Upload
syahrul-habibi-nasution
View
62
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
ISSN 2337-3776
HUBUNGAN JENIS PENGOBATAN DAN SIKAP DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI
LAMPUNG
Mega Noviasari1), dr. TA Larasati, M.Kes 2).Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung1), Staf Pengajar Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung2).Email: [email protected]
AbstrakDiabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup dan memerlukan terapi secara terus menerus. Sehingga tujuan penatalaksaan DM secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup. Selain menggunakan pengobatan medis modern, banyak pasien DM juga menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik. Pada pasien DM tipe 2 sikap merupakan komponen yang dapat mempengaruhi terhadap kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara jenis pengobatan dan sikap dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Design penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 80 responden. Untuk mengukur kualitas hidup digunakan kuesioner Diabetes Quality of Life Clinical Trial Quessionnaire (DQLCTQ). Sedangkan aspek sikap diukur dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan jenis pengobatan diukur dengan kuesioner terbuka. Analisis data menggunakan koefisien korelasi Spearman dan uji Man Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 30 responden (37,5%) yang menggunakan pengobatan alternatif dan komplementer. Terdapat hubungan bermakna antara jenis pengobatan dengan kualitas hidup (p value 0.00, α < 0.05). Terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan kualitas hidup (p value 0.00, α < 0.05).
Kata kunci : Diabetes Melitus tipe 2, Jenis Pengobatan, Kualitas Hidup, Pengobatan Alternatif dan Komplementer, Sikap.
RELATIONSHIP BETWEEN THE TYPE OF TREATMENT AND THE ATTITUDE TO THE QUALITY OF LIFE OF PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES IN HOSPITAL DR.
H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG PROVINCE.
Mega Noviasari1), dr. TA Larasati, M.Kes 2).1) Student in Medical Faculty of Lampung University, 2) Lecturer in Medical Faculty of Lampung
University Email: [email protected]
AbstractDiabetes Melitus is a chronic disease that will remain for life and therapies continuouly. Therefore, the general purpose of therapy of Diabetes Melitus is to increase quality of life. Beside of using modern medical therapies, many Diabetets Melitus patients are using complementer and alternative medicine (CAM) to get a better outcome. In patients with type 2 diabetes melitus, attitude is a component that can affect the quality of life. This research aims to know the relationship between the type of treatment and the attitude to the quality of life of patients with type 2 diabetes in hospital Dr. H. Abdul Moeloek Lampung province. This research used cross sectional method with accidental sampling technic and needed 80 respondents. Quality of life was measured by Diabetes Quality of Life Clinical Trial Questionnaire (DQLCTQ). While aspects of the attitudes was measured by questionnaires that have tested the validity and type of treatment was measured with an open questionnaire. Data analysis that was used in this research is Spearman correlation coefficient and Man Whitney test. The results of this research showed that there were 30 respondents (37.5%) were using CAM. There is a significant relationship between the type of treatment to quality of life (p value 0.00, α <0.05). There is a significant relationship between attitude and quality of life (p value 0.00, α <0.05).
Key words : Attitude, Complementary and Alternatif Medicine (CAM), Diabetes Melitus type 2, Quality of Life, Type of Treatment.
1MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013
ISSN 2337-3776
I. PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang
akan meningkat jumlahnya di masa datang. Menurut data statistik International
Diabetes Federation (2010), Indonesia menempati urutan ke-9 dengan jumlah
penderita DM terbesar di dunia setelah India, Cina, Amerika, Rusia, Brazil,
Jerman, Pakistan dan Jepang, yaitu sebanyak 6,9 juta penduduk. Sehingga
diprediksi pada tahun 2030 jumlah penderita DM akan meningkat menjadi 11,9
juta penduduk. Menurut Dinkes Lampung (2011) Angka kejadian DM di provinsi
Lampung untuk rawat jalan pada tahun 2009 mencapai 365 orang dan mengalami
peningkatan pada tahun 2010 sejumlah 1103 orang.
DM adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi penderitanya dapat
hidup normal apabila gula darahnya dapat dikendalikan pada batas-batas normal
(Soegondo, 2009). Seseorang menderita suatu permasalahan mempunyai
kecenderungan untuk mencari informasi tentang permasalahan yang dihadapi
serta cara-cara mengatasinya (Zahtamal et al, 2007). Individu yang
memperlihatkan beberapa perilaku kesehatan yang positif lebih menyukai
memakai pengobatan alternatif dan komplementer secara independen dari status
kesehatan mereka (Nahin, 2007). Banyak diantaranya kemudian mencari alternatif
lain dalam mendapatkan pengobatan yang diinginkannya. Kecenderungan ini erat
kaitannya dengan semakin sadarnya masyarakat terhadap efek samping bahan
kimia sebagai bahan dasar pembuatan obat moderen. Akhir-akhir ini negara-
negara yang maju sudah mulai melakukan gerakan kembali ke alam (back to
nature) dengan melakukan perubahan gaya hidup, gerakan ekologis, serta
makanan dan pengobatan yang memacu perkembangan pengobatan alternatif dan
komplementer (Handriono, 2010).
Pada pasien DM sikap merupakan komponen yang dapat mempengaruhi terhadap
kesehatan meraka. Pasien DM mempunyai perbedaan sikap terhadap dirinya dan
kehidupannya termasuk dalam pola makan karena adanya perubahan fungsi dan
struktur tubuh, seperti sering kencing, perubahan pola tidur, dan stress (Ismail,
2MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013
ISSN 2337-3776
2000). Oleh karena itu kualitas hidup penting bagi penderita DM karena
menggambarkan kekuatan penderita dalam mengelola penyakit serta memelihara
kesehatannya dalam jangka waktu lama (Asri, 2006).
Memperhatikan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih
lanjut kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 yang diterapi rawat jalan di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung berdasarkan jenis pengobatan
yang dilakukan dan sikap.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan
melakukan wawancara pada pasien DM tipe 2. Sampel diambil sebanyak 80
responden dengan menggunakan teknik non Probability sampling secara
accidental sampling yaitu dilakukan dengan mengambil kasus atau responden
yang kebetulan ada atau tersedia dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
penelitian. Adapun kriteria kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien dengan
diagnosis DM tipe 2, bersedia menjadi subjek penelitian. Sedangkan kriteria
eksklusi pada penelitian ini adalah pasien yang tidak mengisi kuesioner secara
lengkap. Uji analisis menggunakan uji Man whitney untuk menghubungkan jenis
pengobatan dan kualitas hidup. Sedangkan untuk menghubungkan sikap dan
kualitas hidup menggunakan uji Spearman.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan selama akhir bulan November sampai akhir bulan
Desember tahun 2012 di RSUD Dr. H. Abdul Moelok Provinsi Lampung dengan
cara wawancara langsung kepada responden.
3MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Tabel 1. Hasil Analisis Umur dan Lama menderita DM Tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek bulan Desember 2012
Variabel Mean Median SD Min-Maks 95% CI Distribusi
Umur (tahun) 58.8 59.0 9.06 33-77 56.8-60.8 Normal
Lama DM (tahun) 7.06 4.5 7.09 1-30 5.48-8.64 Tidak Normal
Hasil penelitian pada tabel 1 didapatkan bahwa rata-rata umur responden adalah
58.8 tahun. Umur termuda adalah 33 tahun dan tertua 77 tahun. Hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa rata-rata umur pasien DM tipe 2 yang
berkunjung ke laboratorium rawat jalan berkisar 56.8-60.8 tahun. Selanjutnya
rata-rata responden lama menderita DM tipe 2 adalah 7.06 tahun, lama menderita
DM tersingkat adalah 1 tahun dan terpanjang adalah 30 tahun. Hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama menderita DM pada pasien DM
tipe 2 yang berkunjung ke laboratorium rawat jalan berkisar antara 5.48-8.64
tahun.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Jenis Pengobatan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek bulan Desember 2012
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin Perempuan 44 55
Laki-laki 36 45
Pendidikan SD 2 2.5
SMP 5 6.3
SMA 23 28.8
Perguruan Tinggi 50 62.5
Jenis Pengobatan Kelompok A 30 37.5
Kelompok B 50 62.5
Pada tabel 2 menggambarkan mayoritas responden DM tipe 2 pada penelitian ini
adalah perempuan yaitu 44 (55 %), sedangkan jumlah responden laki-laki yaitu 36
(45 %) pasien. Tingkat pendidikan responden yang tertinggi terbanyak adalah
perguruan tinggi yaitu 50 (62.5 %) pasien dan SMA yaitu 23 (28.8 %) pasien.
Sedangkan SMP dan SD masing-masing sebanyak 5(6.3 %) dan 2 (2.5 %).
4MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Distribusi frekuensi jenis pengobatan menunjukkan bahwa mayoritas dari 80
responden yang termasuk kedalam kelompok A yaitu 30 (37.5 %) responden dan
kelompok B sebanyak 50 (62.5 %) responden.
Tabel 3. Hasil Analisis Sikap dan Kualitas Hidup DM di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek bulan Desember 2012
Variabel Mean Median SD Min-Maks 95% CI Distribusi
Sikap 13.2 13.0 1.83 8-17 12.78-13.59 Tidak Normal
Kulitas Hidup 65.3 66.9 10.2 31-85.6 62.98-67.53 Tidak Normal
Rata-rata nilai sikap responden adalah 13.2. Nilai sikap terendah adalah 8 dan
nilai tertinggi adalah 17. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa rata-rata
sikap pasien DM tipe 2 tentang penyakitnya berkisar antara 12.78-13.59 tahun.
Sedangkan nilai rata-rata kualitas hidup responden adalah 65.3. Nilai kualitas
hidup responden terendah adalah 31 dan nilai tertinggi adalah 85.6. Berdasarkan
nilai mean dan disesuaikan dengan skala instrumen pada penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa responden merasa puas dengan kualitas hidup yang dimiliki.
Tabel 4. Distribusi Nilai Kualitas Hidup Menurut Jenis Pengobatan Responden di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek bulan Desember 2012
Variabel Mean SD n P Value
Kelompok A 71 6.12 30 0.00
Kelompok B 61.8 10.7 50
Rata-rata nilai kulitas hidup responden kelompok A adalah 71 sedangkan
responden kelompok B rata-rata kualitas hidupnya adalah 61.8. Hasil uji statistika
lebih lanjut disimpulkan ada perbedaan signifikan rata-rata nilai kualitas hidup
antara kelompok A dan kelompok B (p value = 0.00).
Tabel 5. Analisis Korelasi dan Regresi Sikap dengan Kualitas Hidup Responden di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek bulan Desember 2012
Variabel r R² P Value
Sikap 0.491 0.24 0.00
5MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Analisis hubungan sikap dengan nilai kualitas hidup responden menunjukkan pola
positif, artinya semakin besar nilai sikap semakin besar pula nilai kualitas hidup
responden. Hubungan tersebut sedang (0.491). Besaran koefisien determinasi
umur adalah 0.24 berarti lama sikap menjelaskan 24 % nilai kualitas hidup. Hasil
uji statistika lebih lanjut disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap
dengan nilai kualitas hidup responden (p value = 0.00).
Berdasarkan hasil uji statistika disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna
rata-rata nilai kualitas hidup antara kelompok A dan kelompok B (p value = 0.00).
Hal ini sejalan dengan penelitian McCarty et al. (2010) bahwa diet atau
pemakaian CAM (Complementary and Alternative Medicine) berhubungan
dengan peningkatan kualitas hidup pada Diabetes Melitus anak – anak.
Dalam penelitian Pandey (2011) menyatakan bahwa lebih dari 800 tanaman
dilaporkan memiliki antidiabetik properti. Ethanopharmacological survei
menunjukkan bahwa lebih dari 1200 tanaman yang digunakan dalam obat
tradisional untuk menurunkan kadar gula darah. Dengan menurunnya kadar gula
darah maka kualitas hidup pasien DM akan meningkat. Diet asli mungkin tidak
berguna dalam menurunkan gula darah pada tingkat yang sama sebagai insulin
dan agen hipoglikemik lain lakukan, tetapi memiliki beberapa pengaruh lainnya,
yang mungkin berguna untuk pengelolaan penyakit dan komplikasi diabetes.
Beberapa alternatif herbal terbukti membantu dalam pencegahan komplikasi
sekunder dari penyakit DM. Beberapa herbal juga telah terbukti untuk membantu
dalam regenerasi sel-sel. Selain untuk menjaga tingkat gula darah tetap normal,
beberapa herbal juga dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan dan dapat
menurunkan kolesterol.
Menurut asumsi peneliti, ada beberapa alasan mereka mencari pengobatan
tradisional. Alasan yang paling banyak dikemukakan adalah karena harga yang
lebih murah dan pelayanan yang lebih dekat dengan kediaman mereka. Alasan
yang lainnya adalah karena merasa lebih nyaman dengan pengobatan tradisional,
takut efek samping pengobatan modern, dan efektivitas pengobatan modern yang
6MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013
ISSN 2337-3776
lebih rendah. Selain itu, orang yang menggunakan metode CAM biasanya
memiliki kondisi kronis karena pengobatan konvensional belum memberikan
solusi yang memuaskan, baik karena kurang efektif atau karena menyebabkan
efek samping. Pada umumnya, mereka telah berkonsultasi dengan praktisi
kesehatan konvensional untuk masalahnya, dan banyak terus menggunakan dua
sistem secara bersamaan.
Analisis hubungan sikap dengan nilai kualitas hidup responden menunjukkan pola
positif, artinya semakin besar nilai sikap semakin besar pula nilai kualitas hidup
responden. Hasil uji statistika lebih lanjut disimpulkan ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan nilai kualitas hidup responden (p value = 0.00).
Penelitian ini sejalan dengan Martinez (2008) yang menjelaskan bahwa
pengetahuan yang kuat dan sikap yang positif adalah prekursor yang baik dalam
perilaku kepatuhan pengobatan yang dimana hal ini akan meningkatkan kualitas
hidup pasien DM tipe 2. Begitupun sebaliknya, pengetahuan yang lemah dan
sikap yang negatif akan menurunkan kualitas hidupnya.
Sikap adalah kecendrungan untuk berespon secara positif maupun negatif
terhadap orang, objek, atau situasi tertentu (Sarwono, 2007). Merujuk pada teori
procede-precede Lawrence Green (1980), bahwa sikap merupakan faktor
predisposisi untuk terjadi perilaku, maka sikap responden yang baik tentang
penyakitnya dan percaya bahwa pengobatan akan menguntungkan cenderung
untuk patuh pada instruksi dokter sehingga secara tidak langsung akan
mempengaruhi tingkat kualitas hidupnya.
Menurut Notoatmodjo (2007) indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan
pengetahuan kesehatannya, yakni penilaian atau pendapat seseorang terhadap
gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara pencegahan penyakit,
serta cara-cara memelihara dan cara-cara berprilaku hidup sehat. Dengan
perkataan lain, pendapat atau penilaian pasien yang baik terhadap kesehatan dan
penyakitnya membuat ia terpicu untuk mengontrol gula darah pada pasien DM,
sehingga kualitas hidupnya senantiasa terpelihara dengan baik.
7MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013
ISSN 2337-3776
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai hubungan jenis pengobatan dan
sikap mengenai Diabetes Melitus dengan kualitas hidup pasien Diabetes Melitus
tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Jenis Pengobatan yang dilakukan pasien Diabetes Melitus Tipe 2 sebagian
besar responden 50 (62,5%) termasuk dalam kategori kelompok B yaitu
responden yang melakukan pengobatan konvensional dan tidak pernah atau
jarang menggunakan CAM dan sisanya 30 (37.5 %) responden termasuk
kelompok A, yaitu responden yang melakukan pengobatan konvesional dan
sering atau teratur memakai CAM.
2. Sikap mengenai Diabetes Melitus rata-rata nilainya adalah 13.2. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap responden baik.
3. Kualitas hidup pasien Diabetes Melitus tipe 2 di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek rata-rata nilainya adalah 65.3, hal ini menunjukkan bahwa
responden merasa cukup puas dengan kualitas hidup yang dirasakannya .
4. Ada hubungan bermakna antara jenis pengobatan dengan kualitas hidup
pasien Diabetes Melitus tipe 2 (p value = 0,00).
5. Ada hubungan bermakna antara sikap dengan kualitas hidup pasien Diabetes
Melitus tipe 2 (p value= 0,00).
Daftar Pustaka
Asri, D.N. 2006. Kualitas Hidup Penderita Diabetes melitus Tipe 2 Ditinjau Dari
Efikasi Diri, Persepsi, Dukungan Sosial Dan Strategi mengatasi masalah
Aktif. (Thesis). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Bandar Lampung. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Lampung.
Bandar Lampung.
8MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013
ISSN 2337-3776
Handriono, F.J. 2010. Perilakum Pencarian pengobatan Penyandang Diabetes
melitus Anggota Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Kabupaten
Kapuas. (Thesis). Universitas gajah Mada. Yogyakarta.
IDF. 2010. Diabetes melitus prevalence in 7 region. Diunduh dari
http://www.idf.org/sites/default/files/DM%202010_7%20regions.xls pada
tanggal 30 september 2012.
Ismail, R. 2000. Perilaku Manusia dan Kejadian Sakit (Problem antara teori dan riset), Buletin Epidemiologi Indonesia (2-11) : 3-9, Jaringan Epidemiologi Nasional Jakarta.
Martinez, Y.V., C.P. Aquilar, R.R. Pacheco, J.V. Martinez. 2008. Quality of Life Associated With Treatment Adherence in Patient With Type 2 Diabetes : a Cross-Sectional Study. BMC Health Serv res.
McCarty, Rachele, W.J. Weber, B. Loots, C.C. Breuner, A.V. Stoep, L. Manhart, C. Pihoker. 2010. Complementary and Alternative Medicine Use and Quality of Life in Pediatric Diabetic. J Altern Complement Med.
Nahin, R.L. 2007. Health behaviours and risk factors in those who use
complementary and alternative medicine. MBC Complementary and
Alternative Medicine. USA.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,
Jakarta. 249 hlm.
Pandey, A., P. Tripathi, R. Pandey, R. Srivatava, S. Goswami. 2011. Alternative therapies useful in the management of diabetes : A systematic review. Journal of Pharmacy and BioAllied Sciences.
Sarwono, S. 2007. Sosiologi Kesehatan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Soegondo, S. 2009. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus Tipe 2 : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Zahtamal, F. Chandra, Suyanto, T. Restuatuti. 2007. Faktor-faktor Risiko Pasien
Diabetes Melitus, berita Kedokteran Masyarakat, BKM/23/03/97-153, pp
142-147.
9MAJORITY (Medical Journal of Lampung University) Volume 2 No 3 Februari 2013