13
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Perikanan Ikan Hias Laut di Indonesia Indonesia merupakan pusat keragaman hayati laut dunia yang kaya akan spesies ikan karang. Menurut Allen dan Adrim (2003), di Indonesia terdapat 2057 spesies ikan karang yang terbagi kedalam 113 famili. Sembilan famili utama ikan karang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae (114), Bleniidae (107), Serranidae (102), Muraenidae (61), Syngnathidae (61), Chaetodontidae (59), dan Lutjanidae (43). Perdagangan ikan hias laut di Indonesia dimulai sejak awal era 70an atau mungkin lebih awal. Saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor utama ikan hias laut. Nilai ekspor pada tahun 1993 sebesar US$ 5,5 juta dengan negara tujuan utama Amerika dan Eropa (Wood 2001a). Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk sumberdaya laut dalam memenuhi kebutuhan industri akuarium dan telah sangat bergantung pada kegiatan pengambilan langsung di alam. Karena posisinya di khatulistiwa, Indonesia berada pada posisi yang strategis dalam mensuplai spesies-spesies laut bagi Eropa, Amerika Utara dan Asia dalam 25 tahun terakhir (Reksodihardjo dan Lilley 2007). Perdagangan biota laut untuk akuarium telah memanfaatkan kondisi Indonesia yang strategis di dunia. Akan tetapi patut disayangkan bahwa terlalu banyak pihak yang terlibat di dalam industri ini yang berasumsi bahwa suplai dari alam tidak terbatas. Industri ini telah menarik ribuan nelayan pesisir untuk memiliki penghasilan tambahan dengan menjadi nelayan kolektor sumberdaya laut untuk kebutuhan industri akuarium. Sebagian besar dari nelayan tersebut tidak mengenyam pendidikan dan tidak memiliki pekerjaan, para nelayan dipaksa bertahan dengan harga jual yang rendah, kondisi kerja yang buruk, kelumpuhan dan kematian akibat kegiatan penangkapan, untuk memenuhi kepuasan pasar yang terus berkembang (Reksodihardjo dan Lilley 2007). Walaupun Indonesia merupakan eksportir terbesar, akan tetapi data perdagangan ikan hias laut Indonesia sampai saat ini sangat terbatas. Sangat

2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

  • Upload
    vodiep

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

9

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Perikanan Ikan Hias Laut di Indonesia

Indonesia merupakan pusat keragaman hayati laut dunia yang kaya akan

spesies ikan karang. Menurut Allen dan Adrim (2003), di Indonesia terdapat 2057

spesies ikan karang yang terbagi kedalam 113 famili. Sembilan famili utama ikan

karang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae

(114), Bleniidae (107), Serranidae (102), Muraenidae (61), Syngnathidae (61),

Chaetodontidae (59), dan Lutjanidae (43).

Perdagangan ikan hias laut di Indonesia dimulai sejak awal era 70an atau

mungkin lebih awal. Saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor utama ikan

hias laut. Nilai ekspor pada tahun 1993 sebesar US$ 5,5 juta dengan negara

tujuan utama Amerika dan Eropa (Wood 2001a).

Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk sumberdaya laut

dalam memenuhi kebutuhan industri akuarium dan telah sangat bergantung pada

kegiatan pengambilan langsung di alam. Karena posisinya di khatulistiwa,

Indonesia berada pada posisi yang strategis dalam mensuplai spesies-spesies laut

bagi Eropa, Amerika Utara dan Asia dalam 25 tahun terakhir (Reksodihardjo dan

Lilley 2007).

Perdagangan biota laut untuk akuarium telah memanfaatkan kondisi

Indonesia yang strategis di dunia. Akan tetapi patut disayangkan bahwa terlalu

banyak pihak yang terlibat di dalam industri ini yang berasumsi bahwa suplai dari

alam tidak terbatas. Industri ini telah menarik ribuan nelayan pesisir untuk

memiliki penghasilan tambahan dengan menjadi nelayan kolektor sumberdaya

laut untuk kebutuhan industri akuarium. Sebagian besar dari nelayan tersebut

tidak mengenyam pendidikan dan tidak memiliki pekerjaan, para nelayan dipaksa

bertahan dengan harga jual yang rendah, kondisi kerja yang buruk, kelumpuhan

dan kematian akibat kegiatan penangkapan, untuk memenuhi kepuasan pasar yang

terus berkembang (Reksodihardjo dan Lilley 2007).

Walaupun Indonesia merupakan eksportir terbesar, akan tetapi data

perdagangan ikan hias laut Indonesia sampai saat ini sangat terbatas. Sangat

Page 2: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

10

sedikit catatan perdagangan yang ada sebelum kurun waktu tahun 2000, selain itu

Kementrian Kelautan dan Perikanan tidak pernah mensyaratkan para

pengusaha/pedagang untuk memasukkan data perdagangan ikan hias laut mereka

(Lilley 2008). Ekspor ikan hias laut dari Indonesia menunjukkan peningkatan

setiap tahun (Dufour 1997). Terdapat sebanyak 280 jenis ikan karang yang

dimanfaatkan sebagai ikan hias (Anonim 2001). Berdasarkan basis data yang

dipublikasikan oleh Global Marine Aquarium Database (http://www.unep-

wcmc.org/marine/GMAD/data.html), sejak tahun 1993-2003 tercatat sebanyak

464 spesies ikan hias laut yang di ekspor dari Indonesia, dengan jumlah total lebih

dari 900 ribu ekor.

Salah satu jenis ikan hias laut di Indonesia yang merupakan primadona di

pasar akuarium dunia adalah Ikan Banggai Cardinalfish. Ikan Banggai

Cardinalfish atau di kalangan nelayan dan eksportir ikan hias dikenal dengan

nama Ikan Capungan Ambon atau Capungan Banggai termasuk ke dalam jenis

ikan laut dari suku Apogonidae (Wijaya 2010). Banggai Cardinalfish menjadi

pepuler di kalangan penggemar akuarium karena tampilannya yang menarik, daya

tahan yang baik di dalam akuarium, dan siap dibesarkan di penangkaran (Helfman

2007).

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Roberts dan Hawkins (1999),

seiring dengan meningkatnya permintaan terhadap jenis ikan ini sejak awal 1990

tetapi dengan rentang geografis yang terbatas, fekunditas rendah, dan

penangkapan yang intensif menghasilkan dugaan yang mengkhawatirkan terhadap

keberadaan ikan ini di alam. Mereka menyatakan kemungkinan ikan jenis ini akan

punah dari alam, dan Allen (2000) mengusulkan untuk memasukan ikan ini ke

dalam IUCN Red List.

Wijaya (2010) melakukan kajian terhadap kegiatan pemanfaatan Ikan

Banggai Cardinalfish dan menemukan bahwa tingkat pemanfaatan jenis ikan ini

berdasarkan data yang didapatkan dari Bone Baru, Mbato mbato, Tolokibit dan

Pulau Bandang (Pulau Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi

Tengah) masih berada di bawah angka potensi tangkap lestarinya. Ikan ini

ditangkap dengan metode yang masih tergolong ramah lingkungan, akan tetapi

cara pengoperasian masih berpotensi mengakibatkan kerusakan terumbu karang

Page 3: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

11

meskipun dalam skala yang relatif kecil. Sedangkan tata niaga ikan Banggai

Cardinal dari nelayan hingga eksportir rantainya masih terlalu panjang sehingga

peluang kematian relatif tinggi dan harga di tingkat nelayan menjadi rendah.

Banggai Cardinalfish adalah salah satu ikan laut tropis yang mudah untuk

dikembangbiakan dalam penangkaran dan ikan hasil pengembangbiakan tersedia

secara luas. Banggai Cardinalfish hasil penangkaran dijual dengan harga US$

12,50-15,00, sedangkan ikan yang ditangkap langsung dari alam dijual pada

kisaran harga US$ 6-8 (Helfman 2007).

2.2 Kegiatan Penangkapan Ikan Hias Laut

Ikan hias laut dapat ditangkap dengan menyelam bebas (snorkelling), tetapi

lebih umum menggunakan alat SCUBA dan kompresor hookah. Jika nelayan

secara kebetulan menangkap ikan hias di alat perangkap mereka, mereka akan

menjualnya kepada pengumpul ikan hias karena harganya yang lebih tinggi

dibandingkan sebagai ikan konsumsi. Nelayan kolektor ikan hias dapat

merupakan nelayan paruh waktu maupun sebagai nelayan ikan hias penuh, bekerja

sendiri atau bekerja untuk pengumpul atau eksportir (Wood 2001b).

Tekanan pasar telah mengarahkan kegiatan penangkapan ikan hias laut.

Importir sering meminta jenis-jenis tertentu seperti ikan anemon dan cleaner

wrasse (Labroides sp.) yang permintaan pasarnya selalu ada. Ikan-ikan tersebut

menjadi target yang selalu ditangkap karena adanya garansi semu dari eksportir

bahwa ikan pasti terjual. Di sisi lain jika terdapat jenis ikan dengan daya jual

rendah, eksportir selalu meminta nelayan untuk tidak mengirimkan suplai (Wood

2001b).

Saat menangkap ikan, nelayan biasanya memburu individu ikan ataupun

suatu gerombolan ikan (Helfman 2007). Menurut Wood (2001b), saat ini jaring

merupakan alat utama bagi nelayan penangkap ikan hias dengan dibantu sebuah

tongkat yang berfungsi untuk memancing ikan keluar dari persembunyiannya lalu

menggiring nya ke dalam jaring. Hand net (serok) dan barrier net adalah yang

paling umum digunakan dan biasanya terbuat dari jaring mono-filamen dengan

ukuran mata jaring berkisar dari 3-28mm, sedangkan diameter serok yang

digunakan berkisar antara 10 – 50 cm (Gambar 2).

Page 4: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

Rata

menangka

sebanyak

50 ekor (W

dari 50 ne

perikanan

Gambar 2

Peng

beberapa

penggunaa

tetapi pen

mengguna

ditangkap

seekor ika

liver akib

syndrome

mengalam

Men

masalah d

kedalam ti

atau tidak

a-rata nelay

ap sekitar 20

24-36 ekor,

Wood 2001

egara produ

ini menjad

Illustrasi (sumber:

ggunaan sia

tempat m

an bahan k

nggunaanny

akan jaring

dengan m

an dapat ma

bat racun si

(SDS), yai

mi stress (He

nurut Sadov

dengan mor

iga jenis ya

sengaja (in

yan yang me

0-25 ekor ik

, Australia s

1b). Akan

usen ikan h

i sulit (Helf

proses penwww.teran

anida untuk

meskipun

kimia lain

ya relatif

(Wood 200

menggunakan

ati secara tib

ianida. M

itu kematian

elfman 2007

vy (2002),

rtalitas ikan

aitu: kemati

ncidental), d

elakukan pe

kan per hari

sebanyak 20

tetapi tidak

hias laut, m

fman 2007)

angkapan ikgi.or.id).

k menangk

merupakan

yang ditaw

lebih maha

01b). Rata

n sianida m

ba-tiba saat

asalah lain

n ikan seca

7).

kegiatan p

n hasil tan

an tiba-tiba

dan kematia

enangkapan

i, berdasark

0-45 ekor, d

k adanya da

membuat ke

.

kan hias lau

ap ikan hia

n kegiatan

warkan adal

al dibandin

a-rata tingka

mencapai 8

diberi maka

n yaitu adan

ara tiba-tiba

erdagangan

ngkapan yan

a (instaneou

an tertunda (

n mengguna

kan observas

dan Sri Lank

ata CPUE d

ebijakan pen

ut dan alat

as laut mas

yang ile

lah minyak

ngkan deng

at kematian

80%. Di d

an karena a

nya masala

a di dalam a

n ikan hias

ng biasany

us), kematia

(delayed).

akan jaring

si di Cook I

ka sebanyak

dari sekitar

ngelolaan s

yang digun

sih dilakuk

egal. Alte

k cengkeh,

gan menan

n ikan hias

dalam akua

danya kerus

ah sudden

akuarium k

laut meng

ya dikelomp

an akibat by

12

dapat

Island

k 30 -

lebih

sektor

nakan

kan di

ernatif

akan

ngkap

yang

arium,

sakan

death

karena

alami

pokan

ycatch

Page 5: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

13

Ikan target yang mati selama proses penangkapan diakibatkan oleh

penanganan yang buruk maupun praktek penangkapan yang merusak, sehingga

menyebabkan hilangnya potensi keuntungan bagi nelayan. Keadaan ini

merupakan bentuk ‘pemborosan’ dimana ikan yang mati akan digantikan oleh

dengan ikan yang baru pada kegiatan penangkapan berikutnya, sehingga

meningkatkan tekanan terhadap sumberdaya. Kematian akibat bycatch atau

incidental terjadi pada ikan non target dan terjadi pada semua kegiatan perikanan

tangkap pada tingkatan tertentu. Karena kegiatan perikanan ikan hias laut

cenderung menangkap ikan secara individual (satu per satu), bycatch relatif sangat

kecil, terutama jika tidak menggunakan praktek penangkapan yang merusak.

Kematian tertunda terjadi pada tahap penanganan setelah ikan ditangkap, biasanya

pada tahapan penyimpanan dan transportasi. Kematian ini diakibatkan karena

ikan mengalami stress sejak proses ikan ditangkap hingga tahap pengiriman,

kelaparan, dan kualitas air yang buruk (Helfman 2007).

Menurut Rubec et al. (2001), perdagangan ikan karang hias yang ditangkap

menggunakan jaring dimungkinkan secara ekonomi. Hal ini dapat dicapai jika

mortalitas ikan dapat ditekan secara signifikan pada setiap tahapan pengiriman,

sejak dari nelayan hingga penjual akhir (retailer) serta sekaligus menerapkan pola

yang hemat biaya. Penangkapan ikan menggunakan jaring akan dapat

meminimalisasi stress pada ikan yang berhubungan dengan proses penanganan

dan pengiriman.

2.3 Dampak Kegiatan Industri Akuarium

Terumbu karang sangat luas, sebagian besar populasi berada dalam jumlah

besar, dan hanya sebagian kecil individu yang dikoleksi untuk industri akuarium.

Meskipun begitu, beberapa spesies ikan yang secara alami memiliki kelimpahan

yang rendah mungkin memiliki tingkat predasi yang rendah dan tingkat regenerasi

yang rendah, sehingga rentan terhadap penangkapan berlebih. Sebagai contoh

Ikan Lepu Ayam (Pterois sp.) tidak pernah ditemukan dalam jumlah banyak,

terlindung dari predator, tetapi merupakan target utama penangkapan untuk ikan

hias. Ikan anemon dan cleaner wrasse terancam karena sangat populer. Ikan

anemon juga semakin tertekan karena hidup berasosiasi dengan hewan anemon

Page 6: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

14

yang juga merupakan target koleksi untuk akuarium. Lambatnya proses

reproduksi pada kedua ikan ini semakin menekan keberadaannya di alam

(Helfman 2007).

Masalah lain yang dihadapi adalah intensitas penangkapan yang terjadi di

semua kelompok usia ikan. Juvenil adalah kelompok usia ikan yang sering

menjadi target industri akuarium. Chan dan Sadovy (1998) mengestimasi bahwa

sekitar 56% dari hewan hias yang dijual di Hong Kong adalah juvenil, dimana hal

ini akan mempercepat laju penurunan populasi dan ketidakseimbangan ekosistem.

Edwards dan Shepherd (1992) menggunakan metode sensus visual untuk

mengestimasi kepadatan populasi dan potensi lestari untuk spesies akuarium di

Maldives. Mereka menyimpulkan bahwa 12 spesies dieksploitasi melebihi tingkat

lestarinya, dan 12 lainnya akan mengalami overeksploitasi jika ekspor

ditingkatkan menjadi tiga kali lipat dibanding tahun 1989 yaitu sebesar 54.000

ekor ikan setiap tahunnya.

Tissot dan Hallacher (2003) menemukan bahwa tujuh dari sepuluh ikan

target mengalami penurunan kelimpahan yang signifikan di lokasi penangkapan

yang berkisar antara 38% hingga 75%, sedangkan 2 dari 9 spesies yang memiliki

kesamaan ekologi tetapi bukan merupakan ikan target menunjukan adanya

penurunan jumlah di lokasi penangkapan di pesisir Kona, Hawaii. Lebih jauh,

meskipun terjadi penurunan sebesar 32% dari ikan herbivora, tidak ditemukan

perbedaan kepadatan makro alga antara daerah penangkapan dan daerah kontrol.

Melalui wawancara dengan nelayan lokal, Kolm dan Berglund (2003)

menemukan dampak negatif yang signifikan akibat tekanan penangkapan ikan

terhadap kepadatan Ikan Banggai Cardinalfish. Keadaan ini mengkhawatirkan

karena sifat ikan Banggai Cardinalfish yang memiliki pola sebaran yang terbatas.

Hal ini membuktikan bahwa meskipun metode penangkapan yang digunakan

merupakan metode yang tidak merusak, kegiatan perdagangan ikan untuk

akuarium telah mengakibatkan dampak parah terhadap populasi di alam.

Terminologi ‘metode penangkapan yang tidak merusak’ mungkin mengakibatkan

persepsi yang keliru dalam kaitannya dengan konservasi sumberdaya ikan karang.

Perdagangan ikan hias laut jika dilakukan secara lestari, bebas dari metode

yang merusak, dan tidak metargetkan spesies ikan konsumsi dapat memberikan

Page 7: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

15

keuntungan bagi negara-negara di daerah tropis khususnya bagi desa-desa kecil

dan terpencil. Kegiatan ini dapat memberikan lapangan pekerjaan,

mempromosikan kegiatan konservasi, dan mengurangi tekanan terhadap

sumberdaya ikan dan sumberdaya laut lainnya (Helfman 2007).

Dari sudut pandang sosial-ekonomi, Dufour (1997) mengkalkulasi bahwa

setiap 100.000 ikan yang diekspor dalam perdagangan akuarium telah

menciptakan 10-20 lapangan kerja, menghasilkan pendapatan tahunan sebesar

US$ 200.000. Dengan mengekstrapolasi nilai tersebut terhadap 15-40 juta ekor

ikan yang diekspor setiap tahunnya, perdagangan dapat mencapai nilai US$30 -

60 juta bagi ekonomi lokal, menyerap tenaga kerja sebanyak 1.500 - 3.000 orang.

2.4 Pengelolaan Ikan Hias Laut Melalui Pembatasan Jumlah Tangkapan

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Gasparini et al. (2005), ada 8

pendekatan yang dapat dilakukan bagi pengelolaan kegiatan perikanan hias, yaitu:

(1) pembatasan jenis yang diperdagangkan; (2) memprioritaskan kajian terhadap

spesies-spesies yang utama dimanfaatkan; (3) membangun sistem kuota berbasis

spesies; (4) pembatasan ukuran; (5) mempromosikan metode panangkapan dan

perlakuan penanganan yang baik; (6) melindungi jenis-jenis langka maupun

spesies kunci; (7) sistem pencatatan dan pelaporan yang baik oleh penjual; dan (8)

membuat panduan lapangan yang berupa foto atau gambar dari spesies-spesies

yang dimanfaatkan, untuk membantu pihak-pihak yang melakukan monitoring

aktivitas pemanfaatan dan perdagangan.

Di Republik Maladewa, berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Edwards

(1988) dalam Wood (2001b) kuota total sebanyak 100.000 ekor ikan ditetapkan

pada tahun 1988 dan 1989. Kuota berbasis spesies pun ditetapkan pada beberapa

spesies yang rentan terhadap eksploitasi berlebih atau tingkat pemanfaatannya

mendekati MSY.

Lebih jauh, Saleem dan Islam (2009) menyatakan bahwa Republik

Maladewa menerapkan suatu sistem ketegorisasi dalam menetapkan kuotanya.

Kategori A terdiri dari 17 spesies yang dilarang untuk ekspor. Kategori A

diantaranya terdiri dari spesies yang memiliki daya tahan rendah di akuarium,

seperti Chaetodon meyeri, C. trifasciatus, dan C. triangulum. Kategori B terdiri

Page 8: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

16

dari 66 spesies yang memiliki kuota tangkap. Kategori C terdiri dari 71 spesies

yang dapat diekspor secara bebas hingga mencapai jumlah total 300.000 ekor.

Studi pendugaan stok alami ikan hias laut, harus menjadi pertimbangan

utama jika pengambilan terhadap ikan ini terus meningkat secara signifikan.

Disamping itu, untuk mencegah kemungkinan terjadinya penangkapan berlebih

juga diperlukan pendekatan kehati-hatian (precautionary approach) untuk

menetapkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (kuota) terhadap ikan dengan

nilai jual tinggi tetapi kelimpahannya rendah (Dufour, 1997).

Kuota harus ditetapakan berdasarkan spesies (seperti penetapan 100, 1.000,

atau 10.000 ekor ikan). Kuota tersebut harus ditetapkan setelah verfikasi stok

alami yang ada terhadap suatu spesies dan juga mempertimbangkan ancaman atau

dampak yang ada jika spesies ikan tersebut diambil (Dufour, 1997).

Pengelolaan stok ikan dapat diduga dari populasi yang telah diambil, yaitu

jumlah total ikan yang ditangkap. Namun demikian, terkadang kelimpahan ikan

sangat kontradiktif terhadap pendugaan stok melalui jumlah ikan yang telah

diambil. Salah satu prinsip utama dalam pendugaan fluktuasi stok ikan hias laut

adalah jumlah larva yang berada di karang, karena hal tersebut sangat mewakili

jumlah produksi ikan yang sebenarnya. Dalam perdagangan ikan hias laut

pendugaan stok dilakukan berdasarkan jumlah spesimen dan bukan biomassa,

sehingga tingkat kolonisasi merupakan teori yang digunakan untuk penentuan

batas pengambilan maksimum (Dufour, 1997). Namun demikian, untuk beberapa

spesies jumlah kolonisasi larva yang terdapat di suatu pulau dalam satu tahun

tergantung kepada bagaimana larva tersebut dapat bertahan dengan baik di lautan,

sehingga tidak bisa digunakan untuk memprediksi figur pulau lain berdasarkan

suatu pulau. Untuk skala waktu dan ruang yang kecil, tingkat kolonisasi lebih

mudah diprediksi berdasarkan spesies (Dufour, 1997).

Pengelolaan perikanan umumnya dilakukan berdasarkan biomassa optimal

dan tidak berdasarkan jumlah spesimen hasil tangkapan, sehingga besar

kemungkinan jumlah anak ikan yang tertangkap sangat banyak dan 90% akan

hilang sebelum dewasa. Pengelolaan seperti ini hanya melindungi jumlah stok

ikan dewasa (Dufour, 1997).

Page 9: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

17

Model perikanan tradisional belum berhasil mengatasi beberapa faktor

kesalahan dalam pengelolaan. Para peneliti perikanan kembali menduga bahwa

metode konvensional terutama dalam aplikasi untuk spesies dengan pertumbuhan

cepat di daerah tropis tidak dapat dirancang dengan dana terbatas untuk

melakukan pendugaan secara reguler terhadap populasi ikan target (Hodgson dan

Ochavillo 2006).

Batasan-batasan dari asumsi yang ada pada teori model perikanan dan

kurangnya data perdagangan hewan hias, kelimpahan ikan taget yang rendah dan

variasi kelas ukuran menjadi suatu peluang untuk mengembangkan model

perikanan. Edwards dan Shepherd (1998) mengusulkan pendekatan untuk

pemanfataan ikan secara lestari dalam perdagangan akuarium. Mereka melakukan

penghitungan kuota berdasarkan densitas (kelimpahan) ikan yang dihasilkan

berdasarkan survei potensi dan populasi ikan karang serta estimasi skala total area

kawasan terumbu karang. Berdasarkan fakta bahwa terumbu karang bukan

merupakan habitat karang saja, maka kawasan terumbu karang diberikan nilai 0,5

untuk variabilitasnya. Selanjutnya berdasarkan formulasi dari Gulland (1971)

yang menyatakan bahwa MSY adalah bagian dari biomassa yang tidak

tereksploitasi, MSY diasumsikan tercapai dalam batas 66%. Faktor mortalitas

alami dengan menggunakan panjang ikan infinity (L∞) dan suhu perairan juga

menjadi parameter untuk perhitungan kuota. Sehingga diperoleh persamaan Q =

M (0,5 x D) (0,5) (0,66) dimana Q adalah kuota, M adalah mortalitas alami dan D

adalah densitas ikan.

Menurut Satriya (2009), pada eksploitasi dengan prinsip kehati-hatian

(precautionary principle), maka studi tentang jumlah tangkapan yang

diperbolehkan (JTB) mutlak dilakukan pada setiap penelitian pendugaan status

suatu perikanan. JTB sendiri berarti besarnya atau banyaknya sumber daya ikan

(SDI) yang boleh ditangkap dengan memperhatikan keamanan kelestariannya di

wilayah perikanan Republik Indonesia (Kepmentan No.995 /Kpts/IK.210/9/99).

Estimasi JTB adalah sebesar 80% dari nilai maximum sustainable yield (MSY).

Selanjutnya menurut Wiadnya et al. (2006), tujuan kebijakan dan pengelolaan

perikanan Indonesia mempertimbangkan prinsip kehari-hatian dengan

menetapkan tangkapan sebesar 80% dari MSY. Hal ini tertuang dalam Kepmen

Page 10: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

18

KP No Kep. 18/Men/2002 tentang rencana strategis pembangunan kelautan den

perikanan 2001-2004.

2.5 Pendekatan Lain Dalam Pengelolaan Perikanan Ikan Hias Laut

Rencana pengelolaan dan regulasi jarang ditemui pada perdagangan untuk

akuarium dibandingkan untuk perikanan karang secara umum (Wood 2001a).

Saat terdapat regulasi yang komprehensif, kepatuhan dan pengawasan cenderung

mengalami masalah, Di Hawaii, hanya 13% dari kolektor yang memiliki ijin yang

memenuhi kewajiban untuk memberikan laporan, meskipun tidak ada langkah

untuk mengkaji keakuratan data yang dilaporkan (Moffie 2002).

Wood (2001b) mengeneralisasi bahwa perikanan ikan hias perlu dikelola

untuk: (1) memastikan keberlanjutannya dan terintegrasi dengan pemanfaatan

sumberdaya lainnya (jenis perikanan lain dan ekowisata); (2) meminimalkan

kematian saat penangkapan dan pasca penangkapan, termasuk tidak menangkap

jenis ikan yang sulit dipelihara di akuarium; dan (3) menyentuh isu sosial-

ekonomi untuk perdagangan yang adil dan seimbang.

Pendekatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan metapkan daerah

perlindungan atau zona larang ambil (no take zone). Menurut Friedlander (2001),

daerah perlindungan menawarkan alternatif suatu pendekatan pengelolaan

perikanan yang umumnya bergantung pada pembatasan ukuran tangkap,

pembatasan jumlah tangkapan, pengaturan alat tangkap dan upaya. Dengan daya

jelajah yang terbatas dan tingginya asosiasi antara ikan hias laut dengan

habitatnya menyebabkan daerah perlindungan merupakan strategi yang sangat

efektif dalam mengelola sumberdaya. Hasil kajian dari Hawaii menunjukan

bahwa daerah perlindungan dengan habitat yang beragam dan kompleks dapat

memberikan dampak positif terhadap stok ikan.

Membangun daerah perlindungan yang membatasi kegiatan pemanfaatan

akan memberikan keuntungan pada spesies-spesies ikan hias. Hasil kajian dari

Tissot dan Hallacher (2003) yang menunjukan bahwa pemanfaatan ikan hias laut

yang mengakibatkan penurunan stok telah mendorong pembentukan sembilan

lokasi perlindungan untuk mengembalikan sumberdaya ikan di pesisir barat

Page 11: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

19

Hawaii, menempatkan 30% dari wilayah pesisir tertutup bagi pemanfaatan untuk

ikan hias laut.

Pendekatan lain yang saat ini juga sedang gencar dilakukan adalah melalui

sertifikasi. Dalam beberapa tahun terakhir, organisasi perdagangan dan LSM

telah bekerjasama untuk memastikan bahwa biota hias yang ditangkap,

ditransportasikan, dan dijual telah melalui suatu proses yang bertanggung jawab

dan berkelanjutan. American Wildlife Dealer Association (AWDA) telah

menetapkan suatu kode etik dan standar praktis bagi konsumen produk-produk

ikan hias yang dinamakan the Responsible Marine Aquarist yang bertujuan untuk

mendorong para konsumen dapat memilih jenis ikan yang paling sesuai dengan

kondisi akuarium yang mereka miliki (Helfman 2007).

Lecchini et al. (2006) menawarkan sebuah model pemanfaatan ikan hias

melalui perspektif yang berbeda, yaitu dengan menangkap ikan pada fase larva

yang kemudian diasuh dan dibesarkan hingga mencapai ukuran jual. Pendeketan

ini memiliki beberapa keuntungan yaitu: (i) larva ditangkap dengan menggunakan

alat tangkap yang bersifat pasif (crest net) sehingga tidak merusak lingkungan dan

mengurangi stres pada larva; (ii) ikan yang dibesarkan sejak fase larva nantinya

akan terbiasa hidup dalam akuarium sehingga memiliki tingkat ketahanan hidup

(survival rate) yang tinggi saat ikan dipelihara oleh konsumen.

2.6 Analisis Finansial

Analisis finansial adalah suatu analisis yang memiliki tujuan diantaranya

untuk: (i) mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi

suatu proyek atau usaha, dan (ii) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi

yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif yang paling menguntungkan

(Gray et al. 2005).

Analisis finansial terdiri dari dua kelompok analisis, yaitu analisis

kelayakan usaha dan kriteria investasi. Analisis kelayakan usaha yang umum

digunakan adalah analisis pendapatan usaha, analisis rasio pendapatan atas biaya

(R/C), analisis titik impas (break even point) dan analisis rentabilitas (return on

investment) (Kadariyah et al. 1999). Sedangkan analisis kriteria investasi yang

Page 12: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

20

umum digunakan adalah analisis net present value (NPV), internal rate of return

(IRR), dan net benefit-cost ratio (Net B/C) (Gray et al. 2005).

2.7 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan berbagai strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan

(Rangkuti 2004). Analisis SWOT mempertimbangkan faktor internal (internal

factor evaluation/IFE) yaitu strengths dan weaknesses serta faktor eksternal

(external factor evaluation/EFE) yaitu opportunities dan threats yang dihadapi

dunia usaha, sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi

pengembangan (Marimin 2004).

Analisis SWOT didahului dengan identifikasi posisi usaha melalui IFE dan

EFE, selanjutnya tahapan analisis matriks SWOT. Proses yang harus dilakukan

dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat

melalui berbagai tahapan sebagai berikut:

1) Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor internal dan eksternal

2) Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan matriks SWOT

3) Tahap pengambilan keputusan.

Analisis SWOT dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari 2

model matriks, yaitu matriks SWOT atau matriks TOWS. Model matriks

mendahulukan faktor-faktor eksternal (ancaman dan peluang), kemudian melihat

kapabilitas internal (kekuatan dan kelemahan). Matriks TOWS menghasilkan 4

strategi (Rangkuti 2004), yaitu:

1) Strategi S-O, memanfaatkan kekuatan untuk merebut peluang.

2) Strategi W-O, memanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan

kelemahan yang ada.

3) Strategi S-T, memanfaatkan kekuatan untuk menghindari atau memperkecil

dampak dari ancaman eksternal.

Page 13: 2 TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id filekarang di Indonesia adalah Gobiidae (272 spesies), Labridae (178), Apogonidae ... Indonesia merupakan eksportir terbesar di dunia untuk

21

4) Strategi W-T, didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

memperkecil kelemahan, serta menghindari ancaman.