
fisiografis lahan dan pendekatan evaluasi lahan melalui Sistem Informasi
Geografis. Dimana metode ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama
pembuatan peta dasar yang akan digunakan untuk penentuan peta SPL (satuan
peta lahan) yang dimana merupakan hasil overlay dari peta geologi, peta
penggunaan lahan, dan peta kelerengan. Kriteria kesesuaian lahan jeruk
menggunakan paduan evaluasi lahan (Djaenudin et al, 2011). Survey dilakukan
dengan metode fisiografi, penentuan titik pengamatan disesuaikan dengan hasil
overlay pada peta kerja. Pada kegiatan survey dilakukan pengumpulan data.
Pada peta kerja terdapat 6 SPL dengan kriteria SPL1 lahan sawah dengan
kelerengan landai, SPL2 lahan tegal dengan kelerengan landai, SPL3 lahan sawah
dengan kelerengan agak curam, SPL4 lahan tegal dengan kelerengan agak curam,
SPL5 lahan sawah dengan kelerengan curam, dan SPL6 lahan tegal dengan
kelerengan curam.
3.4 Alur Kerja
Gambar 1. Alur Kerja
Kelas Kesesuaian
Lahan Tanaman
Jeruk
Faktor Pembatas
Faktor Produksi
Analisis Jalur
Spesifikasi pengolahan
Lahan
Peta kesesuaian lahan
potensial
Pengamatan fisiografis dan
diskripsi penampang tanah Data Produksi
Peta Elevasi Karakteristik Lahan
Evaluasi
Lahan
Matching Persyaratan penggunaan
lahan Jeruk
Peta Geologi Peta
Landuse
Peta Lereng
Satuan Peta Lahan
Digital Elevasi Model
IV. KONDISI UMUM WILAYAH
4.1 Keadaan Umum Lokasi
Penelitian dilaksanakan pada Kecamatan Dau tepatnya di Desa Selorejo
yang memiliki luas area 384 Ha dengan posisi 7⁰56’19.70” lintang selatan dan
112⁰32’46.65” bujur timur. Topografi desa Selorejo tergolong dataran tinggi atau
perbukitan, ketinggian desa Selorejo ± 800 – 1200 mdpl. Secara administratif
batas-batas wilayah Desa Selorejo adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Gading kulon
Sebelah barat : Hutan
Sebelah selatan : Desa Petungsewu
Sebelah timur : Desa Tegalweru
Gambar 2. Peta Admistrasi Desa Selorejo
Desa Selorejo terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Selokerto dan Dusun
Krajan. Desa Selorejo ini merupakan produsen utama jeruk manis di Kecamatan
13
Dau. Suhu rata-rata harian berkisar 24˚C. dan 5-6 bulan basah/tahun. Penduduk di
desa Selorejo sebagian besar berprofesi sebagai petani jeruk, hal ini diperkuat dari
luas lahan jeruk di Desa Selorejo 260 ha dari total luas desa 384 ha.
Petani jeruk di desa ini berada pada usia produktif antara 30-50 tahun.
Petani jeruk pada desa ini dikoordinir melalui kelompok tani di tiap dusun,
dimana pada Dusun Selokerto memiliki Kelompok Tani Margo Mulyo dengan
ketua Bapak Suwandi dan untuk Dusun Krajan memiliki Kelompok Tani Subur
Makmur dengan ketua Bapak Purwanto. Lahan yang digunanakan merupakan
lahan tegal dan lahan sawah tersebut sebelum tahun 1984 komoditas utamanya
adalah palawija dan padi.
4.2 Geologi dan Geomorfologi Desa Selorejo
Dilihat dari peta geologi lembar Malang 1608-1 skala 1:100.000 tahun
1992 Desa Selorejo dipengaruhi oleh satu jenis batuan yaitu batuan gunung api
quarter tengah (Qpkb) hasil dari endapan gunung api Kawi-Butak dimana memiliki
material penyusun yang terdiri atas lava andesit-basal piroksen, breksi gunung api,
tuf, lava, aglomerat, dan lahar dari Kawi-Butak.
Gambar 3. Peta Geologi Desa Selorejo
14
Geomorfologi sangat berkaitan dengan bentukan lahan permukaan bumi.
Wilayah desa Selorejo dioengaruhi oleh aktivitas gunungapi Kawi-Butak dengan
bentukan landform lereng vulkan atas dengan kode (V.1.1.3) dimana mendekati
kerucut vulkan yang curam sehingga bentukan lahan biasa diiringi dengan garis-
garis kikisan yang dalam. Landform selanjutnya adalah lereng vulkan tengah
dengan kode (V.1.1.4) yang dicirikan dengan kerucut vulkan tidak terlalu curam
dengan pola drainase radial dimana aliran air sungai memancar ke segala arah
dengan factor daerah yang berbukit.
Gambar 4. Peta Bentuk Lahan Desa Selorejo
4.3 Penggunaan Lahan Pada Desa Selorejo
Pada peta penggunaan lahan terlihat jelas dominasi dari sawah dan tegal di
mana dibahas sebelumnya bahwa pada Desa Selorejo hampir 80% merupakan
lahan jeruk dengan jenis lahan sawah dan tegalan. Dari data peta penggunaan
lahan dari total luas desa 384ha terbagi menjadi pemukiman 46ha, lahan sawah
125ha, dan tegalan 213ha.
15
Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan Desa Selorejo
4.4 Kondisi Lereng Desa Selorejo
Desa Selorejo memiliki 3 tipe lereng yang meliputi landai (8-15%), agak
curam (15-30%), dan terdapat juga lereng bergelombang sampai bergunung yang
termasuk pada kategori lereng curam (>30%). Dilihat dari peta dapat diketahui
bahwa kondisi wilayah pada Desa Selorejo didominasi oleh daerah yang agak
curam dengan kemiringan daerah 15-30% daerah ini dikelilingi oleh relief
berbukit (perbukitan intrusive). Yang dimana tiap kelas lereng mamiliki luasan
sebagai berikut. Lereng curam (>30%) 125ha, lereng agak curam (15-30%)
187ha, dan lereng melandai (8-15%) 72ha.
Peta lereng Desa Selorejo didapat dari hasil olah Digital Elevasi Model
(DEM) dengan resolusi 30 meter. Hasil olah DEM tersebut di reclassify sesuai
Arsyad S (1989) dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 4. Kelas Kemiringan Lereng Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi
I 0 – 8 Datar
II 8 – 15 Landai
III 15 – 25 Agak Curam
IV 25 – 45 Curam
V > 45 Sangat Curam
16
Gambar 6. Peta Kelerengan Desa Selorejo
4.5 Elevasi Desa Selorejo
Bentuk penampang wilayah pada Desa Selorejo merupakan daerah
berbukit yang sangat biasa terjadi fluktuatif ketinggian antar satu daerah dengan
daerah lainnya. Pada peta elevasi yang dibuat dari DEM Malang ini dilakukan
pembeda rentan antar kelas elevasi senilai 50 mdpl dimana titik terendah pada
763mdpl sehingga diketemukan kelas elevasi sejumlah 9 kelompok dengan beda
tinggi 50 mdpl antara lain 763-813 mdpl, 813-863 mdpl, 863-913 mdpl, 913-963
mdpl, 963-1013 mdpl, 1013-1063 mdpl, 1063-1113 mdpl, 1113-1163 mdpl, dan
1163-1194 mdpl. Pada ketinggian 763-963 mdpl merupakan akses utama dan
masih banyak pemukiman warga. Dimana daerah tersebut bisa dikatakan lebih
datar dan layak untuk mendirikan pemukiman. Pada bagian paling barat di
wilayah penelitian dengan ketinggian mencapai 1194 mdpl karena merupakan
wilayah lereng atas dari gunung api Kawi-Butak.
17
Gambar 7. Peta Elevasi Desa Selorejo
4.6 Curah Hujan Desa Selorejo
Peta curah hujan dalam penelitian ini digunakan sebagai parameter
mengetahui iklim, peta curah hujan pada Desa Selorejo dipengaruhi oleh 3 stasiun
yang tersebar di 3 kecamatan. Berikut ini disampaikan tabel berupa jumlah total
curah hujan sepanjang tahun per bulan. Ada alasan kenapa menggunakan nilai
total curah hujan bukan rerata nilai curah hujan. Karena tanaman pengamatan
merupakan tanaman tahunan yang dimana kriteria kesesuaian lahan yang dimiliki
jeruk menggunakan nilai curah hujan sepanjang tahun.
Bila mana dilihat dari curah hujan yang ada kawasan Desa Selorejo
tergolong pada kelas kesesuaian S3 untuk tanaman jeruk karena memili total masa
kering 6 bulan pada rentan tahun 2004 – 2013. Disajikan dalam Gambar 9 dan
Gambar 11. Total curah hujan sepanjang tahun dan rerata curah hujan bulanan:
18
Sumber BMKG Karangploso
Gambar 8. Rerata Curah Hujan Desa Selorejo
Gambar 9. Peta Curah Hujan Sepanjang Tahun Desa Selorejo
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
350.0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
19
Sumber BMKG Karangploso
Gambar 10. Total Curah Hujan Sepanjang Tahun Desa Selorejo
0.0
500.0
1000.0
1500.0
2000.0
2500.0
3000.0
3500.0
Total Curah hujan Sepanjang Tahun
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Satuan Peta Lahan
Gambar 11. Peta SPL Desa Selorejo
Hasil penyusunan peta satuan lahan desa Selorejo disajikan dalam peta
dengan skala 1:10.000 yang menghasilkan 6 jenis satuan peta lahan. Peta ini
dihasilkan dari intersect dari overlay peta dasar.
SPL1 terdiri dari penggunaan lahan sawah dengan kelerengan melandai (8-
15%) dengan batuan induk berasal dari batuan gunungapi quarter tengah (Qpkb).
SPL2 terdiri dari penggunaan lahan tegalan dengan kelerengan melandai (8-15%)
dengan batuan induk berasal dari batuan gunungapi quarter tengah (Qpkb). SPL3
terdiri dari penggunaan lahan sawah dengan kelerengan agak curam (15-30%)
dengan batuan induk berasal dari batuan gunungapi quarter tengah (Qpkb). SPL4
terdiri dari penggunaan lahan tegalan dengan kelerengan agak curam (15-30%)
dengan batuan induk berasal dari batuan gunungapi quarter tengah (Qpkb). SPL5
terdiri dari penggunaan lahan sawah dengan kelerengan curam (>30%) dengan
21
batuan induk berasal dari batuan gunungapi quarter tengah (Qpkb). SPL6 terdiri
dari penggunaan lahan tegalan dengan kelerengan curam (>30%) dengan batuan
induk berasal dari batuan gunungapi quarter tengah (Qpkb).
5.2 Kesesuaian Lahan Tanaman Jeruk
Tabel 4 adalah kesesuaian lahan tanaman jeruk menurut hasil olah data
peta klerengan dan curah hujan pada lokasi pengamatan dengan menggunakan
kriteria pedoman evaluasi lahan Djaenudin et al, (2011).
Tabel 5. Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Jeruk
SPL Kelas Kesesuaian Lahan Faktor Pembatas
SPL 1 S2 eh
SPL 2 S3 eh
SPL 3 S3 eh
SPL 4 S3 eh
SPL 5 N eh
SPL 6 N eh
Ket: eh: bahaya erosi
Pada Tabel 5 menunjukkan kelas kesesuaian lahan di lokasi pengamatan.
Kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk hanya 2 faktor dominan pada lokasi
pengamatan yaitu dibatasi oleh ketersediaan air terutama dari curah hujan.
Menurut pariwisata Batu (2013) rata-rata curah hujan di kota malang adalah 875-
3.000 mm/tahun. Namun dari data yang didapat di BMKG Stasiun Klimatologi
Karangploso pada tahun 2004 sampai tahun 2013, rata-rata curah hujan di
Kecamatan Dau adalah 1907,6 mm/tahun atau memiliki kisaran antara 1528-2932
mm/tahun. Selain curah hujan, faktor lain yang mempengaruhi adalah lereng, hal
ini disebabkan wilayah kota malang merupakan daerah yang bergelombang dan
berbukit.
Pada tabel 5 menunjukkan faktor pembatas pada pengamatan SPL1 adalah
faktor bahaya erosi. Dimana menjadi faktor pembatas utama dalam penelitian ini
karena melihat kelerengan yang memerlukan pengolahan lebih lanjut dalam
melakukan aktivitas pengolahan tanah. Dilihat dari nilai kelerengan yang masuk
pada lereng melandai, dengan presentase kemiringan 8-15%. Jadi faktor pembatas
22
pada pengamatan SPL1 adalah bahaya erosi (eh) dan masuk dalam kelas S2
dengan luas total SPL1 25ha.
Faktor pembatas pengamatan SPL2 adalah faktor bahaya erosi (eh) yang
dilihat dari nilai kelerengan yang masuk pada lereng agak curam, dengan
presentase kemiringan 15-30%. Jadi faktor pembatas pada pengamatan SPL2
adalah eh dan wa, masuk dalam kelas S3. SPL2 ini memiliki luasan 42ha, faktor
wa (ketersediaan air) didapat karena lokasi pengamatan yang terletak pada
kawasan tanah tegal dan jauh dari wilayah irigasi, sehingga perlu modifikasi
irigasi untuk memenuhi kebutuhan air pada suatu lahan tersebut.
Pengamatan SPL3 yang memiliki total luasan 70ha dikategorikan memiliki
faktor bahaya erosi yang dilihat dari nilai kelerengan yang masuk pada lereng
agak curam, dengan presentase kemiringan 15-30%. Jadi pengamatan terhadap
SPL3 digolongkan menjadi kelas kesesuaian S3 dengan factor pembatas bahaya
erosi (eh).
Pada pengamatan SPL4 yang menurut data peta memiliki kriteria nilai
kelerengan yang masuk pada lereng agak curam, dengan presentase kemiringan
15-30%, penggunaan lahan tegalan, memiliki elevasi mulai dari terendah
(763mdpl) hingga tertinggi (1194mdpl), dan total luasan daerah mencapai 131ha
memiliki factor pembatas utama adalah baya erosi (eh) sehingga tergolong kelas
S3 pada kelas kesesuaian lahan.
Pada Desa Selorejo sebenarnya terdapat pula wilayah yang tidak sesuai
untuk dijadikan lahan budidaya jeruk, faktor pembatas utamanya sangat mencolok
dari bahaya erosi. Dimana jeruk adalah tanaman yang tidak mentolelir naungan
sehingga dalam suatu lahan jeruk tidak didapati tanaman dengan kelas strata lebih
tinggi dari jeruk (pohon) karena dapat merusak hasil produksi jeruk tersebut.
Lahan pada SPL5 memiliki kelas lereng curam dengan presentase kemiringan
>30%. Hal ini seharusnya menjadikan lahan tersebut menjadi daerah konservasi
karena resiko bahaya longsor sangat tinggi dapat terjadi. Dari SPL5 ini sendiri
memiliki total luasan 29ha. Sedangkan pada faktor pembatas pengamatan SPL5
adalah faktor bahaya erosi yang dilihat dari nilai kelerengan yang masuk pada
lereng curam, dengan presentase kemiringan >30%. Jadi faktor pembatas pada
pengamatan SPL5 adalah bahaya erosi (eh) dan masuk dalam kelas N. Pada
23
pengamatan terahir dalam SPL6 adalah faktor bahaya erosi yang dilihat dari nilai
kelerengan yang masuk pada lereng curam, dengan presentase kemiringan >30%.
Jadi faktor pembatas pada pengamatan SPL6 adalah eh dan masuk dalam kelas N,
sehingga 2 SPL terahir (SPL5 dan SPL6) merupakan lahan yang tidak sesuai
untuk dilakukan budidaya taneman jeruk dengan factor utama bahaya erosi.
Dibawah ini peta kesesuaian lahan aktual tanaman jeruk pada Desa Selorejo
Kecamatan Dau.
Gambar 12. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Desa Selorejo
5.3 Persyaratan Tumbuh Tanaman Jeruk Dan Data Produksi
Dari informasi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika
pemilihan lokasi menjadi syarat tumbuh pertama dan utama untuk tanaman jeruk.
Pemilihan lokasi ini dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu ketinggian tempat,
iklim, dan unsur hara (tanah). Pada penelitian ini digunakan dua dari tiga syarat
tumbuh tanaman jeruk menurut pamilihan lokasi, yaitu ketinggian tempat dan
iklim. Meskipun adaptasinya luas, setiap varietas jeruk memiliki kriteria khusus
dan akan berproduksi secara optimal apabila ditanam pada ketinggian yang sesuai.
Pada penelitian ini dilakukan pada varietas siam madu dengan pacitan.
24
Tabel 6. Adaptasi beberapa varietas jeruk terhadap ketinggian tempat
Varietas Dataran Rendah
≤ 400 m dpl
Dataran Medium
> 400 – 700 m dpl
Datarn Tinggi
>700 m dpl
Keprok Batu 55 - + + +
Keprok Tejakula + + - -
Siam Madu - + + +
Siam Pontianak + + + -
Pamelo + + - -
Pacitan + + + +
Ket : (++) optimal, (+) kurang optimal, (-) tidak dianjurkan http://balitjestro.litbang.deptan.go.id
Pada Desa Selorejo yang memiliki ketinggian daerah 763-1194 dapat
diketahui bahwa varietas Siam Madu akan tumbuh optimal karena adaptasi
terhadap dataran tinggi bisa optimal. Namun kurang optimal untuk Jeruk Pacitan.
Hasil kelas kesesuaian lahan jeruk yang didapat berdasarkan persyaratan
tumbuh dari Djaenudin dkk, (2011) kemudian dibandingkan dengan kelas
kesesuaian lahan aktual di lapangan pada tanaman jeruk. Kelas kesesuaian lahan
jeruk diolah dengan menggunakan data produksi serta kriteria kesesuaian lahan
berdasarkan produksi dengan pedoman dari FAO (1993). Kriteria kesesuaian
lahan tanaman apel berdasarkan data produksi faktual dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 7 Kelas Kesesuaian Lahan Produksi (FAO, 1993)
Persentase nilai produksi Kelas
<40% N
40-60% S3
60-80% S2
>80% S1
Untuk mengetahui presentase produksi jeruk menggunakan rumus sebagai
berikut:
Presentase Produksi :
Sumber : Libang Pertanian.go.id
25
Produksi aktual adalah nilai produksi aktual di lahan dengan satuan ton per
hektar. Data nilai produksi actual didapat dari data Desa Selorejo berkat kerja
sama dengan Bapak Bambang Soponyono selaku kepala desa Selorejo beserta
Bapak Purwanto selaku ketua kelompok tani Subur Makmur yang berada pada
dusun Krajan dan Bapak Suwandi selaku ketua kelompok tani Margo Mulyo yang
berada pada dusun Selokerto.
Sedangkan potensi produksi adalah potensi produktivitas jeruk perpohon.
Potensi produksi untuk jeruk adalah 32,16 ton/ha (RENSTRA Kementrian
Pertanian, 2015). Rerata potensi produksi 25-40 ton/ha.
Tabel 8. Presentase Produksi Jeruk
Lokasi Jeruk Baby
(Citrus sinensis)
Kelas Jeruk Siam Madu
Kelas
Produksi
aktual
(ton/ha)
Presentase
produksi
(%)
Produksi
aktual
(ton/ha)
Presentase
produksi
(%)
SPL 1 24,9 62.25 S2 38,07 95 S1
SPL 2 21,5 53,75 S3 36,5 91,25 S1
SPL 3 22,23 55,57 S3 36,55 91,3 S1
SPL 4 20,22 50,55 S3 32,16 80,4 S1
SPL 5 19,35 49,37 S3 32,44 81,1 S1
SPL 6 20,4 51 S3 34,9 87,25 S1
Tabel 8 menunjukan kelas kesesuaian potensial tanaman jeruk baby dan
jeruk siam. Hasil menunjukkan setiap varietas memiliki kelas kesesuaian yang
berbeda di setiap SPL. Dilihat dari tabel diatas produksi aktual pada jeruk baby
(Citrus sinensis) tertinggi terdapat pada SPL1 dengan hasil 24,9 ton/ha. Hal ini
ditunjukkan karena adaptasi varietas jeruk baby terhadap ketinggian tempat. Dari
data Balitjestro Malang jeruk baby akan optimal pada ketinggian >400 – 700mdpl.
Sedangkan untuk daerah desa Selorejo memiliki ketinggian >700 mdpl. Sehingga
presentase produksi dari jeruk baby kurang optimum untuk kawasan ini.
Namun berbeda pada hasil data varietas jeruk siam madu yang terdapat
pada desa Selorejo. Kelas potensi produksi pada setiap SPL menunjukkan skala
S1 dimana memiliki arti sangat sesuai. Hal ini dikarenakan varietas jeruk siam
madu sangat sesuai dengan wilayah desa Selorejo yang memiliki ketinggian diatas
700 m dpl. Sehingga sangat optimal lingkungan tumbuh daerah pengamatan untuk
jeruk siam madu.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria penelitian dilihat dari data
kelerengan, curah hujan, dan satuan peta lahan yang dimana penilaian
disesuaikan dengan ketentuan menurut Djaenudin (2011) sehingga perlu
ada penambahan factor pembatas untuk mengetahui kelas kesesuaian yang
lebih detail.
2. Kelas kesesuaian produksi didapatkan kelas S1, S2 dan S3. Dilihat dari
beda varietas, beda kebutuhan tanaman, dan beda tipe penggunaan lahan.
Produksi jeruk akan optimal apabila ketiga poin tersebut dapat dipenuhi,
dengan perbedaan kelerengan pada lahan yang digunakan dapat
mempengaruhi produktifitas jeruk.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
penanaman tanaman jeruk untuk mendapatkan produksi yang optimal, namun
diperlukan penambahan pengamatan pada parameter lain antara lain media
perakaran dan retensi hara agar data peta kesesuaian lahan lebih valid.
DAFTAR PUSTAKA
Balittanah. 2004. Juknis Pengamatan Tanah. ISBN 979-9474-46-9. (Tersedia daring di
balittanah.litbang.pertanian.go.id>juknis).
BBSDLP. 2016. Evaluasi Lahan. (Tersedia daring di bbsdlp.litbang.pertanian.go.id/evaluasi_lahan.php).
Cahyani, et. al. 2003. Keberadaan Jenis-Jenis Tanaman Jeruk (Citrus sp) di Kecamatan Dau Kabupaten
Malang Sebagai Upaya Pendahuluan Konservasi. Agrivita 25(1) : 1-5
CSR/FAO. 1983. Reconnaissance Land Resource Surveys 1:250.000 Scale Atlas Format Procedures.
(Tersedia daring di library.wur.nl/isric/fulltext/isricu_i00006137_001.pdf).
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk
Komoditas Pertanian. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang
Pertanian, Bogor.
ESRI, 1990, “Understanding GIS : The Arc/ Info Methode Environmental System”, Research Institute,
Redlands, California
Hardjowigeno, S. 1985. Klasifikasi Tanah dan Lahan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis : Konsep-konsep dasar. Penerbit Informatika :
Bandung.
Rayes, M. L. 2006. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Andi. Yogyakarta.
Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. Twelfth Edition, 2014. United States Department of
Agriculture. United States.
Soelarso, B. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius. Yogyakarta.
Sastrohartono, H. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Perkebunan dengan Aplikasi Extensi Artificil
Neutral Network (ANN.AVX) dalam ArcView-GIS. Edisi Pertama. FTP Institut Pertanian
Stiper : Yogyakarta.
Sys, C., E. Van Rast, J. Debaveye, and F. Beernaert. 1993. Land Evaluation, part III, Crop Requirements.
Agriculltural Publication No. 7. General Administration for Development Cooperations.
Brussels. Belgium.
Siswanto. 2006. Evaluasi Sumberdaya Lahan. UPN Veteran Jawa Timur : Surabaya.
Qoriani, H.F. 2012, “Sistem Informasi Geografis Untuk Mengetahui Tingkat Pencemaran Limbah Pabrik
Di Kabupaten Sidoarjo”, Jurnal LINK, Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer,
Universitas Norotama Surabaya.