10
1 SEMINAR HASIL PENELITIAN PROGRAM STUDI PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT Nama : DUDY BAGUS PRASETYO NIM : E2F206006 Judul Tesis : Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Sekitar Tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua Komisi Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Athaillah Mursyid, MS 2. Ir. Eka Radiah, MP 3. Ir. Daniel Itta, MS Pembahas Utama : 1. M. Akbar 2. M. Fajar Sulhan Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Januari 2009 Waktu : 14.00 Wita s/d 16.00 Wita Tempat : Ruang Seminar Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TAMBANG PT. ARUTMIN INDONESIA SATUI MINE DALAM PELAKSANAAN PROGRAM AKU HIMUNG PETANI BANUA 1 Oleh : Dudy Bagus Prasetyo 2 , Prof.DR.Ir. Athaillah Mursyid, MS. 3 , Ir. Eka Radiah, MP. 4 , Ir. Daniel Itta, MS. 5 ABSTRAK Salah satu bentuk implementasi program Community Development PT. Arutmin Indonesia Satui Mine tersebut adalah Program Aku Himung Petani Banua yang dilaksanakan sejak tahun 2007 hingga sekarang. Program ini dijalankan secara simultan dan terpadu dengan melibatkan masyarakat sekitar tambang dengan memfokuskan kegiatan pada kegiatan-kegiatan di bidang Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Namun sayang, dalam pelaksanaannya program ini justru kurang diminati oleh sebagian kelompok masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam Program Aku Himung Petani Banua, maka perlu dilakukan upaya pengkajian dan penelitian yang lebih mendalam. Hal ini perlu dilakukan agar diketahui akar permasalahannya, yaitu mengapa tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang dalam pelaksanaan program tersebut masih sangat rendah, dan adakah kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat tersebut. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, dan 2) Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan, serta faktor budaya dengan variabel etos kerja berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 33 orang responden yang ditentukan secara proporsional dan dilakukan secara acak berdasarkan keterwakilan kelompok etnis (suku) dari 104 orang yang menjadi peserta Program Aku Himung Petani Banua PT. Arutmin Indonesia Satui Mine di 2 (dua) lokasi penelitian, yaitu : Desa Bukit Baru Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Kata Kunci : Pengembangan Masyarakat (Community Development), Partisipasi, Masyarakat Sekitar Tambang, Sosial Ekonomi dan Budaya. 1 Disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian Tesis Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat di Banjarbaru 24 Januari 2009. 2 Mahasiswa Program Pascasarjana Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat. 3 Ketua Komisi Pembimbing Tesis, Ketua Pengelola Program Pascasarjana PSDAL Universitas Lambung Mangkurat, dan Pengajar pada Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat. 4 Anggota Komisi Pembimbing Tesis dan Pengajar pada Fakultas Pertanian dan Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat. 5 Anggota Komisi Pembimbing Tesis dan Pengajar pada Fakultas Kehutanan dan Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat.

2_RingkasanTesisDudyOKE

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2_RingkasanTesisDudyOKE

1

SEMINAR HASIL PENELITIAN PROGRAM STUDI

PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Nama : DUDY BAGUS PRASETYO

NIM : E2F206006

Judul Tesis : Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Sekitar Tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Komisi Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. Athaillah Mursyid, MS 2. Ir. Eka Radiah, MP 3. Ir. Daniel Itta, MS

Pembahas Utama : 1. M. Akbar 2. M. Fajar Sulhan

Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Januari 2009

Waktu : 14.00 Wita s/d 16.00 Wita

Tempat : Ruang Seminar Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT SEKITAR TAMBANG

PT. ARUTMIN INDONESIA SATUI MINE DALAM PELAKSANAAN PROGRAM AKU HIMUNG PETANI BANUA1

Oleh : Dudy Bagus Prasetyo2, Prof.DR.Ir. Athaillah Mursyid, MS.3, Ir. Eka Radiah, MP.4, Ir. Daniel Itta, MS.5

ABSTRAK

Salah satu bentuk implementasi program Community Development PT. Arutmin Indonesia Satui Mine tersebut adalah Program Aku Himung Petani Banua yang dilaksanakan sejak tahun 2007 hingga sekarang. Program ini dijalankan secara simultan dan terpadu dengan melibatkan masyarakat sekitar tambang dengan memfokuskan kegiatan pada kegiatan-kegiatan di bidang Pertanian, Perikanan dan Peternakan. Namun sayang, dalam pelaksanaannya program ini justru kurang diminati oleh sebagian kelompok masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine.

Untuk mengetahui sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam Program Aku Himung Petani Banua, maka perlu dilakukan upaya pengkajian dan penelitian yang lebih mendalam. Hal ini perlu dilakukan agar diketahui akar permasalahannya, yaitu mengapa tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang dalam pelaksanaan program tersebut masih sangat rendah, dan adakah kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat tersebut. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, dan 2) Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan, serta faktor budaya dengan variabel etos kerja berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 33 orang responden yang ditentukan secara proporsional dan dilakukan secara acak berdasarkan keterwakilan kelompok etnis (suku) dari 104 orang yang menjadi peserta Program Aku Himung Petani Banua PT. Arutmin Indonesia Satui Mine di 2 (dua) lokasi penelitian, yaitu : Desa Bukit Baru Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan.

Kata Kunci : Pengembangan Masyarakat (Community Development), Partisipasi, Masyarakat Sekitar Tambang, Sosial Ekonomi dan Budaya. 1 Disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian Tesis Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat di Banjarbaru 24 Januari 2009. 2 Mahasiswa Program Pascasarjana Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat. 3 Ketua Komisi Pembimbing Tesis, Ketua Pengelola Program Pascasarjana PSDAL Universitas Lambung Mangkurat, dan Pengajar pada Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat. 4 Anggota Komisi Pembimbing Tesis dan Pengajar pada Fakultas Pertanian dan Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat. 5 Anggota Komisi Pembimbing Tesis dan Pengajar pada Fakultas Kehutanan dan Program Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan – Universitas Lambung Mangkurat.

Page 2: 2_RingkasanTesisDudyOKE

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan masyarakat lokal sekitar tambang mungkin sebuah istilah yang baru bagi kita. Makna-makna pengembangan masyarakat lokal terkait dengan pelaksanaan program community development sering dikaitkan dengan konteks pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan sosial. Salah-satu bentuk implementasi pembangunan kesadaran akan pentingnya kesejahteraan sosial adalah dengan dikenalnya tak lama ini dengan istilah “community development” atau lazim kita kenal dengan istilah “Pengembangan Masyarakat”.

Terkait dengan mekanisme pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, sering kita dengar bahwa masyarakat dipandang hanyalah sebagai obyek yang menerima resiko (dampak) dari eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan manusia. Eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang berlebihan sering menimbulkan dampak-dampak yang merugikan, di sisi lainnya eksploitasi sumberdaya ini dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Contoh riilnya adalah eksploitasi Batubara yang saat ini sedang marak dilakukan hampir di seluruh kawasan Indonesia. Kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan ekploitasi tambang batu bara ini sering menimbulkan banyak konflik kepentingan. Di satu sisi, sumber daya alam dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan peningkatan pendapatan daerah (PAD) guna penyelenggaraan pembangunan (Pusat dan Daerah). Di sisi lainnya, akibat eksploitasi sumber daya alam mengakibatkan kerusakan pada alam dan bencana akibat degradasi lingkungan, dan tentunya masyarakat yang lebih banyak menerima resiko tersebut. Keadaan ini secara langsung atau tidak langsung akan mengakibatkan terjadinya eksploitasi kekayaan sumber daya alam dan ekosistemnya, sehingga pada gilirannya akan memacu keadaan lingkungan menjadi berada pada taraf membahayakan kehidupan masyarakat (Hasan, 2001).

Kegiatan pertambangan umumnya beroperasi di daerah terpencil dan berhimpitan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari. Masalah muncul ketika masyarakat menganggap bahwa perusahaan telah merebut lahannya, dan kegiatan tambang menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Keadaan tersebut seringkali menimbulkan konflik dalam kehidupan masyarakat lokal. Kedatangan perusahaan pertambangan bahkan sejak tahap eksplorasi seringkali menimbulkan harapan yang tinggi, khususnya berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat di sekitar operasional tambang, baik dalam bentuk penyerapan tenaga kerja, ketersediaan fasilitas infrastruktur yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar bahkan hingga masalah peningkatan perekonomian daerah serta kesejahteraan masyarakat sekitar tambang.

Asumsi yang berkembang selama ini adalah dengan kekayaan sumber daya alam yang tereksploitasi, maka semestinya masyarakat akan merasakan manfaat langsung dari keberadaan perusahaan tambang batu bara beroperasi di kawasan tersebut. Namun kenyataan menunjukkan hal lain, yaitu bahwa pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar. Ternyata di kawasan yang tereksploitasi sumberdaya alamnya masih banyak ditemui masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan masyarakat sekitar tambang sering menjadi issue sosial yang sering menjadi pemicu terjadinya konflik sosial antara perusahaan dan masyarakat.

Kedatangan perusahaan tambang pada suatu kawasan memicu terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat lokal. Kebiasaan (pola hidup) masyarakat sekitar tambang yang senantiasa menggantungkan hidup pada alam dengan bekerja sebagai Petani atau Peladang berubah drastis seiring dengan perubahan sosial yang terjadi di kawasan yang menjadi pusat operasional tambang. Perubahan yang sangat mencolok dan dapat dilihat adalah perubahan pergeseran pola hidup (kebiasaan) masyarakat. Semula pola hidup masyarakat bersifat tradisional dan banyak bergantung dengan alam berubah drastis menjadi masyarakat yang terkontaminasi modernitas perusahaan.

Akibatnya, mereka banyak terpinggirkan karena tidak mampu bersaing dengan masyarakat pendatang untuk memperoleh pekerjaan. Kehidupan mereka semakin terpinggirkan tatkala sebagian lahan tempat mereka menggantungkan hidup telah beralih fungsi menjadi areal pertambangan. Fenomena ini sering tidak terpikirkan atau dipandang hanya sebelah mata oleh pihak-pihak terkait. Ketika semua masalah terakumulasi maka keadaan ini berubah menjadi sebuah issue pemicu terjadinya konflik (baik vertikal dan horizontal) dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan kelancaran operasional tambang di kawasan tersebut.

Kesenjangan sosial di atas sering menjadi memicu masyarakat bekerja dan berpola pikir instan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah-satu dampak nyata adalah dengan maraknya kembali kegiatan Pembalakan Liar (pelaku illegal logging) yang dilakukan masyarakat, atau dengan istilah lokal dikenal dengan pengumpul kayu sibitan. Kegiatan ini tak jarang sering berbenturan dengan hukum yang berlaku. Kesenjangan sosial tersebut juga terjadi tatkala terjadi persaingan untuk memperoleh pekerjaan di lingkungan perusahaan yang beroperasi di sekitar tempat tinggalnya, yaitu sebagai karyawan atau buruh (pekerja kasar) pada perusahaan pertambangan skala kecil maupun menengah namun karena keterbatasan akses dan kualitas sumberdaya manusia maka mereka sering terpinggirkan karena kalah bersaing dengan para pendatang. Kenyataan ini merupakan indikasi bahwa masyarakat sekitar tambang belum sepenuhnya merasakan manfaat secara langsung terhadap keberadaan perusahaan tambang yang telah mengeksploitasi sumber daya alam di sekitar tempat tinggalnya.

Untuk menjembatani berbagai kepentingan berbagai pihak, seperti Pemerintah, Pengusaha (Pihak Swasta) dan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam di daerah maka dikumandangkanlah issue tanggungjawab sosial dan lingkungan, atau lazim dikenal dengan istilah CSR (Corporate Social Responbility) di lingkungan perusaahaan operasional pertambangan. Salah-satu bentuk konsep pelaksanaan tanggungjawab sosial (Corporate Social Responbility) adalah dilaksanakannya program pengembangan masyarakat (community development) di lingkungan perusahaan. Salah-satunya adalah Program Aku Himung Petani Banua yang dilaksanakan PT. Arutmin Indonesia Satui Mine. Program Aku Himung Petani Banua adalah salah-satu bentuk pelaksanaan program pengembangan masyarakat sekitar tambang dalam kemasan konsep CD yang dilaksanakan PT. Arutmin Indonesia Satui Mine sebagai wujud tanggungjawab sosial perusahaan terhadap kesejahteraan sosial masyarakat di sekitar tambang.

Dilaksanakannya Program Aku Himung Petani Banua ini mengandung harapan, yaitu dapat membuka akses peluang (kesempatan) kepada masyarakat untuk menggeluti pekerjaan mereka yang sebelumnya pernah mereka tinggalkan, yaitu sebagai Petani (Peladang) di sektor pertanian dan di sektor lainnya, seperti : perikanan dan peternakan. Program adalah merupakan salah satu upaya yang dilakukan PT. Arutmin Indonesia Satui Mine untuk mempersiapkan kondisi sosial masyarakat sekitar tambang dalam menghadapi fase penutupan tambang (mine closer) melalui program pengembangan masyarakat (community development), yaitu melalui kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua.

Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan penulis diperoleh fakta bahwa tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua masih rendah. Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua diindikasi dari adanya perbedaan motivasi dan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan adanya fakta bahwa sebagian masyarakat sekitar tambang yang merupakan penduduk mayoritas kurang begitu tertarik untuk berpartisipasi aktif dalam program tersebut. Alasannya, karena program yang berbasis pada usaha budidaya di bidang pertanian, perikanan dan peternakan memerlukan jangka waktu yang cukup lama

Page 3: 2_RingkasanTesisDudyOKE

3

untuk dipetik hasilnya. Berbeda sekali dengan penduduk pendatang yang justru menganggap program ini sebagai suatu kesempatan dan akses peluang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat lain yang dimaksud di atas adalah komunitas sosial (masyarakat) dari kelompok etnis (suku) tertentu lainnya yang merupakan pendatang di wilayah tersebut, seperti masyarakat transmigran dari Jawa, Sunda, Batak, Flores dan Bugis yang justru sangat antusias sekali untuk berpartisipasi dalam Program Aku Himung Petani Banua ini.

Kompleksitas permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program ini perlu diteliti lebih mendalam, terutama terkait dengan adanya fenomena bahwa tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua yang beragam. Keberagaman tingkat partisipasi masyarakat ini tentu merupakan suatu permasalahan yang mungkin patut dikaji lebih mendalam. Sehingga diduga tinggi atau rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan faktor budaya masyarakat sekitar tambang itu sendiri. Karena luasnya cakupan konsep partisipasi, maka untuk penelitian ini difokuskan pada 2 (dua) hal saja, yaitu : 1. Faktor Sosial Ekonomi 2. Faktor Budaya

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut : 1. Sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine

dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. 2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang

PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui

Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. 2. Untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel pendapatan dan

pendidikan, serta faktor budaya (Etos Kerja) yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang dalam pelaksanaan Program Aku Himung

Petani Banua PT. Arutmin Indonesia Satui Mine masih rendah. 2. Diduga :

a. Terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi masyarakat (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan masyarakat sekitar tambang dengan tingkat partisipasi masyarakat.

b. Terdapat hubungan faktor budaya (Etos Kerja) masyarakat sekitar tambang dengan tingkat partisipasi masyarakat.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Bukit Baru Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu dan Desa Sei Cuka Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut yang merupakan wilayah tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine yang menjadi kawasan pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada bulan Agustus s.d Oktober 2008.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data sekunder dan primer. Data primer adalah data yang bersumber langsung dari masyarakat sekitar tambang batubara PT. Arutmin Indonesia Satui Mine yang kawasan tempat tinggalnya menjadi basis pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua yang didapatkan melalui teknik wawancara terstruktur (menggunakan kuesioner), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti hasil-hasil penelitian, studi pustaka dan informasi dari lembaga terkait.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan metode survei. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber langsung dari masyarakat sekitar tambang batubara PT. Arutmin Indonesia Satui Mine yang kawasan tempat tinggalnya menjadi basis pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua yang didapatkan melalui teknik wawancara terstruktur (menggunakan kuesioner), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti hasil-hasil penelitian, studi pustaka dan informasi dari lembaga terkait.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine yang terdaftar sebagai peserta binaan dalam Program Aku Himung Petani Banua sebanyak 104 orang yang berdomisili di 2 (dua) lokasi yang menjadi obyek penelitian.

Sampel

Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Proporsional Random Sampling terhadap sampel berdasarkan kelompok etnis (suku) dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung jumlah populasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine yang

selama ini menjadi anggota binaan (peserta) Program Aku Himung Petani Banua. b. Menentukan besarnya sampel secara acak berimbang (proportional random sampling) dengan

tujuan untuk menentukan keterwakilan dari masing-masing kelompok yang akan diteliti. c. Penentuan anggota sampel sebesar 30% disesuaikan dengan jumlah sampel pada tiap kelompok

sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2003) yang menjelaskan bahwa jika peneliti mempunyai beberapa ratus subyek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25% – 30% dari jumlah subyek tersebut.

Page 4: 2_RingkasanTesisDudyOKE

4

Definisi Operasional

Untuk memperoleh batasan yang jelas serta memudahkan dalam pengukuran variabel penelitian yang akan dilaksanakan secara rinci pada uraian berikut : 1. Tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat keikutsertaan masyarakat sekitar tambang

PT. Arutmin Indonesia dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dengan indikator : 1) Tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan. 2) Tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan. 3) Respon masyarakat terhadap bantuan Tehnis Demplot yang diberikan dalam pelaksanaan

Program Aku Himung Petani Banua.

2. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat meliputi : 1) Tingkat pendapatan masyarakat, yaitu pendapatan rata-rata rumah tangga per bulan.

Dikategorikan Tinggi, apabila pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh responden ≥ Rp.500.000,- per bulan.

Dikategorikan Rendah, apabila pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh responden < Rp.500.000,- per bulan.

2) Tingkat pendidikan masyarakat, yaitu jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh masyarakat. Dikategorikan Tinggi, apabila responden pernah menempuh pendidikan formal yaitu

pernah masuk SLTP/ Tamat SLTP, atau pernah mengikuti pendidikan Paket B, dan/ atau pernah masuk SLTA/ Tamat SLTA atau pernah mengikuti pendidikan Paket C.

Dikategorikan Rendah, apabila responden pernah menempuh pendidikan formal yaitu masuk SD/ Tamat SD, atau pernah mengikuti pendidikan Paket A.

3. Faktor Budaya (Etos kerja), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai etos kerja masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Dari 37 sifat yang mencerminkan etos kerja yang baik (Sinamo, 2005) hanya dipilih 6 (enam) sifat etos kerja, yaitu : 1) Motivasi, yaitu motif (tujuan) atau latar belakang minat masyarakat bergabung dalam

Program Aku Himung Petani Banua. 2) Keaktifan, yaitu berkaitan keaktifan masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung

Petani Banua. 3) Konsistensi, yaitu kesanggupan responden untuk mematuhi ketentuan dan mekanisme yang

berlaku dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. 4) Kerjasama, yaitu kemauan untuk bekerjasama selama mengikuti pelaksanaan Program Aku

Himung Petani Banua. 5) Semangat, yaitu antusiasme masyarakat terhadap berbagai kegiatan yang dilaksanakan

dalam Program Aku Himung Petani Banua. 6) Tepat Waktu, yaitu ketepatan waktu untuk menghadiri seluruh kegiatan yang dilaksanakan

dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Untuk pengukuran variabel faktor budaya (Etos Kerja) dilakukan dengan menghitung total skor jawaban responden pada beberapa pertanyaan yang terkait dengan etos kerja masyarakat, dan intepretasi data didasarkan pada rata-rata (Mean) jumlah skor jawaban responden yang diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu tinggi dan rendah dengan kriteria :

Dikategorikan Tinggi, apabila rata-rata total jumlah skor jawaban responden ternyata lebih dari > nilai rata-rata (Mean).

Dikategorikan Rendah, apabila rata-rata total jumlah skor jawaban responden ternyata ≤ nilai rata-rata (Mean).

Pengolahan dan Analisa Data

1. Tujuan Pertama, yaitu untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

TPM = ∑ Nilai Rata-Rata Skor Yang Didapat x 100% ∑ Nilai Rata-Rata Skor

Untuk penarikan kesimpulan, maka hasil analisis tersebut dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori dengan kriteria (Djarwanto, 1997 dalam Syahirawati, 2008) : 1) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

tergolong Tinggi, jika tingkat partisipasinya ≥ Mean + (0,5.Sd). 2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

tergolong Rendah, jika tingkat partisipasi yang diperoleh < Mean – (0,5.Sd).

2. Untuk menjawab tujuan kedua, yaitu mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel pendapatan dan pendidikan, serta faktor budaya (etos kerja) yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dilakukan dengan menggunakan uji korelasi tata jenjang (Rank Spearman) berdasarkan nomor urut atau peringkat distribusi masing-masing faktor, dengan rumus (Hadi, 2004) : rhoxy = 1 - 6∑B2

N(N2-1) dimana: N = jumlah individu

B2 = kudrat jumlah beda antar jenjang

rho = koefisien korelasi tata jenjang

∑ X harus = ∑ Y, dan ∑ B harus sama dengan 0.

Kaidah pengambilan keputusan : H0 : r1 ≠ r2

H1 : r1 = r2 Langkah-langkah perhitungan yang harus dilaksanakan adalah pertama-tama

mengurutkan atau meranking nilai-nilai dari hasil pengamatan. Misalnya dari penelitian didapat pasangan data (X1, Y1), (X2,Y2),...(Xn,Yn). Nilai-nilai variabel X1 kemudian disusun menurut besarnya nilai dari sikap variabel yang terbesar dari rank 1, terbesar kedua diberi rank 2, tebesar ketiga diberi rank 3, dan seterusnya sampai pada nilai terkecil yang diberi rank n, demikian juga untuk variabel Y.

Apabila dari data hasil pengamatan setelah diranking ternyata banyak yang bernilai sama, artinya ada rank yang sama baik pada rank X, maupun rank Y, maka perhitungan koefisien rank Spearman dilaksanakan melalui perhitungan (Hadi, 2004), sebagai berikut :

Page 5: 2_RingkasanTesisDudyOKE

5

rs =

22

222

X2

di Y X

Y

Keterangan :

TX - 12

n - n X3

2

TY - 12

n - n Y3

2

Di mana : t = banyaknya observasi yang berangka sama/seri pada suatu ranking tertentu.

Hipotesis pengujian disusun sebagai berikut : H0 : rs = 0 H1 : rs ≠ 0

Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. H0 ditolak, apabila rshitung > rtabel (5%) 2. H1 : diterima, apabila rshitung ≤ rtabel (5%)

Untuk pengujian koefisien korelasi Spearman jika sampel yang digunakan ≥ 10 dapat digunakan tabel t, dimana nilai t sampel dapat dihitung dengan rumus (Hadi, 2004) :

t = rs 2r - 12 - N

Di mana : rs = Koefisien korelasi rank Spearman N = Jumlah pasangan (rank)

Kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1. H0 = ditolak, apabila thitung > ttabel (5%) 2. H1 = diterima, apabila thitung ≤ ttabel (5%)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 104 orang, yang diambil secara purposive random sampling terdiri dari 33 orang anggota masyarakat peserta binaan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa masing-masing responden memiliki karakteristik yang cukup beragam. Identitas responden dapat diuraikan, sebagai berikut : 1. Jenis Kelamin Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Responden Persentase Laki-Laki 27 81,81 Perempuan 6 18,19

Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Dari data pada Tabel 4.1 diatas terdapat sebanyak 27 orang atau 18,18 % responden berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 6 orang atau 81,82 % responden berjenis kelamin laki-laki. Data di atas mengindikasikan bahwa ternyata Program Aku Himung Petani Banua lebih banyak melibakan masyarakat berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Tingginya persentase laki-laki daripada perempuan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua karenakan lebih banyak masyarakat berjenis kelamin laki-laki yang terlibat aktif dalam program tersebut bila dibandingkan yang berjenis perempuan. Hal ini terjadi karena kaum laki-laki memposisikan diri mereka sebagai kepala rumah tangga yang harus bekerja dan mencari penghidupan yang layak untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, dan karena itulah mereka terdorong bergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua untuk merubah kehidupannya.

2. Umur Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur

Umur Responden Persentase 11 – 20 1 3,03 21 – 30 10 30,30 31 – 40 11 33,33 41 – 50 5 15,15 51 – 60 3 9,09 61 – 70 3 9,09

Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Secara umum Tabel 4.2 menunjukkan dari 33 responden yang diteliti masih termasuk ke dalam kelompok berusia produktif (usia kerja), yaitu diantara umur 17 s/d 50 tahun, dan sebagian kecil responden berusia lanjut.

3. Tingkat Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Jenjang Pendidikan Formal Responden Persentase Tidak Pernah Sekolah 1 3,03 SD / Tidak Tamat SD, atau Kejar Paket A 24 72,73 SLTP / Tidak Tamat SLTP, atau Kejar Paket B 5 15,15 SLTA / Tidak Tamat SLTA, atau Kejar Paket C 3 9,09

Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 8 (delapan) orang atau 24,25% masyarakat pernah menempuh pendidikan SLTP / Tidak Tamat SLTP, atau Kejar Paket B dan SLTA / Tidak Tamat SLTA, atau Kejar Paket C. Sedangkan lainnya sebanyak 25 orang atau 75,75% hanya pernah menempuh pendidikan SD / Tidak Tamat SD, atau Kejar Paket A dan termasuk mereka yang tidak pernah menempuh pendidikan formal sama sekali.

Page 6: 2_RingkasanTesisDudyOKE

6

4. Tingkat Pendapatan Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan

Pendapatan Rata-Rata / Bulan Responden Persentase ≥ Rp.500.000,- per bulan 24 72,7 < Rp.500.000,- per bulan 9 27,3

Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Pada Tabel 4.4 menunjukkan terdapat sebanyak 24 orang (72,7%) masyarakat memiliki pendapatan rata-rata ≥ Rp.500.000,- per bulan, sedangkan lainnya sebanyak 9 orang (27,3%) masyarakat memiliki pendapatan rata-rata ≥ Rp.500.000,- per bulan. Data diatas mengindikasikan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat termasuk dalam kategori tinggi. Karena tingkat pendapatan masyarakat rata-rata per bulan di atas Rp.500.000,-.

Tingginya pendapatan rata-rata per bulan masyarakat karena banyaknya masyarakat yang bekerja tidak pada satu jenis pekerjaan saja. Misalnya, mereka yang bekerja sebagai petani juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang sayur-mayur di pasar Sungai Danau, atau ada juga yang merangkap bekerja sebagai buruh bangunan atau tenaga harian lepas pada perusahaan-perusahaan di sekitar desanya, dan sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine tidak saja bekerja pada satu bidang pekerjaan saja namun mereka juga memiliki pekerjaan sampingan lain sehingga dengan pekerjaannya itu mereka dapat memperoleh pendapatan rata-rata lebih dari Rp.500.000,- pada tiap bulannya. Sehingga diindikasikan bahwa tingkat pendapatan rata-rata masyarakat termasuk dalam kategori tinggi.

5. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan responden, yaitu jenis mata pencaharian yang digeluti masyarakat setiap

hari dan menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Distribusi responden menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.5, sebagai berikut : Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

Persentase (%)

PNS - - Karyawan Perusahaan - - Pedagang - - Petani / Peternak / Nelayan 25 75,7 Pekerja Kayu Sibitan / Buruh 2 6,1 Lain-Lain 6 18,2

Jumlah 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa sebanyak 25 orang atau 75,7% memiliki pekerjaan sebagai petani, peternak dan pembudidaya ikan (Nelayan), sebanyak 2 (dua) orang atau 6,1% bekerja sebagai pengumpul sibitan kayu ulin dan sebanyak 6 (enam) orang atau 18,2% bekerja tidak tetap atau tidak jelas apa pekerjaannya.

6. Kelompok Etnis (Suku) Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Kelompok Etnis (Suku)

Etnis Bukit Baru Sei Cuka Jumlah Persentase Jawa 2 15 17 51,52 Banjar 7 4 11 33,33 Sunda - 2 2 6,06 Bugis - 1 1 3,03 Batak - 1 1 3,03 Flores 1 - 1 3,03

Jumlah 9 24 33 100 Sumber : Data Primer Tahun 2008.

Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa masyarakat peserta Program Aku Himung Petani Banua terdiri dari beberapa kelompok etnis (suku) yang beragam. Dapat dilihat pada Tabel 4.8 bahwa terdapat kelompok etnis (suku) Jawa sebanyak 17 orang atau 51,52%, suku Banjar sebanyak 11 orang atau 33,33%, suku Sunda sebanyak 2 orang atau 6,06%, dan untuk suku Bugis, Batak serta Flores masing-masing sebanyak 1 orang atau 3,03%.

Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat dari kelompok etnis (suku) Jawa lebih banyak daripada kelompok etnis Banjar, Sunda, Batak dan Flores. Tingginya populasi kelompok etnis Jawa dibandingkan kelompok etnis (suku) lainnya karena pada 2 (dua) lokasi penelitian tersebut adalah merupakan kawasan transmigrasi yang umumnya didatangkan dari pulau Jawa sehingga mayoritas penduduknya lebih banyak yang beretnis (suku) Jawa dan telah lama menetap di kawasan tersebut hingga sekarang.

Partisipasi Masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua adalah derajat keterlibatan aktif atau keikutsertaan seorang atau sekelompok masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satu Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Tingkat partisipasi dihitung berdasarkan skor partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelatihan, kegiatan penyuluhan dan tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot. Nilai skor kriteria tingkat partisipasi digolongkan menjadi tingkat partisipasi rendah dan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data, sebagai berikut : Tabel 4.7 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Tingkat Partisipasi Nilai Yang Didapat Nilai Ideal Persentase Kategori

- Kegiatan Pelatihan 5,61 7 80,09 Tinggi - Kegiatan Penyuluhan 7,09 9 78,79 Tinggi - Respon Bantuan Demplot 7,67 8 95,83 Tinggi

Skor Total 20,36 24 254,71 Tinggi

6,79 8 84,90 Tinggi Sumber : Pengolahan Data Tahun 2008.

Page 7: 2_RingkasanTesisDudyOKE

7

Berdasarkan hasil penelitian, skor yang didapat pada 3 (tiga) komponen kegiatan partisipasi masyarakat dalam Program Aku Himung Petani Banua adalah didapat rata-rata sebesar 6,79 dengan skor ideal 8, sehingga diperoleh persentase skor sebesar 84,90%. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka nilai persentase di atas termasuk kategori tinggi. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat tersebut ditunjukkan dengan data pada Tabel 4.7 di atas bahwa lebih dari 50% masyarakat terlibat langsung dan berperan aktif dalam seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua.

Hipotesis sebelumnya dinyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua masih rendah. Namun hasil penelitian justru menunjukkan hal yang berbeda. Hasil penelitian justru menunjukkan bahwa menolak hipotesis awal, yakni tingkat partisipasi masyarakat termasuk kategori rendah. Partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua diukur dari tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan penyuluhan, pelatihan, dan penerimaan bantuan demplot6 yang diberikan dalam kegiatan tersebut. Hasil penghitungan skor tingkat partisipasi masyarakat diperoleh nilai skor masing-masing sebesar 80,09% dan 78,79% pada indikator tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan, sedangkan pada indikator tanggapan masyarakat terhadap bantuan demplot diperoleh skor sebesar 95,83%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kehadiran masyarakat dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan serta respon yang diberikan masyarakat terhadap bantuan demplot termasuk dalam kategori tinggi. Tingginya persentase yang diperoleh dari ketiga indikator terebut menjadi indikasi bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua termasuk dalam kategori tinggi.

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi rank Spearman antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung 0,2588, thitung 1,228 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95% (Lampiran 4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung = 1,228 < ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti tidak terdapat hubungan yang positif nyata antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah tidak menjadi halangan untuk mereka berpartisipasi dalam kegiatan program Program Aku Himung Petani Banua yang dilaksanakan. Sebab keinginan kuat masyarakat bergabung dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lebih besar dan terpatri kuat dalam diri masyarakat.

Namun kualitas sumberdaya manusia juga perlu ditingkatkan untuk mmberikan perubahan pola pikir masyarakat untuk mendorong terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine terutama untuk mendorong motivasi mereka menuju kehidupan yang lebih baik melalui pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjokroamidjojo (1985) bahwa ada hubungan yang erat antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi. Hal senada dikemukakan Suryani, et.al. (1987) yang berpendapat bahwa tingkat pendidikan dan kemiskinan adalah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat. Tjokroamidjojo juga berpendapat bahwa tingkat pendidikan yang memadai akan memberikan kesadaran yang lebih tinggi dalam berwarganegara dan memudahkan bagi pengembangan identifikasi terhadap tujuan-tujuan pembangunan yang bersifat nasional. Tingkat pendidikan juga berarti tingkat kemampuan masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan. 6 Demplot adalah demontration plot atau kegiatan demontrasi percontohan petak lahan.

Merujuk pada pendapat di atas, maka perlu diupayakan adanya upaya untuk lebih meningkatkan taraf pendidikan masyarakat melalui program-program yang diselaraskan dengan kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar tambang tidak hanya sebatas dilakukan dengan meningkatkan taraf kesejahteraan ekonominya saja. Hal yang lebih penting adalah adanya upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Dengan kualitas pendidikan yang lebih baik sehingga akan memicu terjadinya perubahan pola pikir masyarakat (mind-set) setempat yang diharapkan dapat mendorong pola pikir mereka untuk berubah dan lebih maju dalam menjalani kehidupannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Inkeles (1969) yang mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin luas pengetahuannya dan kesadarannya pada masalah-masalah kemasyarakatan.

Hubungan Antara Tingkat Pendapatan Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi menggunakan rank Spearman antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung 0,5976, thitung 3,416 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95% (Lampiran 3). Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung = 3,416 > ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Berarti terdapat hubungan yang positif nyata antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua.

Hal ini didukung oleh tingkat kehadiran masyarakat terhadap kegiatan program Program Aku Himung Petani Banua yang termasuk dalam kategori tinggi.Selain itu, ada sebagian kecil masyarakat yang menunjukkan tingkat kehadiran dalam kategori rendah dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan. Ketidakhadiran sebagian masyarakat tersebut disebabkan mereka harus mencari nafkah untuk keperluan hidup sehari-hari. Disamping itu, orang yang mempunyai tingkat pendapatan atau tingkat ekonomi yang rendah, cenderung menutup dan berpasrah diri dengan segala keterbatasannya serta lebih menggantungkan hidupnya pada sumberdaya alam yang ada disekitarnya. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pendapatan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

Artinya, semakin tinggi pendapatan masyarakat maka tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua akan semakin tinggi pula. Sesuai hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi yang baik mempunyai kecenderungan untuk berpartisipasi dibandingkan dengan orang yang tingkat sosial ekonominya masih kurang (King, 1983 ; Isbal 1989 dalam Dwiyanti, 2005). Hal ini didukung pendapat Gaffar ; Akbar (1989 dalam Dwiyanti, 2005) yang menyatakan bahwa dari berbagai macam studi yang dilakukan ada hubungan yang erat antara tingkat pendapatan dengan meningkatnya partisipasi.

Merujuk pada hasil penelitian di atas, maka hal-hal yang perlu dijadikan pertimbangan untuk lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan upaya-upaya untuk lebih meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat, yaitu

dengan semakin meningkatkan intensitas pelaksanaan kegiatan pelatihan dan penyuluhan dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

2. Lebih mengintensifkan pola pendampingan tehnis kepada masyarakat sehingga dengan upaya tersebut mereka akan dapat menyerap inovasi dan materi tehnis budidaya secara bertahap untuk kemajuan usaha budidaya pertanian yang dilakukannya.

Page 8: 2_RingkasanTesisDudyOKE

8

3. Mendorong munculnya inisiatif dari masyarakat untuk mampu membuat perencanaan usaha pertanian yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan hidupnya.

4. Mengefektifkan pelaksanaan kegiatan dalam Program Aku Himung Petani Banua ke arah kegiatan usaha budidaya yang lebih mengarahkan pada aspek pengembangan perekonomian masyarakat lokal.

Hubungan Antara Etos Kerja Masyarakat Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi menggunakan rank Spearman antara tingkat etos kerja dengan partisipasi masyarakat diperoleh rhitung 0,3194, thitung 1,545 dengan ttabel = 2,040 pada taraf kepercayaan 95% (Lampiran 5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa thitung = 1,545 < ttabel = 2,040 maka hipotesis nihil (H0) diterima dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang positif nyata antara etos kerja dengan partisipasi masyarakat dalam kegiatan Program Aku Himung Petani Banua. Hal ini menunjukkan bahwa faktor budaya (etos kerja) masyarakat yang tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap tingkat partisipasi masyarakat.

Hasil penelitian di atas berbeda dengan pendapat Hikmat (2001) yang mengatakan bahwa perbedaan latar belakang kultur (budaya) memang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap suatu objek yang ditafsirkan. Seperti halnya yang terjadi pada pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, dimana beberapa kelompok etnis (suku) yang bergabung dalam program tersebut memberikan tingkat partisipasi yang tidak berbeda. Berbeda pula dengan pendapat Sukriyanto (2000) bahwa ada keterkaitan yang erat antara etos kerja dengan survivalitas (daya tahan hidup) manusia di bidang ekonomi. Artinya, semakin progresif etos kerja suatu masyarakat maka akan semakin baik hasil-hasil yang dicapai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Berpijak pada uraian di atas, maka dapat dikemukan bahwa tidak sepenuhnya etos kerja masyarakat berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan suatu kegiatan sebagai contoh kasus dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Dikatakan demikian, karena pada kenyataannya secara keseluruhan masyarakat sekitar tambang yang tergabung dalam Program Aku Himung Petani Banua masih menunjukkan kriteria partisipasi yang masih tergolong tinggi. Walaupun pada kenyataannya masyarakat peserta Program Aku Himung Petani Banua menunjukkan etos kerja yang beragam selama mengikuti kegiatan dalam program tersebut. Namun perbedaan etos kerja tersebut tidak menjadi hambatan dan kendala bagi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program tersebut.

Merujuk pada uraian di atas, maka hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan etos kerja masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua, sebagai berikut : 1) Melakukan pendekatan yang lebih mengakar pada budaya lokal masyarakat dengan mengangkat

nilai-nilai moral etika dalam budaya masyarakat (kearifan lokal) setempat dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua.

2) Melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat lokal, tokoh pemuda, tokoh pengurus tempat ibadah dan tokoh masyarakat desa yang dianggap memiliki kompetensi untuk melakukan gerakan perubahan sosial yang diharapkan dapat menstimulasi perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat melalui Program Aku Himung Petani Banua.

3) Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan unsur-unsur pemerintah setempat sehingga kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua sejalan dengan program-program pembangunan yang dilaksanakan di kawasan tersebut.

4) Memberikan kompensasi sosial atau penghargaan sosial (social award) terhadap keberhasilan masyarakat yang memberikan kontribusi yang positif dan dinilai berprestasi selama mengikuti kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua.

5) Memberikan keleluasaan ruang dan gerak kepada masyarakat untuk menyampaikan pendapat (aspirasi) untuk kemajuan pelaksanaan kegiatan dalam Program Aku Himung Petani Banua.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat partisipasi masyarakat sekitar tambang PT. Arutmin Indonesia Satui Mine dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua dikategorikan tinggi dengan persentase partisipasi masyarakat sebesar 84,90%.

2. Hubungan antara faktor sosial ekonomi, yaitu tingkat pendidikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Sedangkan tingkat pendapatan, terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua. Pada faktor budaya, yaitu etos kerja masyarakat, tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua yang lebih baik maka perlu dilakukan upaya, sebagai berikut : 1. Sosialisasi Program Aku Himung Petani Banua perlu terus ditingkatkan terutama dengan

melakukan pendekatan yang lebih mengakar pada budaya lokal masyarakat sekitar tambang. 2. Perlunya upaya peningkatan peran serta masyarakat dalam penyusunan perencanaan kegiatan

Program Aku Himung Petani Banua, sehingga seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam program tersebut merupakan hasil pemikiran dan keinginan masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan mereka sendiri melalui program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Jadi bukan sekedar perencanaan program PT. Arutmin Indonesia Satui Mine sebagai penyelenggara program (top down planning) kepada masyarakat sekitar tambang tetapi lebih menonjolkan perencanaan yang bersifat perencanaan yang berpijak pada kebutuhan masyarakat sekitar tambang (bottom up planning) dalam pelaksanaan Program Aku Himung Petani Banua.

3. Memberikan kompensasi sosial atau penghargaan sosial (social award) kepada masyarakat yang memberikan kontribusi yang positif dan dinilai berprestasi selama mengikuti kegiatan yang dilaksanakan dalam Program Aku Himung Petani Banua. Sehingga dengan pemberian penghargaan tersebut dapat lebih memotivasi masyarakat untuk meraih keberhasilan dan menjadi tauladan (contoh) bagi anggota masyarakat lainnya dalam meraih keberhasilan mereka sendiri melalui Program Aku Himung Petani Banua.

Page 9: 2_RingkasanTesisDudyOKE

9

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik. 1996. Agama dan Perubahan Sosial, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. ------------, 1986. Duricheim Dan Pengantar Sosiologi Moralitas. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. ------------, 1979. Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi. LP3ES, Jakarta. Adi, I.R. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Lembaga Penerbit FEUI,

Jakarta. Anoraga, Pandji dan Suyati, Sri. 1995. Psikologi Industri dan Sosial. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Arimbi, Heriputri dan Santoso, Mas Achmad, 1993. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan.

WALHI, Jakarta. Aristo, D.A. 2004. Rejuvinasi Peran Perencana Dalam Menghadapi Era Perencanaan Partisipatif “Sebuah

Tahapan Awal dalam Pembentukan Kultur Masyarakat Partisipatif”. Dalam : Seminar Tahunan ASPI (Asosiasi Sekolah Perencana Indonesia) Universitas Brawijaya, Malang Juli 2004. Teknik Planologi ITB.

Asngari, P.S. 2001. Peranan Agen Pembaruan/ Penyuluh Dalam Usaha Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Belajar, Yogyakarta. ------------, 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi Ke-2 Cetakan XI Tahun 2007. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta. Budimanta, Arif. 2003. Prinsip Pengelolaan Community Development Di Dunia Pertambangan.

Dalam Bambang Rudito et al. (editor). 2003. Akses Peran serta Masyarakat. Lebih Jauh Memahami Community Development. ICSD. Jakarta.

Canter, L.W. 1977. Environmental Impact Assessment. McGraw-Hill Book Company. New York. xvi + 331 h. Chambers, R., 1995. Poverty and Livelihoods: Whose Reality Counts ? Dalam Kartasasmita, G., 1996.

Pembangunan Untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. PT. Pustaka CIDESINDO, Jakarta.

Cohen, John M. dan Normat T. Uphoff 1980. Participation’s Place in Rural Development: seeking Clarity trough Specificity. dalam World Development.

Cohen, Louis, Lawrence Manion and Keith Morrison (2001). Research Methods in Education. Routledge Falmer, London, UK.

Craig, G and M. Mayo. 1995. Community Participation and Empowerment : The Human face of Structural Adjustment or Tools for Demoratic Transformation in Craig, G & Mayo, M (ed.) 1995. Community Empowerment: A Reader in Participation and Development. Zed Books, London.

Davis, K.P., 1966. Forest Management Regulation Evaluation. MC Graw Hill Book Company, New York. Djajadiningrat, Surna Tjahja, 2007. Pertambangan, Lingkungan dan Kesejahteraan Masyarakat., Makalah

disampaikan pada Seminar Nasional Pertambangan, Universitas Sam Ratulangi Manado, 6 Agustus 2007.

Djawanto, 1997. Statistik Non Parametrik. BPFE. Yogyakarta. Djatmiko, Ari, Benyamin, Agus, Syarifudin, Lif, 2003. Identifikasi Hubungan Faktor-Faktor Kemampuan dan

Kemauan Masyarakat Dengan Tingkat Partisipasinya Dalam Program Penataan Kawasan Kumuh Perkotaan (P2K2P) - Studi Kasus : Kelurahan Sukapura, Cigondewah Kidul, Cibangkong, dan Kebon Jeruk. Jurnal Infomatek Volume 5 Nomor 2,Juni 2003, Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Bandung.

Dwiyanti, Lili. 2005. Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Kota Banjarmasin. Tesis Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Lambung Mangkurat, Banjar Baru.

Fairchild, Henry Pratt, 1977. Dictionary of Sociology and Related Science. Rowman and Allanhed Pub, New Jersey.

Fajri, Mohamad, 2003. Corporate Social Responsibility. Sinar Harapan, Jakarta. FAO, 2002. World Agriculture Towards Summary Report 2015-2030.

http://www.fao.org/DOCREP/004/Y3557E/y3557e10.htm. (23 Desember 2002) Fox, T., Ward, H., and Howard, B. 2002. Public Sector Roles in Strengthening Corporate Social Responsibility :

A Baseline Study : Corporate Social Responsibility Practice. Private Sector Advisory Services Department, The World Bank.

Geertz, Clifford, 2000. Available Light: Anthropological Reflections on Philosophical Topics. Princeton University Press. Princeton, Oxford, New York.

------------, 2000. Culture, Custom, and Ethics : - Inglis, Fred, Polity Press, Cambridge. Gibson, James L., Ivancevich, John M. & Donnely, Jr., James H. 1989. Organisasi dan Manajemen ; Perilaku,

Struktur dan Proses, Edisi Ke-4. Erlangga, Jakarta. Goulet, Denis A., 1990. Development Ethics and Ecological Wisdom in Engel J.R., Engel J.G. (Eds), Ethics of

Environment and Development : Global Challenge and International Response, Belhaven Press, London, UK.

------------, 1989. Incentives for Development : The Key to Equity, New Horizons Press, New York, USA. Hadi, Sutrisno, 2004. Metodologi Research (Jilid – 3). ANDI Yogyakarta, Yogyakarta. Harahap, Oky Syeiful R., 2006. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Pikiran Rakyat Tanggal 11 Januari,

Bandung. Hasibuan, M. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta. ------------, 2003. Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. Bumi Aksara, Jakarta. Herzberg, F. Mausner, B. & Snyderman, B.B. 1959. The Motivation To Work. Willey Internasional. Hikmat, R. Harry. 2001 Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press, Bandung. Huntington, S.D. dan J.M. Nelson, 1977. No Easy Choice : Polotical Participation in Developing Countries.

Harvard University Press, Cambridge. Ikbal Bahua, Mohamad, 2007. Metode Perencanaan Partisipatif Dalam Pembangunan Masyarakat. Ikbal Bahua

Kreative, http://eeqbal.blogspot.com/2007. Inkeles, A. 1969. Making Man Modern : On the Causes and Consequenses of Individual Change in Six

Developing Countries. American Journal of Sociology. Khasanah, Uswatun, 2004. Etos Kerja Sarana Menuju Puncak Prestasi. Harapan Utama, Yogyakarta. Koentjaraningrat, 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru. Jakarta. ------------, 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. PT. Gramedia, Jakarta. Liliweri, ALO, 2003. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. LKIS, Yogyakarta. Luwihono, Slamet, 2007. Optimalisasi Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup :

Upaya Mewujudkan Kesimbangan Akses Terhadap Lingkungan. http://percik.or.id. P2PL (Pusat Penelitian Politik Lokal) Lembaga Percik, Salatiga.

Maedrie, 1986. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Desa. Disertasi Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.

Mardikanto, Totok. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pembangunan, dalam Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan (Ed. Ida Yustina dan Adjat Sudradjat), IPB Press – Bogor.

Page 10: 2_RingkasanTesisDudyOKE

10

------------, 1994. Bungai Rampai Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta. Mikkelsen, Britha. 2001. Methods for Development Work and Research. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. ------------, 1994. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan. Sebuah Buku Pegangan

bagi Para Praktisi Lapangan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Mubyarto, 1984. Strategi Pembangunan Pedesaan. P3PK UGM, Yogyakarta. Ndraha, Taliziduhu, 1990. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. PT. Rineka

Cipta, Jakarta. ------------, 1987. Pembangunan Masyarakat: Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Bina Aksara, Jakarta. Nitisemito, Alex S. 1996, Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia, Jakarta. Nuryana, Mu’man, 2005. Corporate Social Responsibility dan Kontribusi Bagi Pembangunan Berkelanjutan.

Makalah yang disampaikan pada Diklat Pekerjaan Sosial Industri, Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung, Lembang 05 Desember 2005.

Papayungan, Etty. 2006. Pemberdayaan Penyandang Cacat Melalui Program Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (Studi Kasus Pelaksanaan Pemberdayaan Terhadap 7 Penyandang Cacat Melalui Program RBM di Kecamatan Rantepao Tana Toraja). Tesis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makasar.

Paul, S. 1987. Community Partisipation in development Project. The World Bank Experience. The World Bank, Washington, D.C.

Poerwanto, Hari, 2000. Kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Prasetyo, Edhi dan Wahyuddin, M., 2008. Pengaruh Kepuasan dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan Riyadi Palace Hotel Di Surakarta. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Solo.

Prijono, Onny S. dan Pranaka, AMW., 1996. Pemberdayaan, Konsep, Kebijakan, dan Implementasi, Centre of Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta.

Primahendra, Riza, 2006. Community Development : Sebuah Eksplorasi. Association for Community Empowerment, Jakarta.

Prasojo, Eko, 2003. People and Society Empowerment : Perspektif Membangun Partisipasi Publik. Resume hasil penelitian penulis dan tim Pusat Kajian Strategi Pembangunan Sosial dan Politik (PKSPSP) FISIP Universitas Indonesia Tahun 2003 dalam Literatur Research dengan Judul : Pola dan Mekanisme Pemberdayaan Masyarakat di DKI Jakarta.

Purwatiningsih, Annisa, Ismani, Noor, Irwan, 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Suatu Kajian Dalam Kebijakan Program Dana Pembangunan Desa Wringin Anom Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang).

Rahardjo, Setyo, 2007. CSR, Benarkah Masyarakat Sekitar Perusahaan Sejahtera?. Berita Lingkungan & Pembangunan, Berita Bumi, http://www.beritabumi.or.id, Jakarta.

Rudito, B. dan Budimanta, A., 2003. Pengelolaan Community Development. Indonesia Center For Sustainable Development. Jakarta.

Saidi, Zaim dan Abidin, Hamid, 2004. Membangun CSR dan Filantropi yang Aplikatif. Dalam : Menjadi Bangsa Pemurah : Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia (Becoming a Generous Nation : A Glance of Philanthropy in Indonesia), Piramedia, Jakarta.

Sajogjo. 1994. Peranan Wanita dalam Pembangunan Masyarakat Desa. C.V. Rajawali, Jakarta. Salim, Emil, 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES, Jakarta. Schermerhorn, John. R., 1993, Management for Productivity, Fourth Edition. John Wiley & Sons, Inc., New

York, USA. Schön, D.A., 1987. Educating the Reflective Practitioner. Jossey Bass, San Francisco.

Sidu, Dasmin, 2006. Tesis - Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, http://Damandiri.or.id /. Jakarta.

Sinamo, Jansen, 2005. 8 Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses. Institut Darma Mahardika, Jakarta.

Slamet, M. 1985. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pedesaan. Interaksi No.1, Jakarta. Soekamto, Soerjono, 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada, Jakarta. ------------, 1996, Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada, Jakarta. ------------, 1983. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Rajawali Press, Jakarta. ------------, 1983. Kamus Sosiologi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soemarwoto, Otto, 2001. Atur Diri Sendiri, Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta. ------------, 2001. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Jakarta. Soetrisno, Loekman, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius, Jakarta. Sukriyanto. 2000. Etos Kerja Salah Satu Faktor Survivalitas Peternak Sapi Perah. Studi Kasus Di Desa

Sidomulyo, Kecamatan Batu Kota Batu Kabupaten Malang. Thesis, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Suparlan, Parsudi (Ed.), 1995. Kemiskinan di perkotaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Suryani, M, R.R. Ahmad, dan R. Munir, 1987. Lingkungan : Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam

Pembangunan. LIPI Press, Jakarta. Syahirawati, 2008. Tingkat Adopsi Petani Karet terhadap Teknologi Pembeku Deorub pada Pengolahan Bahan

Olah Karet. Tesis Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Tasmara, T. 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani. Tjokroamidjojo, Bintoro, 1977. Perenacanaan Kelembagaan. Gunung Agung, Jakarta. Watson, D.L., deBortali-Tregerthan, G., and Frank, J., 1984. Social Psycology – Science and application. Scott,

Foresman and Company, Glenview, III. Zaelani, Muhammad Asep, 2007. Corporate Social Responsibility atau Stakeholders Social Responsibility ?.

Lateral - Program Pascasarjana UIN SGD Bandung, Bandung.