Upload
irfan-rakhman-hidayat
View
369
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rangkuman buku neuman chapter 4
Citation preview
THE MEANING OF METHODOLOGY
W.L. Neuman, Social Research Methods, Qualitative and Quantitative Approaches, Ch. 4
Kelompok 1
Andaresta Dhinda Sasdana
Calvin F. Luthfi
Hye Seon
Lia Pitaloka
Ramadhika Vebryto
Retno Avriesta
INTRODUCTION
Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai makna ilmu pengetahuan (sciences) dalam
ilmu pengetahuan sosial (social sciences). Bab ini juga akan menjelaskan mengenai apa yang
peneliti lakukan saat melakukan penelitian dan bagaimana peneliti melakukan penelitian, dan
memacu untuk memahami apa yang dimaksud ilmiah (scientific) dalam penelitian ilmiah
sosial (social scientific research).
Ada pertanyaan mengenai dimana letak ilmu pengetahuan dalam ilmu pengetahuan
sosial. Pertanyaan itu dapat dijawab dengan melihat ilmu pengetahuan sosial memiliki
metode-metode yang digunakan dalam penelitian sosial. Metode penelitian adalah yang
membuat ilmu pengetahuan sosial menjadi ilmiah. Tetapi, jawabannya tidak sesederhana itu,
masih terjadi perdebatan mengenai pertanyaan tersebut hingga sekarang. Dalam mempelajari
dunia sosial, diperlukan pemahaman diluar definisi kaku dari ilmu pengetahuan dan perlu
menggunakan pendekatan selain pendekatan dalam ilmu pengetahuan alam (natural
sciences). Karena, dunia sosial dijalankan oleh manusia yang berbeda dengan subjek ilmu
pengetahuan alam dan berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Maka dari itu, diperlukan
pendekatan khusus dengan metode yang berbeda dan sesuai untuk melakukan penelitian
dalam mempelajari manusia dan dunia sosial.
THREE APPROACHES
Dalam penelitian sosial dapat digunakan tiga pendekatan sebagai dasar dari metode
penelitian yang digunakan. Tiga pendekatan itu adalah positivisme, interpretive social
science, dan crtical social science. Ketiga pendekatan itu menggambarkan perbedaan yang
mendasar atas pandangan dan asumsi alternatif mengenai penelitian ilmiah sosial.
POSITIVIST SOCIAL SCIENCE
Positivist social science atau ilmu pengetahuan sosial positivis digunakan secara luas.
Positivisme secara singkat didefinisikan sebagai pendekatan dari ilmu-ilmu alam (natural
sciences). Penganut pendekatan positivisme menyatakan metode ilmu pengetahuan sosial dan
ilmu pengetahuan alam memiliki prinsip dan logika umum yang sama serta pengkajiannya
dilakukan dengan metode yang sama. Positivisme diasosiasikan dengan berbagai teori sosial
diantaranya dengan teori struktural-fungsional, pilihan rasional, dan dasar teori pertukaran.
Peneliti penganut positivisme lebih memilih data kuantitatif dan sering menggunakan
eksperimen, survei, dan statistik dalam melakukan penelitian. Mereka lebih memilih
penelitian “objektif”, ukurannya tepat, serta teliti. Dalam positivisme, peneliti diharuskan
bebas nilai, menganalisa penelitian hanya berdasarkan pada respon dari responden tanpa
dipengaruhi oleh nilai-nilai peneliti. Sebagian besar penelitan yang dilakukan oleh
kriminolog, pengamat pasar, penganalisis kebijakan, pengevaluasi program, perencana, dan
pengelola administrasi menggunakan pendekatan positivisme.
Tujuan penelitian sosial positivis adalah untuk mendapatkan penjelasan secara ilmiah
mengenai realitas sosial. Alasan lain yang penting adalah untuk mempelajari mengenai
bagaimana dunia bekerja sehingga orang-orang dapa mengontrol dan memprediksi suatu
kejadian. Menurut positivis, peneliti perlu melakukan penelitian ilmiah sosial untuk
mengembangkan prinsip dan model abstrak mengenai dunia sosial yang dapat diuji melalui
pengumpulan data secara teliti.
Positivis melihat dengan jelas perbedaan antara ilmiah dan bukan ilmiah. Positivis
melihat kebenaran dengan cara yang ilmiah dan hal itu merupakan cara yang terbaik.
Penjelasan ilmiah positivis bersifat nomothetic. Bentuk penjelasan yang diberikan oleh
positivis berupa sebab-akibat. Positivis percaya pada akhirnya hukum dan teori dari ilmu
sosial dapat dinyatakan dalam sistem simbol formal, seperti matematika dan ilmu pasti
lainnya.
INTERPRETIVE SOCIAL SCIENCE (ISS)
Pendekatan interpretive dalam ilmu pengetahuan sosial sering diasosiasikan dengan
interaksionisme simbolik. Pendekatan ini seringkali disebut metode penelitian kualitatif.
Jenis-jenis dari ISS diantaranya adalah, hermeneutics, constructionism, ethnomethodology,
cognitive, idealist, phenomenological, subjectivist, dan sosiologi kualitatif. Metode yang
dapat digunakan pada penelitian dengan pendekatan interpretive adalah observasi dan
penelitian di lapangan (field research), analisa transkrip dari hasil perbincangan atau
interview, mempelajari rekaman tingkah laku secara mendetail, melihat komunikasi non
verbal. Metode tersebut digunakan untuk memahami detail interaksi sasaran penelitian.
Tujuan dilakukannya penelitian dengan pendekatan ISS adalah untuk memahami
kehidupan sosial yang ada dan menemukan bagaimana orang – orang menanggapinya secara
natural dengan mencoba melihat melalui pandangan orang-orang yang diteliti tentang
kehidupan sosialnya. Selain itu juga untuk mengetahui kaitan dari kehidupan sosial yang ada
dengan budaya yang hidup di dalamnya. Pendekatan ISS melihat bahwa kehidupan sosial itu
didasarkan pada interaksi sosial dan sistem makna yang telah terkonstruksi dalam masyarkat
sesuai dengan interpretasi masing-masing masyarakat atas kejadian dan realitas sosialnya.
Menurut pendekatan interpretive, common sense merupakan sumber informasi yang
vital untuk memahami pandangan orang-orang karena dalam kehidupan sehari-hari manusia
menggunakan common sense untuk memahami dunia dan berinteraksi rutin. Menurut ISS,
manusia akan sulit hidup jika hanya berpikir secara ilmiah. Common sense juga disebut
sebagai natural attitude. Dalam menentukan benar atau salah suatu informasi, dalam ISS
dilakukan penelitian yang mendalam dengan mempertimbangkan dan menghubungkan sudut
pandang berbagai orang. Informasi dalam penelitain interpretive lebih bersifat tersirat dalam
latar sosial objek yang diteliti sehingga dapat terjadi ambigu. Unuk menghindarinya, peneliti
menggunakan metode bracketing untuk mengesampingkan asumsi taken-for-granted dalam
adegan sosial dan mencoba mengkaji ulang kegiatan normal yang memiliki arti “jelas”.
Penelitian dengan pendekatan interpretive menggunakan pendekatan ideographic dan
induktif. Penelitian dengan ISS, menghasilkan laporan penelitian yang berebeda dengan
pendekatan positivis. Bentuknya seperti cerita, dimana saat pembaca membacanya dapat
merasakan realitas sosial dari sasaran penelitian dalam laporan.
CRITICAL SOCIAL SCIENCE (CSS)
Critical social science (CSS) merupakan penengah dari pendekatan interpretive dan
positivisme, menggunakan pendekatan nomothetic dan ideographic. Tetapi CSS setuju
dengan kritik yang ditujukan pada ISS dan positivisme. Sehingga, CSS mencoba mengambil
kelebihan-kelebihan pendekatan ISS dan positivisme untuk metode penelitiannya.
Pendekatan CSS sering disebut juga dialectical materialism, class analysis, dan
structuralism.
Penelitan dengan pendekatan CSS ditujukan untuk mengubah dunia dengan
mengkritisi dan mengubah hubungan sosial dengan cara mengungkap sumber utama dari
hubungan sosial dan memberdayakan masyarakat. Peneliti CSS berorientasi pada kegiatan
(action oriented). CSS mencoba memecahkan mitos, kebenaran tersembunyi, dan membantu
orang untuk mengubah dunia untuk mereka sendiri.
CSS melihat realita sosial dari sudut pandang pihak ketiga dan melihat realita sosial
sebagai hal yang dinamis. Peneliti kritis menelaah sejarah masyarakat sasaran untuk
dibandingkan dengan masyarakat lain dalam mencari solusi alternatif dalam menata
kehidupan masyarakat sasaran. Peneliti kritis berusaha memberi pertanyaan menggunakan
teori dan orientasi sejarah yang jelas untuk menjelaskan realitas sosial yang tersembunyi.
Pendakatan CSS berpendapat bahwa peneliti sosial perlu belajar pikiran yang
subjektif dan common sense karena kedua hal tersebut membentuk perilaku yang menjadi
kseharian manusia. Common sense dilihat sebagai pengungkap kemunculan struktur yang
sulit dijelaskan dalam masyarakat. Peneliti CSS juga perlu menggunakan teori yang sesuai
untuk mengamati konflik, interkoneksi, dan melihat dan memprediksi perubahan di masa
depan. CSS tidak terlalu fokus pada hukum yang tetap, karena menganggap pada masa depan
hukum akan berubah sesuai perilaku manusia.
Pendekatan kritis mencoba mengurangi kesenjagan di antara objek dan subjek. Hal itu
memperlihatkan bahwa fakta kondisi material ada, tetapi fakta itu bukan teori netral. Karena
fakta yang ada disuatu kelompok belum tentu sama. Sehingga, dalam memahami fakta
informasi membutuhkan pemahaman terhadap kerangka nilai, teori dan makna.
Pendekatan CSS berorientasi aktivis. Penelitian sosial merupakan aktivitas moral
politik yang membutuhkan komitmen penelitian pada posisi nilai. Pendekatan kritis
menyatakan bahwa hanya ada sedikit pandangan yang benar. Bagi CSS, menjadi objektif
bukan menganut bebas nilai. Objektif bagi CSS berarti penelitian tidak disimpangkan dan
menggambarkan realitas yang ada. CSS menganggap pengetahuan (knowledge) merupakan
kekuatan dan pandangan yang digunakan peneliti CSS dalam penelitian merupakan
pandangan yang sudah menjadi teknis, bukan diciptakan oleh peneliti sendiri.
FEMINIST AND POSTMODERN RESEARCH
Terdapat pendekatan tambahan dalam penelitian yang masih berkembang dan belum
banyak diketahui dibanding ketiga pendekatan sebelumnya. Diantaranya yaitu pendekatan
feminsme dan postmodern. Keduanya mengkritik ketiga pendekatan positivisme, ISS, dan
CSS.
Penelitian dengan pendekatan feminisme dilakukan oleh mayoritas para perempuan
yang memegang identitas diri feminis dan sadar akan sudut pandang feminis. Metodologi
feminis mencoba memberi suara kepada perempuan dan mengkoreksi sudut pandang yang
terorientasi pada laki-laki yang mendominasi perkembangan ilmu sosial. Penganut feminisme
melihat perempuan lebih menekankan pada akmodasi dan ikatan manusia yang secara
bertahap berkembang dan melihat dunia sosial sebagai jaring hubungan manusia yang
dihubungkan dengan perasaan saling percaya dan saling memiliki kewajiban masing-masing.
Perempuan cenderung subjektif, empati, berorientasi pada proses, dan menekankan sisi
inklusif kehidupan sosial. Peneliti feminisme berorientasi pada tindakan, mencoba
mengembangkan nilai-nilai feminis, cenderung tidak objektif, dan lebih terlepas. Metode
yang digunakan peneliti dengan pendekatan feminisme biasanya kualitatif dan studi kasus.
Penelitian dengan pendekatan postmodern merupakan bagian dari pemahaman yang
berevolusi mengenai dunia kontemporer yang meliputi seni, musik, literatur, dan kritik
kebudayaan. Penelitian dengan pendekatan postmodern melihat tidak adanya perbedaan
antara seni atau humanities dengan ilmu sosial. Penelitian postmodern mencoba membngkar
ilmu sosial. Pendekatan postmodern tidak mempercayai observasi yang dilakukan sistematis
empiris, dan meragukan pengetahuan dapat digeneralisasikan atau diakumulasikan dari waktu
ke waktu. Pendekatan ini melihat ilmu pengetahuan memiliki bentuk yang beragam dan unik
sesuai dengan masyarakat atau kelompok lokal tertentu. Postmodernist menoloak
menggunakan ilmu pengetahuan untuk memprediksi dan memutuskan kebijakan. Hasil
laporan penelitian dari penelitian dengan pendekatan postmodern lebih bergaya teateritikal,
ekspresif, atau dramtis, dapat dalam bentuk film, fiksi, karya musikal, atau drama. Tujuannya
adalah untuk menstimulasi penyimak, membangkitkan respon, meningkatkan rasa penasaran,
sekaligus memberikan hiburan. Para postmodernist menganggap bahwa pengetahuan
mengenai kehidupan sosial yang dihasilkan dari penelitian peneliti lebih efektif
dikomunikasikan melalui cara-cara tersebut dibandingkan melalui jurnal atau artikel.