1
JUMAT, 8 APRIL 2011 30 K LAS IFA Melongok Situs Sejarah di Museum Aceh T IDAK perlu mesin waktu agar Anda bisa men- jelajahi masa lalu. Wisata sejarah bisa menjadi pilihan bagi Anda yang tertarik melihat keping- an-kepingan yang tersisa dari peristiwa lampau. Tidak melulu harus berkunjung langsung ke situs-situs sejarah, tapi Anda bisa memulai perjalanan ke masa silam di museum. Provinsi Aceh, yang dahulu dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah, memiliki catatan sejarah yang panjang. Museum Aceh dapat dijadikan pilihan tujuan awal untuk berwisata sejarah di provinsi yang terkenal dengan Tari Saman itu. Museum Aceh resmi berdiri pada 31 Juli 1915. Pada awalnya, bangunan museum yang dahulu bernama Atjeh Museum itu berbentuk Rumoh Atjeh, yaitu rumah panggung tradisional berpintu sempit dan tanpa sekat di dalam ruangan. Pada 1914, Pemerintah Belanda membangun Rumoh Atjeh untuk dijadikan ruang pamer benda-benda khas Aceh dalam Pameran Kolonial (De Koloniale Tentoonstell- ing) di Semarang, Jawa Tengah. Pada saat pameran, Rumoh Atjeh digunakan untuk memamerkan beragam pusaka para pembesar Aceh dan koleksi pribadi FW Stammeshous, yang kemudian men- jadi kurator Atjeh Museum. Rumoh Atjeh kala itu menjadi paviliun dengan koleksi terlengkap dan berhasil meraih 4 medali emas, 11 medali perak, 3 perunggu, dan piagam penghargaan sebagai paviliun terbaik. Atas keberhasilan tersebut, Gubernur Aceh HNA Swart menerima usul Stammeshous untuk membawa pulang Rumoh Atjeh dan menjadikannya museum. Selepas pameran, bangunan Rumoh Atjeh dibongkar dan dibawa pulang untuk kemudian dibangun kembali di lapangan Kuta Raja. Kini, Museum Aceh terletak di Jalan SA Mahmudsyah Nomor 12, Banda Aceh. Bangunan museum pun tidak hanya terdiri atas Ru- moh Atjeh. Kompleks Museum Aceh memiliki sebuah bangunan baru dengan ukiran dan motif-motif Aceh, tiga lantai bangunan ruang pamer, lonceng Cakra Donya yang dibawa Laksamana Ceng Ho sebagai hadiah dari Kera- jaan China, kompleks Kandang Meuh (makam Raja-Raja Aceh), dan replika makam Sultan Malikussaleh. Museum Aceh buka setiap Senin-Kamis dan Minggu pukul 8.30 WIB-13.30 WIB, Jumat pukul 8.30-11.00, serta Sabtu pukul 8.30-12.30; dilanjutkan pada sore hari pukul 14.30-18.00 setiap harinya. (*/S-1) museum.acehprov.go.id

30 las ifa - ftp.unpad.ac.id fileawal untuk berwisata sejarah di provinsi yang terkenal dengan Tari Saman itu. Museum Aceh resmi berdiri pada 31 Juli 1915. Pada awalnya, bangunan museum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 30 las ifa - ftp.unpad.ac.id fileawal untuk berwisata sejarah di provinsi yang terkenal dengan Tari Saman itu. Museum Aceh resmi berdiri pada 31 Juli 1915. Pada awalnya, bangunan museum

JUMAT, 8 APRIL 201130 KlasifaMelongok Situs Sejarah di Museum Aceh

TIDAK perlu mesin waktu agar Anda bisa men-jelajahi masa lalu. Wisata sejarah bisa menjadi pilihan bagi Anda yang tertarik melihat keping-an-kepingan yang tersisa dari peristiwa lampau.

Tidak melulu harus berkunjung langsung ke situs-situs sejarah, tapi Anda bisa memulai perjalanan ke masa silam di museum. Provinsi Aceh, yang dahulu dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah, memiliki catatan sejarah yang panjang. Museum Aceh dapat dijadikan pilihan tujuan awal untuk berwisata sejarah di provinsi yang terkenal dengan Tari Saman itu.

Museum Aceh resmi berdiri pada 31 Juli 1915. Pada awalnya, bangunan museum yang dahulu bernama Atjeh Museum itu berbentuk Rumoh Atjeh, yaitu rumah panggung tradisional berpintu sempit dan tanpa sekat di dalam ruangan.

Pada 1914, Pemerintah Belanda membangun Rumoh Atjeh untuk dijadikan ruang pamer benda-benda khas Aceh dalam Pameran Kolonial (De Koloniale Tentoonstell-ing) di Semarang, Jawa Tengah.

Pada saat pameran, Rumoh Atjeh digunakan untuk memamerkan beragam pusaka para pembesar Aceh dan koleksi pribadi FW Stammeshous, yang kemudian men-jadi kurator Atjeh Museum.

Rumoh Atjeh kala itu menjadi paviliun dengan koleksi terlengkap dan berhasil meraih 4 medali emas, 11 medali

perak, 3 perunggu, dan piagam penghargaan sebagai paviliun terbaik.

Atas keberhasilan tersebut, Gubernur Aceh HNA Swart menerima usul Stammeshous untuk membawa pulang Rumoh Atjeh dan menjadikannya museum.

Selepas pameran, bangunan Rumoh Atjeh dibongkar dan dibawa pulang untuk kemudian dibangun kembali di lapangan Kuta Raja. Kini, Museum Aceh terletak di Jalan SA Mahmudsyah Nomor 12, Banda Aceh.

Bangunan museum pun tidak hanya terdiri atas Ru-moh Atjeh. Kompleks Museum Aceh memiliki sebuah bangunan baru dengan ukiran dan motif-motif Aceh, tiga lantai bangunan ruang pamer, lonceng Cakra Donya yang dibawa Laksamana Ceng Ho sebagai hadiah dari Kera-jaan China, kompleks Kandang Meuh (makam Raja-Raja Aceh), dan replika makam Sultan Malikussaleh.

Museum Aceh buka setiap Senin-Kamis dan Minggu pukul 8.30 WIB-13.30 WIB, Jumat pukul 8.30-11.00, serta Sabtu pukul 8.30-12.30; dilanjutkan pada sore hari pukul 14.30-18.00 setiap harinya. (*/S-1)

museum.acehprov.go.id