12
Warta Bahari Warta Bahari EDISI KHUSUS HARI JADI KE-435 KOTA TEGAL “Batik Tegal” Hilir Mudik Tegal-Jakarta PP Harmonisasi Masjid Agung dan Pasar Esuk Porprov di Kota Tegal 4 5 8 O E T X C D E E L T L A E C N I D C E E D

4 5 8Kota Tegal · 2017-04-05 · 2 tajuk WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal upaya meminimalisasi kontribusi gas rumah kaca, yang menjadi penyebab utama pemanasan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Warta BahariWarta Bahari EDISI KHUSUS HARI JADI KE-435 KOTA TEGAL

“Batik Tegal” Hilir MudikTegal-Jakarta PP

HarmonisasiMasjid Agungdan Pasar Esuk

Porprov diKota Tegal4 5 8

O ET X CD EE LT LA EC NID CE E

D

tajuk2 WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

upaya meminimalisasi kontribusi gas rumah kaca, yang menjadi penyebab utama pemanasan global. Penanaman pohon peneduh di tepi jalan, pembangunan hutan kota dan taman kota juga turut memberikan andil besar dalam penyerapan karbon, selain untuk mempercantik kota.

Salah satu dampak pemanasan global berupa semakin tingginya air laut, yang memungkinkan terjadinya abrasi pantai telah diantisipasi dengan dibangunnya ratusan bangunan pemecah gelombang di sepanjang pantai Kota Tegal. Selain itu dibangun pula sabuk pantai dan tanaman sabuk hijau, sebagai penjaga kelestarian ekosistem pantai.

Di bidang transportasi, beberapa waktu lalu Pemerintah Kota Tegal berhasil menjalin kerjasama dengan PT KAI, dan diluncurkanlah kereta Tegal Bahari. Kita patut berbangga dengan hasil kerjasama ini, mengingat saat ini kereta api menjadi kendaraan favorit bagi masyarakat perkotaan, khususnya untuk transportasi antar kota.

BIDANG MARITIMSebagai kota maritim, sudah barang tentu

sektor perikanan menjadi salah satu potensi unggulan bagi Kota Tegal. Panjang pantai Kota Tegal yang hanya 7,5 Km, dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan produktifitas dengan jumlah yang cukup bisa diandalkan. Keberadaan 2 pelabuhan dan 3 unit TPI sangat mendukung kondisi ini. hal ini pula yang mendorong beberapa daerah lain datang untuk melakukan studi banding.

Kemudian dalam hal menjaga tatanan sosial yang baik, Pemerintah Kota Tegal secara kontinyu melakukan penertiban tempat hiburan dan tempat-tempat penginapan yang disalahgunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif. Hal ini tentu bertujuan agar tetap terjaganya keamanan dan kenyamanan lingkungan di wilayah Kota Tegal.

Dan demi ketertiban bersama pula kami mengajak seluruh saudaraku, warga Kota Tegal agar senantiasa mentaati hukum dan peraturan yang berlaku. Karena kita hidup di Negara hukum dan semua harus tertata dengan baik berlandaskan hukum dan peraturan yang berlaku. Marilah kita menjalankan peran masing-masing dengan kesadaran hukum.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh warga Kota Tegal atas seluruh partisipasi dan kerjasamanya dalam membangun Kota Tegal yang kita cintai ini. Semoga Kota Tegal semakin maju dan mampu memberikan yang terbaik untuk kita sekalian.

Dirgahayu Kota Tegal..!!

Tegal, 12 April 2015Walikota Tegal

Hj. Siti Masitha Soeparno

pesanwalikota 3

Saudara-saudaraku, masyarakat Kota Tegal yang budiman

Pada tanggal 12 April 2015 ini Kota Tegal merayakan hari jadinya yang ke-435. Sebuah usia yang tak lagi muda untuk ukuran sebuah kota. Dan setiap kali kita merayakan hari jadi, kita seperti tergerak untuk menoleh ke sejarah masa lampau.

Sejarah adalah catatan masa lalu, yang memberikan ruang bagi tokoh dan benda-benda tertentu untuk melengkapi catatan peristiwa. Sejarah bisa saja diabadikan dalam ruang kekinian, atau dilupakan begitu saja tanpa sedikitpun jejak yang tersisa.

Tlatah Tegal dengan seorang tokoh be-sar bernama Ki Gede Sebayu adalah bagian dari sejarah kota yang kita diami saat ini. Tentu kita tak akan melupakannya sampai kapanpun. Karena ia memiliki andil sangat besar dalam meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan pembangunan di Kota Tegal.

Dan pembangunan yang berlangsung saat ini adalah kelanjutan dari sebuah proses panjang yang diawali oleh Ki Gede Sebayu. Pembangunan yang berbasis pada pelayan-

an masyarakat adalah prioritas bagi program-program pemerintah.

Di bidang perumahan, Pemerintah Kota Tegal tahun ini kembali memba-

ngun sebuah Rumah Susun Sewa (Ru-sunawa) yang diperuntukkan bagi

keluarga yang belum memiliki ru-mah. Saat ini sudah berdiri dua

blok Rusunawa diatas lahan se-luas 1,3 Ha, yang terdiri dari 196 unit Rumah. Dan saat ini tengah berlangsung pemba-ngunan 1 blok lagi Rusunawa. Bangunan baru Rusunawa ini terdiri dari 5 lantai yang

mencakup 98 unit rumah. Pembangunan sarana dan prasarana

umum juga terus ditingkatkan, seperti jalan, saluran, sanitasi, penerangan jalan umum, Ta-man Kota, Hutan Kota dan lain sebagainya. Revitalisasi Alun-alun adalah salah satu contoh perubahan wajah kota. Penanaman pohon pe-lindung yang mengitari Alun-alun, pembangun-an gazebo, Toilet Umum, penyediaan lapangan olah raga dan pemenuhan Neon box bertulis-kan Asmaul Husna, bertujuan untuk memberi-kan kenyamanan bagi masyarakat yang mengunjungi alun-alun.

Beberapa wilayah yang menjadi titik rawan banjir secara bertahap diatasi dengan teknologi penampungan air sementara, yakni Polder dan Kolam Retensi. Setelah terbangun Polder di Kelurahan Kaligangsa dan Kolam Retensi di Kelurahan Mintaragen, Tahun ini akan dilanjutkan dengan pembangunan Kolam Retensi di Kelurahan Panggung dan Tegalsari. Sehingga diharapkan beberapa wilayah yang saat ini menjadi titik rawan banjir bisa teratasi.

Sementara dalam pelaksanaan agenda pengendalian pemanasan global, Pemerintah Kota Tegal konsisten melaksanakan upaya-upaya mitigasi. Penanaman pohon dan pengelolaan sampah secara terpadu adalah

WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

EDISI KHUSUS HARI JADI KE-435 KOTA TEGAL

Warta BahariWarta Bahari

l

Turah Untung, Firman Hadi

Sri Hartati, A.Md.

Penerbit: Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol

Setda Kota Tegal

l Pembina: Walikota Tegal, Hj. Siti Masitha Soeparno

Wakil Walikota Tegal, Drs. H.M. Nursholeh, M.M.Pd. l Penasehat:

Plt. Sekda Kota Tegal, Dyah Kemalasintha, S.H.l Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Kabag

Humas dan Protokol, Dra. Hendiati Bintang Takarinil Redaktur Pelaksana:

Kasubag Dokumentasi dan Publikasi, Utariana, S.H.

l Redaktur Isi: Kasubag Pemberitaan

l Lay Out & Setting: Slamet Akbari

l Staf Redaksi: Roniyanto N, A.Md., Tomi, A.Md., Imon Dwi B A., S.Sos,

l Fotografer: Edhy Purnomo

l Bagian Sirkulasi: Endang, Lena, Aman Sucipto

l Bagian Keuangan: Fatimatus Zahro

l Administrasi Umum:

l Alamat Redaksi: Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol

Setda Kota Tegal, Jalan Ki Gede Sebayu No. 12 Tegal - 52123, Telp/Fax. (0283) 355137-355138 Pswt. 202

l Percetakan: CV. SINAR KENCANA JAYA, SEMARANG.

MEDIA INFORMASI DAN ASPIRASI MASYARAKAT

Redaksi menerima sumbangan naskah dalam bentuk artikel, opini, wawancara atau foto. Jika diperlukan,

redaksi berhak mengubah atau mengedit tanpa menghilangkan esensinya. Tulisan maksimal 3 halaman folio spasi rangkap (dobel) atau 4000-6000

karakter, dialamatkan pada redaksi: Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol

Setda Kota Tegal, Jalan Ki Gede Sebayu no.12 Tegal Telp.: (0283) 355137-355138, Pswt. 122

atau e-mail: [email protected]

emasuki bulan April kota ini selalu lebih geriap dari biasa-nya. Lampu-lampu jalanan dan M

gedung dibuat terang. Sudut-sudut pe-nanda kota bersolek makin cantik. Bera-gam umbul, baliho, spanduk hingga ka-rangan bunga serempak memberi ucap-an selamat. Aneka hiburan, pameran, lomba dan festival pun diadakan di bulan April. Semuanya makin memberi aksen bahwa bulan tersebut adalah bulan isti-mewa bagi kota dan warga Tegal.

12 April adalah hari yang ditetapkan sebagai hari jadi Kota Tegal, sebuah kota yang diyakini telah didirikan oleh Ki Ge-de Sebayu 435 tahun lalu. Berawal dari sebuah tegalan atau tetegal, lewat pusing-an masa, daerah ini menjelma makin be-sar mewujud sebuah kota. Kota yang ke-mudian mampu tum-buh menjadi magnet bagi daerah sekitar-nya. Kota yang mena-bur urai berkah kehidupan bagi warganya.

Sungguh bukanlah upaya keliru, sekiranya warga kota Tegal memuliakan April ini. Karena bukankah dalam pera-yaan ulang tahun seseorang, kerap dilan-tunkan gita doa “panjang umurnya serta mulia”?. Kemuliaan yang ingin dicapai kota Tegal, tentu adalah asa segenap warga yang menghendaki Kota Tegal makin makmur.

Dalam tataran lokal, kemakmuran itu ibarat versi mini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri gemah ripah loh jinawi, dengan suasana yang aman dan

tenteram, di bawah naungan ridha dan ampunan Rabb). Setidaknya ada empat pilar yang diyakini mampu mewujudkan kondisi tersebut. Yang pertama adalah ulama harus berilmu dan menjadi tempat bertanya bagi ketiga unsur lain-nya. Kedua, umara atau pemimpin harus adil tidak membeda-bedakan rakyatnya. Ketiga orang kaya dermawan yang suka bersedekah kepada yang membutuhkan. Dan keempat, orang fakir hendaknya

selalu berdoa untuk ulama, umara dan orang kaya, karena doa golongan ini dipercaya lebih makbul.

Skema pelibatan semua unsur tadi, tepat dikaitkan pada teori pembangun-an di daerah. Agar menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri, pembangunan di daerah bergan-tung kepada manusia (pemerintah dae-rah dan segenap komponen masyarakat) serta struktur sosial masyarakatnya. Di sinilah ditunjukkan bahwa pembangun-an daerah sesungguhnya sangat tergan-tung pada kesungguhan dan kemauan diri (innerwill) subyek pembangunan, proses emansipasi diri dan partisipasi

kreatif semua kalangan. Dalam usianya yang ke-435 tahun,

Kota Tegal harus makin mampu meng-elaborasi kekuatan-kekuatan pembaha-ruan dalam masyarakat. Kekuatan-kekuatan pembaharuan yang berfungsi sebagai autonomous energies ini akan menjadi motor penggerak utama dan penentu arah kebijakan pembangunan. Pemerintah daerah dan masyarakat perlu bersama-sama memastikan terle-

bih dahulu perspektif inti atas makna dasar pembangunan. Hal ini dimaksudkan agar terdapat satu persep-si yang sama atas makna, arah dan tuju-an pembangunan di daerah.

Membangkitkan partisipasi aktif semu-a kalangan, umumnya didahului dengan membuka komunikasi interaktif antar semua pihak, utamanya pe-merintah daerah dan masyarakat. Pada era modern kini, sarana komunikasi telah me-

nawarkan banyak alternatif. Selain per-jumpaan langsung, komunikasi intim bisa dijalin dengan media elektronik, selular dan daring. Apabila dimanfaatkan secara baik, teknologi yang memungkinkan ko-munikan tak berjarak dalam waktu 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, sungguh menjadi energi kuat penopang pelaksanaan pembangunan sekaligus umpan balik kontrol pembangunan.

Akhirnya selamat berulang tahun Kota Tegal. Semoga Kota Tegal dan warganya dapat terus bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik! g AKB

Dirgahayu Kotaku, Dirgahayu Kota KitaDirgahayu Kotaku, Dirgahayu Kota Kita

tajuk2 WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

upaya meminimalisasi kontribusi gas rumah kaca, yang menjadi penyebab utama pemanasan global. Penanaman pohon peneduh di tepi jalan, pembangunan hutan kota dan taman kota juga turut memberikan andil besar dalam penyerapan karbon, selain untuk mempercantik kota.

Salah satu dampak pemanasan global berupa semakin tingginya air laut, yang memungkinkan terjadinya abrasi pantai telah diantisipasi dengan dibangunnya ratusan bangunan pemecah gelombang di sepanjang pantai Kota Tegal. Selain itu dibangun pula sabuk pantai dan tanaman sabuk hijau, sebagai penjaga kelestarian ekosistem pantai.

Di bidang transportasi, beberapa waktu lalu Pemerintah Kota Tegal berhasil menjalin kerjasama dengan PT KAI, dan diluncurkanlah kereta Tegal Bahari. Kita patut berbangga dengan hasil kerjasama ini, mengingat saat ini kereta api menjadi kendaraan favorit bagi masyarakat perkotaan, khususnya untuk transportasi antar kota.

BIDANG MARITIMSebagai kota maritim, sudah barang tentu

sektor perikanan menjadi salah satu potensi unggulan bagi Kota Tegal. Panjang pantai Kota Tegal yang hanya 7,5 Km, dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan produktifitas dengan jumlah yang cukup bisa diandalkan. Keberadaan 2 pelabuhan dan 3 unit TPI sangat mendukung kondisi ini. hal ini pula yang mendorong beberapa daerah lain datang untuk melakukan studi banding.

Kemudian dalam hal menjaga tatanan sosial yang baik, Pemerintah Kota Tegal secara kontinyu melakukan penertiban tempat hiburan dan tempat-tempat penginapan yang disalahgunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif. Hal ini tentu bertujuan agar tetap terjaganya keamanan dan kenyamanan lingkungan di wilayah Kota Tegal.

Dan demi ketertiban bersama pula kami mengajak seluruh saudaraku, warga Kota Tegal agar senantiasa mentaati hukum dan peraturan yang berlaku. Karena kita hidup di Negara hukum dan semua harus tertata dengan baik berlandaskan hukum dan peraturan yang berlaku. Marilah kita menjalankan peran masing-masing dengan kesadaran hukum.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh warga Kota Tegal atas seluruh partisipasi dan kerjasamanya dalam membangun Kota Tegal yang kita cintai ini. Semoga Kota Tegal semakin maju dan mampu memberikan yang terbaik untuk kita sekalian.

Dirgahayu Kota Tegal..!!

Tegal, 12 April 2015Walikota Tegal

Hj. Siti Masitha Soeparno

pesanwalikota 3

Saudara-saudaraku, masyarakat Kota Tegal yang budiman

Pada tanggal 12 April 2015 ini Kota Tegal merayakan hari jadinya yang ke-435. Sebuah usia yang tak lagi muda untuk ukuran sebuah kota. Dan setiap kali kita merayakan hari jadi, kita seperti tergerak untuk menoleh ke sejarah masa lampau.

Sejarah adalah catatan masa lalu, yang memberikan ruang bagi tokoh dan benda-benda tertentu untuk melengkapi catatan peristiwa. Sejarah bisa saja diabadikan dalam ruang kekinian, atau dilupakan begitu saja tanpa sedikitpun jejak yang tersisa.

Tlatah Tegal dengan seorang tokoh be-sar bernama Ki Gede Sebayu adalah bagian dari sejarah kota yang kita diami saat ini. Tentu kita tak akan melupakannya sampai kapanpun. Karena ia memiliki andil sangat besar dalam meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan pembangunan di Kota Tegal.

Dan pembangunan yang berlangsung saat ini adalah kelanjutan dari sebuah proses panjang yang diawali oleh Ki Gede Sebayu. Pembangunan yang berbasis pada pelayan-

an masyarakat adalah prioritas bagi program-program pemerintah.

Di bidang perumahan, Pemerintah Kota Tegal tahun ini kembali memba-

ngun sebuah Rumah Susun Sewa (Ru-sunawa) yang diperuntukkan bagi

keluarga yang belum memiliki ru-mah. Saat ini sudah berdiri dua

blok Rusunawa diatas lahan se-luas 1,3 Ha, yang terdiri dari 196 unit Rumah. Dan saat ini tengah berlangsung pemba-ngunan 1 blok lagi Rusunawa. Bangunan baru Rusunawa ini terdiri dari 5 lantai yang

mencakup 98 unit rumah. Pembangunan sarana dan prasarana

umum juga terus ditingkatkan, seperti jalan, saluran, sanitasi, penerangan jalan umum, Ta-man Kota, Hutan Kota dan lain sebagainya. Revitalisasi Alun-alun adalah salah satu contoh perubahan wajah kota. Penanaman pohon pe-lindung yang mengitari Alun-alun, pembangun-an gazebo, Toilet Umum, penyediaan lapangan olah raga dan pemenuhan Neon box bertulis-kan Asmaul Husna, bertujuan untuk memberi-kan kenyamanan bagi masyarakat yang mengunjungi alun-alun.

Beberapa wilayah yang menjadi titik rawan banjir secara bertahap diatasi dengan teknologi penampungan air sementara, yakni Polder dan Kolam Retensi. Setelah terbangun Polder di Kelurahan Kaligangsa dan Kolam Retensi di Kelurahan Mintaragen, Tahun ini akan dilanjutkan dengan pembangunan Kolam Retensi di Kelurahan Panggung dan Tegalsari. Sehingga diharapkan beberapa wilayah yang saat ini menjadi titik rawan banjir bisa teratasi.

Sementara dalam pelaksanaan agenda pengendalian pemanasan global, Pemerintah Kota Tegal konsisten melaksanakan upaya-upaya mitigasi. Penanaman pohon dan pengelolaan sampah secara terpadu adalah

WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

EDISI KHUSUS HARI JADI KE-435 KOTA TEGAL

Warta BahariWarta Bahari

l

Turah Untung, Firman Hadi

Sri Hartati, A.Md.

Penerbit: Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol

Setda Kota Tegal

l Pembina: Walikota Tegal, Hj. Siti Masitha Soeparno

Wakil Walikota Tegal, Drs. H.M. Nursholeh, M.M.Pd. l Penasehat:

Plt. Sekda Kota Tegal, Dyah Kemalasintha, S.H.l Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Kabag

Humas dan Protokol, Dra. Hendiati Bintang Takarinil Redaktur Pelaksana:

Kasubag Dokumentasi dan Publikasi, Utariana, S.H.

l Redaktur Isi: Kasubag Pemberitaan

l Lay Out & Setting: Slamet Akbari

l Staf Redaksi: Roniyanto N, A.Md., Tomi, A.Md., Imon Dwi B A., S.Sos,

l Fotografer: Edhy Purnomo

l Bagian Sirkulasi: Endang, Lena, Aman Sucipto

l Bagian Keuangan: Fatimatus Zahro

l Administrasi Umum:

l Alamat Redaksi: Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol

Setda Kota Tegal, Jalan Ki Gede Sebayu No. 12 Tegal - 52123, Telp/Fax. (0283) 355137-355138 Pswt. 202

l Percetakan: CV. SINAR KENCANA JAYA, SEMARANG.

MEDIA INFORMASI DAN ASPIRASI MASYARAKAT

Redaksi menerima sumbangan naskah dalam bentuk artikel, opini, wawancara atau foto. Jika diperlukan,

redaksi berhak mengubah atau mengedit tanpa menghilangkan esensinya. Tulisan maksimal 3 halaman folio spasi rangkap (dobel) atau 4000-6000

karakter, dialamatkan pada redaksi: Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol

Setda Kota Tegal, Jalan Ki Gede Sebayu no.12 Tegal Telp.: (0283) 355137-355138, Pswt. 122

atau e-mail: [email protected]

emasuki bulan April kota ini selalu lebih geriap dari biasa-nya. Lampu-lampu jalanan dan M

gedung dibuat terang. Sudut-sudut pe-nanda kota bersolek makin cantik. Bera-gam umbul, baliho, spanduk hingga ka-rangan bunga serempak memberi ucap-an selamat. Aneka hiburan, pameran, lomba dan festival pun diadakan di bulan April. Semuanya makin memberi aksen bahwa bulan tersebut adalah bulan isti-mewa bagi kota dan warga Tegal.

12 April adalah hari yang ditetapkan sebagai hari jadi Kota Tegal, sebuah kota yang diyakini telah didirikan oleh Ki Ge-de Sebayu 435 tahun lalu. Berawal dari sebuah tegalan atau tetegal, lewat pusing-an masa, daerah ini menjelma makin be-sar mewujud sebuah kota. Kota yang ke-mudian mampu tum-buh menjadi magnet bagi daerah sekitar-nya. Kota yang mena-bur urai berkah kehidupan bagi warganya.

Sungguh bukanlah upaya keliru, sekiranya warga kota Tegal memuliakan April ini. Karena bukankah dalam pera-yaan ulang tahun seseorang, kerap dilan-tunkan gita doa “panjang umurnya serta mulia”?. Kemuliaan yang ingin dicapai kota Tegal, tentu adalah asa segenap warga yang menghendaki Kota Tegal makin makmur.

Dalam tataran lokal, kemakmuran itu ibarat versi mini baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri gemah ripah loh jinawi, dengan suasana yang aman dan

tenteram, di bawah naungan ridha dan ampunan Rabb). Setidaknya ada empat pilar yang diyakini mampu mewujudkan kondisi tersebut. Yang pertama adalah ulama harus berilmu dan menjadi tempat bertanya bagi ketiga unsur lain-nya. Kedua, umara atau pemimpin harus adil tidak membeda-bedakan rakyatnya. Ketiga orang kaya dermawan yang suka bersedekah kepada yang membutuhkan. Dan keempat, orang fakir hendaknya

selalu berdoa untuk ulama, umara dan orang kaya, karena doa golongan ini dipercaya lebih makbul.

Skema pelibatan semua unsur tadi, tepat dikaitkan pada teori pembangun-an di daerah. Agar menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri, pembangunan di daerah bergan-tung kepada manusia (pemerintah dae-rah dan segenap komponen masyarakat) serta struktur sosial masyarakatnya. Di sinilah ditunjukkan bahwa pembangun-an daerah sesungguhnya sangat tergan-tung pada kesungguhan dan kemauan diri (innerwill) subyek pembangunan, proses emansipasi diri dan partisipasi

kreatif semua kalangan. Dalam usianya yang ke-435 tahun,

Kota Tegal harus makin mampu meng-elaborasi kekuatan-kekuatan pembaha-ruan dalam masyarakat. Kekuatan-kekuatan pembaharuan yang berfungsi sebagai autonomous energies ini akan menjadi motor penggerak utama dan penentu arah kebijakan pembangunan. Pemerintah daerah dan masyarakat perlu bersama-sama memastikan terle-

bih dahulu perspektif inti atas makna dasar pembangunan. Hal ini dimaksudkan agar terdapat satu persep-si yang sama atas makna, arah dan tuju-an pembangunan di daerah.

Membangkitkan partisipasi aktif semu-a kalangan, umumnya didahului dengan membuka komunikasi interaktif antar semua pihak, utamanya pe-merintah daerah dan masyarakat. Pada era modern kini, sarana komunikasi telah me-

nawarkan banyak alternatif. Selain per-jumpaan langsung, komunikasi intim bisa dijalin dengan media elektronik, selular dan daring. Apabila dimanfaatkan secara baik, teknologi yang memungkinkan ko-munikan tak berjarak dalam waktu 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, sungguh menjadi energi kuat penopang pelaksanaan pembangunan sekaligus umpan balik kontrol pembangunan.

Akhirnya selamat berulang tahun Kota Tegal. Semoga Kota Tegal dan warganya dapat terus bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik! g AKB

Dirgahayu Kotaku, Dirgahayu Kota KitaDirgahayu Kotaku, Dirgahayu Kota Kita

utamawarta4

ebelumnya sudah ada dua kereta api kelas ekonomi AC dengan nama S

KA Tegal Arum dan KA Tegal Express untuk memenuhi kebutuhan transportasi dengan destinasi Tegal-Jakarta dan Jakarta-Tegal. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Tegal yang sehari-harinya harus melakukan kegiatan di Jakarta, terus bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu. Keberadaan Kereta Api Tegal Bahari tentu memenuhi kebutuhan akan adanya sarana transportasi darat yang dapat mengantarkan mereka melakukan aktivitas bisnis dan lainnya, dari Tegal ke Jakarta maupun sebaliknya dari Jakarta menuju Tegal.

“KA Tegal Bahari hadir dengan destinasi yang sama, untuk memenuhi, melengkapi dan memudahkan kebutuhan penumpang di kelas bisnis dan eksekutif agar semakin nyaman melakukan perjalanan dan dalam mencapai tujuan mereka,” tutur Walikota. Walikota yakin, kehadiran KA Tegal Bahari akan sangat mendukung aktivitas masyarakat dan kemajuan Kota Tegal dalam pembangunan di bidang ekonomi, bisnis dan transportasi pada khususnya. g

elain telah bekerja sama melahirkan KA Tegal Bahari, Pemkot Tegal dan PT KAI telah berencana Smelaksanakan penataan Kawasan Stasiun Kota

Tegal. Pada Kamis (05/02) lalu Walikota Tegal mendandatangani MoU mengenai Penataan Kawasan Stasiun Kota Tegal dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Turut mendatangani MoU tersebut Ilham

Norman Executive Vice President Asset PT KAI (Persero) atas nama PT KAI (Persero) di Jakarta Railway Centre Juanda Jakarta. Saat itu, Walikota Tegal didampingi Kepala Dinas Permukiman dan Tata Ruang (Diskimtaru) Kota Tegal Ir Nur Efendi.

Dengan ditandatanganinya MoU tersebut, kawasan Stasiun Kota Tegal khususnya Kawasan Pasar Malam, Lapangan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) dan sebagian tanah sebelah di Lapangan PJKA, akan ditata menjadi lebih baik.“Pemkot sudah MoU dengan PT KAI (persero) tentang penataan kawasan stasiun dan selanjutnya akan dilakukan kerja sama antara Pemkot Tegal dengan PT KAI dalam hal pemanfaatan aset tersebut,” ungkap Walikota Tegal. Ilham Norman menyatakan setelah penandatangan MoU, kedua belah pihak akan berkoordinasi kembali untuk merumuskan bentuk kerjasama

yang akan dilakukan berdasarkan MoU yang telah disepakati dan melaksanakan study kelayakan terhadap rencana pemanfaatan lahan tersebut.

Selain itu pihak PT KAI (Persero) akan mendelegasikan personilnya untuk terlibat dalam study kelayakan yang akan dilakanakan. Kepala Diskimtaru Kota Tegal Ir. Nur Efendi menyebut setelah ditandatanganinya MoU antara Pemkot Tegal dan PT KAI, dalam kurun waktu enam bulan sudah harus ada Perjanjian Kerjasama (PKS). Dikatakan Nur Efendi, MoU dengan PT KAI (persero) tentang penataan kawasan stasiun khususnya kawasan pasar malam, lapangan PJKA dan sebagian tanah sebelah PJKA dengan luas sekitar 2,5 hektar.

g

ari Sabtu 4 Oktober 2014, merupa-kan hari bersejarah bagi Kota Tegal. HBukan hanya tinta emas sejarah yang

tertoreh, tetapi juga tinta batik Tegal telah tergurat di gerbong KA Tegal Bahari yang di-luncurkan di Stasiun Besar Kota Tegal. Tepat pukul 16.30 WIB itu, Walikota Tegal Hj Siti Masitha Soeparno, bertindak sebagai Pemim-pin Perjalanan Kereta Api (PPKA) lengkap memakai topi khas warna merah dan meng-acungkan tongkat semboyan 40, Walikota kemudian membunyikan peluit sebagai tanda keberangkatan perdana KA Tegal Bahari.

Sebelumnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang diwakili Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Urip Sihabudin SH MH melakukan pemotongan pita, kemudian pem-bukaan selubung nama KA Tegal Bahari oleh Direktur Komersial PT KAI, Bambang Eko Martono dan pengecekan kereta diteruskan penyiraman air dan memecahkan kendi diatas Lokomotif KA Tegal Bahari oleh Ketua DPRD Kota Tegal Edi Suripno SH MH. Hadir juga Wakil Bupati Tegal Hj Umi Azizah.

Kereta dengan rute Tegal – Gambir (Jakarta) PP dirancang dengan tampilan yang unik dan berciri khas motif batik khas Tegal di gerbongnya dengan warna-warna yang cerah dan menarik perhatian serta minat para calon penumpang. Dengan berbagai potensi Kota Tegal baik wisata alam, wisata kuliner, wisata religi dan wisata kebudayaan tercermin dari 12 lukisan kaca yang ditempatkan di bebera-pa gerbong.

Diharapkan penumpang KA Tegal Baha-ri mampu mengenali identitas Kota Tegal de-ngan baik dan selalu kangen untuk selalu ber-kunjung ke kota yang memiliki stasiun yang menjadi salah satu stasiun tua di Pulau Jawa. Ditambah jargon KA Tegal Bahari yakni “Bersih, Aman, Sehat, Rapi dan Beriman. Yuh Sedulur Plesir Maring Kota Tegal” yang merupa-kan ajakan untuk selalu datang ke kota kela-hiran sutradara dan penulis skenario Imam Tantowi ini.

Ide Walikota Penempatan desain batik dan potensi

Kota Tegal pada branding gerbong restorasi, gerbong pembangkit dan jargon serta nama KA Tegal Bahari adalah ide murni dari Wali-kota Tegal Hj Siti Masitha Soeparno yang di-sampaikan kepada Direktur Utama PT KAI, Ignatius Jonan yang kini menjabat Menteri Perhubungan, sebagai upaya mengoptimalkan potensi Kota Tegal.

Dengan keberadaan KA Tegal Bahari, Walikota mengharapkan dapat mengoptimal-kan potensi Kota Tegal dan keunggulannya di bidang seni, budaya dan kuliner sebagai kota destinasi dalam bidang jasa, niaga, investasi, dan wisata yang tentunya mendukung sektor pariwisata Indonesia.

Selain itu, dengan adanya KA Tegal Bahari, Walikota berharap visi Kota Tegal membangun masyarakat yang sejahtera dan bermartabat berbasis pelayanan prima, akan semakin kuat terwujud. Tentu saja Walikota Tegal dan masyarakat Kota Tegal bangga dengan rebranding KA Cirebon Express (Cireks) menjadi KA Tegal Bahari. Pasalnya selain kereta ini bisa menggiatkan promosi potensi yang ada di Kota Bahari mulai dari potensi batik khas Tegal, wisata, makanan khas, produk industri Kota Tegal, juga menjadi transportasi andalan warga Kota Tegal. Apalagi tujuan akhirnya langsung di Stasiun Kota Tegal.

“Sering terjadi kebingungan warga yang menggunakan kereta Cireks yang tujuan akhirnya di Cirebon dan ada yang di Tegal. Untuk itu kita usulkan langsung kepada Pak Jonan untuk mengganti nama kereta yang sampai ke Tegal,” ungkap Walikota. Saat men-jamu Jonan di Rumah Dinas Walikota Tegal pada tahun 2014, Walikota mengusulkan penggantian nama KA Cireks dan diberi wak-tu lima menit untuk mencari nama pengganti-nya. Akhirnya Walikota mengusulkan nama KA Tegal Bahari sebagai ganti nama KA Cireks. Kereta ini untuk kelas bisnis dan kelas eksekutif. g

“Batik Tegal” Hilir Mudik Tegal - Jakarta PP

Pernah naik Kereta Api (KA) Tegal Bahari? Kereta jurusan Tegal-Gambir PP ini memiliki suasana yang berbeda dengan naik kereta api lainnya. Tiap sudut gerbong kental dekorasi batik Tegal yang menjadi

kebanggaan dan ikon masyarakat Kota Tegal.

MoU dengan PT KAI

Penulis: Imon Dwi B A, S.Sos

Penuhi Kebutuhan Transportasi

WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal utamawarta 5

Harmonisasi Masjid Agung dan Pasar Esuk

Seorang budayawan Yono Daryono mengatakan bahwa harmonisasi pasar dan masjid, seperti doa sapu jagat fi dunya hasanah wafil akhiroti hasanah. Selamat dunia yang digambarkan terjaminnya kesejahteraan (ekonomi) dan keselamatan di akhirat.

Masjid Agung Sebagai Oase

WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

abi Muhammad SAW pertama kali ketika hijrah ke Madinah adalah membangun masjid. Setelah itu Nmembangun pasar dan pusat komersial, sebagaimana

dijelaskan dalam sejarah bahwa pasar-pasar itu mampu meng-geser pasar-pasar yang telah ada khususnya empat pasar Yahu-di di Madinah. Bukankah ini menjadi pelajaran berharga bahwa kedua aktifitas (masjid dan pasar) tidak bisa dipisahkan dan

justru harus diseimbangkan.Menurut Kunto, masjid Agung di tahun 1930-an

paling menonjol fungsinya sebagai pusat ibadah dan sosial penduduk kota. Masjid menjadi tempat merayakan Mauludan, Rajaban, Shalat Ied dan belajar mengaji. Ia juga menjadi tempat baitul mal yang menerima zakat fitrah dan mengurusi kesejahteraan umat (Kunto, 1996:13).

Eleanor Sims (1995) dalam karyanya Trade and Travel: Markets and Caravanserais menye-butkan bazaar (pasar) dan masjid tumbuh bersa-ma, kedua-duanya menjadi tiang kehidupan di kota-kota Islam, terpisah tetapi berdampingan secara harmoni.

Begitu pula dalam preseden sejarah, masjid-masjid besar di dunia Islam seringkali muncul pasar di sekitarnya. Memang terbentuknya sangat alamiah, ketika banyak orang ke masjid seperti shalat Jum`at misalnya, maka terbentuklah pasar de-ngan sendirinya. Terdapat pula di dalam Al-Qur`an yang me-nyebutkan bahwa setelah ditunaikannya shalat Jum`at, maka disuruh setiap hamba itu untuk bergegas-gegas, mencari karunia-Nya.

Dari konsep ini, Masjid Agung Tegal dan Pasar Esuk (Pagi) juga hampir menyatu, keberadaan terintegrasi dengan hiruk-pikuknya aktifitas masyarakat. Tentu bukan berarti tergabung, antara pasar dan masjid tetapi integrasinya secara serasi, harmoni dan seirama. Biasanya di belakang atau di lingkungan sekitar masjid terdapat kampung yang dinamakan sebagai “kauman”, di samping juga ada pasar esuk (Handi-noto, Masjid Agung kuno di Jawa abad 15-16, Arsitektur dan kota-kota di Jawa pada masa kolonial)

Drs. Mohammad Hayyi, sekertaris Pengurus Masjid Agung kota Tegal, mengatakan bahwa rehab masjid agung kini lebih modern yang menampakkan ciri religius dalam ruang dan bentuk arsitekturnya sehingga tampil menjadi sentral bagi kawasan pusat kota. Bangunan dalam dua lantai, satu tajuk masih dengan model masjid Demak (limasan) dan di permodern, menara yang awalnya cuma satu, kini akan dibangun 4 menara, dan ornamen tetap dipertahankan. Diharapkan masjid agung ini selesai dalam 300 hari, diharapkan selesai 5 Desember 2015. g

i tengah-tengah kawasan hiruk-pikuk aktifitas komer-sial warganya, masjid agung bisa menjadi oase di Dtengah-tengah kawasan tersebut. Oase ini bisa berarti

oase psikologis, fikiran, bahkan juga oase fisik. Masjid agung yang dibangun sesuai dengan arah orientasi yang benar yakni ke arah Kiblat, menjadikan masjid ini bisa menjadi petunjuk arah orientasi secara fisik bagi bangunan, ruang kawasan hingga kota.

Ketika seseorang dari luar kota kehilangan arah, maka masjid mampu menunjukkan dan menjelaskan melalui arah orientasinya. Hal ini disebabkan karena masjid berbeda dengan bangunan religius lainnya, masjid memiliki pedoman yang menyebabkannya harus berorientasi pada satu arah yakni kiblat (Ka`bah).

Masjid Agung Tegal sebagai ruh kawasan, kota dan seluruh penduduknya, karena keberadaan masjid bisa menjadi pemberi penguatan spiritualitas kawasan, kota dan masyarakat Tegal. Aktifitas yang dikelola di masjid dengan baik akan memberikan suntikan berharga bagi masyarakat, berbagai majlis ta`lim mau-

pun kegiatan-kegiatan keagamaan digelar disini.Disadari atau tidak keberadaan Masjid Agung Tegal

memungkinkan peningkatan pertumbuhan aktifitas ekonomi karena adanya kebutuhan-kebutuhan baru. Jika masjid memiliki berbagai fasilitas yang representatif dan yang lebih penting mampu dikelola dengan baik, sehingga masjid menjadi lebih ramai dikunjungi orang, maka dengan bertambahnya jumlah manusia yang datang, otomastis akan bertambah banyak pula berbagai macam kebutuhan. Selanjutnya aktifitas jual beli akan meningkat atau bertambah ramai. Karena pada dasarnya antara masjid dan pasar memang tumbuh bersama.

Kesemua peran tersebut menjadikan masjid Agung Tegal ini akan memiliki peran strategis bagi kawasan pusat kota. Maka tak ada pilihan menjadikannya sebagai landmark kota. Dan yang tidak kalah penting mengoptimalkan peran-perannya baik secara fisik maupun non fisik, sehingga mampu meningkatkan syiar dan ciri religius Kota Tegal. g

Masjid Agung Land Mark Kota

a i k s e c a r a fisik maupun n o n f i s i k , BMasjid Agung

T e g a l m e m a n g memiliki peran s t r a t e g i s b a g i k a w a s a n s e k i t a r n y a . Menurut Walikota T e g a l H j . S i t i

M a s i t h a S o e p a r n o , pada saat penyerahan

SP2D Rehab Masjid Agung b e b e r a p a w a k t u l a l u mengharapkan agar masjid Agung kota Tegal setelah direhab akan dapat menjadi icon kota Tegal. Dapat menjadi kebanggaan warga masyarakat kota Tegal.

Harapan besar walikota Tegal ini tentunya beralasan karena keberadaan Masjid A g u n g T e g a l s e b a g a i p e m b e n t u k r u a n g k o t a . Karena, keberadaan Masjid a g u n g Te g a l s e l a i n a k a n memberi penunjuk arah bagi orientasi kawasan, juga akan m a m p u m e m b e r i w a r n a tersendiri bagi pembentukan ruang-ruang kota.

Apalagi dalam setting masjid yang unik di tengah-tengah kota. Dengan arah o r i e n t a s i n y a y a n g k h a s (kiblat), maka bentuk - bentuk ruang kota yang tercipta pun akan menjadi khas karena keberadaannya. Sehingga, sebagai pembentuk ruang kota, masjid Agung kota Tegal di masa depan diharapkan bisa menjadi `sentral` bagi kawasan sekitarnya.

Keberadaan masjid yang berada di tengah-tengah kawasan komersial, karena berada diantara Pasar Esuk, Perbankan, pertokoan dan kantor pemerintahan, Masjid Agung memberikan ciri dan simbol religiusitas secara f i s i k d e n g a n t i d a k melupakan aspek ekonomi warganya.

Menurut Nuril Anwar, SH, MH, kepala Kantor K e m e n a g k o t a Te g a l mengatakan bahwa rehab masjid agung kota Tegal ini akan menjadi symbol kota Tegal dan menjadi penanda perhatian walikota Tegal Hj. Sit i Masitha Soeparno t e r h a d a p k e h i d u p a n keagamaan di kota Tegal. M e l a l u i e k s p r e s i religiusitas yang kuat dari masjid agung ini akan m a m p u m e m b e r i legitimasi tersebut dan meningkatkan syiar islam di kota Tegal. Memang simbol saja tidak cukup, juga harus diikuti dengan esensi, aktifitas, m a n a j e m e n p e n g e l o l a a n , pelayanan masjid agung, tegasnya saat wawancara bersama Warta Bahari di ruang kerjanya. g

Ilustrasi Masjid Agung pasca renovasi 2015Ilustrasi Masjid Agung pasca renovasi 2015

Penulis: Turah Untung

utamawarta4

ebelumnya sudah ada dua kereta api kelas ekonomi AC dengan nama S

KA Tegal Arum dan KA Tegal Express untuk memenuhi kebutuhan transportasi dengan destinasi Tegal-Jakarta dan Jakarta-Tegal. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Tegal yang sehari-harinya harus melakukan kegiatan di Jakarta, terus bertambah jumlahnya dari waktu ke waktu. Keberadaan Kereta Api Tegal Bahari tentu memenuhi kebutuhan akan adanya sarana transportasi darat yang dapat mengantarkan mereka melakukan aktivitas bisnis dan lainnya, dari Tegal ke Jakarta maupun sebaliknya dari Jakarta menuju Tegal.

“KA Tegal Bahari hadir dengan destinasi yang sama, untuk memenuhi, melengkapi dan memudahkan kebutuhan penumpang di kelas bisnis dan eksekutif agar semakin nyaman melakukan perjalanan dan dalam mencapai tujuan mereka,” tutur Walikota. Walikota yakin, kehadiran KA Tegal Bahari akan sangat mendukung aktivitas masyarakat dan kemajuan Kota Tegal dalam pembangunan di bidang ekonomi, bisnis dan transportasi pada khususnya. g

elain telah bekerja sama melahirkan KA Tegal Bahari, Pemkot Tegal dan PT KAI telah berencana Smelaksanakan penataan Kawasan Stasiun Kota

Tegal. Pada Kamis (05/02) lalu Walikota Tegal mendandatangani MoU mengenai Penataan Kawasan Stasiun Kota Tegal dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Turut mendatangani MoU tersebut Ilham

Norman Executive Vice President Asset PT KAI (Persero) atas nama PT KAI (Persero) di Jakarta Railway Centre Juanda Jakarta. Saat itu, Walikota Tegal didampingi Kepala Dinas Permukiman dan Tata Ruang (Diskimtaru) Kota Tegal Ir Nur Efendi.

Dengan ditandatanganinya MoU tersebut, kawasan Stasiun Kota Tegal khususnya Kawasan Pasar Malam, Lapangan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) dan sebagian tanah sebelah di Lapangan PJKA, akan ditata menjadi lebih baik.“Pemkot sudah MoU dengan PT KAI (persero) tentang penataan kawasan stasiun dan selanjutnya akan dilakukan kerja sama antara Pemkot Tegal dengan PT KAI dalam hal pemanfaatan aset tersebut,” ungkap Walikota Tegal. Ilham Norman menyatakan setelah penandatangan MoU, kedua belah pihak akan berkoordinasi kembali untuk merumuskan bentuk kerjasama

yang akan dilakukan berdasarkan MoU yang telah disepakati dan melaksanakan study kelayakan terhadap rencana pemanfaatan lahan tersebut.

Selain itu pihak PT KAI (Persero) akan mendelegasikan personilnya untuk terlibat dalam study kelayakan yang akan dilakanakan. Kepala Diskimtaru Kota Tegal Ir. Nur Efendi menyebut setelah ditandatanganinya MoU antara Pemkot Tegal dan PT KAI, dalam kurun waktu enam bulan sudah harus ada Perjanjian Kerjasama (PKS). Dikatakan Nur Efendi, MoU dengan PT KAI (persero) tentang penataan kawasan stasiun khususnya kawasan pasar malam, lapangan PJKA dan sebagian tanah sebelah PJKA dengan luas sekitar 2,5 hektar.

g

ari Sabtu 4 Oktober 2014, merupa-kan hari bersejarah bagi Kota Tegal. HBukan hanya tinta emas sejarah yang

tertoreh, tetapi juga tinta batik Tegal telah tergurat di gerbong KA Tegal Bahari yang di-luncurkan di Stasiun Besar Kota Tegal. Tepat pukul 16.30 WIB itu, Walikota Tegal Hj Siti Masitha Soeparno, bertindak sebagai Pemim-pin Perjalanan Kereta Api (PPKA) lengkap memakai topi khas warna merah dan meng-acungkan tongkat semboyan 40, Walikota kemudian membunyikan peluit sebagai tanda keberangkatan perdana KA Tegal Bahari.

Sebelumnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang diwakili Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah Urip Sihabudin SH MH melakukan pemotongan pita, kemudian pem-bukaan selubung nama KA Tegal Bahari oleh Direktur Komersial PT KAI, Bambang Eko Martono dan pengecekan kereta diteruskan penyiraman air dan memecahkan kendi diatas Lokomotif KA Tegal Bahari oleh Ketua DPRD Kota Tegal Edi Suripno SH MH. Hadir juga Wakil Bupati Tegal Hj Umi Azizah.

Kereta dengan rute Tegal – Gambir (Jakarta) PP dirancang dengan tampilan yang unik dan berciri khas motif batik khas Tegal di gerbongnya dengan warna-warna yang cerah dan menarik perhatian serta minat para calon penumpang. Dengan berbagai potensi Kota Tegal baik wisata alam, wisata kuliner, wisata religi dan wisata kebudayaan tercermin dari 12 lukisan kaca yang ditempatkan di bebera-pa gerbong.

Diharapkan penumpang KA Tegal Baha-ri mampu mengenali identitas Kota Tegal de-ngan baik dan selalu kangen untuk selalu ber-kunjung ke kota yang memiliki stasiun yang menjadi salah satu stasiun tua di Pulau Jawa. Ditambah jargon KA Tegal Bahari yakni “Bersih, Aman, Sehat, Rapi dan Beriman. Yuh Sedulur Plesir Maring Kota Tegal” yang merupa-kan ajakan untuk selalu datang ke kota kela-hiran sutradara dan penulis skenario Imam Tantowi ini.

Ide Walikota Penempatan desain batik dan potensi

Kota Tegal pada branding gerbong restorasi, gerbong pembangkit dan jargon serta nama KA Tegal Bahari adalah ide murni dari Wali-kota Tegal Hj Siti Masitha Soeparno yang di-sampaikan kepada Direktur Utama PT KAI, Ignatius Jonan yang kini menjabat Menteri Perhubungan, sebagai upaya mengoptimalkan potensi Kota Tegal.

Dengan keberadaan KA Tegal Bahari, Walikota mengharapkan dapat mengoptimal-kan potensi Kota Tegal dan keunggulannya di bidang seni, budaya dan kuliner sebagai kota destinasi dalam bidang jasa, niaga, investasi, dan wisata yang tentunya mendukung sektor pariwisata Indonesia.

Selain itu, dengan adanya KA Tegal Bahari, Walikota berharap visi Kota Tegal membangun masyarakat yang sejahtera dan bermartabat berbasis pelayanan prima, akan semakin kuat terwujud. Tentu saja Walikota Tegal dan masyarakat Kota Tegal bangga dengan rebranding KA Cirebon Express (Cireks) menjadi KA Tegal Bahari. Pasalnya selain kereta ini bisa menggiatkan promosi potensi yang ada di Kota Bahari mulai dari potensi batik khas Tegal, wisata, makanan khas, produk industri Kota Tegal, juga menjadi transportasi andalan warga Kota Tegal. Apalagi tujuan akhirnya langsung di Stasiun Kota Tegal.

“Sering terjadi kebingungan warga yang menggunakan kereta Cireks yang tujuan akhirnya di Cirebon dan ada yang di Tegal. Untuk itu kita usulkan langsung kepada Pak Jonan untuk mengganti nama kereta yang sampai ke Tegal,” ungkap Walikota. Saat men-jamu Jonan di Rumah Dinas Walikota Tegal pada tahun 2014, Walikota mengusulkan penggantian nama KA Cireks dan diberi wak-tu lima menit untuk mencari nama pengganti-nya. Akhirnya Walikota mengusulkan nama KA Tegal Bahari sebagai ganti nama KA Cireks. Kereta ini untuk kelas bisnis dan kelas eksekutif. g

“Batik Tegal” Hilir Mudik Tegal - Jakarta PP

Pernah naik Kereta Api (KA) Tegal Bahari? Kereta jurusan Tegal-Gambir PP ini memiliki suasana yang berbeda dengan naik kereta api lainnya. Tiap sudut gerbong kental dekorasi batik Tegal yang menjadi

kebanggaan dan ikon masyarakat Kota Tegal.

MoU dengan PT KAI

Penulis: Imon Dwi B A, S.Sos

Penuhi Kebutuhan Transportasi

WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal utamawarta 5

Harmonisasi Masjid Agung dan Pasar Esuk

Seorang budayawan Yono Daryono mengatakan bahwa harmonisasi pasar dan masjid, seperti doa sapu jagat fi dunya hasanah wafil akhiroti hasanah. Selamat dunia yang digambarkan terjaminnya kesejahteraan (ekonomi) dan keselamatan di akhirat.

Masjid Agung Sebagai Oase

WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

abi Muhammad SAW pertama kali ketika hijrah ke Madinah adalah membangun masjid. Setelah itu Nmembangun pasar dan pusat komersial, sebagaimana

dijelaskan dalam sejarah bahwa pasar-pasar itu mampu meng-geser pasar-pasar yang telah ada khususnya empat pasar Yahu-di di Madinah. Bukankah ini menjadi pelajaran berharga bahwa kedua aktifitas (masjid dan pasar) tidak bisa dipisahkan dan

justru harus diseimbangkan.Menurut Kunto, masjid Agung di tahun 1930-an

paling menonjol fungsinya sebagai pusat ibadah dan sosial penduduk kota. Masjid menjadi tempat merayakan Mauludan, Rajaban, Shalat Ied dan belajar mengaji. Ia juga menjadi tempat baitul mal yang menerima zakat fitrah dan mengurusi kesejahteraan umat (Kunto, 1996:13).

Eleanor Sims (1995) dalam karyanya Trade and Travel: Markets and Caravanserais menye-butkan bazaar (pasar) dan masjid tumbuh bersa-ma, kedua-duanya menjadi tiang kehidupan di kota-kota Islam, terpisah tetapi berdampingan secara harmoni.

Begitu pula dalam preseden sejarah, masjid-masjid besar di dunia Islam seringkali muncul pasar di sekitarnya. Memang terbentuknya sangat alamiah, ketika banyak orang ke masjid seperti shalat Jum`at misalnya, maka terbentuklah pasar de-ngan sendirinya. Terdapat pula di dalam Al-Qur`an yang me-nyebutkan bahwa setelah ditunaikannya shalat Jum`at, maka disuruh setiap hamba itu untuk bergegas-gegas, mencari karunia-Nya.

Dari konsep ini, Masjid Agung Tegal dan Pasar Esuk (Pagi) juga hampir menyatu, keberadaan terintegrasi dengan hiruk-pikuknya aktifitas masyarakat. Tentu bukan berarti tergabung, antara pasar dan masjid tetapi integrasinya secara serasi, harmoni dan seirama. Biasanya di belakang atau di lingkungan sekitar masjid terdapat kampung yang dinamakan sebagai “kauman”, di samping juga ada pasar esuk (Handi-noto, Masjid Agung kuno di Jawa abad 15-16, Arsitektur dan kota-kota di Jawa pada masa kolonial)

Drs. Mohammad Hayyi, sekertaris Pengurus Masjid Agung kota Tegal, mengatakan bahwa rehab masjid agung kini lebih modern yang menampakkan ciri religius dalam ruang dan bentuk arsitekturnya sehingga tampil menjadi sentral bagi kawasan pusat kota. Bangunan dalam dua lantai, satu tajuk masih dengan model masjid Demak (limasan) dan di permodern, menara yang awalnya cuma satu, kini akan dibangun 4 menara, dan ornamen tetap dipertahankan. Diharapkan masjid agung ini selesai dalam 300 hari, diharapkan selesai 5 Desember 2015. g

i tengah-tengah kawasan hiruk-pikuk aktifitas komer-sial warganya, masjid agung bisa menjadi oase di Dtengah-tengah kawasan tersebut. Oase ini bisa berarti

oase psikologis, fikiran, bahkan juga oase fisik. Masjid agung yang dibangun sesuai dengan arah orientasi yang benar yakni ke arah Kiblat, menjadikan masjid ini bisa menjadi petunjuk arah orientasi secara fisik bagi bangunan, ruang kawasan hingga kota.

Ketika seseorang dari luar kota kehilangan arah, maka masjid mampu menunjukkan dan menjelaskan melalui arah orientasinya. Hal ini disebabkan karena masjid berbeda dengan bangunan religius lainnya, masjid memiliki pedoman yang menyebabkannya harus berorientasi pada satu arah yakni kiblat (Ka`bah).

Masjid Agung Tegal sebagai ruh kawasan, kota dan seluruh penduduknya, karena keberadaan masjid bisa menjadi pemberi penguatan spiritualitas kawasan, kota dan masyarakat Tegal. Aktifitas yang dikelola di masjid dengan baik akan memberikan suntikan berharga bagi masyarakat, berbagai majlis ta`lim mau-

pun kegiatan-kegiatan keagamaan digelar disini.Disadari atau tidak keberadaan Masjid Agung Tegal

memungkinkan peningkatan pertumbuhan aktifitas ekonomi karena adanya kebutuhan-kebutuhan baru. Jika masjid memiliki berbagai fasilitas yang representatif dan yang lebih penting mampu dikelola dengan baik, sehingga masjid menjadi lebih ramai dikunjungi orang, maka dengan bertambahnya jumlah manusia yang datang, otomastis akan bertambah banyak pula berbagai macam kebutuhan. Selanjutnya aktifitas jual beli akan meningkat atau bertambah ramai. Karena pada dasarnya antara masjid dan pasar memang tumbuh bersama.

Kesemua peran tersebut menjadikan masjid Agung Tegal ini akan memiliki peran strategis bagi kawasan pusat kota. Maka tak ada pilihan menjadikannya sebagai landmark kota. Dan yang tidak kalah penting mengoptimalkan peran-perannya baik secara fisik maupun non fisik, sehingga mampu meningkatkan syiar dan ciri religius Kota Tegal. g

Masjid Agung Land Mark Kota

a i k s e c a r a fisik maupun n o n f i s i k , BMasjid Agung

T e g a l m e m a n g memiliki peran s t r a t e g i s b a g i k a w a s a n s e k i t a r n y a . Menurut Walikota T e g a l H j . S i t i

M a s i t h a S o e p a r n o , pada saat penyerahan

SP2D Rehab Masjid Agung b e b e r a p a w a k t u l a l u mengharapkan agar masjid Agung kota Tegal setelah direhab akan dapat menjadi icon kota Tegal. Dapat menjadi kebanggaan warga masyarakat kota Tegal.

Harapan besar walikota Tegal ini tentunya beralasan karena keberadaan Masjid A g u n g T e g a l s e b a g a i p e m b e n t u k r u a n g k o t a . Karena, keberadaan Masjid a g u n g Te g a l s e l a i n a k a n memberi penunjuk arah bagi orientasi kawasan, juga akan m a m p u m e m b e r i w a r n a tersendiri bagi pembentukan ruang-ruang kota.

Apalagi dalam setting masjid yang unik di tengah-tengah kota. Dengan arah o r i e n t a s i n y a y a n g k h a s (kiblat), maka bentuk - bentuk ruang kota yang tercipta pun akan menjadi khas karena keberadaannya. Sehingga, sebagai pembentuk ruang kota, masjid Agung kota Tegal di masa depan diharapkan bisa menjadi `sentral` bagi kawasan sekitarnya.

Keberadaan masjid yang berada di tengah-tengah kawasan komersial, karena berada diantara Pasar Esuk, Perbankan, pertokoan dan kantor pemerintahan, Masjid Agung memberikan ciri dan simbol religiusitas secara f i s i k d e n g a n t i d a k melupakan aspek ekonomi warganya.

Menurut Nuril Anwar, SH, MH, kepala Kantor K e m e n a g k o t a Te g a l mengatakan bahwa rehab masjid agung kota Tegal ini akan menjadi symbol kota Tegal dan menjadi penanda perhatian walikota Tegal Hj. Sit i Masitha Soeparno t e r h a d a p k e h i d u p a n keagamaan di kota Tegal. M e l a l u i e k s p r e s i religiusitas yang kuat dari masjid agung ini akan m a m p u m e m b e r i legitimasi tersebut dan meningkatkan syiar islam di kota Tegal. Memang simbol saja tidak cukup, juga harus diikuti dengan esensi, aktifitas, m a n a j e m e n p e n g e l o l a a n , pelayanan masjid agung, tegasnya saat wawancara bersama Warta Bahari di ruang kerjanya. g

Ilustrasi Masjid Agung pasca renovasi 2015Ilustrasi Masjid Agung pasca renovasi 2015

Penulis: Turah Untung

utamawarta6 WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

Wajah Kotaku BersolekSebagai kota berkategori Kota Sedang, kota Tegal terus mengalami perkembangan dari hari ke hari.

Penulis: Tomi, A.Md.

semata bangunan fisik yang diartikan sebagai pintu gerbang, tanda bataskota. Menurut tra-disi, gapura merupakan wujud ungkapan sela-mat datang yang familiar. Gapura mewakili keramahan dan rasa hormat tuan rumah kepada setiap orang atau tamu yang datang.

Dengan mempercantik gapura menjadi sebuah simbol bahwa sudah terwujudnya atau merupakan simbol gotong royong, keak-raban dan kebersamaan warga masyarakat. Dengan membangun atau mempercantik gapura, nilai-nilai kebersamaan dan semangat gotong royong seolah diperbaharui dalam hati setiap warga.

Selain itu, Pemerintah Kota Tegal juga mengganti lampu penerangan jalan umum di sepanjang jalan dr. Cipto Mangunkusumo dari terminal bus kota Tegal sampai Kaligang-sa yang merupakan jalan utama pantai utara, dan merupakan satu paket dengan pengganti-an lampu penerangan jalan umum di jalan Mayjen Soetoyo dengan anggaran 2,4 miliyar.

Penggantian lampu di jalan dr. Cipto Ma-ngunkusumo menjadi lampu Sodium 250 watt ini untuk mengganti lampu lama yang sudah mulai berkurang tingkat keteranggan dan pencahayaannya, yang sudah berusia 12 ta-hun. Dengan diganti lampu yang baru, tingkat pencahayaan akan lebih maksimal terangnya.

Beberapa jalan protokol kini terus diper-cantik oleh Pemerintah Kota Tegal. Salah sa-tunya adalah memasang lampu high mast. De-ngan anggaran 200 juta, di tahun 2014, lampu high mast ini dipasang di beberapa tempat, diantaranya di perempatan kolam renang

elain penataan lampu, Pemerintah Kota Tegal juga mempercantik diri dengan Smemperbaiki sarana trotoar, peninggian

jalan agar tidak terkena rob dan pemelihara-an berikut pengaspalan jalan dan peninggian jembatan. Infrastruktur fisik merupakan salah satu komponen dasar perekonomian dan me-rupakan aspek utama di dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di dalam se-buah wilayah. Dalam konteks pembangunan, jaringan jalan merupakan infrastruktur wila-yah yang sangat dibutuhkan, terutama untuk kelancaran masyarakat beraktivitas, seperti kelancaran arus faktor produksi maupun pemasaran hasil produksi masyarakat.

Pemerintah Kota Tegal, mulai membe-nahi beberapa ruas jalan di wilayahnya yang sering mengalami kerusakan karena beberapa faktor, diantaranya, tingkat kepadatan lalu lintas yang dilalui kendaraan-kendaraan, dan kontur tanah dibawah pondasi jalan yang la-bil, dan beberapa ruas yang digenangi air pada saat terjadi rob.

Salah satu ruas jalan yang sering menga-lami kerusakan, adalah Jalan Blanak di wila-yah kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Ba-rat. Dimana warga yang mengeluhkan jalan Blanak yang sering mengalami kerusakan. Menurut Plt. Kepala Seksi Pembangunan

Samudra, dan di pertigaan “gili tugel” atau per-tigaan antara jalan Diponegoro dan jalan Jend. Sudirman. Kedua tempat tesebut sebe-lumnya kurang penerangan, namun kini sudah terang dengan pemasangan lampu high mast.Dengan menggunakan lampu high mast ini memiliki kelebihan mempunyai tiang yang tinggi, bisa dipasang lampu sorot dengan watt besar dan tidak silau dan yang tak kalah pen-ting adalah cakupan daerah terang lebih luas.

Untuk sementara, kawasan yang sudah diganti atau dipasangi lampu penerangan dengan lampu high mast unit hemat energi dan ramah lingkungan, masih berada di bebe-rapa tempat. nantinya fasilitas penerangan jalan umum di beberapa tempat juga akan diganti lampu yang hemat energi.

Di tahun 2014, Dinas Pekerjaan Umum kota Tegal juga memasang lampu hias taman, untuk lebih memberikan keindahan di Taman Adipura atau di depan Mapolres Tegal Kota, dan di jalan Mataram sebelah utara Terminal Bus dengan anggaran 200 juta.

Upaya sebuah kota dalam menata wa-jahnya, tentu akan dilakukan dalam berbagai aspek. Usaha yang dilakukan tidak sekadar tampil lebih rapi, lebih hijau namun lebih jauh memberikan nuansa agamis bagi wajah sebu-ah kota. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah kota Tegal dalam usaha mereali-sasikan visi Kota Tegal, yakni terwujudnya Ko-ta yang Sejahtera dan Bermartabat Berbasis Pelayanan Prima. ‘’Juga itu sebagai upaya agar warga selalu ingat asma Allah Swt,’’ de-ngan pemasangan 12 lampu Asmaul Husna

alam usaha mempercantik wajah ko-ta, khususnya saat malam hari dan Dagar memberikan keamanan dan ke-

nyamanan bagi pengguna jalan serta untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Ko-ta Tegal, Pemerintah Kota Tegal di tahun 2014 telah melakukan berbagai usaha untuk mewujudkannya.

Pemerintah kota telah melakukan pe-ngecatan gapura batas kota. Gapura bukanlah

Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal Heru Susandi, Ada beberapa fak-tor yang mengakibatkan jalan tersebut sering mengalami kerusakan, diantaranya, tanah di bawah pondasi jalan tersebut kurang padat dan sering digenangi air jika air rob atau air la-ut pasang, yang kemudian menimbulkan ta-nah dibawah pondasi menjadi lembek, selain dilalui oleh padatnya lalu lintas pengangkut hasil perikanan.

Jalan Blanak, dengan panjang 770 meter, dan lebar 6 meter dikerjakan dengan anggar-an Rp. 2.278.409.220,- dengan masa penger-jaan dari 3 September 2014 s.d 31 Desember 2014. Betonisasi jalan Blanak ini sebetulnya masuk satu paket dengan tiga pemeliharaan jalan lain yang bersumber dari DAK bantuan pusat. Diantaranya Pemeliharaan Jalan Bra-wijaya, Jalan Mataram dan Jalan Brigjen Ka-tamso, dengan anggaran Rp. 3.915.604.000,-. (Jalan Brawijaya Rp 415.370.150,-, Jalan Mataram Rp. 269.447.250,-, Jalan Brigjen Katamso Rp. 580.413.928,-).

Sementara untuk memberikan pelayan-an kepada pejalan kaki sehingga dapat me-ningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenya-manan pejalan kaki tersebut. Pemerintah Ko-ta Tegal melakukan perbaikan trotoar di be-berapa tempat, diantaranya, pemeliharaan

(99 nama Allah Swt) di Alun-alun Kota Tegal dan sepanjang Jalan Pantura Kota Tegal. Ide dan keinginan memasang lampu Asmaul Hus-na tersebut muncul ketika Wali kota berdialog dalam pertemuan triwulan antara ulama dan umara di Pondok Pesantren Daarul Hijrah pimpinan Habib Thohir Al Kaff, 15 September 2014 lalu. Ide tersebut kemudian direalisasi-kan dengan memasang 12 titik lampu Asmaul Husna di Alun-alun Kota Tegal dan papan Asmaul Husna di sepanjang jalan pantai utara (pantura) Kota Tegal. g

trotoar di beberapa titik jalan pantura. Jika pemerintah daerah pada suatu

wilayah berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, baik melalui pengembangan kawasan sentra produksi, ku-liner, parawisata, dan sebagainya, maka pem-bangunan maupun pemeliharaan infrastruk-tur, dan mempercantik wajah kota merupakan

engan seribu satu pernak perniknya, kota Tegal selalu berbenah diri untuk Dmenjawab tantangan ke depan, salah

satunya adalah pembenahan sarana dan pra-sarana perkotaan untuk mendukung kegiatan ekonomi dan kebutuhan kota pada umumnya.

Pada tahun anggaran 2014 Dinas Peker-jaan Umum (DPU) berfokus pada penerangan wajah kota, pertamanan dan penerangan jalan

umum guna memperindah dan mempercantik Kota Tegal baik siang hari maupun malam ha-ri. Oleh sebab itulah pembangunan berfokus pada Prasarana Perkotaan.

Pemerintah Kota Tegal di bawah kepe-mimpinan Walikota Hj. Siti Masitha Soeparno terus memperbaiki infrastruktur perkotaan terutama lingkungan pemukiman warga de-ngan paving. Perbaikan lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) dan pemasangan lampu taman ditujukan untuk memberikan kesan kawasan pemukiman yang rapi, bersih dan sehat. Lingkungan warga yang bersih, rindang dan asri menjadi modal dalam menjaga kese-hatan. Hal ini tidak terlepas dari penataan lingkungan yang nantinya diharapkan mampu

suatu kebutuhan. Sebuah wajah kota yang di-dukung oleh sarana Infrastruktur yang mem-berikan kenyamanan kepada warganya me-mang bukan satu-satunya faktor dalam pe-ningkatan kesejahteraan masyarakat, namun tanpa tersedianya infrastruktur yang baik ma-ka mimpi untuk dapat meningkatkan kesejah-teraan masyarakat akan lebih lama terwujud.

Penataan Lampu dan Pemasangan Papan Asmaul Husna

Pemeliharaan Jalan dan Trotoar

menciptakan kawasan pemukiman yang ber-sih dan sehat. Pemerintah Kota Tegal melalui Dinas Pekerjaan Umum melakukan langkah-

langkah dalam peningkatan jalan lingkungan dan penataan lingkungan pemukiman yang berada di empat kecamatan se-Kota Tegal. g

giatragam

7WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno meninjau lapangan bola basket untuk masyarakat sebagai bagian upaya revitalisasi Alun-alun Kota Tegal (2/12/2014)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno menyerahkan Dokumen Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Hibah kepada Yayasan Masjid Agung Kota Tegal yang diterima ketua yayasan H. Achmadi (12/12/2014)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno menjenguk dan memberikan bantuan pengobatan kepada Ni-lam Cahya seorang anak penderita kanker tulang warga Kelurahan Tegalsari Kota Tegal (18/03/2015)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno didampingi Wakil Walikota Tegal Drs. H.M. Nursholeh, M.M.Pd. pada Penanaman Bibit Mangrove di Pesisir Pantai Kota Tegal (05/12/2015)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno memperhatikan batik khas Tegal pada Pameran, Bazaar, Peragaan Busana dan Talk Show bertema "Pengaruh Batik Jogja Istimewa di Tegal" di Pendopo Wisma Kagama UGM Yogyakarta, Sabtu (28/03/2015)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno menyerahkan bantuan pembangunan rumah kembali kepada seorang warga tak mampu (Ibu Juminem) di Jl. Blanak Kel. Tegalsari Kota Tegal (16/03/2015)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno meninjau lokasi banjir di Kelurahan Kaligangsa Kecamatan Margadana dan menyerahkan bantuan kepada warga terkena dampak banjir (07/02/2015)

utamawarta6 WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

Wajah Kotaku BersolekSebagai kota berkategori Kota Sedang, kota Tegal terus mengalami perkembangan dari hari ke hari.

Penulis: Tomi, A.Md.

semata bangunan fisik yang diartikan sebagai pintu gerbang, tanda bataskota. Menurut tra-disi, gapura merupakan wujud ungkapan sela-mat datang yang familiar. Gapura mewakili keramahan dan rasa hormat tuan rumah kepada setiap orang atau tamu yang datang.

Dengan mempercantik gapura menjadi sebuah simbol bahwa sudah terwujudnya atau merupakan simbol gotong royong, keak-raban dan kebersamaan warga masyarakat. Dengan membangun atau mempercantik gapura, nilai-nilai kebersamaan dan semangat gotong royong seolah diperbaharui dalam hati setiap warga.

Selain itu, Pemerintah Kota Tegal juga mengganti lampu penerangan jalan umum di sepanjang jalan dr. Cipto Mangunkusumo dari terminal bus kota Tegal sampai Kaligang-sa yang merupakan jalan utama pantai utara, dan merupakan satu paket dengan pengganti-an lampu penerangan jalan umum di jalan Mayjen Soetoyo dengan anggaran 2,4 miliyar.

Penggantian lampu di jalan dr. Cipto Ma-ngunkusumo menjadi lampu Sodium 250 watt ini untuk mengganti lampu lama yang sudah mulai berkurang tingkat keteranggan dan pencahayaannya, yang sudah berusia 12 ta-hun. Dengan diganti lampu yang baru, tingkat pencahayaan akan lebih maksimal terangnya.

Beberapa jalan protokol kini terus diper-cantik oleh Pemerintah Kota Tegal. Salah sa-tunya adalah memasang lampu high mast. De-ngan anggaran 200 juta, di tahun 2014, lampu high mast ini dipasang di beberapa tempat, diantaranya di perempatan kolam renang

elain penataan lampu, Pemerintah Kota Tegal juga mempercantik diri dengan Smemperbaiki sarana trotoar, peninggian

jalan agar tidak terkena rob dan pemelihara-an berikut pengaspalan jalan dan peninggian jembatan. Infrastruktur fisik merupakan salah satu komponen dasar perekonomian dan me-rupakan aspek utama di dalam pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di dalam se-buah wilayah. Dalam konteks pembangunan, jaringan jalan merupakan infrastruktur wila-yah yang sangat dibutuhkan, terutama untuk kelancaran masyarakat beraktivitas, seperti kelancaran arus faktor produksi maupun pemasaran hasil produksi masyarakat.

Pemerintah Kota Tegal, mulai membe-nahi beberapa ruas jalan di wilayahnya yang sering mengalami kerusakan karena beberapa faktor, diantaranya, tingkat kepadatan lalu lintas yang dilalui kendaraan-kendaraan, dan kontur tanah dibawah pondasi jalan yang la-bil, dan beberapa ruas yang digenangi air pada saat terjadi rob.

Salah satu ruas jalan yang sering menga-lami kerusakan, adalah Jalan Blanak di wila-yah kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Ba-rat. Dimana warga yang mengeluhkan jalan Blanak yang sering mengalami kerusakan. Menurut Plt. Kepala Seksi Pembangunan

Samudra, dan di pertigaan “gili tugel” atau per-tigaan antara jalan Diponegoro dan jalan Jend. Sudirman. Kedua tempat tesebut sebe-lumnya kurang penerangan, namun kini sudah terang dengan pemasangan lampu high mast.Dengan menggunakan lampu high mast ini memiliki kelebihan mempunyai tiang yang tinggi, bisa dipasang lampu sorot dengan watt besar dan tidak silau dan yang tak kalah pen-ting adalah cakupan daerah terang lebih luas.

Untuk sementara, kawasan yang sudah diganti atau dipasangi lampu penerangan dengan lampu high mast unit hemat energi dan ramah lingkungan, masih berada di bebe-rapa tempat. nantinya fasilitas penerangan jalan umum di beberapa tempat juga akan diganti lampu yang hemat energi.

Di tahun 2014, Dinas Pekerjaan Umum kota Tegal juga memasang lampu hias taman, untuk lebih memberikan keindahan di Taman Adipura atau di depan Mapolres Tegal Kota, dan di jalan Mataram sebelah utara Terminal Bus dengan anggaran 200 juta.

Upaya sebuah kota dalam menata wa-jahnya, tentu akan dilakukan dalam berbagai aspek. Usaha yang dilakukan tidak sekadar tampil lebih rapi, lebih hijau namun lebih jauh memberikan nuansa agamis bagi wajah sebu-ah kota. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah kota Tegal dalam usaha mereali-sasikan visi Kota Tegal, yakni terwujudnya Ko-ta yang Sejahtera dan Bermartabat Berbasis Pelayanan Prima. ‘’Juga itu sebagai upaya agar warga selalu ingat asma Allah Swt,’’ de-ngan pemasangan 12 lampu Asmaul Husna

alam usaha mempercantik wajah ko-ta, khususnya saat malam hari dan Dagar memberikan keamanan dan ke-

nyamanan bagi pengguna jalan serta untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Ko-ta Tegal, Pemerintah Kota Tegal di tahun 2014 telah melakukan berbagai usaha untuk mewujudkannya.

Pemerintah kota telah melakukan pe-ngecatan gapura batas kota. Gapura bukanlah

Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal Heru Susandi, Ada beberapa fak-tor yang mengakibatkan jalan tersebut sering mengalami kerusakan, diantaranya, tanah di bawah pondasi jalan tersebut kurang padat dan sering digenangi air jika air rob atau air la-ut pasang, yang kemudian menimbulkan ta-nah dibawah pondasi menjadi lembek, selain dilalui oleh padatnya lalu lintas pengangkut hasil perikanan.

Jalan Blanak, dengan panjang 770 meter, dan lebar 6 meter dikerjakan dengan anggar-an Rp. 2.278.409.220,- dengan masa penger-jaan dari 3 September 2014 s.d 31 Desember 2014. Betonisasi jalan Blanak ini sebetulnya masuk satu paket dengan tiga pemeliharaan jalan lain yang bersumber dari DAK bantuan pusat. Diantaranya Pemeliharaan Jalan Bra-wijaya, Jalan Mataram dan Jalan Brigjen Ka-tamso, dengan anggaran Rp. 3.915.604.000,-. (Jalan Brawijaya Rp 415.370.150,-, Jalan Mataram Rp. 269.447.250,-, Jalan Brigjen Katamso Rp. 580.413.928,-).

Sementara untuk memberikan pelayan-an kepada pejalan kaki sehingga dapat me-ningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenya-manan pejalan kaki tersebut. Pemerintah Ko-ta Tegal melakukan perbaikan trotoar di be-berapa tempat, diantaranya, pemeliharaan

(99 nama Allah Swt) di Alun-alun Kota Tegal dan sepanjang Jalan Pantura Kota Tegal. Ide dan keinginan memasang lampu Asmaul Hus-na tersebut muncul ketika Wali kota berdialog dalam pertemuan triwulan antara ulama dan umara di Pondok Pesantren Daarul Hijrah pimpinan Habib Thohir Al Kaff, 15 September 2014 lalu. Ide tersebut kemudian direalisasi-kan dengan memasang 12 titik lampu Asmaul Husna di Alun-alun Kota Tegal dan papan Asmaul Husna di sepanjang jalan pantai utara (pantura) Kota Tegal. g

trotoar di beberapa titik jalan pantura. Jika pemerintah daerah pada suatu

wilayah berkepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, baik melalui pengembangan kawasan sentra produksi, ku-liner, parawisata, dan sebagainya, maka pem-bangunan maupun pemeliharaan infrastruk-tur, dan mempercantik wajah kota merupakan

engan seribu satu pernak perniknya, kota Tegal selalu berbenah diri untuk Dmenjawab tantangan ke depan, salah

satunya adalah pembenahan sarana dan pra-sarana perkotaan untuk mendukung kegiatan ekonomi dan kebutuhan kota pada umumnya.

Pada tahun anggaran 2014 Dinas Peker-jaan Umum (DPU) berfokus pada penerangan wajah kota, pertamanan dan penerangan jalan

umum guna memperindah dan mempercantik Kota Tegal baik siang hari maupun malam ha-ri. Oleh sebab itulah pembangunan berfokus pada Prasarana Perkotaan.

Pemerintah Kota Tegal di bawah kepe-mimpinan Walikota Hj. Siti Masitha Soeparno terus memperbaiki infrastruktur perkotaan terutama lingkungan pemukiman warga de-ngan paving. Perbaikan lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) dan pemasangan lampu taman ditujukan untuk memberikan kesan kawasan pemukiman yang rapi, bersih dan sehat. Lingkungan warga yang bersih, rindang dan asri menjadi modal dalam menjaga kese-hatan. Hal ini tidak terlepas dari penataan lingkungan yang nantinya diharapkan mampu

suatu kebutuhan. Sebuah wajah kota yang di-dukung oleh sarana Infrastruktur yang mem-berikan kenyamanan kepada warganya me-mang bukan satu-satunya faktor dalam pe-ningkatan kesejahteraan masyarakat, namun tanpa tersedianya infrastruktur yang baik ma-ka mimpi untuk dapat meningkatkan kesejah-teraan masyarakat akan lebih lama terwujud.

Penataan Lampu dan Pemasangan Papan Asmaul Husna

Pemeliharaan Jalan dan Trotoar

menciptakan kawasan pemukiman yang ber-sih dan sehat. Pemerintah Kota Tegal melalui Dinas Pekerjaan Umum melakukan langkah-

langkah dalam peningkatan jalan lingkungan dan penataan lingkungan pemukiman yang berada di empat kecamatan se-Kota Tegal. g

giatragam

7WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno meninjau lapangan bola basket untuk masyarakat sebagai bagian upaya revitalisasi Alun-alun Kota Tegal (2/12/2014)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno menyerahkan Dokumen Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Hibah kepada Yayasan Masjid Agung Kota Tegal yang diterima ketua yayasan H. Achmadi (12/12/2014)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno menjenguk dan memberikan bantuan pengobatan kepada Ni-lam Cahya seorang anak penderita kanker tulang warga Kelurahan Tegalsari Kota Tegal (18/03/2015)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno didampingi Wakil Walikota Tegal Drs. H.M. Nursholeh, M.M.Pd. pada Penanaman Bibit Mangrove di Pesisir Pantai Kota Tegal (05/12/2015)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno memperhatikan batik khas Tegal pada Pameran, Bazaar, Peragaan Busana dan Talk Show bertema "Pengaruh Batik Jogja Istimewa di Tegal" di Pendopo Wisma Kagama UGM Yogyakarta, Sabtu (28/03/2015)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno menyerahkan bantuan pembangunan rumah kembali kepada seorang warga tak mampu (Ibu Juminem) di Jl. Blanak Kel. Tegalsari Kota Tegal (16/03/2015)

Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno meninjau lokasi banjir di Kelurahan Kaligangsa Kecamatan Margadana dan menyerahkan bantuan kepada warga terkena dampak banjir (07/02/2015)

khususwarta

WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal8

nda tentu bisa membayangkan, betapa bahagianya seorang Mardi Swiking A(18), ketika bisa menorehkan tinta dan

mencatatkan namanya dalam sejarah Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) XIII Sumatera Barat, yang berlangsung di Dharmasraya 2014 lalu.

Mardi, dilahirkan dari keluarga petani

i samping lini pemerintahan, dukungan masyarakat sangat Ddiperlukan. Pencanangan Tahun

Porprov, perlu dipertimbangkan Pem-kot. Sebab, itu akan diperlukan untuk membangun gelora, nuansa, sehingga diharapkan Porprov ini memasyarakat di Kota Tegal. Dengan demam Porprov, tentunya berdampak pada pembangun-an moral dan mental, selain bagi atlet yang akan bertanding, juga menguatkan semangat penyelenggaraan.

KONI Kota Tegal, dalam hal ini memiliki ramuan tersendiri. Bagi korps yang bermarkas di GOR Wisanggeni itu, ada tiga kunci sukses. Yakni, sukses ma-najemen, sukses penyelenggaraan, dan sukses prestasi. KONI Kota Tegal benar, sukses prestasi akan melengkapi sukses manajemen dan penyelenggaraan. Tan-pa prestasi, Porprov mungkin hanya akan meninggalkan artefak sarana. Kita semua tentu tak hanya menginginkan itu.

Dari 34 cabang olah raga yang ada, mungkin bisa bertambah, diharap-kan bisa membawa kota maritim ini ber-jaya di tiga besar. Target ini, cukup rea-listis mengingat nama-nama mentereng seperti Solo dan Semarang yang me-mang selangkah lebih maju dalam hal olah raganya.

Namun, itu di atas kertas. Sesung-guhnya, kita bisa berjuang lebih keras. Apalagi, dengan dukungan masyarakat yang diharapkan meluas. Kota Tegal, sudah saatnya optimis, melangkah dan mengatakan sugeng rawuh untuk Por-prov. Jangan lupa, dengan tetap meng-ingat pesan Pangeran Purbaya: Yakin usaha sampai!

g

sederhana, pasangan Leoguiren dan Rika, yang berasal dari Desa Malancan, Kecamatan Siberut Utara, Kabupaten Mentawai, Sumate-ra Barat. Sedikit biografi, dia hanya tamatan SD Negeri 06 Malancan, dan sudah lebih dari 5 tahun tidak melanjutkan sekolah. Alasannya klasik, karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak mampu.

Namun demikian, saya jadi ingat pesan Nyai Ontosoroh dalam roman sejarah Bumi Manusia yang ditulis Pramoedya Anata Toer. “Kita telah melawan Nak, dengan segala ke-mampuan, dan ketidakmampuan!” kata Nyai, yang dialamatkan pada anak mantunya, Minke. Ya, Mardi memang bukan Minke, teta-pi, setidaknya, dia dengan segala ketidak-

mampuan ekonominya, telah ‘memberikan perlawanan’ hidup melalui jalur olah raga.

Memang, kepingan emas yang didapat Mardi bukanlah harta karun sungguhan yang bisa membuat dia lekas kaya dan memberikan jaminan kehidupan seterusnya. Namun, medali emas yang didulang dalam kejuaraan sebesar itu, boleh jadi membekas bagi siapa saja. Bahwa, sekali lagi, di alam olah raga ini, prestasi tidak pernah memihak! Hanya pekerja keraslah yang berhak mendapatkan prestasi setimpal. Lain, tidak, kecuali bagi dia yang mendewakan kecurangan.

Lebih jauh artinya, kejuaraan seperti Porprov, sedikit banyak telah memberikan kesempatan bagi siapa pun dari penjuru Sa-bang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, untuk membuktikan kemampuan dirinya. Mardi yang anak petani, Sugiman yang anak tukang becak, Rohim yang anak tukang sayur, Vincent yang anak pengusaha, David yang anak pejabat, Ibas yang anak presiden, dan seterusnya, dalam pertempuran olah raga akan sejajar sebagai atlet yang memperebutkan gelar.

Sebentar lagi, Kota Tegal akan menyam-but kedatangan Porprov Jawa Tengah. Hal ini butuh keseriusan untuk mempersiapkan segalanya meliputi persiapan terkait ketersediaan sarana dan prasarana olahraga, juga persiapan atlet di berbagai cabang olah mutlak harus dilakukan.

Pemerintah Kota Tegal masih memiliki waktu untuk mempersiapkan diri. Terutama, penyediaan sarana dan prasarana olah raga yang akan menunjangnya. Sebab tentunya, kejuaraan sebesar Porprov tidak mungkin dilangsungkan dengan persiapan ‘sederhana’. Menyambut tamu, seharusnya dilakukan dengan istimewa.

Beberapa orang mengatakan, Porprov memiliki prestise tersendiri. Keberhasilan penyelenggaraannya merupakan harga mati. Sebab, mempertaruhkan harga diri Kota Tegal yang telah diketok palu kepercayaan untuk menjadi tuan rumah. Berdasarkan informasi, untuk mempersiapkan Sport Center yang rencananya didirikan di lahan seluas 12 hektare dan bisa menampung sampai 45 ribu orang itu, Pemkot membutuhkan dana sekitar Rp. 118 Miliar. Tidak ringan, memang.

Sementara yang baru tersedia, hanya Rp. 13 miliar, itu pun hanya untuk pengajuan Detail Engineering Design, Analisis Dampak Lingkungan, pengurugan dan pagar keliling. Karena itu, DPRD Kota Tegal kabarnya beren-cana mendorong dengan mengalokasikan anggaran Rp15 miliar di APBD Kota Tegal, setiap tahunnya. Tentu, langkah legislatif yang sinergi dengan eksekutif, akan membawa angin segar bagi penyelenggaraan Porprov nanti. Hajat ini, merupakan tanggungjawab bersama.

g

Memasyarakatkan Porprov

Jika ada dimensi yang paling demokratis dan manusiawi di dunia ini, barangkali olah raga yang menempati urutan teratas. Entah siapa yang memulai, di alam olah raga, kehidupan tak lagi berkasta. Biar pun dia berderajat Sudra, Waisya, Brahmana, Ksatria, Marhaen, Borjuis, atau Priyayi sekali pun, akan tetap sama-sama disebut atlet manakala berjibaku di kompetisi olah raga.

Foto-foto studi banding ke Stadion Jakabaring Palembang

Penulis: Abimanyu Marhaen

Porprov di Kota TegalPorprov di Kota Tegal

khususwarta 9WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

Sebuah Catatan:

Kesenian yang Mewarnai KotaSebuah Catatan:

Kesenian yang Mewarnai Kota

arakteristik masyarakat inilah yang selalu menjadi warna bagi semua aktifitas dan peristiwa yang terjadi di kota yang kerap disebut dengan ‘Negeri Poci’ ini. Karakteristik masyarakat yang K

blakasuta dan meledak-ledak dapat dilihat dari serangkaian karya seni yang terlahir di kota ini. Dan tulisan ini saya susun untuk sedikit mema-parkan denyut kesenian Kota Tegal menurut kacamata saya, utamanya sastra dan teater yang menjadi kebanggaan dan perlu untuk menjadi referensi para pegiat seni atau siapa pun yang merasa mencintai kesenian.

Sejak dekade 1970-an, Kota Tegal sudah diperhitungkan di kan-cah sastra nasional. Tercatat ada dua sastrawan besar yang masuk ke dalam Sastrawan Angkatan 1966 yaitu Piek Ardijanto Soeprijadi dan SN Ratmana. Piek adalah penyair yang dikenal dengan kelembutan sajak-sajaknya yang lebih sering mengangkat tema alam dan kemanu-siaan. Sedangkan SN Ratmana merupakan cerpenis yang karya-karya-nya digunakan sebagai buku wajib di Malaysia. Kedua sastrawan ini, selain pernah menerima penghargaan dari dalam negeri, juga meme-nangi beberapa penghargaan dari negeri Belanda. Selain Piek dan Rat-mana, ada pula Widjati, seniman yang menyerahkan seluruh hidupnya untuk menulis puisi. Kebiasaan aneh Widjati yang paling dikenang sam-pai sekarang yaitu, setiap hari Minggu pagi dia nyanggong di lapak ko-ran milik Atikah di kompleks Alun-alun. Di situ dia memeriksa seluruh koran atau majalah yang memuat karya sastra. Jika hari itu ada penulis Tegal yang karyanya dimuat, dia akan langsung mengeluarkan uang dan memberikan sebagai honor. Jadi, penulis tersebut menerima honor dari redaksi dan dari Widjati. Begitulah cara Widjati melecut kreativi-tas anak-anak muda masa itu.

Di ranah teater, Kota Tegal memiliki sejumlah nama seperti Hadi Utomo yang lebih banyak bergerak di ranah broadcasting radio. Dia ba-nyak menulis naskah-naskah drama berbahasa Jawa dialek Tegalan, mengumpulkan kosakata lantas disusun menjadi sebuah kamus Tegal-an. Nama lain yang tak kalah berpengaruh adalah Woerjanto dan Sen-tot Susilo. Kedua nama ini, telah malang-melintang di dunia teater, menggerakkan kelompok-kelompok teater dan menjadi persinggahan para tokoh nasional. Tercatat, W.S. Rendra, dramawan dan penyair ter-sohor di Indonesia, adalah tokoh yang mengawali jaringan kerja keseni-an melalui kedekatan persahabatannya dengan Woerjanto.

Setelah itu, lahirlah penyair Eko Tunas, Yono Daryono, Nurhidayat Poso, Wowok Legowo, YY Haryo Guritno, Dwi Ery Santoso, Nurngudio-no, Enthieh Mudakir, Bontot Sukandar, dan Rudi Iteng. Mereka adalah generasi penerus yang masih menjaga hubungan dan menjalin jaringan kerja dengan para sastrawan di berbagai kota di Indonesia. Dalam ka-pasitasnya masing-masing, mereka menjalani proses kreatif di rana ke-senian, sastra dan teater, yang kiprahnya tidak hanya dinikmati di Kota Tegal, namun juga menjadi konsumsi para penikmat seni di luar kota.

Eko Tunas misalnya, sebagai salah satu pendiri Teater RSPD bersa-ma Yono Daryono, Wowok Legowo, dan YY Haryo Guritno, dia menah-biskan dirinya sendiri sebagai duta Tegal di kancah kesenian Indonesia. Selain menulis naskah untuk Teater RSPD, dia juga menulis naskah un-tuk Teater Lingkar dan Teater Dhome Semarang. Tulisan-tulisannya di

media massa berupa cerpen dan puisi lebih sering mengangkat po-tensi Tegal. Bahkan ketika kejenuhan berteater secara ke-

lompok mulai menghinggapi, dia memi-lih pentas monolog berbahasa Tegal.

Setelah kepindahan Eko Tunas ke Semarang, tampuk ke-

pemimpinan Teater RSPD dipegang secara pe-nuh oleh Yono Daryono. Pensiunan PNS di lingkungan Pemkot Tegal ini, melalui kelompoknya telah berhasil

mengangkat Kota Tegal melalui

pertunjukan-pertunjukan di berbagai kota di Indo-nesia, dan memenangi kompetisi berskala nasional. Yono merupakan salah satu penerima hibah seni dari Yayasan Kelola, yang penentuannya melalui seleksi ketat para kurator. RSPD sendiri di tangan Yono telah menjadi barometer teater di Jawa Tengah. Dia telah berhasil menciptakan trend setter bagi kelompok-kelompok teater di berbagai tempat melalui pertunjukan yang fenomenal. Pentas drama kolosal Abrahah dan Sunan Panggung adalah dua repertoar karya Yono yang sampai sekarang diang-gap sebagai masterpiece. Dalam ulang tahun ke-30 Teater RSPD (2008) bahkan dirayakan cukup sema-rak, dengan menghadirkan sastrawan Triyanto Tri-wikromo, Radhar Panca Dahana, dan Subhanuddin Alwy.

Jika kutub utara teater di Kota Tegal adalah Tea-ter RSPD, maka kutub selatannya adalah Teater Pu-ber bentukan Nurhidayat Poso. Puber yang waktu itu beranggotakan antara lain Enthieh Muda-kir, Nurngudiono, Lanang Setiawan, dan Bontot Su-kandar didirikan bukan untuk menyaingi RSPD, tapi sebagai wu-jud dinamika kesenian yang menyehat-kan. Terbukti, Nurhidayat Poso berhasil menjadikan Puber sebagai “akademi teater” yang kelak melulus-kan aktor-aktor tangguh. Selain membawakan karya-karya orang lain, Nurhidayat Poso juga telah menulis sejumlah naskah yang dimainkan. Beberapa naskah dalam buku karya Nurhidayat Poso bahkan pernah dimainkan oleh Teater Emka Undip Sema-rang. Poso adalah sosok pemikir dengan segudang pengalaman dan keluasan jaringan, yang menjadi-kan dirinya pernah diundang sebagai dosen tamu di sebuah universitas di Australia. Tak hanya itu, Men-teri Pariwisata dan Kebudayaan pun menganuge-rahkan Penghargaan Seni kepadanya melalui tuli-sannya tentang almarhum Widjati yang dimuat di Suara Merdeka. Sebelum meninggal pada 2014 lalu, Nurhidayat telah sukses mendidik banyak murid yang akhirnya setapak demi setapak mensejajari namanya di dunia kesenian.

Nama berikutnya yang ingin saya sebut adalah Wowok Legowo. Alumnus jurusan Senirupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini bukan sekadar meng-gambar, tapi dia melukiskan gagasannya melalui ran-cang bangun interior-eksterior dan sejumlah lukisan. Wowok adalah orang yang selalu berada di balik setiap pementasan-pementasan Teater RSPD. Bersama Erwindho Hascaryo, dia telah berhasil menangani beberapa kali perhelatan Tegal Pesisir Carnival sebagai penata artistik.

Sejak 1993, Kota Tegal merupakan tuan rumah Temu Penyair Indonesia dari Negeri Poci. Kota ini-lah yang selalu dipilih karena ikatan persahabatan (atau tepatnya kekerabatan) dengan penyair Piek Ardijanto. Sebut saja Kurniawan Junaedhie, Adri Darmadji Woko, dan dokter Handrawan Nadesul. Mereka adalah murid-murid binaan Piek yang men-jadikan Kota Tegal sebagai “rumah kedua” mereka. Persahabatan mereka dimulai ketika Piek sering mengulas puisi-puisi para penyair muda kala itu dalam artikel sastra. Berangkat dari itulah lantas muncul hubungan kedekatan yang menghasilkan dibentuknya Komunitas Negeri Poci. Dengan adanya perhelatan ini, tak pelak Kota Tegal telah ikut menorehkan sejarah penting pertumbuhan sastra Indonesia. Dari Negeri Poci sendiri, sampai sekarang sudah memasuki seri ke-enam, dengan subjudul Negeri Laut.

Beberapa waktu lalu, Kota Tegal juga dijadikan sebagai tuan rumah peluncuran buku Puisi Menolak Korupsi. Yang pertama, 2013, dilaksanakan di de-pan gedung DPRD Kota Tegal. Sedangkan yang ke-dua, berpusat di SMK Ihsaniyah. Perhelatan sastra yang menghadirkan puluhan penyair dari berbagai kota di Indonesia, itu tidak lepas dari peran penting Dwi Ery Santoso dan Bontot Sukandar. Keduanya adalah seniman yang sudah mengakrabi dunia kese-nian sejak usia muda. Setelah hengkang dari Teater Puber, Dwi Ery Santoso mendirikan Teater Massa Hisbuma, dan Bontot membentuk Teater Wong Indonesia bersama Enthieh Mudakir dan Michael Gunadi Widjaya. Di kala gairah sastra Kota Tegal mulai meluruh, Dwi Ery dan Bontot Sukandarlah orangnya yang membangkitkan melalui pelatihan,

workshop, pertunjukan-pertunjukan seni baca puisi dan festival baca puisi. Bontot yang menjabat seba-gai anggota Komite Teater Dewan Kesenian Jawa Tengah, ini melalui kelompoknya, Komunitas Kata Hati, cukup rajin mementaskan musik puisi di ber-bagai kota antara lain di Taman Mini Indonesia Indah, Taman Budaya Jawa Tengah, dan Rumah Budaya Tembi Yogyakarta. Sedangkan Ery dikenal sebagai ibu kandung deklamator muda di Kota Tegal.

Satu nama yang juga merupakan bagian penting dari Teater RSPD adalah YY Haryo Guritno. Selain menulis cerpen yang dipublikasikan ke berbagai media massa dan dicetak dalam bentuk antologi, dia adalah penulis naskah sejumlah film pendek yang memiliki kemampuan manajerial setiap pertunjukan Teatar RSPD. YY, meskipun tidak dikenal sebagai penyair, dia menunjukkan kemampuannya dalam membacakan puisi-puisi. Setelah pensiun dari Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kota Tegal, kini dia mengajar di Politeknik Harapan Bersama.

Di ranah musik, tak mungkin saya abai pada na-ma Nurngudiono. Lelaki tinggi besar ini, pada tahun 1996 mendirikan Kelompok Musik Sastra Warung Tegal (KMSWT). Yang digeluti kali pertama memang seni tari, namun dia menjatuhkan pilihan-nya pada musik, meskipun dia tetap melibatkan kandungan sastra di dalamnya. Bersama KMSWT, Nurngudiono telah mempelopori berkembangnya musik bernuansa Tegal. Beberapa album yang telah diluncurkan antara lain Kembang Geni, Babon Ngoyok-oyok Jago, dan Dolanan Rakyat. Kelompok ini pernah dijadikan objek penelitian oleh indone-sianis asal Australia, Richard Curtis. Nurngudiono juga merupakan pencipta lagu bertema kebersihan lingkungan, Tegal Keminclong Moncer Kotane yang hingga sekarang masih terdengar di radio-radio.

Satu lagi nama yang perlu saya apresiasi adalah Rudi Iteng. Debutnya sebagai teaterawan memang baru mulai tahun 2003. Namun sejak SMA kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, dia sudah mengakrabi dunia teater. Sebagai aktor dan sutradara, sudah puluhan naskah dia garap. Bersama kelompoknya, Teater Qi, Rudi Iteng juga pernah menerima hibah seni dari Yayasan Kelola dan berhasil menjalin kerjasama dengan Teater Embasy Belanda yang kemudian melahirkan pertunjukan keliling di berbagai kota di Indonesia. Rudi yang berprofesi sebagai guru SMA ini, berhasil meyakinkan kepada kepala sekolah bahwa teater dapat dijadikan landasan pendidikan siswa-siswi. Setiap tahun, Rudi menggelar festival teater berskala provinsi, menjadi juri, dan diundang untuk melatih dalam workshop teater.

Itulah peran penting para seniman Kota Tegal dalam ikut mewarnai dunia kesenian, yang juga me-ngantarkan Kota Tegal dikenal di mana-mana. Baik melalui perhelatan kesenian yang diselenggarakan di Kota Tegal maupun melalui karya-karya yang di-hasilkan oleh para senimannya, mengokohkan kota ini sebagai “tempat pembaptisan” para seniman Indonesia. Berita sebuah surat kabar tahun 2014 lalu bahkan menyebutkan, “Tegal adalah ibukota penyair Indonesia”. Ya, seniman, tanpa harus mengacu kepada tugas pokok dan fungsinya, telah melaksanakan perannya sebagai bagian masyarakat yang juga punya kewajiban ikut menyukseskan pembangunan dalam bidang seni-budaya. Semoga tulisan ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi siapa saja.

Dan di hari ulang tahun Kota Tegal ini saya ber-harap Pemerintah Kota Tegal lebih memberi ruang kepada para seniman dan pegiat seni, tidak hanya untuk mengisi acara-acara yang sudah menjadi agenda pemerintah kota. Bukan pula sekedar mendistribusikan sejumlah dana untuk pembiayaan acara kesenian, tetapi melibatkan seniman dalam perencanaan pembangunan kota. Sehingga perencanaan dan pembangunan kota tak lagi kaku dan berdasar teknik semata, tetapi juga artistik dan estetik. Sehingga perencanaan dan pembangunan kota tak lagi kaku dan berdasar teknik semata, tetapi juga artistik dan estetik.

Akhirnya saya berharap Kota Tegal semakin yahud..! Dirgahayu Kota Tegal..! g

Penulis: Joshua IghoPegiat kajian sastra dan musikalisasi puisi

di Akademi Kebudayaan Tegal

Kota Tegal kembali merayakan ulang tahunnya. Dan wajah kota terus berubah, meski karakteristik masyarakatnya tak pernah terpengaruh oleh apapun.

khususwarta

WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal8

nda tentu bisa membayangkan, betapa bahagianya seorang Mardi Swiking A(18), ketika bisa menorehkan tinta dan

mencatatkan namanya dalam sejarah Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) XIII Sumatera Barat, yang berlangsung di Dharmasraya 2014 lalu.

Mardi, dilahirkan dari keluarga petani

i samping lini pemerintahan, dukungan masyarakat sangat Ddiperlukan. Pencanangan Tahun

Porprov, perlu dipertimbangkan Pem-kot. Sebab, itu akan diperlukan untuk membangun gelora, nuansa, sehingga diharapkan Porprov ini memasyarakat di Kota Tegal. Dengan demam Porprov, tentunya berdampak pada pembangun-an moral dan mental, selain bagi atlet yang akan bertanding, juga menguatkan semangat penyelenggaraan.

KONI Kota Tegal, dalam hal ini memiliki ramuan tersendiri. Bagi korps yang bermarkas di GOR Wisanggeni itu, ada tiga kunci sukses. Yakni, sukses ma-najemen, sukses penyelenggaraan, dan sukses prestasi. KONI Kota Tegal benar, sukses prestasi akan melengkapi sukses manajemen dan penyelenggaraan. Tan-pa prestasi, Porprov mungkin hanya akan meninggalkan artefak sarana. Kita semua tentu tak hanya menginginkan itu.

Dari 34 cabang olah raga yang ada, mungkin bisa bertambah, diharap-kan bisa membawa kota maritim ini ber-jaya di tiga besar. Target ini, cukup rea-listis mengingat nama-nama mentereng seperti Solo dan Semarang yang me-mang selangkah lebih maju dalam hal olah raganya.

Namun, itu di atas kertas. Sesung-guhnya, kita bisa berjuang lebih keras. Apalagi, dengan dukungan masyarakat yang diharapkan meluas. Kota Tegal, sudah saatnya optimis, melangkah dan mengatakan sugeng rawuh untuk Por-prov. Jangan lupa, dengan tetap meng-ingat pesan Pangeran Purbaya: Yakin usaha sampai!

g

sederhana, pasangan Leoguiren dan Rika, yang berasal dari Desa Malancan, Kecamatan Siberut Utara, Kabupaten Mentawai, Sumate-ra Barat. Sedikit biografi, dia hanya tamatan SD Negeri 06 Malancan, dan sudah lebih dari 5 tahun tidak melanjutkan sekolah. Alasannya klasik, karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak mampu.

Namun demikian, saya jadi ingat pesan Nyai Ontosoroh dalam roman sejarah Bumi Manusia yang ditulis Pramoedya Anata Toer. “Kita telah melawan Nak, dengan segala ke-mampuan, dan ketidakmampuan!” kata Nyai, yang dialamatkan pada anak mantunya, Minke. Ya, Mardi memang bukan Minke, teta-pi, setidaknya, dia dengan segala ketidak-

mampuan ekonominya, telah ‘memberikan perlawanan’ hidup melalui jalur olah raga.

Memang, kepingan emas yang didapat Mardi bukanlah harta karun sungguhan yang bisa membuat dia lekas kaya dan memberikan jaminan kehidupan seterusnya. Namun, medali emas yang didulang dalam kejuaraan sebesar itu, boleh jadi membekas bagi siapa saja. Bahwa, sekali lagi, di alam olah raga ini, prestasi tidak pernah memihak! Hanya pekerja keraslah yang berhak mendapatkan prestasi setimpal. Lain, tidak, kecuali bagi dia yang mendewakan kecurangan.

Lebih jauh artinya, kejuaraan seperti Porprov, sedikit banyak telah memberikan kesempatan bagi siapa pun dari penjuru Sa-bang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, untuk membuktikan kemampuan dirinya. Mardi yang anak petani, Sugiman yang anak tukang becak, Rohim yang anak tukang sayur, Vincent yang anak pengusaha, David yang anak pejabat, Ibas yang anak presiden, dan seterusnya, dalam pertempuran olah raga akan sejajar sebagai atlet yang memperebutkan gelar.

Sebentar lagi, Kota Tegal akan menyam-but kedatangan Porprov Jawa Tengah. Hal ini butuh keseriusan untuk mempersiapkan segalanya meliputi persiapan terkait ketersediaan sarana dan prasarana olahraga, juga persiapan atlet di berbagai cabang olah mutlak harus dilakukan.

Pemerintah Kota Tegal masih memiliki waktu untuk mempersiapkan diri. Terutama, penyediaan sarana dan prasarana olah raga yang akan menunjangnya. Sebab tentunya, kejuaraan sebesar Porprov tidak mungkin dilangsungkan dengan persiapan ‘sederhana’. Menyambut tamu, seharusnya dilakukan dengan istimewa.

Beberapa orang mengatakan, Porprov memiliki prestise tersendiri. Keberhasilan penyelenggaraannya merupakan harga mati. Sebab, mempertaruhkan harga diri Kota Tegal yang telah diketok palu kepercayaan untuk menjadi tuan rumah. Berdasarkan informasi, untuk mempersiapkan Sport Center yang rencananya didirikan di lahan seluas 12 hektare dan bisa menampung sampai 45 ribu orang itu, Pemkot membutuhkan dana sekitar Rp. 118 Miliar. Tidak ringan, memang.

Sementara yang baru tersedia, hanya Rp. 13 miliar, itu pun hanya untuk pengajuan Detail Engineering Design, Analisis Dampak Lingkungan, pengurugan dan pagar keliling. Karena itu, DPRD Kota Tegal kabarnya beren-cana mendorong dengan mengalokasikan anggaran Rp15 miliar di APBD Kota Tegal, setiap tahunnya. Tentu, langkah legislatif yang sinergi dengan eksekutif, akan membawa angin segar bagi penyelenggaraan Porprov nanti. Hajat ini, merupakan tanggungjawab bersama.

g

Memasyarakatkan Porprov

Jika ada dimensi yang paling demokratis dan manusiawi di dunia ini, barangkali olah raga yang menempati urutan teratas. Entah siapa yang memulai, di alam olah raga, kehidupan tak lagi berkasta. Biar pun dia berderajat Sudra, Waisya, Brahmana, Ksatria, Marhaen, Borjuis, atau Priyayi sekali pun, akan tetap sama-sama disebut atlet manakala berjibaku di kompetisi olah raga.

Foto-foto studi banding ke Stadion Jakabaring Palembang

Penulis: Abimanyu Marhaen

Porprov di Kota TegalPorprov di Kota Tegal

khususwarta 9WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal

Sebuah Catatan:

Kesenian yang Mewarnai KotaSebuah Catatan:

Kesenian yang Mewarnai Kota

arakteristik masyarakat inilah yang selalu menjadi warna bagi semua aktifitas dan peristiwa yang terjadi di kota yang kerap disebut dengan ‘Negeri Poci’ ini. Karakteristik masyarakat yang K

blakasuta dan meledak-ledak dapat dilihat dari serangkaian karya seni yang terlahir di kota ini. Dan tulisan ini saya susun untuk sedikit mema-parkan denyut kesenian Kota Tegal menurut kacamata saya, utamanya sastra dan teater yang menjadi kebanggaan dan perlu untuk menjadi referensi para pegiat seni atau siapa pun yang merasa mencintai kesenian.

Sejak dekade 1970-an, Kota Tegal sudah diperhitungkan di kan-cah sastra nasional. Tercatat ada dua sastrawan besar yang masuk ke dalam Sastrawan Angkatan 1966 yaitu Piek Ardijanto Soeprijadi dan SN Ratmana. Piek adalah penyair yang dikenal dengan kelembutan sajak-sajaknya yang lebih sering mengangkat tema alam dan kemanu-siaan. Sedangkan SN Ratmana merupakan cerpenis yang karya-karya-nya digunakan sebagai buku wajib di Malaysia. Kedua sastrawan ini, selain pernah menerima penghargaan dari dalam negeri, juga meme-nangi beberapa penghargaan dari negeri Belanda. Selain Piek dan Rat-mana, ada pula Widjati, seniman yang menyerahkan seluruh hidupnya untuk menulis puisi. Kebiasaan aneh Widjati yang paling dikenang sam-pai sekarang yaitu, setiap hari Minggu pagi dia nyanggong di lapak ko-ran milik Atikah di kompleks Alun-alun. Di situ dia memeriksa seluruh koran atau majalah yang memuat karya sastra. Jika hari itu ada penulis Tegal yang karyanya dimuat, dia akan langsung mengeluarkan uang dan memberikan sebagai honor. Jadi, penulis tersebut menerima honor dari redaksi dan dari Widjati. Begitulah cara Widjati melecut kreativi-tas anak-anak muda masa itu.

Di ranah teater, Kota Tegal memiliki sejumlah nama seperti Hadi Utomo yang lebih banyak bergerak di ranah broadcasting radio. Dia ba-nyak menulis naskah-naskah drama berbahasa Jawa dialek Tegalan, mengumpulkan kosakata lantas disusun menjadi sebuah kamus Tegal-an. Nama lain yang tak kalah berpengaruh adalah Woerjanto dan Sen-tot Susilo. Kedua nama ini, telah malang-melintang di dunia teater, menggerakkan kelompok-kelompok teater dan menjadi persinggahan para tokoh nasional. Tercatat, W.S. Rendra, dramawan dan penyair ter-sohor di Indonesia, adalah tokoh yang mengawali jaringan kerja keseni-an melalui kedekatan persahabatannya dengan Woerjanto.

Setelah itu, lahirlah penyair Eko Tunas, Yono Daryono, Nurhidayat Poso, Wowok Legowo, YY Haryo Guritno, Dwi Ery Santoso, Nurngudio-no, Enthieh Mudakir, Bontot Sukandar, dan Rudi Iteng. Mereka adalah generasi penerus yang masih menjaga hubungan dan menjalin jaringan kerja dengan para sastrawan di berbagai kota di Indonesia. Dalam ka-pasitasnya masing-masing, mereka menjalani proses kreatif di rana ke-senian, sastra dan teater, yang kiprahnya tidak hanya dinikmati di Kota Tegal, namun juga menjadi konsumsi para penikmat seni di luar kota.

Eko Tunas misalnya, sebagai salah satu pendiri Teater RSPD bersa-ma Yono Daryono, Wowok Legowo, dan YY Haryo Guritno, dia menah-biskan dirinya sendiri sebagai duta Tegal di kancah kesenian Indonesia. Selain menulis naskah untuk Teater RSPD, dia juga menulis naskah un-tuk Teater Lingkar dan Teater Dhome Semarang. Tulisan-tulisannya di

media massa berupa cerpen dan puisi lebih sering mengangkat po-tensi Tegal. Bahkan ketika kejenuhan berteater secara ke-

lompok mulai menghinggapi, dia memi-lih pentas monolog berbahasa Tegal.

Setelah kepindahan Eko Tunas ke Semarang, tampuk ke-

pemimpinan Teater RSPD dipegang secara pe-nuh oleh Yono Daryono. Pensiunan PNS di lingkungan Pemkot Tegal ini, melalui kelompoknya telah berhasil

mengangkat Kota Tegal melalui

pertunjukan-pertunjukan di berbagai kota di Indo-nesia, dan memenangi kompetisi berskala nasional. Yono merupakan salah satu penerima hibah seni dari Yayasan Kelola, yang penentuannya melalui seleksi ketat para kurator. RSPD sendiri di tangan Yono telah menjadi barometer teater di Jawa Tengah. Dia telah berhasil menciptakan trend setter bagi kelompok-kelompok teater di berbagai tempat melalui pertunjukan yang fenomenal. Pentas drama kolosal Abrahah dan Sunan Panggung adalah dua repertoar karya Yono yang sampai sekarang diang-gap sebagai masterpiece. Dalam ulang tahun ke-30 Teater RSPD (2008) bahkan dirayakan cukup sema-rak, dengan menghadirkan sastrawan Triyanto Tri-wikromo, Radhar Panca Dahana, dan Subhanuddin Alwy.

Jika kutub utara teater di Kota Tegal adalah Tea-ter RSPD, maka kutub selatannya adalah Teater Pu-ber bentukan Nurhidayat Poso. Puber yang waktu itu beranggotakan antara lain Enthieh Muda-kir, Nurngudiono, Lanang Setiawan, dan Bontot Su-kandar didirikan bukan untuk menyaingi RSPD, tapi sebagai wu-jud dinamika kesenian yang menyehat-kan. Terbukti, Nurhidayat Poso berhasil menjadikan Puber sebagai “akademi teater” yang kelak melulus-kan aktor-aktor tangguh. Selain membawakan karya-karya orang lain, Nurhidayat Poso juga telah menulis sejumlah naskah yang dimainkan. Beberapa naskah dalam buku karya Nurhidayat Poso bahkan pernah dimainkan oleh Teater Emka Undip Sema-rang. Poso adalah sosok pemikir dengan segudang pengalaman dan keluasan jaringan, yang menjadi-kan dirinya pernah diundang sebagai dosen tamu di sebuah universitas di Australia. Tak hanya itu, Men-teri Pariwisata dan Kebudayaan pun menganuge-rahkan Penghargaan Seni kepadanya melalui tuli-sannya tentang almarhum Widjati yang dimuat di Suara Merdeka. Sebelum meninggal pada 2014 lalu, Nurhidayat telah sukses mendidik banyak murid yang akhirnya setapak demi setapak mensejajari namanya di dunia kesenian.

Nama berikutnya yang ingin saya sebut adalah Wowok Legowo. Alumnus jurusan Senirupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini bukan sekadar meng-gambar, tapi dia melukiskan gagasannya melalui ran-cang bangun interior-eksterior dan sejumlah lukisan. Wowok adalah orang yang selalu berada di balik setiap pementasan-pementasan Teater RSPD. Bersama Erwindho Hascaryo, dia telah berhasil menangani beberapa kali perhelatan Tegal Pesisir Carnival sebagai penata artistik.

Sejak 1993, Kota Tegal merupakan tuan rumah Temu Penyair Indonesia dari Negeri Poci. Kota ini-lah yang selalu dipilih karena ikatan persahabatan (atau tepatnya kekerabatan) dengan penyair Piek Ardijanto. Sebut saja Kurniawan Junaedhie, Adri Darmadji Woko, dan dokter Handrawan Nadesul. Mereka adalah murid-murid binaan Piek yang men-jadikan Kota Tegal sebagai “rumah kedua” mereka. Persahabatan mereka dimulai ketika Piek sering mengulas puisi-puisi para penyair muda kala itu dalam artikel sastra. Berangkat dari itulah lantas muncul hubungan kedekatan yang menghasilkan dibentuknya Komunitas Negeri Poci. Dengan adanya perhelatan ini, tak pelak Kota Tegal telah ikut menorehkan sejarah penting pertumbuhan sastra Indonesia. Dari Negeri Poci sendiri, sampai sekarang sudah memasuki seri ke-enam, dengan subjudul Negeri Laut.

Beberapa waktu lalu, Kota Tegal juga dijadikan sebagai tuan rumah peluncuran buku Puisi Menolak Korupsi. Yang pertama, 2013, dilaksanakan di de-pan gedung DPRD Kota Tegal. Sedangkan yang ke-dua, berpusat di SMK Ihsaniyah. Perhelatan sastra yang menghadirkan puluhan penyair dari berbagai kota di Indonesia, itu tidak lepas dari peran penting Dwi Ery Santoso dan Bontot Sukandar. Keduanya adalah seniman yang sudah mengakrabi dunia kese-nian sejak usia muda. Setelah hengkang dari Teater Puber, Dwi Ery Santoso mendirikan Teater Massa Hisbuma, dan Bontot membentuk Teater Wong Indonesia bersama Enthieh Mudakir dan Michael Gunadi Widjaya. Di kala gairah sastra Kota Tegal mulai meluruh, Dwi Ery dan Bontot Sukandarlah orangnya yang membangkitkan melalui pelatihan,

workshop, pertunjukan-pertunjukan seni baca puisi dan festival baca puisi. Bontot yang menjabat seba-gai anggota Komite Teater Dewan Kesenian Jawa Tengah, ini melalui kelompoknya, Komunitas Kata Hati, cukup rajin mementaskan musik puisi di ber-bagai kota antara lain di Taman Mini Indonesia Indah, Taman Budaya Jawa Tengah, dan Rumah Budaya Tembi Yogyakarta. Sedangkan Ery dikenal sebagai ibu kandung deklamator muda di Kota Tegal.

Satu nama yang juga merupakan bagian penting dari Teater RSPD adalah YY Haryo Guritno. Selain menulis cerpen yang dipublikasikan ke berbagai media massa dan dicetak dalam bentuk antologi, dia adalah penulis naskah sejumlah film pendek yang memiliki kemampuan manajerial setiap pertunjukan Teatar RSPD. YY, meskipun tidak dikenal sebagai penyair, dia menunjukkan kemampuannya dalam membacakan puisi-puisi. Setelah pensiun dari Kantor Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kota Tegal, kini dia mengajar di Politeknik Harapan Bersama.

Di ranah musik, tak mungkin saya abai pada na-ma Nurngudiono. Lelaki tinggi besar ini, pada tahun 1996 mendirikan Kelompok Musik Sastra Warung Tegal (KMSWT). Yang digeluti kali pertama memang seni tari, namun dia menjatuhkan pilihan-nya pada musik, meskipun dia tetap melibatkan kandungan sastra di dalamnya. Bersama KMSWT, Nurngudiono telah mempelopori berkembangnya musik bernuansa Tegal. Beberapa album yang telah diluncurkan antara lain Kembang Geni, Babon Ngoyok-oyok Jago, dan Dolanan Rakyat. Kelompok ini pernah dijadikan objek penelitian oleh indone-sianis asal Australia, Richard Curtis. Nurngudiono juga merupakan pencipta lagu bertema kebersihan lingkungan, Tegal Keminclong Moncer Kotane yang hingga sekarang masih terdengar di radio-radio.

Satu lagi nama yang perlu saya apresiasi adalah Rudi Iteng. Debutnya sebagai teaterawan memang baru mulai tahun 2003. Namun sejak SMA kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, dia sudah mengakrabi dunia teater. Sebagai aktor dan sutradara, sudah puluhan naskah dia garap. Bersama kelompoknya, Teater Qi, Rudi Iteng juga pernah menerima hibah seni dari Yayasan Kelola dan berhasil menjalin kerjasama dengan Teater Embasy Belanda yang kemudian melahirkan pertunjukan keliling di berbagai kota di Indonesia. Rudi yang berprofesi sebagai guru SMA ini, berhasil meyakinkan kepada kepala sekolah bahwa teater dapat dijadikan landasan pendidikan siswa-siswi. Setiap tahun, Rudi menggelar festival teater berskala provinsi, menjadi juri, dan diundang untuk melatih dalam workshop teater.

Itulah peran penting para seniman Kota Tegal dalam ikut mewarnai dunia kesenian, yang juga me-ngantarkan Kota Tegal dikenal di mana-mana. Baik melalui perhelatan kesenian yang diselenggarakan di Kota Tegal maupun melalui karya-karya yang di-hasilkan oleh para senimannya, mengokohkan kota ini sebagai “tempat pembaptisan” para seniman Indonesia. Berita sebuah surat kabar tahun 2014 lalu bahkan menyebutkan, “Tegal adalah ibukota penyair Indonesia”. Ya, seniman, tanpa harus mengacu kepada tugas pokok dan fungsinya, telah melaksanakan perannya sebagai bagian masyarakat yang juga punya kewajiban ikut menyukseskan pembangunan dalam bidang seni-budaya. Semoga tulisan ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi siapa saja.

Dan di hari ulang tahun Kota Tegal ini saya ber-harap Pemerintah Kota Tegal lebih memberi ruang kepada para seniman dan pegiat seni, tidak hanya untuk mengisi acara-acara yang sudah menjadi agenda pemerintah kota. Bukan pula sekedar mendistribusikan sejumlah dana untuk pembiayaan acara kesenian, tetapi melibatkan seniman dalam perencanaan pembangunan kota. Sehingga perencanaan dan pembangunan kota tak lagi kaku dan berdasar teknik semata, tetapi juga artistik dan estetik. Sehingga perencanaan dan pembangunan kota tak lagi kaku dan berdasar teknik semata, tetapi juga artistik dan estetik.

Akhirnya saya berharap Kota Tegal semakin yahud..! Dirgahayu Kota Tegal..! g

Penulis: Joshua IghoPegiat kajian sastra dan musikalisasi puisi

di Akademi Kebudayaan Tegal

Kota Tegal kembali merayakan ulang tahunnya. Dan wajah kota terus berubah, meski karakteristik masyarakatnya tak pernah terpengaruh oleh apapun.

utamawarta

10 WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal potensi11

ntuk memperoleh kroto dan bisa dipanen yakni dari telur sampai menjadi pupa akan memakan waktu se-Ulama 21 hari, lebih dari itu maka akan menetas menja-

di semut. Akan tetapi, dibudidaya kroto tidak ada kata gagal panen. Tidak ada yang rugi ketika melebihi waktu 21 hari kare-na telur sudah terlanjur menjadi semut. Semut-semut kecil ini nantinya bisa menjadi bakal bibit semut kroto ketika usianya sudah 5 bulan. Pembudidaya bisa menjualnya sebagai bibitan. Meski terbilang baru mencoba membudidaya kroto sejak 2 bu-lan yang lalu, namun Irfan mengakui mendapatkan panen yang lumayan. Untuk per toples sarang semut bisa menghasil-kan 0,5 ons kroto. Semakin banyak jumlah toples sarang, maka akan semakin banyak pula hasil panennya. Dari 100 toples sarang, Irfan kini menambah jumlah toples hingga mencapai jumlah 300 toples. Dari 300 toples ini, dalam sekali panen bisa mendapatkan 15 kg kroto.

Selama pemeliharaannya, semut kroto tidak begitu me-repotkan. Setelah pemilihan tempat yang dirasa cukup sejuk, rak kayu yang di setiap kaki-kakinya dicelupkan ke dalam em-ber berisi oli bekas untuk menghindari predator dan semut lain, selanjutnya pemeliharaan semut kroto hanya memberi-kan makanan dan nutrisi yang dibutuhkan. Makanan favorit

semut kroto adalah serangga dan air gula. Dalam sebulan Irfan menyediakan 4–5 kg gula pasir dan jangkrik ataupun ulat hongkong. Harga gula pasir perkilonya seharga Rp. 8.700,- sedangkan jangkrik untuk sebulan Irfan menghabiskan Rp. 40 ribu.

Pria yang masih menjadi guru wiyata bhakti di SD Negeri Debong Wetan 1 ini mengungkapkan mendapatkan untung yang lumayan meski budidaya kroto hanya sebagai usaha sam-pingan. Tidak perlu harus mempromosikan secara berlebihan. Pembudidaya bisa langsung mendatangi kios pakan burung yang kebanyakan tidak pernah menolak jika ditawari kroto. Bayangkan saja untuk harga perkilo kroto dari pembudidaya ke kios pakan burung mencapai Rp 210 ribu. Sedangkan para pe-milik kios pakan burung jika dijual eceran, perkilo kroto yang dihabiskan bisa terjual seharga Rp. 300 ribu. Jika dalam sebu-lan semut kroto mampu di panen dua kali, maka omset yang didapat bisa mencapai 1 juta lebih. Untuk konsumen sendiri menurut Irfan masih sebatas wilayah Tegal saja. Seperti bebe-rapa pemilik kios pakan burung di wilayah Suradadi, Dampyak dan Debong Tengah. Irfan berharap usaha budidaya krotonya akan terus berkembang. Bahkan dirinya siap berbagi ilmu jika ada yang ingin membuka usaha semut kroto. g

erbagai jenis wirausaha di Kota Tegal su-dah banyak bermunculan. Bidang usaha Byang umum dijumpai di tengah masyara-

kat adalah kuliner, kue, kerajinan tangan, batik, dan usaha-usaha lainnya. Kini di kota Tegal telah hadir potensi usaha budidaya baru, yaitu peter-nakan semut sebagai penghasil kroto (telur se-mut).

Banyak orang mengkesampingkan kroto, namun bila kita cermati kroto merupakan salah satu jenis makanan burung yang selalu dicari para kicau mania agar burungnya tetap sehat dan terus berkicau. Bayangkan saja, harga kroto yang ada di pasaran sekarang lumayan mahal. Apalagi ketika musim hujan tiba, banyak pencari kroto mengeluh karena tidak banyak kroto yang didapat, atau bahkan saat musim hujan tiba ti-dak ada sarang-sarang semut karena pepohonan yang selalu basah. Akibatnya di kios-kios pasar burung stok kroto pun kosong, kalaupun ada jumlahnya tidak banyak dan dijual dengan harga yang fantastis. Untuk setengah ons kroto saja

bisa tembus Rp 10 ribu hingga 15 ribu rupiah. Namun bagi para kicau mania, kroto wajib

didapatkan agar burungnya terus berkicau. Kroto diyakini merupakan makanan pendongkrak sta-mina burung agar lebih rutin bernyanyi. Mereka rela membeli kroto meski harganya mahal demi burung kesayangan mereka.

Ini menjadi peluang usaha yang menjanji-kan. Bisa kita perhitungkan, sejauh mana hasil mencari kroto alam jika dibandingkan dengan kroto yang dibudidaya. Pertanyaan lain adalah apakah di luar akan selalu tersedia kroto semen-tara para pencari kroto terus menerus membu-runya. Dampaknya kroto liar akan semakin habis, ekosistem dan rantai makanan tentunya rusak jika dibiarkan terus menerus tanpa adanya budi-daya. Dengan membudidaya, tentu para kicau mania tidak merasa kebingungan, karena kroto akan terus ada, entah musim hujan maupun panas. Selain itu, kroto-kroto alam tetap ada di pepohonan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan. g

Kroto, Potensi Usaha yang Perlu Dikembangkan

Kroto, Potensi Usaha yang Perlu Dikembangkan

Berwirausaha tidak hanya terpaku pada satu dua jenis usaha saja, tetapi sejauh mana sesuatu berpeluang mendapat penghasilan yang lumayan, itu juga bisa menjadi lahan usaha.

Penulis: Cahya Kamandhanu

Penulis: Roniyanto, A.Md.udidaya kroto tidak sesulit yang diba-yangkan dan tidak memakan tempat Byang luas. Ini bisa menjadi usaha

sampingan yang sangat menjanjikan. Seperti yang saat ini dilakoni Muhammad Irfan Fauzi (24) warga jalan Nyi Ageng Serang No 77 Ke-lurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. Awalnya pria yang memiliki usa-ha sampingan kelilingan gas 3 kg ini kerap menjumpai kios-kios pakan burung selalu kehabisan kroto. Dari sinilah ide itu muncul untuk berjualan kroto. Bermodal pengetahu-annya tentang internet dan browsing, mem-pertemukannya dengan salah seorang pem-budidaya kroto di wilayah Yogyakarta. Men-jajaki usaha pertamanya, Irfan memulai de-ngan menjadi agen bibit kroto untuk wilayah Tegal dan sekitarnya. Per toples bibit kroto dijual eceran seharga Rp. 50 ribu. Lambat laun, Irfan mulai mempelajari siklus hidup semut hingga mampu menghasilkan kroto.

Sembari mempelajari proses budidaya kroto, pria lajang lulusan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menabung dari hasil penjualan bibit-bibit kroto. Hasilnya untuk membeli perlengkapan untuk budidaya, seperti rak kayu, bibit semut dan membuat ruangan khusus ukuran 2x3 meter menggu-nakan geribik yang dibuatnya di samping rumah di bawah pohon mangga. Pasalnya, untuk budidaya semut kroto hal utama yang perlu dilakukan adalah kondisi lahan harus benar-benar nyaman untuk semut yakni cen-derung berhawa sejuk dengan s

agar semut merasa berada di habitatnya dan tidak pergi meninggalkan toplesnya. Tetapi sebaliknya, jika lahan atau tempat untuk membudidaya semut kroto tidak ada pene-duh atau panas maka semut bisa stress dan

irkulasi uda-ra lancar dan 70% gelap. Hal ini diperlukan

pergi meninggalkan sarangnya (toples) bahkan mati.

Tegal yang dikenal panas, menjadi tan-tangan tersendiri bagi Irfan hingga menyia-satinya dengan membuat ruangan kecil yang ditempatkan berada di bawah pohon mang-ga. Setelah pemilihan dan pembuatan tem-pat sudah selesai, selanjutnya sebagai tahap awal Irfan membudidaya 100 toples bibit semut. Bibit ini ia beli dari hasil menabung-nya. Hasil pembelajarannya mengenai budi-daya kroto membuat Irfan memahami siklus hidup semut kroto. Untuk memperoleh kro-to, dimulai dari semut kroto yang berusia mapan dan sudah kawin akan bertelur terle-bih dahulu. Kemudian menjadi larva lalu menjadi pupa dan akhirnya menjadi semut kecil. Pupa dan larva inilah yang kemudian disebut sebagai kroto.

Ada empat jenis komponen semut pa-da budidaya kroto ini, yakni pejantan, betina, calon ratu dan ratu. Pejantan bertugas me-ngawini betina atau ratunya, setelah itu akan mati. Semut pejantan memiliki ciri khusus berwarna hitam dan bersayap, sedangkan semut betina berwarna merah. Semut betina akan terus bertelur ketika sudah mapan usia-nya dan dikawini pejantan. Adapun calon ratu, tubuhnya berwana hijau, bersayap na-mun tidak produktif. Dalam hal ini calon ratu tidak selalu menjadi ratu tetapi tergantung dari koloni itu sendiri. Calon ratu yang tidak menjadi ratu akan mati termakan oleh semut-semut lainnya. Sedangkan calon ratu yang berhasil menjadi ratu ditandai dengan perubahan tubuh berwarna cokelat kehitam-an dan tanpa sayap. Ratu akan selalu dikeru-buti oleh semut lain karena proses hidupnya dilayani oleh semut-semut lainnya atau semut pekerja. g

Cara Budidaya Kroto

Pasar Sumurpanggang

Rencana Pasar Kraton dan Kejambon

Pasar Krandon

Prospektif

alah satu pembangunan yang dilakukan walikota adalah pembangunan di bidang Sperdagangan. Kapala Dinas Koperasi,

UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tegal, Khaerul Huda menyampaikan dari sisi PDRB, sektor perdagangan dan jasa penyum-bang besar pendapatan daerah. Realiasi Pen-dapatan Asli Daerah Kota Tegal Periode TA. 2012 sebesar Rp 3.872.809.403 (109,87%), realisasi pendapatan tahun 2013 sebesar Rp. 4.274.329.418 (109,07%) dan realisasi pen-dapatan tahun 2014 sebesar Rp. 4.339.167.018 (108%). Berdasarkan data ter-sebut, maka realisasi pendapatan setiap ta-hun rata-rata melampaui target sebesar 9%, sedangkan kenaikan perdapatan per tahun rata-rata sebesar 5%.

Keberadaan pasar tradisional yang dike-lola oleh Pemkot Tegal disamping sebagai sa-

lah satu penunjang perekonomian daerah, ju-ga sebagai penunjang peningkatan Pendapat-an Asli Daerah (PAD) dari penerimaan retri-busi pasar. Retribusi adalah pungutan yang dibebankan kepada masyarakat karena telah mendapatkan imbal balik pelayanan (Peme-rintah), dengan demikian retribusi yang ter-pungut dari masyarakat pedagang pasar, di-respon Pemkot Tegal dengan pelayanan yang layak, yaitu melalui peningkatan pelayanan pasar yang baik, meliputi evaluasi lokasi pasar dan kondisi sarana prasarana pasar yang re-presentatif. Untuk tahun 2014 yang diperba-iki adalah Pasar Sumurpanggang dan Pasar Krandon. Kedua kegiatan tersebut bersumber anggaran DAK Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan dana pendamping dari APBD Kota Tegal sebesar 10 persen dari DAK. g

Benahi Pasar, Tingkatkan Kenyamanan

Benahi Pasar, Tingkatkan Kenyamanan

Sudah satu tahun Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno memimpin Kota Tegal. Berbagai kebijakan dilakukan untuk memajukan kota dan

masyarakatnya, sesuai dengan visi Walikota yakni “Terwujudnya Kota Tegal yang Sejahtera dan Bermartabat Berbasis Pelayanan Prima”.

edangkan Pasar Krandon juga menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana pendampingan APBD SKota Tegal sebesar 10 persen dari DAK dengan pagu

anggaran Rp 583.267.000,- sedangkan kontraknya Rp. 508.508.000. Pembangunan kembali Pasar Krandon dila-kukan selama 120 hari kalender yang dilakukan oleh CV Tegal Keminclong Tegal sejak tanggal 22 Agustus 2014 hingga 18 Desember 2014.

Kedua pasar tersebut telah selesai pembangunan-nya 100 persen sesuai dengan kontrak, RAB, gambar dan speknya. Berdasarkan nilai kontrak tersebut diatas jika di-bandingkan dengan pagu anggaran maka pada tahun ang-garan 2014 untuk kegiatan pengembangan dan distribusi barang produk ada sisa dari pagu anggaran sebesar Rp 180.022.000,-. Selanjunya pada tahun anggran 2015 sisa pagu anggaran tersebut diluncurkan kembali untuk penye-diaan pasar darurat untuk mendukung rencana pemba-ngunan Pasar Kraton.

Dalam proses pembangunan kembali Pasar Sumur-enurut Kepala Bidang Pasar Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tegal, MFahrudin, Pemkot Tegal telah mengevaluasi bebera-

pa pasar di Kota Tegal sudah tidak layak. Misalnya di Pasar Sumurpanggang atapnya rusak, sehingga saat hujan turun, bocor dan lantai menjadi basah tergenang air serta becek karena kondisi pasar yang berada di bawah median jalan. Saat siang hari suasana pasar cukup panas karena atap yang terlalu pendek. Saluran pembuangan limbah pasar juga kurang terbu-ang dengan baik, alhasil menimbulkan bau tak sedap yang menggangu kenyamanan. Keadaan tersebut diperparah lagi dengan letak pasar yang lebih rendah jika dibandingkan de-ngan ruas jalan Dr Cipto Mangunkusumo. Kondisi ini dikha-watirkan akan mengurangi minat masyarakat untuk berbe-lanja di pasar tradisional.

Perbaikan dilakukan untuk menata kembali kondisi pasar yang tidak layak menjadi bangunan pasar yang nyaman dan enak untuk bertransaksi bagi pedagang dengan konsumen atau pembeli. Selain itu, dengan kondisi bangunan lama, perlu biaya pemeliharaan yang cukup tinggi. Bila biaya pemelihara-an lebih besar dibandingkan dengan pendapatan pasar, ibarat besar pasak dari pada tiang sehingga terjadi in-efisiensi. Pere-majaan pasar dipandang perlu dengan harapan pasar lebih re-presentatif

Untuk Pasar Sumurpanggang menggunakan DAK sebe-sar Rp 1.452.760.000,- dan dana pendampingan APBD Kota Tegal sebesar 10 % atau Rp 145.276.000,-. Sedangkan Pagu anggaran untuk pembangunannya sebesar Rp 1.014.769.000 dengan nilai kontrak Rp. 909.506.000 yang dilaksanakan CV Dwi Utama Tegal selama 150 hari kalender terhitung mulai tanggal 23 Juli 2014 hingga 19 Desember 2014.

ahrudin menambahkan, di tahun 2015 Pemkot Tegal merencanakan revitalisasi Pasar Kraton yang juga Fmenggunakan DAK dan pendampingan APBD sebesar

10%. Pagu anggaran yang tersedia untuk pembangunan Pasar Kraton Rp 1.291.780.000,-. Proses pembangunan Pasar Kra-ton masih pada tahap penyusunan DED. Salah satu kendala dalam pembangunan pasar Kraton adalah status tanahnya yang belum jelas. Oleh karena itu Pemkot Tegal dalam hal ini Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Tegal sudah berupaya untuk mensertifikatkan tanah tersebut. Proses persertifikatan sedang dalam proses di BPN.

Di tahun–tahun mendatang guna meningkatkan pela-yanan kepada masyarakat khususnya pedagang dan pengun-jung pasar, Pemkot Tegal melakukan revitalisasi pasar-pasar tradisional. Salah satu pasar yang perlu direvitalisasi adalah pasar Kejambon yang lokasinya sangat strategis. Namun, ke-beradaan pasar tersebut dinilai sebagai salah satu penyebab kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu Pasar Kejambon pen-ting dan mendesak untuk direvitalisasi. Harapannya dengn revitalisasi tersebut ke depan Pasar Kejambon bisa menjadi salah satu ikon Kota Tegal karena berada pada pintu masuk Kota Tegal bila dibuat bagus.

Tahun 2013 sudah dilakukan kajian untuk Pasar Kejam-bon dengan tiga alternatif yang akan dilakukan untuk Pasar

Kejambon. Alternatif pertama Pasar Kejambon dipindahkan ke Pasar Langon. Alternatif kedua Pengembangan Pasar ke arah timur atau memperluas area pasar dengan konsekuensi pembebasan tanah milik warga seluas 1000 meter persegi, kemudian alternatif terakhir pengembangan pasar secara vertikal dua lantai.

Pada tahun 2014 telah disusun DED pembangunan Pasar Kejambon. Dari DED tersebut dapat disimpulkan bebe-rapa hal sebagai berikut;1. Biaya yang diperlukan untuk pembanguan Pasar Kejambon

sebesar Rp 3.692.129.000,-2. Bangunan terdiri atas dua lantai (tanpa pengembangan dan

pembebasan lahan). lantai 1 untuk pedangan kios sebanyak 13 unit, tempat parkir motor, mobil, sepeda serta tempat bongkat muat. Lantai 2 untuk kantor pasar sebanyak 1 unit, los 184 unit serta pedagang tebokan 80 orang.

Program revitalisasi pasar tradisional yang dilaksana-kan oleh Pemkot Tegal melalui dana alokasi khusus dan dana pendampingan juga merupakan salah satu upaya dalam men-dorong percepatan pembangunan di daerah. Pertumbuhan ekonomi di daerah akan memperkuat sektor perdagangan dan meningkatkan daya saing pasar domestik. Hal ini sangat pen-ting dalam menghadapi tantangan dan kompetisi global yang semakin ketat. g

panggang, pihak Dinkop UMKM Perindag merelokasi para pedagang ke tempat sementara yang berlokasi di Lapangan Sumurpangang. Ada 215 pedagang yang direlokasi. Sedangkan selama proses pembangunan kembali Pasar Krandon, pedagang direlokasi di sekitar pasar dengan menutup jalan selama operasional pasar hingga pukul 10 hingga 11 siang. Jalan tersebut dibuat lapak-lapak untuk berjualan bagi 110 orang pedagang. g

utamawarta

10 WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegal potensi11

ntuk memperoleh kroto dan bisa dipanen yakni dari telur sampai menjadi pupa akan memakan waktu se-Ulama 21 hari, lebih dari itu maka akan menetas menja-

di semut. Akan tetapi, dibudidaya kroto tidak ada kata gagal panen. Tidak ada yang rugi ketika melebihi waktu 21 hari kare-na telur sudah terlanjur menjadi semut. Semut-semut kecil ini nantinya bisa menjadi bakal bibit semut kroto ketika usianya sudah 5 bulan. Pembudidaya bisa menjualnya sebagai bibitan. Meski terbilang baru mencoba membudidaya kroto sejak 2 bu-lan yang lalu, namun Irfan mengakui mendapatkan panen yang lumayan. Untuk per toples sarang semut bisa menghasil-kan 0,5 ons kroto. Semakin banyak jumlah toples sarang, maka akan semakin banyak pula hasil panennya. Dari 100 toples sarang, Irfan kini menambah jumlah toples hingga mencapai jumlah 300 toples. Dari 300 toples ini, dalam sekali panen bisa mendapatkan 15 kg kroto.

Selama pemeliharaannya, semut kroto tidak begitu me-repotkan. Setelah pemilihan tempat yang dirasa cukup sejuk, rak kayu yang di setiap kaki-kakinya dicelupkan ke dalam em-ber berisi oli bekas untuk menghindari predator dan semut lain, selanjutnya pemeliharaan semut kroto hanya memberi-kan makanan dan nutrisi yang dibutuhkan. Makanan favorit

semut kroto adalah serangga dan air gula. Dalam sebulan Irfan menyediakan 4–5 kg gula pasir dan jangkrik ataupun ulat hongkong. Harga gula pasir perkilonya seharga Rp. 8.700,- sedangkan jangkrik untuk sebulan Irfan menghabiskan Rp. 40 ribu.

Pria yang masih menjadi guru wiyata bhakti di SD Negeri Debong Wetan 1 ini mengungkapkan mendapatkan untung yang lumayan meski budidaya kroto hanya sebagai usaha sam-pingan. Tidak perlu harus mempromosikan secara berlebihan. Pembudidaya bisa langsung mendatangi kios pakan burung yang kebanyakan tidak pernah menolak jika ditawari kroto. Bayangkan saja untuk harga perkilo kroto dari pembudidaya ke kios pakan burung mencapai Rp 210 ribu. Sedangkan para pe-milik kios pakan burung jika dijual eceran, perkilo kroto yang dihabiskan bisa terjual seharga Rp. 300 ribu. Jika dalam sebu-lan semut kroto mampu di panen dua kali, maka omset yang didapat bisa mencapai 1 juta lebih. Untuk konsumen sendiri menurut Irfan masih sebatas wilayah Tegal saja. Seperti bebe-rapa pemilik kios pakan burung di wilayah Suradadi, Dampyak dan Debong Tengah. Irfan berharap usaha budidaya krotonya akan terus berkembang. Bahkan dirinya siap berbagi ilmu jika ada yang ingin membuka usaha semut kroto. g

erbagai jenis wirausaha di Kota Tegal su-dah banyak bermunculan. Bidang usaha Byang umum dijumpai di tengah masyara-

kat adalah kuliner, kue, kerajinan tangan, batik, dan usaha-usaha lainnya. Kini di kota Tegal telah hadir potensi usaha budidaya baru, yaitu peter-nakan semut sebagai penghasil kroto (telur se-mut).

Banyak orang mengkesampingkan kroto, namun bila kita cermati kroto merupakan salah satu jenis makanan burung yang selalu dicari para kicau mania agar burungnya tetap sehat dan terus berkicau. Bayangkan saja, harga kroto yang ada di pasaran sekarang lumayan mahal. Apalagi ketika musim hujan tiba, banyak pencari kroto mengeluh karena tidak banyak kroto yang didapat, atau bahkan saat musim hujan tiba ti-dak ada sarang-sarang semut karena pepohonan yang selalu basah. Akibatnya di kios-kios pasar burung stok kroto pun kosong, kalaupun ada jumlahnya tidak banyak dan dijual dengan harga yang fantastis. Untuk setengah ons kroto saja

bisa tembus Rp 10 ribu hingga 15 ribu rupiah. Namun bagi para kicau mania, kroto wajib

didapatkan agar burungnya terus berkicau. Kroto diyakini merupakan makanan pendongkrak sta-mina burung agar lebih rutin bernyanyi. Mereka rela membeli kroto meski harganya mahal demi burung kesayangan mereka.

Ini menjadi peluang usaha yang menjanji-kan. Bisa kita perhitungkan, sejauh mana hasil mencari kroto alam jika dibandingkan dengan kroto yang dibudidaya. Pertanyaan lain adalah apakah di luar akan selalu tersedia kroto semen-tara para pencari kroto terus menerus membu-runya. Dampaknya kroto liar akan semakin habis, ekosistem dan rantai makanan tentunya rusak jika dibiarkan terus menerus tanpa adanya budi-daya. Dengan membudidaya, tentu para kicau mania tidak merasa kebingungan, karena kroto akan terus ada, entah musim hujan maupun panas. Selain itu, kroto-kroto alam tetap ada di pepohonan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan. g

Kroto, Potensi Usaha yang Perlu Dikembangkan

Kroto, Potensi Usaha yang Perlu Dikembangkan

Berwirausaha tidak hanya terpaku pada satu dua jenis usaha saja, tetapi sejauh mana sesuatu berpeluang mendapat penghasilan yang lumayan, itu juga bisa menjadi lahan usaha.

Penulis: Cahya Kamandhanu

Penulis: Roniyanto, A.Md.udidaya kroto tidak sesulit yang diba-yangkan dan tidak memakan tempat Byang luas. Ini bisa menjadi usaha

sampingan yang sangat menjanjikan. Seperti yang saat ini dilakoni Muhammad Irfan Fauzi (24) warga jalan Nyi Ageng Serang No 77 Ke-lurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. Awalnya pria yang memiliki usa-ha sampingan kelilingan gas 3 kg ini kerap menjumpai kios-kios pakan burung selalu kehabisan kroto. Dari sinilah ide itu muncul untuk berjualan kroto. Bermodal pengetahu-annya tentang internet dan browsing, mem-pertemukannya dengan salah seorang pem-budidaya kroto di wilayah Yogyakarta. Men-jajaki usaha pertamanya, Irfan memulai de-ngan menjadi agen bibit kroto untuk wilayah Tegal dan sekitarnya. Per toples bibit kroto dijual eceran seharga Rp. 50 ribu. Lambat laun, Irfan mulai mempelajari siklus hidup semut hingga mampu menghasilkan kroto.

Sembari mempelajari proses budidaya kroto, pria lajang lulusan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menabung dari hasil penjualan bibit-bibit kroto. Hasilnya untuk membeli perlengkapan untuk budidaya, seperti rak kayu, bibit semut dan membuat ruangan khusus ukuran 2x3 meter menggu-nakan geribik yang dibuatnya di samping rumah di bawah pohon mangga. Pasalnya, untuk budidaya semut kroto hal utama yang perlu dilakukan adalah kondisi lahan harus benar-benar nyaman untuk semut yakni cen-derung berhawa sejuk dengan s

agar semut merasa berada di habitatnya dan tidak pergi meninggalkan toplesnya. Tetapi sebaliknya, jika lahan atau tempat untuk membudidaya semut kroto tidak ada pene-duh atau panas maka semut bisa stress dan

irkulasi uda-ra lancar dan 70% gelap. Hal ini diperlukan

pergi meninggalkan sarangnya (toples) bahkan mati.

Tegal yang dikenal panas, menjadi tan-tangan tersendiri bagi Irfan hingga menyia-satinya dengan membuat ruangan kecil yang ditempatkan berada di bawah pohon mang-ga. Setelah pemilihan dan pembuatan tem-pat sudah selesai, selanjutnya sebagai tahap awal Irfan membudidaya 100 toples bibit semut. Bibit ini ia beli dari hasil menabung-nya. Hasil pembelajarannya mengenai budi-daya kroto membuat Irfan memahami siklus hidup semut kroto. Untuk memperoleh kro-to, dimulai dari semut kroto yang berusia mapan dan sudah kawin akan bertelur terle-bih dahulu. Kemudian menjadi larva lalu menjadi pupa dan akhirnya menjadi semut kecil. Pupa dan larva inilah yang kemudian disebut sebagai kroto.

Ada empat jenis komponen semut pa-da budidaya kroto ini, yakni pejantan, betina, calon ratu dan ratu. Pejantan bertugas me-ngawini betina atau ratunya, setelah itu akan mati. Semut pejantan memiliki ciri khusus berwarna hitam dan bersayap, sedangkan semut betina berwarna merah. Semut betina akan terus bertelur ketika sudah mapan usia-nya dan dikawini pejantan. Adapun calon ratu, tubuhnya berwana hijau, bersayap na-mun tidak produktif. Dalam hal ini calon ratu tidak selalu menjadi ratu tetapi tergantung dari koloni itu sendiri. Calon ratu yang tidak menjadi ratu akan mati termakan oleh semut-semut lainnya. Sedangkan calon ratu yang berhasil menjadi ratu ditandai dengan perubahan tubuh berwarna cokelat kehitam-an dan tanpa sayap. Ratu akan selalu dikeru-buti oleh semut lain karena proses hidupnya dilayani oleh semut-semut lainnya atau semut pekerja. g

Cara Budidaya Kroto

Pasar Sumurpanggang

Rencana Pasar Kraton dan Kejambon

Pasar Krandon

Prospektif

alah satu pembangunan yang dilakukan walikota adalah pembangunan di bidang Sperdagangan. Kapala Dinas Koperasi,

UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tegal, Khaerul Huda menyampaikan dari sisi PDRB, sektor perdagangan dan jasa penyum-bang besar pendapatan daerah. Realiasi Pen-dapatan Asli Daerah Kota Tegal Periode TA. 2012 sebesar Rp 3.872.809.403 (109,87%), realisasi pendapatan tahun 2013 sebesar Rp. 4.274.329.418 (109,07%) dan realisasi pen-dapatan tahun 2014 sebesar Rp. 4.339.167.018 (108%). Berdasarkan data ter-sebut, maka realisasi pendapatan setiap ta-hun rata-rata melampaui target sebesar 9%, sedangkan kenaikan perdapatan per tahun rata-rata sebesar 5%.

Keberadaan pasar tradisional yang dike-lola oleh Pemkot Tegal disamping sebagai sa-

lah satu penunjang perekonomian daerah, ju-ga sebagai penunjang peningkatan Pendapat-an Asli Daerah (PAD) dari penerimaan retri-busi pasar. Retribusi adalah pungutan yang dibebankan kepada masyarakat karena telah mendapatkan imbal balik pelayanan (Peme-rintah), dengan demikian retribusi yang ter-pungut dari masyarakat pedagang pasar, di-respon Pemkot Tegal dengan pelayanan yang layak, yaitu melalui peningkatan pelayanan pasar yang baik, meliputi evaluasi lokasi pasar dan kondisi sarana prasarana pasar yang re-presentatif. Untuk tahun 2014 yang diperba-iki adalah Pasar Sumurpanggang dan Pasar Krandon. Kedua kegiatan tersebut bersumber anggaran DAK Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan dana pendamping dari APBD Kota Tegal sebesar 10 persen dari DAK. g

Benahi Pasar, Tingkatkan Kenyamanan

Benahi Pasar, Tingkatkan Kenyamanan

Sudah satu tahun Walikota Tegal Hj. Siti Masitha Soeparno memimpin Kota Tegal. Berbagai kebijakan dilakukan untuk memajukan kota dan

masyarakatnya, sesuai dengan visi Walikota yakni “Terwujudnya Kota Tegal yang Sejahtera dan Bermartabat Berbasis Pelayanan Prima”.

edangkan Pasar Krandon juga menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan dana pendampingan APBD SKota Tegal sebesar 10 persen dari DAK dengan pagu

anggaran Rp 583.267.000,- sedangkan kontraknya Rp. 508.508.000. Pembangunan kembali Pasar Krandon dila-kukan selama 120 hari kalender yang dilakukan oleh CV Tegal Keminclong Tegal sejak tanggal 22 Agustus 2014 hingga 18 Desember 2014.

Kedua pasar tersebut telah selesai pembangunan-nya 100 persen sesuai dengan kontrak, RAB, gambar dan speknya. Berdasarkan nilai kontrak tersebut diatas jika di-bandingkan dengan pagu anggaran maka pada tahun ang-garan 2014 untuk kegiatan pengembangan dan distribusi barang produk ada sisa dari pagu anggaran sebesar Rp 180.022.000,-. Selanjunya pada tahun anggran 2015 sisa pagu anggaran tersebut diluncurkan kembali untuk penye-diaan pasar darurat untuk mendukung rencana pemba-ngunan Pasar Kraton.

Dalam proses pembangunan kembali Pasar Sumur-enurut Kepala Bidang Pasar Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Tegal, MFahrudin, Pemkot Tegal telah mengevaluasi bebera-

pa pasar di Kota Tegal sudah tidak layak. Misalnya di Pasar Sumurpanggang atapnya rusak, sehingga saat hujan turun, bocor dan lantai menjadi basah tergenang air serta becek karena kondisi pasar yang berada di bawah median jalan. Saat siang hari suasana pasar cukup panas karena atap yang terlalu pendek. Saluran pembuangan limbah pasar juga kurang terbu-ang dengan baik, alhasil menimbulkan bau tak sedap yang menggangu kenyamanan. Keadaan tersebut diperparah lagi dengan letak pasar yang lebih rendah jika dibandingkan de-ngan ruas jalan Dr Cipto Mangunkusumo. Kondisi ini dikha-watirkan akan mengurangi minat masyarakat untuk berbe-lanja di pasar tradisional.

Perbaikan dilakukan untuk menata kembali kondisi pasar yang tidak layak menjadi bangunan pasar yang nyaman dan enak untuk bertransaksi bagi pedagang dengan konsumen atau pembeli. Selain itu, dengan kondisi bangunan lama, perlu biaya pemeliharaan yang cukup tinggi. Bila biaya pemelihara-an lebih besar dibandingkan dengan pendapatan pasar, ibarat besar pasak dari pada tiang sehingga terjadi in-efisiensi. Pere-majaan pasar dipandang perlu dengan harapan pasar lebih re-presentatif

Untuk Pasar Sumurpanggang menggunakan DAK sebe-sar Rp 1.452.760.000,- dan dana pendampingan APBD Kota Tegal sebesar 10 % atau Rp 145.276.000,-. Sedangkan Pagu anggaran untuk pembangunannya sebesar Rp 1.014.769.000 dengan nilai kontrak Rp. 909.506.000 yang dilaksanakan CV Dwi Utama Tegal selama 150 hari kalender terhitung mulai tanggal 23 Juli 2014 hingga 19 Desember 2014.

ahrudin menambahkan, di tahun 2015 Pemkot Tegal merencanakan revitalisasi Pasar Kraton yang juga Fmenggunakan DAK dan pendampingan APBD sebesar

10%. Pagu anggaran yang tersedia untuk pembangunan Pasar Kraton Rp 1.291.780.000,-. Proses pembangunan Pasar Kra-ton masih pada tahap penyusunan DED. Salah satu kendala dalam pembangunan pasar Kraton adalah status tanahnya yang belum jelas. Oleh karena itu Pemkot Tegal dalam hal ini Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Tegal sudah berupaya untuk mensertifikatkan tanah tersebut. Proses persertifikatan sedang dalam proses di BPN.

Di tahun–tahun mendatang guna meningkatkan pela-yanan kepada masyarakat khususnya pedagang dan pengun-jung pasar, Pemkot Tegal melakukan revitalisasi pasar-pasar tradisional. Salah satu pasar yang perlu direvitalisasi adalah pasar Kejambon yang lokasinya sangat strategis. Namun, ke-beradaan pasar tersebut dinilai sebagai salah satu penyebab kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu Pasar Kejambon pen-ting dan mendesak untuk direvitalisasi. Harapannya dengn revitalisasi tersebut ke depan Pasar Kejambon bisa menjadi salah satu ikon Kota Tegal karena berada pada pintu masuk Kota Tegal bila dibuat bagus.

Tahun 2013 sudah dilakukan kajian untuk Pasar Kejam-bon dengan tiga alternatif yang akan dilakukan untuk Pasar

Kejambon. Alternatif pertama Pasar Kejambon dipindahkan ke Pasar Langon. Alternatif kedua Pengembangan Pasar ke arah timur atau memperluas area pasar dengan konsekuensi pembebasan tanah milik warga seluas 1000 meter persegi, kemudian alternatif terakhir pengembangan pasar secara vertikal dua lantai.

Pada tahun 2014 telah disusun DED pembangunan Pasar Kejambon. Dari DED tersebut dapat disimpulkan bebe-rapa hal sebagai berikut;1. Biaya yang diperlukan untuk pembanguan Pasar Kejambon

sebesar Rp 3.692.129.000,-2. Bangunan terdiri atas dua lantai (tanpa pengembangan dan

pembebasan lahan). lantai 1 untuk pedangan kios sebanyak 13 unit, tempat parkir motor, mobil, sepeda serta tempat bongkat muat. Lantai 2 untuk kantor pasar sebanyak 1 unit, los 184 unit serta pedagang tebokan 80 orang.

Program revitalisasi pasar tradisional yang dilaksana-kan oleh Pemkot Tegal melalui dana alokasi khusus dan dana pendampingan juga merupakan salah satu upaya dalam men-dorong percepatan pembangunan di daerah. Pertumbuhan ekonomi di daerah akan memperkuat sektor perdagangan dan meningkatkan daya saing pasar domestik. Hal ini sangat pen-ting dalam menghadapi tantangan dan kompetisi global yang semakin ketat. g

panggang, pihak Dinkop UMKM Perindag merelokasi para pedagang ke tempat sementara yang berlokasi di Lapangan Sumurpangang. Ada 215 pedagang yang direlokasi. Sedangkan selama proses pembangunan kembali Pasar Krandon, pedagang direlokasi di sekitar pasar dengan menutup jalan selama operasional pasar hingga pukul 10 hingga 11 siang. Jalan tersebut dibuat lapak-lapak untuk berjualan bagi 110 orang pedagang. g

12 WARTA BAHARI Edisi Khusus Hari Jadi ke-435 Kota Tegalutamawarta

al ini akan berdampak pada semakin tingginya jumlah penduduk di wilayah Htersebut. Dan problem pemukiman

adalah sebuah keniscayaan yang timbul aki-bat peningkatan jumlah penduduk di wilayah perkotaan, karena jumlah penduduk terus meningkat sementara luas wilayah tetap.

Sehingga yang terjadi adalah semakin menjamurnya kompleks perumahan/permu-kiman baru di pinggiran kota. Bisnis property semakin memantapkan prospeknya, seiring pesatnya kebutuhan masyarakat akan peru-mahan. Lahan-lahan kosong kini berubah menjadi hunian padat, dan daerah yang dulu sepi kini ramai oleh aktifitas penduduk di wilayah pengembangan.

Dalam konteks penanganan masalah

permukiman, pengembangan wilayah melalui kompleks-kompleks perumahan baru bisa menjadi solusi jangka pendek. Tetapi tentu hal ini hanya bisa dijangkau oleh kelompok ma-syarakat middle up. Sementara bagi masyara-kat perkotaan berpenghasilan rendah belum bisa menjangkau peluang itu dan butuh solusi lain. Padahal perumahan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi.

Dan hunian vertikal atau rumah susun merupakan salah satu solusi untuk penangan-an permukiman sekaligus mencegah tum-buhnya permukiman kumuh. Rumah-rumah yang dikelompokkan dalam sebuah bangunan besar, yang mengadopsi konsep apartemen menjadi prioritas pemerintah dalam menga-tasi masalah permukiman perkotaan. Bangun-an besar yang menjulang dengan kapasitas rumah hunian berjumlah, ratusan selain dapat menampung begitu banyak keluarga juga bertujuan untuk efisiensi lahan. g

Pesatnya pembangunan di sebuah kota, mendorong terjadinya urbanisasi yang sulit terkendali.

Penulis: Firman Hadi

Rusunawa, Solusi Problem Permukiman Perkotaan

Rusunawa, Solusi Problem Permukiman Perkotaan

ebagai pengelola Rusunawa, Dinas Pemukiman dan Tata Ruang Kota Tegal menerapkan tarif sewa bagi penghuninya sesuai dengan Surat Keputusan SWalikota Tegal Nomor 874.2/119.C/ 2013. Besaran tarif dibedakan berdasar-

kan masing-masing tingkat/lantai. Semakin tinggi tingkatnya semakin murah. Ketentuan penempatan juga dibedakan berdasarkan usia penghuninya. Penghuni yang berusia diatas 50 tahun ditempatkan di lantai 2. Bagi yang berusia dibawah 50 tahun ditempatkan di lantai 3 sampai lantai 5. Sedang yang berusia di lantai 1 hanya terdapat dua hunian, yang diperuntukkan bagi difabel (penyandang cacat), dan untuk fasilitas umum.

Demi mengatur ketertiban lingkungan rusunawa, pengelola telah memfasilitasi terbentuknya RT dan RW. Saat ini telah terbentuk 4 RT dan 1 RW di lingkungan Rusunawa, yang membawahi 193 Kepala Keluarga. Kepengurusan RT-RW ini pula yang bekerjasama dengan pengelola dalam menjaga ketertiban lingkungan.

Setelah pembangunan tahap 2 rusunawa selesai, Pemerintah Kota Tegal masih akan melanjutkan program perumahan rakyat berupa rusunawa ini. Tahun 2016 Pemerintah Kota Tegal berencana akan membangun kembali rusunawa di wilayah Kecamatan Tegal Selatan. Pembangunan ini dimaksudkan untuk menyediakan kebutuhan papan bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Tegal Selatan. g

Besaran Tarif

Tentang Program Rusunawa

umah Susun Sederhana Sewa (Rusuna-wa) digagas pemerintah melalui RKementerian Perumahan Rakyat yang

sekarang menjadi Kementerian PU dan Perumahan Rakyat. Program Pembangunan Rusunawa yang tercantum dalam RPJMN 2004-2009 mulai dilaksanakan pada tahun 2005. Rusunawa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Pembangunan Rusunawa adalah sinergi pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah melalui Ditjen Cipta Karya menyediakan dana dari APBN untuk pembangunannya dan Pemerintah Kota-Kabupaten menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seper-ti air bersih dan listrik. Oleh karenanya sete-lah Pemerintah Kota/Kabupaten selesai mela-kukan studi tentang kebutuhan perumahan bagi masyarakat, dan mampu menyediakan lahan maka pemerintah siap membangun Rusunawa.

Setelah terbangun Rusunawa, selanjut-nya tahap pengelolaan diserahkan kepada Pemerintah Kota/Kabupaten. Direktorat Jenderal Cipta Karya telah mengeluarkan beberapa ketentuan, antara lain Pengelola Rusunawa menetapkan tarif yang layak kepa-da penghuni Rusunawa, yang ditujukan kepa-da keluarga yang berpenghasilan kurang dari Rp 2 juta. Sedang di Kota Tegal penentuan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah masyarakat berpenghasilan dibawah UMK Kota Tegal. Hal ini untuk mewujudkan lingkungan yang tertata rapih dan tidak

kumuh.Saat ini Kota Tegal telah memiliki dua

twin block (TB) Rusunawa yang berada di Kelurahan Kraton Kecamatan Tegal Barat. Kompleks Rusunawa tersebut berdiri diatas lahan seluas 13.000 m2, saat ini telah dilengkapi dengan jaringan air bersih dari PDAM, Taman Bermain, Areal Parkir dan beberapa Loos yang dipergunakan untuk toko yang menyediakan kebutuhan sehari-hari.Tahun ini Pemerintah Kota Tegal kembali membangun satu twin block Rusunawa di kompleks yang sama. Hal ini terdorong oleh animo masyarakat yang cukup tinggi akan permukiman yang layak. Lokasi Rusunawa yang cukup nyaman menjadi alasan bagi masyarakat yang belum memiliki hunian untuk mendaftar sebagai penghuni baru. Akses jalan yang lebar, dekat dengan pusat keramaian, pasar, sekolah, puskemas adalah daya Tarik Rusunawa Kraton.

Rusunawa tahap pertama yang dibangun pada Tahun 2011-2012 menelan biaya Rp. 25.200.000.000,- yang keseluruhannya bersumber dari APBN. Sedangkan Rusunawa yang saat ini tengah dibangun dianggarkan mencapai Rp. 17.565.740.000,-. Pembangunan yang dimulai pada bulan Desember 2014 tahun ini, direncanakan akan selesai pada bulan Juli 2015. Dan direncakan mulai beroperasi pada 2016, didahului dengan sosialisasi kepada masyarakat dan dilakukan seleksi calon penghuni.

g

Lantai 1

Lantai 2

Lantai 3

Lantai 4

Lantai 5

Ruang Usaha

Ruang Serba Guna

- Non Komersial

- Komersial

Ruang Terbuka

- Non Komersial

- Komersial

Rp. 120.000,-/bulan

Rp. 120.000,-/bulan

Rp. 110.000,-/bulan

Rp. 100.000,-/bulan

Rp. 90.000,-/bulan

2Rp. 2.600,-/m /bulan

2Rp. 200.000,-/m /bulan2Rp. 350.000,-/m /bulan

Rp. 750.000,-/hari

Rp. 1.500.000,-/hari

LOKASI

LOKASI

I. RUANG HUNIAN

II

TARIF

TARIF

II. RUANG BUKU HARIAN