18
Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik SWITCHED RELUCTANCE MOTOR Oktarico Susilatama PP (21060110141053) o k tari c op r a d a n a @ y a ho o . c o . i d Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak Switched reluctance drive dikembangkan pada tahun 1980 an untuk menyelesaikan dalam masalah efisiensi, daya tiap satuan berat dan volume, kehandalan dan fleksibilitas operasional. Motor dan hubungannya dengan penggerak elektronika daya harus didesain sebagai kesatuan yang terintegrasi dan di optimasi untuk spesifikasi tertentu, contohnya untuk efisiensi maksimum dengan sebuah beban tertentu, atau jangkauan kecepatan maksimum atau torsi puncak jangka pendek. Walaupun relatif baru, teknologi telah diterapkan pada aplikasi yang luas termasuk industri umum, aplikasi kompresor dan peralatan bisnis. Motor reluktansi tersebut merupakan motor sinkron yang beroperasi tanpa adanya eksitasi dari sumber dc,yang operasinya bergantung dari perbedaan dan reluktansi dalam kuadran titik. Motor fraksional biasanya dalam bentuk satu phasa dan dalam aplikasinya membutuhkan kecepatan sinkron yang tepat seperti pada jam listrik ataupun peralatan waktu. Motor reluktansi sinkron adalah versi lain dari motor tipe rotor sangkar, sinkron disini mengimplikasikan motor berputar pada kecepatan sinkron pada keadaan normal, tergantung beban yang dipakai, selama beban lebih rendah dari pada level tertentu. Kata kunci : Switched Reluctance Motor (SRM), posisi rotor, arus fasa, konverter I PENDAHULUAN Switched reluctance motor (SRM) merupakan motor yang memiliki desain lebih sederhana dibandingkan dengan motor induksi dan motor sinkron. Kombinasi motor reluktansi dengan kontroler elektronika daya dapat menghasilkan sebuah solusi ekonomis. Struktur motor sederhana dengan kumparan yang terpusat pada stator dan tidak memiliki kumparan dan sikat-sikat (brushes) pada rotor. Penggerak switched reluctance motor memberikan beberapa keunggulan yaitu efisiensi

150581288-IEEE-PML-Oktarico-Susilatama-PP-21060110141053

Embed Size (px)

DESCRIPTION

xcxcxcxccdfd

Citation preview

PERANCANGAN EMULATOR KIPAS PEMBUANG PANAS

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin ListrikSWITCHED RELUCTANCE MOTOROktarico Susilatama PP (21060110141053)

[email protected] Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Abstrak Switched reluctance drive dikembangkan pada tahun 1980 an untuk menyelesaikan dalam masalah efisiensi, daya tiap satuan berat dan volume, kehandalan dan fleksibilitas operasional. Motor dan hubungannya dengan penggerak elektronika daya harus didesain sebagai kesatuan yang terintegrasi dan di optimasi untuk spesifikasi tertentu, contohnya untuk efisiensi maksimum dengan sebuah beban tertentu, atau jangkauan kecepatan maksimum atau torsi puncak jangka pendek. Walaupun relatif baru, teknologi telah diterapkan pada aplikasi yang luas termasuk industri umum, aplikasi kompresor dan peralatan bisnis. Motor reluktansi tersebut merupakan motor sinkron yang beroperasi tanpa adanya eksitasi dari sumber dc,yang operasinya bergantung dari perbedaan dan reluktansi dalam kuadran titik. Motor fraksional biasanya dalam bentuk satu phasa dan dalam aplikasinya membutuhkan kecepatan sinkron yang tepat seperti pada jam listrik ataupun peralatan waktu. Motor reluktansi sinkron adalah versi lain dari motor tipe rotor sangkar, sinkron disini mengimplikasikan motor berputar pada kecepatan sinkron pada keadaan normal, tergantung beban yang dipakai, selama beban lebih rendah dari pada level tertentu.

Kata kunci : Switched Reluctance Motor (SRM),

posisi rotor, arus fasa, konverterI PENDAHULUANSwitched reluctance motor (SRM) merupakan motor yang memiliki desain lebih sederhana dibandingkan dengan motor induksi dan motor sinkron. Kombinasi motor reluktansi dengan kontroler elektronika daya dapat menghasilkan sebuah solusi ekonomis. Struktur motor sederhana dengan kumparan yang terpusat pada stator dan tidak memiliki kumparan dan sikat-sikat (brushes) pada rotor. Penggerak switched reluctance motor

memberikan beberapa keunggulan yaitu efisiensi

tinggi, kecepatan operasi maksimum, performa motor bagus dalam hal rasio torsi atau inersia yang bekerja sama dengan operasi empat kuadran sehingga menjadi solusi dalam aplikasi kecepatan yang variable.

Performa dari switched reluctance motor tergantung pada pengkontrolan yang diterapkan. Terdapat tiga bagian utama dari motor reluktansi switched yaitu motornya sendiri, konverter elektronika daya dan kontroller. Terdapat satu unit konverter tiap fasa. Sebuah batere atau rectifier mensuplai daya dc. Pada motor ini tiap fasa disuplai dengan tegangan dc dengan unit konverter elektronika dayanya yang berfungsi sebagai unit kontrol yang mengembangkan torsi yang cenderung untuk menggerakkan kutub rotor segaris dengan kutub stator yang terenergize dengan tujuan untuk memaksimalkan induktansi dari kumparan eksitasi. Sebuah fakta penting bahwa produksi torsi tidak tergantung dengan arah arus untuk mengurangi jumlah saklar tiap fasa.

II. SWITCHED RELUCTANCE MOTOR2.1 PENGERTIAN MOTOR RELUKTANSISwitched Reluctance Motor (SRM) merupakan jenis motor yang memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan dengan jenis motor lainnya. Pada bagian stator terdapat belitan medan dan pada bagian rotornya tidak memiliki belitan atau magnet permanen, namun terdiri dari laminasi baja yang ditumpuk ke poros. Dengan konstruksi mekanik yang sederhana sehingga penggunaan SRM lebih ekonomis, dan pada bagian stator dan rotor SRM memiliki bentuk kutub menonjol (salient pole). Oleh karena itu, SRM sering juga disebut mesin dengan kutub ganda (doubly salient machine). Jika kumparan pada stator dihubungkan dengan sumber tegangan, maka akan tercipta medan magnet pada kutub-kutub stator tersebut. Saat rotor berputar maka akan terjadi reluktansi antara rotor dengan medan magnet pada

1

stator. Saat kutub pada rotor segaris lurus dengan kutub menonjol pada stator maka saat itulah terjadi reluktansi medan magnet minimum, dan jika rotor tidak segaris lurus dengan kutub menonjol pada stator saat itu lah terjadi reluktansi medan magnet maksimum. Sehingga menyebabkan terjadinya perputaran yang konstan pada rotor. Bentuk konstruksi stator dan rotor dari beberapa jenis SRM dapat dilihat pada gambar 1 berikut

.Gambar 1 konstruksi stator dan rotor SRM

2.2 PRINSIP OPERASI MOTOR RELUKTANSI SWITCHEDMotor reluktansi switched berbeda dari

motor reluktansi konvensional dimana rotor dan stator memiliki kutub menonjol (salient pole). Susunan tonjolan (salient) ganda(seperti yang ditunjukan pada gambar 2) diperlukan untuk keefektifan selama konversi energi elektromaknetik.

Stator membawa kumparan pada tiap kutub, sedangkan rotor yang dibuat dari laminasi pada cara umumnya tidak memiliki kumparan atau magnet dan sehingga murah untuk dipabrikan dan sangat handal. Ditunjukan pada gambar 2 memiliki

12 kutub stator dan 8 kutub rotor dan mewakili susunan yang digunakan secara umum, tapi kombinasi kutub lain digunakan untuk membentuk tiga fasa yang di energi secara mandiri dari konverter 3 fasa.

Motor berotasi dengan mengeksitasi fasa secara berurutan pada urutan A,B,C untuk putaran berlawanan arah jarum jam atau A,C,B untuk putaran searah jarum jam, pasangan terdekat dari kutub rotor menarik kutub stator yang cocok dengan aksi torsi reluktansi. Pada gambar 2, empat kumparan membentuk fasa A ditunjukan dengan garis tipis, polaritas dari kumparan MMF di tandai dengan huruf N dan S . Tiap kali fasa dieksitasi posisi ekuilibrium dari kemajuan rotor sebesar 15 derajat, sehingga setelah satu putaran penuh ( tiap

fasa dari tiga fasa telah dieksitasi sekali) sudut berubah 45 derajat. Mesin berputar sekali untuk delapan putaran dasar dari supply ke kumparan stator, sehingga sesuai dengan hubungan antara frekuensi dasar masukan dan kecepatan putar, mesin pada gambar 2 berperilaku sebagai mesin konvensional 16 kutub.

Gambar 2 Motor reluktansi switched (SR). Tiap 12 kutub membawa satu kumparan padat sedangkan 8 kutub rotor tidak memiliki kumparan ataupun magnet

Terdapat perbedaan desain penting yang mencerminkan pandangan yang berbeda (rotasi kontinu untuk SR, progres bertahap untuk stepper ), tapi disisi lain mekanisme dari produksi torsi ialah mirip. Namun, ketika stepper di desain pertama kali dan terpenting untuk operasi loop terbuka, motor SR di desain untuk operasi self-sinkron, fasa diaktifkan menggunakan sinyal yang diturunkan dari detektor posisi rotor poros (RPT). Dalam hal performa, pada semua kecepatan dibawah kecepatan base operasi kontinu pada torsi penuh ialah mungkin. Diatas kcepatan base, fluks tidak dapat dipertahankan lebih lama pada amplitudo penuh dan tersedia torsi yang mengurangi kecepatan. Sifat operasi sangat mirip dengan pengendali kontrol kecepatan, tapi dengan efisiensi satu persen atau dua persen lebih tinggi.

Diketahui bahwa mekanisme dari produksi torsi pada motor reluktansi switched tampak berbeda dari mesin DC, motor induksi dan mesin sinkron dikarenakan semuanya memanfaatkan daya BIL pada konduktor didalam medan magnet

Gambar 3 diagram operasi motor reluktansi switched

2.3 TORSI PREDIKSI DAN KENDALIJika besi dalam sirkit magnetik merupakan ideal, ekspresi analitis dapat diturunkan untuk mengekpresikan torsi dari reluktansi motor dalam hal posisi rotor dan arus didalam kumparan. Pada prakteknya analisis ini ialah, tidak hanya karena motor reluktansi switched di desain untuk beroperasi pada tingkat saturasi magnetik yang tinggi pada sirkit magnetik, tetapi juga karena, kecuali pada kecepatan rendah, tidak dapat dipraktekkan untuk mencapai profil arus spesifik.

Faktanya bahwa saturasi tingkat tinggi termasuk membuat permasalahan prediksi torsi pada desain tapi ialah mungkin untuk menghitung fluks, arus dan torsi sebagai fungsi dari posisi rotor, sehingga strategi pengontrolan optimum dapat di rancang untuk menemui spesifikasi performa tertentu. Sayangnya kompleksitas ini berarti bahwa tidak terdapat sirkit ekuivalen sederhana.

Seperti yang kita lihat ketika kita mendiskusikan motor stepping, untuk memaksimalkan torsi rata rata dapat menetapkan arus penuh pada tiap fasa dan untuk menghilangkan nya seketika pada akhir dari tiap periode torsi positif. Operasi menggunakan tegangan positif penuh pada awal dan tegangan negatif penuh pada akhir dari periode aktif yang diacukan pada operasi pulsa tunggal. Untuk smua motor kecil ( kurang dari 1 kW) resistansi fasa di abaikan dan akibatnya besar fasa fluks gandeng ditentukan dengan penerapan tegangan dan frekuensi, seperti kita lihat pada tipe motor lainnya.

Hubungan antara fluks gandeng dan tegangan mirip sekali dengan hukum faraday sehingga operasi pulsa tunggal memiliki bentuk gelombang tegangan kotak dan fluks gandeng memiliki bentuk segitiga sederhana sperti pada gambar 4 dimana menunjukan bentuk gelombang untuk fasa A dari motor 3 fasa. (bentuk gelombang untuk fasa B dan C ialah mirip tapi tidak ditunjukan) Setengah keatas dari diagram menunjukan situasi pada kecepatan N, ketika setengah ke bawah berkoresponden pada kecepatan

2N. Seperti yang kita lihat, pada kecepatan yang lebih tinggi (frekuensi tinggi) setengah periode aktif sehingga amplitudo dari setengah fluks, menuju pada pengurangan torsi yang tersedia..

Penting untuk dicatat bahwa bentuk gelombang fluks ini tidak tergantung pada posisi rotor, tapi bentuk gelombang arus koresponden karena MMF dibutuhkan untuk memberikan fluks yang tergantung pada reluktansi efektif dari sirkit magnetik dan hal ini tentunya bervariasi dengan posisi rotor.

Untuk mendapat torsi motor untuk bentuk gelombang fluks fasa yang diketahui penaikan dan penurunan dari fluks harus di ukur waktunya untuk bertepatan dengan posisi rotor.

Gambar 4 Bentuk gelombang tegangan dan fluks untuk motor reluktansi switched pada mode pulsa tunggal

Idealnya, fluks seharusnya hanya ada ketika fluks memproduksi torsi positif dan menjadi nol ketika

fluks akan menghasilkan torsi negatif, tapi diketahui penundaan sehingga lebih baik untuk mengaktifkan lebih awal sehingga fluks mencapai tingkat turunan pada titik ketika dapat menghasilkan torsi umumnya, walaupun jika ini membawa pada beberapa torsi negatif pada permulaan dan akhir siklus.

Pekerjaan dari sistem pengontrolan torsi ialah untuk mensaklar tiap fasa aktif dan mati pada posisi rotor optimum yang berhubungan dengan torsi pada waktu selesai dengan menjaga posisi rotor menggunakan RPT. Hanya sudut apa yang menetapkan dan ditentukan dengan acuan data yang disimpan secara digital didalam kontroller peta memori yang menghubungkan arus,fluks, posisi rotor dan torsi untuk mesin tertentu. Kontrol torsi dipertimbangkan kurang mudah dari pada pengendali DC yang torsi langsung sebanding dengan arus jangkar atau pengendali motor induksi dimana torsi sebanding dengan slip.

2.4 KONVERTER DAYA DAN PENGENDALIPerbedaan penting antara motor SR dan motor self-sinkron lainnya ialah bahwa kemampuan torsi penuh dapat dicapai tanpa harus menyediakan arus positif dan negatif pada fasa. Karena torsi tidak tergantung pada arah dari arus pada kumparan fasa. Keunggulan dari pengendali unipolar tersebut ialah tiap alat pensaklaran utama dihubungkan secara permanen secara seri dengan satu dari kumparan motor tidak terdapat kemungkinan dari gangguan shoot-through.

Pengontrolan kecepatan loop tertutup keseluruhan didapatkan pada cara yang konvensional dengan kesalahan kecepatan yang berprilaku sebagai permintaan torsi pada sistem kontrol torsi. Namun, pada kasus umumnya tidaklah perlu untuk menyesuaikan tacho sebagai sinyal feedback, kecepatan dapat diturunkan dari RPT.

Pada umumnya dengan pengendali self- sinkron, jangkauan luas dari karakteristik operasi tersedia. Jika masukan konverter dikendalikan secara penuh, regenerasi kontinu, dan operasi empat kuadran ialah mungkin, dan torsi konstan lazim , daya konstan dan tipe karakteristik seri dianggap sebagai standar. Torsi kecepatan rendah dapat merata jika pengukuran khusus tidak diambil pada profil pulsa arus tapi operasi kecepatan rendah

kontinu lebih baik daripada sistem umumnya dalam hal efisiensi.

Gambar 5 grafik hubungan torsi dengan kecepatan rotasi

III. KONFIGURASI MOTOR RELUKTANSI SWITCHEDMotor reluktansi switched dapat diklasifikasikan seperti pada gambar 6. Klasifikasi awal dibuat pada dasar gerak alami ( berotasi atau linier).

Gambar 6 Klasifikasi Motor Reluktansi Switched

3.1 MOTOR RELUKTANSI SWITCHED BERPUTARMesin berputar yang berdasarkan pada

motor reluktansi switched dibedakan oleh jalur medan magnet karena arahnya sesuai dengan panjang aksial mesin. Jika jalur medan magnet tegak lurus dengan poros , motor reluktansi switched diklasifikasikan sebagai medan radial. Ketika jalur fluks sepanjang dengan arah aksial, mesin disebut sebagi medan aksial SRM (Switched Reluctance Motor).

SRM medan radial digunakan pada umumnya. Dapat dibedakan kedalam yang lintasan

fluks lebih pendek dan yang lebih panjang berdasarkan bagaimana kumparan diletakkan. Cara konvensional ialah jalur fluks panjang SRM dimana kumparan fasa diletakkan pada slot yang berlawanan seperti ditunjukan pada gambar 7. Pada jalur fluks SRM yang lebih pendek, kumparan fasa diletakkan pada slot yang sejajar satu sama lainnya, seperti yang ditunjukan pada gambar 8. Jalur fluks SRM pendek memiliki keunggulan yaitu rugi-rugi inti yang lebih sedikit karena pemutaran fluks tidak terjadi pada stator dan untuk memiliki jalur fluks pendek. Namun demikian, SRM medan radial memiliki kelemahan yaitu rendahnya induktansi bersama.

Gambar 7 Konfigurasi motor reluktansi switched

Gambar 8 Jalur fluks pendek SRM dengan kutub 10/8

Konfigurasi aksial SRM ditunjukan pada gambar 9. Tipe dari SRM ini cocok untuk aplikasi dimana total panjang dapat di paksakan seperti pada kipas langit-langit atau pada penerapan tenaga penggerak. Kelemahan dari konfigurasi ini ialah laminasi stator harus ditekuk satu diatas lainnya, tidak seperti susunan dari laminasi pada konfigurasi medan radial.

Gambar 9 Medan aksial motor reluktansi switched

3.2 SRM SATU FASASRM satu fasa menarik karena memiliki kemiripan dengan mesin induksi satu fasa dan mesin universal dan biaya pembuatan rendah juga. Penerapan kecepatan tinggi sangat menarik untuk SRM satu fasa. Ketika kutub stator dan kutub rotor diselaraskan, arus dihentikan dan rotor tetap bergerak karena energi kinetik yang tersimpan. Karena kutub menjadi tidak selaras, kumparan stator dienergize lagi, menghasilkan torsi elektromagnetik. Permasalahan dengan operasi SRM satu fasa muncul hanya ketika kutub stator dan rotor sejalan pada kemandekan atau rotor berada pada posisi dimana torsi dihasilkan lebih rendah daripada torsi beban saat starting. Ini dapat diatasi dengan memiliki magnet permanen pada stator untuk menarik rotor jauh dari sejajaran atau untuk posisi yang cocok, untuk mengijinkan torsi elektromagnetik maksimum generator, seperti ditunjukan pada gambar 10.

SRM satu fasa beroperasi dengan maksimum duty cycle 0,5 sehingga mereka memiliki torsi yang terhenti yang berakibat pada tingginya ripple torsi dan noise. Aplikasi yang tidak sensitif pada pengurangan ini, seperti pada alat rumah tangga ialah cocok untuk mesin ini.

Gambar 10 SRM satu fasa dengan magnet permanen untuk mengijinkan starting

3.3 SRM LINIERMotor reluktansi switched linier (LSRM) merupakan pasangan dari SRM berputar. Faktanya, motor reluktansi switched linier diperoleh dari pasangan berputarnya dengan memotong poros. Gambar 11 menunjukan konfigurasi dari LSRM tiga fasa

Gambar 11 motor reluktansi switched linier tiga fasa

IV. SISTEM PENGGERAK SRMSistem penggerak SRM ditunjukan pada gambar 12. Dibuat dari 4 komponen dasar yaitu konverter daya, kontrol sirkit logika, posisi sensor, dan motor reluktansi switched

Gambar 12 Struktur sistem penggerak SRM

4.1 KONVERTER DAYA UNTUK SRMSejak torsi penggerak SRM tidak tergantung pada polaritas arus eksitasi, penggerak SRM membutuhkan hanya satu saklar tiap fasa kumparan. Lebih lagi, tidak seperti penggerak motor ac, penggerak SRM selalu memiliki kumparan fasa yang seri dengan saklar. Jadi, pada kasus gangguan shoot-through, induktansi dari

kumparan membatasi rating dari kenaikan arus dan menyediakan waktu untuk memulai proteksi. Selanjutnya, fasa-fasa dari SRM ialah independen dan pada kasus gangguan satu kumparan, operasi yang terganggu ialah mungkin.

4.1.1 KONVERTER JEMBATAN ASIMETRISPada gambar 13a menunjukan konverter jembatan asimetris. Menghidupkan dua saklar daya pada tiap fasa akan mensirkulasikan arus pada fasa SRM tersebut. Jika arus naik diatas nilai yang diperintahkan, saklar akan off. Energi yang tersimpan pada kumparan motor fasa akan menjaga arus pada arah yang sama sampai habis. Bentuk gelombang ditunjukan pada gambar 13b dan c dengan strategi pensaklaran yang berbeda

Gambar 13 Konverter asimetrik untuk SRM dan operasi bentuk gelombang

4.1.2 KONFIGURASI PENSAKLARAN (N+1) DAN DIODAPenggunaan peralatan daya ialah rendah pada

konverter jembatan asimetrik. Topologi konverter yang lebih efisien ditunjukan pada gambar 14, disebutkan konfigurasi saklar (n+1) dan dioda. Ketika T1 dan T2 dihidupkan, fasa A dienergize dengan menerapkan sumber tegangan pada kumparan fasa. Arus dapat dibatasi sampai tingkat tertentu dengan mengendalikan T1 atau T2 atau keduanya. Sama halnya, fasa B dapat dienergize dengan T2 dan T3. Manfaat dari konverter ini ialah penggunaan daya yang lebih tinggi karena operasi saklar bagi. Namun, sirkit menyediakan pengontrolan arus terbatas selama arus fasa lebih

Gambar 14 Topologi konverter pensaklaran (n+1)

4.1.3 TOPOLOGI PENGGERAK TIPE BIFILARGambar 15a menunjukan konfigurasi konverter

dengan satu saklar daya dan satu dioda tiap fasa tapi regenerasi energi magnetik yang disimpan pada sumber. Dicapai dengan memiliki kumparan bifilar dengan polaritas seperti ditunjukan pada gambar. Bentuk gelombang variasi waktu dari rangkaian ditunjukan pada gambar 15b. Ditunjukan bahwa tegangan pada saklar daya dapat lebih tinggi dari sumber tegangan. Kelemahan dari penggerak ini ialah SRM membutuhkan kumparan bifilar yang meningkatkan kompleksitas dari motor.

Gambar 15 Penggerak tipe bifilar dan bentuk gelombang

4.1.4 KONVERTER C-DUMPKonverter C-dump ditunjukan pada gambar 16a dengan rangkaian energi pemulihan. Energi magnetik yang disimpan sebagian dialihkan ke kapasitor Cd dan dipulihkan darinya oleh chopper kuadran satu yang terdiri dari Tr, Lr dan Dr dan dikirim ke sumber DC. Gambar 16b menunjukan bentuk gelombang dari konverter ini.

Konfigurasi ini memiliki keunggulan dari saklar-saklar daya minimum yang mengijinkan pengontrolan arus fasa independen. Kelemahan utama ialah komutasi arus dibatasi dengan perbedaan antara tegangan Cd, Vo dan tegangan hubung DC. Selanjutnya, energi bersikulasi antara Cd dan hubung DC menghasilkan rugi-rugi tambahan dalam mesin.

Gambar 16 Konverter C-Dump untuk SRM

4.2 POSISI SENSORPada penggerak SRM, posisi rotor sangat penting untuk komutasi fasa stator dan pengendalian sudut. Posisi rotor biasanya diperoleh dari posisi sensor. Penggunaan umum sensor posisi ialah fototransistor dan fotodioda, element Hall, sensor magnetik, encoder pulsa dan transformator differensial variable.

4.2.1 SENSOR FOTOTRANSISTORSensor fototransistor berdasarkan pada prinsip fotoelektrik. Gambar 17 menunjukan struktur dasar dari sensor fototransistor

Gambar 17 Sensor fototransistorSeperti yang ditunjukan pada gambar, shutter berputar sudut elektris 120 dipasang pada poros rotor, yang berputar dengan rotor SRM. Fototransistor yang sama dengan jumlah motor fasa (terdapat tiga fasa pada gambar) ditetapkan pada stator. Ketika celah sejajar dengan fototransistor PT1, fototransistor akan menghasilkan arus karena cahaya sedangkan fototransistor PT2 dan PT3 hanya memiliki arus bocor yang kecil karena cahaya di tutupi oleh shutter yang berputar. Pada kasus ini, fasa stator berhubungan dengan PT1 harus di aktifkan. Situasi yang sama akan terjadi ketika celah dari shutter yang berputar sejajar dengan PT2 atau PT3.

4.2.2 SENSOR POSISI HALLFungsi dari sensor Hall berdasarkan pada prinsip efek Hall yang dinamai setelah penemunya E.H. Hall: berarti bahwa tegangan yang dibangkitkan melintang dengan arah aliran arus pada konduktor elektrik (tegangan Hall), jika medan magnet diterapkan tegak lurus dengan konduktor

Gambar 18 Sensor posisi Hall

Struktur dari sensor posisi Hall untuk motor tiga fasa diillustrasikan pada gambar 18. Terdiri dari tiga komponen Hall dan piringan putar dengan magnet permanen yang tetap pada poros rotor. Mirip dengan celah dari sensor fototransistor, magnet permanen pada piringan putar dipasang sesuai sehingga keluaran dari komponen Hall dapat mengindikasi posisi rotor yang tepat untuk pengendalian arus fasa.

V. KESIMPULANBerdasarkan materi pada makalah ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pada motor reluktansi switched memiliki efisiensi dan kehandalan tinggi dibandingkan dengan konvensional motor AC atau DC

2. Pada motor reluktansi switched efektif dalam biaya dibandingkan dengan motor DC brushless pada volume tinggi.

3. Pada motor reluktansi switched memungkinkan biaya rendah untuk kontrol kecepatan akurat jika volume cukup tinggi.

4. Torsi atau produksi gaya pada motor reluktansi switched dikembangkan dari variasi energi magnetik yang tersimpan sebagai fungsi dari posisi rotor

5. Pengendalian SRM 8/6 pada empat kuadran menggunakan analisis linier telah dijelaskan dengan menggunakan algoritma yang didesain dan diimplementasikan dengan tujuan untuk mengurangi torsi ripple

6. Produksi torsi pada struktur motor reluktansi switched datang dari kecenderungan dari kutub rotor yang sejajar dengan kutub eksitasi stator.

7. SRM memiliki kutub menonjol ganda dan karateristik magnetik non-linier, ripple torsi lebih besar daripada motor tradisional.

8. Dengan pengendalian torsi dari SRM, ripple torsi rendah, pengurangan noise atau bahkan peningkatan efisiensi dapat dicapai.

DAFTAR PUSTAKAMagnetic Bearing," in Proc. PEC Tokyo, pp.919-926, 1990.

2. Bass, J. T., Ehsani, M. and Miller, T. J. E ; "Robust torque control of a switched

BIOGRAFI

Oktarico Susilatama P, NIM 21060110141053, lahir di kendal, 22 Oktober

1992, menempuh pendidikan di SMPN 1

Semarang, SMAN 3

Semarang. Dan sekarang sedang menempuh S1 di

reluctance motor without a shaft positionsensor," IEEE Transactions, Vol.IE-33, No.33, 1986, 212-216

3. Byrne, J. V. and Lacy, J.G.;

"Characteristics of saturable stepper and reluctance motors." IEE Conf. Publ. No.136,Small Electrical Machines, 1976,

93-96.

4. Davis, R. M., "A Comparison of Switched Reluctance Rotor Structures," IEEE Trans. Indu. Elec., Vol.35, No.4, pp.524-529, Nov. 1988.

5. D.H. Lee, J. Liang, T.H. Kim, J.W. Ahn, "Novel passive boost power converter for SRdrive with high demagnetization voltage", International Conference on Electrical Machines and Systems, 2008, pp.3353-3357, 17-20 Oct. 2008.

6. D.S. Schramm, B.W. Williams, and T.C.

Green; "Torque ripple reduction of switched reluctance motors by phase current optimal profiling", in Proc. IEEE PESC' 92, Vol. 2, Toledo, Spain, pp.857-

860, 1992 .

7. R. Krishnan, Switched Reluctance MotorDrives: Modelling, Simulation,Analysis, Design, and Applications, CRC Press, 2001

8. Theodore Wildi, Electrical Machines, Drives andPower Systems 3rd,Prentice Hall Inc, New Jersey,1997.

9. T. J. E. Miller, Switched Reluctance Motors and Their Control, Magna Physics Publishing and Clarendon press, Oxford,

1993

Teknik Elektro Universitas Diponegoro.

1.A. Chiba,K. Chida and T. Fukao,"Principlesand Characteristics of aReluctanceMotor with Windings of