75
hkama ahkamah Agung Republ Mahkamah Agung Republik Indonesia mah Agung Republik Indonesia ublik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id PUTUSAN No. 207 K/TUN/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara : PT. PERKEBUNAN KALTIM UTAMA I , suatu Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jalan A. Yani, Ruko Mitra Mas Blok M, Nomor : 16, Samarinda, diwakili oleh Yosua Irawan Lau, kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Direktur Utama PT. Perkebunan Kaltim Utama I, didirikan berdasarkan Akta Nomor : 1, tanggal 1 Mei 2004, dihadapan Achmad Dahlan, SH., Notaris di Samarinda, akta mana telah memperoleh pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Nomor : C-05410 HT.01.01.TH.2006 tanggal 24 Februari 2006 yang terakhir telah diubah dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor : 26 tanggal 06 Januari 2011 dibuat dihadapan Nety Maria Machdar, S.H., Notaris di Jakarta, dalam hal ini memberikan kuasa kepada : 1. Swandy Halim, SH., MSc., 2. Mira Amalia, SH., MH., 3. Deasy Marthaningsih Hendar Asmara, SH., kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Para Advokat dan Konsultan Hukum, beralamat kantor di Gedung World Trade Center Lantai 11, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 30, Jakarta 12920, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 08 Februari 2012; Pemohon Kasasi dahulu Tergugat II Intervensi/Pembanding I; m e l a w a n : PT. ADIMITRA BARATAMA NUSANTARA (PERSEROAN), suatu Perseroan Terbatas, yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, diwakili oleh Aan Sinanta, kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Direktur Utama, berdasarkan Akta Nomor : 29 tanggal 14 April 2009, oleh karena sah mewakili direksi, yang beralamat di Bank Mega Building, Suite 202, Jalan Tanjung Karang Nomor : 3-4 A, Jakarta 10230, dalam perkara ini memberikan kuasa kepada : 1. Ranto Simanjuntak, SH., MH., 2. John Herman Pigalao, SH., M.Kn., 3. Stella Valentina, SH., 4. Elizabeth Ritonga, SH., 5. Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

207_K_TUN_2012

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PUTUSANNo. 207 K/TUN/2012

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat kasasi telah memutuskan

sebagai berikut dalam perkara :

PT. PERKEBUNAN KALTIM UTAMA I, suatu Perseroan Terbatas

yang didirikan berdasarkan Hukum Negara Republik Indonesia,

berkedudukan di Jalan A. Yani, Ruko Mitra Mas Blok M, Nomor : 16,

Samarinda, diwakili oleh Yosua Irawan Lau, kewarganegaraan

Indonesia, pekerjaan Direktur Utama PT. Perkebunan Kaltim Utama I,

didirikan berdasarkan Akta Nomor : 1, tanggal 1 Mei 2004, dihadapan

Achmad Dahlan, SH., Notaris di Samarinda, akta mana telah

memperoleh pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Nomor : C-05410

HT.01.01.TH.2006 tanggal 24 Februari 2006 yang terakhir telah diubah

dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor : 26 tanggal 06

Januari 2011 dibuat dihadapan Nety Maria Machdar, S.H., Notaris di

Jakarta, dalam hal ini memberikan kuasa kepada : 1. Swandy Halim,

SH., MSc., 2. Mira Amalia, SH., MH., 3. Deasy Marthaningsih Hendar

Asmara, SH., kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, pekerjaan Para

Advokat dan Konsultan Hukum, beralamat kantor di Gedung World

Trade Center Lantai 11, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 30, Jakarta

12920, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 08 Februari 2012;

Pemohon Kasasi dahulu Tergugat II Intervensi/Pembanding I;

m e l a w a n :

PT. ADIMITRA BARATAMA NUSANTARA (PERSEROAN),

suatu Perseroan Terbatas, yang didirikan berdasarkan hukum Negara

Republik Indonesia, diwakili oleh Aan Sinanta, kewarganegaraan

Indonesia, pekerjaan Direktur Utama, berdasarkan Akta Nomor : 29

tanggal 14 April 2009, oleh karena sah mewakili direksi, yang

beralamat di Bank Mega Building, Suite 202, Jalan Tanjung Karang

Nomor : 3-4 A, Jakarta 10230, dalam perkara ini memberikan kuasa

kepada : 1. Ranto Simanjuntak, SH., MH., 2. John Herman Pigalao,

SH., M.Kn., 3. Stella Valentina, SH., 4. Elizabeth Ritonga, SH., 5.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 2: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Alvajune G.Manuhua, SH., kesemuanya kewarganegaraan Indonesia,

pekerjaan Advokat dan Konsultan Hukum, berkantor di Menara Topas

(d/h. Menara Eksekutif) Lantai 15, Jalan M.H. Thamrin Kav. 9, Jakarta

Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 108/RP&P/SKK/

III/12 tanggal 02 Maret 2012;

Termohon Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding;

d a n :

I. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA, berkedudukkan di Jalan

Sisingamangaraja, Nomor : 2, Kebayoran, Jakarta Selatan, dalam

hal ini diwakili oleh :

1. R.B. Agus Widjayanto, SH., M.Hum., Jabatan Direktur

Perkara Pertanahan, berkedudukkan di Jalan

Sisingamangaraja, Nomor : 2, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan;

. Ari Machkota, SH., M.Hum., Jabatan Kepala Sub

Direktorat Perkara Wilayah I, berkedudukkan di Jalan

Sisingamangaraja, Nomor : 2, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan;

. Abgrid Pranowo, SH., CN., Jabatan Kepala Seksi Perkara

Tata Usaha Negara Wilayah I, berkedudukkan di Jalan

Sisingamangaraja, Nomor : 2, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan;

. Ignatius Ardi Susanto, SH., Jabatan Kepala Seksi Perdata

Wilayah I, berkedudukkan di Jalan Sisingamangaraja,

Nomor : 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan;

. Reskah Hartati, SH., Jabatan Staf Sub Direktorat Perkara

Wilayah I, berkedudukkan di Jalan Sisingamangaraja,

Nomor : 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan;

. Sri Dewi Marlina Putri, SH., Jabatan Staf Sub Direktorat

Perkara Wilayah I, berkedudukkan di Jalan

Sisingamangaraja, Nomor : 2, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan;

. Andre Setiabudi Iskandar, SH., Staf Sub Direktorat Perkara

Wilayah I, berkedudukkan di Jalan Sisingamangaraja,

Nomor : 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan;

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 3: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

. Iman Malvina Yusuf, SH., Staf Sub Direktorat Perkara

Wilayah I, berkedudukkan di Jalan Sisingamangaraja,

Nomor : 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan;

. Dimas Tri Suryanto, A.Md., Staf Sub Direktorat Perkara

Wilayah I, berkedudukkan di Jalan Sisingamangaraja,

Nomor : 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan;

kesemuanya berkantor pada Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia, Jalan Sisingamangaraja Nomor : 2,

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa

Khusus Nomor : 14/SK/IV/2011, tertanggal 12 April 2011;

II. KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUTAI

KARTANEGARA, berkedudukkan di Jalan Ahmad Yani,

Nomor : 22, Tenggarong, dalam perkara ini memberikan kuasa

kepada :

1. Muhamad Fadhil, SH., M.Hum., Jabatan Kepala Bidang

Pengkajian dan Penanganan Perkara dan Konflik

Pertanahan pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Provinsi Kalimantan Timur;

. Purwanto, SH., Jabatan Kepala Seksi Pengkajian dan

Penanganan Perkara Pertanahan pada Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur;

keduanya berkantor pada Kantor Wilayah Badan Pertanahan

Nasional Provinsi Kalimantan Timur, berdasarkan Surat Kuasa

Khusus Nomor : 101/SK.64.02/III/2011, tertanggal 08 Maret

2011;

Turut Termohon Kasasi I dan II dahulu Tergugat I dan II/Pembanding

III dan II;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang

Termohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang Turut

Termohon Kasasi I dan II dahulu sebagai Tergugat I dan II serta Pemohon Kasasi

dahulu sebagai Tergugat II Intervensi dimuka persidangan Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta pada pokoknya atas dalil-dalil :

I. OBYEK SENGKETA :

3

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 4: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bahwa yang menjadi obyek gugatan / obyek sengketa antara Penggugat dengan

Tergugat I dan Tergugat II dalam gugatan ini adalah sebagai berikut :

a. Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor : 75/HGU/BPN RI/2009 tentang Pemberian Hak Guna Usaha Atas

Nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I atas Tanah di Kabupaten Kutai

Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang luas bidang tanah

dalam peta bidang tanah tanggal 27 Januari 2009 No. 04-16.03-2009, NIB.

16.03.00.00.00205 seluas 2.460,13 Hektar (“Ha”) yang ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 4 Juni 2009 (“SK BPN No. 75”) ;

b. Sertipikat Hak Guna Usaha (HGU) No. 35, tanggal 30 Juli 2009, Kelurahan

Jawa, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kertanegara, atas tanah

seluas 2.460,13 Ha yang tertulis atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I

(“PT. PKU I”), berdasarkan Surat Ukur Nomor : 1052/HGU/2009, tanggal

30 Juli 2009, (“Sertipikat HGU No. 35”) oleh Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten Kutai Kartanegara;

II. TENGGANG WAKTU.

a. Bahwa Penggugat baru mengetahui tentang kabar adanya penerbitan

Sertipikat HGU No. 35 tersebut pada tanggal 25 Januari 2011, pada saat

Penggugat baru menerima Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil

Penyidikan (SP2HP) dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah

Kalimantan Timur Resor Kutai Kartanegara No. B/21/I/2011/ Reskrim

tertanggal 25 Januari 2011, SP2HP mana merupakan akibat laporan yang

disampaikan oleh Pihak Penggugat kepada Instansi Kepolisian tentang

adanya penyerobotan lahan atau tanah di areal milik Penggugat yang

dilakukan oleh PT. PKU I ;

b. Bahwa berdasarkan hal uraian tersebut diatas kemudian Penggugat

mengajukan gugatan atas dikeluarkannya SK BPN No. 75 dan Sertipikat

HGU No. 35 tersebut dikarenakan masih dalam batas waktu 90 (sembilan

puluh) hari sebagaimana ditentukan dalam pasal 55 Undang-Undang

Nomor: 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Sebagaimana

diubah dengan Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Nomor : 51 Tahun 2009 (“UU PTUN”) ;

III. DASAR GUGATAN.

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 5: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

a. Bahwa kedua surat keputusan tersebut digugat bersamaan karena ada

keterkaitan yang sangat erat satu sama lain (ada “innerlijke samenhang”)

antara kedua surat keputusan tersebut. sebab surat keputusan yang satu

menjadi dasar atau landasan hukum dari surat keputusan yang kedua,

sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain”. (teori “innerlijke

samenhang”). oleh karena itu adalah sangat tepat dan berdasar hukum kedua

surat keputusan tersebut di atas digugat secara bersama-sama ;

b. Bahwa penerbitan Sertipikat HGU No. 35 oleh Tergugat II, adalah tindak

lanjut dari pelaksanaan Keputusan Tergugat I yaitu Surat Keputusan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 75/HGU/BPN

RI/2009 tentang Pemberian Hak Guna Usaha Atas Nama PT. PKU I,

sehingga telah memenuhi syarat sebagai keputusan tata usaha negara yang

bersifat konkret, individual dan final. sesuai dengan teori surat keputusan

berantai (ketting beschikking) ;

c. Bahwa sesuai dengan ketentuan Tata Usaha Negara, penerbitan Sertipikat

HGU No. 35 adalah merupakan suatu produk/keputusan Tata Usaha Negara,

sehingga dengan demikian telah memenuhi syarat-syarat sebagai keputusan

tata usaha negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka (3) Undang-

Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 dan

Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara. Sehingga Keputusan Tata Usaha Negara berupa Sertipikat HGU No.

35 dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara dengan alasan penerbitan

objek sengketa tersebut bersifat konkret, individual dan final;

d. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 8 juncto Pasal 14 ayat (1) Peraturan

Menteri Negara/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1999

Tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan

Pemberian Hak Atas Tanah Negara, bahwa keputusan pemberian Hak Guna

Usaha atas tanah yang luasnya lebih dari 200 Ha (dua ratus hektar)

merupakan kewenangan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional c.q

Tergugat I ;

e. Bahwa dalam perkara aquo, pemberian Hak Guna Usaha kepada PT. PKU

I sesuai SK BPN No.: 75 yang mendasari terbitnya Sertipikat HGU No. 35

tanggal 30 Juli 2009 adalah seluas 2.460,13 Ha (dua ribu empat ratus enam

puluh koma tiga belas hektar) di atas lahan yang dikuasai oleh Penggugat

sehingga dengan demikian Pejabat Tata Usaha Negara yang memiliki

5

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 6: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kewenangan untuk memberikan hak penguasaan atas tanah berupa Hak

Guna Usaha adalah Kepala Badan Pertanahan Nasional c.q. Tergugat I ;

f. Bahwa dengan adanya penerbitan Sertipikat HGU No. 35 yang di dasari

oleh SK BPN No. 75 oleh Tergugat I kepada PT. PKU I di atas lahan

pertambangan yang dikuasai oleh Penggugat, maka kepentingan Penggugat

selaku pihak yang memegang ijin pertambangan di atas lahan tersebut

sangat dirugikan ;

g. Bahwa atas kerugian tersebut maka Penggugat mengajukan gugatan aquo

berdasarkan ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana diubah dengan Undang-

Undang Nomor : 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor: 51 Tahun

2009, yang kutipannya adalah sebagai berikut :

“ Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa dan

memutus sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama” ;

IV. ALASAN-ALASAN GUGATAN.

1 Bahwa Penggugat adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan

berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia pada tanggal 28

Oktober 2004 berdasarkan Akta No. 30 Tanggal 28 Oktober 2004 yang

dibuat dihadapan H. M. Afdal Ghazali, Notaris di Jakarta, dimana

Anggaran Dasarnya telah mendapat pengesahan dari Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia pada tanggal 9

Juni 2005 sesuai Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia No. C-15884 HT.01.01. TH 2005, dimana kegiatan

usaha utama dari penggugat adalah dalam bidang pertambangan ;

2. Bahwa Penggugat adalah pemilik Ijin Kuasa Pertambangan antara lain

sebagai berikut :

i). Surat Keterangan Ijin Peninjauan (SKIP) dari Bupati Kutai Kartanegara

dengan Nomor : 540/140/SKIP/DPE-IV/X/2005 pada tanggal 27

Oktober 2005 ;

ii). Ijin Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum (KP PU) dari Bupati

Kutai Kertanegara dengan Nomor: 540/102/KP-PU/DPE-IV/XII/ 2005

pada tanggal 15 Desember 2005 ;

iii). Ijin Kuasa Pertambangan Eksplorasi (KP-Eksplorasi) dari Bupati

Kutai Kertanegara dengan Nomor : 540/74/KP-Er/DPE-IV/VI/2006

pada tanggal 26 Juni 2006 ;

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 7: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

iv). Ijin Kelayakan Lingkungan (AMDAL) dari Bupati Kutai

Kartanegara dengan No. KAKK/269/AMDAL/Tambang

Batubara/2007 pada tanggal 12 November 2007 ;

v). Ijin Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KP-Eksploitasi) dari Bupati

Kutai Kartanegara dengan No. 540/057/KP-Ep/DPE-IV/XI/2007

pada tanggal 14 November 2007 sampai dengan 14 November

2012 ;

vi). Pemberian ijin Lokasi dari Bupati Kutai Kartanegara Nomor: 79/

DPN.K/IL-79/XI-2007 pada tanggal 29 November 2007 seluas

2.643.99 Ha ;

vii). Ijin Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan dari Bupati

Kutai Kartanegara dengan No. 540/37/KP-AJ/DPE-V/XII/ 2007

pada tanggal 14 Desember 2007 ;

viii). Ijin Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KP-Eksploitasi) dari Bupati

Kutai Kartanegara dengan No. 540/010/KP-Ep/DPE-IV/II/2008 pada

tanggal 19 Februari 2008 dengan jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.

Ijin KP-Eksploitasi ini merupakan penyempurnaan dari Ijin Kuasa

Pertambangan Eksploitasi (KP-Eksploitasi) dari Bupati Kutai

Kartanegara dengan No. 540/057/KP-Ep/DPE-IV/XI/2007

pada tanggal 14 November 2007 sampai dengan 14 November 2012

yang hanya berlaku selama 5 (lima) tahun ;

ix). Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP-

OP) dari Bupati Kutai Kartanegara dengan No. 540/1691/ IUP-OP/

MB-PBAT/XII/2009 pada tanggal 1 Desember 2009 ;

x). Rekomendasi Penggunaan Wilayah Kerja Migas TAC Pertamina-

Medco Sanga-sanga dan Vico Indonesia di Blok Sanga-sanga dari

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan No. 9012/13/

DJM.E/ 2008 pada tanggal 28 Mei 2008 ;

3. Bahwa Penggugat dalam rangka memiliki dan mendapatkan Ijin-ijin

tersebut di atas telah melakukan investasi yang besar baik berupa modal

(uang), tenaga (keahlian) dan peralatan pada wilayah-wilayah KP

Eksploitasi milik Penggugat, yaitu dengan melakukan proses tindakan

diantaranya berupa :

7

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 8: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

a) Penggugat mengajukan permohonan ijin untuk mengadakan

peninjauan di kecamatan Sanga-sanga seluas 2.990 ha (dua ribu

sembilan ratus sembilan puluh hektar) untuk mengetahui data awal

potensi endapan Bahan Galian Batubara. Selanjutnya dari Bupati

Kutai Kartanegara Telah memberikan Surat Keterangan Ijin

Peninjauan (SKIP) dari Bupati Kutai Kartanegara dengan Nomor:

540/140/SKIP/ DPE-IV/X/2005 pada tanggal 27 Oktober 2005 ;

b) Bahwa berdasarkan hasil kegiatan peninjauan tersebut di atas

Penggugat juga Telah memperoleh Ijin Kuasa Pertambangan

Penyelidikan Umum (KP PU) Nomor : 540/102/KP-PU/DPE-IV/XII/

2005 pada tanggal 15 Desember 2005 dari Bupati Kutai Kertanegara

dan telah melakukan survey untuk mencari bahan galian “Batubara” ;

c) Bahwa berdasarkan hasil kegiatan Penyelidikan umum tersebut

Penggugat telah melakukan kegiatan berkaitan dengan upaya untuk

mendapatkan kepastian, sifat dan nilai bahan galian/tambang yang

terkandung didalamnya dimana selanjutnya Bupati Kutai Kartanegara

menerbitkan Surat Ijin Kuasa Pertambangan Eksplorasi (KP-

Eksplorasi) Nomor : 540/74/KP-Er/DPE-IV/VI/2006 tanggal 26 Juni

2006 untuk Penggugat. Bahwa sesuai dengan Kuasa Pertambangan

Eksplorasi yang telah dimiliki oleh Penggugat, yang salah satu

syaratnya dalam melakukan Eksplorasi yaitu jika terdapat pertindihan

Kuasa Pertambangan Eksplorasi dengan kepentingan lahan lainnya,

maka Penggugat sebelum melaksanakan kegiatan dalam wilayah

tersebut harus lebih dahulu menyelesaikan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku sesuai Lampiran 2 angka 5 Kuasa Pertambangan

Eksplorasi Nomor: 540/74/KP-Er/DPE-IV/VI/2006 tanggal 26 Juni

2006, dan berdasarkan hal tersebut Penggugat sejak bulan Juni 2007

sudah memulai melakukan pembebasan lahan dari penduduk/

masyarakat penggarap agar kegiatan eksplorasi tersebut dapat

dilakukan ;

d) Bahwa setelah Penggugat membuktikan hasil kegiatan eksplorasi yang

dilakukan atas bahan galian, maka selanjutnya Penggugat mengajukan

permohonan guna mendapatkan hak tunggal untuk memperoleh Kuasa

Pertambangan Eksploitasi dengan terlebih dahulu mendapatkan

AMDAL yang merupakan salah satu syarat dalam pengajuan Kuasa

Pertambangan Eksploitasi ;

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 9: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

e) Bahwa Bupati Kutai Kartanegara selanjutnya berdasarkan permohonan

tersebut menerbitkan Ijin Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KP-

Eksploitasi) dengan No. 540/057/KP-Ep/DPE-IV/XI/2007 tertanggal

14 November 2007 yang telah diperbaharui dengan Ijin Kuasa

Pertambangan No. 540/010/KP-Ep/DPE-IV/II/2008, tanggal 19

Februari 2008 untuk Penggugat, dengan jangka waktu 20 (dua puluh)

tahun dengan batas-batas sebagai berikut :

No.Titik Bujur Timur Lintang (LU/LS)

Koord. Ø ‘ “ Ø ‘ “

117 ,00 ,00 LS

117 ,00 ,00 LS

117 ,00 ,00 LS

117 ,00 ,00 LS

117 ,00 ,00 LS

117 ,00 ,00 LS

f) Bahwa sesuai dengan Kuasa Pertambangan Eksploitasi yang telah

dimiliki oleh Penggugat, yang salah satu syaratnya dalam Lampiran II

Angka 4 Kuasa Pertambangan Eksploitasi No. 540/010/Kp

Ep/DPE IV/II/2008 yaitu sebelum Penggugat dapat melakukan

kegiatan eksploitasi Penggugat harus menyelesaikan terlebih dahulu

lahan yang tumpang tindih antara lahan Penggugat dengan lahan

garapan masyarakat secara musyawarah mufakat. Selanjutnya oleh

karena itu Penggugat juga mendapatkan Ijin Lokasi Nomor : 79/

DPN.K/IL-79/XI-2007 pada tanggal 29 November 2007 dari Bupati

Kutai Kartanegara untuk tanah seluas + 2.643,99 Ha. Guna melakukan

pembebasan sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 8 Peraturan

Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara No. 32 tahun 2000 Tentang Ijin

Lokasi ;

g) Sehingga setelah Penggugat memperoleh/mendapatkan Ijin Lokasi

tersebut, maka memperkuat Penggugat untuk melakukan pembebasan

lahan yang lebih intensif secara bertahap dari penduduk atau

masyarakat penggarap yang sudah dimulai sejak bulan Juni 2007

sampai dengan dengan bulan Januari 2011 dengan total pembebasan

adalah seluas + 2,040.6162 Ha yang berada di wilayah Area Ijin

9

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 10: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Lokasi Nomor : 79/DPN.K/IL-79/XI-2007 tertanggal 29 November

2007 milik Penggugat ;

Pembebasan mana dilakukan dengan menuangkannya didalam “Surat

Pernyataan Pengalihan Hak atau Surat Kesepakatan Pengalihan

Penguasaan Lahan Garapan”. Yaitu pembebasan atau pengalihan mana

dilakukan dari penduduk atau masyarakat penggarap kepada

Penggugat dimana didalam Surat Pernyataan tersebut didalamnya

disaksikan juga oleh aparat antara lain sebagai berikut :

- Lurah setempat ;

- Komandan Rayon Militer (Danramil) setempat ;

- Kepala Polisi Sektor setempat ;

- Bhabinkamtibmas setempat ;

- Babinsa setempat ;

Bahwa dalam pengalihan tersebut juga tentunya diberikan kompensasi

berupa uang kepada penduduk atau masyarakat penggarap sesuai

dengan berapa luas lahan atau tanah yang dimiliki oleh masing-masing

pemilik (penduduk/masyarakat penggarap) pada saat itu. Dan untuk

pembebasan lahan keseluruhan milik Penggugat sudah dilakukan

mulai tanggal 20 Juni 2007 dan masih dilakukan hingga saat ini ;

h) Bahwa tindakan Penggugat memenuhi kewajibannya melakukan

pembebasan lahan dan membayar ganti rugi kepada penduduk atau

masyarakat penggarap pada saat itu sesuai dengan ketentuan hukum

yang berlaku, sebagaimana juga telah dinyatakan oleh SUKARDJI,

S.Pd.,MM., selaku Lurah Kelurahan Jawa, Kecamatan Sanga-sanga

Kabupaten Kutai Kartangera dalam Surat Pernyataan No. 400/019/Per/

I/2011, tanggal 21 Januari 2011, selaku Pejabat instansi yang ikut

menyaksikan dan menandatangani dokumen pembebasan setiap lahan

yang dilakukan oleh Penggugat bersama dengan aparat (Koramil,

Polsek) ;

i) Bahwa wilayah kuasa pertambangan (WKP) Penggugat berdasarkan

KP-Eksploitasi No. 540/010/KP-Ep/DPE-IV/II/2008 tanggal 19

Februari 2008 masih berada di dalam Wilayah Kerja Pertamina yang

dikelola oleh Perusahaan Operator Migas yang sejak tanggal 27

Januari 1989 yang telah menguasai wilayah lahan pertambangan

tersebut, dimana Penggugat sebelum melakukan kegiatan eksploitasi

telah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan Perusahaan

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 11: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Operator Migas tersebut dengan melakukan antara lain sebagai berikut

:

• Perjanjian pemanfaatan lahan bersama antara

PT. Medco E&P Indonesia (TAC Pertamina–

Medco Sangasanga) dengan penggugat tanggal 4

Oktober 2007; dan ;

• Perjanjian tumpang tindih lahan antara Vico

Indonesia dengan penggugat tanggal 31 Januari

2008 Migas TAC;

Bahwa berdasarkan kerjasama dengan para perusahaan operator Migas

di wilayah kerja Pertamina tersebut diatas, maka Penggugat telah

memperoleh Rekomendasi dari Menteri ESDM dengan No. 9012/13/

DJM.E/2008 tanggal 28 Mei 2008 untuk Penggunaan Wilayah Kerja

Migas TAC Pertamina –Medco Sangasanga dan Vico Indonesia di

Blok Sangasanga untuk kegiatan Eksploitasi batubara atas nama

Penggugat ;

Bahwa koordinasi antara Penggugat dengan perusahaan Operator

Migas yang dituangkan dalam Perjanjian tersebut diatas adalah

merupakan bukti kepatuhan Penggugat dalam melaksanakan

kewajibannya selaku Pemegang Kuasa Pertambangan yang

dipersyaratkan oleh Bupati Kutai Kertanegara sebagaimana tercantum

dalam Lampiran II butir (7) Kuasa Eksploitasi No. 540/010/KP-Ep/

DPE-IV/II/2008, tanggal 19 Februari 2008 yang kutipannya adalah

sebagai berikut :

“(7) Apabila KP Eksploitasi ini berada dalam wilayah kerja

perusahaan Migas, sebelum melakukan kegiatan eksploitasi

terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan perusahaan

tersebut” ;

j) Bahwa selanjutnya Bupati Kutai Kartanegara telah pula menerbitkan

Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP-OP) dari

Bupati Kutai Kartanegara dengan No. 540/1691/IUP-OP/MB-

PBAT/XII/ 2009 pada tanggal 1 Desember 2009 yang merupakan

penyempurnaan atau penyesuaian ijin dari Kuasa Pertambangan (KP)

yang masih berlaku disesuaikan menjadi Ijin Usaha Pertambangan

(IUP) hal tersebut adalah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

Surat Edaran Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi

11

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 12: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

No. 1053/30/DJB/2009 tanggal 24 Maret 2009 Perihal Ijin Usaha Jasa

Pertambangan jo Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tanggal 12

Januari 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Dengan

demikian Penggugat telah mendapatkan dan memiliki ijin-ijin yang

sah dalam penguasaan lahan dan untuk melakukan kegiatan

operasional pertambangan di Wilayah Kerja Penggugat ;

4. Bahwa dengan didasari bukti kepemilikan ijin dan bukti pembebasan atas

lahan tersebut di atas, maka terbukti dengan demikian Penggugat memiliki

hak sepenuhnya atas Wilayah Kuasa Pertambangan (WKP) yang

dimilikinya ;

. Bahwa alasan Penggugat menggugat Sertipikat HGU No. 35, dikarenakan

PT. PKU I telah menggunakan Sertipikat HGU No. 35 sebagai dasar dan

alasan dalam melakukan penyerobotan, sebagaimana diketahui oleh

Penggugat pada saat mendapat Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil

Penyidikan (“SP2HP”) dari pihak Kepolisian Resort Kutai Kartanegara

tertanggal 25 Januari 2011 yaitu SP2HP mana akibat dari adanya laporan

Penggugat tertanggal 10 November 2010 atas adanya penyerobotan lahan

yang dilakukan oleh PT. PKU I tersebut ;

6. Bahwa alasan gugatan Penggugat dalam mengajukan gugatan ini adalah

dengan didasari Bukti Kepemilikan Ijin Dan Kepemilikan lahan

Penggugat seperti tersebut diatas, dimana terbukti Tergugat I dan Tergugat

II selaku Pejabat Penyelenggara Tata Usaha Negara (Administrasi Negara)

tidak teliti dan tidak cermat dalam melaksanakan Asas-asas Umum

Pemerintahan yang Baik (AAUPB) yaitu dengan tidak melakukan

pemeriksaan atau peninjauan di lokasi lahan sebelum menerbitkan

Sertipikat HGU No. 35 atas nama PT. PKU I ;

. Bahwa yang dimaksudkan dengan tidak teliti dan tidak cermat menurut

Penggugat adalah Tergugat I dan Tergugat II telah tidak melakukan

pemeriksaan dan penelitian secara seksama terhadap kelengkapan

administasi permohonan yang diajukan oleh PT. PKU I, dimana tanah

milik Penggugat yang merupakan areal lokasi usaha pertambangan yang

telah memiliki Ijin Kuasa Pertambangan yang sah telah masuk didalam

bagian bidang tanah yang diterbitkan Sertipikat Hak Guna Usahanya oleh

Tergugat I melalui SK. BPN No. 75 dan Tergugat II melalui pendaftaran

dan penerbitan Sertipikat HGU No. 35, maka berdasarkan hal tersebut

diatas kepentingan Penggugat dalam perkara ini adalah nyata dan

dibenarkan, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 13: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004 dan

Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009, ada kepentingan Penggugat

untuk mengajukan gugatan aquo ;

V. ALASAN-ALASAN HUKUM KETIDAKTELITIAN DAN KETIDAK-

CERMATAN TERGUGAT I DAN TERGUGAT II ADALAH SEBAGAI

BERIKUT :

a. Tergugat I dan Tergugat II tidak teliti dalam memeriksa data fisik di atas

tanah yang akan diterbitkan Sertipikat HGU tersebut, ketidaktelitian mana

dari Tergugat I dan Tergugat II yaitu dengan tidak meneliti apakah terhadap

Tanah/lokasi yang dimohonkan tersebut Pemohon HGU (PT. PKU I) telah

selesai melaksanakan pembebasan dalam perolehan atas tanah yang

dimohonkan sertifikasi HGU tersebut yang mana pembebasan tersebut

merupakan suatu syarat dalam menerbitkan permohonan SK BPN No. 75

dan Sertipikat HGU No. 35 ;

Bahwa untuk mendapatkan Sertipikat Hak Guna Usaha, maka harus melalui

tahapan-tahapan dimana Tergugat I selaku pihak yang memiliki kewenangan

didalam pemberian HGU terlebih dahulu melakukan pemeriksaan,

penelitian dan pengkajian tentang status tanah yaitu mengenai kebenaran

formal atas data fisik dan data Yuridis dalam rangka pemberian Hak Guna

Usaha. Sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Nasional No. 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksa Tanah

yang kutipannya sebagai berikut :

“ Pasal 14 :

(1) Panitia B mempunyai tugas :

a. Mengadakan pemeriksaan…. ;

b. Mengadakan penelitian dan pengkajian mengenai status

tanah, riwayat tanah dan hubungan hukum antara tanah yang

dimohon dengan pemohon serta kepentingan lainnya ;

c. Mengadakan penelitian…. ;

d. Menentukan sesuai…. ;

e. Melakukan sidang… ;

f. Memberikan pendapat…. ;

(2) Dalam .… ” ;

13

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 14: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(3) Risalah…. ” ;

Dimana sesuai ketentuan tersebut maka pemeriksaan, penelitian dan

pengkajian tentang status tanah adalah merupakan tugas-tugas dari Panitia

Pemeriksa Tanah B. Panitia Pemeriksa Tanah B yang diketuai oleh Kepala

Kantor Wilayah dalam hal ini adalah Tergugat II, dimana Panitia Pemeriksa

Tanah B dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala Kantor Wilayah dengan

Keputusan Kepala Kantor Wilayah, sesuai yang tertera pada Pasal 12 dan

Pasal 13 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

No. 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksa Tanah ;

Bahwa dalam proses pemberian HGU kepada PT. PKU I, Tergugat II

memerintahkan untuk melakukan pengukuran tanah kepada Kepala Bidang

Pengukuran dan Pendaftaran Tanah untuk tanah yang belum memiliki surat

ukur dan kepada Panitia Tanah B untuk melakukan pengecekan tanah ;

Namun faktanya, Panitia Tanah B telah melewatkan / tidak memenuhi

beberapa tugas yang seharusnya dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 12

dan Pasal 13 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia No. 7 Tahun 2007, yaitu antara lain Panitia Tanah B tidak

mengadakan penelitian dan pengkajian status tanah, riwayat tanah dan

hubungan hukum dari tanah yang dimohonkan penerbitan HGU tersebut ;

Seharusnya setelah Panitia Pemeriksa Tanah B selesai melakukan

pemeriksaan atas tanah tersebut lalu Panitia Pemeriksa Tanah B membuat

Risalah dan melaporkan hasil Risalah tersebut kepada Kepala Kantor

Wilayah sesuai yang tercantum pada Pasal 22 Peraturan Menteri Agraria/

Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara

Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan ;

Oleh karena itu, Tergugat II telah tidak teliti dalam memeriksa hasil laporan

Panitia Pemeriksa Tanah B yang mengandung cacat yuridis karena adanya

proses pemeriksaan yang tidak dipenuhi/dijalankan dalam rangka penerbitan

Sertipikat HGU No. 35, karena mengenyampingkan fakta hukum bahwa di

atas tanah tersebut telah terlebih dahulu terdapat Ijin Kuasa Pertambangan

Eksploitasi (KP-Eksploitasi) milik Penggugat yang diberikan oleh

Bupati Kutai Kartanegara dengan Ijin KP No. 540/057/KP-Ep/DPE-IV/

XI/2007 pada tanggal 14 November 2007 yang berlaku sampai dengan 14

November 2012. Kuasa Pertambangan milik Penggugat juga telah

diperbaharui dengan Ijin Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KP-Eksploitasi)

dari Bupati Kutai Kartanegara dengan No. 540/010/KP-Ep/DPE-IV/II/2008

pada tanggal 19 Februari 2008 dengan jangka waktu 20 (dua puluh) tahun ;

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 15: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Sehingga seharusnya Panitia Pemeriksa Tanah B mengetahui bahwa diatas

tanah tersebut telah ada kegiatan dan aktifitas penambangan yang sudah

dilakukan oleh Penggugat sejak tahun 2007. hal ini membuktikan juga para

Tergugat telah tidak terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap

pemeriksaan Risalah Panitia Pemeriksa Tanah B dimana hasil dari risalah

tersebut merupakan suatu kelengkapan utama dalam pengajuan permohonan

sertifikasi HGU ;

Tindakan tersebut jelas-jelas telah melanggar ketentuan Undang-undang

sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, yang kutipannya sebagai berikut :

“Bagian Kedua

Tanah Yang Dapat Diberikan Dengan Hak Guna Usaha

Pasal 4

(1) Tanah yang dapat diberikan… ;

(2) Dalam Hal… ;

(3) Pemberian Hak Guna Usaha atas tanah yang telah dikuasai dengan hak tertentu sesuai ketentuan yang berlaku, pelaksanaan ketentuan Hak Guna Usaha tersebut baru dapat dilaksanakan setelah terselesaikannya pelepasan hak tersebut sesuai dengan tata cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

(4) Dalam hal di atas tanah… ;

(5) Ketentuan lebih lanjut…” ;

b. Bahwa pembebasan lahan tersebut merupakan salah satu syarat juga yang

disampaikan oleh Bupati Kutai Kartanegara sebagaimana yang disyaratkan

di dalam pemberian ijin lokasi untuk PT. PKU I dengan Ijin Lokasi No. 34/

DPN-K/IL-32/VI-2006 tanggal 28 Juni 2006, pada keputusan butir pertama

angka (3) tertulis :

“ Pemegang ijin lokasi dapat mengajukan permohonan hak atas

tanah apabila tanah telah dikuasai melalui ganti rugi/santunan

tanah dan tumbuhan, begitu pula sebaliknya belum dapat

mengajukan hak atas tanah apabila tanah/tanam tumbuh belum

dilepaskan dari pemegang hak awal melalui ganti rugi atau jual

beli maupun cara-cara yang sah sesuai ketentuan ” ;

Bahwa faktanya, pemegang ijin lokasi yang dalam hal ini adalah PT.

PKU I tidak pernah memberikan ganti rugi atau santunan dalam bentuk

apapun kepada penggugat sebagai pihak yang terlebih dahulu menguasai

lahan berdasarkan ijin pertambangan yang dimilikinya, dimana hal tersebut

15

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 16: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

juga melanggar ketentuan pada Pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Negara

Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2 tahun 1999 tentang Ijin

Lokasi ;

Sehingga apabila didalam penerbitan Sertipikat HGU No. 35 tersebut tidak

memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh Undang-undang atau sengaja

dilanggar oleh Tergugat I dan Tergugat II, menyebabkan SK BPN No. 75

dan Sertipikat HGU No. 35 cacat hukum yang mengakibatkan SK BPN No.

75 dan Sertipikat HGU No. 35 tersebut di atas dapat dibatalkan ;

Apalagi didalam Sertipikat HGU No. 35 terdapat kejanggalan yang

membuktikan penerbitan sertipikat tersebut mengandung ketidakwajaran

dalam penerbitannya yaitu dimana terdapat kesamaan antara tanggal

penerbitan sertipikat dengan tanggal penerbitan Surat Ukur yang diterbitkan

oleh kepala bidang pengukuran dan pendaftaran tanah yaitu sama-sama

dikeluarkan pada tanggal 30 Juli 2009. padahal prosedur yang benar dan

wajar penerbitan Surat Ukur terlebih dahulu dilakukan baru setelah itu

dilakukan penerbitan sertipikat sesuai yang tercantum dalam pasal 22

peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 tahun

1999 tentang tata cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah negara dan

hak pengelolaan ;

a Tergugat I dan Tergugat II juga tidak teliti dalam memeriksa dan meneliti

dokumen-dokumen yang diajukan oleh PT. PKU I dalam penyampaian

permohonan HGU, dimana salah satu syaratnya yaitu adanya ijin lokasi,

padahal ijin lokasi yang dimiliki oleh PT. PKU I tidak sesuai dengan

ketentuan hukum yang berlaku ;

Bahwa Tergugat I dan Tergugat II tidak teliti dalam memeriksa dokumen

ijin lokasi yang diajukan oleh PT. PKU I. Hal itu terlihat didalam SK BPN

No. 75 yang dikeluarkan oleh Tergugat I yang kutipannya terdapat dalam

konsiderans Menimbang poin b, antara lain sebagai berikut :

“Bahwa PT. PKU telah memperoleh ijin Lokasi dan perpanjangannya

untuk keperluan perkebunan kelapa sawit atas tanah seluas + 19.500

Ha terletak di Kelurahan Teluk Dalam, Kelurahan Dondang, Desa

Pulau Seribu, Kecamatan Muara Jawa, Desa Tani Bakti, Desa Batuah,

Kecamatan Loa Janan dan Kelurahan Jawa, Kecamatan Sangasanga,

Kabupaten Kutai Kartanegara tanggal 31 Mei 2004 Nomor : 10/DPtn/

UM-10/V-2004 jo. Tanggal 28 Juni 2006 Nomor : 34/DPN-K/IL-32/

VI-2006, ….. dst” ;

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 17: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dimana seharusnya sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah Kutai

Kartanegara No. 32 tahun 2000 Tentang Ijin Lokasi, pemberian ijin lokasi

hanya dapat diberikan kepada Badan Hukum Indonesia yang kutipannya

antara lain sebagai berikut :

BAB II

TANAH YANG DAPAT DITUNJUK DENGAN IJIN LOKASI

Pasal 3

Tanah yang dapat ditunjuk dalam ijin lokasi …. Dst ;

Pasal 4

Ijin Lokasi diberikan kepada :

a. Instansi Pemerintah ;

b. Perusahaan Daerah/Negara ;

c. Badan Hukum Indonesia ;

d. Koperasi ;

e. Perorangan” ;

Bahwa yang dimaksudkan dengan Badan Hukum Indonesia, berdasarkan

ketentuan Pasal 7 ayat (4) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas, adalah sebagai berikut ;

“(4) Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal

diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan

hukum Perseroan” ;

Bahwa berdasarkan fakta tersebut diatas terlihat bahwa Tergugat I dan

Tergugat II tidak meneliti dahulu adanya ketidakwajaran pada Ijin Lokasi

Milik PT. PKU I Nomor : 10/DPTN/UM-10/V-2004 tanggal 31 Mei 2004

dimana pendirian perseroan PT. PKU I baru mendapat status Badan

Hukum pada tanggal 24 Februari 2006 yaitu sesuai dengan Surat

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. C-05410

HT.01.01.TH.2006. tanggal 24 Februari 2006. sehingga Ijin Lokasi yang

dimiliki oleh PT. PKU I dalam permohonannya kepada Tergugat I dan

Tergugat II adalah mengandung cacat hukum sejak awal dan karenanya

harus dibatalkan ;

8. Keputusan Sertipikat HGU Menimbulkan Kerugian Bagi Penggugat

Karena Penggugat Telah Memiliki Ijin-Ijin Kuasa Pertambangan Yang

Menjadi Dasar Penguasaan Penggugat Dalam Usaha Pertambangan ;

a. Bahwa selain memiliki ijin pertambangan dan terikat pada perjanjian

kerjasama dengan pihak ketiga lainnya, Penggugat juga telah

mengeluarkan investasi yang besar baik berupa modal, tenaga ahli

17

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 18: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

serta tenaga kerja dan peralatan-peralatan pertambangan pada wilayah

yang dikuasai oleh Penggugat berdasarkan ijin pertambangan ;

b. Bahwa sebelum Penggugat mendapat ijin pertambangan, Penggugat

telah memenuhi kewajiban hukumnya dengan memberikan ganti

kerugian kepada para pemilik lahan sebelumnya. Sebagai pemenuhan

suatu syarat dalam memperoleh Ijin Kuasa Pertambangan yang diatur

dalam ketentuan sebagai berikut :

- Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang No.: 11 Tahun 1967 Tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, yang kutipannya

sebagai berikut :

“Apabila telah ada hak atas tanah atas sebidang tanah yang

bersangkutan dengan wilayah kuasa pertambangan, maka kepada

yang berhak diberi ganti rugi yang jumlahnya ditentukan bersama

antara pemegang kuasa pertambangan yang mempunyai hak atas

tanah tersebut atas dasar musyawarah dan mufakat, untuk

penggantian sekali atau selama hal itu dapat dipergunakan” ;

- Pasal 21 huruf (ii) Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1

Tahun 1976 Tentang Sinkronisasi Pelaksanaan Tugas Bidang

Keagrariaan Dengan Bidang Kehutanan, Pertambangan,

Transmigrasi Dan Pekerjaan Umum, yang kutipannya sebagai

berikut :

“ Demikian pula apabila didalam areal kuasa Pertambangan

Daerah atau areal Ijin Pertambangan daerah tingkat eksploitasi

terdapat tanah yang dikuasai oleh penduduk atau masyarakat

Hukum Adat dengan sesuatu hak yang sah, maka pemegang Kuasa

Pertambangan atau Ijin Pertambangan Daerah harus membebaskan

hak itu terlebih dulu, sesuai dengan yang dimaksud dalam ad.ii

angka 20 “ ;

9. Keputusan Penerbitan SK BPN No. 75 Oleh Tergugat I Dan Sertipikat

Hgu No. 35 Oleh Tergugat II Bertentangan Dengan Asas Prioritas Yang

Disyaratkan Oleh Ketentuan-Ketentuan Sebagai Berikut :

a. Pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak

Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah, yang

kutipannya berbunyi sebagai berikut :

“(3) Pemberian Hak Guna Usaha atas tanah yang telah dikuasai

dengan Hak tertentu sesuai ketentuan yang berlaku, pelaksanaan

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 19: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ketentuan Hak Guna Usaha tersebut baru dapat dilaksanakan

setelah terselesaikannya pelepasan hak tersebut sesuai dengan tata

cara yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku” ;

Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka terbukti Tergugat

I telah tidak cermat dan tidak teliti dalam memeriksa dan meneliti

apakah permohonan HGU telah memenuhi semua persyaratan sesuai

dengan ketentuan hukum yang diatur diatas. Sebab, faktanya

penerbitan SK BPN No. 75 tidak didasarkan pada bukti-bukti dan

fakta hukum yang sebenarnya, dimana penerbitan Sertipikat HGU No.

35 tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas karena di atas tanah

tersebut telah menjadi wilayah kuasa pertambangan milik Penggugat

berdasarkan Ijin Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KP-Eksploitasi)

dari Bupati Kutai Kartanegara dengan No. 540/010/KP-Ep/DPE-IV/

II/2008 pada tanggal 19 Februari 2008 dengan jangka waktu 20 (dua

puluh) tahun. Sehingga sesuai ketentuan tersebut di atas, maka

Tergugat I tidak dapat menerbitkan Sertipikat HGU No. 35, karena

pemohon HGU dalam hal ini PKU I tidak pernah melakukan

pelepasan hak atas tanah di areal wilayah kuasa pertambangan milik

Penggugat ;

b. Pasal 3 Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor :

1453.K/29/MEM/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan

Tugas Pemerintahan Di Bidang Pertambangan Umum Dalam Hal

Adanya Tumpang Tindih Antara Kegiatan Usaha Pertambangan

Dengan Kegiatan Usaha Lain (i.c. Usaha Perkebunan), Yang

Kutipannya Berbunyi Sebagai Berikut :

“ Dalam hal terjadi tumpah tindih antara kegiatan usaha

pertambangan dengan kegiatan usaha selain usaha pertambangan

umum maka prioritas peruntukan lahan ditentukan oleh Gubernur/

Bupati/Walikota sesuai lingkup kewenangan masing-masing” ;

Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, jelas diatur bahwa

kegiatan usaha pertambangan lebih di dahulukan (memiliki prioritas)

dibandingkan dengan kegiatan usaha lainnya dalam hal terdapat

tumpang tindih di atas lahan tersebut ;

c. Pasal 11 huruf (ii) Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun

1976 tentang Sinkronisasi Pelaksanaan Tugas Bidang Keagrarian

19

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 20: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dengan Bidang Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi dan

Pekerjaan Umum, yang kutipannya berbunyi sebagai berikut :

“ Bila pertindihan penetapan/penggunaan tanah tidak dapat dicegah,

maka Hak Prioritas Pertambangan harus diutamakan sesuai dengan

ketentuan Undang-Undang Nomor : 11 Tahun 1967 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan” ;

Bahwa berdasarkan ketentuan di atas, maka jelas diatur bahwa

kegiatan usaha pertambangan lebih di dahulukan (memiliki prioritas)

dibandingkan dengan kegiatan usaha lainnya dalam hal terdapat

tumpang tindih di atas lahan tersebut ;

d. Juga Bertentangan Dengan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara

Nomor : 34/DPN-K/II-32/VI-2006 Tanggal 28 Juni 2006 Pada Bagian

“MEMUTUSKAN” Diktum Pertama Butir (5) yang mensyaratkan

secara tegas, yang kutipannya sebagai berikut :

“ Apabila di dalam areal yang diberikan ijin terdapat Kuasa

Pertambangan yang dikelola badan hukum, maka pihak perusahaan

harus terlebih dahulu berkoordinasi dengan pemegang Kuasa

Pertambangan dan diprioritaskan untuk terlebih dahulu dilakukan

penambangannya ” ;

e Pasal 27 ayat (5) Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 Tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, yang kutipannya berbunyi

sebagai berikut :

“(5) Apabila telah diberikan kuasa pertambangan pada sebidang tanah

yang diatasnya tidak terdapat hak tanah, maka sebidang tanah

tersebut atau bagian-bagiannya tidak dapat diberi hak tanah

kecuali dengan persetujuan Menteri” ;

Bahwa berdasarkan ketentuan diatas, maka jelas diatur bahwa sebelum

menerbitkan Sertipikat HGU Tergugat I harus memeriksa dengan teliti

apakah diatas tanah tersebut terdapat Kuasa Pertambangan, apabila

terdapat Kuasa Pertambangan, maka terhadap lahan Kuasa

Pertambangan tersebut tidak dapat diberi hak atas tanah kecuali

dengan persetujuan dari Menteri (Energi Sumber Daya Mineral).

Sehingga dengan demikian penerbitan Sertipikat HGU No. 35 atas

tanah yang telah diberikan Kuasa Pertambangan jelas melanggar

ketentuan tersebut diatas, karena dalam SK BPN No. 75 sama sekali

tidak menyebutkan adanya persetujuan dari Menteri terkait ;

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 21: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Sehingga berdasarkan ketentuan tersebut, jelas terlihat yang dilanggar

oleh Tergugat I dalam menerbitkan SK BPN No. 75 dan Tergugat II

dalam menerbitkan Sertipikat HGU No. 35, seharusnya terlebih dahulu

dengan Penggugat selaku pemegang ijin-ijin Kuasa Pertambangan

yang telah terlebih dahulu mempunyai hak atas peruntukan lahan

tersebut sehingga dengan tidak terpenuhinya syarat formal yang

diwajibkan sesuai ketentuan diatas mengakibatkan produk yang

dikeluarkan oleh Tergugat I dan Tergugat II selaku Pejabat Tata Usaha

Negara menjadi cacat hukum dan dapat dibatalkan ;

10. Bahwa Penerbitan Obyek Sengketa Oleh Tergugat I Dan Tergugat II

Bertentangan Dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik,

Khususnya Sebagai Berikut :

a. Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam Negara Hukum yang

mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan,

keadilan dalam setiap penyelenggaraan Negara. Berdasarkan Asas ini

sangat jelas Tergugat I dan Tergugat II melakukan pelanggaran Asas

Kepastian Hukum, dimana sudah ada ijin pertambangan Penggugat,

tetapi Tergugat I dan Tergugat II menerbitkan SK BPN No. 75 dan

Sertipikat HGU No. 35 untuk PT. PKU I sehingga menimbulkan

ketidak pastian hukum dan ketidak pastian usaha untuk Penggugat ;

b. Asas Tertib Penyelenggara Negara adalah asas yang menjadi landasan

keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian

penyelenggaraan Negara. Berdasarkan asas ini terlihat ketidak-tertiban

Tergugat I dan Tergugat II dalam menjalankan kewenangannya dengan

sewenang-wenang tanpa memikirkan akibat hukum yang timbul telah

mengeluarkan SK BPN No. 75 dan Sertipikat HGU No. 35 kepada

pihak lain atas area pertambangan yang ijinnya sudah dimiliki dan

dikelola terlebih dahulu oleh Penggugat ;

c. Asas Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak

masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak

diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap

memperhatikan perlindungan atas Hak Asasi pribadi, golongan dan

rahasia Negara. Berdasarkan asas ini Tergugat II telah melakukan

tindakan diskriminatif dimana dalam penerbitan Sertipikat HGU No.

35 ini Tergugat II tidak terbuka dan melakukan penelitan dan

peninjauan fisik di lapangan secara menyeluruh dan lengkap, padahal

sebagai Penyelenggara Pemerintahan Tergugat II sudah tahu bahwa

21

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 22: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tindakannya menimbulkan perselisihan Hukum dan kerugian kepada

Penggugat ;

d. Asas Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan

antara hak dan kewajiban penyelenggara Negara. Bahwa dengan

keputusan Tergugat I dan Tergugat II menerbitkan SK BPN No. 75

dan Sertipikat HGU No. 35 bagi PT.PKU I secara sepihak sangat

terlihat Tergugat I dan Tergugat II hanya mengutamakan haknya

saja sebagai Pejabat Tata Usaha Negara tanpa mau menelaah

kewajibannya untuk melindungi hak Penggugat ;

e. Asas Profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang

berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku. Berdasarkan asas ini jelas terlihat tidak profesionalnya

Tergugat II dan tidak memiliki kode etik sebagai seorang administrasi

Negara hingga menerbitkan Sertipikat HGU No. 35 di atas lahan usaha

Penggugat tanpa memenuhi ketentuan dan persyaratan yang

ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

f. Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap

kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan menyelenggarakan Negara harus

dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai

pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai ketentuan perundang-

undangan yang berlaku. Namun, kebijakan TERGUGAT II dengan

mengeluarkan Sertipikat HGU No. 35 bagi pihak lain di atas lahan

yang dikuasai oleh Penggugat justru menimbulkan ketidakpastian

hukum dan tidak dapat dipertanggung jawabkan secara hukum

terhadap Penggugat maupun pihak lain dalam hal ini PT. PKU

I ;

g. ASAS BERTINDAK CERMAT adalah asas yang menghendaki agar

penyelenggara Negara untuk selalu bertindak dengan teliti dan hati-

hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat.

Berdasarkan asas ini terlihat sangat jelas ketidakcermatan yang

dilakukan oleh Tergugat I dan Tergugat II selaku penyelengara Negara

dalam menerbitkan SK BPN No. 75 dan Sertipikat HGU No. 35

karena tidak dengan teliti atau tidak cermat memeriksa :

1. Status lahan yang dimohonkan Hak Guna Usaha ;

2. Ijin Lokasi dalam syarat permohonan pengajuan HGU ;

c. ASAS KELAYAKAN ATAU ASAS KEWAJARAN adalah asas yang

melarang penyelenggara negara berlaku sewenang-wenang atau

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 23: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berlaku tidak layak. Bahwa dalam asas ini juga sangat terlihat dengan

jelas bahwa adanya ketidakwajaran dalam penerbitan Sertipikat HGU

No. 35 yang diterbitkan oleh Tergugat II yaitu karena dalam sertipikat

tersebut terdapat adanya kesamaan antara tanggal penerbitan Sertipikat

dengan tanggal penerbitan Surat Ukur dalam sertipikat tersebut yang

merupakan suatu ketidakwajaran ;

11. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa penerbitan kedua

obyek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat I berupa Surat Keputusan

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 75/HGU/

BPN RI/2009 tentang Pemberian Hak Guna Usaha Atas Nama PT.

Perkebunan Kaltim Utama I atas Tanah di Kabupaten Kutai Kartanegara,

Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang luas bidang tanah dalam peta

bidang tanah tanggal 27 Januari 2009 No. 04-16.03-2009, NIB.

16.03.00.00.00205 seluas 2.460,13 Ha, dan TERGUGAT II berupa

Sertipikat HGU No. 35 tanggal 30 Juli 2009, Kelurahan Jawa, Kecamatan

Sanga-sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara atas tanah seluas 2.460,13 ha

atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I berdasarkan surat ukur No.

1052/HGU/2009, tanggal 30 Juli 2009, adalah bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku serta melanggar asas-asas

umum pemerintahan yang baik, sehingga berdasarkan ketentuan pasal 53

ayat (2) huruf ‘a’dan ‘b’Undang-Undang No. 9 tahun 2004 tentang

perubahan atas Undang–Undang No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara, maka kedua obyek sengketa aquo haruslah dinyatakan

batal atau tidak sah ;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta agar memberikan putusan sebagai berikut :

Dalam Pokok Perkara :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan batal atau tidak sah Objek Sengketa berupa :

a. Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia Nomor : 75/HGU/BPN RI/2009 tentang Pemberian Hak

Guna Usaha Atas Nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I atas Tanah di

Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang

luas bidang tanah dalam peta bidang tanah tanggal 27 Januari 2009

No. 04-16.03-2009, NIB. 16.03.00.00. 00205 seluas 2.460,13 Ha yang

ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Juni 2009 (“SK BPN No. 75”) ;

23

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 24: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b. Sertipikat Hak Guna Usaha (HGU) No. 35, tanggal 30 Juli 2009,

Kelurahan Jawa, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai

Kertanegara, atas tanah seluas 2.460,13 Ha yang tertulis atas nama PT.

Perkebunan Kaltim Utama I, berdasarkan Surat Ukur Nomor : 1052/

HGU/2009, tanggal 30 Juli 2009, (“Sertipikat HGU No. 35”), oleh

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai Kartanegara ;

3. Mewajibkan kepada :

a. TERGUGAT I untuk mencabut Surat Keputusan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 75/HGU/BPN

RI/2009 tentang Pemberian Hak Guna Usaha Atas Nama PT.

Perkebunan Kaltim Utama I atas Tanah di Kabupaten Kutai

Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang luas bidang

tanah dalam peta bidang tanah tanggal 27 Januari 2009 No.

04-16.03-2009, NIB. 16.03.00.00.00205 seluas 2.460,13 Ha yang

ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Juni 2009 (“SK BPN No. 75”) ;

b. TERGUGAT II untuk mencabut Sertipikat Hak Guna Usaha (HGU)

No. 35, tanggal 30 Juli 2009, Kelurahan Jawa, Kecamatan Sanga-

Sanga, Kabupaten Kutai Kertanegara, atas tanah seluas 2.460,13 Ha

yang tertulis atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I, berdasarkan

Surat Ukur Nomor : 1052/HGU/2009, tanggal 30 Juli 2009,

(“Sertipikat HGU No. 35”), oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Kutai Kartanegara ;

4. Menghukum TERGUGAT I dan TERGUGAT II untuk membayar biaya

perkara yang timbul dalam perkara ini secara tanggung renteng ;

Atau ;

• Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon keadilan yang seadil-

adilnya (ex aequo et Bono) ;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I, II dan Tergugat II

Intervensi telah mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai

berikut :

Eksepsi Tergugat I :

A. Eksepsi tentang Kompetensi Absolut.

1. Bahwa Penggugat ic. PT. Adimitra Baratama Nusantara dalam posita

gugatannya mendalilkan bahwa dalam melakukan usaha pertambangan

tersebut berdasarkan :

a. Bahwa Penggugat telah memperoleh Ijin Lokasi berdasarkan Surat

Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tanggal 29 November 2007

24

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 25: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Nomor 79/DPN.K/lL-79/XI-2007 tentang pemberian Ijin Lokasi

untuk Keperluan Pertambangan Batubara, Jalan Angkut, Pelabuhan

dan Fasilitas Penunjang Lainnya di Kelurahan Jawa dan Pendingin

Kecamatan Sanga-Sanga kepada PT. Adimitra Baratama

Nusantara. Dan berdasarkan Ijin Lokasi tersebut Penggugat telah

melakukan pembebasan tanah sampai dengan tahun 2011 ;

b. Bahwa Tergugat II Intervensi ic. PT. Perkebunan Kaltim Utama I

juga telah memperoleh Ijin Lokasi berdasarkan Surat Keputusan

Bupati Kutai Kartanegara tanggal 31 Mei 2004 Nomor 10/Dptn/

UM-10/V-2004 jo. tanggal 30 Mei 2005 Nomor 06/Dptn/UM-06/

V-2005 jo. tanggal 28 Juni 2006 Nomor 146/306/TD/XII/2008

mengenai pemberian Ijin Lokasi untuk keperluan Inti dan Plasma

Perkebunan Kelapa Sawit kepada PT. Perkebunan Kaltim Utama

I ;

c. Bahwa berdasarkan Ijin Lokasi tersebut, masing-masing pihak

baik PT. Adimitra Baratama Nusantara maupun PT.

Perkebunan Kaltim Utama I mengakui telah membebaskan tanah

sengketa dimaksud ;

d. Bahwa dengan demikian dapat disimpulkan terhadap 1 (satu)

bidang tanah ic. tanah sengketa diklaim oleh 2 (dua) pihak yaitu

PT. Adimitra Baratama Nusantara ic. Penggugat dan PT.

Perkebunan Kaltim Utama I ic. Tergugat II Intervensi yang

masing-masing mengakui telah membebaskan tanah sengketa a-

quo, sehingga untuk menguji siapa yang berhak atas tanah

sengketa a-quo adalah merupakan wewenang Peradilan Umum,

sehingga sangat beralasan dan berdasarkan hukum apabila

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta menyatakan dirinya tidak

berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara a-quo ;

B. Eksepsi tentang Diskualifikator.

1. Bahwa berkaitan dengan masalah pemilikan sebagaimana diuraikan

dalam Eksepsi tentang Kompetensi Absolut maka belum dapat

dipastikan pihak PT. Adimitra Baratama Nusantara yang berhak atas

tanah tersebut sesuai alat-alat bukti yang dimilikinya ;

. Bahwa oleh karena belum ada kepastian bahwa pihak PT.

Adimitra Baratama Nusantara sebagai pihak yang berhak atas tanah

sengketa a-quo maka tidak ada hubungan hukum maupun kepentingan

antara Penggugat dengan tanah a-quo. Dengan demikian Penggugat

25

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 26: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

belum memiliki kapasitas dan kualitas untuk mengajukan gugatan a-

quo dan karenanya sehingga sangat beralasan apabila gugatan

Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima ;

C. Eksepsi tentang Obscur Libel.

1. Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia tanggal 4 Juni 2009 Nomor 75/HGU/

BPN RI/2009 luas areal tanah yang diberikan kepada PT. Perkebunan

Kaltim Utama I adalah seluas 8.633.89 Ha sesuai dengan Peta Bidang

Tanah tanggal 27 Januari 2009 Nomor 04-16.03-2009, sedangkan

tanah yang diklaim sebagai area pertambangan milik Penggugat

adalah seluas + 2.460,73 Ha berdasarkan Sertipikat Hak Guna Usaha

Nomor 35 sedangkan pemberian Ijin Lokasi oleh Bupati Kutai

Kartanegara tanggal 29 November 2007 Nomor 79/DPN.K/IL-79/

XI-2007 kepada PT. Adimitra Baratama Nusantara adalah seluas +

2.643,99 Ha. Dengan demikian terdapat perbedaan antara luas tanah

yang diklaim oleh Penggugat dengan luas tanah yang terdapat dalam

Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tanggal 29 November 2007

Nomor 79/DPN.K/IL-79/XI-2007 ;

2. Bahwa letak tepat tanah obyek perkara seluas + 2.643,99 Ha yang

diklaim sebagai area pertambangan milik Penggugat, tidak diuraikan

secara jelas pada bagian mana dari tanah yang disebutkan dalam Surat

Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

tanggal 4 Juni 2009 Nomor 75/HGU/BPN RI/2009. Oleh karena

Penggugat tidak menguraikan letak tepat dan tanda batasnya maka

tidak diketahui secara pasti bahwa tanah Penggugat tersebut berada

dalam areal Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia tanggal 4 Juni 2009 Nomor 75/HGU/BPN

RI/200g, sehingga dengan demikian gugatan Penggugat tersebut kabur

atau tidak jelas ;

D. Eksepsi tentang Kurang pihak.

1. Panitia Pemeriksaan Tanah B (Panitia B).

a. Bahwa dasar diterbitkannya Surat Keputusan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik tanggal 4 Juni 2009 Nomor : 75/

HGU/BPN RI/2009 tentang Pemberian Hak Guna Usaha atas nama

PT. Perkebunan Kaltim Utama I atas tanah di Kabupaten Kutai

Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, karena adanya

permohonan dan usulan dari Kepala Kantor Wilayah Badan

26

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 27: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur dengan suratnya

tanggal 15 Desember 2008 Nomor 540.2/151/BPN-44/2008 ;

b. Bahwa permohonan dan usulan Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur merupakan tindak

lanjut permohonan Hak Guna Usaha dari PT. Perkebunan Kaltim

Utama I serta rekomendasi dari Panitia Pemeriksaan Tanah B,

bahwa permohonan Hak Guna Usaha yang diajukan oleh PT.

Perkebunan Kaltim Utama I telah memenuhi syarat dan karenanya

dapat dipertimbangkan untuk dikabulkan ;

c. Bahwa Panitia Pemeriksaan Tanah B terdiri dari instansi teknis

baik instansi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur maupun

Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara ;

d. Bahwa Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B merupakan unsur

penting dari Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia tanggal tanggal 4 Juni 2009 Nomor 75/HGU/

BPN RI/2009, sehingga untuk obyektifitas pemeriksaan perkara a-

quo sangat berdasar dan beralasan menarik unsur Panitia

Pemeriksaan Tanah B tersebut atau setidak - tidaknya Kepala

Kantor Badan Pertanahan Nasional Provinsi Kalimantan Timur

sebagai pihak dalam perkara a-quo ;

e. Bahwa dengan tidak ditariknya unsur Panitia Pemeriksaan Tanah

B atau setidak-tidaknya Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional

Provinsi Kalimantan Timur sebagai pihak dalam perkara a-quo,

menyebabkan gugatan Penggugat tersebut mengandung cacat

formal karena kurang lengkapnya para pihak yang digugat

(Plurium Litis Consorsium). sehingga sangat berdasarkan hukum

apabila gugatan Penggugat Tersebut dinyatakan tidak dapat

diterima ;

2. Bupati Kutai Kartanegara.

a. Bahwa Bupati Kutai Kartanegara telah menerbitkan beberapa Ijin

terkait dengan kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh

Penggugat, yaitu :

a) Surat Keterangan Ijin Peninjauan (SKIP) tanggal 27 Oktober

2005 Nomor 540/140/SKIP/DPE-IV/2005 ;

27

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 28: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b) Ijin Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum (KP PU)

tanggal 15 Desember 2005 Nomor 540/102/KP-PU/DPE-IV/

XII/2005 ;

c) Ijin Kuasa Pertambangan Eksplorasi (KP-Eksplorasi) tanggal

26 Juni 2006 Nomor 540/KP-Er/DPE-IV/VI/2006 ;

d) Ijin Kuasa Pertambangan Eksploitasi (KP-Eksploitasi) tanggal

19 Pebruari 2008 Nomor 540/010/KP-Ep/DpE-V/ XII/2007 ;

e) Ijin Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan tanggal

14 Desember 2007 Nomor 540/37/KP-AJ/DPE-V/XII/2007 ;

f) Ijin Kelayakan Lingkungan (AMDAL) tanggat 12 November

2007 Nomor: KAKK/269/AMDAL/Tambang Batubara/2007 ;

g) Pemberian Ijin Lokasi tanggal 29 November 2007 Nomor 79/

DPN.K/IL-79/XI-2007 ;

h) Persetujuan Ijin Usaha Pertambangan Operasi Induk (IUP-OP)

tanggal 1 Desember 2009 Nomor 540/1691/IUP-OP/MB-

PBAT/XII/2009 ;

i) Bahwa dengan tidak ditariknya Bupati Kutai Kartanegara

sebagai pihak dalam perkara a-quo, menyebabkan gugatan

Penggugat tersebut mengandung cacat formal karena kurang

lengkapnya para pihak yang digugat (Plurium Litis

Consortium) ;

b. Bahwa terkait dengan tanah sengketa a-quo, Bupati Kutai

Kartanegara sesuai dengan kewenangannya juga telah

mengeluarkan ijin (rekomendasi) kepada PT. Perkebunan Kaltim

Utama I ic. Tergugat II Intervensi yaitu :

a) Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tanggal 31 Mei

2004 Nomor 10/DPtn/UM-10/V-2004 tentang Pemberian Ijin

Lokasi untuk Keperluan Inti dan Plasma Perkebunan Kelapa

Sawit kepada PT. Perkebunan Kaltim Utama I ;

b) Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tanggal 30 Mei

2005 Nomor 06/DPtn/UM-06/V-2005 tentang Pemberian

Perpanjangan Ijin Lokasi untuk Keperluan Inti dan Plasma

Perkebunan Kelapa Sawit kepada PT. Perkebunan Kaltim

Utama I ;

28

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 29: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

c) Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara tanggal 28 Juni

2006 Nomor 34/DPN-K/IL-32/VI-2006 tentang Pemberian

Perpanjangan Ijin Lokasi untuk Keperluan Inti dan Plasma

Perkebunan Kelapa Sawit kepada PT. Perkebunan Kaltim

Utama I ;

c. Bahwa dengan demikian sangat berdasar dan beralasan apabila

Bupati Kutai Kartanegara untuk ditarik sebagai pihak dalam

perkara a-quo ;

Eksepsi Tergugat II :

Bahwa yang menjadi obyek sengketa dalam perkara sengketa Tata Usaha Negara ini

berupa :

1. Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.75HGU/BPN RI/2009,

tanggal 4 Juni 2009 Tentang Pemberian Hak Guna Usaha Atas Nama PT.

Perkebunan Kaltim Utama I, atas tanah di Kabupaten Kutai Kartanegara,

Propinsi Kalimantan Timur, sepanjang luas bidang tanah dalam Peta Bidang

Tanah tanggal 27 Januari 2009 Nomor : 04.16.03-009 NIB. 16.03.00.00.00205

seluas 2.460, 13 Hektar (Ha) yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Juni

2009 ;

2. Sertipikat Hak Guna Usaha No. 35 tanggal 30 Juli 2009 Kelurahan Jawa

Kecamatan Sanga-Sanga Kebupaten Kutai Kartanegara atas tanah seluas

2.460,13 Ha yang tertulis atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I (PT.

PKU I) berdasarkan Surat Ukur Nomor : 1052/HGU/2009 tanggal 30 Juli 2009

(sertipikat HGU No. 35) yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten Kutai Kartanegara ;

Gugatan Penggugat Kurang Pihak.

- Bahwa gugatan Penggugat kurang pihak, karena permasalahan gugatan ini

bermula pada diterbitkannya Ijin Lokasi oleh Bupati Kutai Kartanegara pada

tanggal 29 Nopember 2007 Tentang Pemberian Ijin Lokasi......... dst Kepada PT.

Adimitra Baratama Nusantara dan diterbitkannya Ijin Lokasi oleh Bupati Kutai

Kartanegara Nomor : 10 DPtn/UM-10/V-2004 tanggal 31 Mei 2004 Jo. Nomor :

34/DPN-K/IL-32/VI-2006 tanggal 28 Juni 2006 Tentang Perpanjangan

Pemberian Ijin Lokasi ...... dst kepada PT. Perkebunan Kaltim Utama I pada

lokasi yang sama. Dengan demikian seharusnya Penggugat terlebih dahulu

menggugat Keputusan Pejabat Tala Usaha Negara berupa Penetapan/Keputusan

29

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 30: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Bupati tersebut di atas, atau setidak-tidaknya menarik sebagai pihak Tergugat

Bupati Kutai Kartanegara karena dasar dari penerbitan Keputusan Tergugat I

maupun Tergugat II salah satunya adalah Keputusan Bupati Kutai Kartanegara

Nomor : 34/DPN-K/IL-32/VI-2006 tanggal 28 Juni 2006 Tentang Perpanjangan

Pemberian Ijin Lokasi ....... dst kepada PT. Perkebunan Kaltim Utama I ;

Eksepsi Tergugat II Intervensi :

EKSEPSI KOMPETENSI ABSOLUT :

Gugatan Penggugat Menyalahi Kewenangan Mengadili Kompetensi Absolut.

1. Bahwa Penggugat dalam gugatannya pada intinya mendalilkan bahwa

kepentingan Penggugat selaku pemegang izin pertambangan dan pemegang

hak-hak yang sah -quod non- atas wilayah penambangan batubara merasa

dirugikan dengan adanya keputusan Tergugat I dan Tergugat ll yang

memberikan Hak Guna Usaha kepada Tergugat II Intervensi yang tumpang

tindih dengan lahan pertambangan tersebut ;

. Bahwa untuk menyelesaikan masalah tumpang tindih lahan tersebut, sebenarnya

antara Penggugat (yang diwakili oleh PT. Toba Sejahtera selaku pemegang

saham mayoritas) dengan Tergugat ll Intervensi telah dibuat dan ditandatangani

Perjanjian Tumpang Tindih Lahan pada tanggal 5 Desember 2010 (selanjutnya

disebut “PERJANJIAN TUMPANG TINDIH LAHAN”) ;

3. Bahwa salah satu ketentuan dalam PERJANJIAN TUMPANG TINDIH

LAHAN tersebut, yaitu Pasal 9 Ayat 1 dan 2 secara jelas dan nyata disebutkan :

‘. Dalam hal terjadi perselisihan atas pelaksanaan PERJANJIAN ini,

perselisihan tersebut akan diselesaikan dengan cara musyawarah mufakat

dalam jangka waktu 30 (tiga putuh) hari ;

2. Dalam hal tidak tercapainya mufakat maka untuk penyelesaian lebih

lanjut, maka semua perselisihan antara Para Pihak dalam PERJANJIAN

ini akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atau

melalui Badan Arbitrase Nasional lndonesia (BANI)’;

Dengan kata lain, sesuai Pasal 9 Perjanjian Tumpang Tindih Lahan tersebut, jika

terjadi perselisihan antara Penggugat dengan Tergugat ll lntervensi, maka

Pengadilan Jakarta Selatan atau Badan Arbitrase Nasional lndonesia (BANI) lah

yang berwenang memeriksa, mengadili dan memutus perselisihan / perkara

tersebut ;

4. Bahwa selain itu, oleh karena dalil-dalil gugatan Penggugat sebagian besar

menyangkut mengenai 'kepemilikan' atas lahan yang sama (lahan tumpang

30

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 31: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

tindih) yang notabene termasuk dalam lingkup keperdataan dan merupakan

kewenangan absolut Peradilan Perdata (Pengadilan Negeri) untuk memeriksa

dan memutusnya, sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang

untuk memeriksa dan mengadili perkara gugatan ini ;

5. Bahwa dengan demikian, berdasarkan uraian pada butir 3 dan 4 tersebut di atas,

Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak berwenang untuk memeriksa,

mengadili dan memutus perkara gugatan ini ;

6. Bahwa oleh karena Tergugat ll Intervensi mengajukan Eksepsi Kompetensi

Absolut, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 77 Ayat 1 Undang-Undang No. 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata usaha Negara Jo Undang-Undang No. 9

Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Peradilan Tata Usaha

Negara Jo. Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, yang berbunyi :

‘Eksepsi tentang Kewenangan Absolut Pengadilan dapat diajukan setiap

waktu selama pemeriksaan, dan meskipun tidak ada Eksepsi tentang

Kewenangan Absolut Pengadilan apabila Hakim mengetahui hal itu, ia

karena jabatannya wajib menyatakan bahwa Pengadilan tidak berwenang

mengadili sengketa yang bersangkutan' ;

Lebih lanjut lagi sesuai dengan ketentuan Pasal 77 Ayat 3 Undang-Undang No.

5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Jo. Undang-Undang No. 9

Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Peradilan Tata Usaha

Negara Jo. Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas

Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, dinyatakan :

‘Eksepsi lain yang tidak mengenai kewenangan Pengadilan hanya dapat

diputus bersama dengan pokok sengketa’;

1 Dengan demikian, Eksepsi Kompetensi Absolut yang diajukan Tergugat II

Intervensi ini harus diputus (Putusan Sela) oleh Majelis Hakim yang

memeriksa perkara ini terlebih dahulu sebelum memeriksa dan mengadili

pokok perkaranya ;

Gugatan Penggugat Kurang Pihak.

1. Bahwa gugatan Penggugat kurang pihak karena masih ada pihak yang harus

ikut dijadikan / ditarik sebagai Tergugat, yaitu Bupati Kutai Kartanegara,

sehingga sengketa yang dipersoalkan dapat diselesaikan secara tuntas dan

menyeluruh ;

31

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 32: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. Bahwa sebagaimana didalilkan oleh Penggugat pada halaman 2 gugatannya,

yang menjadi objek sengketa dalam perkara ini adalah :

- Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik lndonesia

(Tergugat l) No. 75/HGU/BPN RI/2009 tentang Pemberian Hak Guna Usaha

atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I (Tergugat ll Intervensi) atas

tanah di Kabupaten Kutai, Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur,

sepanjang luas bidang tanah dalam peta bidang tanah tanggal 27 Januari

2009 No. 04-16.03-2009, NIB. 04-16.8.03.00.00.00205 seluas

2.460,13 Ha yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Juni 2009 (untuk

setanjutnya disebut 'SK BPN No. 75') ;

- Sertipikat Hak Guna Usaha No. 35 tanggal 30 Juli 2009, Kelurahan Jawa,

Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara atas tanah seluas

2.464,13 Ha yang tertulis atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I

(Tergugat ll Intervensi) berdasarkan Surat Ukur No. 1052/HGU/2009

tanggal 30 Juli 2009, oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai

Kartanegara (Tergugat ll) (untuk selanjutnya disebut 'SHGU No. 35') ;

yang diterbitkan dengan salah satu dasarnya adalah ljin Lokasi dan

Perpanjangannya untuk keperluan Perkebunan Kelapa Sawit yang diberikan

oleh Bupati Kutai Kartanegara sesuai dengan Keputusan Bupati Kutai

Kartanegara Nomor : 10/DPtn/UM-10/V/2004 tanggal 31 Mei 2004 tentang

Pemberian ljin Lokasi Untuk Keperluan lnti dan Plasma kepada PT.

Perkebunan Kaltim Utama I Jo Nomor : 34/DPN-K/IL-32/VI/2006 tanggal 28

Juni 2006 tentang Pemberian Perpanjangan Lokasi Untuk Kepertuan lnti dan

Plasma Perkebunan Kelapa Sawit kepada PT. Perkebunan Kaltim Utama l ;

Selain itu, Penggugat dalam gugatannya halaman 4 sampai dengan halaman 8

mendalilkan bahwa pemberian tanah SHGU No. 35 atas nama Tergugat ll

Intervensi tersebut berada di atas dan tumpang tindih dengan tanah yang

dikuasai oleh Penggugat berdasarkan ljin Lokasi Nomor : 79/DPN.K/lL-79/

XI-2007 tanggal 29 Nopember 2007 yang juga diberikan oleh Bupati Kutai

Kartanegara untuk tanah seluas + 2.643,99 Ha ;

3 Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, oleh karena Bupati Kutai Kartanegara

tidak ikut digugat, maka gugatan Penggugat mengandung cacat hukum

(plurium litis consortium), oleh karenanya gugatan tersebut haruslah

dinyatakan tidak dapat diterima (Nief Onvankelijke Verklard) ;

Penggugat Tidak Mempunyai Kapasitas Untuk Mengajukan Gugatan. –

32

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 33: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. Bahwa yang menjadi alasan Penggugat dalam gugatannya pada intinya adalah

Penggugat (yang merasa) sebagai pemilik tanah berdasarkan Kuasa

Pertambangan dan ljin Lokasi Pertambangan merasa kepentingannya dirugikan

dengan diterbitkannya SK BPN Rl No. 75 oleh Tergugat I dan SHGU No. 35

oleh Tergugat II ;

5. Bahwa Penggugat tidak berkapasitas untuk mengajukan gugatan tata usaha

negara ini, karena Penggugat bukan pemilik dari lahan yang diklaimnya dan

Penggugat juga bukan pihak yang dirugikan karena dokumen-dokumen yang

dijadikan sebagai dasar kepemilikan lahan oleh Penggugat sebagaimana disebut

pada halaman 3 sampai dengan halaman 11 gugatannya, yaitu :

- Surat Keterangan ljin Peninjauan (SKIP), ljin Kuasa Pertambangan

Penyelidikan Umum (KPPU), ljin Kuasa Pertambangan Eksplorasi (KP-

Eksplorasi), Ijin Kelayakan Lingkungan (Amdal), ljin Kuasa Pertambangan

Eksploitasi (KP-Eksploitasi), Pemberian ljin Lokasi, ljin Kuasa

Pertambangan Pengangkutan dan Penjualan, Persetujuan ljin Usaha

Pertambangan Operasi Produksi (IUP-OP) dari Bupati Kutai Kartanegara

dan Rekomendasi Penggunaan Kerja Migas dari Menteri ESDM (vide :

Halaman 5 dan 6 gugatan) ;

- Surat Pernyataan yang dibuat oleh Sukardji selaku Lurah Kelurahan Jawa

yang menyatakan Penggugat telah melakukan pembebasan lahan dan

membayar ganti rugi kepada penduduk atau masyarakat penggarap (vide :

Halaman 9 gugatan) ;

adalah bukan merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah sesuai dengan

Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria ;

6. Bahwa oleh karena Penggugat bukan pemilik dan pemegang hak atas tanah,

maka sesungguhnya Penggugat tidak mempunyai kepentingan yang cukup dan

layak serta tidak mempunyai dasar hukum untuk mengajukan gugatan, sehingga

sesuai dengan Jurisprudensi Mahkamah Agung Rl No. 378 K/Pdt/1985 tanggal

11 Maret 1986, gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet

Onvankelijke Verklard) ;

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta telah

mengambil putusan, yaitu putusan Nomor : 18/G/2011/PTUN-JKT., tanggal 18/

G/2011/PTUN-JKT yang amarnya sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI :

33

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33

Page 34: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Menolak Eksepsi Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi

seluruhnya ;

DALAM POKOK SENGKETA :

1 Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya ;

2 Menyatakan batal :

a Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor : 75/HGU/BPN RI/2009 tanggal 4 Juni 2009 tentang Pemberian

Hak Guna Usaha atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I atas tanah di

Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang luas

bidang tanah dalam Peta Bidang Tanah tanggal 27 Januari 2009 Nomor :

04-16.03-2009, NIB.16.03.00.00.00205 seluas 2.460,13 Ha. yang

diterbitkan Tergugat I ;

b Sertipikat Hak Guna Usaha Nomor : 35/Jawa tanggal 30 Juli 2009 atas

nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I seluas 2.460,13 Ha, Surat Ukur

Nomor : 1052/HGU/2009 tanggal 30 Juli 2009 yang diterbitkan Tergugat

II ;

3 Mewajibkan :

a Kepada Tergugat I untuk mencabut Surat Keputusan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor : 75/HGU/BPN RI/2009

tanggal 4 Juni 2009 tentang Pemberian Hak Guna Usaha atas nama PT.

Perkebunan Kaltim Utama I atas tanah di Kabupaten Kutai Kartanegara,

Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang luas bidang tanah dalam Peta

Bidang Tanah tanggal 27 Januari 2009 Nomor : 04-16.03-2009,

NIB.16.03.00.00.00205 seluas 2.460,13 Ha ;

b Kepada Tergugat II untuk mencabut Sertipikat Hak Guna Usaha Nomor :

35/Jawa tanggal 30 Juli 2009 atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I

seluas 2.460,13 Ha, Surat Ukur Nomor : 1052/HGU/2009 tanggal 30 Juli

2009 ;

4 Menghukum Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat II Intervensi secara

tanggung-renteng untuk membayar biaya perkara ini yang diperhitungkan

sejumlah Rp.368.000,- (Tiga ratus enam puluh delapan ribu rupiah) ;

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat II

Intervensi, Tergugat II, Tergugat I putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut

telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta dengan putusan

Nomor : 186/B/2011/PT.TUN.JKT., tanggal 20 Desember 2011 ;

34

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 34

Page 35: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada

Tergugat II Intervensi/Pembanding I pada tanggal 07 Februari 2012 kemudian

terhadapnya oleh Tergugat II Intervensi/Pembanding (dengan perantaraan kuasanya,

berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 08 Februari 2012 diajukan permohonan

kasasi secara lisan pada tanggal 20 Februari 2012 sebagaimana ternyata dari akte

permohonan kasasi No. 18/G/2011/PTUN/JKT., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan

Tata Usaha Negara Jakarta, permohonan mana diikuti oleh memori kasasi yang

memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara

tersebut pada tanggal 02 Maret 2012 ;

Bahwa setelah itu oleh Penggugat/Terbanding dan Tergugat I, II-Pembanding

III, II yang pada tanggal 02 Maret 2012 telah diberitahu tentang memori kasasi dari

Tergugat II Intervensi/Pembanding I diajukan jawaban memori kasasi oleh yang

diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 16

Maret 2012 ;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi a quo beserta

alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan

dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka

oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/

Tergugat II Intervensi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :

OBJEK GUGATAN :

Objek Gugatan (Vide halaman 6 Putusan PTUN) :

1 Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor: 75/HGU/BPN RI/2009 tanggal 4 Juni 2009 tentang Pemberian Hak

Guna Usaha atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I, atas tanah di

Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang luas

bidang tanah dalam Peta Bidang Tanah tanggal 27 Januari 2009 Nomor:

04-16.03-2009, NIB. 16.03.00.00.00205 seluas 2.460,13 Ha (selanjutnya

disebut ”Surat Keputusan a quo I”);

2 Sertipikat Hak Guna Usaha Nomor: 35 Tanggal 30 Juli 2009, Kelurahan Jawa,

Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, atas tanah seluas

2.460,13 Ha yang tertulis atas nama PT. Perkebunan Kaltim Utama I,

berdasarkan Surat Ukur Nomor: 1052/HGU/2009 tanggal 30 Juli 2009

(selanjutnya disebut ”Surat Keputusan a quo II”)

35

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 35

Page 36: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

II. KRONOLOGIS PERKARA

Bahwa sebelum menyampaikan alasan-alasan serta dasar hukum Pemohon Kasasi

dalam mengajukan Permohonan Kasasi dan Memori Kasasi, maka perkenankan

Pemohon Kasasi terlebih dahulu menjelaskan duduk persoalan dalam perkara a quo

sebagai berikut:

a Bahwa pada tanggal 26 April 2004 Pemohon Kasasi telah mengajukan

permohonan Izin Lokasi untuk perkebunan kelapa sawit kepada Bupati Kutai

Kartanegara. Atas permohonan tersebut maka berdasarkan Pasal 5 ayat (1)

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 2

Tahun 1999 tentang Izin Lokasi, Bupati Kutai Kartanegara telah menerbitkan

Izin Lokasi kepada Pemohon Kasasi melalui Surat Keputusan Bupati Kutai

Kartanegara No. 10/DPtn/UM-10/V-2004 tanggal 31 Mei 2004 (Vide Bukti

T.II.Intv-8) yang memberikan Izin Lokasi kepada Pemohon Kasasi atas tanah

negara yang terletak di Kelurahan Teluk Dalam, Kelurahan Dondang, Desa

Pulau Seribu, Kecamatan Muara Jawa, Desa Tani Bhakti, Desa Batuah,

Kecamatan Loa Janan dan Kelurahan Jawa, Kecamatan Sanga-sanga,

Kabupaten Kutai Kartanegara untuk jangka waktu 1 (satu) tahun sejak tanggal

31 Mei 2004 yang kemudian diperpanjang melalui Surat Keputusan Bupati

Kutai Kartanegara No. 06/DPtn/UM-06/V/2005 tanggal 30 Mei 2005 (Vide

Bukti T.II.Intv-9) dan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No. 34/

DPN-K/IL-32/VI-2006 tanggal 28 Juli 2006 (Vide Bukti T.II.Intv-10).

b Atas dasar Izin Lokasi tersebut maka Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia telah melakukan pengukuran secara kadasteral dan telah

menerbitkan Peta Bidang Tanah Nomor: 025/16/003/2006 tanggal 09 Oktober

2006 (Vide Bukti TI-5).

c Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No. 503/37/

SK-DISBUN KUKAR/XI/2006 tanggal 16 Nopember 2006 (Vide Bukti

T.II.Intv-11), Bupati Kutai Kartanegara telah menerbitkan Izin Usaha

Budidaya Perkebunan kepada Pemohon Kasasi.

d Bahwa selanjutnya, Pemohon Kasasi telah mengajukan Permohonan Hak

Guna Usaha kepada Termohon Kasasi II atas lahan seluas 11.607 Ha pada

bulan Februari 2007, dengan melampirkan dokumen-dokumen pendukung

antara lain sebagai berikut:

36

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 36

Page 37: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Surat Pernyataan Dukungan Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dan

Camat untuk Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit (Vide Bukti TII

Intv-13) sebagai berikut :

a Surat dari Kepala Desa Tani Harapan, Ketua BPD Tani Harapan dan

Ketua LPM Desa Tani Harapan Nomor : 02/KD-2008/I/2007 tanggal

18 Januari 2007, perihal: Dukungan Pembangunan Perkebunan Kelapa

Sawit;

b Surat dari Kepala Desa Batuah, Ketua BPD Batuah dan Ketua LPM

Batuah Nomor: 024/KD-2006/I/2007 tanggal 19 Januari 2007, perihal:

Surat Jawaban Perkebunan Kaltim Utama I;

c Surat Pernyataan dari Kepala Kelurahan Jawa, Sekretaris Kelurahan,

Ketua RT.01, LPM, Tokoh Masyarakat, ketua Kelompok Tani dan

Tokoh Pemuda tanggal 23 Januari 2007;

d Surat dari Kepala Tani Bhakti, Kaur Pemb, Ketua LPM dan Tokoh

Masyarakat tertanggal 25 Januari 2007, perihal: Surat Pernyataan;

e Surat dari Lurah Teluk Dalam, Sekretaris Kelurahan, Ketua LPM,

Tokoh Masyarakat dan Tokoh Pemuda tertanggal 26 Februari 2007;

f Surat dari Kepala Desa Kelurahan Dondang, Sekretaris Kelurahan,

Ketua LPM, Tokoh Masyarakat, dan Tokoh Pemuda tertanggal 29

Februari 2007;

• Surat Pernyataan Perusahaan tentang Kesungguhan Membangun

Perkebunan Kelapa Sawit tanggal 21 Februari 2007.

e Setelah Pemohon Kasasi mengajukan permohonan Hak Guna Usaha pada

bulan Februari 2007, Termohon Kasasi II membentuk Panitia Pemeriksaan

Tanah B yang terdiri dari berbagai unsur baik dari Badan Pertanahan Nasional

sendiri maupun dari Pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara dan Dinas

Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur serta Dinas Kehutanan Propinsi

Kalimantan Timur, untuk melakukan pemeriksaan atas tanah yang

dimohonkan oleh Pemohon Kasasi tersebut (Vide Bukti TI-4).

f Bahwa hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh Panitia Pemeriksaan Tanah

B tersebut kemudian dituangkan dalam Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B

Propinsi Kalimantan Timur Nomor: 540.2/09.a/RPT.PAN.B/VII/2008 tanggal

28 Juli 2008 (Vide Bukti TI-4), di mana berdasarkan hasil analisa tersebut

telah disimpulkan oleh Panitia Pemeriksaan Tanah B antara lain sebagai

berikut:

1 Tanah yang dimohonkan oleh Pemohon Kasasi adalah tanah

Negara Bebas yang dikuasai fisik oleh Pemohon Kasasi dan berada

di dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK);

37

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 37

Page 38: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2 Terhadap tanah yang dimohonkan oleh Pemohon Kasasi, tidak

terdapat keberatan dari pihak lain;

3 Kesimpulan: permohonan Hak Guna Usaha dari Pemohon Kasasi

untuk areal seluas 11.607 Ha tersebut dapat disetujui untuk

diberikan Hak Guna Usaha setelah dikurangi areal yang masuk

wilayah Samarinda dan yang dikuasai oleh Pihak ketiga;

Berdasarkan kesimpulan dalam Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B Propinsi

Kalimantan Timur Nomor: 540.2/09.a/RPT.PAN.B/VII/2008 tanggal 28 Juli

2008 (Vide Bukti TI-4) yang mewajibkan areal yang masuk wilayah Samarinda

dan yang dikuasai oleh Pihak Ketiga dikeluarkan terlebih dahulu sebelum

memberikan Hak Guna Usaha kepada Pemohon Kasasi, maka untuk mengetahui

secara pasti areal-areal yang harus dikeluarkan tersebut, Termohon Kasasi II

telah melakukan pengukuran secara kadasteral yang dituangkan dalam Peta

Bidang Tanah Nomor: 04-16.03-2009 tanggal 27 Januari 2009 (Vide Bukti

TI-6), di mana berdasarkan hasil pengukuran kadasteral tersebut diperoleh hasil

pengukuran keliling seluas 14.484 Ha yang di dalamnya terdapat sempadan

jalan, wilayah Samarinda dan areal yang dikuasai oleh Pihak Ketiga seluas

5.854,11 Ha termasuk areal yang dikuasai oleh Termohon Kasasi I. Seluruh

areal tersebut dirinci sebagai berikut:

Desa Tani Harapan seluas 1.048 ha

sempadan sungai seluas 33 ha

sempadan jalan seluas 8 ha

sempadan jalan seluas 13 ha

sempadan jalan seluas 30 ha

sempadan jalan seluas 8 ha

sempadan jalan seluas 4 ha

areal telah SHM seluas 9 ha

pengeboran minyak seluas 1.148 ha

wilayah Samarinda seluas 1.1378,52 ha

HGU Multi Breder, peternakan ayam,

rumah, pekarangan Desa Tani Bhakti

seluas 276,70 ha

rumah, pekarangan Desa Tani

Harapan

seluas 49,88 ha

Dusun Walimbong seluas 233,35 ha

lokasi redis dan Vico seluas 1.034,66 ha

wilayah Desa Jawa seluas 576,00 ha

38

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 38

Page 39: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

g Dari total keseluruhan 5.854,11 Ha tersebut, tanah yang dikuasai Termohon

Kasasi I berdasarkan 16 surat-surat pernyataan pembebasan lahan adalah

terletak di Desa Jawa (Vide Bukti P-10). Berdasarkan Pasal 1 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 56/PRP/1960 tentang Penetapan Luas Tanah

Pertanian, diatur bahwa satu orang atau satu keluarga hanya boleh menguasai

maksimal 20 hektar tanah. Dengan demikian, luas tanah maksimum yang

dapat dialihkan oleh 16 orang ini kepada Termohon Kasasi I adalah 320

hektar yang mana lebih kecil dari 576 Hektar yang telah dikeluarkan dari

Surat Keputusan a quo I.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 56/PRP/1960 tentang Penetapan Luas Tanah

Pertanian:

“(1) Seorang atau orang-orang yang dalam penghidupannya merupakan satu

keluarga bersama-sama hanya diperbolehkan menguasai tanah pertanian, baik

milik sendiri atau kepunyaan orang lain ataupun miliknya sendiri bersama

kepunyaan orang lain, yang jumlah luasnya tidak melebihi batas maksimum

sebagaimana yang ditetapkan dalam ayat 2 pasal ini.

(2) Dengan memperhatikan jumlah penduduk, luas daerah dan faktor-faktor

lainnya, maka luas maksimum yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini ditetapkan

sebagai berikut:

Di daerah-daerah

yang:

Sawah (hektar) atau Tanah Kering (hektar)

Tidak padat15 20

Padat

a.kurang

padat

10 12

b.cukup

padat

7,5 9

c.sangat

padat

5 6

Jika tanah pertanian yang dikuasai itu merupakan sawah dan tanah-kering, maka

untuk menghitung luas maksimum tersebut, luas sawah dijumlah dengan luas

tanah-kering dengan menilai tanah kering sama dengan sawah ditambah 30% di

daerah-daerah yang tidak padat 20% di daerah-daerah yang padat dengan

39

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 39

Page 40: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ketentuan, bahwa tanah-pertanian yang dikuasai seluruhnya tidak boleh lebih dari

20 hektar.”

h Di samping itu, Termohon Kasasi I juga mendalilkan memiliki lahan

berdasarkan (i) koordinasi lahan dengan Pertamina, (ii) Perjanjian

Pemanfaatan Lahan Bersama dengan PT. Medco E&P Indonesia dan (iii)

Perjanjian Tumpang Tindih Lahan dengan Vico Indonesia. Dalil Termohon

Kasasi I tersebut dikutip sebagai berikut:

Bahwa wilayah kuasa pertambangan (WKP) Penggugat berdasarkan KP-

Eksploitasi No. 540/010/KP-Ep/DPE-IV/II/2008 tanggal 19 Februari 2008

masih berada di dalam Wilayah Kerja Pertamina yang dikelola oleh Perusahaan

Operator Migas …, dimana Penggugat sebelum melakukan kegiatan eksploitasi

telah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan Perusahaan Operator Migas

tersebut dengan melakukan antara lain sebagai berikut:

• Perjanjian pemanfaatan lahan bersama antara PT. Medco E&P Indonesia

(TAC Pertamina-Medco-Sangasanga dengan penggugat tanggal 4 Oktober

2007; dan;

• Perjanjian tumpang tindih lahan antara Vico Indonesia dengan penggugat

tanggal 31 Januari 2008 Migas TAC;

(Paragraf 3 Halaman 15 dan paragraf 1 Halaman 16 Putusan Pengadilan TUN

Jakarta)

Berdasarkan dalil Termohon Kasasi I di atas, terbukti bahwa lahan yang diklaim

oleh Termohon Kasasi I terletak di wilayah pengeboran minyak, dan lokasi redis

dan Vico.

i Sebagai kelanjutan dari Kesimpulan Panitia Pemeriksaan Tanah B yang

menyimpulkan bahwa permohonan Hak Guna Usaha Pemohon Kasasi dapat

dikabulkan setelah dikurangi areal Pihak Ketiga, maka Termohon Kasasi II

mengeluarkan wilayah yang terkait dengan Termohon Kasasi I di Desa Jawa,

wilayah pengeboran minyak dan lokasi redis dan Vico dari Surat Keputusan a

quo I. Hal ini terbukti berdasarkan halaman 2 huruf d Surat Keputusan a quo

I yang dikutip sebagai berikut (Vide Bukti TI-1 = Bukti T.II.Intv-6):

“...

a Bahwa terhadap tanah yang diberikan Izin Lokasi tersebut setelah dilakukan

pengukuran secara kadasteral, diperoleh hasil pengukuran keliling ……seluas

14.484 ha yang didalamnya terdapat:

40

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 40

Page 41: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Desa Tani Harapan (1)

…………………………...seluas 1.048 ha

• sempadan sungai (2)

…………………………… seluas 33 ha

• sempadan jalan (3)

………………………………seluas 8 ha

• sempadan jalan (4)

………………………………seluas 13 ha

• sempadan jalan (5)

………………………………seluas 30 ha

• sempadan jalan (6)

………………………………seluas 8 ha

• sempadan jalan (7)

………………………………seluas 4 ha

• areal telah SHM (8)

………………………………seluas 9 ha

• pengeboran minyak (9)

………………………...seluas 1.148 ha

• wilayah Samarinda (a1, a2 dan a3) ……………

seluas 1.1378,52 ha

• HGU Multi Breder, peternakan ayam, rumah,

pekarangan Desa Tani Bhakti (b) ………………seluas 276,70 ha

• rumah, pekarangan Desa Tani Harapan (c)

…...seluas 49,88 ha

• Dusun Walimbong (d)

……………………………seluas 233,35 ha

• lokasi redis dan Vico (e)

……………………….seluas 1.034,66 ha

• wilayah Desa Jawa (j)

…………………………..seluas 576,00 ha +

seluruhnya ………………………………………………………..……..seluas

(5.854,11 ha) -

dikeluarkan dari areal yang dimohon, sehingga yang dapat

dipertimbangkan untuk diberikan Hak Guna Usaha menjadi …...seluas

8.633,89 ha”

(halaman 2 huruf d Surat Keputusan a quo I)

41

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 41

Page 42: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(catatan: cetak tebal dan garis bawah oleh Pemohon Kasasi).

j Selanjutnya setelah mengeluarkan wilayah Desa Jawa, lokasi redis dan Vico,

serta pengeboran minyak, Termohon Kasasi II menerbitkan Surat Keputusan

a quo I yang hanya memberikan Hak Guna Usaha kepada Pemohon Kasasi

atas tanah seluas 8.633,89 Ha yang terletak di Kelurahan Teluk Dalam,

Kelurahan Dondang, Kecamatan Muara Jawa, Desa Tani Bhakti, Desa Batuah,

Desa Tani Harapan, Kecamatan Loa Janan dan Kelurahan Jawa, Kecamatan

Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur

(Vide Bukti TI-1 = Bukti T.II.Intv-6) yang terdiri dari :

• NIB 16.03.00.00.00202 seluas 523,95 Ha

• NIB 16.03.00.00.00203 seluas 1.543,46 Ha

• NIB 16.03.00.00.00204 seluas 807,24 Ha

• NIB 16.03.00.00.00205 seluas 2.460,13 Ha

• NIB 16.03.00.00.00206 seluas 54,73 Ha

• NIB 16.03.00.00.00207 seluas 3.244,38 Ha

k Bahwa selanjutnya atas dasar Surat Keputusan a quo I, Termohon Kasasi III

menerbitkan Surat Keputusan a quo II dengan wilayah Hak Guna Usaha

seluas 2.460,13 Ha (Vide Bukti P-7B = Bukti TII-2 = Bukti T.II.Intv-8).

l Dengan telah dipenuhinya seluruh persyaratan penerbitan Surat Keputusan a

quo I dan Surat Keputusan a quo II, maka seluruh wilayah Hak Guna Usaha

milik Pemohon Kasasi tidak dapat diganggu gugat oleh Termohon Kasasi I.

Meskipun demikian, Termohon Kasasi I yang mendalilkan memiliki wilayah

seluas 2.643,99 Ha, mencari-cari mana di antara 6 (enam) wilayah Hak Guna

Usaha milik Pemohon Kasasi di Kabupaten Kutai Kartanegara yang luasnya

paling mirip dengan 2.643.99 Ha dengan tujuan untuk mengecoh Majelis

Hakim Pengadilan TUN Jakarta untuk membatalkan Surat Keputusan a quo I

dan Surat Keputusan a quo II. Dalam hal ini, Termohon Kasasi I memilih

untuk mengajukan Gugatan TUN untuk membatalkan Surat Keputusan a quo

I dan Surat Keputusan a quo II yang memberikan Hak Guna Usaha kepada

Pemohon Kasasi seluas 2.460,13 Ha.

m Di samping Gugatan Termohon Kasasi I salah alamat karena wilayah

pertambangan milik Termohon Kasasi I telah dikeluarkan dari Surat

Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II, seandainyapun ada wilayah

42

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 42

Page 43: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Kuasa Pertambangan Termohon Kasasi I yang terletak di wilayah Hak Guna

Usaha milik Pemohon Kasasi (quod non), maka Kuasa Pertambangan tidak

dapat menghapuskan hak atas tanah yang telah dimiliki Pemohon Kasasi.

Pemegang Kuasa Pertambangan memiliki hak untuk mengambil barang

tambang namun tidak berhak untuk mengambil hak atas tanah ataupun

mengusir pihak yang telah memiliki hak atas tanah (Pemohon Kasasi) oleh

karena berdasarkan hukum yang berlaku, Kuasa Pertambangan bukan hak atas

tanah. Dengan pertimbangan yang sedemikian maka terlepas dari ada atau

tidaknya wilayah Kuasa Pertambangan yang terletak di wilayah Hak Guna

Usaha milik Pemohon Kasasi, Pemohon Kasasi dengan itikad baik, tidak

berkeberatan atas permohonan Termohon Kasasi I untuk berkoordinasi atas

letak wilayah yang tumpah tindih (apabila ada) sebagaimana kesepakatan

bersama tertanggal 6 Desember 2010.

n Namun demikian itikad baik dari Pemohon Kasasi tersebut disalahgunakan

oleh Termohon Kasasi I, di mana berdasarkan kesepakatan bersama tertanggal

6 Desember 2010 tersebut, Termohon Kasasi I telah meminta Izin Usaha

Pertambangan (IUP) Operasi Produksi (Vide Bukti P-19) dan bahkan setelah

mendapatkan IUP Operasi Produksi tersebut Termohon Kasasi I kemudian

mengajukan Gugatan a quo ke Pengadilan TUN Jakarta pada tanggal 2

Februari 2011 dan meminta agar Surat Keputusan a quo I dan Surat

Keputusan a quo II dibatalkan.

o Ironisnya, agar Gugatan a quo tersebut dapat memenuhi jangka waktu 90 hari

maka Termohon Kasasi I telah memutarbalikkan fakta dengan berdalih bahwa

pihaknya baru mengetahui Surat Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a

quo II pada saat Termohon Kasasi I menerima Surat Pemberitahuan

Perkembangan Hasil Penyelidikan tanggal 25 Januari 2011 tentang

penyerobotan lahan. Padahal pada kenyataannya Surat Keputusan a quo I dan

Surat Keputusan a quo II sudah diketahui oleh Termohon Kasasi I pada

tanggal 15 Juni 2010 berdasarkan Surat Pemberitahuan dari Pemohon Kasasi

kepada PT. Trisensa Mineral Utama yang merupakan pihak yang terafiliasi

dari Termohon Kasasi I.

ALASAN-ALASAN PENGAJUAN MEMORI KASASI

Bahwa Pemohon Kasasi sangat berkeberatan terhadap Putusan Pengadilan Tinggi

TUN Jakarta yang mengambil alih Putusan Pengadilan TUN Jakarta, karena Majelis

43

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 43

Page 44: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Hakim Pengadilan Tinggi TUN Jakarta telah salah menerapkan atau melanggar

hukum yang berlaku dan telah lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh

peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya

putusan yang bersangkutan, sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat (1) UU

Mahkamah Agung.

Pasal 30 ayat (1) UU Mahkamah Agung menyatakan:

“Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan

Pengadilan-pengadilan dari semua Lingkungan Peradilan karena:

a tidak berwenang atau melampaui batas

wewenang;

b salah menerapkan atau melanggar hukum

yang berlaku;

c lalai memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-

undangan yang mengancam kelalaian itu

dengan batalnya putusan yang

bersangkutan.”

III. MAJELIS HAKIM PENGADILAN TINGGI TUN JAKARTA SALAH

MENERAPKAN PASAL 55 UU PTUN

1 Pemohon Kasasi mohon kepada Majelis Hakim Kasasi Yang

Mulia untuk membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi TUN

Jakarta karena terbukti bahwa Putusan Pengadilan Tinggi

TUN Jakarta salah menerapkan Pasal 55 UU PTUN. Hal ini

disebabkan Gugatan Termohon Kasasi I diajukan lewat dari

90 (sembilan puluh) hari sejak diketahuinya Surat Keputusan

a quo I dan Surat Keputusan a quo II oleh Termohon Kasasi

I.

Pasal 55 UU PTUN menyatakan:

“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari

terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara.”

2 Surat Keputusan a quo I tertanggal 4 Juni 2009 dan Surat

Keputusan a quo II tertanggal 30 Juli 2009 telah diketahui

44

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 44

Page 45: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

oleh Termohon Kasasi I pada tanggal 15 Juni 2010

berdasarkan Surat Pemberitahuan dari Pemohon Kasasi

kepada PT. Trisensa Mineral Utama yang merupakan pihak

yang terafiliasi dengan Termohon Kasasi I. Adanya

hubungan terafiliasi tersebut dapat dilihat antara lain dari (i)

Termohon Kasasi I dan PT. Trisensa Mineral Utama memiliki

induk perusahaan yang sama yakni PT. Toba Sejahtra dan (ii)

penandatanganan kesepakatan bersama tertanggal 6

Desember 2010, Termohon Kasasi I dan PT. Trisensa Mineral

Utama sama-sama diwakili oleh PT. Toba Sejahtra.

3 Bahwa oleh karena Termohon Kasasi I telah mengetahui

adanya Surat Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II

pada tanggal 15 Juni 2010 maka apabila Termohon Kasasi I

ingin mengajukan Gugatan atas Surat Keputusan a quo I dan

Surat Keputusan a quo II tersebut maka berdasarkan Pasal 55

UU PTUN, Gugatan tersebut sudah harus diajukan dalam

jangka waktu paling lambat 90 hari sejak tanggal 15 Juni

2010 atau paling lambat tanggal 15 September 2010. Namun

demikian pada kenyataannya Gugatan a quo baru diajukan

oleh Termohon Kasasi I pada tanggal 2 Februari 2011 yaitu

140 hari (bukan dalam jangka waktu 90 hari) sejak

diketahuinya Surat Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a

quo II oleh Termohon Kasasi I.

4 Berdasarkan uraian di atas, terbukti bahwa Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi TUN Jakarta yang mengambil alih

Putusan Pengadilan TUN Jakarta telah salah menerapkan

Pasal 55 UU PTUN. Dengan demikian, berdasar hukum bagi

Majelis Hakim Kasasi Yang Mulia untuk membatalkan

Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta dan selanjutnya

menyatakan bahwa Gugatan Termohon Kasasi I tidak dapat

diterima (Niet Ontvakelijk Verklaard).

IV. MAJELIS HAKIM PENGADILAN TINGGI TUN JAKARTA SALAH

MENERAPKAN PASAL 53 AYAT (1) UU PTUN

45

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 45

Page 46: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

5 Pemohon Kasasi mohon kepada Majelis Hakim Kasasi Yang

Mulia untuk membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi TUN

Jakarta karena terbukti bahwa Termohon Kasasi I tidak

memiliki kepentingan dalam perkara a quo.

6 Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Pengadilan Tinggi

TUN Jakarta pada pokoknya mempertimbangkan bahwa

Termohon Kasasi I memiliki kepentingan dalam perkara a

quo karena Izin Kuasa Pertambangan milik Termohon Kasasi

I berada pada bidang tanah Hak Guna Usaha milik Pemohon

Kasasi dalam perkara ini. Hal ini dikutip sebagai berikut

“Menimbang, bahwa Hakim Ketua Majelis dan satu orang Hakim Anggota

Majelis (Hakim Anggota II) Tingkat Banding sependapat dengan pertimbangan

Majelis Hakim Tingkat Pertama tersebut, utamanya atas pertimbangan sebagai

berikut:

• Bahwa dalam proses penerbitan surat keputusan obyek sengketa yang

didahului dengan ijin lokasi, maka adanya penelitian dari Panitia

Pemeriksaan Tanah B merupakan bagian dari proses terbitnya ke dua

keputusan obyek sengketa tersebut, oleh karenanya adanya saran dari

Panitia Pemeriksaan Tanah B merupakan harus pula dipertimbangkan

dalam mengambil keputusan mengabulkan atau menolak terhadap

permohonan pemberian hak atas tanah, yang dalam sengketa ini dari

bukti T.I-4 berupa Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B Nomor

540.2/09a/RPT.PAN.B/VII/2008 tanggal 28 Juli 2008 terdapat saran

bahwa perlu dikuatkan dengan surat pernyataan atau surat keterangan

dari Kepala Desa setempat mengenai tidak dalam sengketa maupun

tidak terdapat lahan garapan masyarakat; bahwa sampai saat dibuatnya

Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B aquo pada kelurahan Jawa (letak

tanah yang termuat dalam surat keputusan obyek sengketa) masih

terdapat lahan garapan masyarakat yang telah beralih kepada Penggugat/

Terbanding sesuai 16 surat pernyataan pengalihan hak yang dibuat tahun

2007 bukti P-10 dan dikuatkan dengan surat pernyataan Lurah

Kelurahan Jawa bukti P-23. Dan juga dari bukti T.II.Int-5 diakui adanya

tumpang tindih lahan pada wilayah kuasa pertambangan Penggugat/

Terbanding dengan lahan tanah yang termuat dalam obyek sengketa;

bahwa dengan demikian disimpulkan oleh Majelis Hakim Tingkat

46

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 46

Page 47: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Pertama bahwa dalam pemeriksaan di persidangan didapat fakta hukum

bahwa dalam penerbitan obyek sengketa oleh Tergugat I/Pembanding III

maupun Tergugat II/Pembanding II tidak memperhatikan saran Panitia

Pemeriksaan Tanah B dan diperoleh fakta hukum di atas tanah yang

termuat dalam keputusan obyek sengketa masih terdapat kepentingan

pihak Penggugat/Terbanding berupa lahan yang belum dibebaskan;

bahwa dengan fakta hukum tersebut Majelis Hakim Tingkat Pertama

berpendapat bahwa penerbitan surat keputusan obyek sengketa oleh

Tergugat I/Pembanding III maupun oleh Tergugat II/Pembanding II telah

bertentangan dengan azas-azas umum pemerintahan yang baik

khususnya azas kecermatan dan azas akuntabilitas”

(Paragraf 1 halaman 18 Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta)

1 Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta tersebut telah salah

menerapkan Pasal 53 ayat (1) UU PTUN karena Termohon

Kasasi I tidak memiliki kepentingan terkait dengan Surat

Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II. Hal ini

disebabkan wilayah Kuasa Pertambangan milik Termohon

Kasasi I telah dikeluarkan dari Surat Keputusan a quo I dan

Surat Keputusan a quo II sebagaimana dijelaskan di bawah

ini.

A. Berdasarkan Surat Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II, Termohon

Kasasi I Tidak Memiliki Kepentingan Dalam Perkara A Quo Karena Tanah yang

Dikuasai Termohon Kasasi I Telah Dikeluarkan Dari Surat Keputusan A Quo I

dan Surat Keputusan a quo II

2 Pemohon Kasasi mohon perhatian Majelis Hakim Kasasi

Yang Mulia bahwa Termohon Kasasi I tidak memiliki

kepentingan dalam perkara a quo karena tanah yang dikuasai

Termohon Kasasi I telah dikeluarkan dari Surat Keputusan a

quo I dan Surat Keputusan a quo II.

3 Berdasarkan 16 surat-surat pernyataan pembebasan lahan

yang disebutkan Termohon Kasasi I dalam Gugatannya,

tanah yang dikuasai Termohon Kasasi I adalah terletak di

47

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 47

Page 48: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Desa Jawa (Vide Bukti P-10). Berdasarkan Pasal 1 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 56/PRP/1960 tentang Penetapan

Luas Tanah Pertanian, diatur bahwa satu orang atau satu

keluarga hanya boleh menguasai maksimal 20 hektar tanah.

Dengan demikian, luas tanah maksimum yang dapat

dialihkan oleh 16 orang ini kepada Termohon Kasasi I adalah

320 hektar yang mana lebih kecil dari 576 Hektar yang telah

dikeluarkan dari Surat Keputusan a quo I dan Surat

Keputusan a quo II.

4 Di samping itu, Termohon Kasasi I juga mendalilkan

memiliki lahan berdasarkan (i) koordinasi lahan dengan

Pertamina, (ii) Perjanjian Pemanfaatan Lahan Bersama

dengan PT. Medco E&P Indonesia dan (iii) Perjanjian

Tumpang Tindih Lahan dengan Vico Indonesia. Dalil

Termohon Kasasi I tersebut dikutip sebagai berikut:

Bahwa wilayah kuasa pertambangan (WKP) Penggugat berdasarkan KP-

Eksploitasi No. 540/010/KP-Ep/DPE-IV/II/2008 tanggal 19 Februari 2008

masih berada di dalam Wilayah Kerja Pertamina yang dikelola oleh Perusahaan

Operator Migas …, dimana Penggugat sebelum melakukan kegiatan eksploitasi

telah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan Perusahaan Operator Migas

tersebut dengan melakukan antara lain sebagai berikut:

• Perjanjian pemanfaatan lahan bersama antara PT. Medco E&P Indonesia

(TAC Pertamina-Medco-Sangasanga dengan penggugat tanggal 4 Oktober

2007; dan;

• Perjanjian tumpang tindih lahan antara Vico Indonesia dengan penggugat

tanggal 31 Januari 2008 Migas TAC;

(Paragraf 3 Halaman 15 dan paragraf 1 Halaman 16 Putusan Pengadilan TUN

Jakarta)

Berdasarkan dalil Termohon Kasasi I di atas, terbukti bahwa lahan yang diklaim

oleh Termohon Kasasi I terletak di wilayah pengeboran minyak, dan lokasi redis

dan Vico.

1 Pemohon Kasasi mohon perhatian Majelis Hakim Kasasi

Yang Mulia bahwa Desa Jawa, wilayah pengeboran minyak

48

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 48

Page 49: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan lokasi redis dan Vico telah dikeluarkan dari Surat

Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II. Hal ini

terbukti berdasarkan halaman 2 huruf d Surat Keputusan a

quo I yang dikutip sebagai berikut (Vide Bukti TI-1 = Bukti

T.II.Intv-6):

“...

a Bahwa terhadap tanah yang diberikan Izin Lokasi tersebut setelah dilakukan

pengukuran secara kadasteral, diperoleh hasil pengukuran keliling ……seluas

14.484 ha yang didalamnya terdapat:

a Desa Tani Harapan (1)

…………………………...seluas 1.048 ha

b sempadan sungai (2)

…………………………… seluas 33 ha

c sempadan jalan (3)

………………………………seluas 8 ha

d sempadan jalan (4)

………………………………seluas 13 ha

e sempadan jalan (5)

………………………………seluas 30 ha

f sempadan jalan (6)

………………………………seluas 8 ha

g sempadan jalan (7)

………………………………seluas 4 ha

h areal telah SHM (8)

………………………………seluas 9 ha

i pengeboran minyak (9)

………………………...seluas 1.148 ha

j wilayah Samarinda (a1, a2 dan a3) ……………

seluas 1.1378,52 ha

k HGU Multi Breder, peternakan ayam, rumah,

pekarangan Desa Tani Bhakti (b) ………………seluas 276,70 ha

l rumah, pekarangan Desa Tani Harapan (c)

…...seluas 49,88 ha

m Dusun Walimbong (d)

……………………………seluas 233,35 ha

n lokasi redis dan Vico (e)

……………………….seluas 1.034,66 ha

49

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 49

Page 50: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

o wilayah Desa Jawa (j)

…………………………..seluas 576,00 ha +

seluruhnya ………………………………………………………..……..seluas

(5.854,11 ha) -

dikeluarkan dari areal yang dimohon, sehingga yang dapat

dipertimbangkan untuk diberikan Hak Guna Usaha menjadi …..seluas

8.633,89 ha”

(halaman 2 huruf d Surat Keputusan a quo I)

(catatan: cetak tebal dan garis bawah oleh Pemohon Kasasi).

12 Selanjutnya, setelah mengeluarkan wilayah Desa Jawa,

lokasi redis dan Vico, serta pengeboran minyak,

Termohon Kasasi II menerbitkan Surat Keputusan a

quo I yang hanya memberikan Hak Guna Usaha kepada

Pemohon Kasasi atas tanah Negara seluas 8.633,89 Ha

yang terletak di Kelurahan Teluk Dalam, Kelurahan

Dondang, Kecamatan Muara Jawa, Desa Tani Bhakti,

Desa Batuah, Desa Tani Harapan, Kecamatan Loa

Janan dan Kelurahan Jawa, Kecamatan Sanga-Sanga,

Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan

Timur (Vide Bukti TI-1 = Bukti T.II.Intv-6) yang terdiri

dari:

• NIB 16.03.00.00.00202 seluas 523,95 Ha

• NIB 16.03.00.00.00203 seluas 1.543,46 Ha

• NIB 16.03.00.00.00204 seluas 807,24 Ha

• NIB 16.03.00.00.00205 seluas 2.460,13 Ha

• NIB 16.03.00.00.00206 seluas 54,73 Ha

• NIB 16.03.00.00.00207 seluas 3.244,38 Ha

12 Dengan telah dikeluarkannya wilayah Termohon Kasasi

I di Desa Jawa, lokasi redis dan Vico serta wilayah

pengeboran minyak dari Surat Keputusan a quo I dan

Surat Keputusan a quo II, maka seluruh wilayah Hak

Guna Usaha milik Pemohon Kasasi tidak dapat

diganggu gugat oleh Termohon Kasasi I. Meskipun

demikian, Termohon Kasasi I yang mendalilkan

50

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 50

Page 51: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

memiliki wilayah seluas 2.643,99 Ha berdasarkan Izin

Lokasi milik Termohon Kasasi I, mencari-cari mana di

antara 6 (enam) wilayah Hak Guna Usaha milik

Pemohon Kasasi di Kabupaten Kutai Kartanegara yang

luasnya paling mirip dengan 2.643.99 Ha dengan tujuan

untuk mengecoh Majelis Hakim Pengadilan TUN

Jakarta untuk membatalkan Surat Keputusan a quo I

dan Surat Keputusan a quo II. Dalam hal ini,

Termohon Kasasi I mengajukan Gugatan untuk

membatalkan Surat Keputusan a quo I dan Surat

Keputusan a quo II yang memberikan Hak Guna Usaha

kepada Pemohon Kasasi seluas 2.460,13 Ha.

13 Namun, Dr. Arifin Marpaung, SH., MHum. selaku

Hakim Anggota I tingkat Banding di Pengadilan Tinggi

TUN Jakarta secara cermat membaca dan

memperhatikan Surat Keputusan a quo I, di mana Dr.

Arifin Marpaung, SH., MHum. menyimpulkan bahwa

tanah yang dikuasai Termohon Kasasi I telah

dikeluarkan dari Surat Keputusan a quo I dan Surat

Keputusan a quo II. Meskipun demikian, kedua Hakim

lainnya berpendapat lain karena tidak memeriksa Bukti

Surat Keputusan a quo I secara cermat dan teliti bahkan

kedua Hakim lainnya tidak membahas Surat Keputusan

a quo I dalam Pertimbangan Hukumnya.

Dissenting opinion Dr. Arifin Marpaung, SH., MHum. selaku Hakim Anggota I

di tingkat Pengadilan Tinggi TUN Jakarta dikutip sebagai berikut:

“…Dalam konsiderans surat keputusan pemberian hak (Bukti T-1) tersebut

terlihat, bahwa tanah yang dikuasai oleh pihak lain (yang berarti termasuk lahan

yang dikuasai Penggugat/Terbanding di Kelurahan Jawa) telah dikeluarkan dari

obyek keputusan in litis. Hal itu jelas terlihat dari rangkaian pertimbangan

Tergugat I/Pembanding III dalam keputusan in litis (Bukti T-1) yang telah

mempertimbangkan mulai dari luasan tanah yang dimohon Tergugat II

Intervensi/Pembanding I hingga memperhatikan luasan tanah yang dikuasai

oleh pihak lain diatas tanah yang dimohon tersebut …”

(butir 7 halaman 21 Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta)

51

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 51

Page 52: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

14 Berdasarkan penjelasan, dasar hukum dan analisa di

atas, terbukti bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi

TUN Jakarta telah salah menerapkan Pasal 53 ayat (1)

UU PTUN karena Termohon Kasasi I tidak memiliki

kepentingan dalam perkara a quo. Dengan demikian,

berdasar hukum bagi Majelis Hakim Kasasi Yang Mulia

untuk membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi TUN

Jakarta dan selanjutnya menolak seluruh Gugatan

Termohon Kasasi I.

B. Berdasarkan Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B Nomor: 540.2/09a/

RPT.PAN.B/VII/2008, Termohon Kasasi I Tidak Memiliki Kepentingan Dalam

Perkara A Quo Karena Tanah yang Dikuasai Termohon Kasasi I Berbeda

dengan Tanah Hak Guna Usaha Milik Pemohon Kasasi

15 Berdasarkan Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B

Nomor: 540.2/09a/RPT.PAN.B/VII/2008, tanah yang

dikuasai Termohon Kasasi I berbeda dengan wilayah

Hak Guna Usaha milik Pemohon Kasasi. Hal ini

disebabkan: (i) rencana tata ruang wilayah yang

diberikan Hak Guna Usaha melalui Surat Keputusan a

quo I dan Surat Keputusan a quo II adalah untuk

perkebunan bukan untuk pertambangan dan (ii) tanah

yang dikuasai pihak ketiga (termasuk Termohon Kasasi

I) disimpulkan untuk dikeluarkan dari Surat Keputusan

a quo I.

Kesimpulan Panitia Pemeriksaan Tanah B Butir 10 menyatakan:

“Bahwa peruntukkan/penggunaan tanahnya telah sesuai dengan Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Kartanegara”

(Butir 10 Halaman 8 Bagian VII tentang Kesimpulan Risalah Panitia

Pemeriksaan Tanah B)

Kesimpulan Panitia Pemeriksaan Tanah B Butir 11 menyatakan:

“Bahwa dengan menganalisis, mencermati permohonan Hak Guna Usaha PT.

Perkebunan Kaltim Utama I, di Kelurahan Teluk Dalam, Dondang, dan Pulau

52

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 52

Page 53: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

seribu, Kecamatan Muara Jawa, Desa Tani Bakti, Batuah dan Tani Harapan,

Kecamatan Loa Janan, Kelurahan Jawa, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten

Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur seluas 11.607 Ha

dipertimbangkan untuk dapat diberikan Hak Guna Usaha setelah dikurangi areal

yang masuk wilayah Samarinda dan yang dikuasai oleh Pihak III.

(Butir 11 Halaman 8 Bagian VII tentang Kesimpulan Risalah Panitia

Pemeriksaan Tanah B)

16 Hal ini diperkuat oleh Dissenting opinion Dr. Arifin

Marpaung, SH., MHum. selaku Hakim Anggota I

tingkat banding Pengadilan Tinggi TUN Jakarta yang

telah membaca dan memperhatikan Risalah Panitia

Pemeriksaan Tanah B, di mana Dr. Arifin Marpaung,

SH., MHum. menyimpulkan bahwa tanah yang dikuasai

Termohon Kasasi I telah dikeluarkan dari Surat

Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II.

Meskipun demikian, kedua Hakim lainnya berpendapat

lain karena tidak memeriksa Risalah Panitia

Pemeriksaan Tanah B secara cermat dan teliti bahkan

kedua Hakim lainnya tidak membahas Risalah Panitia

Pemeriksaan Tanah B dalam Pertimbangan Hukumnya.

Dissenting opinion Dr. Arifin Marpaung, SH., MHum. selaku Hakim Anggota I

tingkat banding Pengadilan Tinggi TUN dikutip sebagai berikut:

“… setelah dilakukan pengukuran dan pemeriksaan tanah oleh Panitia

Pemeriksaan Tanah B, luas lahan yang dimohon Tergugat II Intervensi/

Pembanding I tersebut hanya seluas 14.484 Ha, dimana didalamnya termasuk

tanah yang dikuasai oleh pihak lain serta sempadan jalan dan sempadan sungai.

Kemudian setelah Panitia Pemeriksaan Tanah B memeriksa dan melakukan

pengukuran, ternyata tanah pihak lain yang berada diatas lahan yang diukur itu

yang luas seluruhnya 5.854,11 Ha. Dengan adanya penguasaan pihak lain seluas

5.854,11 Ha tersebut maka Tergugat I/Pembanding III dalam keputusannya

hanya dapat mengabulkan permohonan Hak Guna Usaha yang diajukan

Tergugat II Intervensi/Pembanding I seluas 8.633,89 Ha. Dengan demikian

terbukti bahwa lahan yang dikuasai Penggugat/Terbanding yakni tanah yang

terletak di Kelurahan Jawa telah dipertimbangkan oleh Tergugat I/Pembanding

III bahkan telah dikeluarkan dari luas tanah yang dimohon Tergugat II

Intervensi.”

53

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 53

Page 54: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(butir 7 halaman 22 Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta)

17 Berdasarkan uraian tersebut di atas, terbukti bahwa

tanah yang dikuasai Termohon Kasasi I berbeda dengan

tanah Hak Guna Usaha milik Pemohon Kasasi. Dengan

demikian, berdasar hukum bagi Majelis Hakim Kasasi

Yang Mulia untuk membatalkan Putusan Pengadilan

Tinggi TUN Jakarta dan selanjutnya menolak seluruh

Gugatan Termohon Kasasi I.

C. Pengakuan Termohon Kasasi I Bahwa Wilayah Pertambangan Termohon Kasasi

I Terletak di Wilayah Kerja Perusahaan Operator Migas Membuktikan Bahwa

Termohon Kasasi I Tidak Memiliki Kepentingan Dalam Perkara A Quo Karena

Tanah yang Dikuasai Termohon Kasasi I Berbeda dengan Tanah Hak Guna

Usaha Milik Pemohon Kasasi

18 Termohon Kasasi I dalam Gugatannya secara jelas

mendalilkan bahwa wilayah Kuasa Pertambangan

Termohon Kasasi I berada dalam wilayah kerja

Pertamina dan wilayah kerja sama pemanfaatan lahan

dengan PT. Medco E&P Indonesia dan Vico Indonesia.

Artinya, wilayah Kuasa Pertambangan Termohon

Kasasi I tidak berada dalam wilayah Hak Guna Usaha

yang dimiliki Pemohon Kasasi. Hal ini dikutip sebagai

berikut:

“Bahwa wilayah kuasa pertambangan (WKP) Penggugat berdasarkan KP-

Eksploitasi No. 540/010/KP-Ep/DPE-IV/II/2008 tanggal 19 Februari 2008

masih berada di dalam Wilayah Kerja Pertamina yang dikelola oleh Perusahaan

Operator Migas yang sejak tanggal 27 Januari 1989 yang telah menguasai

wilayah lahan pertambangan tersebut, dimana Penggugat sebelum melakukan

kegiatan eksploitasi telah terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan

Perusahaan Operator Migas tersebut dengan melakukan antara lain sebagai

berikut:

• Perjanjian pemanfaatan lahan bersama antara PT. Medco E&P Indonesia

(TAC Pertamina-Medco-Sangasanga dengan penggugat tanggal 4 Oktober

2007; dan;

54

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 54

Page 55: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Perjanjian tumpang tindih lahan antara Vico Indonesia dengan penggugat

tanggal 31 Januari 2008 Migas TAC;

(Paragraf 3 Halaman 15 dan paragraf 1 Halaman 16 Putusan Pengadilan TUN

Jakarta)

12 Lebih lanjut lokasi pengeboran minyak, redis dan Vico

tersebut juga telah dikeluarkan dari Surat Keputusan a

quo I dan Surat Keputusan a quo II. Hal ini

mempertegas bahwa wilayah yang dikuasai Termohon

Kasasi I berbeda dengan wilayah Hak Guna Usaha

milik Pemohon Kasasi.

13 Dengan demikian terbukti bahwa Termohon Kasasi I

tidak memiliki kepentingan dalam perkara a quo karena

wilayah Kuasa Pertambangan Termohon Kasasi I tidak

berada dalam wilayah Hak Guna Usaha yang dimiliki

Pemohon Kasasi. Oleh karena itu berdasar hukum bagi

Majelis Hakim Kasasi Yang Mulia untuk membatalkan

Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta dan

selanjutnya menolak seluruh Gugatan Termohon Kasasi

I.

D. Seandainya Pun Ada Wilayah Kuasa Pertambangan Milik Termohon Kasasi I

Yang Terletak di Wilayah Hak Guna Usaha Pemohon Kasasi (quod non),

Pembayaran-Pembayaran Yang Dilakukan Termohon Kasasi I Tidak Melahirkan

Kepentingan Apapun Bagi Termohon Kasasi I

14 Seandainya pun ada wilayah Kuasa Pertambangan

milik Termohon Kasasi I yang terletak di wilayah Hak

Guna Usaha milik Pemohon Kasasi (quod non), maka

harus diperhatikan apakah pembayaran-pembayaran

yang dilakukan oleh Termohon Kasasi I tersebut sudah

sah dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Pada kenyataannya, pembayaran-pembayaran yang

dilakukan oleh Termohon Kasasi I bertentangan dengan

ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana dijelaskan

di bawah ini.

55

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 55

Page 56: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

15 Seandainya benar Termohon Kasasi I telah melakukan

pembayaran-pembayaran untuk pembebasan tanah,

maka tindakan pembayaran tersebut jelas tidak dapat

dibenarkan karena dilakukan di atas areal tanah yang

sudah diberikan Izin Lokasinya kepada Pemohon

Kasasi. Tindakan pembayaran tersebut melanggar Pasal

8 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala

Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999

tentang Izin Lokasi, di mana “pembebasan” tanah

hanya dapat dilakukan oleh Pemegang Izin Lokasi

setelah mendapatkan Izin Lokasi.

Pasal 8 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi

“Pemegang Izin Lokasi diizinkan untuk membebaskan tanah dalam areal Izin

Lokasi dari hak dan kepentingan pihak lain berdasarkan kesepakatan dengan

pemegang hak atau pihak yang mempunyai kepentingan tersebut dengan cara

jual beli, pemberian ganti kerugian, konsolidasi tanah atau cara lain sesuai

ketentuan yang berlaku.”

16 Seandainya benar Termohon Kasasi I telah melakukan

pembayaran-pembayaran sejak Juni 2007 untuk

pembebasan tanah, maka tindakan pembayaran tersebut

jelas tidak dapat dibenarkan karena tindakan

pembayaran tersebut dilakukan tanpa alas hak yang

benar. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Izin Peninjauan yang dimiliki oleh Termohon Kasasi I pada tahun 2005

tersebut tidak memberikan hak prioritas apapun kepada Termohon

Kasasi I (termasuk pembebasan lahan) selain untuk mengenal suatu

wilayah tertentu untuk kepentingan pertambangan. Hal ini sesuai dengan

Penjelasan Surat Keterangan Izin Peninjauan (SKIP) Direktorat Jenderal

Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi Nomor

2155/2011/040000/1986 tanggal 19 November 1986:

“1. Pengertian dan tujuan SKIP:

56

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 56

Page 57: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

SKIP adalah merupakan surat keterangan jalan bagi seseorang untuk

memasuki/pengadakan peninjauan umum terhadap suatu wilayah

tertentu dalam jangka waktu 1 (satu) bulan, tujuannya adalah

memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk mengetahui

dan mengenal wilayah yang akan ditinjau tersebut kemungkinan adanya

endapan bahan galian dalam rangka permohonan Kuasa Pertambangan/

Kontrak Karya tanpa memberikan hak prioritas apapun kepada

pemegang SKIP yang bersangkutan.”

• Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum yang dimiliki oleh Termohon

Kasasi I pada tahun 2005 ditujukan hanya untuk memeriksa adanya

bahan galian dalam wilayah Kuasa Pertambangan (bukan Izin untuk

melakukan pembebasan lahan). Hal ini sesuai dengan Pasal 25 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Pertambangan:

“Pemegang Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum yang menemukan

suatu bahan galian dalam wilayah Kuasa Pertambangannya, mendapat

prioritas pertama untuk memperoleh Kuasa Pertambangan Eksplorasi

atas bahan galian tersebut.”

• Kuasa Pertambangan Eksplorasi yang dimiliki oleh Termohon Kasasi I

pada tahun 2008 ditujukan untuk mendapatkan kepastian tentang adanya

jumlah kadar, sifat dan nilai bahan galian (bukan Izin untuk melakukan

pembebasan lahan). Hal ini sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang

Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pertambangan:

“Pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi berhak melakukan segala

usaha untuk mendapatkan kepastian tentang adanya jumlah kadar, sifat

dan nilai bahan galian dengan mempergunakan peralatan dan teknik

pertambangan sebaik-baiknya.”

57

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 57

Page 58: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

12 Seandainya benar Termohon Kasasi I telah melakukan

pembayaran-pembayaran, maka pembayaran yang

dilakukan tersebut dilakukan sejak Juni 2007 (pada saat

Termohon Kasasi I belum mendapatkan Izin Lokasi)

sedangkan Pemohon Kasasi telah mendapatkan Izin

Lokasi sejak tanggal 31 Mei 2004 dan telah memohon

Hak Guna Usaha atas tanah tersebut sejak tanggal 21

Februari 2007.

13 Bahwa oleh karena tindakan pembayaran-pembayaran

yang dilakukan oleh Termohon Kasasi I tersebut tidak

dapat dibenarkan maka jelas tidak ada kepentingan

yang dirugikan dari Termohon Kasasi I berkaitan

dengan terbitnya Surat Keputusan a quo I dan Surat

Keputusan a quo II. Seandainya pun Termohon Kasasi

I merasa kepentingannya dirugikan, Quod Non, maka

hal tersebut jelas bukan akibat dari penerbitan Surat

Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II,

melainkan akibat kesalahan/kelalaian dari Termohon

Kasasi I sendiri.

14 Bahwa alangkah ironisnya apabila setiap pengusaha

pertambangan dengan sengaja masuk ke lokasi tanah

yang telah diberikan Izin Lokasinya kepada pihak

tertentu dan kemudian dengan hanya bermodalkan

pembayaran-pembayaran tanpa alas hak yang benar

kepada masyarakat sekitar untuk keperluan

“pembebasan lahan”, sudah langsung dapat dianggap

mempunyai kepentingan terhadap lokasi tanah yang

telah dibebaskan tersebut.

15 Bahwa oleh karena tidak ada kepentingan

TERMOHON KASASI I yang dirugikan sehubungan

dengan diterbitkannya Surat Keputusan a quo I dan

Surat Keputusan a quo II, maka TERMOHON KASASI

I jelas tidak mempunyai kapasitas/kualitas dan

kepentingan untuk mengajukan Gugatan a quo terhadap

Surat Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II

58

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 58

Page 59: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) UU

PTUN.

E. Seandainya Pun Ada Wilayah Kuasa Pertambangan Milik Termohon Kasasi I

Yang Terletak di Wilayah Hak Guna Usaha Pemohon Kasasi (quod non), Hal

Tersebut Tidak Dapat Dijadikan Dasar Untuk Membatalkan Surat Keputusan A

Quo I dan Surat Keputusan A Quo II

16 Seandainya pun ada wilayah Kuasa Pertambangan

milik Termohon Kasasi I yang terletak di wilayah Hak

Guna Usaha milik Pemohon Kasasi (quod non), maka

hal tersebut tidak dapat dijadikan dasar untuk

membatalkan Surat Keputusan a quo I dan Surat

Keputusan a quo II karena Kuasa Pertambangan Bukan

hak atas tanah.

17 Bahwa hak atas tanah berdasarkan Pasal 16 ayat (1) UU

No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria adalah hak milik, Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka

tanah, hak memungut hasil hutan, hak gadai, hak usaha

bagi hasil, hak menumpang, dan hak sewa tanah

sedangkan keseluruhan aktivitas konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian tidak

termasuk dalam salah satu hak atas tanah sebagaimana

dimaksud dalam UU No. 5 tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

18 Oleh karena aktivitas penambangan bukan hak atas

tanah maka adanya aktivitas penambangan dimaksud

tidak dapat dijadikan alasan untuk membatalkan hak

atas tanah. Hal ini dipertegas oleh Dissenting Opinion

Dr. Arifin Marpaung, SH., MHum. selaku Hakim

Anggota I tingkat banding Pengadilan Tinggi TUN

Jakarta yang dikutip sebagai berikut:

“Bahwa jika ternyata terdapat silang sengketa di lapangan mengenai letak lahan

yang menjadi hak masing-masing pemegang ijin pertambangan dengan

59

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 59

Page 60: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

pemegang ijin perkebunan, maka solusi hukum yang seharusnya ditegakkan

adalah dengan mencari prinsip-prinsip hukum pada rezim hukum masing-

masing yakni hukum pertambangan dengan hukum pertanahan. Prinsip yang

pertama adalah bahwa ijin pertambangan bukanlah hak atas tanah, melainkan

dalam jangka waktu tertentu mengekploitasi tanah untuk menggali bahan

tambang (Lihat Pasal 138 Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batu Bara). Yang kedua bahwa Hak Guna Usaha

merupakan hak atas tanah yang melekat pada subyek selaku pemegang haknya.

Oleh karena itu sekiranyapun ada ijin pertambangan diatas hak atas tanah milik

orang lain, maka ijin pertambangan tidak dapat dijadikan dalih untuk

membatalkan hak atas tanah.”

(Butir 11 Halaman 24 Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta)

19 Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas telah

terbukti bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi TUN

Jakarta telah salah menerapkan hukum khususnya Pasal

53 ayat (1) UU PTUN yang mensyaratkan bahwa untuk

mengajukan Gugatan Tata Usaha Negara harus ada

unsur kepentingan Penggugat (in casu Termohon Kasasi

I) yang dirugikan akibat timbulnya Surat Keputusan a

quo I dan Surat Keputusan a quo II.

20 Bahwa di samping itu untuk membuktikan adanya

tumpang tindih di atas lahan Hak Guna Usaha milik

Pemohon Kasasi, Pengadilan Tinggi TUN Jakarta

mempertimbangkan kesepakatan bersama tertanggal 6

Desember 2010 dan juga menggunakan keterangan

saksi-saksi yang baru disampaikan dalam persidangan

pada tahun 2011, di mana hal tersebut jelas merupakan

hal yang baru ada setelah Surat Keputusan a quo I dan

Surat Keputusan a quo II diterbitkan pada tahun 2009

(Post factum). Majelis Hakim Pengadilan Tinggi TUN

Jakarta seharusnya mempertimbangkan keadaan-

keadaan pada saat diambilnya keputusan pejabat tata

usaha negara (ex tunc) bukan keadaan-keadaan setelah

keputusan pejabat tata usaha negara yang

dipermasalahkan diterbitkan (ex nunc). Hal ini sesuai

dengan definisi asas kecermatan di mana berdasarkan

60

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 60

Page 61: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

asas ini, pejabat tata usaha negara sebelum mengambil

keputusan harus mempertimbangkan seluruh dan setiap

hal secara teliti dan seksama. Artinya, hal-hal yang

dipertimbangkan oleh pejabat tata usaha negara tersebut

adalah hal-hal yang telah ada sebelum diterbitkannya

keputusan tata usaha negara bukan hal-hal yang baru

akan ada setelah diterbitkannya keputusan tata usaha

negara.

21 Bahwa adapun kesepakatan bersama tanggal 6

Desember 2010 bukan saja merupakan bukti post

factum, namun juga tidak dapat dijadikan dasar bahwa

wilayah Kuasa Pertambangan Termohon Kasasi I

terletak di wilayah Hak Guna Usaha milik Pemohon

Kasasi, karena kesepakatan bersama tersebut hanyalah

cermin itikad baik dari Pemohon Kasasi untuk

bekerjasama dengan Termohon Kasasi I seandainya ada

wilayah Kuasa Pertambangan Termohon Kasasi I yang

terletak di wilayah Hak Guna Usaha milik Pemohon

Kasasi (quod non). Di samping itu, kesepakatan

bersama tanggal 6 Desember 2010 jelas-jelas tidak

dapat mengikat Termohon Kasasi II dan Termohon

Kasasi III yang mengeluarkan Surat Keputusan a quo I

dan Surat Keputusan a quo II oleh karena Termohon

Kasasi II dan Termohon Kasasi III jelas-jelas bukan

pihak dalam kesepakatan bersama tanggal 6 Desember

2010 tersebut.

V. Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta Berdasar Hukum Untuk Dibatalkan

Karena Majelis Hakim Pengadilan Tinggi TUN Jakarta Salah Menerapkan

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 9 Tahun 1999 Jo. Peraturan

Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 7 Tahun 2007 Jo. Peraturan Menteri

Negara Agraria/Kepala BPN No. 2 Tahun 1999

22 Majelis Hakim Pengadilan Tinggi TUN Jakarta pada

pokoknya mempertimbangkan bahwa dalam penerbitan

Surat Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II

terdapat cacat substansi karena Termohon Kasasi I dan

61

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 61

Page 62: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Termohon Kasasi II (i) tidak mengindahkan

kepentingan terkait di atas tanah yang diberikan Hak

Guna Usaha berdasarkan Surat Keputusan a quo I dan

Surat Keputusan a quo II dan (ii) tidak dilengkapi

dengan Surat Pernyataan atau Surat Keterangan dari

Kepala Desa atau Lurah setempat mengenai tidak

dalam sengketa maupun tidak terdapat lahan garapan

masyarakat sebagaimana Analisa Panitia Pemeriksaan

Tanah B.

Halaman 18 Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta:

“… bahwa sampai saat dibuatnya Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B aquo

pada kelurahan Jawa (letak tanah yang termuat dalam surat keputusan obyek

sengketa) masih terdapat lahan garapan masyarakat yang telah beralih kepada

Penggugat/Terbanding sesuai 16 surat pernyataan pengalihan hak yang dibuat

tahun 2007 bukti P-10 dan dikuatkan dengan surat pernyataan Lurah Kelurahan

Jawa bukti P-23. Dan juga dari bukti T.II.Int-5 diakui adanya tumpang tindih

lahan pada wilayah kuasa pertambangan Penggugat/Terbanding dengan lahan

tanah yang termuat dalam obyek sengketa; bahwa dengan demikian

disimpulkan oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama bahwa dalam pemeriksaan di

persidangan didapat fakta hukum bahwa dalam penerbitan obyek sengketa oleh

Tergugat I/Pembanding III maupun Tergugat II/Pembanding II tidak

memperhatikan saran Panitia Pemeriksaan Tanah B dan diperoleh fakta hukum

di atas tanah yang termuat dalam keputusan obyek sengketa masih terdapat

kepentingan pihak Penggugat/Terbanding berupa lahan yang belum dibebaskan

…”

(Halaman 18 Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta)

23 Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Pengadilan

Tinggi TUN Jakarta tersebut tidak benar dan tidak

berdasar karena Termohon Kasasi II dan Termohon

Kasasi III telah memperhatikan kepentingan terkait

oleh karena itu Termohon Kasasi II dan Termohon

Kasasi III mengeluarkan seluruh kepentingan pihak

terkait dari Surat Keputusan a quo I dan Surat

Keputusan a quo II. Hal ini terbukti berdasarkan

halaman 2 huruf d Surat Keputusan a quo I yang

62

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 62

Page 63: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dikutip sebagai berikut (Vide Bukti TI-1 = Bukti

T.II.Intv-6):

“...

b Bahwa terhadap tanah yang diberikan Izin Lokasi tersebut setelah dilakukan

pengukuran secara kadasteral, diperoleh hasil pengukuran keliling ……seluas

14.484 ha yang didalamnya terdapat:

• Desa Tani Harapan (1)

…………………………...seluas 1.048 ha

• sempadan sungai (2)

…………………………… seluas 33 ha

• sempadan jalan (3)

………………………………seluas 8 ha

• sempadan jalan (4)

………………………………seluas 13 ha

• sempadan jalan (5)

………………………………seluas 30 ha

• sempadan jalan (6)

………………………………seluas 8 ha

• sempadan jalan (7)

………………………………seluas 4 ha

• areal telah SHM (8)

………………………………seluas 9 ha

• pengeboran minyak (9)

………………………...seluas 1.148 ha

• wilayah Samarinda (a1, a2 dan a3) ……………

seluas 1.1378,52 ha

• HGU Multi Breder, peternakan ayam, rumah,

pekarangan Desa Tani Bhakti (b) ………………seluas 276,70 ha

• rumah, pekarangan Desa Tani Harapan (c)

…...seluas 49,88 ha

• Dusun Walimbong (d)

……………………………seluas 233,35 ha

• lokasi redis dan Vico (e)

……………………….seluas 1.034,66 ha

63

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 63

Page 64: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• wilayah Desa Jawa (j)

…………………………..seluas 576,00 ha +

seluruhnya ………………………………………………………..……..seluas

(5.854,11 ha) -

dikeluarkan dari areal yang dimohon, sehingga yang dapat

dipertimbangkan untuk diberikan Hak Guna Usaha menjadi …...seluas

8.633,89 ha”

(halaman 2 huruf d Surat Keputusan a quo I)

(catatan: cetak tebal dan garis bawah oleh PEMOHON KASASI).

24 Bahwa dari bagian Pertimbangan dalam Surat

Keputusan a quo I yang dikutip di atas menunjukkan

bahwa Majelis Hakim Pengadilan Tinggi TUN Jakarta

yang mempertimbangkan bahwa Termohon Kasasi II

dan Termohon Kasasi III tidak mengindahkan

kepentingan pihak terkait adalah kesalahan yuridis yang

fatal karena Termohon Kasasi II dan Termohon Kasasi

III telah mengeluarkan seluruh kepentingan pihak

terkait seluas 5.854,11 Ha dari Surat Keputusan a quo I

dan Surat Keputusan a quo II.

25 Selanjutnya pertimbangan hukum Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi TUN Jakarta yang

mempertimbangkan bahwa dalam proses penerbitan

Surat Keputusan a quo I terdapat cacat substansi karena

tidak dilengkapi Surat Pernyataan dari Kepala Desa

atau Lurah setempat mengenai tidak dalam sengketa

maupun tidak terdapat lahan garapan masyarakat,

adalah pertimbangan yang tidak benar dan tidak

berdasar karena Kepala Kelurahan Jawa pada tanggal

23 Januari 2007 telah memberikan surat keterangan dan

dukungan bagi Pemohon Kasasi untuk memperoleh

Hak Guna Usaha di mana surat keterangan dan

dukungan tersebut tidak akan pernah diberikan apabila

wilayah Hak Guna Usaha yang dimohonkan Pemohon

Kasasi masih terdapat sengketa ataupun terdapat lahan

garapan masyarakat yang belum dibereskan. Bagian

64

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 64

Page 65: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Analisa dalam Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B

Propinsi Kalimantan Timur Nomor : 540.2/09.a/

RPT.PAN.B/VII/2008 tanggal 28 Juli 2008 dikutip

sebagai berikut :

“9. Bahwa PT. Perkebunan Kaltim Utama I telah memperoleh Surat Keterangan

dan Dukungan dari Kepala Kelurahan Jawa perihal mendukung keberadaan

permohonan Hak Guna Usaha PT. Perkebunan Kaltim Utama I tanggal 23

Januari 2007.”

(Butir 9 Halaman 7 Bagian VI Analisa Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B)

26 Bahwa secara substansi materil tidak adanya sengketa

dalam wilayah Hak Guna Usaha yang dimohonkan

Pemohon Kasasi diperkuat oleh Panitia Pemeriksaan

Tanah B Propinsi Kalimantan Timur di mana Panitia

Pemeriksaan Tanah B dalam peninjauannya di

lapangan, TIDAK menemukan keberatan dari pihak

lain atas permohonan Hak Guna Usaha oleh Pemohon

Kasasi. Bagian Analisa dalam Risalah Panitia

Pemeriksaan Tanah B Propinsi Kalimantan Timur

Nomor: 540.2/09.a/RPT.PAN.B/VII/2008 tanggal 28

Juli 2008 dikutip sebagai berikut:

“12. Bahwa pada saat Panitia Pemeriksaan Tanah “B” melakukan peninjauan

dilapangan, tidak ditemukan adanya keberatan dari pihak lain.”

(Butir 12 Halaman 7 Bagian VI Analisa Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B)

27 Di samping itu, apabila benar Surat Keterangan dari

Kepala Desa atau Lurah bahwa tidak terdapat sengketa

di wilayah yang dimohonkan Hak Guna Usaha belum

terpenuhi, maka Panitia Pemeriksaan Tanah B akan

mencatat hal tersebut dalam Bagian Kesimpulan dari

Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B Propinsi

Kalimantan Timur. Pada kenyataannya, satu-satunya

kondisi yang menjadi catatan dalam Kesimpulan

Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B adalah

dikeluarkannya areal yang masuk wilayah Samarinda

65

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 65

Page 66: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dan yang dikuasai pihak ketiga dari wilayah Hak Guna

Usaha yang dimohonkan Pemohon Kasasi.

28 Di samping itu Panitia Pemeriksaan Tanah B sendiri

telah berpendapat bahwa tidak ada sengketa dan tidak

ada lahan garapan masyarakat di atas tanah yang

dimohonkan Hak Guna Usaha tersebut. Sedangkan

surat pernyataan atau surat keterangan dari kepala desa

setempat sifatnya hanyalah memperkuat Analisa Panitia

Pemeriksaan Tanah B tersebut dan bukan merupakan

condition sine qua non untuk diterbitkannya Surat

Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II. Lebih

lanjut, pendapat Panitia Pemeriksaan Tanah B tersebut

bukan merupakan persyaratan yang diwajibkan oleh

suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku

untuk disetujuinya Permohonan Hak Guna Usaha yang

diajukan oleh Pemohon Kasasi (quod non).

Bagian Analisa dalam Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B Propinsi

Kalimantan Timur Nomor: 540.2/09.a/RPT.PAN.B/VII/2008 tanggal 28 Juli

2008 dikutip sebagai berikut:

“11. Bahwa diatas tanah yang dimohon tidak ada sengketa dan tidak ada lahan

garapan masyarakat, dalam hal ini perlu dikuatkan Surat Pernyataan atau Surat

Keterangan dari Kepala Desa setempat.”

(Butir 11 Halaman 7 Bagian VI Analisa Risalah Panitia Pemeriksaan Tanah B)

29 Berdasarkan uraian di atas telah terbukti bahwa Surat

Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II telah

diterbitkan sesuai dengan tata cara dan ketentuan

hukum yang berlaku serta tidak terdapat cacat substansi

dalam penerbitannya. Oleh karena itu sangat berdasar

hukum apabila Majelis Hakim Kasasi Yang Mulia

membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta

dan selanjutnya mengadili sendiri dengan menolak

Gugatan Termohon Kasasi I untuk seluruhnya.

66

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 66

Page 67: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

VI. Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta Berdasar Hukum Untuk Dibatalkan

Karena Pengadilan Tinggi TUN Jakarta Telah Lalai Dalam Acara

(Vormverzuim) Karena Tidak Memberikan Pertimbangan/Alasan Hukum yang

Cukup

30 Bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim Pengadilan

Tinggi TUN Jakarta pada paragraf 1 halaman 18

Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta adalah sebagai

berikut:

“ … bahwa dalam pemeriksaan di persidangan didapat fakta hukum bahwa

dalam penerbitan obyek sengketa oleh Tergugat I/Pembanding III maupun

Tergugat II/Pembanding II tidak memperhatikan saran Panitia Pemeriksaan

Tanah B dan diperoleh fakta hukum di atas tanah yang termuat dalam keputusan

obyek sengketa masih terdapat kepentingan pihak Penggugat/Terbanding berupa

lahan tanah yang belum dibebaskan; bahwa dengan fakta hukum tersebut

Majelis Hakim Tingkat Pertama berpendapat bahwa penerbitan surat keputusan

obyek sengketa oleh Tergugat I/Pembanding III maupun oleh Tergugat II/

Pembanding II telah bertentangan dengan azas-azas umum pemerintahan yang

baik khususnya azas kecermatan dan azas akuntabilitas;

Bahwa dengan pertimbangan tersebut maka gugatan Penggugat/Terbanding

yang menuntut agar surat-surat keputusan obyek sengketa dinyatakan batal

beralasan hukum untuk dikabulkan”.

(Paragraf 1 halaman 18 Putusan Pengadilan Tinggi TUN Jakarta)

31 Bahwa dalam pertimbangan tersebut, Majelis Hakim

Pengadilan Tinggi TUN Jakarta langsung berpendapat

bahwa penerbitan Surat Keputusan a quo I dan Surat

Keputusan a quo II bertentangan dengan Asas-asas

Umum Pemerintahan Yang Baik khususnya Asas

Kecermatan dan Asas Akuntabilitas, tanpa menjelaskan

dan mempertimbangkan mengapa penerbitan Surat

Keputusan a quo I dan Surat Keputusan a quo II dinilai

bertentangan dengan Asas Kecermatan dan Asas

Akuntabilitas.

67

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 67

Page 68: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

32 Pasal 30 ayat (1) huruf c UU Mahkamah Agung

mengatur bahwa Mahkamah Agung membatalkan

Putusan Pengadilan apabila Majelis Hakim lalai

memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu

dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

“Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan

Pengadilan-pengadilan dari semua Lingkungan Peradilan karena:

a tidak berwenang atau melampaui batas

wewenang;

b salah menerapkan atau melanggar hukum

yang berlaku;

c lalai memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-

undangan yang mengancam kelalaian itu

dengan batalnya putusan yang

bersangkutan.”

12 Salah satu bentuk kelalaian tersebut berdasarkan Pasal

109 ayat (1) UU PTUN adalah apabila Majelis Hakim

dalam mengeluarkan suatu putusan, tidak memberikan

alasan hukum apa yang menjadi dasar bagi Majelis

Hakim dalam membuat putusan, dan tidak memuat

sumber hukum tertulis dan tidak tertulis yang dijadikan

dasar untuk mengadili. Kelalaian yang demikian,

berdasarkan Pasal 109 ayat (2) UU PTUN,

menyebabkan batalnya putusan pengadilan.

Pasal 25 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman, mengatur sebagai berikut :

“Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan

tersebut, memuat pula pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk

mengadili.”

Pasal 109 ayat (1) huruf e UU PTUN, menyatakan sebagai berikut :

“(1) Putusan Pengadilan harus memuat :

68

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 68

Page 69: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

e. Alasan hukum yang menjadi dasar putusan;”

Pasal 109 ayat (2) UU PTUN, menyatakan sebagai berikut :

“(2) Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dapat menyebabkan batalnya putusan Pengadilan.”

13 Hal ini diperkuat oleh Surat Edaran Mahkamah Agung

Nomor 3 Tahun 1974 tentang Pertimbangan Hukum

Putusan Pengadilan yang pada intinya menyatakan

bahwa apabila Majelis Hakim tidak/kurang

memberikan pertimbangan/alasan hukum, sukar dapat

dimengerti ataupun bertentangan satu sama lain, maka

hal tersebut dapat mengakibatkan batalnya putusan

pengadilan yang bersangkutan dalam pemeriksaan di

tingkat kasasi.

Butir 3 dan 4 Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1974,

menyatakan sebagai berikut :

“3. Dengan tidak/kurang memberikan pertimbangan / alasan, bahkan apabila

alasan-alasan itu kurang jelas, sukar dapat dimengerti ataupun

bertentangan satu sama lain, maka hal demikian dapat dipandang sebagai

suatu kelalaian dalam acara (“vormverzuim”) yang dapat mengakibatkan

batalnya putusan pengadilan yang bersangkutan dalam pemeriksaan di

tingkat kasasi.

. Mahkamah Agung minta agar supaya ketentuan dalam undang-undang,

yang menghendaki atau mewajibkan pengadilan untuk memberikan alasan

(“motiveringplic”) dipenuhi oleh saudara-saudara untuk mencegah

kemungkinan batalnya putusan pengadilan apabila tidak memuat alasan-

alasan ataupun pertimbangan-pertimbangan”

14 Bahwa batalnya putusan yang diakibatkan karena

Majelis Hakim tidak memberikan pertimbangan/alasan

hukum juga ditegaskan oleh Indroharto dalam bukunya

berjudul “Usaha Memahami Undang-Undang Tentang

Peradilan Tata Usaha Negara”, Buku II Beracara di

Pengadilan Tata Usaha Negara, halaman 130, Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan, cetakan kesembilan Agustus

2005.

69

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 69

Page 70: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Indroharto dalam bukunya “Usaha Memahami Undang-Undang Tentang

Peradilan Tata Usaha Negara”, Buku II Beracara di Pengadilan Tata Usaha

Negara, halaman 130, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, cetakan kesembilan

Agustus 2005, menyatakan sebagai berikut :

“Tetapi kalau syarat yang tersebut sub a : pada putusan yang bersangkutan tidak

ada judulnya : “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG

MAHA ESA” atau tidak disebutkan “amar putusannya” atau pertimbangan

hukumnya atau tidak disebutkan nama pihak-pihak yang bersengketa

umpamanya, maka sudah tentu putusan demikian itu menjadi batal demi

hukum.”

15 Bahwa oleh karena Majelis Hakim Pengadilan Tinggi

TUN Jakarta lalai dalam memberikan pertimbangan/

alasan hukum yang cukup mengenai apa yang menjadi

dasar Majelis Hakim Pengadilan Tinggi TUN Jakarta

menyatakan bahwa Penerbitan Surat Keputusan a quo I

dan Surat Keputusan a quo II melanggar Asas-asas

Umum Pemerintahan yang Baik khususnya Asas

Kecermatan dan Asas Akuntabilitas, maka Putusan

Majelis Hakim Pengadilan Tinggi TUN Jakarta tersebut

jelas tidak memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam

Pasal 109 ayat (1) huruf e UU PTUN dan SEMA

Nomor 3 tahun 1974. Dengan demikian berdasarkan

Pasal 30 ayat (1) huruf c UU Mahkamah Agung sangat

berdasar hukum apabila Majelis Hakim Kasasi Yang

Mulia membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Tata

Usaha Negara Jakarta No. 186/B/2011/PT.TUN.JKT.

tanggal 20 Desember 2011 Jo. Putusan Pengadilan Tata

Usaha Negara Jakarta No. 18/G/2011/PTUN.JKT.

tanggal 4 Juli 2011 dan selanjutnya mengadili sendiri

dengan menolak Gugatan Termohon Kasasi I untuk

seluruhnya.

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung

berpendapat :

mengenai alasan-alasan ad. III.1 s/d III.49 :

Menimbang bahwa terlepas dari alasan-alasan kasasi tersebut diatas, Majelis

Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi berpendapat sebagai berikut :

70

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 70

Page 71: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1 - Bahwa dari hasil penelitian berkas-berkas perkara ternyata bahwa

obyek gugatan dalam perkara No. 207 K/TUN/2012 ini berkaitan erat dan

termasuk juga didalam obyek gugatan yang diajukan dalam perkara lain yaitu

perkara No. 163 K/TUN/2012 yang sekarang juga dalam tahap pemeriksaan

kasasi yaitu perkara antara :

I PT.Perkebunan Kaltim Utama I,

II Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia,

III Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kutai Kertanegara

melawan

PT. Trisensa Mineral Utama,

Kaitan erat dan persamaan itu adalah bahwa Sertifikat HGU No. 35 yang

menjadi obyek gugatan dalam perkara ini adalah sebahagian dari

Keputusan Tata Usaha Negara Nomor : 75/HGU/BPN.RI/2009 dimana

justru keputusan T.U.N. Nomor ini menjadi obyek gugatan yang meliputi

beberapa Sertifikat, yaitu Sertifikat HGU No.33, No. 35 dan No. 37 yang

semuanya termasuk dalam obyek gugatan perkara No. 163 K/TUN/2012

tersebut diatas.

Dengan demikian antara perkara No. 163 K/TUN/2012 dan perkara No.

207 K/TUN/2012 ada keterkaitan satu sama lain yang sangat kuat

(innerlijke samenhang) sebab obyek gugatan kedua perkara itu ada

persamaannya, khususnya dan sepanjang yang menyangkut HGU No. 35.

2 - Bahwa demi untuk menghindari dua putusan akhir yang kontroversial

antara kedua perkara tersebut dan demi untuk menjaga konsistensi putusan-

putusannya , maka putusan dalam perkara No. 207 K/TUN/2012 ini harus

sinkron dan sejalan dengan putusan perkara No. 163 K/TUN/2012 yang ada

kesamaan khususnya Sertifikat HGU No. 35, yang mana sertifikat tersebut

dalam perkara No. 207 K/TUN/2012 juga menjadi obyek gugatannya.

3 - Bahwa selanjutnya secara berkelebihan (ten overvloede) perlu

dipertimbangkan bahwa surat dari Kuasa Termohon Kasasi (Penggugat Asal

Gugatan) tertanggal 3 Mei 2012 Nomor 283/RP&P/PP-ABN/V/12 perihal :

Penyampaian data Putusan Pidana No. 393/Pid.B/2011/PN.TGR tanggal 8

71

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 71

Page 72: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Nopember 2011, (Putusan Pengadilan Negeri Tenggarong), ………dst, dan

yang memuat photo copy putusan Pidana a quo menurut hemat Majelis,

Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi tidak dapat diajukan dalam tahap

kasasi ini atau dianggap sebagai bukti dalam perkara kasasi ini, sebab

Mahkamah Agung adalah bertindak sebagai judex yuris dan bukan menjadi

judex Factie.

Disamping itu berdasarkan beberapa yurisprudensi tetap, sebagai berikut:

a Putusan MARI No. 93 K/Sip/1969 tertanggal 19 April 1969 yang pada

pokoknya berisi :

“Akan diajukannya “Putusan Pidana” oleh Pemohon kasasi, dalam

proses pemeriksaan kasasi perdata tersebut pada hakekatnya adalah

merupakan untuk menyampaikan “ Suatu bukti baru” yang hal ini

tidak dapat diterima dan tidak dapat dipertimbangkan dalam

pemeriksaan tingkat kasasi”.

b Putusan MARI No. 605 K/Sip/1970 tertanggal 13 Pebruari 1971 yang pada

pokoknya berisi :

“Fakta kejadian yang belum pernah dikemukakan dalam

persidangan, baik pada Pengadilan Negeri maupun pada Pengadilan

Tinggi, hal mana merupakan suatu novum adalah tidak dapat

diajukan dan tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan di

tingkat kasasi di Mahkamah Agung”.

c Putusan MARI No. 1544 K/Sip/1976 tertanggal 5 Mei 1979 yang pada

pokoknya berisi :

“Hal/fakta-fakta baru yang belum/tidak pernah diajukan dalam

persidangan, baik di Pengadilan Negeri maupun di Pengadilan

Tinggi, maka fakta/hal baru tersebut, tidak dapat diajukan dan tidak

dapat dipertimbangkan dalam tingkat kasasi.”

Dari ketiga yuriprudensi tetap tersebut, ternyatalah bahwa suatu fakta

baru yang diajukan dalam tingkat kasasi bukan merupakan bukti yang

dapat dipertimbangkan dalam tingkat kasasi ini karena suatu bukti baru

pada hakekatnya merupakan NOVUM yang tidak dapat diajukan dan

72

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 72

Page 73: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dipertimbangkan dalam tahap kasasi ini oleh Mahkamah Agung

sebagai judex yuris bukan sebagai judex factie.

4 - Bahwa sebenarnya dari sejak pemeriksaan semula pada tingkat pertama

gugatan perkara no. 207 ini seharusnya sudah dinyatakan tidak dapat diterima

atau N.O. (Niet Ontvankelijk Verklaard) dan harus menunggu sampai ada

putusan No. 163 yang objek gugatannya lebih luas tetapi mencakup objek

gugatan perkara No. 207 ini.

Oleh karenanya, putusan judex factie dalam perkara ini harus dibatalkan

atas dasar alasan-alasan yang terlepas dari alasan dalam Memori Kasasi

tersebut diatas dan Majelis Mahkamah Agung menyatakan bahwa gugatan

asal dalam perkara No. 207 K/TUN/2012 ini harus tidak dapat diterima.

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca Kontra Memori Kasasi

yang diajukan oleh Termohon Kasasi, ternyata tidak diketemukan dalil-dalil yang

dapat mematahkan alasan-alasan dari Pemohon Kasasi;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas,

maka menurut pendapat Mahkamah Agung terdapat cukup alasan untuk mengabulkan

permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi : PT. PERKEBUNAN

KALTIM UTAMA I, dengan membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha

Negara Jakarta No. 186/B/2011/PT.TUN.JKT. tanggal 20 Desember 2011 yang

menguatkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. 18/G/2011/

PTUN.JKT. tanggal 04 Juli 2011 dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri

perkara ini dengan amar seperti disebutkan dibawah ini;

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Kasasi berada dipihak yang kalah,

maka harus dihukum untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan;

Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 48 Tahun 2009,

Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan

Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang

No. 3 Tahun 2009 serta Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana telah diubah

dan ditambah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 dan perubahan kedua

dengan Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain

yang bersangkutan;

M E N G A D I L I

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : PT.

PERKEBUNAN KALTIM UTAMA I, tersebut;

73

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 73

Page 74: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No. 186/

B/2011/PT.TUN.JKT. tanggal 20 Desember 2011 jo. putusan Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta No. 18/G/2011/PTUN.JKT. tanggal 04 Juli 2011;

MENGADILI SENDIRI :

Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima;

Menghukum Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam semua

tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp. 500.000,- (lima

ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung

pada hari Kamis tanggal 31 Mei 2012 oleh Prof. Dr. Paulus Effendie Lotulung, SH.,

Ketua Muda Urusan Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang ditetapkan oleh

Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH.,

MA., dan Dr. H.M. Hary Djatmiko, SH., M.S.Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota,

dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga, oleh Ketua

Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Handri Anik

Effendi, SH. Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh para pihak;

Hakim-Hakim Anggota : K e t u a :

Panitera Pengganti :

Biaya-biaya perkara :1. Meterai ......................... Rp. 6.000,-2. Redaksi ........................ Rp. 5.000,-3. Administrasi Kasasi ...... Rp. 489.000,- + Jumlah ........ Rp. 500.000,-

74

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 74

Page 75: 207_K_TUN_2012

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Untuk SalinanMAHKAMAH AGUNG RI

a.n. PaniteraPanitera Muda Tata Usaha Negara,

ASHADI, SH.NIP. : 220 000 754

75

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 75