Upload
syahrul-habibi-nasution
View
24
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMPETERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN
YANG DIINDUKSI PARASETAMOL
dr. Evi Kurniawaty, M.Sc, dr. Syazili Mustofa, RohanaFakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Tempe telah terbukti mengandung senyawa kimia aktif yang bersifat antioksidan, namun sampai saat ini masih sedikit pembuktian ilmiah tentang efek protektif tempe terhadap kerusakan ginjal yang terpapar parasetamol. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek protektif ekstrak tempe terhadap gambaran kerusakan ginjal dan mengetahui hubungan peningkatan dosis ekstrak tempe dengan gambaran kerusakan ginjal pada tikus putih jantan. Subjek penelitian menggunakan 25 ekor tikus putih jantan dengan 5 ulangan pada tiap kelompok. Tikus putih dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kontrol negatif (diberi aquades), kontrol positif (diberi parasetamol 2,25 ml/200gr/hari), kelompok perlakuan I (diberi ekstrak tempe0, 27 ml/hari danparasetamol 2,25 ml/200 gr/ hari), kelompok perlakuan II (diberi ekstrak tempe 0,54 ml/hari dan parasetamol 2,25 ml/200gr/hari), kelompok perlakuan III (diberi ekstrak tempe 1,08 ml/hari dan parasetamol 2,25 ml/200gr/hari) selama 42 hari. Penelitian ini menggunakan rancangan acak terkontrol.
Hari ke-42, tikus diberi kloroform lalu dilakukan pembedahan kemudian ginjal tikus dibuat preparat dengan metode blok parafin dan pengecatan Hematoksilin Eosin. Gambaran histopatologi ginjal diamati dan dihitung berdasarkan jumlah kerusakan berupa adanya pembengkakan sel pada tubulus proksimal. Hasil uji one way ANOVA terdapat pengaruh pemberian perlakuan terhadap gambaran kerusakan ginjal tikus putih secara signifikan. Uji analisis Post-Hoc LSDdidapatkan hasil p<0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan kerusakan tubulus proksimal ginjal tikus putih ditemukan antara tiap kelompok.
Tempe terbukti memiliki efek protektif terhadap kerusakan ginjal tikus putih jantan yang diinduksi parasetamol. Peningkatan dosis tempedapat meningkatkan efek protektif terhadap kerusakan ginjal tikus putih jantan yang diinduksi parasetamol.
Kata kunci : tempe , efek proteksi , tubulus proksimal ginjal , parasetamol
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 1
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
NOMINA EXTRACT EFFECT ON RENAL HISTOPATHOLOGIC PICTURE IN WHITE MALE RATS INDUCED PARACETAMOL
dr. Evi Kurniawaty, M.Sc, dr. Syazili Mustofa, RohanaMedical Faculty University of Lampung
Abstract
Nomina has been used for natural food sources since time immemorial. Nomina has been proven to containt the active chemical compound that are anioxidants,but is still a few scientific evidence on the effect of nomina protective against kidney damage. This research aming for to prove protective effect nomina extract againts the picture of kidney demagen and knowing increase dosagenomina extract with picture kidney demage of white male rats. This Subjek research use 25 white male rats with 5 replication in each group rats weredivided into 5 group ,there are negative control (given aquades), positif control (given paracetamol 2,25 ml/200gr/day), group I (given nomina extract 0, 27 ml/day and paracetamol 2,25 ml/200 gr/ day), group II (given nomina extract 0,54 ml/day and paracetamol 2,25 ml/200gr/day), group III (given nomina extract 1,08 ml/day and paracetamol 2,25 ml/200gr/day) occur 14 day this researchused a randomized controlled.
In day-42, rats has given kloroform and than surgery then kidney’s rats make to preparat with blog parafin metode and colouring Hematoksilin Eosin. Renal histopathological picture observe and calculate based on the amount of damage in the form swelling of cell in the proximal tubulus. The test result ofone way ANOVA, there is a picture the effect of treatment kidney damage mice was significantly. Analysis test Post-Hoc LSD it can result p<0,05 so it’s meaning there is significant differences damage to proximal tubulus in kidneys white male rats found between the groups.
So, nomina have protective effect to kidney’s white male rats damage have already induced paracetamol. The increasing dosage tempeh it can increasing protective effect to kidney’s white male rats damage have already induced paracetamol.
Keywords : nomina, protective effect, kidney proximal tubulus, paracetamol
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar didunia dan menjadipasar
kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesiadilakukan dalam
bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain(seperti tauco, kecap, dan lain-
lain). Konsumsi tempe rata- rata per orangpertahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 2
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
kg (Astuti, 1999). Menurut Prof. DR. Ir. Made Astawan, MS. Dosen Jurusan Teknologi
Pangandan Gizi, IPB, di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalambentuk
isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon jugamerupakan antioksidan
yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikanreaksi pembentukan radikal bebas (Astuti,
1999).
Parasetamol merupakan obatantipiretik dan analgetik yang telah lama digunakan di
dunia. Parasetamol merupakan obat yang efektif, sederhana dan dianggap paling aman
sebagai anti nyeri apabila digunakan dalam dosis terapiyang sesuai, sehingga banyak dijual
bebas tanpa resep,oleh karena itu resikoterjadinya penyalahgunaan parasetamol di Indonesia
menjadi lebih besar. Overdosis penggunaan obat yang merupakan derivat dari para
aminofenol iniberpotensi menimbulkan kerusakan hepar dan ginjal. Kerusakan pada
ginjaltersebut ditandai oleh nekrosis tubulus akut disertai meningkatnya kadarureum dan
kreatinin plasma. Target utama dari nekrosis tubular akut pada kasus keracunan suatu zat
adalah tubulus proksimal ginjal (Bagus, 2008).
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan metode
randomized control group post test only design. Menggunakan 25 ekor tikus putih jantan
galur Wistar berumur 2 bulan dengan berat 150- 200 gram yang dipilih secara random yang
dibagi menjadi 5 kelompok untuk digunakan sebagai penelitian.
Sampel penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok, terdiri dari 1 kelompok kontrol dan
4 kelompok perlakuan. Data-data yang terkumpul pada tiap-tiap kelompok dianalisis
menggunakan program SPSS 17.0 for Windows (Sarwono, J., 2010). Tahap pertama
dilakukan uji normalitas (uji Kolmogorov-Sminov dan uji Saphiro-Wilk) dan uji homogenitas
terhadap data sel tubulus proksimal ginjal. Jika hasil uji menunjukkan distribusi data adalah
normal dan varians data adalah homogen yang masing-masing hasil uji ditunjukkan oleh nilai
p (Sig.) > 0,05, kemudian dilanjutkan dengan uji one way ANOVA. Jika hasil uji one way
ANOVA memberikan nilai p (Sig.) < 0,05, artinya terdapat perbedaan yang bermakna antar
kelompok data penelitian, kemudian dilakukan analisis Post Hoc LSD.
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 3
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian didapatkan nilai rata-rata kerusakan tubulus proksimal kelompok
kontrol negatif sebesar 0,5600±0,15166; kelompok kontrol positif nilai rata-rata kerusakan
tubulus4,8200±0,20494 ; kelompok perlakuan I memiliki rata-rata 4,0800±0,17889;
kelompok perlakuan II memiliki rata-rata 2,8400±0,41593; kelompok perlakuan III memiliki
rata-rata 2,2000±0,23452 . Hasil penelitian tingkat kerusakan tubulus proksimal ginjal tikus
pada gambaran mikroskopis yang berupa rerata dilakukan uji normalitas data dengan
menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk dan didapatkan hasil distribusi data normal (p>0,05).
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas kolmogorov-Smirnov yang hasilnya menunjukkan
varians data adalah sama yaitu p= 0,200 (p>0,05).
Setelah uji normalitas dan homogenitas terpenuhi, dilanjutkan dengan uji one way
ANOVA, untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan. Hasil uji one way ANOVA
diperoleh nilai p= 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat perbedaan bermakna antar
kelompok perlakuan. Untuk melihat perbedaan tersebut secara detail, dilakukan uji analisis
Post-Hoc LSD dengan hasil sebagaimana ditunjukkan pada Lampiran C Uji Analisis Post-
Hoc LSD menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok yang terlihat dari nilap p<0,05
Padakelompokkontrolnegatifinididapatkanadanyakerusakanpadabeberapatubulusproks
imalginjalyaituberupaadanyapembengkakan
sel.Seharusnyapadakelompokkontrolnegatifinitidakdidapatkanadanyakerusakanpadaseltubulu
sproksimal.Hal ini dapatterjadi karena adanya proses apoptosis yangsecara fisiologi dialami
oleh semua sel normal. Setiap sel dalam tubuh akan selalumengalami penuaan yang diakhiri
kematian sel dan digantikan oleh sel-sel barumelalui proses regenerasi (Mitchell and Cotran,
2007).
Pada kelompok kontrol positif, terdapat kerusakan sel tubulus proksimal berupa
pembengkakan sel tubulus yang lebih banyak dibandingkan kelompok lain yang diberikan
ekstraktempe.Tubulus proksimal merupakan bagian yang paling banyak mengalami
kerusakan pada kasus nefrotoksik. Hal ini terjadi karena adanya akumulasi bahan-bahan
toksik pada segmen ini, karakter tubulus proksimal yang memiliki epitel yang lemah dan
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 4
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
mudah bocor, perbedaan transport segmental dan sitokrom P450 dan konjugat sitein β-lyase
juga turut berperan dalam meningkatkan kelemahan tubulus proksimal. (Putri, 2007).
Pada kelompok perlakuan I, menunjukkan adanya jumlah kerusakan sel tubulus
proksimal yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.Menurut Best
(2006), antioksidan adalah molekul yang menetralkan radikalbebas dengan cara menerima
atau memberikan elektron untuk mengeliminasi kondisitidak berpasangan.Menurut Gordon
(1990) mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertamamerupakan fungsi
utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen.Antioksidan (AH) yang
mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagaiantioksidan primer. Fungsi kedua
merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambatlaju autooksidasi dengan
berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantaiautooksidasi dengan pengubahan
radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).
Pada kelompok perlakuan II, mengalami kerusakan tubulus proksimal yang ringan
dengan rata-rata kerusakan yang jauh lebih rendah dari kelompok perlakuan I. Hal ini berarti
pemberian ekstrak tempe dengan dosis 0,54 ml/hari dapat lebih mengurangi kerusakan sel
epitel tubulus proksimal ginjal tikus putih jantan yang diinduksi parasetamol dibandingkan
kelompok I.
Pada kelompok perlakuan IIImemiliki kerusakan yang lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok perlakuan II.Kerja tempe di dalam melindungi ginjal dari efek toksik
parasetamol dapat melalui dua cara. Pertama, yaitu dengan penghambatan kerja sitokrom P-
450 di ginjal terutama di sel epitel tubulus proksimal. Hal ini akan berakibat menurunnya
proses hidroksilasi yang terjadi antara parasetamol dengan sitokrom P450 tersebut, sehingga
terjadi penurunan jumlah metabolit toksik yang dihasilkan. Kedua, dengan cara menginduksi
aktivitas dan memperbanyak glutathione S-transferase di ginjal yang berperan penting dalam
proses detoksifikasi suatu xenobiotik. Dengan meningkatnya jumlah dan aktivitas glutathione
ini, maka cadangan glutathione akan tetap terjaga. Sehingga semua NAPQI yang dihasilkan
akan dapat dikonjugasikan melalui substansi nontoksik (asam merkapturik) (Bagus, 2008).
Pada penelitian yang telah dilakukan dengan perlakuan menggunakanparasetamol
mampu menginduksi terjadinya stress oksidatif.Antioksidan merupakan senyawa kimia yang
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 5
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
mampu menghentikan radikal bebasreaktif dengan cara menyumbangkan elektron hidrogen
kepada radikal bebas stabilyang sifatnya tidak merusak.Antioksidan yang digunakan untuk
menetralisir radikal bebas dari paparanparasetamolpada penelitian ini yaitu berasal
darikandungan tempe. Tempe mengandung antioksidan yang mampu mencegah dan
menghambatefek toksik parasetamol.Kandungan utama tempe yang berperan dalam
mencegah kerusakan ginjal akibat pemberian parasetamol dosis toksik adalah antioksidan.
Antioksidanbekerja dengan cara mendonorkan satu elektron kepada senyawa oksidan, dalam
hal ini radikal bebas, sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat dihambat.
Antioksidan sekunder (eksogen), yang diperankan oleh asupan bahan makanan, bekerja
dengan menangkap radikal bebas (free radical scavanger), kemudian mencegah reaktivitas
amplifikasinya. Antioksidan primer (endogen), yang diperankan oleh enzim dalam tubuh,
menghambat pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai (chain
breaking antioxidant), kemudian mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil (Winarsi,
2007).Hal ini menunjukkan bahwa kandungan dalam tempe dapatmemberikan efekproteksi
terhadap kerusakan sel terutama sel ginjal.
Simpulan
Ekstrak tempedengandosis I 0,27 ml/hari, dosis II 0,54 ml/hari, dandosis III 1,08
ml/harimemilikiefekprotektifterhadapkerusakantubulusproksimalginjal tikusputihjantan yang
diinduksiparasetamol.Peningkatandosisekstrak tempe
dapatmeningkatkanefekprotektifterhadapkerusakantubulusproksimaltikusputihjantan yang
diinduksiparasetamol.
Daftar Pustaka
Akoso,B., Satja, S., Sri, D., Budi, T., Margaretha, A. 1999. Manual Standar Metode Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonim. 2012. Efek Samping Parasetamol. Diakses tanggal 21 Oktober 2012. Http://forum.indowebster.com/archive/index.php/t-52456.html
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 6
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
Astawan, M. 2005. Tempe Sumber Antioksidan dan Antibiotika. Info Teknologi Pangan. Instititut Pertanian Bogor. Diakses tanggal 21 Oktober 2012. http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/ pubde_ntrtnhlth_ tempe1.php.
Astawan, M. 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Astuti, M. 1999. History of The Development of Tempe. Didalam Agranoff, J.,hlm 2-13
Bagus, R. Bambang, R.B. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit Terhadap Gambaran Mikroskopis Ginjal Mencit yang diberi Parasetamol. Surabaya:Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Best, Ben, 2006. Mechanisms of Aging. Available from: http://www.benbest.com/lifeext/aging.html. (diakses tanggal 1 Januari 2013)
Dorland W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi XXIX. Jakarta: EGC
Eroschenko, P. V. 2003, Atlas Histologi di Fiore Dengan Korelasi Fungsional.Terjemahan: Jan Tambayong, Edisi 9. EGC. Jakarta.
Focosi D. 2009. Physiology of Adult Homo Sapiens-Urinary Apparatus. http://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/kidney.html
Frederer, W.1967. Experimental Design. Theory and Application. Diakses tanggal 22 Oktober 2012. http://www.oxford andibhpubl.co.id.
Gartner J. P., Hiatt J. L. 2007. Color Text Book of Histology. 3th ed.Philadelphia: Elsevier Saunders, pp: 437-45.
Goodman L. S., Gilman A. 2008. Dasar Farmakologi Terapi. Edisi X. Jakarta: EGC, pp: 682-4.
Grace, Margareta. 2012. Pengaruh Nefroprotektor Jus Paprika Merah (Capsicum Annuum Var. Grossum) Terhadap Kerusakan Histologi Sel Ginjal Mencit yang diinduksi Parasetamol. UNS FK:Surakarta
Guyton ,A.C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Hanifah,Lil. 2008. Pengaruh Pemberian Buah Pepaya (Carica Papaya) terhadap tingkat nekrosis Epitel Glomerulus dan Tubulus Ginjal mencit (Mus musculus) yang Diinduksi
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 7
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
CCl4 (Karbon Tetraklorida). Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Malang
Hermana, Mien K., Karyadi D. 1996. Komposisi dan Nilai Gizi Tempe Serta Manfaatnya Dalam Peningkatan Mutu Gizi Makanan. Bunga Rampai Tempe Indonesia. 6. 1-6.
Huang, H.T. 2000. Science and Civilisation in China, Cambridge: Cambridge University Press. Volume VI:5. 342 hlm.
Inagi R. 2009. Endoplasmic Reticulum Stress in the Kidney as a Novel Mediator of Kidney Injury. Nephron Exp Nephrol. 112:e1-9.
Katzung B. G. 2002. Farmakologi dasar dan klinik. Alih Bahasa: Staf Dosen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Edisi ke- 6. Jakarta EGC.
Koppert W., Frotsch K, Huzurudin N., Boswald W., Greissinger N., Weisbach V., Schmeider R. E., Schuttler J. 2006. The Effect of Paracetamol and Parecoxib on Kidney Function in Elderly Patients Undergoing Orthopedic Surgery. Anesth Analg. 103:1170-6.
Lorz C., Justo P., Sanz A. B., Egido J., Ortiz A. 2005. Role of Bcl-xL in Paracetamol-Induced Tubular Epithelial Cell Death. Kidney Int. 67:S14-8.
Maser R. L., Vassmer D., Magenheimer B. S., Calvet J. P. 2002. Oxidant Stress and Reduced Antioxidant Enzyme Protection in Polycystic Kidney Disease. J Am Soc Nephrol. 13:991-9.
Mayes P. A. 2003. Struktur dan Fungsi Vitamin larut-Lipid. Dalam: Biokimia Harper. Edisi XXV. Jakarta: EGC, pp: 618-9.
Mitchell R. N., Cotran R. S. 2007. Jejas, Adaptasi, dan Kematian Sel. Dalam: Kumar V., Cotran R. S., Robbins S. L. (eds). Buku AjarPatologi Robbins Volume 1. Edisi VII. Jakarta: EGC, pp: 3, 26-7.
Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar.Jakarta:Hipokrates.
Neal M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi V. Jakarta: Erlangga, pp: 70, 94-5.
Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium. Dalam: Toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM, pp: 152-94.
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 8
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
Ojo O. O., Kabutu F. R., Bello M., Babayo U. 2006. Inhibition of Parcetamol-Induced Oxidative Stress in Rats by Extracts of Lemongrass (Cymbropogon citratus) and Green Tea (Camellia sinensis) in Rats. Afr J Biotech. 5:1227-32.
Price SA, Wilson LM. 2006. Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Processes 4th Edition. Philadelphia: Mosby Year Book.
Priya R., Vasudha K. C. 2009. Antioxidant Vitamins in Chronic Renal Failure . Biomed Research. 20:67-70.
Qomariyatus, S., Aris, M. 2008. Pembentukan Radikal Bebas. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Robbins, S. L., Cotran, R. S., Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Terjemahan Awal Prasetyo dan Brham U. Pendit. New York: Buku Kedokteran EGC.
Schnellman RG, Goldstein RS.2001. Toxic Responses of kidney. In KlaasenCD, editor. Casarett and doull’s toxicology the basic sciences of poisons.New York : The Mc Graw-Hill.
Shetty K., Lin Y. T., McCue P., Labbe R. G., Randhir R., Ho C. Y. 2000. Low Microbial Load Sprouts with Enhanced Antioxidants forAstronaut Diet. http:// people.umass.edu/kalidas/ICES%20Shetty.pdf.
Singh D., Kaur R., Chander V., Chopra K. 2006. Antioxidant in the Prevention of Renal Disease.http://www.liebertonline.com/doi/pdf/10.1089/jmf.2006.9.443?cookieSet=1
Snell, R.S. 2006. AnatomiKlinikuntukMahasiswaKedokteran.Edisi 6.EGC. Jakarta.
Suarsana, I.N., Susari, W., Wresdiyati, T., Suprayogi, A. 2006. Penggunaan Ekstrak Tempe Terhadap Fungsi Hati Tikus dalam Kondisi Stres. Jurnal Veteriner. 7(2). 54 – 61.
Sukandar E. 2006. Stres Oksidatif sebagai Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular. Farmacia. 6:1
Sulistianto, D.E.,Harini, M.,Hanjani,N.S. (2004).Pengaruh pemberian ekstrak mahkota dewa terhadap Hepar Tikus Putih setelah perlakuan dengan Karbon Tetraklorida(CCL4) secara oral.Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Taufiqqurohman M. A. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. UNSPress. Surakarta.
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 9
MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG UNIVERSITY (MAJORITY)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGSekretariat: Jl. Soemantri Brojonegoro 01 Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung, Bandar Lampung 35145
Widianarko, B., 2000. Tempe Makanan Populer dan Bergizi Tinggi. http://www. bebas.vlsm.org/v12/artikel/pangan/tipspangan/TEK12.PDF. 15 agustus 2012
Wilmana PF. 2002. Analgesik-antipiretik analgesik anti inflamasi nonsteroid dan obat pirai. Di dalam :Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, editor. Farmakologi dan terapi,edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta:kanisius, pp: 82-77, 105-9, 147-55.
Wishart D.,KnoxC. 2006. DrugBank:Acetaminophen.http://www .drugbank.ca/drugs/DB00316.
Yoshida Y., Niki E. 2003. Antioxidant Effects of Phytosterol and Its Components . J Nutr Sci Vitaminol. 49:277-80.
............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Medical Journal Of Lampung University, Faculty Of Medicine Lampung University 10