18
FRAKTUR VERTEBRA Oleh: DIAYANTI TENTI LESTARI ANATOMI Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal. 1 Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depan dan dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi tinggi terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transpotasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati. Trauma tulang dapt mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulang belakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 1

12748213 Fraktur Vertebra

Embed Size (px)

Citation preview

  • FRAKTUR VERTEBRAOleh: DIAYANTI TENTI LESTARI

    ANATOMI

    Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentuk skeleton dari

    leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum).

    Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong berat

    badan dan berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra pada orang dewasa terdiri

    dari 33 vertebra dengan pembagian 5 regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5

    sacral, 4 coccigeal. 1

    Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat oleh ligamen di depan

    dan dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorbsi

    tinggi terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibel dan elastis. Semua

    trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma hebat sehingga sejak awal

    pertolongan pertama dan transpotasi ke rumah sakit harus diperlakukan dengan hati-hati.

    Trauma tulang dapt mengenai jaringan lunak berupa ligament, discus dan faset, tulang

    belakang dan medulla spinalis. Penyebab trauma tulang belakang adalah kecelakaan lalu

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 1

  • lintas (44%), kecelakaan olah raga(22%), , terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan

    kerja.2, 8

    Cedera Stabil dan Tidak StabilCedera vertebra menurut kestabilannya terbagi menjadi cedera stabil dan cedera tidak

    stabil. Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla

    spinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal, ligamen

    posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur kompresi dan

    burst fraktur adalah contoh cedera stabil. Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat

    bergeser dengan gerakan normal karena ligamen posteriornya rusak atau robek, Fraktur

    medulla spinalis disebut tidak stabil jika kehilangan integritas dari ligamen posterior.

    Menentukan stabil atau tidaknya fraktur membutuhkan pemeriksaan radiograf.

    Pemeriksaan radiografi minimal ada 4 posisi yaitu anteroposterior, lateral, oblik kanan

    dan kiri. Dalam menilai stabilitas vertebra, ada tiga unsur yamg harus dipertimbangkan

    yaitu kompleks posterior (kolumna posterior), kompleks media dan kompleks anterior

    (kolumna anterior) (Denis, 1983).3

    Pembagian bagian kolumna vertebralis adalah sebagai berikut :

    1. kolumna anterior yang terbentuk dari ligament longitudinal dan duapertiga

    bagian anterior dari corpus vertebra, diskus dan annulus vertebralis

    2. kolumna media yang terbentuk dari satupertiga bagian posterior dari corpus

    vertebralis, diskus dan annulus vertebralis

    3. kolumna posterior yang terbentuk dari pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus

    tulang posterior, ligamen interspinosa dan supraspinosa 1

    Mekanisme cedera

    Tipe pergeseran yang penting: (1) hiperekstensi (2) fleksi (3) tekanan aksial (4) fleksi

    dan tekanan digabungkan dengan distraksi posterior (5) fleksi yang digabungkan

    dengan rotasi dan (6) translasi horizontal. Fraktur dapat terjadi akibat kekuatan

    minimal saja pada tulang osteoporotik atau patologik.3

    1. Hiperekstensi (kombinasi distraksi dan ekstensi)

    Hiperekstensi jarang terjadi di daerah torakolumbal tetapi sering pada leher, pukulan

    pada muka atau dahi akan memaksa kepala ke belakang dan tanpa menyangga

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 2

  • oksiput sehingga kepala membentur bagian atas punggung. Ligamen anterior dan

    diskus dapat rusak atau arkus saraf mungkin mengalami fraktur. cedera ini stabil

    karena tidak merusak ligamen posterior

    2. Fleksi

    Trauma ini terjadi akibat fleksi dan disertai kompresi pada vertebra. Vertebra

    akan mengalami tekanan dan remuk yang dapat merusak ligamen posterior. Jika

    ligamen posterior rusak maka sifat fraktur ini tidak stabil sebaliknya jika

    ligamentum posterior tidak rusak maka fraktur bersifat stabil. Pada daerah

    cervical, tipe subluksasi ini sering terlewatkan karena pada saat dilakukan

    pemeriksaan sinar-X vertebra telah kembali ke tempatnya.

    3. Fleksi dan kompresi digabungkan dengan distraksi posterior

    Kombinasi fleksi dengan kompresi anterior dan distraksi posterior dapat

    mengganggu kompleks vertebra pertengahan di samping kompleks posterior. Fragmen

    tulang dan bahan diskus dapat bergeser ke dalam kanalis spinalis. Berbeda dengan

    fraktur kompresi murni, keadaan ini merupakan cedera tak stabil dengan risiko

    progresi yang tinggi.

    Fleksi lateral yang terlalu banyak dapat menyebabkan kompresi pada setengah

    corpus vertebra dan distraksi pada unsur lateral dan posterior pada sisi

    sebaliknya. Kalau permukaan dan pedikulus remuk, lesi bersifat tidak stabil.

    4. Pergeseran aksial (kompresi)

    Kekuatan vertikal yang mengenai segmen lurus pada spina servikal atau lumbal akan

    menimbulkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan mematahkan lempeng vertebra

    dan menyebabkan fraktur vertikal pada vertebra; dengan kekuatan yang lebih besar,

    bahan diskus didorong masuk ke dalam badan vertebral, menyebabkan fraktur remuk

    (burst fracture). Karena unsur posterior utuh, keadaan ini didefinisikan sebagai

    cedera stabil. Fragmen tulang dapat terdorong ke belakang ke dalam kanalis

    spinalis dan inilah yang menjadikan fraktur ini berbahaya; kerusakan neurologik

    sering terjadi.

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 3

  • 5. Rotasi-fleksi

    Cedera spina yang paling berbahaya adalah akibat kombinasi fleksi dan rotasi.

    Ligamen dan kapsul sendi teregang sampai batas kekuatannya; kemudian dapat

    robek, permukaan sendi dapat mengalami fraktur atau bagian atas dari satu

    vertebra dapat terpotong. Akibat dari mekanisme ini adalah pergeseran atau dislokasi ke

    depan pada vertebra di atas, dengan atau tanpa dibarengi kerusakan tulang. Semua

    fraktur-dislokasi bersifat tak stabil dan terdapat banyak risiko munculnya kerusakan

    neurologik.

    6. Translasi Horizontal

    Kolumna vertebralis teriris dan segmen bagian atas atau bawah dapat bergeser

    ke anteroposterior atau ke lateral. Lesi bersifat tidak stabil dan sering terjadi

    kerusakan syaraf.3

    Cedera CervicalSegmen cervical adalah segmen yang paling mudah digerakkan dan mudah cedera.

    Cedera cervical dengan mengenai bagian atas medulla spinalis akan berakibat fatal dan

    penyebab kematian pada pasien kecelakaan saat pasien diperjalanan menuju rumah sakit.4

    Nyeri dan kekakuan leher atau keluhan paraestesia atau kelemahan pada tungkai

    atas, harus diperhatikan. Kekuatan yang menyebabkan cedera kepala yang

    berbahaya (misalnya kecelakaan lalu lintas atau benturan kepala akibat jatuh dari

    tempat tinggi) juga dapat menyebabkan cedera leher. Karena itu, pada pasien yang

    pingsan karena cedera kepala, harus selalu dicurigai mengalami fraktur vertebra

    cervical.

    Pemeriksaan diawali dengan inspeksi, posisi leher yang abnormal dapat menjadi tanda

    pendukung. Gerakan harus dilakukan dengan sangat pelan-pelan dan, jika nyeri

    sebaiknya ditunda hingga leher difoto dengan sinar-X. Nyeri atau paraestesia pada

    tungkai perlu diperhatikan, dan tungkai harus selalu diperiksa untuk mencari bukti

    adanya kerusakan sumsum atau akar saraf.2

    Jenis fraktur daerah cervical, sebagai berikut:

    1. Fraktur Atlas C 1Fraktur ini terjadi pada kecelakaan jatuh dari ketinggian dan posisi kepala menopang

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 4

  • badan dan daerah cervical mendapat tekanan hebat. Condylus occipitalis pada basis crani

    dapat menghancurkan cincin tulang atlas. Jika tidak ada cedera angulasi dan rotasi maka

    pergeseran tidak berat dan medulla spinalis tidak ikut cedera. Pemeriksaan radiologi yang

    dilakukan adalah posisi anteroposterior dengan mulut pasien dalam keadaan terbuka

    Terapi untuk fraktur tipe stabil seperti fraktur atlas ini adalah immobilisasi cervical

    dengan collar plaster selama 3 bulan

    2. Pergeseran C 1 C2 ( Sendi Atlantoaxial)Atlas dan axis dihubungkan dengan ligamentum tranversalis dari atlas yang menyilang

    dibelakang prosesus odontoid pada axis. Dislokasi sendi atlantoaxial dapat

    mengakibatkan arthritis rheumatoid karena adanya perlunakan kemudian akan ada

    penekanan ligamentum transversalis.

    Fraktur dislokasi termasuk fraktur basis prosesus odontoid. Umumnya ligamentum

    tranversalis masih utuh dan prosesus odontoid pindah dengan atlas dan dapat menekan

    medulla spinalis.

    Terapi untuk fraktur tidak bergeser yaitu imobilisasi vertebra cervical.

    Terapi untuk fraktur geser atlantoaxial adalah reduksi dengan traksi continues.

    3. Fraktur Kompresi Corpus Vertebral

    Tipe kompresi lebih sering tanpa kerusakan ligamentum spinal namun dapat

    mengakibatkan kompresi corpus vertebralis. Sifat fraktur ini adalah tipe tidak stabil.

    Terapi untuk fraktur tipe ini adalah reduksi dengan plastic collar selama 3 minggu ( masa

    penyembuhan tulang)

    4. Flexi Subluksasi Vertebral Cervical

    Fraktur ini terjadi saat pergerakan kepala kearah depan yang tiba-tiba sehingga terjadi

    deselerasi kepala karena tubrukan atau dorongan pada kepala bagian belakang, terjadi

    vertebra yang miring ke depan diatas vertebra yang ada dibawahnya, ligament posterior

    dapat rusak dan fraktur ini disebut subluksasi, medulla spinalis mengalami kontusio

    dalam waktu singkat.

    Tindakan yang diberikan untuk fraktur tipe ini adalah ekstensi cervical dilanjutkan

    dengan imobilisasi leher terekstensi dengan collar selama 2 bulan.

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 5

  • 5. Fleksi dislokasi dan fraktur dislokasi cervical

    Cedera ini lebih berat dibanding fleksi subluksasi. Mekanisme terjadinya fraktur hampir

    sama dengan fleksi subluksasi, posterior ligamen robek dan posterior facet pada satu atau

    kedua sisi kehilangan kestabilannya dengan bangunan sekitar. Jika dislokasi atau fraktur

    dislokasi pada C7 Th1 maka posisi ini sulit dilihat dari posisi foto lateral maka posisi

    yang terbaik untuk radiografi adalah swimmer projection

    Tindakan yang dilakukan adalah reduksi fleksi dislokasi ataupun fraktur dislokasi dari

    fraktur cervical termasuk sulit namun traksi skull continu dapat dipakai sementara.

    6. Ekstensi Sprain ( Kesleo) Cervical (Whiplash injury)

    Mekanisme cedera pada cedera jaringan lunak yang terjadi bila leher tiba-tiba tersentak

    ke dalam hiperekstensi. Biasanya cedera ini terjadi setelah tertabrak dari belakang;

    badan terlempar ke depan dan kepala tersentak ke belakang. Terdapat ketidaksesuaian

    mengenai patologi yang tepat tetapi kemungkinan ligamen longitudinal anterior

    meregang atau robek dan diskus mungkin juga rusak.

    Pasien mengeluh nyeri dan kekakuan pada leher, yang refrakter dan bertahan selama

    setahun atau lebih lama. Keadaan ini sering disertai dengan gejala lain yang lebih

    tidak jelas, misalnya nyeri kepala, pusing, depresi, penglihatan kabur dan rasa baal

    atau paraestesia pada lengan. Biasanya tidak terdapat tanda-tanda fisik, dan

    pemeriksaan dengan sinar-X hanya memperlihatkan perubahan kecil pada postur. Tidak

    ada bentuk terapi yang telah terbukti bermanfaat, pasien diberikan analgetik dan

    fisioterapi.

    7. Fraktur Pada Cervical Ke -7 (Processus Spinosus)

    Prosesus spinosus C7 lebih panjang dan prosesus ini melekat pada otot. Adanya kontraksi

    otot akibat kekerasan yang sifatnya tiba-tiba akan menyebabkan avulsi prosesus spinosus

    yang disebut clay shovelers fracture . Fraktur ini nyeri tetapi tak berbahaya.4

    Metode untuk foto daerah cervical

    1. Pada foto anteroposterior garis lateral harus utuh, dan prosesus spinosus dan

    bayangan trakea harus berada pada garis tengah. Diperlukan foto dengan mulut

    terbuka untuk memperlihatkan C1 dan C2 (untuk fraktur massa lateral dan

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 6

  • odontoid).

    2. Foto lateral harus mencakup ketujuh vertebra cervical dan T1, jika tidak cedera

    yang rendah akar terlewatkan. Hitunglah vertebra kalau perlu, periksa ulang

    dengan sinar-X sementara menerapkan traksi ke bawah pada lengan. Kurva

    lordotik harus diikuti dan menelusuri empat garis sejajar yang dibentuk oleh

    bagian depan korpus vertebra, bagian belakang badan vertebra. massa lateral

    dan dasar-dasar prosesus spinosus setiap ketidakteraturan menunjukkan suatu

    fraktur atau pergeseran. Ruang interspinosa yang terlalu lebar menunjukkan

    luksasi anterior. Trakea dapat tergeser oleh hematoma jaringan lunak.

    3. Jarak tiang odontoid dan bagian belakang arkus anterior pada atlas tidak boleh

    melebihi 4,5 mm ( anak-anak ) dan 3mm pada dewasa

    4. Untuk menghindari terlewatnya adanya dislokasi tanpa fraktur diperlukan film lateral

    pada posisi ekstensi dan fleksi.

    5. Pergeseran korpus vertebra ke arah depan terhadap korpus vertebra dibawahnya dapat

    berarti klinis yaitu dislokasi permukaan unilateral jika pergeseran yang kurang dari

    setengah lebar korpus vertebra. Untuk hal ini diperlukan foto oblik untuk

    memperlihatkan sisi yang terkena. Pergeseran yang lebih dari setengah lebar korpus

    vertebra tersbut menunjukkan dislokasi bilateral.

    6. Lesi yang tidak jelas perlu dilanjutkn pemeriksaan CT scan.3

    Cedera Vertebra Thorakolumbar

    1. Fraktur kompresi (Wedge fractures) adanya kompresi pada bagian depan corpus

    vertebralis yang tertekan dan membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi adalah

    fraktur tersering yang mempengaruhi kolumna vertebra. Fraktur ini dapat

    disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan posisi terduduk ataupun

    mendapat pukulan di kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker dari tempat

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 7

  • lain ke vertebra kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah dan

    akhirnya mudah mengalami fraktur kompresi.

    Vertebra dengan fraktur kompresi akan menjadi lebih pendek ukurannya daripada

    ukuran vertebra sebenarnya. 5

    2. Fraktur remuk (Burst fractures) fraktur yang terjadi ketika ada penekanan corpus

    vertebralis secara langsung, dan tulang menjadi hancur. Fragmen tulang berpotensi

    masuk ke kanalis spinais. Terminologi fraktur ini adalah menyebarnya tepi korpus

    vertebralis kearah luar yang disebabkan adanya kecelakaan yang lebih berat

    dibanding fraktur kompresi. tepi tulang yang menyebar atau melebar itu akan

    memudahkan medulla spinalis untuk cedera dan ada fragmen tulang yang mengarah

    ke medulla spinalis dan dapat menekan medulla spinalis dan menyebabkan paralisi

    atau gangguan syaraf parsial. Tipe burst fracture sering terjadi pada thoraco lumbar

    junction dan terjadi paralysis pada kaki dan gangguan defekasi ataupun miksi.

    Diagnosis burst fracture ditegakkan dengan x-rays dan CT scan untuk mengetahui

    letak fraktur dan menentukan apakah fraktur tersebut merupakan fraktur kompresi,

    burst fracture atau fraktur dislokasi. Biasanya dengan scan MRI fraktur ini akan

    lebih jelas mengevaluasi trauma jaringan lunak, kerusakan ligamen dan adanya

    perdarahan.6

    3. Fraktur dislokasiterjadi ketika ada segmen vertebra berpindah dari tempatnya

    karena kompresi, rotasi atau tekanan. Ketiga kolumna mengalami kerusakan

    sehingga sangat tidak stabil, cedera ini sangat berbahaya. Terapi tergantung apakah

    ada atau tidaknya korda atau akar syaraf yang rusak.2

    Kerusakan akan terjadi pada ketiga bagian kolumna vertebralis dengan kombinasi

    mekanisme kecelakaan yang terjadi yaitu adanya kompresi, penekanan, rotasi dan

    proses pengelupasan. Pengelupasan komponen akan terjadi dari posterior ke

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 8

  • anterior dengan kerusakan parah pada ligamentum posterior, fraktur lamina,

    penekanan sendi facet dan akhirnya kompresi korpus vertebra anterior. Namun

    dapat juga terjadi dari bagian anterior ke posterior. kolumna vertebralis. Pada

    mekanisme rotasi akan terjadi fraktur pada prosesus transversus dan bagian bawah

    costa. Fraktur akan melewati lamina dan seringnya akan menyebabkan dural tears

    dan keluarnya serabut syaraf.

    4. Cedera pisau lipat (Seat belt fractures) sering terjadi pada kecelakaan mobil

    dengan kekuatan tinggi dan tiba-tiba mengerem sehingga membuat vertebrae dalam

    keadaan fleksi, dislokasi fraktur sering terjadi pada thoracolumbar junction.7.

    Kombinasi fleksi dan distraksi dapat menyebabkan tulang belakang pertengahan

    menbetuk pisau lipat dengan poros yang bertumpu pada bagian kolumna anterior

    vertebralis. Pada cedera sabuk pengaman, tubuh penderita terlempar kedepan

    melawan tahanan tali pengikat. Korpus vertebra kemungkinan dapat hancur

    selanjutnya kolumna posterior dan media akan rusak sehingga fraktur ini termasuk

    jenis fraktur tidak stabil 3

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 9

  • Tabel 1. Klasifiksai fraktur stabil dan tidak stabil 7

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

    Tipe fraktur Bagian yang terkena Stable vs Unstable

    Wedge fractures Hanya Anterior StableBurst fractures Anterior dan middle Unstable

    Fracture/dislocation injuries Anterior, middle, posterior Unstable

    Seat belt fractures Anterior, middle, posterior Unstable

    10

  • Cedera SarafPada cedera spinal akibat pergeseran struktur dapat merusak korda atau akar saraf, atau

    keduanya; lesi servikal dapat menyebabkan kuadriplegia, paraplegia lesi torakolumbal.

    Kerusakan dapat sebagian atau lengkap. Terdapat tiga jenis lesi: gegar korda, transeksi

    korda dan transeksi akar.3

    Gegar Korda (Neurapraksia)

    Paralisis motorik (flasid), kehilangan sensorik dan paralisis viseral di bawah tingkat lesi

    korda mungkin bersifat lengkap, tetapi dalam beberapa menit atau beberapa jam

    penyembuhan dimulai dan segera sembuh sepenuhnya. Keadaan itu paling mungkin

    terjadi pada pasien yang, karena beberapa alasan selain cedera, mempunyai saluran

    anteroposterior yang diameternya kecil; tetapi, tidak terdapat bukti radiologik adanya

    kerusakan tulang yang barn terjadi.3

    Transeksi KordaParalisis motorik, kehilangan sensorik dan paralisis viseral terjadi di bawah tingkat lesi

    korda; seperti halnya gegar korda, paralisis motorik mula-mula bersifat flasid. Ini adalah

    keadaan sementara yang dikenal sebagai syok korda, tetapi cedera itu bersifat anatomic dan

    tak dapat diperbaiki.

    Tetapi, beberapa waktu kemudian, korda di bawah tingkat transeksi sembuh dari syok dan

    bekerja sebagai struktur yang bebas; artinya, menunjukkan aktivitas refleks. Dalam

    beberapa jam refleks anal dan penis pulih kembali, dan respons plantar menjadi ekstensor.

    Dalam beberapa hari atau beberapa minggu paralisis flasid menjadi spastik, disertai

    peningkatan, tonus, peningkatan refleks tendon dan klonus; spasme fleksor dan kontraktur

    dapat terjadi tetapi sensasi tak pernah pulih kembali. Timbulnya refleks anal dan penis

    tanpa adanya sensasi pada kaki bersifat diagnostik untuk transeksi korda.

    Transeksi AkarParalisis motorik, kehilangan sensorik dan paralisis viseral terjadi pada distribusi akar

    yang rusak. Tetapi, transeksi akar berbeda dari transeksi korda, dalam dua hal: (1) regenerasi

    secara teoretis dapat terjadi; dan (2) paralisis motorik yang tersisa tetap flasid secara

    permanen.3

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 11

  • Skala klinis yang digunakan untuk menentukan derajatan keparahan gangguan neurologi

    adalah scoring Frankel (1970) , 5 kategori tersebut adalah A. jika sensorik dan

    motoriknya tidak berfungsi, B jika hanya sensori saja yang berfungsi, C jika sensorinya

    ada sebagian dan motorikny ada sebagian, d jika motorik baik dan E sensorik dan

    motorik baik.

    Tabel 3: ASIA impairment scale5

    Grade Description A Lengkap: tidak ada sensorik maupun motorik dibawah level defisit

    neurologi

    B Tidak lengkap : sensorik baik namun motorik nya menurun di bawah level defisit neurology

    C Tidak lengkap : sensorik baik dan fungsi motorik dibawah defisit neurology memiliki kekuatan otot dibawah 3

    D Tidak lengkap : sensorik baik namun kekuatan otot motoriknya lebih dari 3 atau sama dengan 3

    E Fungsi sensorik dan motorik normal

    Gambaran Klinik Kerusakan Syaraf Tingkat Anatomik

    Cervical

    Pada cedera vertebra servikal, transeksi korda hampir sesuai dengan tingkat kerusakan

    tulang. Tidak lebih dari satu atau dua akar lain yang mungkin akan mengalami transeksi.

    Transeksi korda servikal yang tinggi bersifat fatal karena semua otot pernapasan lumpuh.

    Pada tingkat vertebra C5, transeksi korda dapat secara khusus mengisolasi korda servikal

    bagian bawah (dengan paralisis tungkai atas), korda toraks (dengan paralisis badan) dan

    korda lumbal dan sakral (dengan paralisis tungkai bawah dan visera). Pada cedera di

    bawah vertebra C5, tungkai atas sebagian terhindar dan mengakibatkan deformitas yang

    khas.3

    Antara Vertebra Th I dan Th XSegmen korda lumbal pertama pada orang dewasa berada pada tingkat vertebra T10.

    Akibatnya, transeksi korda pada tingkat itu akan menghindarkan korda toraks tetapi

    mengisolasikan seluruh korda, lumbal dan sakral, disertai paralisis tungkai bawah dan

    visera. Akar toraks bagian bawah juga dapat mengalami transeksi tetapi tak banyak

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 12

  • pengaruhnya.3

    Di Bawah Vertebra Th XKorda membentuk suatu tonjolan kecil (konus medularis) di antara vertebra T I dan LI, dan

    meruncing pada antar ruang di antara vertebra LI dan L2. Akar saraf L2 sampai S4

    muncul dari konus medularis dan beraturanan turun dalam suatu kelompok (cauda equina)

    untuk muncul pada tingkat yang berturutan pada spina lumbosakral. Karen itu, cedera

    spinal di atas vertebra T10 menyebabkan transeksi korda, cedera di antara vertebra TIO

    dan LI dapat menyebabkan lesi korda dan lesi akar saraf, dan cedera di bawah vertebra Ll

    hanya menyebabkan lesi akar. Akar sakral mempersarafi: (1) sensasi dalam daerah

    "pelana", suatu jalur di sepanjang bagian belakang paha dan tungkai bawah, dan dua pertiga

    sebelah luar tapak kaki; (2) tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pergelangan kaki

    dan kaki: (3) refleks anal dan penis, respons plantar dan refleks pergelangan kaki; dan (4)

    pengendalian kencing.

    Akar lumbal mempersarafi: (1) sensasi pada seluruh tungkai bawah selain bagian yang

    dipasok oleh segmen sakral; (2) tenaga motorik pada otot yang mengendalikan pinggul

    dan lutut: dan (3) refleks kremaster dan refleks lutut.. Bila cedera tulang berada pada

    sambungan torakolumbal, penting untuk membedakan antara transeksi korda tanpa

    kerusakan akar dan transeksi korda dengan transeksi akar. Pasien tanpa kerusakan akar

    jauh lebih baik daripada pasien dengan transeksi korda dan akar.

    Lesi Korda LengkapParalisis Iengkap dan anestesi di bawah tingkat cedera menunjukkan transeksi korda.

    Selama stadium syok spinal, bila tidak ada refleks anal (tidak lebih dari 24 jam pertama)

    diagnosis tidak dapat ditegakkan dan jika refleks anal pulih kembali dan defisit saraf

    terus berlanjut, lesi korda bersifat lengkap. Setiap lesi lengkap yang berlangsung lebih dari 72

    jam tidak akan sembuh.3

    Lesi Korda Tidak LengkapAdanya sisa sensasi apapun di bagian distal cedera (uji menusukkan peniti di daerah

    perianal ) menunjukkan lesi tak lengkap sehingga prognosis baik. Penyembuhan dapat

    berlanjut sampai 6 bulan setelah cedera. Penyembuhan paling sering terjadi pada sindroma

    korda central di mana kelemahan adalah hasil awal diikuti dengan paralisis neuron motorik

    bawah pada tungkai atas dengan paralisis neuron motorik atas (spastik) pada tungkai

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 13

  • bawah, dan tetap ada kemampuan pengendalian kandung kemih dan sensasi perianal

    (sakral terhindar). Pada sindroma korda anterior yang lebih jarang terjadi, terdapat

    paralisis lengkap dan anestesi tetapi tekanan dalam dan indera posisi tetap ad pada tungkai

    bawah (kolom dorsal terhindar). Pada sindroma korda posterior yang agak jarang terjadi

    (hanya tekanan dalam dan propriosepsi yang hilang), dan sindroma Brown Sequard

    (hemiseksi korda, dengan paralisis ipsilateral dan hilangnya perasaan nyeri kontralateral)

    biasanya disebabkan oleh cedera toraks. Di bawah vertebra Th X, diskrepansi antara

    tingkat neurologik dan tingkat rangka adalah akibat transeksi akar yang turun dari segmen

    yang lebih tinggi dari lesi korda.3

    Tabel 2: Incomplete cord syndromes9

    Sindrom DeskripsiAnterior cord Lesi yang mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensitivitas

    terhadap nyeri, temperature namun fungsi propioseptif masih normalBrown-Sequard Proposeptif ipsilateral normal, motorik hilang dan kehilangan sensitivitas

    nyeri dan temperatur pada sisi kontralateral Central cord Khusus pada regio sentral, anggota gerak atas lebih lemah dibanding

    anggota gerak bawah Dorsal cord (posterior cord)

    Lesi terjadi pada bagian sensori terutama mempengaruhi propioseptif

    Conus medullaris Cedera pada sacral cord dan nervus lumbar dengan kanlis neuralis ; arefllex pada vesika urinaria, pencernaan dan anggota gerak bawah

    Cauda equina Cedera pada daerah lumbosacral dengan kanalis neuralis yang mengakibatkan arefleksia vesika urinaria, pencernaan dan anggota gerak bawah

    Diagnosis dan Pemeriksaan Fraktur Vertebra

    Pemeriksaan klinik pada punggung hampir selalu menunjukkan tanda-tanda fraktur yang

    tak stabil namun fraktur remuk yang disertai paraplegia umunya bersifat stabil. Sifat dan

    tingkat lesi tulang dapat diperlihatkan dengan sinar-X, sedangkan sifat dan tingkat lesi saraf

    dengan CT atau MRI.

    Pemeriksaan neurologik harus dilakukan dengan amat cermat. Tanpa informasi yang

    rinci, diagnosis dan prognosis yang tepat tidak mungkin ditentukan. Pemeriksaan rektum

    harus dilakukan.

    Cedera spinal termasuk kegawatan. Pentingnya memperhatikan kondisi pasien khususnya

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 14

  • jaln nafas, pernafasan dan sirkulasi pasien. Vertebra akan terjaga dengan fiksasi

    sementara samapai diagnosis dapat ditegakkan.

    1. Roentgenography: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tulang vertebra,

    untuk melihat adanya fraktur ataupun pergeeseran pada vertebra.

    2. Computerized Tomography : pemeriksaan ini sifatnya membuat gambar vertebra

    2 dimensi . pemeriksaan vertebra dilakukan dengan melihat irisan-irisan yang

    dihasilkan CT scan

    3. Magnetic Resonance Imaging: pemeriksaan ini menggunakan gelombang

    frekuensiradio untuk memberikan informasi detail mengenai jaringan lunak di aerah

    vertebra. Gambaran yang akan dihasilkan adalah gambaran 3 dimensi . MRIsering

    digunakan untuk mengetahui kerusakan jaringan lunak pada ligament dan discus

    intervertebralis dan menilai cedera medulla spinalis.10

    TERAPI

    Pertolongan pertama dan penanganan darurat trauma spinal terdiri atas: penilaian

    kesadaran, jalan nafas, sirkulasi, pernafasan, kemungkinan adanya perdarahan dan segera

    mengirim penderita ke unit trauma spinal ( jika ada). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan

    klinik secara teliti meliputi pemeriksaan neurology fungsi motorik, sensorik dan reflek

    untuk mengetahui kemungkinan adanya fraktur pada vertebra.2 Terapi pada fraktur

    vertebra diawali dengan mengatasi nyeri dan stabilisasi untuk mencegah kerusakan yang

    lebih parah lagi. semuanya tergantung dengan tipe fraktur

    1. Braces & Orthotics ada tiga hal yang dilakukan yakni, mempertahankan kesegarisan

    vertebra (aligment), 2 imobilisasi vertebra dalam masa penyembuhan, 3 mengatsi

    rasa nyeri yang dirasakan dengan membatasi pergerakan. Fraktur yang sifatnya stabil

    membutuhkan stabilisasi, sebagai contoh; brace rigid collar (Miami J) untuk fraktur

    cervical, cervical-thoracic brace (Minerva) untuk fraktur pada punggung bagian atas,

    thoracolumbar-sacral orthosis (TLSO) untuk fraktur punggung bagian bawah, dalam

    waktu 8 sampai 12 minggu brace akan terputus, umumnya fraktur pada leher yang

    sifatnya tidak stabil ataupun mengalami dislokas memerlukan traksi, halo ring dan

    vest brace untuk mengembalikan kesegarisan

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 15

  • 2. Pemasanagan alat dan prosoes penyatuan (fusion). Teknik ini adalah teknik

    pembedahan yang dipakai untuk fraktur tidak stabil. Fusion adalah proses

    penggabungan dua vertebra dengan adanya bone graft dibantu dengan alat-alat

    seperti plat, rods, hooks dan pedicle screws. Hasil dari bone graft adalah penyatuan

    vertebra dibagian atas dan bawah dari bagian yang disambung. Penyatuan ini

    memerlukan waktu beberapa bulan atau lebih lama lagi untuk menghasilkan

    penyatuan yang solid.

    3. Vertebroplasty & Kyphoplasty, tindakan ini adalah prosedur invasi yang minimal.

    Pada prinsipnya teknik ini digunakan pada fraktur kompresi yag disebabkan

    osteoporosis dan tumor vertebra. Pada vertebroplasti bone cement diinjeksikan

    melalui lubang jarung menuju corpus vertebra sedangkan pada kypoplasti, sebuah

    balon dimasukkanan dikembungkan untuk melebarkan vertebra yang terkompresi

    sebelum celah tersebut diisi dengan bone cement .8

    Pengelolaan penderita dengan paralisis meliputi

    1. Pengelolaan kandung kemih dengan pemberian cairan yang cukup, kateterisasi

    dan evakuasi kandung kemih dalam 2 minggu

    2. Pengelolaan saluran pencernaan dengan pemberian laksansia setiap dua hari

    3. Monitoring cairan masuk dan cairan yang keluar dari tubuh

    4. Nutirsi dengan diet tinggi protein secara intravena

    5. Cegah dekubitus

    6. Fisioterapi untuk mencegah kontraktur2

    DISKUSI KASUS

    Penanganan tergantung pada sifat dan beratnya cedera, yang tidak dapat dinilai

    melalui penampilan di permukaan. Beberapa pasien pergi ke bagian rawat kecelakaan

    dengan berjalan, tak sadar akan fraktur yang mengancam korda; sebagian dengan jelas

    mengalami cedera dan gangguan; sebagian lagi tak sadar.

    Jika pasien perlu resusitasi atau intubasi trakea, hati-hati akan bahaya fleksi atau

    ekstensi leher. Ventilasi harus dijamin, dan syok serta perdarahan diperhatikan Pasien

    dinilai dengan cermat untuk mencari ada tidaknya cedera spinal dan dilakukan

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 16

  • pemeriksaan neurologik; ini akan menjadi data dasar yang penting untuk

    penanganan selanjutnya.

    Leher dan punggung dipertahankan pada posisi anatomik dengan bantal dan penyangga,

    dan terapi pasti untuk cedera spinal ditunda hingga diagnosis penuh telah dibuat.

    Pemeriksaan klinik diulangi beberapa jam setelah masuk ke bagian rawat; tanda-

    tanda mungkin telah berubah. Perawatan umum pada muka, Pipa trakea (kalau ada),

    dada, perut, kandung kemih dan kulit pedu dilakukan. Fraktur yang lain dibebat hingga

    prioritas telah ditentukan.Pasien dengan kerusakan korda memerlukan perhatian khusus

    untuk mencegah ulkus dekubitus dan komplikasi kandung kemih. Suatu kateter uretra

    dimasukkan dan keluaran urine diukur (keluaran urine berkurang selama periode syok).

    Kalau kandung kemih mengalami kelumpuhan, pasien akan membutuhkan, kateterisasi

    berkala

    Tujuan terapi adalah: mempertahankan fungsi neurologik; mengurangi kompresi pada saraf

    atau korda yang dapat dipulihkan; menstabilkan spina; dan merehabilitasi. Pasien yang

    tanpa kerusakan tulang dan hanya mengalami cedera jaringan lunak yang ringan dapat

    ditangani dalam bagian rawat kecelakaan dan diperbolehkan pulang, dengan pesan agar

    kembali lagi seminggu kemudian untuk dinilai. Pasien yang mengalami cedera berat harus

    dimasukkan ke rumah sakit dan dengan hati-hati mengganggu bagian tubuh yang cedera.

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 17

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Moore keith, (2002), Essential Clinical Anatomy; Second Edition, lippincot Williams

    and Wilkins: Baltimore.

    2. Rasjad Chaeruddin, (2003), Ilmu Bedah Ortopedi, bintang Lamumpatue : Makassar.

    3. Apley graham and Solomon louis, (1995), Ortopedi Fraktur System Apley;edisi

    ketujuh, widya medika: Jakarta.

    4. salter Bruce Robert, (1999), Text Book Of Disoreder and Injuries Of The

    Musculoskeletal System; Third Edition, Williams and Wilkins: Baltimore

    5. Young wise, (2000), Spinal Cord Injury Level And Classification, download from

    http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml

    6. Deblick Thomas, (2001) , Burst Fracture, down load from

    http://www.emedicine.medscape.com/specialties

    7. claire Mary, (2005), The Three Colimn Concept; Spineuniverse. Download from

    http://www.spineuniverse/columnconcept.html

    8. Roper Steven, (2003), Spine Fracture: Dept. Neurosurgery Unversity of Florida,

    download from http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml

    9. Thomas, VM, (2004), Thoracolumbal Vertebral Fracture; Journal of Orthopaedics,

    download from http://www.jortho.org/index.html

    10.Kuntz Charlez, (2004), Spine Fracture; Emedicine Journals, download from

    http://www.emedicine.com/orthoped/topic567.htm

    Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 18