199390199 Penatalaksanaan Gagal Jantung Kongestif Docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

-

Citation preview

  • Penatalaksanaan Gagal Jantung Kongestif (CHF)

    Gagal Jantung Kongestif

    DEFINISI Gagal jantung kongestif (congestive heart failure, CHF) adalah keadaan patofisiologis yaitu jantung tidak stabil untuk menghasilkan curah jantung yang

    adekuat sehingga perfusi jaringan tidak adekuat, dan/atau peningkatan tekanan

    pengisian diastolik pada ventrikel kiri, sehingga tekanan kapiler paru meningkat.

    CHF merujuk pada disfungsi primer ventrikel kiri (LV). CHF bisa sistolik, diastolik, atau keduanya. Disfungsi primer pada ventrikel kanan paling sering berhubungan dengan penyakit paru dan tidak dianggap sebagai gagal jantung kongestif.

    EPIDEMIOLOGI 1,5% sampai 2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita CHF; terjadi 700.000 perawatan di rumah sakit per tahun.

    Faktor risiko terjadinya gagal jantung yang paling sering adalah usia. CHF merupakan alasan paling umum bagi lansia untuk dirawat di rumah sakit (75% pasien yang dirawat dengan CHF berusia antara 65 dan 75 tahun).

    44% pasien Medicare yang dirawat karena CHF akan dirawat kembali pada 6 bulan kemudian.

    Terdapat 2 juta kunjungan pasien rawat jalan per tahun yang menderita CHF; biayanya diperkirakan 10 miliar dollar per tahun.

    Daya tahan hidup selama 8 tahun bagi semua kelas CHF adalah 30%; untuk CHF berat, angka mortalitas dalam 1 tahun adalah 60%.

    Faktor risiko terpenting untuk CHF adalah penyakit arteri koroner denganpenyakitjantung iskemik. Hipertensi adalah faktor risiko terpenting kedua

    untuk CHF. Faktor risiko lain terdiri dari kardiomiopati, aritmia, gagal ginjal,

    diabetes, dan penyakit katup jantung.

    Patofisiologi

    Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat

    penyakit jantung iskemik,mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang

    efektif.Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,dan

    meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung,ada

    tiga mekanisme primer yang dapat dilihat :

    1) meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik,

    2) Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron,dan

    3) Hipertrofi ventrikel.Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk

    mempertahankan curah jantung.Kelainan pad kerja ventrikel dan menurunnya curah

    jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.Dengan berlanjutnya gagal

    jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif.

    Menurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon

    simpatik kompensatorik.Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik merangang

    pengeluaran katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla

    adrenal.Denyut jantuing dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah

    curah jantung.Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan

    arteria dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ

  • yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal,agar perfusi ke jantung dan otak

    dapat dipertahankan.

    Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa :

    1) penurunan aliran darah ginjal an akhirnya laju filtrasi glomerulus,

    2) pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus,

    3)interaksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan

    angiotensin I,

    4) konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,

    5) Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan

    6) retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul. Respon

    kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau

    bertambahnya tebal dinding.Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel

    miokardium;tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal

    jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial.Respon miokardium

    terhadap beban volume,seperti pada regurgitasi aorta,ditandai dengan dilatasi dan

    bertambahnya tebal dinding.

    Patogenesis gagal jantung

    Menurut Soeparman (2000) beban pengisian (preload) dan beban tahanan (afterload)

    pada ventrikel yang mengalami dilatasi dan hipertrofi memungkinkan adanya

    peningkatan daya kontraksi jantung yang lebih kuat, sehingga curah jantung

    meningkat. Pembebanan jantung yang lebih besar meningkatkan simpatis, sehingga

    kadar katekolamin dalam darah meningkat dan terjadi takikardi dengan tujuan

    meningkatkan curah jantung. Pembebanan jantung yang berlebihan dapat

    mengakibatkan curah jantung menurun, maka akan terjadi redistribusi cairan dan

    elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan oleh ginjal dan vasokonstriksi perifer dengan

    tujuan untuk memperbesar aliran balik vena (Venous return) ke dalam ventrikel

    sehingga meningkatkan tekanan akhir diastolik dan menaikkan kembali curah jantung.

    Dilatasi, hipertrofi, takikardi dan redistribusi cairan badan merupakan mekanisme

    kompensasi untuk mempertahankan curah jantung dalam memenuhi kebutuhan

    sirkulasi badan. Bila semua kemampuan mekanisme kompensasi jantung tersebut

    diatas sudah dipergunakan seluruhnya dan sirkulasi darah dalam badan belum juga

    tepenuhi, maka terjadilah keadaan gagal jantung.

    Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan

    pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan

    akibat tekanan akhir diastole dalam ventrikel kiri dan volume akhir diastole dalam

    ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini merupakan beban atrium kiri dalam kerjanya

    untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu diastolik, dengan akibat terjadinya kenaikan

  • tekanan rata-rata dalam atrium kiri. Tekanan dalam atrium kiri yang meninggi ini

    menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dari vena - vena pulmonal. Bila

    keadaan ini terus berlanjut, maka bendungan akan terjadi juga dalam paru - paru

    dengan akibat terjadinya edema paru dengan segala keluhan dan tanda - tanda akibat

    adanya tekanan dalam sirkulasi yang meninggi. Keadaan yang terakhir ini merupakan

    hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa darah untuk sirkuit paru

    (sirkulasi kecil).

    Bila beban pada ventrikel kanan itu terus bertambah, maka akan merangsang ventrikel

    kanan untuk melakukan kompensasi dengan mengalami hipertropi dan dilatasi sampai

    batas kemampuannya, dan bila beban tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi

    gagal jantung kanan, sehingga pada akhirnya terjadi gagal jantung kiri-kanan.

    Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada daya

    pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului oleh

    gagal jantung kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan dan

    volum akhir diastole ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban atrium

    kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastole, dengan akibat

    terjadinya kenaikan tekanan dalam atr ium kanan. Tekanan dalam atrium kanan yang

    meninggi akan menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dalam vena kava

    superior dan inferior ke dalam jantung sehingga mengakibatkan kenaikan dan adanya

    bendungan pada vena -vena sistemik tersebut (bendungan pada vena jugularis dan

    bendungan dalam hepar) dengan segala akibatnya (tekanan vena jugularis yang

    meninggi dan hepatomegali). Bila keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi bendungan

    sistemik yang lebih berat dengan akibat timbulnya edema tumit atau tungkai bawah

    dan asites.

  • DIAGNOSIS BANDING CHF harus dibedakan dari yang berikut Edema partu non-kardiogenik (sindroma distres pemapasan akut [ARDS]) Penyakit paru obstruktif kronis (COPD)

    - Pneumonia

    - Asma

    - Fibrosis paru interstisial Penyakit paru primer lainnya

    Penyebab yang mendasari CHF harus ditegakkan dari yang berikut: Iskemia/infark miokard Kardiomiopati hipertrofi hipertensi Penyakit katup jantung Kardiomiopati

    primer (idiopatik, alkohol, pascainfeksi, amiloidosis, restriktif) Penyakit perikardium

    Kelebihan beban cairan (iatrogenik versus gagal ginjal)

    PENATALAKSANAAN CHF akut - pasien dipersilakan duduk tegak bila tidak mengalami hipotensi. Oksigen: segera ambil gas darah arteri pada suhu kamar, kemudian pasang masker

    pada 60%; intubasi bila terjadi gagal ventilasi atau bila pasien mengalami sianosis

    secara progresif dan status mentalnya menurun.

    - Tangani iskemia miokard bila ada indikasi. Berikan morf in, nitrogliserin, dan

    diuretik per IV (furosemid) bila tidak ada hipotensi bermakna.

    Pertimbangkan inotropik (dobutamin, dopamin) intravena (IV)gunakansegera bib terdapat hipotensi. Bila perlu, ganti dengan nitrat IV bila terdapat tahanan vaskular

    perifer yang tinggi (hipertensi). Nitrogliserin lebih aman dari nitroprusida.

    Pompa baton intra-aorta diindikasikan bila terdapat hipotensi yang sulit ditangani

    (syok kardiogenik), iskemia yang sulit ditangani dalam persiapan untuk graft pintasan

    koroner emergensi (CABG), atau regurgitasi mitral akut dalam persiapan untuk

    perbaikan atau penggantian katup peroperatif.

    Kateterisasi koroner dan angioplasti baton atau CABG darurat digunakan pada pasien

    iskemia tertentu.

    CHF kronis Penata la Icsanaan definitif pada penyebab yang mendasarinya adalah optimal. Modifikasi gaya hidup dengan pembatasan asupan garam, olah raga, dan

    pendidikan mengenai pemantauan gejala (menimbang badan setiap hari, dispnea,

    edema, nyeri dada) d rekomcndasikan. Diuretika, inotropik, inhibitor ACE, dan

    penyekat beta merupakan terapi utama untuk CHF.

    1) Diuretika: Ft, rosemid masih merupakan diuretika yang paling umu m dipakai

    bersama dengan bumetanid atau torsemid. Diuretika jelas memperbaiki intoleransi

    terhadap olah raga dan edema, tetapi ketidakseimbangan elektrolit dan efek buruk

    pada lipid serum dan glukosa harus diperhatikan. Spironolakton telah terbukti

    mengthangi mortalitas pada CHF berat.

    2) Inotropik:

    a) Digoksin meningkatkan toleransi olah raga, meningkatkan curah jantung,

    memperlambat perkembangan CHF, menurunkan aktivitas saraf simpatis dan RAA,

    dan memperbaiki kualitas hidup pada pasien tertentu. Dapat menurunkan mortalitas

    bila digunakan bersama dengan inhibitor enzim pengonversi angiotensin (ACE),

    tetapi, mortalitas bisa meningkat pada pasien yang digoksinnya dihentikan. Sangat

    penting untuk terus memeriksa kadar darah danmeng,hindari hipokalemia (aritmia).

    b) Inhibitor fosfodiesterase (milrinon, amrinon, enoksimon, piroksimon) memiliki

    manfaat jangka pendek terhadap curah jantung dan toleransi olah raga; keamanan

    jangka panjangnya masih belum jelas, termasuk peningkatan mortalitas, hipotensi dan

  • alergi.

    c) Agonis adrenergis (dobutamin atau xamoterol IV intermiten) memiliki manfaat

    jangka pendek, tetapi menyebabkan peningkatan mortalitas; levo-dopamin oral masih

    dalam penelitian.

    d) Inotropik baru, seperti vesnarinon, flosequinan, dan pimobendan, tampak

    menjanjikan namun keamanan jangka panjangnya masih belum bisa dipastikan.

    3) Inhibitor ACE dan penyekat reseptor angiotensin II memengaruhi manifestasi

    hemodinamik dan neurohumoral CHF dengan perbaikan gejala dan ketahanan hidup.

    Sebagian besar ditoleransi dengan baik, kecuali untuk dosis pertama hipotensi, batuk

    (terutama dengan kaptopril), dan risiko disfungsi ginja I pada beberapa pasien.

    4) Penyekat-beta (carvedilol, metoprolol, bucindolol, labetalol) meningkatkan fraksi

    ejeksi, menurunkan tonus simpatis dengan vasodilatasi dan menurunkan konsumsi

    oksigen miokard, dan menurunkan remodeling ventrikel. Carvedilol mulai muncul

    sebagai obat pilihan dengan penunman mortalitas secara bermakna dan

    perbaikangejala. Penyekat beta dosis tinggi dapat mengakibatkan edema paru; dosis

    rendah menyebabkan pemburukan klinis dalam 4 sampai 10 minggu pertama dengan

    perbaikan sekitar 10 sampai 12 minggu.

    Obat lain:

    1) Nitrat juga memperbaiki manifestasi hemodinamik dan neuro-hormonal CHF.

    Nitrat berhubungan dengan sakit kepala yang bermakna dan toleransi memerlukan

    pendosisan yang intermiten.

    2) Calcium channelblockers Penghambat saluran kalsium (amlodipin, felodipin)

    mungkin bermanfaat pada disfungsi diastolik dan disfungsi sistolik stadium akhir.

    Generasi pertama penyekat kalsium meningkatkan aktivitas simpatis dan tidak

    mengurangi mortalitas pada CHF, tetapi obat yang terbaru ini tidak menyebabkan

    takikardia refleks dan dapat memperbaiki aspek neuro-hormonal, hemodinamik dan

    geja la CHF.

    3) Anti-aritmia secara umum tidak diindikasikan meskipun insidensi kematian

    mendadak pada CHF tinggi; baik penyekat beta maupun inhibitor ACE mengurangi

    ektopi ventrikel. Amiodarone merupakan satu-satunya anti-aritmia yang berhubungan

    dengan penunman mortalitas. Defibrilator yang dapat diimplantasikan harus

    dipertimbangkan path pasien berisiko tinggi.

    4) Antikoagulan diindikasikan bila terdapat fibrilasi atrial, penyakit katup, atau

    diketahui ada trombus intraventrikular. Sequential pacing dapat meningkatkan curah

    jantung pada pasien tertentu. Pembedahan untuk CHF meliputi transplantasi jantung

    dan kardiomioplasti.

    Prinsip penatalaksanaan gagal jantung :

    - Menurunkan kerja jantung

    - Meningkatkan curah jantung

    - Kontraktilitas miokard

    - Menurunkan retensi garam & air

    Tirah baring :

    Dengan inaktivitas (tirah baring) diharapkan kebutuhan pemompaan jantung

    diturunkan. Tirah baring merupakan bagian penting dari pengobatan gagal jantung

    kongestif. Selain untuk menurunkan kebutuhan pemompaan jantung, juga membantu

  • untuk menurunkan beban kerja dengan menurunkan volume intravascular melalui

    induksi diuresis berbaring.

    Penelitian tirah baring yang lama telah menunjukkan bahwa dalam 24-72 jam

    inaktivitas terdapat penurunan volume plasma 300ml atau lebih sehingga

    menstimulasi reseptor regangan atrium yang mendeteksi peningkatan volume darah

    yang kembali ke sisi kanan jantung, yang akan tersisih di ekstremitas bila pasien

    berdiri. Reseptor ini kemudian turn off produksi hormone diuretic dan diuresis terjadi. Hal tersebut membantu dalam menurunkan beban volume yang ada untuk

    mengisi jantung, akibatnya membantu penurunan dilatasi ruang jantung dan

    memberikan status kompensasi.

    Obat yang perlu diberikan :

    1. Diuretik : seperti laxic, furesemid/furamid dll

    - Fungsi : menurunkan pre load & kerja jantung

    - Proses : Diuretik membiarkan ginjal mengekskresikan natrium dan air dengan cara

    menurunkan volume darah, menurunkan kongesti pulmonal

    Diuretik Menghambat ADH disekresikan Tubulus ginjal menghambat reabsorbsi

    sodium & air Sodium di luar sel berlebihan U/keseimbangan Kalium keluar sel

    Hypokalemia ( perlu diberi asupan kalium )

    - Diberikan bersama dengan digitalis untuk mencegah toksisitas digitalis ( mabuk,

    muntah, pandangan kacau, bersifat laxative, peningkatan sekresi urin, objek kuning

    dan hijau ). Hal ini disebabkan karena digitalis tidak bisa diberikan dalam dosis besar

    dan cepat sehingga dibutuhkan juga diuretic untuk menurunkan beban jantung yang

    berat

    2. Digitalis : digoxin, digitoxin

    - Obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas jantung. Obat inotropik ini

    mempunyai efek toksik bila diberikan dalam dosis besar dan cepat karena ia

    memperbaiki kontraktilitas jantung dengan ATP-ase di sel membran jantung sehingga

    kebutuhan akan oksigen dan glukosa meningkat (efek toksik)

    - Proses : Digitalis Memperbaiki kontraktilitas jantung dengan :

    - ATP-ase di jantung ( dalam sel membrannya)

    - Menyediakan kalsium untuk kontraksi Meningkatkan kontraksi jantung dengan

    mengosongkan secara komplet Meningkatkan strok volume Memperbaiki cardiac

    output Dengan memperbaiki perfusi ginjal Menurunkan sekresi rennin Hasilnya:

    menurunkan pre load & after load sehingga mengurangi beban kerja jantung

    - Digitalis selalu mempuyai efek elektrofisiologis jantung dengan konduksi ringan

    melalui AV node .lama kelamaan heart rate menurun dan oksigen tubuh semakin menurun

    3. Dopamin : dobutamin

    - Dalam dosis 2,5-5,0 mg/kg akan merangsang adrenergic, . Adrenergic & reseptor dopamine

    - Proses :

    Dopamin (4-(2 aminoetil)-Pirikatekol) dibentuk tubuh dengan cara dekarboksilasi

    3,4-dihidroksifenilalanin(DOPA) diokasidasi menjadi noradrenalin

    dan bekerja pada reseptor simpatis pada dosis ringan mengaktivasi Reseptor alfa

    adrenergic pada dosis tinggi me-Di jantung aktivasi reseptor beta

    adrenergic pada dosis sedang dapat merangsang reseptor beta dan alfa adrenergic

    di daerah spalachnikus dopamine bekerja reseptor dopamine yang spesifik tadi

    menyebabkan dilatasi pembuluh darah ginjal Meningkatkan

  • meningkatkan heart rate resistensi (after load) & dapat

    & takikardi menurunkan cardiac output.

    efek inotropik positif ekskresi ginjal meningkat ----diuresis

    - Bertambahnya COP tanpa peningkatan Heart rate

    - Perbaikan sirkulasi koroner

    - Peningkatan tekanan darah arteri disertai penurunan resistensi perifer

    - Untuk itulah, maka pemberian dopamine harus perinfus yang tekanan darah, EKG

    dan urin output harus dimonitor ketat

    - Dopamin diberikan jangka pendek untuk menyelamatkan pasien gagal jantung

    berat/akut

    - Dopamin termasuk obat sympathomimetic agent :

    a. Inotropin ( dopamine )

    b. Dobutamin ( Dobutrex )

    - Sympathomimetic agents secara langsung menstimulasi jantung untuk memperbaiki

    kontraksi. Dobutamin dipilih untuk memanagement gagal jantung karena ia tidak

    meningkatkan heart rate seperti dopamine dan juga memberi efek vasodilatasi yang

    ringan

    - Obat ini diberikan perinfus untuk memperoleh efek maksimal

    - Cairan infus yang dianjurkan : Nacl 0,9 %, Dextrose 5%, dextrose 5% dalam Nacl

    0,9 %, Dextrose 5% +RL, Dextrose 5%+Nacl 0,45%, Ringer lactate, Natrium laktat

    1/6 Molar. ( Pada pemberian cairan infuse lebih dari 4 jam dengan PH basa (PH=8)

    dopamine bisa inaktif)

    - Sebelum pemberian dopamine perinfus perbaiki dahulu hipovolemi

    4. obat lain : Morfin

    - Obat yang paling utama berguna dalam menangani edema pulmonal, bermanfaat

    untuk efek vasodilatsi perifer. Dimana ia membentuk penampungan (flebotomi) darah

    perifer yang menurunkan aliran balik vena dan kerja jantung

    - Morfin menghilangkan ansietas karena dyspnoe berat sehingga menurunkan

    mekanisme pompa pernapasan untuk meningkatkan aliran balik vena.

    - Morfin menurunkan tekanan darah arteri dan tahanan, mengurangi kerja

    jantung/penurunan afterload

    5. Obat lain : Nitrat & Vasodilator

    - Nitrat & vasodilator dapat menyebabkan vasodilatasi perifer, jantung di unload

    (penurunan afterload), Peningkatan curah jantung ( yang lebih lanjut ),

    penurunan tekanan arteri pulmonary sehingga menurunkan konsumsi miokard

    Tindakan-tindakan mekanis :

    - Konterpulasi balon intra-aortik atau pompa PBIA:

    Dukungan sementara ini meningkatkan aliran darah koroner, memperbaiki isi

    sekucup, mengurangi preload dan afterload ventrikel kiri

    - Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO):

    Alat ini menggantikan fungsi jantung/paru, mengakibatkan aliran darah dan

    pertukaran gas. Oxygenisasi membrane ekstrakorporeal dapat digunakan untuk

    memberi waktu sampai tindakan pasti sperti bedah bypass arteri koroner, perbaikan

    septum, atau transplantasi jantung dapat dilakukan.

    - Alat Bantu ventrikel kiri (ABVK) telah digunakan sebagai terapi jembatan untuk mempertahankan hidup sampai pembedahan atau transplantasi dilakukan. Alat ini

    memberikan aliran ke depan untuk memepertahankan sirkulasi arteri koroner.

  • Reduksi Volume darah sirkulasi :

    Metode yang lebih dramatis untuk menurunkan preload dan kerja jantung adalah

    flebotomi (penampungan), suatu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan

    edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume darah

    dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan pengisian. Flebotomi

    dapat pucat (pemutaran torniket), atau seluruh darah dipindahkan secara langsung dari

    sirkulasi

    MEKANISME KOMPENSASI DAN KOMPLIKASI DARI GAGAL JANTUNG

    Gagal jantung kongestif dapat menyebabkan penurunan cardiac output yang dapat

    menyebabkan :

    1. Mekanisme frank starling : Yaitu dengan meningkatkan kekuatan otot jantung dan

    kontraktilitas jantung untuk mengkompensasi pemenuhan cardiac output, hal ini

    berkomplikasi pada kebutuhan oksigen yang meningkat.

    2. Respon neuroendokrin

    a. Respon neuroendokrin

    Dapat merangsang ADH dari hipofise anterior air dihambat untuk diekskresikan. Hal

    ini berkomplikasi :

    - retensi urin

    - Peningkatan preload & afterload

    - Kongesti pulmonal

    b. Respon neuroendokrin

    Menyebabkan Darah menuju organ vital seperti jantung dan otak sehingga

    mengakibatkan penurunan perfusi ke organ lain seperti ginjal yang berkomplikasi

    untuk terjadinya renal failure. Sementara penurunan perfusi ke kulit dan otot dapat

    berkomplikasi pada metabolisme anaerob dan asidosis lactate

    c. Respon neuroendokrin

    Merangsang faktor atrial natriuretik sehingga meningkatkan ekskresi sodium dan hal

    ini menyebabkan diuresis.

    d. Respon neuroendokrin:

    Menyebabkan peningkatan perfusi ginjal sehingga menstimulasi renin angiotensin

    yang menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan blood pressure. Hal ini

    berkomplikasi pada peningkatan kerja miokard, vasokonstriksi ginjal dan penurunan

    perfusi ginjal.

    Renin angiotensin juga menstimulasi pelepasan aldosteron dari kortex adrenal

    sehingga menyebabkan retensi garam dan air, kemudian peningkatan volume vaskuler

    yang dapat berkomplikasi juga pada peningkatan preload dan afterload serta kongesti

    paru.

    e. Respon neuroendokrin :

    Menyebabkan terstimulasinya syaraf perifer yang merangsang pengeluaran

    katekolamin yang dapat berakibat :

    - Meningkatkan heart rate, blood pressure, dan kontraktilitas jantung

    sehingga waktu pengisian vaskuler menurun dan penurunan cardiac output

    - Meningkatkan resistensi vaskuler

  • - Meningkatkan venus return yang berkomplikasi pada peningkatan kerja jantung dan

    kebutuhan oksigen.

    3. Hypertropi ventrikel :

    CO yang menurun menyebabkan peningkatan kerja jantung dengan hypertropi otot

    jantung dan dilatasi ventrikel sehingga meningkatkan kontraktilitas untuk menjaga

    cardiac output yang berkomplikasi pada peningkatan kebutuhan oksigen

    Pemeriksaan Penunjang

    pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF

    yaitu:

    * Elektro kardiogram (EKG)

    Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi,

    fibrilasi atrial. Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san

    kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan

    segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan

    adanya aneurime ventricular.

    * Skan jantung

    Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding .

    * Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple)

    Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur

    katup, atau area penurunan kontraktili tas ventrikular.

    * Kateterisasi jantung

    Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung

    kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.

    * Rongent dada

    Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau

    hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.

    * Enzim hepar

    Meningkat dalam gagal / kongesti hepar.

    * Elektrolit

    Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik.

  • * Oksimetri nadi

    Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi

    kronis.

    * Analisa gas darah (AGD)

    Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau

    hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).

    * Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin

    Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan

    kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.

    * Pemeriksaan tiroid

    Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus

    gagal jantung.

    Pemeriksaan Fisik (PF)

    Wajah

    Wajah bulan (moon face)

    o Sindrom nefrotik

    o Sindrom metabolik

    o Dekompensasi kordis dekstra

    o Gagal jantung kongestif (CHF)

    Wajah Coli (facies Coli)

    o Thalasemia

    Alfa

    Beta

    Minor (Treat, pembawa sifat)

    Intermediate

    Mayor

    Rambut

    Rambut mudah rontok

    Rambut jagung

    Hidung

    Napas cuping hidung (NCH)

    Terpasang Nasogastic tube (NGT)

  • Mata

    Udem kelopak mata

    o Sindrom nefrotik

    o Sindrom metabolik

    o Dekompensasi kordis dekstra

    o Gagal jantung kongestif (CHF)

    Ptosis

    Conjungtiva pucat (CP)

    o Anemia

    Sklera ikterik (SI)

    o Ikterus

    Mata cowong

    o Dehidrasi

    o Gizi buruk

    Reflek cahaya (RC)

    Pupil

    o Isokor

    Normal

    o Anisokor

    Pupil kanan lebih besar

    Lateralisasi ke kanan

    Pupil kiri lebih besar

    Lateralisasi ke kiri

    Mulut

    Bibir kering

    Sariawan

    o Sariawan akut

    o Sariawan kronis

    HIV/AIDS

    Mukosa mulut

    o Basah

    Normal

    o Kering

    Dehidrasi

    Gusi berdarah

    o DD

    o DHF

    o Dosis berlebih obat antikoagulan (misal: warfarin)

    Papil lidah atrofi

    o Demam tifoid

    Terpasang mayo

    o Penurunan kesadaran

    Leher

    Udem leher

    o Sindrom nefrotik

  • o Sindrom metabolik

    o Dekompensasi kordis dekstra

    o Gagal jantung kongestif (CHF)

    Tekanan vena jugularis (JVP: Jugular venous pressure)

    o R + 3 -> Tidak meningkat -> Tak ada kelainan (T.a.k) o > R + 3 -> Meningkat -> Peningkatan tekanan jantung kanan

    Sindrom vena kava superior

    Dekompensasi kordis dekstra

    Gagal jantung kongestif (CHF)

    o Sulit dievaluasi (sde)

    Sindrom nefrotik

    Sindrom metabolik

    Dekompensasi kordis dekstra

    Gagal jantung kongestif (CHF)

    Gagal napas

    Kelenjar getah bening (KGB)

    o Tidak teraba

    T.a.k.

    o Teraba

    Limfadenitis

    Limfadenopati

    Thoraks

    Simetris

    Retraksi sela tulang iga

    Paru

    Jantung

    Abdomen

    Organ Genital

    Organ genital bengkak

    o Sindrom nefrotik

    o GGK

    o Sindrom metabolik

    o Dekompensasi kordis dekstra

    o Gagal jantung kongestif (CHF)

    Terpasang kateter

    o Hiperplasia prostat benigna (BPH)

    o Gagal jantung kongestif (CHF)

    Ekstremitas (Ext)

    Akral hangat

    Akral dingin (ad)

  • Oedem (oed)

    o Sindrom nefrotik

    o Sindrom metabolik

    o Dekompensasi kordis dekstra

    o Dekompensasi kordis sinistra

    o Gagal jantung kongestif (CHF)

    Ulkus (Ulk)

    o Diabetes Mellitus (DM)

    Jari tabuh (Clubbing finger)

    o ASD

    Flat nail

    Spoon nail

    PRINSIP/SYARAT DIET

    1. Energi cukup

    2. Protein cukup : 1 g/kgBB/hari , bila ada insuf renal protein 0,8 /kgBB/hari

    3. Cairan: dibatasi, bila ada edema paru keseimbangan cairan harus negatif, cairan

    yang masuk (infus & minuman/makanan) lebih sedikit dari pada cairan yang keluar

    (Urine & IWL)

    4. Vitamin, mineral & elektrolit

    a. Natrium dibatasi: 1500 2000 mg/hari b. Kalium: 2000 6000 mg/hari c. Magnesium: 300 350 mg/hari d. enis diet : Diet jantung

    Gagal jantung kongestif (dekompensasi jantung), merupakan sindrom yang dicirikan oleh ketidakmampuan jantung dalam mempertahankan aliran darah

    yang memadai didalam sirkulasi, sehingga terjadi penurunan aliran darah

    keginjal, retensi cairan dan natrium yang berlebihan , edama perifer dan paru

    dan kahirnya jantung yang keletihan serta membengkak.

    Intensitas gagal jantung kongestif bervariasi dari yang ringan hingga yang berat. Walaupun pada awalnya efisiensi kerja dan sirkulasi saja yang

    terganggu/terkena, namun pada akhirnya kebutuhan sirkulasi turut terganggu.

    Istirahat fisisk maupun mental, diperlukan untuk mengurangi bebean kerja jantung .

    Preskripsi diet dilakukan untuk mengurangi retensi cairan serta natrium dan meminimalkan kerja jantung.

    Pada anak-anak yang menderita gagal jantung kongestif sering terjadi gangguan tumbang dan berat badan tidak mau naik, keadaan ini disebabkan

    oleh sejumlah faktor seperti, serangan sesak, gangguan absorbsi makanan

    karena penurunan perfusi darah ke usus dan infeksi yang menyertai gagal

    jantung kongestif.

    Prinsip Diet Terapi gizi bagi pasien-pasien gagal jantung kongestif (dekompensasi jantung)

    harus berfokus pada kesimbangan status cairan dan elektrolit.

    1. Pemantauan status kalium, jika pasien mendapatkan terapi diuretic, pada

    hipokalemia, kalium dapat diberikan dalam bentuk makanan yang banyak

    mengandung kalium, seperti air kacang hijau atau suplemen kalium.

  • 2. Pembatasan asupan garam (natrium) hingga 2-3 gr natrium perhari

    (konsumsi garam yang berlebihan dan menyebabkan retensi cairan sehingga

    menambah berat gejala edema yang biasa terjadi pada dekompensasi jantung).

    3. Penyesuaian pembatasan cairan dilakukan menurut:

    a. Respon pasien terhadap pengobatan.

    b. Kepatuhan terhadap pembatasan natrium.

    c. Intensitas/progresivitas penyakit.

    Pasien gagal jantung kongestif harus dianjurkan untuk membaca label pada kemasan makanan sehingga mengetahui adanya natrium yang tersembunyi

    dalam bentuk bahan-bahan aditif/pengawet makanan.

    Obat-obatan jg adapat mengandung natrium dalam jumlah yang berarti (barbiturate, antibiotic, alkalizer lambung dll), dan dengan demikian pasien

    harus berkonsultasi dengan dokter tentang kandungan natrium dalam obat-

    obatan yang digunakannya.

    Preskripsi Diet 1. Bagiah makanan sehari menjadi 5 hingga 6 kali makan dengan porsi yang

    kecil. Makan dengan porsi kecil dapat ditolerir oleh pasien yang sesak.

    Usahakan agar asupan kalori nya sesuai dengan kebutuhan pasien (yang

    ditentukan oleh dokter).

    1. Pasien kegemukan harus diturunkan berat badannya secara bertahap.

    2. Gunakan sayuran yang segar dan bukan sayuran dalam kaleng.

    3. Jika terpaksa menggunakan sayuran dalam kaleng atau sayuran yang

    diasinkan, rendam dahulu sayuran tersebut selama 2 menit didalam air yang

    mengalir sebelum dimasak.

    4. Sekali seminggu cobalah makan-makanan alternatif yang rendah natrium,

    seperti kecapTropikana Slim, sup tanpa garam, creakers diet yang tidak

    mengandung garam.

    5. Gunakan botol air minum dengan ukuran menurut kebutuhan cairan yang

    sudah ditentukan selama sehari. Anda harus menuang air dalam botol tersebut

    dengan jumlah yang sama dengan jumlah air minum atau makanan cair yang

    diminum atau dimakan. Botol air yang kosong menunjukan bahwa pasien

    sudah mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang ditentukan untuk hari itu.

    Mulailah setiap hari dengan botol yang berisi air yang baru.

    6. Makanlah buah-buahan yang banyak mengandung kalium1-2 kali/hari

    (alpukat, apel, duku, mangga, pisang dan papaya).

    7. Kurangi asupan natrium hingga 2 gr/hari bagi orang dewasa dan 45-

    70mg/BB/hari bagi amak-anak. Pengurangan natrium daoat pula dilakukan

    dengan cara menggunakan garam diet yang terbuat dari kalium klorida sebagai

    pengganti garam dapur (jika fungsi ginjalnya normal).

    8. Pada gagal jantung akut diperlukan diet/serat agar tidak sampai

    mengalami sulit buang air besar yang membuatnya mengejan. Jika fase akut

    sudah terlampaui, prepart laksan dan pelunak feses kadang-kadang diresepkan

    dokter untuk mencegah sembelit.