Upload
ameliza-putri-alind
View
564
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS ORAL BIOLOGI 1
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BRANCHIAL APPARATUS
KELOMPOK 1
Hesti Margaretha Gautami (04101004001)
Dwi Mayang Ayu (04101004002)
Endah (04101004007)
Eko Setiawan (04101004010)
Maulia Septiari (04101004013)
Rama Dia Dara (04101004015)
Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M. Si.
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BRANCHIAL APPARATUS
A. PENDAHULUAN
Pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial (muka dan rongga mulut)
dimulai pada minggu ke-3 intra uterin. Mula-mula masih berbentuk tube dan terdiri
dari 3 unsur, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.1
Pada pertumbuhan dan perkembangan oromaksilofasial sangat dipengaruhi
oleh tumbuh kembang dari branchial apparatus. Bagian ini memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap struktur kepala dan leher. Bagian ini terdiri dari empat
komponen, yaitu lengkung brankial atau lengkung faring (branchial arches),
kantong brankial (branchial pouches), celah brankial atau celah faring (branchial
groove) dan membran brankial.
Komponen utama dari kelompok ini adalah lengkungan brankial (branchial
arches) yang merupakan gambaran paling khas dalam perkembangan kepala dan
leher, struktur sementara yang berasal dari otot mayor, saraf, pembuluh darah, dan
elemen skeletal.1
B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BRANCHIAL APPARATUS
Proses pertumbuhan dan perkembangan branchial apparatus, terdiri dari:
1. Branchial arches (lengkung)
2. Branchial pouches (kantong)
3. Branchial grooves (celah)
4. Branchial membrane (selaput)
Gambar 1 : Pembentukan branchial apparatus. A. 25 hari. B. 28 hari. C. 5 minggu
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC. 2009)
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Arches
Setiap lengkung brankial terdiri atas sebuah inti jaringan mesenkim
yang di sebelah luarnya dibungkus oleh ektoderm dan sebelah dalamnya
dibungkus oleh endoderm. Selain mesenkim yang berasal dari mesoderm
lempeng paraksial dan lateral, inti tiap-tiap lengkung brankial menerima banyak
sekali sel krista neuralis, kemudian bermigrasi ke dalam lengkung brankial
untuk ikut membentuk unsur-unsur rangka pada wajah. Mesoderm lengkung
yang asli membentuk susunan otot di wajah dan leher. 2
Mula-mula dibentuk branchial arch/ pharyngeal arch I, kemudian
dibentuk branchial arch II hingga VI, namun branchial arch V rudimenter/
hilang sehingga branchial arch IV bergabung dengan branchial arch VI. Dari
branchial apparatus inilah akan dibentuk organ-organ, rahang atas, rahang
bawah, lidah, laring, faring, os. hyoid, otot-otat wajah, ligamentum, arteri, vena,
nervus, dll.1,2
a. Branchial arch I
Lengkung brankial pertama terdiri dari bagian dorsal, prosesus
maksilaris yang meluas ke depan di bawah daerah mata, dan bagian ventral,
prosesus mandibularis yang mengandung kartilago Meckel. Selama
perkembangan lebih lanjut, kartilago Meckel lenyap kecuali dua bagian
kecil di ujung dorsalnya yang menetap dan membentuk inkus dan maleus.
Mesenkim prosesus maksilaris membentuk premaksila, maksila, os
zigomatikum dan sebagian os temporal melalui osifikasi membranosa.
Mandibula juga dibentuk oleh osifikasi membranosa jaringan mesenkim
yang mengelilingi kartilago Meckel. Selain itu, lengkung pertama ikut
membentuk tulang-tulang telinga tengah.2
Otot lengkung brankial pertama mencakup otot pengunyah (m.
temporalis, m. masseter, m. pterigoideus), venter anterior m. digastrikus,
serta m. milohioideus, m. tensor timpani, dan m. tensor veli palatine.
Persarafan ke otot-otot lengkung pertama diberikan n. mandibularis (cabang
n. trigeminus). Karena mesenkim dari lengkung pertama juga ikut
membentuk dermis wajah, persarafan sensorik ke kulit wajah diberikan oleh
n. oftalmikus, n. maksilaris, dan n. mandibularis (cabang n. trigeminus).2
Otot-otot lengkung tidak selalu melekat ke komponen tulang atau
tulang rawan lengkung itu sendiri tetapi kadang-kadang bermigrasi ke
daerah sekitar. Bagaimanapun, asal dari otot-otot ini selalu dapat ditelusuri,
karena persarafannya datang dari lengkung asalnya.2
b. Branchial arch II
Tulang rawan lengkung kedua atau arkus hyoid (kartilago Reichert)
membentuk stapes, prosesus stiloideus os temporal, ligamentum
stilohioideum dan di sebelah ventral, kornu minus, dan bagian atas korpus
os hioideum. Otot arkus hyoid adalah m. stapedius, m. stilohioideus, venter
posterior m. digastrikus, m. aurikularis, dan otot-otot ekspresi wajah.
Nervus fasialis, saraf lengkung kedua, mensarafi semua otot ini.2
c. Branchial arch III
Tulang rawan lengkung brankial ketiga menghasilkan bagian bawah
korpus dan kornu mayus os hioideum. Susunan ototnya terbatas pada m.
stilofaringeus. Otot ini disarafi oleh nervus glosofaringeus, saraf lengkung
ketiga.2
d. Branchial arch IV dan VI
Komponen tulang rawan lengkung brankial keempat dan keenam
menyatu untuk membentuk kartilago laring: kartilago tiroidea, krikoidea,
aritenoidea, kornikulata dan kuneiformis. Otot lengkung keempat (m.
krikortiroideus, m. levator veli palatini dan m. konstriktorfaringis)
dipersarafi oleh nervus laringeus superior (cabang nervus vagus), saraf
lengkung keempat. Otot intrinsik laring disarafi oleh nervus laringeus
rekurens (cabang nervus vagus), saraf lengkung keenam.2
Gambar 2 : Gambar yang memperlihatkan potongan melintang lengkung-lengkung brankial. Di
antara lengkung terdapat kantong di permukaan dalam dan celah di permukaan luar.
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC. 2009)
Tabel 1. Branchial Arches1,2
Lengkung
Brankial
Saraf Otot Tulang
I. Mandibula
(Prosesus
maksilaris dan
V. N. trigeminus
: n. maksilaris
dan n.
Otot-otot
pengunyah (m.
temporalis; m.
Premaksila
Maksila
Os
mandibularis) mandibularis) masseter; m.
pterigoideus
medialis dan
lateralis)
m. milohioideus
venter anterior
m. digastrikus
m. tensor
palatini
m. tensor
palatine
zigomatikum
Sebagian os
temporal
Kartilago
Meckel
Mandibula
Maleus
Inkus
Ligamentum
malei anterius
Ligamentum
sfenomandibula
re
II.Hioid VII. N. fasialis Ekspresi wajah
(m. businator;
m. aurikularis;
m. frontalis;
platisma; m.
orbicularis oris;
m. orbicularis
okuli)
venter posterior
m. digastrikus
m. stilohioideus
m. stapedius
Stapes
Prosesus
stiloideus
Ligamentum
stilohioideum
Kornu minus
Bagian atas os
hoideum
III IX. N.
glosofaringeus
M.
stilofaringeus
Kornu mayus
Bagian bawah
korpus os
hioideum
IV-VI X. N. vagus
N. laringeus
superior (saraf ke
lengkung
keempat)
N. laringeus
rekurens (saraf ke
lengkung
keenam)
M.
krikotiroideus
m. levator
palatine
m. konstriktor
faringis
Otot-otot
intrinsik laring
Kartilago laring
(tiroidea,
krikoidea,
aritenoidea,
kornikulata,
kuneiformis)
Gambar 3 : Saraf-saraf pada setiap lengkung brankial
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC. 2009)
Gambar 4. Struktur-struktur definitif yang dibentuk oleh komponen tulang rawan berbagai
lengkung brankial
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC. 2009)
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Pouches
Pada umumnya manusia mempunyai lima pasang branchial pouch.
Pasangan yang terakhir adalah kantong atipikal dan sering dianggap sebagai
bagian kantong keempat. Epitel endoderm yang melapisi kantong-kantong ini
menghasilkan sejumlah organ penting.
a. Branchial pouch pertama
Pada branchial pouch pertama membentuk sebuah divertikulum yang
menyerupai sebuah tangkai, yaitu recessus tubotympanicus, yang
berdampingan dengan epitel yang membatasi branchial groove pertama,
yang kelak menjadi meatus acucticus externus.1,2 Bagian distal
divertikulum ini melebar menjadi bangunan yang menyerupai kantong,
yaitu cavum tympani primitif atau rongga telinga tengah primitif,
sedangkan bagian proksimalnya tetap sempit, membentuk tuba auditiva
(eustachi). Epitel yang melapisi cavum tympani kelak membantu dalam
pembentukan membrana tympani atau gendang telinga.2
b. Branchial pouch kedua
Di bagian ini terdapat lapisan epitel yang berproliferasi dan
membentuk tunas-tunas yang menembus ke dalam mesenkim di
sekelilingnya. Tunas-tunas ini kemudian disusupi oleh jaringan mesoderm,
sehingga membentuk primordium tonsilla palatina.1,2 Selama bulan ketiga
sampai kelima, tonsil berangsur-angsur diinfiltrasi oleh jaringan getah
bening. Sebagian dari kantong ini masih tersisa dan pada orang dewasa
ditemukan sebagai fossa supratonsilaris.2
c. Branchial pouch ketiga
Tanda khas kantong ketiga dan keempat adanya sayap dorsal dan
sayap ventral pada ujung distalnya. Pada minggu kelima, epitel sayap
dorsal kantong ketiga berdiferensiasi menjadi glandula parathyroidea
inferior, sedangkan sayap ventralnya membentuk thymus. Kedua
primordial kelenjar ini terputus hubungannya dari dinding faring, dan
thymus kemudian bermigrasi ke arah kaudal dan medial, sambil menarik
glandula parathyroidea bersamanya. Walaupun bagian utama thymus
bergerak menuju kedudukan akhirnya di dalam rongga dada (untuk bersatu
dengan pasangannya dari sisi lain), ekornya terkadang menetap atau
menempel pada kelenjar tiroid. Pertumbuhan dan perkembangan timus
berlanjut hingga masa akhir pubertas. Jaringan paratiroid dari kantong
ketiga pada akhirnya terletak di permukaan dorsal kelenjar tiroid dan
membentuk glandula parathyroidea inferior.2
d. Branchial pouch keempat
Epitel sayap dorsal kantong ini membentuk glandula parathyroidea
superior. Ketika kelenjar paratiroid tidak lagi berhubungan dengan dinding
faring, kelenjar ini kemudian bermigrasi ke dorsal glandula thyroid dan
akhirnya terletak pada permukaan dorsal kelenjar ini sebagai kelenjar
paratiroid superior.2
e. Branchial pouch kelima
Branchial pouch kelima adalah branchial pouch terakhir yang
berkembang dan biasanya dianggap sebagai bagian dari kantong ke empat.
Kantong ini menghasilkan corpus ultimobranchiale, yang kelak menyatu
ke dalam glandula thyroidea. Pada orang dewasa sel parafolikular atau sel
C dari glandula thyroidea. Sel-sel ini mensekresi kalsitonin, yaitu hormon
yang terlibat dalam pengaturan kadar kalsium darah.2
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Groove
Pada dasarnya branchial groove terdapat empat celah. Bagian dorsal
celah pertama menembus mesenkim di bawahnya dan menghasilkan meatus
acusticus externus. Epitel yang melapisi bagian dasar meatus ikut serta
membentuk gendang telinga.1,2 Proliferasi aktif jaringan mesenkim di dalam
lengkungan kedua menyebabkan lengkung kedua ini menutupi lengkung ketiga
dan keempat. Akhirnya, lengkung kedua ini bersatu dengan epicardial ridge di
bagian bawah leher dan celah kedua, ketiga dan keempat terputus hubungannya
dengan bagian luar. Celah-celah ini membentuk sebuah rongga yang dilapisi
epitel ektoderm yang disebut sinus cervicalis, tetapi pada perkembangan
selanjutnya sinus ini akan menghilang.2
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Branchial Membrane
Branchial membrane pertama akan membentuk membran timpani
sedangkan branchial membrane yang lain menghilang.2
Gambar 5 : A. Perkembangan celah dan kantong brankial. Lengkung kedua tumbuh di atas lengkung
ketiga dan keempat, menutupi celah brankial kedua, ketiga dan keempat. B. Sisa celah brankial
kedua, ketiga dan keempat membentuk sinus servikalis yang normalnya akan mengalami obliterasi.
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC. 2009)
Lihat Tabel 1
Bagan 1: Tumbuh Kembang Branchial Apparatus
BranchialApparatus
Branchial Arch
IIIIIIIVVVI
Branchial Pouch
I Membentuk cavum timpanica, tuba eustachii, membran timpani
II Lapisan endoderm berdiferensiasi membentuk tonsila palatina dan fossa supratonsilaris
III
Bagian dorsal berdiferensiasi membentuk glandula paratiroid inferior lalu bermigrasi ke
arah dorsal glandula tiroid
Bagian ventral berdiferensiasi membentuk primordia glandula timus kemudian bermigrasi ke arah caudal dan
medial selanjutnya bagian kanan dan kiri berfusi membentuk glandula timus
IV Bagian dorsal berdiferensiasi membentuk glandula paratiroid superior lalu bermigrasi ke dorsal glandula tiroid
V Sering diaanggap sebagai bagian branchial pouch IV, membentuk ultimo branchial body
Branchial Groove
I Membentuk meatus acusticus externus
Yang lain menghilang
Branchial Membrane
I Membentuk membran timpani
Yang lain menghilang
C. PENYIMPANGAN ATAU GANGGUAN TUMBUH KEMBANG
BRANCHIAL APPARATUS
Adanya gangguan/ penyimpangan tumbuh kembang branchial apparatus
menyebabkan terjadinya anomali, antara lain:
1. Anomali fasial
Anomali fasial yang sering terjadi biasanya adalah sumbing bibir.3
a. Cheiloschisis unilateral
Sumbing yang terjadi pada satu sisi yang disebabkan oleh gagalnya
prosesus maksilaris bersatu dengan prosesus nasalis medialis.3
b. Cheiloschisis bilateral
Disebabkan oleh gagalnya kedua prosesus maksilaris bersatu dengan
prosesus nasalis medialis, yang kemudian menetap sebagai penutup di
tengah.3
c. Cheiloschisis superior
Sumbing yang biasanya hanya terbatas pada bibir atau dapat juga
disertai celah pada palatum.3
d. Cheiloschisis inferior
Sumbing ini jarang ditemukan. Biasanya tepat berada di tengah dan
disebabkan oleh ketidaksempurnaan prosesus mandibularis untuk bersatu.3
e. Prosoposchisis
Merupakan cheiloschisis unilateral yang meluas ke atas sampai ke
pinggir medial orbita. Keadaan ini disebabkan oleh kegagalan prosesus
maksilaris bersatu dengan prosesus nasalis lateralis dan medialis.3
Gambar 6 : Anomali fasial (berbagai bentik cheiloschisis atau sumbing)
(Sumber : Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:
EGC. 2006)
2. Anomali branchial apparatus yang lain
Anomali branchial apparatus dapat berupa kista, sinus, fistula, dan
kelenjar ektopik.
a. Anomali brankial pertama
Berasal dari mana saja di sepanjang nasofaring, rongga telinga tengah
atau kanal auditori eksternal. Sinus, fistula atau kista dapat memanjang
sampai di bawah sudut rahang bawah, dapat hadir sebagai lesi massa
inflamasi. Anomali kantong brankial paling sering menimbulkan saluran
eustachius pendek atau kista nasofaring.4,5 anomali ini lebih sering terjadi
pada wanita daripada pria.5
b. Anomali brankial kedua
Ini adalah anomali brankial paling sering. Mungkin hadir sebagai
fistula antara fosa tonsil dan membuka kulit eksternal, biasanya terletak di
sepanjang batas anterior dari otot sternokleidomastoid. Seperti fistula yang
lewat di antara arteri karotis internal dan eksternal, kista brankial kedua
harus berada di tempat sepanjang jalan ini; lokasi paling umum adalah
anterior ke otot sternokleidomastoid, menggusur pembuluh karotis medial
dan kelenjar submandibular anterior.4
Ada 4 tipe anomali brankial kedua, yaitu5:
Tipe I
Lesi berjalan dari anterior sampai m. sternokleidomastoideus, tetapi
tidak berkontak dengan karotis.
Tipe II
Lesi yang sering terjadi dan berjalan ke dalam m.
sternokleidomastoideus dan melalui anterior dan posterior karotis.
Tipe III
Lesi ini melalui antara internal dan eksternal arteri karotis sampai ke
faring.
Tipe IV
Lesi ini melalui bagian medial karotis dan menutupi faring sampai
fossa tonsilar.
Gambar 7: A. Tipe I B. Tipe II C. Tipe III D. Tipe IV
(Sumber: Acierno SP, John HT, Waldhausen. Congenital cervical cysts, sinuses and
fistulae. Otolaryngol Clin N Am. 2007; 40: 161–176)
c. Anomali brankial ketiga
Anomali brankial ketiga ini jarang terjadi. Sebuah fistula brankial
lengkap memiliki program serupa dengan fistula brankial kedua, namun
bagian posterior arteri karotis eksternal dan internal membuka ke sinus
piriformis. Anomali brankial ketiga kebanyakan berasal dari kompartemen
posterior leher.4
d. Anomali brankial keempat
Anomali ini sangat jarang terjadi. Lesi yang timbul biasanya berasal
dari sinus piriform dan memperpanjang di bawah leher anterior arteri
karotis yang menyebabkan timbulnya kista.4
e. Anomali timus
Anomali timus dapat terjadi karena hasil peturunan timus yang tidak
lengkap ke dada, fokus penyerapan jaringan timus sepanjang jalur normal
atau kista timus yang dihasilkan dari kegagalan involusi duktus
timofaringeal.4
f. Anomali paratiroid
Beberapa teori telah dirumuskan tentang pembentukan kista
paratiroid, mereka mungkin sisa-sisa embriologis kantong brankial ketiga
dan keempat, degenerasi kista dari adenoma paratiroid, pembesaran
bertahap mikrokista sehingga terjadi akumulasi sekresi serta penyatuan dari
beberapa mikrokista. Mereka terlihat paling sering pada inferior dan
posterior kelenjar tiroid.4
g. Branchial fistula
Fistula brankial terjadi jika arkus faring kedua gagal tumbuh ke
kaudal melewati arkus ketiga dan kelima, meninggalkan sisa celah kedua,
ketiga dan keempat berhubungan dengan permukaan melalui sebuah
saluran sempit. Fistula semacam ini yang ditemukan di sisi lateral leher
tepat di depan m. sternokleidomastoideus, biasanya menjadi drainase bagi
kista servikal lateral. Kista ini yang merupakan sisa sinus servikalis, paling
sering ditemukan tepat di bawah sudut rahang, meskipun dapat juga
dimana saja di sepanjang batas anterior m. sternokleidomastoideus. Kista
servikalis lateral sering tidak terlihat saat lahir dan mulai tampak jelas
karena membesar pada masa kanak-kanak.2
Fistula brankial interna jarang dijumpai. Fistula ini terbentuk jika
sinus servikalis berhubungan dengan lumen faring melalui sebuah saluran
kecil yang biasanya bermuara ke regio tonsil. Fistula ini terjadi akibat
ruptur membran antara celah dan kantong faring kedua pada suatu saat
selama perkembangannya.2
h. Kelainan duktus tiroglosus dan tiroid
Kista tiroglosus dapat terletak dimana saja di sepanjang jalur migrasi
kelenjar tiroid, tetapi kista ini selalu berada di dekat atau di garis tengah
leher. Kelainan ini adalah sisa kistik dari duktus tiroglosus. Kista ini juga
dapat ditemukan di pangkal lidah atau dekat kartilago tiroidea.2,5
Jaringan tiroid aberan dapat ditemukan dimana saja di sepanjang jalur
penurunan kelenjar tiroid. Jaringan menyimpang ini umumnya ditemukan
di pangkal lidah, tepat di belakang foramen caecum dan dapat terkena
penyakit yang mengenai kelenjar tiroid itu sendiri.2
Gambar 8: Kista tiroglosus
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC. 2009)
i. Sel krista neuralis dan cacat kraniofasial
Sel krista neuralis sangat penting dalam pembentukan sebagian besar
regio kraniofasial. Karena itu, gangguan pada perkembangan sel-sel krista
neuralis juga ikut berperan dalam pembentukan bantalan endokardium
konotrunkal yang memisahkan saluran aliran keluar jantung menjadi
saluran pulmonal dan aorta, banyak bayi dengan cacat kraniofasial juga
mengidap kelainan jantung, termasuk trunkus arteriosus persisten, tetralogi
fallot, dan transposisi pembuluh darah besar.2 Contoh cacat kraniofasial
yang melibatkan sel krista neuralis adalah:
Sindrom Treacher Collins (disostosis mandibulofasialis)
Ditandai oleh hipoplasia malar akibat kurang berkembangnya os
zigomatikum, hipoplasia mandibula, fisura palpebra miring ke bawah,
koloboma kelopak mata bawah, dan malformasi telinga luar.2
Sekuens Robin
Dapat timbul secara independen atau berkaitan dengan sindrom dan
malformasi lain. Sekuens Robin mengubah struktur-struktur arkus
pertama, dengan pembentukan mandibula yang paling parah terkena.
Bayi biasanya mengidap trias mikrognatia, langit-langit sumbing, dan
glosoptosis (lidah terletak di posterior). Sekuens Robin dapat
disebabkan faktor genetik atau lingkunagn. Kelainan ini juga dapat
terjadi sebagai suatu deformasi, misalnya ketika dagu tertekan ke dada
pada kasus oligohidramnion. Cacat primer mencakup gangguan
pertumbuhan mandibula, dan akibatnya, lidah yang terletak di
posterior yang gagal turun diantara bilah-bilah palatum, menghambat
penyatuannya. Sekuens Robin terjadi pada sekitar 1/8500 kelahiran.2
Anomali DiGeorge
Terjadi pada sekitar 1/2000 sampai 1/3000 kelahiran dan
mencerminkan contoh paling parah dari kumpulan gangguan yang juga
mencakup sindrom velokardiofasialis dan conotruncal anomalies face
syndrome. Semua kelainan ini adalah bagian dari suatu spektrum yang
disebut sindrom delesi 22qq karrena terjadi akibat delesi di lengan
panjang kromosom 22 (22q11). Pasien dengan anomali DiGeorge
lengkap mengalami defisiensi imunologis, hipokalsemia dan
prognosisnya buruk. Penyebab cacat adalah kelainan perkembangan
sel krista neuralis yang ikut berperan dalam pembentukan semua
struktur yang terkena. Selain penyebab genetik, pajanan ke retinoid
(vitamin A), alkohol, dan diabetes ibu dapat menimbulkan kecacatan
ini. 2
Spektrum okuloaurikulovertebra (sindrom Goldenhar)
Mencakup sejumlah kelainan kraniofasial yang biasanya yang
biasanya mengenai maksila, os temporal, dan os zigomatikum, yang
menjadi kecil dan datar. Cacat telinga (anotia, mikrotia), mata (tumor
dan dermoid di bola mata), dan vertebra (penyatuan dan
hemivertebrae, spinabifida) sering ditemukan pada pasien-pasien ini.2
Gambar 9: A. Sindrom Treacher Collins B. Sekuens Robin C. Anomali DiGeorge D.
Sindrom Goldenhar
(Sumber: Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC. 2009)
j. Aurikularis atresia
Aurikularis atresia terjadi di sepanjang spektrum dari aurikel cacat
terisolasi pada bentuk yang paling ekstrim. Karena asal embriologi,
kelainan ini sering dikaitkan dengan kelainan pada telinga eksternal dan
telinga bagian tengah. Cacat telinga tengah bisa ringan atau berat.6
k. Micrognathia
Micrognathia adalah kelainan wajah yang sering ditemui di mana
mandibula (rahang bawah) mengalami hipoplasia. Micrognathia sebagian
besar terkait dengan sindrom kraniofasial. Bentuk lebih ringan dari
micrognathia umum terjadi pada bayi dan biasanya diakhiri dengan
pertumbuhan rahang bawah.6
Bagan 2: Gangguan Tumbuh Kembang Branchial Apparatus
DAFTAR PUSTAKA
1. Isselhard, Brand. Anatomy of Orofacial Structures 7th Ed. USA: Mosby Inc. 2003.
Hal 248-258.
2. Sadler. T.W. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 10. Jakarta: EGC. 2009. Hal
303-319.
3. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:
EGC. 2006. Hal 716-717.
4. Benson MT, Dalen K, Mancuso AA, Ker HH, Cacciarelli AA, Mafee MF.
Congenital anomalies of the branchial apparatus: embryology and pathologic
anatomy. Radiographics. 2001; 12: 943-960.
Gangguan Tumbuh Kembang Branchial
Apparatus
Anomali fasial Cheiloschisis/ sumbing
Anomali lainnya
Anomali brankial I
Anomali brankial II
Anomali brankial III
Anomali brankial IV
Anomali timus
Anomali parairoid
Branchial fistula
Kelainan duktus tiroglosus dan tiroid
Cacat kraniofasial
Aurikularis atresia
Mikrognatia
5. Acierno SP, John HT, Waldhausen. Congenital cervical cysts, sinuses and fistulae.
Otolaryngol Clin N Am. 2007; 40: 161–176.
6. Johnson JM, Moonis G, Green, GE, Carmody R, Burbank HN. Syndromes of the
first and second branchial arches, part 1: embryology and characteristic defects.
AJNR Am J Neuroradiol. 2011; 32: 14-19.