Upload
irfan-lorda
View
398
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TEORI PENDAHULUANPERENCANAAN PELABUHAN
Secara teknis Pelabuhan adalah salah satu bagian dari ilmu bangunan
maritim/kepulauan dimana peranan pelayaran ialah sangat penting bagi kehidupan sosial,
ekonomi, pemerintahan, pertahanan/keamanan dan sebagainya. Dari kegiatan yang dilakukan
dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar yang meliputi angkutan penumpang,
bongkar muat barang, dan lain sebagainya.
Ditinjau dari sub angkutan (transport), maka Pelabuhan adalah salah satu simpul dari
mata rantai kelancaran angkutan muatan laut dan darat. Jadi secara umum Pelabuhan adalah
suatu daerah perairan yang terlindung terhadap badai/ombak/arus. Sehingga kapal dapat
berputar (Turning Basin), bersandar/membuang sauh, demikian rupa hingga bongkar muat
atas barang dan perpindahan penumpang dapat dilaksanakan, guna mendukung fungsi-fungsi
tersebut dibangun dermaga (Piers or Wharves), jalan, gudang, fasilitas penerangan,
telekomunikasi dan sebagainya, sehingga fungsi perpindahan muatan dari kapal/ke kapal
yang bersandar dipelabuhan menuju tujuan selanjutnya dapat dilakukan.
Pelabuhan dapat dibangun disuatu teluk, daerah terlindung, di muara dan di sungai.
Dari sudut teknis, maka dikenal beberapa macam pelabuhan, yaitu :
a). Pelabuhan Alam (Natural and protected Harbour), adalah suatu daerah yang menjurus
kedalam (Onlet) terlindung oleh suatu pulau, atau terletak di suatu teluk, sehingga
navigasi dan berlabuhnya kapal-kapal dilaksanakan.
Contoh : Dumai, Cilacap, New York, Mahburg, dsb.
Gambar 1. Pelabuhan Alam
1
b). Pelabuhan buatan (Artifical Harbour), adalah suatu daerah perairan yang dibuat manusia
sedemikian rupa, sehingga terlindung terhadap ombak/badai/arus, sehinga memungkinkan
kapal-kapal dapat merapat.
Contoh : Tg. Priuk, Daver, Colombu, dll.
Gambar 2. Pelabuhan Buatan
c). Pelabuhan semi alam (Semi Natural Harbour), adalah merupakan campuran dari kedua
type di atas.
Contoh : Palembang.
Gambar 3. Pelabuhan Semi Alam
2
Dari sudut pengusahaan jasa pelabuhan dapat dibagi atas :
1. Pelabuhan yang diusahakan, ialah pelabuhan dalam pembinaan Pemerintah yang sesuai
dengan kondisi, kemampuan dan pengembangan potensinya, diusahakan menurut azas
hukuman perusahaan.
2. Pelabuhan yang tidak diusahakan, ialah pelabuhan dalam pembinaan pemerintah yang
sesuai dengan kondisi kemampuan dan pengembangan potensinya masih menonjol sifat
“Overheid Zong”.
3. Pelabuhan Otonom, ialah pelabuhan yang diserahkan wewenangnya untuk mengatur diri
sendiri.
Ditinjau dari segi penyelenggaraannya :
1. Pelabuhan Umum
Pelabuhan umum diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum,
dimana penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat
dilimpahkan kepada badan usaha milik negara yang didirikan untuk maksud tersebut.
2. Pelabuhan Khusus
Pelabuhan khusus diselenggarakan untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan
tertentu, dan pelabuhan ini tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum.
Ditinjau dari jenis fungsinya dalam perdagangan:
1. Pelabuhan laut, ialah pelabuhan yang terbuka untuk jenis perdagangan dalam dan luar
negeri yang menganut undang-undang pelayaran Indonesia.
2. Pelabuhan Pantai, ialah pelabuhan yang terbuka bagi jenis perdagangan dalam negeri.
Ditinjau dari jenis pelayanan kepada kapal dan muatannya:
1. Pelabuhan Utama (Mayor Port), yaitu merupakan pelabuhan yang melayani kapal-kapal
besar dan merupakan pelabuhan pengumpul / pembagi muatan.
2. Pelabuhan Cabang (Feeder Port), merupakan pelabuhan yang melayani kapal-kapal kecil
yang mendukung pelabuhan utama.
3
Ditinjau dari segi penggunaannya:
1. Pelabuhan Ikan
Pada umumnya pelabuhan ini tidak memerlukan kedalaman air yang besar karena
kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar.
Gambar 4. Pelabuhan Ikan
2. Pelabuhan Minyak
Pelabuahn minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan yang harus
dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup membuat jembatan
perancah atau tambahan yang dibuat menjorok kelaut untuk mendapatkan kedalaman
air yang cukup besar. Untuk keamanan pelabuahn minyak harus diletakkan agak jauh
dari keperluan umum.
Gambar 5. Pelabuhan Minyak
4
3. Pelabuhan Barang
Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi fasilitas untuk bongkar muat
barang. Pelabuhan ini dapat berada dipantai atau estuari dari sungai besar. Daerah
pelabuhan harus cukup tenang sehingga memudahkan untuk bongkar muat barang.
Gambar 6. Pelabuhan Barang
4. Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan barang dimana
pelabuhan penumpang yaitu untuk melayani segala kegiatan yang berhubungan
dengan kebutuhan orang yang akan bepergian.
Gambar 7. Pelabuhan Penumpang
5
5. Pelabuhan Campuran
Pada umumnya pencampuran pemakaian ini terbatas untuk penumpang dan barang,
sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan biasanya tetap berpisah.
6. Pelabuhan Militer
Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk memungkinkan
gerakan cepat kapal-kapal perang dan agar bangunan cukup terpisah.
Untuk merealisir suatu pembangunan pelabuhan, maka minimal ada 7 (tujuh) data -
data pokok yang dibutuhkan yaitu :
1. Asal dan tujuan muatan (orogin and desmution ), dan jenis muatan.
2. Klimotologi, yang meliputi angin, pasang surut, sifat air laut.
3. Topografi, Geologi, dan Struktur tanah.
4. Rencana pembiayaan, ukuran-ukuran keberhasilan, secara ekonomis dilihat dari segi
investasi.
5. Pendayagunaan modal ditinjau dari segi Operasional, terutama penanganan muatan.
6. Kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang menyinggahinya dan sarana/prasarana
angkutan lain yang mendukung kegiatan pelabuhan dengan daerah pendukungnya
secara keseluruhan (komprehensif).
7. Kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lain dalam rangka lalu lintas dan sistem jaringan
guna mendukung perdagangan.
Masalah khusus yang biasanya terdapat dalam melaksanakan perancangan
pembangunan pelabuhan adalah:
1. Pembangunan pelabuhan di daerah yang baru (Virgin) atau pengembangan pelabuhan
perluasan.
2. Pelaksanaan pembangunan konstruksi pada kondisi tanah lumpur atau terjal.
3. Pelaksaan pembangunan pelabuhan yang mempunyai kedalaman besar (pelaksanaan
sukar).
4. Pergerakan alur pelayaran untuk kapal-kapal yang dikaitkan kemungkinan terjadinya
endapan didalam kolam atau alur pelabuhan.
5. Pemakaian konstruksi material yang baru.
6
Ciri-ciri teknis yang harus diperhatikan agar pelabuhan yang dirancang dapat
memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1. Kapal harus dengan mudah keluar masuk pelabuhan dan bebas dari gangguan
gelombang dan cuaca, sehingga navigasi kapal dapat dilakukan.
2. Tersedia ruang gerak kapal di dalam kolam dan dalam pelabuhan. Gerakan memutar
kapal untuk mengarah keluar pelabuhan harus dimungkinkan sebelum kapal
ditambatkan.
3. Pengerukan mulu (capital dredging) dan pemeliharaan pergerakan (maintenance
dredging) yang minim.
4. Mengusahakan perbedaan pasang/surut yang relatif kecil, tetapi pengendapan
(sedimentasi) harus dapat dihilangkan/diperkecil.
5. Kemudahan kapal untuk bertambat.
6. Pembuatan tambatan / dermaga diusahakan sedemikian rupa agar :
a) Biaya awal dan biaya pemeliharaan yang minim, tetapi kuat memikul muatan,
peralatan dan tumbukan kapal pada saat menambat.
b) Letak dan bentuk tambatan yang mampu menampung bermacam jenis kapal
dengan jarak (draft) dan atau panjang kapal yang berlainan.
c) Mempunyai ukuran (dimensi) yang cukup untuk melaksanakan bongkar muat,
jalan kereta api, jalan raya, gedung pelabuhan alat-alat transportasi lain yang
beroperasi dipelabuhan.
d) Bagi barang khusus (curah), maka penanganan bongkar muat agar dapat dilakukan
efisien.
7. Cukup mempunyai tempat-tempat penyimpanan tertutup (bidang transit) ataupun
lapangan terbuka (open strage) untuk menampung muatan.
8. Penyediaan peralatan bongkar muat yang memadai .
9. Fasilitas prasarana lain yang mendukung yaitu; air bersih, listrik, telpon, dan minyak
yang cukup untuk melayani kapal dan matan.
10. Mempunyai aringan angkutan darat yang mudah dengan daerah pendukungnya
(hinterland).
11. Muatan diusahakan bebas dari gangguan, misalnya terhadap pencurian dan bahaya
kebakaran.
12. Tersedia fasilitas pemeliharaan minimal baik bagi kapalnya (dok) ataupun
pemeliharaan peralatan.
7
13. Tersedia fasilitas perkantoran untuk para karyawan dipelabuhan agar lalu lintas dapat
dilakukan dengan cepat (non phsic).
14. Masih dimungkinkannya perluasan/pengembangan pelabuhan.
DERMAGA
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menarik/menurunkan
penumpang. Dimensi Dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan
bertambat pada dermaga tersebut. Di belakang dermaga terdapat apron, gudang transit,
tempat bongkar muat barang dan penumpang. Dimana apron adalah daerah yang terletak
antara sisi dermaga dan sisi depan gudang yang terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut
(kapal) ke kegiatan angkutan darat.
Dermaga yang dibangun untuk melayani kebutuhan tertentu, pemilihan tipe dermaga
sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani, ukuran kapal arah gelombang dan
angin kondisi topografi dan tanah besar laut, dan yang paling penting adalah tinjauan
ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang paling ekonomis.
Pemilihan tipe dermaga didasarkan pada :
1. Tinjauan topografi daerah pantai.
Dalam tinjauan tersebut dikenal 2 (dua) macam type bangunan dermaga yaitu :
a. Wharf
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat berimpit dengan
garis pantai atau agak menjorok ke laut. Wharf dibangun apabila garis ke dalam laut
hampir merata dan sejajar dengan garis pantai dan kemiringan dasar cukup curam.
Menurut strukturnya wharf dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
Dermaga konstruksi terbuka dimana lantai dermaga didukung oleh tiang–tiang
pancang.
Dermaga konstruksi tertutup atau dolid, seperti dinding massa, kaison, turap dan
dinding penahan tanah.
8
b. Pier atau Jetty
Pier adalah dermaga yang dibangun dengan membentuk sudut terhadap garis pantai.
Dimana pembangunan type ini sangat cocok di perairan yang dangkal sehingga
kedalaman yang cukup agak jauh dari darat. Pier dapat digunakan untuk merapat
kapal pada satu sisi atau kedua sisinya.
Gambar 8. Wharf dan Pier pada Pelabuhan
2. Jenis kapal yang dilayani dan ukuran dermaga.
Dermaga yang melayani kapal-kapal sesuai dengan kebutuhan yang akan dilayani sangat
mempengaruhi konstruksi dan ukuran dermaga. Dermaga yang melayani kapal minyak
dan kapal barang curah mempunyai konstruksi yang ringan dibanding dengan dermaga
barang potongan, karena dermaga tersebut tidak memerlukan peralatan bongkar muat
barang yang besar, gudang-gudang, lebar apron semakin besar, dsb. Demikian juga
halnya ukuran dermaga yaitu semakin banyak keperluan kapal yang dbutuhkan untuk
bertambat maka panjang, luas lebar apron fasilitas ain serta konstruksi semakin besar
pula.
3. Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga.
Gaya-gaya yang bekerja pada dermaga dapat dibedakan menjadi gaya lateral dan vertikal.
Gaya lateral meliputi gaya benturan kapal pada dermaga, gaya tarik kapal dan gaya
gempa, sedang gaya vertikal adalah berta sendiri bangunan dan beban hidup.
a) Gaya benturan kapal
9
Pada waktu merapat ke dermaga kapal masih mempunyai kecepatan sehinga akan
menjadi benturan antara kapal dan dermaga. Dalam perancangan dianggap bahwa
benturan maksimum terjadi apabila kapal bermuatan penuh menghantam dermaga
pada sudut 100 terhadap sisi depan dermaga. Gaya benturan akapal yang harus
ditahan dermaga tergantung pada energi benturan yang diserap oleh sistem fender
yang dipasang pada dermaga.
b) Gaya akibat angin
Angin yang berhembus ke badan kapal yang ditambatkan akan menyebabkan gerakan
kapal yang bisa menimbulkan gaya pada dermaga. Apabila arah angin mengarah ke
dermaga, maka gaya tersebut berupa gaya benturan ke dermaga, sedang jika arahnya
meninggalkan dermaga akan menyebabkan gaya tarikan kapal pada alat penambat.
Besar gaya angin tergantung pada arah hembusan angin.
c) Gaya akibat arus
Seperti halnya angin, arus yang bekerja pada bagian kapal yang terendam air juga
akan menyebabkan terjadinya gaya pada kapal yang kemudian diteruskan pada
dermaga dan alat penambat.
d) Gaya tarikan kapal pada dermaga
Gaya tarikan kapal dapat menyebabkan gaya benturan pada dermaga atau gaya tarik
pada alat penambat (Bollard) .
4. Daya Dukung Tanah
Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada umumnya tanah
dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar dari pada tanah di dasar laut.
Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang belum padat. Karakteristik dan struktur
tanah sebagai pendukung bangunan keseluruhan banyak ditentukan atas kekutan tanah
tersebut dan diukur sebagai tekanan tanah yang diizinkan.
Dimana intensitas pembebanan maksimum dihitung berdasarkan :
Gaya tekanan tanah maksimal.
Penurunan bangunan yang direncanakan.
Gaya-gaya lateral dan vertikal dalam tanah.
Urutan kegiatan dalam perencanaan dermaga, yaitu :
10
1. Perencanaan Lay Out dermaga.
2. Perencanaan letak dan kedalaman perairan dasar dan dimensi dermaga.
3. Perhitungan beban muatan yang dipikul dermaga, baik beban merata maupun beban
terpusat.
4. Perhitungan gaya-gaya yang bekerja.
5. Perhitungan total gaya dan momen yang terjadi.
6. Karakteristik tanah, terutama yang bersangkutan dengan daya dukung tanah, stabilitas
bangunan dan lingkaran maupun kemungkinan penurunan bangunan akibat konsolidasi
tanah.
7. Pemeriksaan kestabilan dinding dermaga.
8. Perencanaan Bollard (tempat penambatan kapal) dan Fender.
11