4
Edisi Khusus Dies Natalis Ke-45 www.unnes.ac.id Susunan Redaksi Pelindung: Rektor Unnes; Pembina: Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor IV; Pemimpin Umum: Hendarni Widowati; Pemimpin Redaksi: Sucipto Hadi Purnomo; Redaksi: Sihono, Dwi Sulist, Arif BW, Riki A, Agus SP; Bendahara: Kartika FC, Wulan SR; Ketatausahaan: Ariyani W, Supriyanto; Distribusi: Toersiyanto, Wakiman; Alamat Redaksi: UPT Pusat Humas Unnes Gedung H Lantai II Unnes Kampus Sekaran, Telepon 024-8508093, E-mail: [email protected] Agenda BULETIN UNNES Diterbitkan oleh UPT Pusat Hubungan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Sehat Unggul Sejahtera Pintu Pengembangan Unnes Terbuka dengan Taat Asas Pidato Rektor di Dies Natalis Tarian pembuka pada upacara Dies Natalis Ke-45 di Auditorium Unnes kampus Sekaran, Selasa (30/3). I tulah salah satu poin penting yang ditekankan oleh Rektor Unnes Sudi- jono Sastroatmodjo saat menyam- paikan laporan tahunan pada upa- cara Dies Natalis Ke-45 atau Lustrum, Selasa (30/3), di auditorium kampus Sekaran. Tampil pula menyampaikan orasi ilmiah tentang universitas konser- vasi, mantan Menteri Kependudukan/ Kepala BKKBN Haryono Suyono. “Kualitas tidak akan tercapai tanpa pemenuhan asas dan prosedur baku. Karena itu, bagi Unnes, taat asas me- rupakan jalan utama sekaligus prinsip Sejarah membuktikan, taat asas merupakan komitmen fun- damental bagi Unnes. Sebab, dengan prinsip inilah pintu pengembangan Unnes terbuka lebar. dalam menjalankan tata kelola,” kata Rektor pada forum yang juga dihadi- ri mantan Mendagri Mardiyanto dan mantan Menteri Koperasi Subijakto Tjakrawerdaja itu. Pada bagian awal pidatonya, Rektor menyatakan ada tiga hal pokok yang patut dicatat sepanjang 2009 hingga awal 2010. “Tahun 2009 merupakan titik awal Unnes memberlakukan sta- tus Badan Layanan Umum (BLU) yang berarti selangkah lagi menuju sistem tata kelola Badan Hukum Pendidikan (BHP),” katanya. hon Unnes Expo 6 - 7 April MENYEMARAKKAN Dies Na- talis Ke-45, Universitas Negeri Se- marang (Unnes) akan menyeleng- garakan Unnes Expo 2010, Selasa- Rabu 6-7 April 2010, di auditorium kampus Sekaran. Dalam event tersebut, akan ditampilkan karya unggulan hasil penelitian di bidang ilmu pengeta- huan dan teknologi, olahraga, seni, dan budaya. ”Selain itu, konservasi dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” kata Amin Yusuf panitia penyelenggara Unnes Expo 2010. Amin mengatakan, dalam pa- meran tersebut tidak hanya karya dosen dan mahasiswa yang ditam- pilkan, tetapi juga karya siswa dan guru dari beberapa sekolah dan Dharma Wanita. Karena itu, Unnes Expo 2010 ti- dak hanya diikuti civitas akademika Unnes tetapi juga instansi, lemba- ga, perguruan tinggi negeri (PTN), perguruan tinggi swasta (PTS), dan sekolah-sekolah di wilayah Sema- rang dan sekitarnya. ”Expo kali ini diharapkan mam- pu memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat mengenai Unnes,” katanya. Informasi lebih lengkap mengenai kegiatan tersebut dapat diperoleh melalui hp 024-8508015 (Prini). *shp Redaksi menerima kiriman berita dan artikel sesuai dengan rubrikasi Buletin SEK ARAN

(30/3). Pintu Pengembangan Unnes Terbuka dengan …unnes.ac.id/.../Buletin-Sekaran-Edisi-13-Khusus-Dies-Natalis-ke-45.pdf · Pintu Pengembangan ... Sambungan hlm 1 2 Seputar Kampus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: (30/3). Pintu Pengembangan Unnes Terbuka dengan …unnes.ac.id/.../Buletin-Sekaran-Edisi-13-Khusus-Dies-Natalis-ke-45.pdf · Pintu Pengembangan ... Sambungan hlm 1 2 Seputar Kampus

Edisi Khusus Dies Natalis Ke-45 www.unnes.ac.id

Susunan RedaksiPelindung: Rektor Unnes; Pembina: Pembantu Rektor II, Pembantu Rektor IV; Pemimpin Umum: Hendarni Widowati; Pemimpin Redaksi: Sucipto Hadi Purnomo; Redaksi: Sihono, Dwi Sulist, Arif BW, Riki A, Agus SP; Bendahara: Kartika FC, Wulan SR; Ketatausahaan: Ariyani W, Supriyanto; Distribusi: Toersiyanto, Wakiman;Alamat Redaksi: UPT Pusat Humas Unnes Gedung H Lantai II Unnes Kampus Sekaran, Telepon 024-8508093, E-mail: [email protected]

Agenda

BULETIN UNNES

Diterbitkan oleh UPT Pusat Hubungan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Sehat Unggul Sejahtera

Pintu Pengembangan Unnes Terbuka dengan Taat Asas

Pidato Rektor di Dies Natalis

Tarian pembuka pada upacara Dies Natalis Ke-45 di Auditorium Unnes kampus Sekaran, Selasa (30/3).

Itulah salah satu poin penting yang ditekankan oleh Rektor Unnes Sudi-jono Sastroatmodjo saat menyam-paikan laporan tahunan pada upa-

cara Dies Natalis Ke-45 atau Lustrum, Selasa (30/3), di auditorium kampus Sekaran. Tampil pula menyampaikan orasi ilmiah tentang universitas konser-vasi, mantan Menteri Kependudukan/Kepala BKKBN Haryono Suyono.

“Kualitas tidak akan tercapai tanpa pemenuhan asas dan prosedur baku. Karena itu, bagi Unnes, taat asas me-rupakan jalan utama sekaligus prinsip

Sejarah membuktikan, taat asas merupakan komitmen fun-damental bagi Unnes. Sebab, dengan prinsip inilah pintu

pengembangan Unnes terbuka lebar.

dalam menjalankan tata kelola,” kata Rektor pada forum yang juga dihadi-ri mantan Mendagri Mardiyanto dan mantan Menteri Koperasi Subijakto Tjakrawerdaja itu.

Pada bagian awal pidatonya, Rektor menyatakan ada tiga hal pokok yang patut dicatat sepanjang 2009 hingga awal 2010. “Tahun 2009 merupakan titik awal Unnes memberlakukan sta-tus Badan Layanan Umum (BLU) yang berarti selangkah lagi menuju sistem tata kelola Badan Hukum Pendidikan (BHP),” katanya.

hon

Unnes Expo 6 - 7 April

MENYEMARAKKAN Dies Na-talis Ke-45, Universitas Negeri Se-marang (Unnes) akan menyeleng-garakan Unnes Expo 2010, Selasa-Rabu 6-7 April 2010, di auditorium kampus Sekaran.

Dalam event tersebut, akan ditampilkan karya unggulan hasil penelitian di bidang ilmu pengeta-huan dan teknologi, olahraga, seni, dan budaya.

”Selain itu, konservasi dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat,” kata Amin Yusuf panitia penyelenggara Unnes Expo 2010.

Amin mengatakan, dalam pa-meran tersebut tidak hanya karya dosen dan mahasiswa yang ditam-pilkan, tetapi juga karya siswa dan guru dari beberapa sekolah dan Dharma Wanita.

Karena itu, Unnes Expo 2010 ti-dak hanya diikuti civitas akademika Unnes tetapi juga instansi, lemba-ga, perguruan tinggi negeri (PTN), perguruan tinggi swasta (PTS), dan sekolah-sekolah di wilayah Sema-rang dan sekitarnya.

”Expo kali ini diharapkan mam-pu memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat mengenai Unnes,” katanya.

Informasi lebih lengkap mengenai kegiatan tersebut dapat diperoleh melalui hp 024-8508015 (Prini).

*shp

Redaksi menerima kiriman berita dan artikel sesuai dengan rubrikasi Buletin SEKARAN

Page 2: (30/3). Pintu Pengembangan Unnes Terbuka dengan …unnes.ac.id/.../Buletin-Sekaran-Edisi-13-Khusus-Dies-Natalis-ke-45.pdf · Pintu Pengembangan ... Sambungan hlm 1 2 Seputar Kampus

Pintu Pengembangan ...

Sambungan hlm 1

2 Seputar Kampus

Kedua, lanjut Rektor, 2009 me-rupakan tonggak visi internasional Unnes. “Sebab, pada tahun itulah itu kali pertama Unnes masuk pada orbit 5.000 Universitas Dunia versi Webometrics. Tahun 2009, Unnes berada pada urutan ke-33 PTN-PTS se-Indonesia dan awal 2010 naik ke peringkat ke-29,” kata guru besar ilmu hukum ini.

Menurutnya, 2009 adalah juga periode ketika Unnes mengukuhkan diri sebagai universitas konservasi. “Sebagai spirit telah lama hadir, tapi sebagai komitmen institusional, uni-versitas konservasi baru lahir 2009 yang ditandai dengan sengkalan Arum Luhuring Pawiyatan ing Astani-ra. Puncaknya, 12 Maret lalu warga universitas ini menyampaikan dekla-

rasi universitas konservasi dan Bapak Mendiknas Muhammad Nuh menan-datangani prasasti konservasi.”

Capaian 2009-2010 Dalam laporan tersebut, Rektor

juga menyampaikan sejumlah capaian sepanjang setahun terakhir. “Berda-sarkan survei Pusat Analisis dan Data Tempo, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) terma-suk sepuluh FMIPA terbaik se-Indo-nesia dan satu-satunya FMIPA eks IKIP yang masuk orbit tersebut,” kata Rektor yang disamput tepuk tangan peserta.

Di bidang penelitian, lanjut Rektor, pada tahun 2008 dana untuk peneli-tian Rp 4,25 miliar lebih. “Tahun 2009, dana untuk penelitian Unnes melonjak jadi Rp 11,14 miliar lebih.”

Di bidang kemahasiswaan, ke-berhasilan tiga mahasiswa aktifis Mahapala mengibarkan bendera Me-rah Putih dan bendera Unnes di pun-

cak tertinggi Kilimanjaro Tanzania Afrika merupakan tonggak penting. “Ini kian menggenapi predikat 5 per-guruan tinggi ‘raksasa’ di Indonesia untuk bidang karya ilmiah maha-siswa dan prestasi sebagai duta ne-gara dalam cabang olahraga wood-ball yang kini bertengger di peringkat ke-3 dunia,” katanya.

Adapun kerja sama, kolaborasi yang dibangun universitas ini me-lintas di berbagai negara dan me-rentang di beberapa benua. “Ini kian mengukuhkan visi internasional kita,” tandasnya.

Sudijono bidang juga menginga-tkan, dies natalis akan dimeriahkan pentas wayang kulit spektakuler dengan dalang “setan” Ki Manteb Sudharsono, Kamis malam, 1 April di lapangan parker timur auditorium kampus Sekaran. “Beliau akan mem-beber lakon Sastra Jendra Hayunin-grat Pangruwating Diyu”.

*shp

Sastra Jendra, Kegagalan Praksis!

Apakah Anda pernah memba-ca Anak Bajang Menggiring Angin karya Sindhunata? Di situlah, kisah seputar Sastra

Jendral ternarasikan dengah sarat sti-listika. Kegagalan Wisrawa dan Sukesi menghayati Sastra Jendra, itulah awal prosa yang amat lirik ini.

Mulanya Dewi Sukesi bersayem-bara. Hanya yang mampu memaknai Sastra Jendra yang berhak menikahi-nya.

Ingin sekali Danaraja meminang put-ri Prabu Sumali itu. Namun apa daya, ia tak mengusai ngelmu wingit tadi. Ka-rena itu, ia meminta ayahandanya yang seorang begawan untuk membabarkan ngelmu tersebut.

Datang ke negeri Alengka, berbekal Sastra Jendra yang dikuasainya, Wisra-wa pun hendak melamar Dewi Sukesi untuk putranya, Prabu Danaraja.

Namun apa yang terjadi? Bertemu dengan Sukesi, berkatalah Wisrawa:

“Oh, Sukesi, kenapa kaubedaki pi-

BERSUMBER dari babon Ramayana, Sastra Jendra berkisah tentang betapa susahnya anak manusia menghayati ngelmu ka-sampurnan. Seorang begawan sekalipun, meski mumpuni pada level ontologis dan epistemologis, tetap saja wurung pada tata-ran praksis.

pimu dengan merah-merah kembang api dari neraka? Ikatlah rambutmu, supaya kondemu tetap menjadi kekasih hatimu sendiri. Dan lunakkan suaramu, supaya tidak menjadi suara menyeramkan dari makhluk jahat yang haus darah. Sukesi, ingatlah, aku datang bukan untuk dirimu.

Tapi untuk anakku terkasih Danaraja.”(Namun) Wisrawa bagai mandi

lautan darah. Telapak kakinya menjadi belati-belati kaki kuda yang larinya menutupi bumi. Dengan lentera hitam, ia hendak meraba sukma Sukesi yang gemerlapan bagai intan berpendaran. Gemetar hawa nafsunya hendak meme-luk Dewi Sukesi.

”Sukesi, anakku Danaraja sudah mati karena belati-belati kaki kudaku. Roh-roh halus lari seperti kukus-kukus tak berapi, takut pada lentera hitam yang kubawa. Sukesi, biarlah mereka menangis dalam kesedihannya. Ma-rilah kita menghiasi bumi ini dengan percikan darahmu ketika kau merintih pada malam pertama kau bersamaku. Lupakan anakku Danaraja, Sukesi,” kata Begawan Wisrawa. Dari hatinya, keluar sebilah keris yang bercahaya api merah darah.

Ya, ya, yang bercetak miring itu hanya nukilan dari Anak Bajang Meng-giring Angin. Dalam format sajian yang lain, selama semalam suntuk, Ki Man-teb Sudharsono akan menarasikan kisah buat ribuan penontonnya di lapangan parkir auditorium kampus Sekaran, Kamis malam, 1 April 2010. Mari kita saksikan. *shp

Page 3: (30/3). Pintu Pengembangan Unnes Terbuka dengan …unnes.ac.id/.../Buletin-Sekaran-Edisi-13-Khusus-Dies-Natalis-ke-45.pdf · Pintu Pengembangan ... Sambungan hlm 1 2 Seputar Kampus

Seputar Kampus 3

“Sastra Jendra”, Lahir karena Salah Tulis?

Muncul dalam sejumlah karya sastra Jawa klasik, begitu su-

blim di kalangan kejawen, Sas-tra Jendra justru lahir karena kakografi. Sebuah paradoks

lain dari dunia Jawakah?

Catatan SUCIPTO HADI PURNOMO

shp

Kakografi, menurut Kamus Be-sar Bahasa Indonesia Edisi IV, adalah tulisan yang sulit dibaca atau sebagai istilah

bidang lingusitik, kakografi adalah ejaan yang menyimpang dari ejaan sesung-guhnya.

Supomo Surjohudojo yang kali per-tama mengungkap hal itu pada Madjalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia jilid II No-mor 2 Edisi Juni 1964. Dalam majalah (baca: jurnal) yang merupakan nomor persembahan kepada Prof Dr RM Ng Po-erbatjaraka itu, sekalipun belum sampai pada kemantapan simpulan, Surjohudojo menunjukkan bukti bahwa istilah Sastra Jendra muncul karena salah tulis atau salah baca!

Dalam kesusastraaan Jawa baru, sebagaimana pula kerap kali dipentas-kan dalam pergelaran wayang kulit dan wayang orang, Sastra Jendra senantiasa dihubungkan dengan cerita lokapala. Diceritakan, Begawan Wisrawa atas per-

mintaaan putranya, Prabu Wisrawana atau Danaraja, pergi ke Alengka untuk melamar Sukesi, putra raja raksasa Prabu Sumali.

Namun Sukesi membuat sayembara. Siapa pun yang dapat memaknai ngelmu Sastra Jendra, akan menjadi suaminya.

Karena gangguan Batara Guru dan Dewi Uma, setelah Wisrawa membabar ngelmu tersebut, keduanya saling jatuh cinta. Wisrawa lupa bahwa dia sedang mencarikan istri bagi putranya. Maka kawinlah Wisrawa dengan Sukesi. Dari perkawinan itu, lahirlah Dasamuka atau Rahwana dengan saudara-saudaranya.

Sebagaimana dikemukakan Poer-batjaraka (1952), episode tersebut sama sekali tidak terdapat dalam kesusastraan Jawa kuno. Bahkan, kata majemuk sastra jendra juga tidak terdapat dalam bahasa Jawa kuno, apalagi Sansekerta!

Di dalam kamus van der Tuuk (1921) terdapat kata jendra. Namun kata itu harus dicari hubungannya dengan kata jendral, yang berasal dari kata Belanda generaal.

Lantas? Pertama-tama, pencarian bisa dilakukan di dalam Serat Lokapala atau yang biasa disebut Arjuna Sasrabau. Ini adalah kitab olahan atas Arjunawijaya karya Mpu Tantular ke dalam bahasa Jawa baru oleh Yasadipura I dan kemudian diperluas oleh Yasadipura II dan Sindusas-tra.

Dalam kitab Yasadipura I (naskah 3-4), dapat dijumpai istilah sastra har-jendra, sastra harjengrat, sastra cetha harjeng rat, dan sastra cetha. Dalam kitab Yasadipura II (naskah 2-4), bisa ditemukan istilah sastra harjendra, sas-tra harjengrat, sastra harjeng rat, sastra cetha linuhung maharjeng rat, dan sas-tra cetha purwakaning dumadi dadining wekasan.

Akhirnya, dalam kitab Sindusastra (1930), istilah tersebut telah berkembang menjadi sastra harjendra hayu ning rat pangruwat barang sakalir, sastra harjen-dra hayu ning bumi, sastra jendra, sas-tra jendra wadi ning rat, sastra jendra yu ning rat minangka wadi ning bumi, sastra jendra yu ning rat pangrusak ing diyu, sastra cetha harjendra hayu ning bumi, dan sastra yu.

Jelaslah bahwa makin lama makin banyak variasi yang dipergunakan. Ma-kin banyak pula penjelasan yang (bisa) diberikan pada tiap-tiap istilah tersebut.

Apakah ketiga istilah yang digunakan oleh Yasadipura I bukan hanya meru-pakan varian dari satu istilah? Jika benar demikian, manakah yang mula-mula sekali dipakai?

Inilah tantangan yang sekaligus menawan buat para filolog.*

Page 4: (30/3). Pintu Pengembangan Unnes Terbuka dengan …unnes.ac.id/.../Buletin-Sekaran-Edisi-13-Khusus-Dies-Natalis-ke-45.pdf · Pintu Pengembangan ... Sambungan hlm 1 2 Seputar Kampus

4 Sosok

Ki Manteb Sudharsono:

PELATARAN parkir auditorium kampus Unnes bakal menjadi saksi kematangan sabet Ki Manteb Sudharsono. Disaksikan keluarga besar universitas ini dan khalayak umum, dalang ”setan” ini akan membeber lakon Sastra Jendra.

Pelajaran “Sapa Nandur Ngundhuh”

KI MANTEB SOEDHARSONO lahir di Palur, Mojolaban, Sukoharjo, 31 Agustus 1948. Bapaknya dalang, ibunya penabuh gamelan, Sempat berse-kolah di STM Manahan Sala, dia memutuskan berhenti demi mendalang. Ke-pada ayahnya ia belajar mendalang, lalu memperdalamnya pada Ki Nartosa-bdho di Semarang dan Ki Ganda Sudarman di Sragen. Mendalang di muka umum sejak usia 12 tahun. Pernah mendalang di Spanyol, Jerman, Amerika, Swiss, Suriname, Prancis, dan Jepang, dia pun mendapat anugerah Satya Lencana Kebudayaan dari Presiden. “Dalang setan” ini juga mendapat Rekor MURI karena memecahkan rekor mendalang terlama sedunia, yaitu selama 24 jam 28 menit. Selain itu mendapat Unesco Award.

DWI SULISTIAWAN DAN SUCIPTO HP

Tapi, nanti dulu. Mengang-gap Ki Manteb sekadar dalang sabet, pastilah keliru. Anda juga bakal salah duga

jika kekuatan Ki Manteb hanya pada kepiawaiannya menggerakkan wayang saat adegan perang.

Hampir sepuluh tahun yang silam, di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang ketika mementaskan lakon Samba Juwing, dia mengeluarkan kre-donya. ”Kekuatan wayang, juga sabet, tidak hanya ditentukan oleh kekuatan beratraksi atau menggerakkan raksasa setinggi gawangan. Dehem Baladewa pun, jika dioptimalkan, jauh lebih ngedab-edabi ketimbang gerak tangan-nya yang pethanthangan,” katanya, kala itu.

Di sela-sela syuting untuk sebuah sinetron di Jakarta, melalui telepon seluler, dalang yang masih membin-tangi iklan obat ini menjawab beberapa pertanyaan Sekaran.

Kenapa Anda bawakan lakon Sastra Jendra, bukankah ini lakon tentang kelahiran Rahwana, sang ang-kara murka?

Sastra Jendra itu piwulang becik, ajaran baik. Ini adalah ngelmu kasam-purnan. Tidak semua orang mengua-sainya. Pada saat sayembara di negeri Alengka, hanya Begawan Wisrawa yang mampu membabarkannya.

Bukankah ngelmu itu diwedar pada titik berahi antara sang Begawan dan Dewi Sukesi?

Piwulang becik itu jangan pernah dipilah-pilah dari mana datangnya. Apalagi ini jelas, dari seorang bega-wan. Kalaulah kemudian Begawan Wisrawa yang semestinya melamar untuk putranya tapi justru untuk di-rinya sendiri, jangan kemudian buru-buru mempersalahkan Wisrawa. Justru lewat pergelarkan nanti, saya ingin

mengajak penonton untuk tidak melihat segala hal secara hitam-putih.

Apa lagi yang ingin Anda ingatkan?Dari kisah asmara antara guru dan

murid, antara Wisrawa dan Sukesi, tetap berlaku hukum ”sapa nandur ngundhuh”. Nandur tidak sekadar nandur. Tidak asal menanam. Sebab, kesuburan tanaman tidak hanya ditentukan oleh bibitnya, tetapi juga oleh tanahnya. Jadi, pintar-pintarlah untuk memilih tanah yang pan-

tas ditanami. Ada sanggit carita baru yang akan Anda

tawarkan? Saya akan sajikan alur flash back untuk

Sastra Jendra nanti. Kenapa Danaraja atau Danapai menjadi raja ketika masih belia, apa akibatnya jika laki-laki tak berani me-lamar sendiri. itu juga akan saya beberkan. Masak, hanya mengulang-ulang lakon yang pernah ada. Itu namaya menganggap penon-ton padha turu kabeh.*