45
APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI PERILAKU MANAJEMEN LABA ? Ine Noviana /NPM: 0911031052/081804657845/ [email protected] Pembimbing I: Susi Sarumpaet, Ph.D., Akt. Pembimbing II: Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt. ABSTRACT This study aims to examine corporate governance on earnings management. Independent variables in this study is the corporate governance structure that is the size of board directors, board of independent commissioners, reputation of auditors, audit committee, and company size. Dependent variable in this study were measured by earnings management using discretionary accruals. The sample in this study were manufacturing companies listed in IDX (Indonesia Stock Exchange) in the period 2009-2011. Methods of data collection using purposive sampling techniques to produce 123 samples of manufacturing firms. This study uses multiple linear regression for data analysis. The results showed that the size of the board of directors, audit committee and company size significantly effect on earnings management. While the independent commissioners and auditor reputation no significant influence earning management. Measurement of the size of the board of directors by adding up all the existing board of directors in the sample company, the board of commissioners of independent measurements using the proportion of the number of commissioners who come from outside the company divided by the total board of commissioners, auditor reputation measurement by using a dummy variable if included in the KAP (Public Accountant Office) Big 4 then it was coded 1 if not included in the KAP Big 4 are coded 0, measurements of the audit committee member sample, and measurement of company size variable by using the natural log of total asset.

APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI PERILAKU MANAJEMEN LABA ?

Ine Noviana /NPM: 0911031052/081804657845/ [email protected] I: Susi Sarumpaet, Ph.D., Akt.Pembimbing II: Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt.

ABSTRACT

This study aims to examine corporate governance on earnings management. Independent variables in this study is the corporate governance structure that is the size of board directors, board of independent commissioners, reputation of auditors, audit committee, and company size. Dependent variable in this study were measured by earnings management using discretionary accruals.

The sample in this study were manufacturing companies listed in IDX (Indonesia Stock Exchange) in the period 2009-2011. Methods of data collection using purposive sampling techniques to produce 123 samples of manufacturing firms. This study uses multiple linear regression for data analysis.

The results showed that the size of the board of directors, audit committee and company size significantly effect on earnings management. While the independent commissioners and auditor reputation no significant influence earning management. Measurement of the size of the board of directors by adding up all the existing board of directors in the sample company, the board of commissioners of independent measurements using the proportion of the number of commissioners who come from outside the company divided by the total board of commissioners, auditor reputation measurement by using a dummy variable if included in the KAP (Public Accountant Office) Big 4 then it was coded 1 if not included in the KAP Big 4 are coded 0, measurements of the audit committee member sample, and measurement of company size variable by using the natural log of total asset.

Keywords : corporate governance, earnings management, size of board directors, board of independent commissioners, reputation of auditors, audit committee, and company size.

Page 2: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah penerapan corporate

governance dapat meminimalisasi perilaku manajemen laba. Isu mengenai corporate

governance (CG) atau tata kelola perusahaan telah menjadi salah satu elemen penting

perusahaan dalam mewujudkan tujuan perusahaan (corporate goals). Perkembangan

ini muncul sebagai reaksi terhadap berbagai kegagalan korporasi (corporate failures)

sebagai akibat dari buruknya tata kelola perusahaan.

Boediono (2005) adalah salah satu penelitian yang menyatakan pada tahun 2001

terungkap skandal keuangan di perusahaan publik PT Lippo Tbk dan PT Kimia

Farma Tbk yang terdeteksi melakukan manipulasi laporan keuangan. Surat

pernyataan yang diterbitkan oleh BAPEPAM pada 8 Nopember 2004 menyatakan

bahwa PT. Indofarma melakukan praktik earning management dengan menyajikan

overstated laba bersih sebagai dampak dari penilaian persediaan barang dalam proses

yang lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga pokok penjualan tahun

tersebut understated. Andika (2012) menyatakan pada tahun 2009 terungkap kasus

PT Katarina Utama Tbk (RINA) dilaporkan oleh para pemegang saham, karena telah

terjadi penyimpangan dana hasil IPO yang dilakukan oleh manajemen RINA. Kasus

tersebut akhirnya dilimpahkan oleh BEI kepada BAPEPAM untuk ditindak lanjuti.

Penelitian Alijoyo et al (2004) merupakan salah satu penelitian yang menunjukkan

lemahnya praktik corporate governance di Indonesia mengarah pada defisiensi

pembuatan keputusan dalam perusahaan dan tindakan perusahaan. Semakin baik

penerapan corporate governance maka diharapkan akan mengurangi praktik

manajemen laba sehingga laporan keuangan semakin bisa dipercaya.

Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani Letter of Intent

(LoI) dengan International Monetary Fund (IMF) yang salah satu bagian pentingnya

adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan (corporate

governance). Salah satu penyebab kondisi ini adalah kurangnya penerapan corporate

governance. Pemerintah membentuk sebuah Komite Nasional Kebijakan Governance

Page 3: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

(KNKG) yang didirikan pada tanggal 30 November 2004 berdasarkan keputusan

Menko Perekonomian nomor KEP/49/M.EKON/11/2004 merupakan suatu badan

bentukan pemerintah yang bertujuan untuk mendorong penerapan tata kelola

perusahaan (GCG) dalam sector korporasi di Indonesia.

Tindakan manajemen laba yang kurang baik dapat mengurangi kepercayaan investor,

sehingga mereka melakukan penarikan dana atau investasi secara bersama-sama yang

dapat mengakibatkan rush. Sehingga perlu suatu mekanisme untuk meminimalkan

manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

Penelitian ini menggunakan sampel pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia, yang merupakan pengembangan dari penelitian Edgina (2008)

dengan memodifikasi hipotesis dan sampel penelitian. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menguji penerapan corporate governance dapat meminimalisasi manajemen

laba. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka judul penelitian ini yaitu

“Apakah Corporate Governance Dapat Meminimalisasi Perilaku Manajemen

Laba?”

LANDASAN TEORI

Agency Theory

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa suatu hubungan antara manajer

(agent) dengan investor (principal) disebut hubungan keagenan. Adanya perbedaan

kepentingan sehingga menimbulkan konflik antara manajer (agent) dengan investor

(principal) memicu timbulnya biaya keagenan (agency cost). Pada dasarnya agent

dan principal memiliki kepentingan yang berbeda, oleh karena itu akan menimbulkan

konflik yang potensial. Konflik kepentingan tersebut terjadi karena adanya

pemisahaan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.

Dengan perbedaan kepentingan, pihak principal tidak dapat memonitor aktivitas

agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent bekerja sesuai dengan keinginan

Page 4: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

para pemegang saham. Sedangkan agent sendiri memiliki lebih banyak informasi

penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara

keseluruhan.

Political Theory

Aspek politik meruapakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perusahaan,

khususnya perusahaan besar yang kegiatannya melibatkan hajat hidup orang banyak.

Perusahaan cenderung akan menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya

sehingga mendapat kemudahan dari pemerintah. Semakin besar perusahaan, semakin

besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang

menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan

segera mengambil tindakan.

Asimetri Informasi

Laporan keuangan digunakan oleh berbagai pihak. Pihak-pihak yang sebenarnya

paling berkepentingan dengan laporan keuangan adalah para pengguna eksternal

(pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat). Asimetri informasi muncul

ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa

yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya.

Manajemen Laba

Definisi manajemen laba menjadi dua, yaitu :

1. Definisi Sempit.

Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode

akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai

perilaku manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accruals

dalam menentukan besarnya laba.

Page 5: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

2. Definisi Luas.

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan

(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha di mana

manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan)

profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. (Sugiri,1998)

Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses

pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat

(sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).

Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan

General Addopted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan

laba yang dilaporkan.

Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Salah satu penelitian yang mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi

manajemen laba adalah penelitian milik Sugiri (1998) yaitu:

1. Hipotesis Bonus Plan.

Bahwa pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan

metode akuntansi yang akan meningkatkan income.

2. The debt covenant hypothesis

Perusahaan yang semakin mendekati pelanggaran debt covenant (perjanjian

kontrak hutang) cenderung untuk memilih prosedur akuntansi yang

menggeser reported earnings dari future periods ke current period

(menaikkan laba yang dilaporkan sekarang), ceteris paribus.

3. Political Cost Hypothesis

Perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat

mengurangi laba periodik dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini bertujuan

untuk menghindari kewajiban pajak dan berbagai aturan yang kurang

menguntungkan bagi perusahaan.

Page 6: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Sasaran Manajemen Laba

Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat

dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :

1. Kebijakan Akuntansi.

Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib

diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih

awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya

kebijakan tersebut.

2. Pendapatan.

Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan.

3. Biaya

Menganggap sebagai ongkos (beban biaya) atau menganggap sebagai suatu

tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment).

Motivasi Manajemen Laba

Scott (2008:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba,

yaitu:

1. Bonus Purposes

2. Political Motivation

3. Taxation Motivation

4. Pergantian CEO

5. Initial Public Offering ( IPO)

6. Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor

Corporate Governance

Tata kelola perusahaan adalah sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan

mengelola kegiatan perusahaan. Sistem tersebut mempunyai pengaruh besar dalam

Page 7: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

menentukan sasaran usaha maupun dalam upaya mencapai sasaran tersebut.

Keputusan Menteri BUMN : KEP-117/MBU/2002 tentang Praktek Good Corporate

Governance pada BUMN, dimana BUMN diwajibkan untuk menerapkan tata kelola

perusahaan secara konsisten dan atau menjadikan tata kelola perusahaan sebagai

landasan operasionalnya.

Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik ini antara lain :

1. Akuntabilitas (Accountability)

2. Pertanggung Jawaban (Responsibility)

3. Keterbukaan (Transparancy)

4. Kewajaran (Fairness)

5. Kemandirian (Independency)

Mekanisme good corporate governance memiliki beberapa indikator yang berupa

komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan

kepemilikan institusional.

1. Dewan Direksi

Jensen & Meckling (1997) mengungkapkan dengan adanya pemisahan peran antara

pemegang saham sebagai prinsipal dengan manajer sebagai agennya, maka manajer

pada akhirnya memiliki hak pengendalian yang signifikan dalam hal pengalokasian

dana investor. Menurut Machfoedz (2003) Dewan direksi memiliki peran penting

dalam perusahaan yaitu untuk menentukan arah dan kebijakan perusahaan baik dalam

jangka pendek maupun panjang.

2. Dewan Komisaris Independen

Berdasarkan keputusan Direksi BEJ (sekarang BEI) nomor: KEP-399/BEJ/07-2001

(dalam Nurmala et. al. 2007) yaitu Pencatatan Efek Nomor I-A, komisaris

independen bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan dan Proporsi komisaris

independen sangat diperhitungkan. Seperti pada ketentuan di Pasar Modal dalam

Page 8: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Surat Direksi PT. Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI) nomor: KEP-399/BEJ/07-2001

tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa poin C mengatur

hal-hal mengenai Komisaris Independen, Komite Audit, dan Sekretaris Perusahaan,

yang menjelaskan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan

yang baik (Good Corporate Governance). Perusahaan tercatat wajib memiliki

Komisaris Independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah

saham yang dimiliki oleh bukan Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan

jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota

komisaris (Emirzon, 2007) tindakan direksi, dan memberikan nasihat kepada direksi

jika diperlukan. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga

memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat

bertindak secara independen.

3. Komite Audit

Pengertian komite audit dalam Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor:

Kep-29/PM/2004, tertanggal 24 September 2004 pada Peraturan nomor IX.I.5 tentang

Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh

dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya.

Keberadaan komite audit pada saat ini telah diterima sebagai suatu bagian dari

organisasi perusahaan (Corporate Governance). Komite audit merupakan komponen

baru dalam sistem pengendalian perusahaan, selain itu komite audit dianggap sebagai

penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen

dalam menangani masalah pengendalian.

4. Ukuran Auditor

Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang

terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar

untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Peran auditor diharapkan

dapat membatasi praktek manajemen laba serta membantu menjaga dan

meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap

Page 9: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

laporan keuangan. Sehingga reputasi auditor merupakan variabel penting yang

mempengaruhi manajemen laba.

5. Ukuran Perusahaan

Mengukur ukuran perusahaan terdapat pada beberapa proksi yang dapat dijadikan

sebagai acuan dalam pengukuran perusahaan antara lain jumlah karyawan, total aset,

jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar aset maka semakin banyak

modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semkain banyak perputaran

uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula dikenal dalam

masyarakat.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan agency theory terdapat perbedaan kepentingan oleh principal dan agent

masing-masing pihak ingin mencapai tujuannya. Agent memiliki kepentingan

memaksimalkan bonus dari kinerjanya, sehingga untuk mencapai hal tersebut agent

berusaha memberikan laporan terbaik dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

terkadang dapat memanipulasi laporan keuangan. Dengan adanya manipulasi laporan

keuangan maka investor akan mendapatkan informasi yang salah. Sedangkan

principal berkepentingan terhadap tingkat pengembalian keuntungan yang tinggi atas

dana yang telah diinvestasikan. Dengan adanya perbedaan kepentingan tersebut maka

terjadi konflik antara agent dan principal. Corporate governance merupakan salah

satu bentuk pengendalian terhadap adanya konflik kepentingan. Penerapan corporate

governance diharapkan mampu mengkontrol perilaku agent dan principal dalam

mencapai kepentingannya dengan cara yang tepat. Hipotesis yang dirumuskan dalam

penelitian ini adalah :

H1: Ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

H2: Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Page 10: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

H3: Ukuran auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H4: Proporsi komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

H5: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Metode Penelitian

Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009-2011. Perusahaan manufaktur dipilih dengan

tujuan untuk menghilangkan bias yang disebabkan oleh perbandingan industri.

Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling,

yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria dan karakteristik tertentu. Sampel

penelitian ini diambil dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2009-2011.

Kriteria pengambilan sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta. Perusahaan

manufaktur dipilih karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan

perusahaan lainnya.

2. Perusahaan memiliki data lengkap mengenai dewan direksi, dewan komisaris

independen, reputasi auditor, komite audit, dan ukuran perusahaan, serta data

yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba.

3. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk periode 31

Desember 2009-2011, dipilih untuk mencari konsintensi keberadaan komite audit

dalam perusahaan setelah diterbitkan Peraturan No. IX.I.5 Lampiran Keputusan

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) No. KEP-29/PM/2004

tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit.

Page 11: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Pemilihan sampel penelitian ini terdapat 41 perusahaan manufaktur yang terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia. Tabel 3.1 menjelaskan klasifikasi dan jumlah

perusahaan yang sesuai kriteria sampel.

Tabel 3.1 Teknik Pengambilan SampelNo Klasifikasi Jenis Industri Jumlah1. Semen 22. Keramik Porselen dan Kaca 43. Logam dan sejenisnya 44. Plastik dan Kemasan 55. Pulp dan Kertas 36. Kayu dan sejenisnya 17. Kimia 38. Otomotif 29. Kabel 110.

Makanan dan Minuman 8

11.

Rokok 2

12.

Farmasi 4

13.

Peralatan Rumah Tangga 1

Jumlah 41 Sumber : Data sekunder yang diolah tahun (2013)

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, yaitu

sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.

Sumber data diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia, IDX statistik 2009-2011.

Definisi Operasional Variabel

Variabel Dependen

Page 12: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Penelitian ini memiliki variabel dependen yaitu manajemen laba. Manajemen laba

diukur dengan discretionary accrual berdasarkan modified Jones (1991) yang

mengatakan total akrual terdiri dari akrual non diskresioner dan diskresioner. Dalam

penelitian ini earnings management menggunakan proksi discretionary accrual.

Discretionary Accrual (DA) diukur dengan menggunakan Modified Jones Model

(Dechow et al,1995).

TAC = Nit – CFOit

Nilai Total Accrual (TAC) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary

Least Square) sebagai berikut:

TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) + e

Menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat

dihitung dengan rumus:

NDAit = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1– ΔRect/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1)

Selanjutnya DA dapat dihitung sebagai berikut:

DAit = TAit/Ait-1 – NDAit

Keterangan: DAit = Discretionary Accruals perusahaan I pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan I pada periode ke t TAit = Total Akrual perusahaan i pada periode ke t Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1 ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e = error

Dalam penelitian ini, discretionary accrual sebagai proksi atas manajemen laba

diukur dengan menggunakan Modified Jones Model, karena model ini mempunyai

standar error dari hasil regresi estimasi nilai total akrual yang paling kecil

dibandingkan model-model yang lainnya (Dechow et. al, 1995).

Variabel Independen

Page 13: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Variabel independen dalam penelitian ini adalah corporate governance. Dimana akan

diuji apakah peran corporate governance dapat meminimalisasi manajemen laba.

Corporate governance terdiri dari dewan direksi, dewan komisaris independen,

ukuran auditor, komite audit dan ukuran perusahaan.

1. Dewan Direksi

Dewan direksi adalah ukuran (jumlah) dewan direksi pada perusahaan dimana dewan

direksi merupakan orang yang ditunjuk untuk memimpin dan menentukan kebijakan

suatu perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur dewan direksi adalah

jumlah seluruh dewan direksi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dalam

menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Ukuran dewan direksi dapat dilihat

dalam annual report perusahaan sampel.

2. Dewan Komisaris Independen

Ukuran dewan komisaris independen dalam penelitian ini menggunakan proporsi

dewan komisaris independen dibandingkan dengan jumlah total dewan komisaris. Jika

dalam laporan keuangan tidak dicantumkan berapa jumlah anggota dewan komisaris

independen, maka diasumsikan perusahaan tersebut memiliki komisaris independen

sebanyak 1 orang, karena di dalam undang-undang perseroan terbatas No. 40 tahun

2007 mewajibkan semua perusahaan untuk memiliki dewan komisaris independen.

Pengukuran dewan komisaris dengan cara menjumlah semua anggota dewan

komisaris independen yang berasal dari luar perusahaan dibagi dengan total dewan

komisaris pada perusahaan sampel.

3. Ukuran Auditor

Ukuran auditor diproksikan sebagai KAP yang berafiliasi dengan Big 4 Auditors.

Variabel ini adalah variabel dummy dimana jika KAP termasuk dalam Big 4 Auditors

diberi kode 1 dan jika tidak termasuk dalam Big 4 maka diberi kode 0.

Page 14: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Auditor yang masuk dalam keempat KAP tersebut dianggap berukuran besar karena

memiliki jumlah klien terbanyak. Kantor akuntan publik yang termasuk dalam big 4

adalah :

1. Sidharta & Sidharta berafiliasi dengan KPMG

2. Prasetyo, Sarwoko dan Sandjaja yang berafiliasi dengan Ernest and Young

3. Osman Ramli Satrio yang berafiliasi dengan Deloitte Touche & Tohmatsu

4. Haryanto Sahari & rekan yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers

4. Komite Audit

Keberadaan komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang

diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite,

sedangkan yang lain adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah seorang

memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan. Proporsi komite audit

independen diukur dengan presentase antara jumlah anggota komite audit independen

terhadap jumlah total komite audit.

5. Ukuran Perusahaan

Secara matematis ukuran perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan = Ln of total assets

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data

yang akurat dan relevan sesuai dengan rumusan masalah yang dibahas. Metode

pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Tinjauan Kepustakaan

Page 15: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Metode ini digunakan untuk mempelajari lebih dalam konsep dan teori

yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga mendapatkan

landasan teori yang memadai untuk melakukan penelitian.

2. Mengakses web dan situs terkait

Metode ini digunakan untuk mencari dan melengkapi data-data yng

dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai sumber informasi, antara lain :

IDX, Bursa Efek Indonesia.

Data yang terkumpul kemudian akan dilanjutkan dengan pencatatan , perekapan dan

penghitungan sehingga mendapatkan hasil penelitian.

Alat Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi

berganda (multiple linear regression). Penelitian ini menggunakan Ordinary Least

Square (OLS), yaitu mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan

jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut untuk

mengukur kekuatan dan menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen.

Analisis Regresi Berganda

Metode yang digunakan penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple

regression analysis). Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis -

hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

DA = α+β1DD +β2DKT +β3UA +β4UKA +β5UP +e

Keterangan : DA = discretionary accruals (proksi dari manajemen laba) α = konstanta β1,2,3,4,5 = koefisien regresi DD = dewan direksi DKT = dewan komisaris independen totalUA = ukuran auditor UKA = ukuran komite audit UP = ukuran perusahaan

Page 16: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

e = koefisien eror

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dengan memperlihatkan penyebaran data (titik) pada

normal P plot of regression standardized residual variabel independen, dimana:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas;

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau

mendekati normal.

Uji Multikolonieritas

Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolonieritas. Deteksi terhadap

ada tidaknya multikolonieritas yaitu (a) Nilai R square (R2) yang dihasilkan oleh

suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual tidak

terikat, (b) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar

variable independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,09), maka

merupakan indikasi adanya multikolonieritas, (c) Melihat nilai tolerance dan

variance inflation factor (VIF), suatu model regresi yang bebas dari masalah

multikolonieritas apabila mempunyai nilai toleransi kurang dari 0,1 dan nilai VIF

lebih dari 10 (Ghozali, 2006).

Uji Autokorelasi

Page 17: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

sebelumnya (t-1).

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model

regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada

beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat scatter

plot (nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID), uji Gletjer, uji Park,

dan uji White.

Uji Hipotesis

Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk menguji signifikasi koefisien regresi secara keseluruhan dan

pengaruh variabel bebas secara bersama-sama.

a. Apabila F hitung < F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya tidak ada

pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.

b. Apabila F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada

pengaruh antara variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Uji

F dapat dilakukan hanya dengan melihat nilai signifikansi F yang terdapat

pada output hasil analisis regresi yang menggunakan versi 17.0. jika angka

signifikansi F lebih kecil dari α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat

secara simultan.

Uji T

Page 18: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara linier antara variabel

bebas dan variabel terikat.

a. Jika t hitung < t tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha, artinya tidak ada

pengaruh antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

b. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan menerima Ha, artinya ada pengaruh

antara variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Uji t dapat

dilakukan hanya dengan melihat nilai signifikansi t masing-masing variabel yang

terdapat pada output hasil analisis regresi yang menggunakan versi 17.0. jika

angka signifikansi t lebih kecil dari α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara variable bebas terhadap variabel terikat.

Uji Statistik

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien ini dinyatakan dalam %, yang menyatakan kontribusi regresi, secara fisik

adalah akibat prediktor, terhadap variasi total variabel respon, yaitu Y. Makin besar

nilai R2, makin besar pula kontribusi atau peranan prediktor terhadap variasi respon.

Biasanya model regresi dengan nilai R2 sebesar 70% atau lebih dianggap cukup baik,

meskipun tidak selalu.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Statistik Deskriptif Sampel

Page 19: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Sampel PenelitianN Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Discretionary Accruals 123 -0,9985 0,5440 0,334519 0,2869926Dewan Direksi 123 2 11 4.829 2.0792Dewan Komisaris Independen 123 0.1 0.8 0.379 0.1230Ukuran Komite Audit 123 0.3 0.5 0.334 0.0354Ukuran Perusahaan 123 18.7758 32.1190 27.176847 2.1233982

Sumber: data sekunder yang diolah (2013)Ukuran Auditor

Berdasarkan analisis frekuensi ukuran auditor perusahaan manufaktur sebagai

berikut:

Tabel 4.2 Frekuensi Ukuran Auditor Big Four dan Non Big Four

Ukuran Auditor Frekuensi PersentaseBig Four 51 41%

Non Big Four 72 59%Total 123 100%

Sumber : Data Sekunder yang diolah (2013)

Tabel 4.2 menjelaskan frekuensi perusahaan manufaktur yang diaudit menggunakan

audit dengan ukuran klien non big four sebesar 59% lebih dominan daripada

perusahaan manufaktur yang menggunakan auditor dengan ukuran klien big four

sebesar 41% dari jumlah perusahaan manufaktur yang diamati. Hal tersebut

menggambarkan bahwa saat ini perusahaan tidak mengutamakan ukuran auditor,

sehingga lebih banyak perusahaan sampel yang tidak menggunakan auditor yang

berafiliasi dengan KAP big four.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Tabel 4.3 adalah uji normalitas menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov Test.

Tabel 4.3 Uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnov

Page 20: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Variabel Dependen Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Kondisi

Discretionary Accruals

0.872 0.433 Asymp. Sig. > α

Sumber : data sekunder yang diolah (2013)

Berdasarkan tabel diatas Asymp. Sig. (2-tailed) memiliki nilai lebih dari 0.05

sehingga penelitian ini memenuhi asumsi uji normalitas data .

Uji Multikolonieritas

Tabel 4.4 Uji MultikolonieritasModel Tolerance VIF Hasil

Dewan Direksi 0.564 1.773 Tidak terjadi multikolonieritasDewan Komisaris Independen 0.849 1.177 Tidak terjadi multikolonieritasUkuran Auditor 0.701 1.427 Tidak terjadi multikolonieritasUkuran Komite Audit 0.914 1.094 Tidak terjadi multikolonieritasUkuran Perusahaan 0.791 1.265 Tidak terjadi multikolonieritas

Sumber : Data sekunder yang diolah (2013)

Jika suatu penelitian terjadi multikolonieritas adalah apabila memiliki nilai tolerance

lebih dari sama dengan 0.10 atau sama dengan nilai VIF kurang dari sama dengan 10.

Uji Autokorelasi

Tabel 4.5 Uji Durbin-Watson (DW Test)

Sumber : Data sekunder yang diolah (2013)

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi

(nonautokorelasi).

Uji Nilai DW dU 4-dU KeputusanDurbin Watson 2.061 1.802 2.198 Tidak terjadi autokolerasi

Page 21: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.6 Uji GlejserVariabel

DependenSig Alpha Kondisi Kesimpulan

Dewan Direksi 0.998 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistasDewan Komisaris Independen 0.834 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistasUkuran Auditor 0.990 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistasUkuran Komite Audit 0.346 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistasUkuran Perusahaan 0.068 0,05 Sig>Alp Tidak terjadi heteroskedastisistas

Sumber : data sekunder yang diolah (2013)

Berdasarkan tabel 4.6 variabel independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.7 Uji DeterminasiVariabel Dependen Adjusted

R SquareStd. Error of the Estimate

Discretionary Accruals .081 0.2751491

Sumber : Data sekunder yang diolah (2013)

Berdasarkan hasil uji determinasi diketahui bahwa nilai adjusted R square

sebesar 0,081 yang dapat dimaknai bahwa 8.1% variasi earning management bisa

dijelaskan oleh dewan direksi, dewan komisaris independen, ukuran auditor, komite

audit dan ukuran perusahaan, sedangkan sisanya sebesar 91,9% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.

Persamaan Regresi

Tabel 4.8Model Beta

Dewan Direksi 0.286Dewan Komisaris Independen 0.065Ukuran Auditor -0.078Ukuran Komite Audit 0.225Ukuran Perusahaan -0.251

Sumber : data sekunder diolah (2013)

Page 22: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Berdasarkan hasil pengujian regresi di atas diketahui dapat dibentuk sebuah

persamaan sebagai berikut:

DA = 0.286 DD +0.065 DKT – 0.078 UA + 0.225 UKA – 0.251 UP

Pengujian Hipotesis

Uji F

Tabel 4.9 Uji FVariabel Dependen Variabel Independen F hitung F tabel Sig

Discretionary Accruals

Dewan DireksiDewan Komisaris IndependenUkuran AuditorUkuran Komite Audit Ukuran Perusahaan

3.146 2.290 0.011

Sumber : data sekunder diolah (2013)

Berdasarkan tabel 4.8 diatas diperoleh nilai F hitung sebesar 3.146 dengan tingkat

signifikan 0.011, hal ini mengindikasikan bahwa variabel independen dapat menjadi

penjelas variabel dependen.

Uji T

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Tabel 4.10 Uji tModel Sig. t B Hasil

Page 23: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Dewan Direksi 0.015 2.472 0.286 SignifikanDewan Komisaris Independen 0.489 0.695 0.065 Tidak SignifikanUkuran Auditor 0.452 -0.754 -0.078 Tidak SignifikanUkuran Komite Audit 0.015 2.476 0.225 SignifikanUkuran Perusahaan 0.012 -2.568 -0.251 Signifikan

Sumber : Data sekunder yang diolah (2013)

Penelitian ini memiliki 5 hipotesis yang diajukan untuk meneliti apakah corporate

governance dapat meminimalisasi manajemen laba perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Dalam tabel 4.10, nilai signifikansi uji t diwakili oleh dengan kolom sig. Dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05 (5%), hasil pengujian untuk

setiap hipotesis adalah sebagai berikut:

Hipotesis pertama (H1) adalah komposisi dewan direksi berpengaruh positif terhadap

manajemen laba. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh angka koefisien regresi (B)

sebesar 0.286 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,015 (p < 0,05), maka variabel

dewan direksi berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba yang

berarti H1 diterima.

Hipotesis kedua (H2) adalah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh

negatif terhadap manajemen laba. Dari hasil pengujian diperoleh angka koefisien

regresi (B) sebesar 0.065 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.489 (p > 0,05), maka

variabel proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif secara tidak

signifikan terhadap manajemen laba yang berarti H2 tidak terdukung.

Hipotesis ketiga (H3) adalah ukuran auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen

laba. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh angka koefisien regresi (B) sebesar -

0.078 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.452 (p > 0,05), maka variabel ukuran

auditor berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap manajemen laba yang

berarti H3 tidak terdukung.

Hipotesis keempat (H4) adalah ukuran komite audit berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba. Dari hasil pengujian diperoleh angka koefisien regresi (B) sebesar

Page 24: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

0.225 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.015 (p < 0,05), maka variabel ukuran

komite audit berpengaruh positif secara signifikan terhadap manajemen laba yang

berarti H4 tidak terdukung.

Hipotesis kelima (H5) adalah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba. Dari hasil pengujian diperoleh angka koefisien regresi (B) sebesar -

0.251 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.012 (p > 0,05), maka variabel ukuran

perusahaan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap manajemen laba yang

berarti H5 diterima

Penelitian dikatakan signifikan apabila nilai signifikansi di bawah 5% atau α=0,05.

Berdasarkan tabel 4.10 hasil penelitian memiliki tiga variabel yang signifikan yaitu

proporsi dewan direksi, ukuran komite audit dan ukuran perusahaan. Ketiga variabel

tersebut berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui apakah

corporate governance dapat meminimalisasi manajemen laba. Corporate governance

meliputi dewan direksi, dewan komisaris independen, ukuran auditor, komite audit

dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukan dua variabel memiliki nilai yang

signifikan yaitu dewan direksi dan ukuran perusahaan. Sedangkan dewan komisaris

independen, ukuran komite audit dan ukuran auditor tidak berpengaruh signifikan

dalam meminimalisasi perilaku manajemen laba.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dewan direksi berpengaruh signifikan dalam meminimalisasi perilaku

manajemen laba, ditunjukan dengan nilai sig sebesar 0.015 atau kurang dari

α=0.05. Hal tersebut menunjukan semakin banyak proporsi dewan direksi maka

Page 25: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

akan semakin efektif pengawasan terhadap perilaku manajemen laba dalam

perusahaan.

2. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku

manajemen laba, hasil penelitian menunjukan nilai signifikansi dewan

komisaris independen sebesar 0.489 lebih besar dari nilai α=0.05

3. Ukuran auditor berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba dengan

nilai 0.452 atau lebih dari α=0.05.

4. Komite audit berpengaruh positif secara signifikan terhadap perilaku

manajemen laba. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai sig. sebesar 0.015 atau

kurang dari α=0.05. Hal tersebut menunjukan bahwa ada atau tidaknya komite

audit belum tentu mengurangi perilaku manajemen laba.

5. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dalam meminimalisasi perilaku

manajemen laba. Hasil penelitian menunjukan nilai signifikansi ukuran

perusahaan adalah 0.012 > α=0.05, yang berarti semakin besar ukuran

perusahaan maka semakin kecil dorongan perusahaan tersebut untuk melakukan

manajemen laba.

6. Nilai Adjusted R square sebesar 0,081 yang dapat dimaknai bahwa 8.1% variasi

manajemen laba bisa dijelaskan oleh dewan direksi, dewan komisaris

independen, ukuran auditor, komite audit dan ukuran perusahaan.

Keterbatasan dan Saran

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dan saran untuk penelitian selanjutnya

yaitu:

1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dalam pengambilan

sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada jenis

perusahaan lain seperti perbankan, BUMN, telekomunikasi atau transportasi .

2. Penelitian ini hanya meneliti perusahaan manufaktur selama 3 tahun.

Diharapkan penelitian berikutnya mampu melakukan pengamatan yang lebih

panjang dengan jumlah perusahaan yang lebih banyak.

Page 26: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

3. Komite audit juga hanya diukur dengan menggunakan proporsi komite audit

independen tanpa memperhatikan pengalaman dan kompetensi anggota.

Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan model pengukuran

manajemen laba yang dapat dilakukan dengan menambahkan variabel mediasi atau

moderasi sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat.

Daftar Pustaka

Ahmad,Fadli . 2010 . Pengaruh Mekanisme Corporate Governance , Struktur Kepemilikan , Komite Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Sumatera Barat: Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. http://repository.unand.ac.id/7751/1/Skripsi.pdf

Alijoyo, Antonius., Elmar Bouma, TB M Nazmudin Sutawinangun, dan M Doddy Kusadrianto. 2004. Review of Corporate Governance in Asia: Corporate Governance in Indonesia. Forum for Corporate Governance in Indonesia

Andika,Surgery.2012. Pelanggaran Penggunaan Dana IPO oleh Emiten (Analisis kasus PT Katarina Utama Tbk. Skripsi, Jakarta. Fakultas Hukum. Universitas Indonesia. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20294581-S1704-Andika%20Surgery.pdf

Ayres, F. Lucas. 1994. Perception of Earnings Quality: What Managers Need to Know. Management Accounting. 27–29. http://papers.ssrn.com

Beasley, M. 1996. “An Empirical Analysis of he Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud”. Accounting Review.71(4); Oktober : 443-465.

Bimo. 2012. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. http://undip.ac.id/35281/1/Skripsi_01.pdf

Page 27: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Boediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI.

Carcello, Joseph V., Carl W. Hollingsworth, April Klein, and Terry L. Neal. 2006. Audit Committee Financial Expertise, Competing Corporate Governance Mechanisms, and Earnings Management. www.ssrn.com.

Chtourou S. Marrakchi, Jean Bedard, and Lucie Courteau. 2001. Corporate Governance and Earning Managemen. Working Paper. http://papers.ssrn.com.

Darmawati, D. 2003. Corporate Governance dan Manajemen Laba : Suatu studi empiris. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 5(1) ; 47-68.

Dechow, P.M. 1995, “Accounting Earnings and Cash Flow as A Measures Of Firm Perfor-mance: The Role Of Accounting Accrual. Journal Accounting and Economics, 18(1); 3-42.

Dennis, Diane, & John Mc Connell. 2003. International Corporate Governance, Journal of Financial & Quantitative Analysis.38:1-36.

Edgina, Antonia. 2011. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi Dewan Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba. Thesis Ekonomi Manajemen. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

Emirzon, Joni. 2007. Regulatory Driven Dalam Implementasi Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. 4(8); 96-97.

Fadli, Ahmad. 2010. Analisis Mekanisme Corporate Governance Terhadap Ukuran Perusahaan. Skripsi Akuntansi. Sumatera Utara : Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.

Faisal. 2005. Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan,dan MekanismeCorporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 8(2), 175-190. http://lib.ibs.ac.id.

Francis,J.R., & Wang . D . 2008. The Joint Effect of Investor Protect & Big 4 Audits on Earnings Quality Around The World. Contempory Accounting Research. 25,157-191

Page 28: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hartono, Jogiyanto. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE, Edisi 2004/2005

Hettihewa, Samanthala.2003. Corporate Earning Management – A DescriptiveStudy, School Of Economics And Finance Working Paper Series

Januarti. Indira. 2007. Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Jurnal UPN Veteran Jakarta.

Jensen, M and Meckling, W, 1976, Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure, Journal of Financial Economics 48 (3); 305-360.

Jones, J. 1991. Earnings Management during Import Relief Investigations. Journal of Accounting Research 29; 193-228.

Keputusan Ketua BAPEPAM Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-134/BL/2006 (2004), nomor : Kep-29/PM/2004.

Keputusan Menko Perekonomian nomor KEP/49/M.EKON/11/2004.

Keputusan Menteri BUMN : KEP-117/MBU/2002 tentang Praktek Good Corporate Governance.

Klein, A. 2002. Audit Committee, Boeard of Director Characteristic, and Earnings Management. Retrieved August 25, 2011, dari http ://www.ssrn.com

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia ,Jakarta: KNKG.

Machfoedz, Mas’ud dan Suranta, Eddy. 2003. Analisis Struktur Kepemilikan, Nilai Perusahaan, Investasi dan Ukuran Dewan Direksi. Simposium Nasional Akuntansi VI. Surabaya.

Meutia, Intan. 2004. Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba Untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 2 (1); Januari: 37-52.

Moses, Douglas O. 1997. Income Smooting and Incentives: Empirical Using Accounting Changes, The Accounting Review. 62(2); April: 259-377.

Page 29: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Murhadi, Werner R. Maret 2009. Studi Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Praktik Earnings Management pada Perusahaan Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 11(1) ; 1-9. http://puslit2. petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article.

Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar 26-28 Juli 2007.

Niemi, Lasse. 2002; Can Small Audit Firms Signal Their Audit Quality?.Workshop on Auditing and Financial Accounting Research

Nuryaman. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi XI.

Parulian, S.R. 2004. Analisis Hubungan antara Komite Audit dan Komisaris Independen dengan Praktek Manajemen Laba: Studi Empiris Perusahaan di BEJ. Tesis Pasca-sarjana FEUI.

Pfeffer, J. and Davis-Blake, A. 1986. Administrative Succession and Organizational Performance: How Administrator experience Mediated the Succession Effect. Academy of Management Journal. 29; 72-83

Purwantini, Titi. 2008. Pengaruh Mekanisme GCG terhadap Nilai Perusahaan dan Kinerja Perusahaan. Jurnal STIE AUB Surakarta.

Ricky, Oetomo. 2012. Analisa Pengaruh Corporate Governance dan Reputasi Auditor Terhadap Earning Management Manufaktur Yang Terdaftar di BEI (2008-2012). Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atmajaya.

Santoso, Singgih.2000. Buku Latihan SPSS: Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Scoot, William, R.2008. Financial Accounting Theor. International Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Sinarwati, Ni Kadek. 2010. Mengapa Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik. Purwokerto: Simposium Nasional Akuntansi XIII.

Sugiri, Slamet. 1998. Earning Management : Teori, Modal dan Bukti Empiris. Telaah Bisnis; 1-8.

Page 30: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor: Kep 315/ BEJ/06-2000

Sutojo, Siswanto dan Aldrige. E. John, 2005. Good Corporate Governance PT Daman Mulia Pustaka, Jakarta.

Ujiyantho, A.M. dan Pramuka, A.B. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan .Simposium Nasional Akuntansi X.Makassar.

UU Nomor 40 Tahun 2007. 2007. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jakarta : Presiden Republik Indonesia.

Veronica N.P Siregar., Sylvia dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Ikatan Akuntan Indonesia.

Watts, R and Zimmerman. 1986. Towards a Positive Theory of The Determination of Accounting Standards. The Accounting Review 53, 112-134.

Wedari, L.K., 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VII.

Widowati, Nungki. 2009. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemn Laba pada Perushaan Manufaktur. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Diponegoro Semarang.

Widyaningdyah, Agnes. 2001.Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Go Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.

Wulaningrum, Ratna. 2010. Analisis Tindakan Manajemen Laba Sebelum dan Sesudah Kebijakan Good Corporate Governance Pada Perusahaan Perbankan di Indonesia. Jurnal Akuntansi.

Yermack, D. 1996. Higher market valuation of companies with small board of earnings management and boar characteristics directors, Journal of Financial Economics. 40: 185-211.

Yulianto, Eko. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Dan Leverage Keuangan Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) 2007-2008. Skripsi tidak Diterbitkan. Universitas Malang.

Page 31: APAKAH CORPORATE GOVERNANCE DAPAT MEMINIMALISASI

Zhou, Jian dan Randal Elder. 2001. Audit Firm Size, Industry Specialization and Earnings Management by Initial Public Offering Firms. Unpublished manuscript, State Unversity of New York, Binghamton, NY