19
Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2 RETARDASI MENTAL I.DEFINISI DAN KRITERIA DALAM MENDIAGNOSIS RETARDASI MENTAL Retardasi mental/mental retardation adalah keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam perkembangan fungsi kognitif dan sosial. Retardasi mental didiagnosis berdasarkan kombinasi dari tiga kriteria, yaitu : Pertama, Memiliki skor rendah pada tes inteligensi formal, yaitu skor IQ < 70 ; Kedua, hendaya dalam melakukan tugas sehari-hari, dibandingkan dengan orang lain yang seusia, dalam lingkup budaya tertentu ; Ketiga, Perkembangan gangguan terjadi sebelum usia 18 tahun. II. PENYEBAB RETARDASI MENTAL Retardasi mental dapat disebabkan oleh aspek : 1.Biologis. Penyebab biologis mencakup gangguan kromosom, genetis, penyakit infeksi, atau penggunaan alkohol pada saat ibu mengandung. Sindrom Down dan Abnormalitas Kromosom lainnya. Down syndrome adalah suatu kondisi terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental, yang ditandai dengan adanya kelebihan kromosom (ada kromosom ketiga pada pasangan kromosom 21). Sehingga, jika PUSAT PENGEMBANGAN AJAR-UMB Widiawati ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 1

2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psi. Abnormal Diah

Citation preview

Page 1: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

RETARDASI MENTAL

I. DEFINISI DAN KRITERIA DALAM MENDIAGNOSIS RETARDASI MENTAL

Retardasi mental/mental retardation adalah keterlambatan yang mencakup rentang yang

luas dalam perkembangan fungsi kognitif dan sosial.

Retardasi mental didiagnosis berdasarkan kombinasi dari tiga kriteria, yaitu : Pertama,

Memiliki skor rendah pada tes inteligensi formal, yaitu skor IQ < 70 ; Kedua, hendaya

dalam melakukan tugas sehari-hari, dibandingkan dengan orang lain yang seusia, dalam

lingkup budaya tertentu ; Ketiga, Perkembangan gangguan terjadi sebelum usia 18 tahun.

II. PENYEBAB RETARDASI MENTAL

Retardasi mental dapat disebabkan oleh aspek :

1. Biologis. Penyebab biologis mencakup gangguan kromosom, genetis, penyakit infeksi,

atau penggunaan alkohol pada saat ibu mengandung.

Sindrom Down dan Abnormalitas Kromosom lainnya. Down syndrome adalah suatu

kondisi terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental, yang ditandai

dengan adanya kelebihan kromosom (ada kromosom ketiga pada pasangan kromosom

21). Sehingga, jika individu normal memiliki 46 kromosom, maka pada individu yang

mengalami Down syndrome memiliki 47 kromosom. Kondisi ini terjadi bila pasangan

kromosom ke-21 pada sel telur atau sperma gagal untuk membelah secara normal,

sehingga mengakibatkan ekstra kromosom.

Anak-anak dengan Down syndrome memiliki ciri-ciri fisik tertentu, yaitu : (a) Wajah bulat

lebar ; (b) Hidung datar ; (c) Lipatan kecil yang mengarah ke bawah pada kulit di bagian

ujung mata, yang memberikan kesan mata sipit ; (d) Lidah yang menonjol ; (e) Tangan

yang kecil dan berbentuk segiempat dengan jari-jari pendek, jari ke lima melengkung ;

(f) Ukuran tangan dan kaki kecil dan tidak proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 1

Page 2: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

Hampir semua anak Down syndrome mengalami retardasi mental, gangguan pada

pembentukkan jantung, kesulitan bernafas, dan meninggal pada usia pertengahan.

Mereka juga mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. Mereka

cenderung tidak terkoordinasi, kurang memiliki tekanan otot sehingga sulit untuk

melakukan kegiatan fisik, sulit mengingat dengan informasi verbal, sulit menerima

instruksi dari guru, sulit untuk mengekspresikan pemikiran atau kebutuhan mereka

secara verbal dengan jelas. Namun, beberapa dari mereka mampu membaca, menulis,

mengerjakan tugas aritmetika sederhana dengan dukungan yang baik dan pendidikan

yang memadai.

Sindrom Klinefelter. Sindrom Klinefelter hanya terjadi pada laki-laki, ditandai oleh

adanya ekstra kromosom X, sehingga menghasilkan pola kromosom XXY (Laki-laki

normal memiliki pola kromosom XY). Pria dengan pola kromosom XXY ini gagal

mengembangkan karakteristik seks sekunder yang tepat, sehingga mengakibatkan

adanya testis kecil yang tidak berkembang sempurna, produksi sperma rendah,

pembesaran payudara, perkembangan otot yang kurang baik, dan infertilitas. Kelainan

kromosom ini juga dapat mengakibatkan retardasi mental. Namun, pria dengan sindrom

ini seringkali tidak merasakan gangguan, sampai mereka melakukan tes infertilitas.

Sindrom Turner. Sindrom ini hanya terjadi pada wanita, yang ditandai dengan adanya

kromosom X tunggal (Wanita normal memiliki pola kromosom XX). Anak perempuan

yang mengalami sindrom ini, tetap akan mengembangkan genital luar yang normal,

namun indung telur tidak berkembang dengan baik dan menghasilkan sedikit estrogen.

Dampaknya pada masa dewasa, mereka akan cenderung lebih pendek, infertil, dan

mengalami retardasi ringan, khususnya dalam bidang matematika dan ilmu

pengetahuan alam.

Sindrom Fragile X dan Abnormalitas Genetis lainnya. Sindrom ini disebabkan oleh

mutasi gen pada kromosom X. Gen yang rusak berada pada area kromosom yang

rapuh, sehingga disebut sindrom fragile X. Sindrom ini menyebabkan retardasi mental

ringan hingga parah, yang dapat menyebabkan gangguan bicara dan fungsi yang berat.

Phenylketonuria (PKU). Gangguan ini disebabkan adanya satu gen resesif yang

menghambat anak untuk melakukan metabolisme asam amino phenylalanine, yang

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 2

Page 3: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

terdapat pada banyak makanan. Dampaknya adalah phenylalanine dan phenylpyruvic

(turunannya) akan menumpuk dalam tubuh, sehingga menyebabkan kerusakan pada

sistem saraf pusat. Kerusakan sistem saraf pusat akan mengakibatkan retardasi mental

dan gangguan emosi. Anak-anak dengan gangguan ini tidak akan mengalami kerusakan

yang berat. Mereka akan dapat berkembang secara normal jika melakukan diet rendah

phenylalanine segera setalah kelahiran.

Faktor-faktor Prenatal dan Postnatal. Selain karena kelainan kromosom, retardasi

mental juga dapat disebabkan karena : (a) Infeksi dari penyakit rubella (cacar Jerman),

Sifilis, Cytomegalovirus, dan herpes genital. Semua itu dapat menyebabkan kerusakan

otak, sehingga menyebabkan retardasi ; (b) Penggunaan obat dan alkohol selama ibu

mengandung dapat menyebabkan cacat fisik dan retardasi mental yang parah ; (c)

Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen, cedera kepala, kelahiran prematur,

infeksi otak (meningitis, encephalitis) dapat menyebabkan gangguan neurologis dan

retardasi mental ; (d) Anak-anak yang terkena racun, seperti cat yang mengandung

timah, dapat mengalami kerusakan otak, dan menyebabkan retardasi mental.

2. Psikososial. Aspek psikososial mencakup unsur budaya, keluarga yang tidak

memberikan stimulasi intelektual, pengasuhan dalam keluarga yang miskin,

penelantaran atau kekerasan dari orangtua. Kasus retardasi mental yang disebabkan

oleh faktor ini disebut retardasi budaya-keluarga (cultural-familial retardation).

Penyebabnya adalah : (a) Kurangnya fasilitas atau kesempatan, seperti kurangnya

buku, mainan, atau kesempatan berinteraksi dengan orang lain yang dapat

menstimulasi secara intelektual. Dampaknya, anak-anak ini gagal mengembangkan

keterampilan bahasa, ilmu pengetahuan, membaca, dan tidak termotivasi untuk belajar

berbagai keterampilan yang dibutuhkan dalam hidup ; (b) Beban Ekonomi. Orangtua

yang bekerja keras, seringkali lupa meluangkan waktu untuk mengajar dan mendidik

anak-anak mereka ; (c) Kemiskinan. Orangtua yang diasuh dalam kemiskinan, kurang

memiliki kesempatan membaca, sehingga mereka tidak memiliki keterampilan membaca

dan kemampuan mengenalkan keterampilan ini kepada anak-anak mereka.

3. Kombinasi keduanya

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 3

Page 4: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

III.TINGKAT RETARDASI MENTAL

DSM mengklasifikasikan retardasi mental berdasarkan tingkat keparahannya

Tingkat &Perkiraan Rentang

Skor IQ

Jenis Tingkah Laku Adaptif yang Terlihat

Usia Prasekolah 0 - 5 tahun Usia Sekolah 6 - 21 tahun Dewasa di atas 21 tahunKematangan dan Perkembangan Pelatihan dan Pendidikan Kemampuan sosial &

vokasional

Ringan (Mild)50-55 sampai 70

Sering terlihat tidak memiliki gangguan, tetapi lambat dalam berjalan, makan sendiri, dan bicara dibanding anak-anak lainnya

Menguasai keterampilan praktis, kemampuan membaca, dan aritmetika sampai kelas 6 SD dengan pendidikan khusus. Dapat diarahkan pada konformitas sosial.

Biasanya dapat mencapai keterampilan sosial dan vokasional untuk membiayai diri sendiri; mungkin membutuhkan bimbingan dan dukungan dalam menghadapi tekanan sosial dan ekonomi.

Sedang (Moderate)35-40 sampai 50-55

Terlambat dalam perkembangan motorik, terutama dalam bicara ; Mampu berespon terhadap pelatihan dalam berbagai aktivitas self help.

Dapat mempelajari komunikasi sederhana, perawatan kesehatan&keselamatan dasar, keterampilan tangan sederhana ; Tidak mengalami kemajuan dalam fungsi membaca & aritmetika.

Dapat melakukan tugas-tugas sederhana dalam lingkungan pusat pelatihan ; berpartisipasi dalam rekreasi sederhana ; bepergian secara mandiri ke tempat-tempat yang dikenal ; biasanya tidak dapat melakukan self maintenance.

Berat (Severe)20-25 sampai 35-40

Perkembangan motorik terlambat, kemampuan komunikasi minim atau tidak ada sama sekali ; Dapat berespon terhadap pelatihan self help dasar (misal : makan sendiri)

Mampu berjalan, dapat mengerti pembicaraan dan memberikan respon ; Memiliki ketidakmampuan yang spesifik, tidak mengalami kemajuan dalam membaca atau fungsi aritmetika.

Dapat menyesuaikan diri dengan rutinitas sehari-hari dan aktivitas repetitif ; Butuh pengarahan dan supervisi terus menerus dalam lingkungan yang melindungi.

Parah (Profound)< 20 atau 25

Retardasi motorik kasar, kapasitas minimal untuk berfungsi pada area sensorimotorik; Butuh bantuan perawat.

Terlambat dalam semua area perkembangan ; Dapat menunjukkan respon emosional dasar ; Dapat berespon terhadap pelatihan keterampilan dengan menggunakan kaki, tangan, rahang ; Memerlukan supervisi & dukungan yang ketat.

Dapat berjalan dengan bantuan perawat, Dapat berbicara secara primitif ; Terbantu dengan aktivitas fisik teratur ; Tidak dapat melakukan self maintenance.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 4

Page 5: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

IV. INTERVENSI

Anak-anak dengan mental retardasi membutuhkan penanganan atau intervensi, agar dapat

memenuhi tuntutan perkembangan. Penanganan akan dilakukan berdasarkan tipe

retardasi dan tingkat keparahan.

Retardasi Mental Ringan. Penanganan anak-anak dengan tipe ini dapat berupa : (a)

Pelatihan mengenai keterampilan vokasional, agar mereka dapat membiayai diri sendiri

dengan pekerjaan yang bermakna ; (b) Pelatihan keterampilan sosial agar mereka dapat

menjalin hubungan dengan orang lain secara efektif ; (c) Pelatihan pengelolaan amarah,

agar mereka dapat mengatasi konflik tanpa bertindak agresif ; (d) Pemberian materi

kemampuan dasar hingga level kelas 6 SD, seperti bahasa, ilmu pengetahuan alam, dan

matematika.

Retardasi Mental Berat atau Parah. Penanganan anak-anak dengan tipe ini dapat berupa

: (a) Penempatan pada komunitas yang berisi orang dengan retardasi mental ; (b)

Mengajarkan perilaku kesehatan dasar, mandi, menggosok gigi, memakai pakaian,

menyisir rambut.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 5

Page 6: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

GANGGUAN BELAJAR

I. DEFINISI DAN TIPE GANGGUAN BELAJAR

Gangguan belajar merupakan defisiensi kemampuan belajar spesifik, dimana orang-orang

dengan gangguan belajar adalah orang-orang yang pandai atau berbakat, namun

menunjukkan kemampuan yang buruk dalam kemampuan membaca, matematika atau

menulis. Gangguan ini menyebabkan prestasi sekolah atau fungsi sehari-hari menjadi

terhambat. Gangguan belajar cenderung menjadi kronis yang mempengaruhi

perkembangan di masa dewasa. Anak-anak dengan gangguan belajar cenderung memiliki

prestasi buruk, dinilai gagal oleh guru atau orangtua, sehingga mereka mengembangkan

harapan yang rendah terhadap diri mereka dan memiliki masalah dengan harga diri. Ada

tiga jenis gangguan belajar, yaitu :

1. Gangguan matematika (diskalkulia). Kata dyscalculia berasal dari Yunani dan Latin

yang berarti “menghitung dengan buruk”. Awalan “dys” berasal dari bahasa Yunani dan

berarti “buruk”. “Calculia” berasal dari bahasa Latin “calculare“, yang berarti

“menghitung”. Anak-anak dengan gangguan ini memiliki masalah dalam memahami

istilah matematika, memahami konsep operasi hitung, memahami simbol matematika,

dan tabel perkalian. Gangguan ini muncul sejak anak duduk di kelas 1 SD, namun

biasanya tidak dikenali sampai anak duduk di kelas 2 atau 3 SD.

2. Gangguan menulis (disgrafia). Anak-anak dengan gangguan ini memiliki keterbatasan

kemampuan dalam menulis. Keterbatasan itu muncul dalam bentuk kesalahan mengeja,

tata bahasa, tanda baca, kesulitan dalam membentuk kalimat atau paragraf. Kasus

kesulitan menulis yang parah akan terlihat pada usia 7 tahun (sekitar kelas 2 SD).

Sedangkan untuk kasus kesulitan menulis yang lebih ringan tidak akan dikenali sampai

usia 10 tahun (sekitar kelas 5 SD) atau setelahnya.

3. Gangguan membaca (disleksia). Gangguan ini biasanya muncul pada usia 7 tahun

(kelas 2 SD), walaupun kadang sudah dikenali pada usia 6 tahun. Anak-anak atau

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 6

Page 7: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

remaja yang mengalami gangguan ini biasanya cenderung lebih rentan terhadap

depresi, memiliki harga diri yang rendah, merasa tidak mampu secara akademik,

menunjukkan tanda-tanda ADHD. Ciri-ciri anak-anak dengan gangguan ini adalah : (a)

Kesulitan dalam mengenali kata-kata dan memahami bacaan ; (b) Membaca dengan

sangat lambat atau sangat kesulitan membaca ; (c) Mengubah, menghilangkan, atau

mengganti kata-kata ketika membaca dengan keras. Misal pos menjadi sop, tas

menjadi sat ; (d) Kesulitan dalam menguraikan huruf-huruf dan kombinasinya, serta

menerjemahkannya menjadi suara yang tepat ; (e) salah mempersepsikan huruf-huruf.

Huruf m menjadi w ; n menjadi u (jungkir balik) ; huruf b menjadi d (melihat secara

terbalik).

II. PERSPEKTIF TEORITIS

Penyebab gangguan belajar belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada teori

mengemukakan bahwa kebanyakan anak dengan gangguan belajar memiliki masalah

dengan persepsi visual dan auditori. Satu penelitian menunjukkan bahwa disleksia terjadi

karena adanya kerusakan pada stasiun pemancar visual di otak. Otak orang-orang dengan

disleksia tidak dapat menguraikan stimulus visual yang datang secara beruntun. Akibatnya

otak tidak dapat mengenal huruf dan kata/kata-kata terlihat samar dan saling bercampur

(Livingstone, dkk, 1991). Beberapa bentuk disleksia disebabkan oleh abnormalitas pada

sirkuit otak yang bertanggung jawab untuk pengolahan aliran suara-suara yang cepat.

Kerusakan pada sirkuit otak dapat menyebabkan kesulitan untuk memahami suara

percakapan yang cepat. Misal suara yang berhubungan dengan huruf b dan p dalam suku

kata ba - pa atau boy-toy atau bet-pet. Masalah dasar seperti ini dapat menghambat

orang disleksia untuk belajar bicara secara tepat dan belajar membaca.

III. INTERVENSI

Model penanganan untuk gangguan belajar akan menggunakan perspektif :

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 7

Page 8: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

1. Psikoedukasi. Penanganan dengan model ini lebih menekankan pada kekuatan-

kekuatan dan potensi anak tersebut, dibandingkan dengan mencari penyebab dasar dari

gangguan tersebut. Misal, Rangga mampu menyimpan informasi auditori lebih baik

dibanding informasi visual. Maka Rangga akan diajar secara verbal dengan rekaman

suara yang berisi materi pelajaran.

2. Behavioral. Model ini berasumsi bahwa belajar itu dibangun di atas keterampilan-

keterampilan dasar. Misal, Jojo mengalami disgraphia. Ia dapat menulis 1 paragraf,

namun secara bertahap. Tahapnya adalah ia belajar menulis huruf demi huruf,

menggabungkan huruf dalam suku kata, menggabungkan suku kata dalam kata,

menggabungkan kata dalam kalimat, dan pada akhirnya menggabungkan kalimat dalam

paragraf. Di samping itu, kemampuan setiap tahap perlu mendapat penguatan agar

keterampilan-keterampilan dasar terbentuk.

3. Medis. Model ini berasumsi bahwa gangguan belajar merupakan gejala hambatan

dalam pengolahan kognitif yang memiliki dasar biologis. Jadi penanganan yang tepat

adalah dengan mengarahkan pada patologi yang mendasarinya, bukan pada

ketidakmampuan belajarnya. Misal, Rendy mengalami kerusakan visual dalam otaknya,

sehingga sulit mengikuti sebaris teks, maka penanganan yang tepat adalah dengan

latihan mengikuti stimulus visual berbentuk baris-baris teks. Dengan demikian,

kemampuan membaca baris-baris teks akan meningkat.

4. Neuropsikologi. Model ini mengasumsikan dua hal, yaitu : (a) gangguan belajar

merupakan hambatan dalam pengolahan informasi yang memiliki dasar biologis ; (b)

program pendidikan harus diadaptasi untuk memperhatikan gangguan dan

menyesuaiakannya dengan kebutuhan anak.

5. Linguistik. Model ini mengajarkan keterampilan bahasa secara bertahap, dengan cara

membantu anak menangkap struktur dan menggunakan kata-kata.

6. Kognitif. Model ini berfokus pada bagaimana anak mengatur pemikiran ketika mereka

belajar materi akademik. Dalam model ini, anak akan dibantu belajar dengan : (a)

mengenali sifat dari tugas belajar ; (b) menerapkan strategi pemecahan masalah yang

efektif untuk menyelesaikan tugas ; (c) memonitor kesuksesan strategi mereka. Contoh,

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 8

Page 9: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

Rizky memiliki masalah dengan aritmetika. Ia diarahkan untuk membagi tugas

matematika menjadi komponen tugas, memikirkan tahapan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas, dan mengevaluasi prestasi mereka pada setiap tahap untuk

menilai bagaimana cara meneruskannya.

GANGGUAN KOMUNIKASI

I. DEFINISI DAN KLASIFIKASI GANGGUAN

Gangguan komunikasi adalah sekumpulan gangguan psikologis yang ditandai oleh

kesulitan dalam pemahaman atau penggunaan bahasa. Gangguan ini mempengaruhi

fungsi akademis, pekerjaan, atau kemampuan untuk berkomunikasi secara sosial.

Gangguan komunikasi ini memiliki empat kategori, yaitu :

Gangguan Bahasa Ekspresif. Anak-anak dengan gangguan ini memiliki hambatan

dalam penggunaan bahasa verbal, yaitu perkembangan kosakata yang lambat,

kesalahan dalam tata bahasa, kesulitan mengingat kembali kata-kata, kesulitan

menghasilkan kalimat dengan kerumitan dan panjang yang sesuai dengan usia individu.

Anak-anak dengan kesulitan ini dapat memiliki gangguan fonologis/artikulasi, yang akan

menambah masalah bicara.

Gangguan Bahasa Campuran Reseptif/Ekspresif. Anak-anak dengan gangguan ini

memiliki kesulitan dalam memahami dan menghasilkan bahasa verbal, seperti kesulitan

memahami kata atau kalimat sederhana, memahami tipe kata atau kalimat tertentu.

Gangguan Fonologis/Artikulasi. Anak-anak dengan gangguan ini memiliki kesulitan

dalam artikulasi suara. Mereka dapat menghilangkan, mengganti, atau salah

mengucapkan bunyi-bunyi tertentu, misal, ch, f, l, r, sh, th, yang biasanya dapat

diucapkan secara tepat pada saat anak memasuki usia sekolah. Pada kasus yang berat,

terjadi salah mengartikulasi suara yang seharusnya sudah dikuasai pada masa sekolah,

seperti b, m, t, d, n, h.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 9

Page 10: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

Gagap adalah gangguan pada kemampuan untuk bicara lancar dengan waktu yang

tepat. Gangguan ini biasanya dimulai pada usia 2 hingga 7 tahun. Gangguan ini ditandai

oleh : (a) repetisi dari suara dan suku kata ; (b) perpanjangan pada suara-suara

tertentu ; (c) penyisipan suara-suara yang tidak tepat ; (d) kata-kata yang terputus,

seperti ada jeda di antara kata-kata yang diucapkan ; (e) hambatan dalam berbicara ; (f)

circumlocution/menggunakan kata-kata alternatif untuk menghindari kata-kata yang

sulit ; (g) tampak adanya tekanan fisik ketika mengucapkan kata-kata ; (h) repetisi dari

kata yang terdiri dari suku kata tunggal, misalnya s-s-saya senang bertemu anda.

II. PENYEBAB

Gangguan gagap terjadi karena interaksi antara faktor genetis dan lingkungan. Pada

beberapa kasus kecemasan sosial dan fobia sosial juga merupakan faktor penyebabnya.

III. PENANGANAN

Penanganan pada gangguan ini umumnya dilakukan melalui :

terapi bicara, untuk melatih bicara dengan benar dan tepat

konseling untuk mengatasi kecemasan sosial dan masalah emosional.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 10

Page 11: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

SCHOOL PHOBIA

I. DEFINISI dan CIRI

Fobia sekolah merupakan bentuk kecemasan dan ketakutan yang berlebihan terhadap

sekolah. Pada masa sekarang, fobia sekolah lebih sering disebut dengan Gangguan

Kecemasan akan Perpisahan (Separation Anxiety Disorder/SAD). Disebut demikian,

karena pada sebagian besar kasus dimana anak-anak menolak untuk pergi ke sekolah,

dianggap sebagai bentuk dari kecemasan akan perpisahan.

Ciri-ciri dari gangguan ini adalah : (a) mengeluh sakit perut, mual, muntah, gatal-gatal,

gemetaran, keringatan, sakit perut, jika akan pergi ke sekolah ; (b) menolak untuk pergi ke

sekolah ; (c) bersedia datang ke sekolah, namun tidak lama kemudian meminta untuk

pulang ; (d) pergi ke sekolah dengan menunjukkan tempertantrum, seperti menangis,

menjerit, memukul, menggigit ; (e) menunjukkan raut wajah sedemikian rupa untuk

meminta belas kasihan guru agar diijinkan pulang ; (f) tidak masuk sekolah selama

beberapa hari.

II. TINGKATAN dan JENIS PENOLAKAN terhadap SEKOLAH

1. Initial School Refusal Behavior. Sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam waktu

yang sangat singkat dan berakhir dengan sendirinya tanpa perlu penanganan.

2. Substantial School Refusal Behavior. Sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam

waktu minimal dua minggu.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 11

Page 12: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

3. Acute School Refusal Behavior. Sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam waktu

dua minggu hingga satu tahun. Dalam masa itu, anak mengalami masalah setiap kali

akan berangkat sekolah.

4. Chronic School Refusal Behavior. Sikap menolak sekolah yang berlangsung lebih dari

satu tahun, bahkan ketika anak tersebut berada pada sekolah.

III. PENYEBAB

Perspektif Psikoanalisa. Kecemasan dan ketakutan untuk pergi sekolah

melambangkan konflik yang tidak disadari. Misalnya, A kelas 2 SD, menolak pergi

sekolah karena dua hari yang lalu ia diejek “gendut” oleh temannya yang menyebabkan

ia menjadi malu. Akibat rasa malu, ia menjadi tidak konsentrasi di sekolah, sehingga

mendapat nilai 6 untuk tugas matematika. Hal ini tidak diceritakan kepada orangtuanya.

Ia hanya mengeluh sakit kepala ketika akan diantarkan ke sekolah.

Perspektif Kognitif. Kecemasan dan ketakutan terjadi karena adanya bias-bias kognitif.

Misalnya, anak takut masuk sekolah pada tahun ajaran baru, karena berpikir bahwa

guru di tingkat yang lebih tinggi itu galak atau teman-temannya tidak bersahabat.

Perspektif Belajar. Kecemasan dan ketakutan untuk pergi sekolah disebabkan karena

kegagalan mempelajari perilaku yang adaptif atau justru mempelajari tingkah laku yang

maladaptif. Misalnya, pada contoh A diatas. A diejek “gendut”. Pada saat yang

bersamaan, teman-teman yang mengejeknya itu juga mengejek B dan C dengan ejekan

yang sama. B berespon dengan cara yang baik, yaitu dengan mengatakan “Ga papa

aku gendut, yang penting aku sehat”. Di sisi lain, C berespon negatif, yaitu dengan diam

saja karena merasa malu. Pada kasus ini, A belajar dari respon C yang kurang tepat. Ia

tidak belajar dari respon B yang tepat.

IV. PENANGANAN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 12

Page 13: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

Terapi kognitif behavioral dapat dilakukan untuk mengembangkan pola pikir yang sehat,

keterampilan coping yang baik dan tingkah laku yang tepat. Tindakan konkretnya adalah :

a. Mengajak anak untuk bicara atau diskusi mengapa ia mengalami kecemasan atau

ketakutan untuk sekolah. Yakinkan anak bahwa ia tidak perlu merasa takut untuk

bercerita. Yakinkan anak juga bahwa apapun yang menjadi faktor kecemasan anak

dapat diatasi (Ada cara untuk mengatasi namun bukan dengan cara tidak mau atau

tidak berani ke sekolah).

b. Berikan penekanan dan alasan yang logis mengenai pentingnya sekolah.

c. Bantu anak untuk mau dan berani ke sekolah dengan bertahap, yaitu : (a) anak diantar

dan ditunggu di dalam kelas oleh orang terdekatnya ketika sekolah ; (b) anak diantar

dan ditunggu di luar kelas oleh orang terdekatnya ketika sekolah ; (c) anak tidak perlu

ditunggu lagi ketika sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing, S.M (1997). Anak dengan Mental Terbelakang. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Nevid, J.S., Rathus, S.A.,& Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal, Edisi Kelima Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

Supratiknya, A. (1995). Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta : Kanisius

http://psiko-indonesia.blogspot.com/2007/01/fobia-sekolah.html

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 13

Page 14: 2. Retardasi Mental - Psi. Abnormal Diah.doc

Retardasi Mental, Gangguan Belajar, Gangguan Komunikasi, School Phobia Pertemuan 2

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 14