Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
Universitas Kristen Petra
2. LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Wisatawan
Sesuai dengan pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan
Bangsa-Bangsa No. 870, yang dimaksudkan dengan wisatawan adalah setiap
orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya
yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan
yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya. Wisatawan adalah orang yang
bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan
menikmati perjalanan dari kunjungannya itu (Spillane, 2003). Sedangkan UU RI
Nomor 9 tahun 1990 dalam Yoeti (2007), mendefinisikan wisatawan adalah orang
yang melakukan kegiatan wisata. Berdasarkan pengertian pengunjung di atas,
adapun bagian-bagian yang termasuk di dalamnya, yaitu:
1. Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit
tinggal 24 jam di negara yang dikunjunginya.
2. Pelancong (exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang
dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong dengan
kapal pesiar).
Jenis dan macam wisatawan yang terlihat dari sifat perjalanan dan ruang
lingkup dimana wisata itu dilakukan, wisatawan dapat digolongkan sebagai
berikut:
1. Wisatawan asing (foreign tourist) yaitu orang asing yang melakukan
perjalanan wisata, yang datang ke suatu negara lain yang bukan
merupakan negara dimana wisatawan tersebut menetap. Wisatawan asing
bagi suatu negara dapat ditandai dari status kewarganegaraannya,
dokumen perjalanan yang dimilikinya serta dari jenis mata uang yang
dibelanjakannya, karena pada umumnya golongan wisatawan ini hampir
selalu menukarkan uangnya terlebih dahulu pada Bank atau Money
Changer sebelum berbelanja.
2. Domestic foreign tourist yaitu wisatawan asing yang menetap pada suatu
negara untuk berwisata di wilayah negara tempat tinggalnya. Wisatawan
tersebut bukan warga negara dimana ia berada, melainkan adalah warga
10
Universitas Kristen Petra
negara asing yang karena tugasnya hingga kedudukannya menetap dan
tinggal pada suatu negara serta memperoleh penghasilan dengan mata
uang negara asalnya.
3. Domestic tourist yaitu seorang warga negara yang berwisata dalam batas
wilayah negaranya sendiri.
4. Indigenous foreign tourist yaitu warga negara suatu negara tertentu yang
bertugas atau menjabat di luar negeri, kembali ke negara asalnya dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.
5. Transit tourist yaitu wisatawan yang berwisata ke suatu negara, yang
menggunakan transportasi dan terpaksa singgah pada suatu
pemberhentian seperti stasiun, bandar udara, dan stasiun bukan atas
keinginan sendiri.
6. Business tourist yaitu wisatawan yang melakukan perjalanan untuk
tujuan lain bukan untuk berwisata, akan tetapi perjalanan wisata akan
dilakukan setelah tujuan utamanya telah terselesaikan.
2.2. Definisi Wisata Kuliner
Bidang makanan adalah peran yang sedang meningkat pada indsutri
makanan, banyak peneliti yang mempelajari hubungan antara makanan dan tujuan
wisata tertentu, seperti food tourism, culinary tourism, dan gastronomic tourism.
Hall dan Mitchell (2001) mendefinisikan food tourism sebagai kunjungan ke
produsen premier dan sekunder makanan, festival makanan, restoran, dan lokasi
tertentu yang dimana mencicipi dan mencoba makanan khas adalah faktor
pendorong untuk melakukan perjalanan. Sedangkan oleh Santich (2004),
gastronomic tourism dijelaskan sebagai perjalanan pariwisata yang termotivasi
oleh minat dalam makanan dan minuman, makan dan minum yang berhubungan
dengan budayanya, terkait dengan tempat dan orang. Culinary tourism adalah
gabungan dari partisipasi konsumsi, persiapan, dan presentasi dari item makanan,
masakan, sistem makan atau gaya makan yang tidak bisa dipisahkan (Long;
2004). Menurut penjelasan di atas, dapat dilihat dengan jelas bahwa penggunaan
makanan di bidang pariwisata memiliki kemampuan untuk meningkatkan
11
Universitas Kristen Petra
keberlanjutan dan keaslian tujuan, memperkuat ekonomi suatu tempat, dan
membangun keramahan suatu daerah.
Definisi wisata kuliner harus dipertimbangkan dari perspektif
pengalaman pengunjung sebagai bentuk lain dari pariwisata (Soteriadis, 2015).
Wisata makanan adalah segmen pasar yang berkembang secara internasional dan
banyak tujuan wisata yang berkembang pada sektor penting ini dan
menjadikannya sebagai sarana untuk mendapatkan keunggulan kompetitif
(Mirtaghiyan et. al; 2013). Menurut teori Randall dan Sanjur (1981), faktor yang
mempengaruhi konsumsi makanan dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu:
1. Wisatawan
Menurut Rozin (2006) makanan memberi kontribusi sensorik melalui
rasa, aroma tekstur, penampilan, yang dimana lingkungan
mempresentasikan budaya, sosial, ekonomi dan faktor psikologi. Sosial
budaya, psikologi dan faktor psikologi mempengaruhi baik secara
langsung maupun tidak langsug perilaku wisatawan.
2. Makanan
Makanan mempresentasikan faktor antara lain atribut sensorik, food
content (Chang et. Al. 2010; Cohen dan Avieli, 2004), ketersediaan
makanan, dan harga, nilai dan kualitas (Randal dan Sanjur, 1981).
3. Lingkungan
Menurut Chung et. al. (2011), Fox (2007), Harrington (2005) lingkungan
suatu destinasi mempresentasikan citra/identitas dari makanan,
komunikasi pemasaran, pertemuan layanan dan servicescape (elemen
fisik dalam konsumsi lingkungan pengaturan gedung/tempat).
Menurut Wolf (2004) wisata kuliner adalah tentang makanan,
menjelajahi dan menemukan budaya dan sejarah melalui makanan dan kegiatan
terkait makanan dalam menciptakan pengalaman yang mengesankan. Sementara
itu, Wolf (2006) menyatakan bahwa “makanan dan minuman adalah komponen
yang sering diabaikan dari sebuah pengalaman perjalanan, dan saya yakin
makanan dan minuman masih menawarkan potensi terbesar untuk pengembangan
lebih lanjut dalam industri pariwisata global”. Selanjutnya Wolf dalam Suriani
12
Universitas Kristen Petra
(2009, p. 13) memberikan beberapa contoh dari aktivitas yang memenuhi
persyaratan sebagai objek dan daya tarik kuliner, yaitu: (1) kelas memasak
maupun semiloka dalam suatu produk makanan, baik di daerah perkotaan maupun
pedesaan, (2) ruang mencicipi anggur yang menarik, misalnya di dalam gudang
tua, (3) sebuah restoran di pedesaan yang membuat makanan terbaik sehingga
orang-orang rela mengemudi lebih dari tiga jam untuk mencapainya, (4) bir yang
begitu unik, orang yang melakukan ziarah ke daerah pembuatan bir tersebut
setidak-tidaknya sekali seumur hidup.
Dalam pengembangannya, wisata kuliner akan mencakup: (1) wisata
kuliner adalah pasar yang berkembang, (2) mengetahui seperti apa wisatawan
kuliner, (3) wilayah sebagai tulang punggung dalam mempersembahkan kuliner,
(4) produk sebagai dasar wisata kuliner, (5) warisan budaya, (6) tradisi dan
inovasi, (7) keberlanjutan, (8) kerjasama (Gaztelumendi, 2012).
Karakteristik dan keunikan suatu daya tarik wisata adalah ciri khas yang
dimiliki oleh sebuah objek wisata yang menjadi tujuan utama wisatawan untuk
menikmatinya dan sebagai pembeda dengan obyek wisata yang lainnya. Kini,
daya tarik wisata pun mulai berkembang, salah satunya wisata kuliner. Kata
Kuliner itu sendiri diadopsi dari istilah dalam bahasa Inggris Culinary. Pengertian
tentang kuliner sebagai berikut:
“the word culinary derives from the latin word culina, meaning kitchen. It is
commonly used as reference to things related to cooking or the culinary
profession. The culinary profession is cooking or preparing food as a profession,
i.e. chefs, restaurant management, dieticians, nutritionist, etc.”
(http://en.wikipedia.org/wiki/Culinary_profession diakses pada 1 Juni
2016)
Menurut Harsana (2008), wisata kuliner adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati makanan atau minuman. Wisata kuliner adalah
perjalanan wisata yang berkaitan dengan hal masak memasak
(www.sinarharapan.co.id). Menurut Suryadana (2009), wisata kuliner adalah
wisata yang menyediakan berbagai fasilitas pelayanan dan aktivitas kuliner yang
terpadu untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang dibangun untuk rekreasi,
relaksasi, pendidikan dan kesehatan.
13
Universitas Kristen Petra
Daya tarik utama wisata kuliner adalah produk makanan. Produk
makanan merupakan hasil proses pengolahan bahan mentah menjadi makanan
siap dihidangkan melalui kegiatan memasak. Lebih lanjut Davis dan Stone (2004,
p.44) mengemukakan bahwa karakteristik fisik dari produk makanan dan
minuman antara lain kualitas, penyajian, susunan menu, porsi makanan, siklus
hidup produk, dekorasi ruang maupun pengaturan meja. Sebagian makanan dan
minuman disajikan dan disediakan oleh suatu restoran. Suryadana (2009) dalam
seminarnya menyebutkan 12 point daya tarik wisata kuliner, yaitu:
1. Keragaman aktivitas kuliner
2. Makanan khas
3. Lokasi yang nyaman dan bersih
4. Desain ruangan (venue) yang unik dan menarik
5. Pelayanan yang baik
6. Pasar yang competitive
7. Harga dan proporsi nilai
8. Peluang bersosialisasi
9. Interaksi budaya dengan kuliner
10. Suasana kekeluargaan
11. Lingkungan yang menarik
12. Produk tradisional, nasional dan internasional
Telah disebutkan diatas mengenai daya tarik wisata kuliner sehingga bisa
disimpulkan bahwa produk makanan yang terdiri dari makanan dan minuman
yang enak, mempunyai keunikan dan penyajian yang khas merupakan tujuan dari
perjalanan wisata kuliner. Wisata ini tentu saja sangat diminati oleh wisatawan.
Pada mulanya makanan dan minuman hanyalah sebagai pelengkap dalam
kegiatan pariwisata, namun pada perkembangannya justru makanan dan minuman
itulah menjadi tujuan utama perjalanan seseorang. Wisata kuliner adalah salah
satu kegiatan dari pencarian keunikan atau ciri khas yang dimiliki oleh suatu
daerah berupa makanan khas lokal yang biasa disebut makanan tradisional. Dalam
wisata kuliner, wisatawan mengharapkan dalam wisatanya memperoleh masakan
khas lokal yang disajikan oleh masyarakat setempat, hal ini merupakan bagian
upaya mempromosikan keunikan potensi kepariwisataan daerah tersebut.
14
Universitas Kristen Petra
2.3. Definisi Destination Image
Pentingnya memahami sikap dan minat pengunjung adalah penting untuk
keberhasilan manajemen destination image (Long, Scott, & Nick, 2002 dalam
Karim 2006). Guthrie dan Gale (1991) dalam Karim (2006) menyatakan bahwa
destination image bertindak sebagai sumber utama kredibilitas persepsi wisatawan
dibandingkan dengan produk lain yang ditawarkan pada tujuan tertentu.
Pada intinya, destination image adalah keputusan yang paling dapat
diandalkan sebagai sumber yang mempengaruhi wisatawan membuat proses
(Beerli & Martin, 2004). Destination image, seperti yang didefinisikan oleh
Crompton (1979) dalam Karim (2006) adalah jumlah keyakinan, ide dan kesan
bahwa seseorang memiliki tujuan. Di sisi lain, Lawson dan Obligasi-Bovy (1977)
mendefinisikan destination image sebagai ekspresi dari semua pengetahuan,
tayangan, prasangka, imajinasi, dan pikiran emosional tujuan kelompok individu
atau mungkin memiliki dari tujuan tertentu. Definisi ini menegaskan bahwa kita
dapat mengembangkan karakteristik unik untuk segmen pasar dari tujuan tertentu
yang mungkin menarik individu atau sekelompok wisatawan. Dengan demikian,
strategi menggunakan destination image penting dalam mempromosikan tujuan
(Tapachai & Waryszak, 2000 dalam Karim, 2006).
Baloglu (1996) dalam Karim (2006) lebih lanjut menyatakan bahwa
mengidentifikasi destination image adalah penting karena akan membantu untuk
memasarkan dan mempromosikan tujuan untuk segmen tertentu dari pasar. Selain
itu, pemasar telah lama menyadari hubungan antara destination image dan
perilaku konsumen (Jenkins, 1999). Menurut Long et al (2002), jenis image akan
tergantung pada dua faktor, yaitu khusus keunikan atau tujuan dan bagaimana
menarik pengunjung ke tujuan.
Menurut Echtner dan Brent Ritchie (2001, p.41): “Destination image is
frequently described as simply “impressions of a place” or “perceptions of an
area”. From the definitions, there is no concrete indication of whether the
researchers are considering the attribute-based or the holistic components of
image, or both.” Pendapat di atas menjelaskan bahwa destination image secara
sederhana mengacu pada impresi terhadap suatu tempat atau persepsi seseorang
15
Universitas Kristen Petra
terhadap suatu area tertentu. Atas dasar ini, maka tidak ada komponen yang
bersifat baku guna mengukur destination image suatu tempat atau suatu kota.
Menurut Echtner dan Brent Ritchie (2001, p. 43): “lmages of destinations can
range from those based on „common‟ functiunal and psychological traits to those
based on more „unique‟ features, events, feelings or auras. In other words, on one
extreme of the continuum, the image of a destination can be composed of the
Impressions of a core group of traits on which all destinations are commonly
rated and compared.” Pendapat ini menjelaskan bahwa destination image
meliputi berbagai hal dari yang bersifat paling umum sampai pada hal-hal yang
menyangkut psikologis yang mendasarkan pada keunikan, features, event,
perasaan atau aura. Secara umum, komponen destination image ini sebagaimana
disajikan gambar berikut:
Gambar 2.1
Ilustrasi Empat Komponen Destination image
Sumber: Echtner dan Brent Ritchie (2001)
Menurut Echtner dan Brent Ritchie (2001, p.45) bahwa atribut-atribut
yang digunakan untuk mengukur destination image meliputi 34 komponen,
dimana komponen ini yang merupakan atribut dari obyek wisata mulai dari atribut
16
Universitas Kristen Petra
yang bersifat functional sampai atribut yang bersifat psikologis. Secara terinci
Echtner dan Brent Ritchie (2001, p.45) menyebutkan empat komponen
pengukuran destination image, yaitu:
1. Attributes-functional characteristic
Atribut fisik yang berhubungan dengan sebuah kota sebagai menjadi
tujuan wisata. Atribut-atribut itu mencakup: (a) kondisi pemandangan
alam kota, (b) biaya untuk memenuhi kebutuhan, (c) iklim, (d) kondisi
obyek-obyek wisata, (e) kondisi kehidupan malam dan entertein, (f)
kondisi berbagai fasilitas olah raga, (g) kondisi taman-taman kota di kota,
(h) kondisi infrastruktur seperti transportasi, (i) kondisi berbagai
bangunan, (j) kondisi tempat-tempat purbakala, (k) kondisi pantai, (l)
kondisi pusat-pusat belanja, (m) kondisi berbagai akomodasi, (n) kondisi
kota, (o) kondisi berbagai event besar, dan (p) kondisi berbagai informasi
mengenai wisata.
2. Functional characteristic-holistic
Atribut fisik yang bersifat fungsional dan holistik berhubungan dengan
dengan sebuah kota sebagai tujuan wisata. Atribut-atribut ini mencakup:
(a) kondisi kepadatan hunian, (b) kondisi kebersihan, (c) kenyamanan
hidup, (d) keamanan pribadi, (e) pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dan
(f) kemudahan berbagai akses di kota.
3. Holistic - psychological characteristic
Atribut fisik yang bersifat holistik dan psikologis berhubungan dengan
sebuah kota sebagai tujuan wisata. Atribut-atribut ini mencakup: (a)
keteraturan urbanisasi, (b) pengembangan bisnis kota, (c) stabilitas
politik kota, (d) keramahan penduduk, dan (e) keperbedaan budaya.
4. Attributes - Psychological characteristic
Atribut fisik yang bersifat psikologis berhubungan dengan sebuah kota
sebagai tujuan wisata. Atribut-atribut ini mencakup: (a) perbedaan
kuliner (banyak makanan yang unik dari kota lain), (b) kenyamanan
tempat istirahat (penginapan-penginapan), (c) keasrian lingkungan, (d)
kesempatan untuk berpetualang, (e) kesempatan untuk mengembangkan
17
Universitas Kristen Petra
pengetahuan, (f) rasa kekeluargaan masyarakat, (g) kualitas layanan (air
minum, penerangan, telpon, dan lainnya), dan (h) reputasi.
Menurut Karim (2006) pengukuran destination image dengan
menggunakan 20 atribut yaitu:
1. Masakan paling populer di dunia
2. Makanan daerah
3. Berbagai makanan
4. Kualitas makanan yang baik
5. Paket wisata yang berhubungan dengan makanan
6. Harga yang wajar untuk makan di luar
7. Banyak restoran yang menarik
8. Pengalaman budaya yang unik
9. Akses mudah ke restoran
10. Varietas restoran khusus
11. Regional dihasilkan produk makanan
12. Tenaga pelayanan ramah
13. Menu restoran dalam bahasa Inggris
14. Kesempatan untuk mengunjungi pasar jalanan
15. Penjual makanan unik
16. Berbagai kegiatan makanan, misalnya kelas memasak
17. Banyak literatur tentang makanan dan pariwisata
18. Makanan presentasi yang menarik
19. Metode memasak eksotis
20. Makanan lezat
18
Universitas Kristen Petra
2.4. Hasil Pembelajaran Jurnal
Berikut ini hasi pembelajaran jurnal penelitian yang mendukung teori
penunjang penelitianyang akan dilakukan antara lain:
1. Culinary Tourism As A Destination Attraction: An Empirical
Examination Of The Destination‟s Food Image And Information Sources
(Karim, 2006)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) menjelaskan hubungan antara
destination food image dan niat wisatawan untuk mengunjungi, 2)
menguji pengaruh bahwa sumber-sumber informasi memiliki niat
wisatawan untuk mengunjungi tujuan, dan 3) mengidentifikasi efek
moderasi dari karakteristik demografi pada: a) hubungan antara
destination food image dan niat wisatawan untuk mengunjungi, b)
hubungan antara sumber informasi dan niat wisatawan untuk
mengunjungi. Sebuah survei sampel cross- sectional dilakukan. Populasi
penelitian ini adalah semua anggota perjalanan online dan makanan
kelompok di Yahoo dan MSN. Prosedur convenion sampling yang
digunakan dalam penelitian ini. Analisis data menggunakan statistik
Deskriptif, Analisis Faktor dan Hirarkis Regresi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setiap tujuan memiliki gambar yang unik yang
menjadi ciri tujuan. Secara khusus, temuan penelitian ini bisa membantu
tujuan untuk merumuskan jenis gambar makanan yang mereka ingin
dirikan. Manajer juga dapat menggunakan berbagai sumber informasi
yang direkomendasikan dalam penelitian ini untuk memaksimalkan
upaya pemasaran mereka.
2. The Meaning and Measurement of Destination Image (Echtner dan Ben
Richie, 2001)
Meskipun citra produk telah lama didalilkan dalam literatur pemasaran
memiliki pengaruh kuat dalam proses pembelian, hanya relatif baru-baru
bahwa mereka di bidang pariwisata telah berusaha untuk memahami
peran image dalam proses pengambilan keputusan perjalanan dan untuk
mengukur destination image. Tujuan dari makalah ini adalah untuk
menguji konsep destination image. Penelitian sebelumnya di lapangan
19
Universitas Kristen Petra
dirangkum dan ditinjau dan, dalam proses, kekuatan dan kekurangan dari
metode yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengukur destination
image yang dinilai. Akibatnya, saran untuk meningkatkan cara di mana
destination image dikonseptualisasikan dan diusulkan diukur. Saran ini
memiliki kedua implikasi manajerial dan teoritis.
3. Culinary Tourism as a Destination Attraction: An Empirical
Examination of Destinations' Food Image (Karim dan Chi, 2013)
Penelitian ini menggambarkan gambar makanan dari Perancis, Italia, dan
Thailand, negara yang dikenal untuk masakan populer. Survei dilakukan
secara online; populasi terdiri dari anggota wisata dan makanan
kelompok online dari Yahoo.com dan MSN.com. Total sebanyak 294
individu menanggapi survei online. Analisis regresi multiple dilakukan
untuk menentukan (a) hubungan antara citra makanan dan niat kunjungan
wisatawan dan (b) hubungan antara sumber informasi dan keputusan
pembelian wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara
umum, Italia memiliki gambar makanan yang paling menguntungkan dan
potensi tertinggi untuk dikunjungi di masa depan, hubungan positif yang
signifikan ditemukan antara gambar makanan dan niat kunjungan.
Pembelajaran juga menegaskan bahwa keputusan pembelian wisatawan
secara signifikan dipengaruhi oleh berbagai jenis sumber informasi.
Kesimpulan dan implikasi ditarik berdasarkan temuan penelitian.
Informasi ini akan sangat berguna untuk tujuan tertarik untuk
mempromosikan pariwisata kuliner.
4. The Measurement of Destination Image: An Empirical Assessment
(Echtner dan Ben Richie, 2003)
Penelitian ini bertujuan adalah untuk memeriksa konsep destinastion
image dengan tujuan merancang teknik yang lebih tepat dan ketat untuk
pengukurannya. Sebuah kerangka disajikan yang menunjukkan bahwa
untuk benar-benar mengukur destination image, beberapa komponen
harus ditangkap . Ini termasuk gambar berbasis atribut, tayangan holistik,
dan karakteristik fungsional, psikologis, unik dan umum. Diusulkan
bahwa kombinasi dari metodologi terstruktur dan tidak terstruktur
20
Universitas Kristen Petra
diperlukan untuk mengukur destinasi image seperti yang disebutkan
dalam kerangka konseptual. Serangkaian pertanyaan openended dan item
skala yang dikembangkan dan terbukti berhasil menangkap semua
komponen dari destination image.
5. The Relationship between Destination Image, Food Image, and
Revisiting Pattaya, Thailand (Lertputtarak, 2012)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari persepsi terhadap
citra tujuan dan gambar makanan Thailand serta mempelajari hubungan
antara dua variabel dan niat wisatawan untuk kembali. Penelitian ini
dilakukan di Pattaya, Thailand. Kuesioner digunakan untuk survei 476
pengunjung asing dengan metode convenience sampling. Hasil
menunjukkan bahwa responden yang dirasakan gambar Pattaya sebagai;
kehidupan malam yang menarik dan hiburan, orang komunikatif,
menarik jalan-jalan wisata dan kegiatan. Responden merasakan gambar
makanan Thailand sebagai; pengalaman yang baik budaya, gaya porsi
yang unik, lezat, bergizi makanan, dan metode memasak eksotis, masing-
masing. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa citra tujuan dan
citra makanan Thailand memiliki hubungan positif dengan niat turis
untuk meninjau kembali.
21
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1 Hasil Pembelajaran Jurnal
No. Poin-poin penting dalam jurnal yang berkaitan sebagai pembentuk destinasi wisata
kuliner
Karim (2006) Echtner dan
Ben Richie
(2001)
Karim dan
Chi (2013)
Echtner dan
Ben Richie
(2003)
Lertputtarak
(2012)
1
Masakan paling
populer di
dunia
Pemandangan
alam kota
Berbagai
makanan Hal alam
Kesempatan
untuk
petualangan
2 Makanan
daerah
Biaya untuk
memenuhi
kebutuhan
Kualitas yang
baik dari
makanan
Tingkat harga
Kehidupan
malam
Menyenangkan
dan hiburan
3 Berbagai
makanan Iklim
Produk
makanan
regional yang
dihasilkan
Iklim Bersantai
4
Kualitas
makanan yang
baik
Tempat wisata
Makanan
presentasi
yang menarik
Transportasi Pleasant
5
Paket wisata
yang
berhubungan
dengan
makanan
Kehidupan
malam
Metode
memasak
eksotis
Bangunan Ramah
6
Harga yang
wajar untuk
makan di luar
Fasilitas olah
raga Makanan lezat Museum
Masyarakat
Komunikatif
7
Banyak
restoran yang
menarik
Taman nasional
Harga yang
wajar untuk
makan di luar
Tingkat
urbanisasi Keamanan
8
Pengalaman
budaya yang
unik
Kondisi
Infrastruktur
Banyak
restoran yang
menarik
Tingkat
komersialisasi
Jalan-jalan
wisata dan
hiburan yang
menarik
9 Akses mudah
ke restoran Arsitektur
Akses mudah
ke restoran
Stabilitas
politik
10 Varietas
restoran khusus
Tempat
bersejarah
Varietas
restoran
khusus
Keramahan
11
Regional
dihasilkan
produk
makanan
Pantai
Tenaga
pelayanan
ramah
Budaya
12
Tenaga
pelayanan
ramah
Fasilitas
berbelanja
Restoran
menu dalam
bahasa Inggris
13
Menu restoran
dalam bahasa
Inggris
Fasilitas
akomodasi
Wilayah
makanan dan
minuman
anggur
22
Universitas Kristen Petra
Tabel 2.1 Hasil Pembelajaran Jurnal
No. Poin-poin penting dalam jurnal yang berkaitan sebagai pembentuk destinasi wisata
kuliner
Karim (2006) Echtner dan
Ben Richie
(2001)
Karim dan
Chi (2013)
Echtner dan
Ben Richie
(2003)
Lertputtarak
(2012)
14
Kesempatan
untuk
mengunjungi
pasar jalanan
Festival
Paket tur yang
berhubungan
dengan
makanan dan
minuman
anggur
15 Penjual
makanan unik
Fasilitas untuk
informasi dan
tours
Pengalaman
budaya yang
unik
16
Berbagai
kegiatan
makanan,
misalnya kelas
memasak
Kepadatan
hunian
Kesempatan
untuk
mengunjungi
pasar jalanan
17
Banyak
literatur
tentang
makanan dan
pariwisata
Kebersihan
Penjual
makanan
jalanan yang
unik
18
Makanan
presentasi yang
menarik
Kenyamanan
hidup
Berbagai
kegiatan
makanan ,
misalnya kelas
memasak dan
kunjungan
pertanian
19
Metode
memasak
eksotis
Keamanan
pribadi
Banyak
literatur
tentang
makanan dan
pariwisata
20 Makanan lezat Aksesbilitas
21 Kondisi kota
22 Pertumbuhan
ekonomi
23 Keteraturan
urbanisasi
24 Pengembangan
bisnis di kota
25 Stabilitas politik
26 Keramahan
penduduk
27 Keperbedaan
budaya
23
Universitas Kristen Petra
No. Poin-poin penting dalam jurnal yang berkaitan sebagai pembentuk destinasi wisata
kuliner
Karim (2006) Echtner dan
Ben Richie
(2001)
Karim dan
Chi (2013)
Echtner dan
Ben Richie
(2003)
Lertputtarak
(2012)
28 Perbedaan
kuliner
29 Kenyamanan
tempat istirahat
30 Keasrian
lingkungan
31
Kesempatan
untuk
berpetualang
32
Kesempatan
untuk
mengembangkan
pengetahuan
33
Rasa
kekeluargaan
masyarakat
34 Kualitas layanan
35 Reputasi
Berdasarkan hasil pembelajaran jurnal dan tabel 2.1, peneliti memilih
untuk mengkombinasi beberapa variabel dari jurnal Karim (2006) dan Echtner
dan Ben Richie (2001), hal ini disebabkan karena adanya beberapa
ketidakcocokkan variabel yang ada pada jurnal dengan topik penelitian yang
membahas hanya mengenai destinasi wisata kuliner, seperti stabilitas politik,
kondisi kehidupan malam, dan kepadatan hunian. Selain itu, pada jurnal dalam
penelitian ini, dapat dipahami bagaimana wisata kuliner yang ada dapat menjadi
salah satu minat wisatawan yang berkunjung ke sana. Subjek penelitian pada
penelitian ini juga diambil dari sumber data online yang menunjukkan bahwa
wisatawan domestik lebih banyak berkunjung ke Yogyakarta dibandingkan
dengan wisatawan asing.
2.5. Kerangka Berpikir
Berikut ini adalah variabel-variabel yang akan digunakan dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah wisatawan, makanan dan
lingkungan. Obyek dalam penelitian ini adalah image kota Yogyakarta sebagai
24
Universitas Kristen Petra
destinasi wisata kuliner. Berikut diagramnya akan disajikan pada gambar dibawah
ini:
Sumber: Olahan penulis dari jurnal Culinary Tourism As A Destination
Attraction: An Empirical Examination Of The Destination‟s Food Image And
Information Sources (karim 2006), The Meaning and Measurement of Destination
Image (Echtner dan Ben Richie, 2001), The Measurement of Destination Image:
An Empirical Assessment (Echtner dan Ben Richie, 2003)
Wisatawan
Fakta tentang Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta memiliki berbagai jenis atraksi wisata antara lain wisata
alam, wisata berbelanja, wisata sejarah, wisaya budaya, dan wisata kuliner
Kota Yogyakarta memiliki banyak jajanan pasar/makanan yang khas dan
unik
Wisata Kuliner
Yogyakarta sebagai destinasi wisata kuliner
1. Masakan paling populer di dunia 2. Makanan daerah 3. Berbagai makanan 4. Kualitas makanan baik 5. Paket wisata yang berhubungan dengan makanan 6. Harga yang wajar untuk makan di luar 7. Banyak restoran yang menarik 8. Pengalaman budaya yang unik 9. Akses mudah ke restoran 10. Varietas restoran khusus 11. Regional dihasilkan produk makanan 12. Tenaga pelayanan ramah 13. Kesempatan untuk mengunjungi pasar jalanan 14. Penjual makanan unik 15. Berbagai kegiatan makanan, misalnya kelas memasak 16. Banyak literatur tentang makanan dan pariwisata 17. Makanan presentasi yang menarik 18. Biaya untuk memenuhi kebutuhan 19. Iklim 20. Kondisi kebersihan 21. Kenyamanan hidup 22. Keamanan pribadi 23. Pertumbuhan ekonomi kota Yogyakarta 24. Rasa kekeluargaan masyarakat 25. Kualitas layanan (air minum, penerangan, telpon, dan
lainnya) 26. Reputasi
25
Universitas Kristen Petra
Berdasarkan diagram diatas Kota Yogyakarta menawarkan atraksi wisata
kuliner kepada wisatawan yang ingin berkunjung. Aspek-aspek tersebut menjadi
variabel wisata kuliner yang akan dijadikan acuan penelitian untuk mengetahui
kelayakan kota Yogyakarta sebagai destinasi wisata kuliner.