19
ANALISIS KEAKURATAN KODE 10 BESAR TINDAKAN OPERASI PADA FORMULIR RESUME PASIEN PULANG BERDASARKAN ICD-9-CM DI BRSD RAA SOEWONDO PATI TRIWULAN I TAHUN 2009 Rosi Hariani 1 , Dewi Lena SK 2 , Riyoko 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganya 1 ,Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar 2 ABSTRAK Berlakunya sistem Indonesia Diagnostic Related Groups (INA DRGs), dalam pembayaran pelayanan kesehatan di rumah sakit, peran perekam medis sangat menentukan terutama penentuan kode penyakit maupun kode tindakan yang menentukan biaya pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kesalahan dalam menentukan kode penyakit maupun kode tindakan pasien, maka akan muncul biaya yang harus ditanggung tidak sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien. Penulisan kode tindakan medis di BRSD RAA Soewondo Pati tertulis di formulir resume pasien pulang (Lembar Resume Keluar).Tujuan Penelitian untuk mengetahui keakuratan kode 10 besar tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009. Jenis Penelitian deskriptif dengan pendekatan studi dokumentasi. Metodologi observasi, dengan populasi kode tindakan operasi pada formulir resume pasien pulang khususnya dari 10 besar jenis tindakan operasi di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009 sebanyak 444 formulir. Sampel berupa quota sampling pada 88 formulir, menggunakan analisis deskriptif. Hasil analisis keakuratan dari 88 lembar formulir resume pasien pulang pasien rawat inap terdapat 66 kode (75%) tindakan operasi yang akurat dan kode tindakan operasi yang tidak akurat sebesar 22 kode (25%). Faktor ketidakakuratan kode tindakan operasi dikarenakan pemilihan kode yang salah, tidak dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan penulisan kode tindakan operasi terhadap jenis tindakan operasi dan tidak dilakukannya pengkodean pada beberapa jenis tindakan operasi. Disarankan dibuat protap tentang penggunaan ICD-9-CM sebagai pedoman dalam pengkodean tindakan operasi, digunakannya sarana Kamus Bahasa Inggris dan Kamus Kedokteran dalam membantu melakukan pengkodean tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM, Perlunya pelatihan bagi petugas koding dan dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan catatan dalam formulir laporan operasi. Kata kunci :Keakuratan Kode, 10 Besar Tindakan Operasi, ICD-9-CM Kepustakaan : 21 (1974-2009) PENDAHULUAN Berlakunya sistem Indonesia Diagnostic Related Groups (INA DRGs), dalam pembayaran pelayanan kesehatan di rumah sakit, maka peran perekam medis sangat menentukan terutama dalam hal penentuan kode penyakit maupun kode tindakan yang pada akhirnya akan menentukan biaya pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi kesalahan dalam menentukan kode penyakit maupun kode tindakan pasien maka akan muncul biaya yang harus ditanggung tidak sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien. Oleh karena itu sangat diperlukan tenaga perekam medis yang mampu dan mempunyai kompetensi dalam menentukan kode penyakit berdasarkan International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems Tenth Revision (ICD-10) dan kode tindakan kedokteran berdasarkan International Classification of Diseases Ninth Revision Clinical Modification (ICD-9-CM) dengan tepat sesuai dengan aturan yang ada, sehingga Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 11

40-144-1-PB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

40-144-1-PB

Citation preview

Page 1: 40-144-1-PB

ANALISIS KEAKURATAN KODE 10 BESAR TINDAKAN OPERASI PADAFORMULIR RESUME PASIEN PULANG BERDASARKAN ICD-9-CM DI

BRSD RAA SOEWONDO PATI TRIWULAN I TAHUN 2009

Rosi Hariani1, Dewi Lena SK2, Riyoko2

Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganya1,Dosen APIKES Mitra Husada Karanganyar2

ABSTRAKBerlakunya sistem Indonesia Diagnostic Related Groups (INA DRGs), dalam pembayaran pelayanankesehatan di rumah sakit, peran perekam medis sangat menentukan terutama penentuan kode penyakitmaupun kode tindakan yang menentukan biaya pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa jika terjadikesalahan dalam menentukan kode penyakit maupun kode tindakan pasien, maka akan muncul biayayang harus ditanggung tidak sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien. Penulisan kode tindakanmedis di BRSD RAA Soewondo Pati tertulis di formulir resume pasien pulang (Lembar ResumeKeluar).Tujuan Penelitian untuk mengetahui keakuratan kode 10 besar tindakan operasi berdasarkanICD-9-CM di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009.Jenis Penelitian deskriptif dengan pendekatan studi dokumentasi. Metodologi observasi, denganpopulasi kode tindakan operasi pada formulir resume pasien pulang khususnya dari 10 besar jenistindakan operasi di BRSD RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009 sebanyak 444 formulir. Sampelberupa quota sampling pada 88 formulir, menggunakan analisis deskriptif.Hasil analisis keakuratan dari 88 lembar formulir resume pasien pulang pasien rawat inap terdapat 66kode (75%) tindakan operasi yang akurat dan kode tindakan operasi yang tidak akurat sebesar 22 kode(25%). Faktor ketidakakuratan kode tindakan operasi dikarenakan pemilihan kode yang salah, tidakdilakukannya tinjauan ulang keseluruhan penulisan kode tindakan operasi terhadap jenis tindakanoperasi dan tidak dilakukannya pengkodean pada beberapa jenis tindakan operasi.Disarankan dibuat protap tentang penggunaan ICD-9-CM sebagai pedoman dalam pengkodeantindakan operasi, digunakannya sarana Kamus Bahasa Inggris dan Kamus Kedokteran dalammembantu melakukan pengkodean tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM, Perlunya pelatihan bagipetugas koding dan dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan catatan dalam formulir laporan operasi.

Kata kunci :Keakuratan Kode, 10 Besar Tindakan Operasi, ICD-9-CMKepustakaan : 21 (1974-2009)

PENDAHULUAN

Berlakunya sistem Indonesia Diagnostic

Related Groups (INA DRGs), dalam

pembayaran pelayanan kesehatan di rumah

sakit, maka peran perekam medis sangat

menentukan terutama dalam hal penentuan

kode penyakit maupun kode tindakan yang

pada akhirnya akan menentukan biaya

pelayanan kesehatan. Hal ini berarti bahwa

apabila terjadi kesalahan dalam menentukan

kode penyakit maupun kode tindakan pasien

maka akan muncul biaya yang harus

ditanggung tidak sesuai dengan kondisi dan

penyakit pasien. Oleh karena itu sangat

diperlukan tenaga perekam medis yang

mampu dan mempunyai kompetensi dalam

menentukan kode penyakit berdasarkan

International Statistical Classification of

Diseases and Related Health Problems Tenth

Revision (ICD-10) dan kode tindakan

kedokteran berdasarkan International

Classification of Diseases Ninth Revision

Clinical Modification (ICD-9-CM) dengan

tepat sesuai dengan aturan yang ada, sehingga

Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 11

Gthoex
Line
Page 2: 40-144-1-PB

dalam pelaksanaan sistem pembayaran

berdasarkan INA DRGs akan berjalan sesuai

dengan harapan pemerintah dalam rangka

memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. (Kristiyono E, 2009).

BRSD RAA Soewondo Pati terletak di

Jalan Dr. Soesanto Pati merupakan rumah

sakit tipe B, berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

tanggal 30 Januari 1995 Nomor 2

95/MENKES/I/95. Penulisan kode yang

digunakan di BRSD RAA Suwondo Pati

sudah menggunakan International Statistical

Classification of Diseases and Related Health

Problems Tenth Revision (ICD-10) dalam

menentukan kode diagnosis penyakit dan

International Classification of Diseases Ninth

Revision Clinical Modification (ICD-9-CM)

dalam menentukan kode tindakan medis.

Penulisan kode tindakan medis di BRSD RAA

Soewondo Pati tertulis di formulir resume

pasien pulang (lembar resume keluar). Lembar

resume keluar (clinical resume discharge

summary record) atau RL 1a adalah catatan

singkat (summary record) dari penderita

apabila telah keluar dari rumah sakit. Data

identitas dan kesimpulan data-data klinis harus

dilengkapi yang kemudian ditanda tangani dan

ditulis nama jelas dari dokter yang

bertanggung jawab. (Shofari B, 1974).

Sepuluh besar tindakan operasi merupakan

salah satu kegiatan yang dibuat sebagai

pelaporan intern yang berguna bagi

manajemen rumah sakit sebagai pengambilan

keputusan. (Sugeng, 2006).

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Rekam Medis

Pengertian rekam medis menurut

Permenkes 269/MenKes/Per/III/2008 adalah

berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang

telah diberikan kepada pasien. (Depkes RI,

2008)

Manfaat rekam medis menurut Permenkes

no. 269/MenKes/ Per/III/2008 yaitu :

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan

pasien; alat bukti dalam proses penegakan

hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran

gigi dan penegakkan etika kedokteran dan

etika kedokteran gigi; keperluan pendidikan

dan penelitian; dasar pembayar biaya

pelayanan kesehatan; data statistik kesehatan.

(Depkes RI, 2008)

B. Bagian Koding Indexing Dalam

Pelayanan Rekam Medis

1. Tugas Pokok Bagian Koding Indexing

a. Mencatat dan meneliti kode penyakit

dari diagnosis yang ditulis dokter, kode

operasi dari tindakan medis yang

ditulis dokter, kode operasi dari

tindakan medis yang ditulis dokter atau

petugas kesehatan lainnya dan kode

sebab kematian yang ditetapkan dokter.

b. Mencatat hasil pelayanan ke dalam

lembar indeks penyakit, indeks operasi

atau tindakan medis, indeks sebab

kematian dan indeks dokter sesuai

dengan ketentuan mencatat indeks.

c. Menyimpan indeks tersebut sesuai

dengan ketentuan menyimpan indeks.

12 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Page 3: 40-144-1-PB

d. Membuat laporan penyakit

(morbiditas) dan laporan kematian

(mortalitas) berdasarkan indeks

penyakit, indeks operasi dan indeks

sebab kematian. (Shofari B, 2002).

2. Peran dan Fungsi Bagian Koding Indexing

a. Pencatat dan peneliti kode penyakit

dari diagnosis yang ditulis dokter, kode

operasi atau tindakan medis yang

ditulis dokter atau petugas kesehatan

lainnya, kode sebab kematian dari

sebab kematian yang ditetapkan dokter.

b. Pencatat dan penyimpan indeks

penyakit, operasi atau tindakan medis,

sebab kematian dan indeks dokter dan

c. Penyedia informasi nomor-nomor

rekam medis yang memiliki jenis

penyakit, operasi atau tindakan medis,

sebab kematian yang sama berdasarkan

indeks yang bersangkutan untuk

berbagai keperluan (misalnya audit

medik, audit kematian dan audit

keperawatan),

d. Pembuat laporan penyakit dan laporan

kematian berdasarkan indeks penyakit,

operasi dan sebab kematian. (Shofari B,

2002).

C. International Classification of Disease 9

th Revision Clinical Modification (ICD-9-

CM)

1. Pengenalan ICD-9-CM

International Classification of Disease

Ninth Revision Clinical Modification (ICD-9-

CM) didasarkan pada versi World Health

Organization (WHO) atau Badan Kesehatan

Dunia revisi ke 9, ICD-9. International

Statistical Classification of Diseases Ninth

Revision (ICD- 9) dirancang untuk

penggolongan keadaan morbiditas dan

informasi angka mortalitas untuk tujuan

statistik, dan untuk indexing arsip rumah sakit

oleh penyakit dan operasi, untuk penyimpanan

data dan perolehan kembali.

ICD-9-CM adalah suatu modifikasi klinis

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

penggolongan penyakit internasional, revisi ke

9 (ICD-9). Istilah " klinis" digunakan untuk

menekankan tujuan modifikasi, untuk

bertindak sebagai suatu alat yang bermanfaat

di dalam area penggolongan data keadaan

morbiditas untuk indexing catatan mengenai

kesehatan, tinjauan ulang perawatan medik,

dan program lain perawatan medik, seperti

halnya untuk statistik kesehatan basis dasar.

Untuk menguraikan gambaran klinis pasien,

kode harus lebih tepat dibanding yang hanya

perlu untuk analisis kecenderungan dan

pengelompokan statistik.Karakteristik ICD-9-

CM

a. ICD-9-CM diterbitkan sebagai tiga

volume yaitu :

1) Volume 1 _ Diseases : Tabular List

2) Volume 2 _ Diseases : Alphabetical

List

3) Volume 3 _ Prosedures : Tabular

dan Alphabetical List.

b. Penggolongan Prosedur ICD-9-CM

1) Disusun dalam volume tersendiri,

berisi Tabular List dan Alphabetic

Index.

2) Merupakan modifikasi dari Fascicle

V “Surgical Procedures” of ICD 9

Classification of Procedures in

Medicine.Prosedur operasi

Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 13

Page 4: 40-144-1-PB

dikelompokkan dalam rubrik 01-

86.Prosedur non-operasi

dikelompokkan dalam rubrik 87-

99.Struktur klasifikasinya lebih

cenderung berbasis anatomi

daripada spesialisasi operasi

3) Hanya menggunakan angka

(numeric).

Berbasis pada struktur 2 digit

dengan tambahan 2 digit desimal

bila di perlukan (perluasan model 3

digit dalam ICD 9 menjadi 4 digit

dalam ICD-9-CM). (HCIA, 1992)

2. Isi dari Prosedur Pembedahan Pada ICD-9-

CM

Pada ICD-9-CM kelompok kode 01-86

adalah rubrik prosedur tindakan pembedahan

yaitu :

Tabel 1 daftar Kelompok Kode RubrikProsedur Tindakan Pembedahan PadaICD-9-CM

No.

KelompokKode

Topografi operasi:

a. 01-05 Operasi pada sistemsyaraf (Operations onthe nervous system)

b. 06-07 Operasi pada sistemendokrin (Operations onthe endocrine system)

c. 08-16 Operasi pada mata(Operations on the eye)

d. 18-20 Operasi pada telinga(Operations on the ear)

e. 21-29 Operasi pada hidung,mulut dankerongkongan(Operations on the nose,mouth, and pharynx)

f. 30-34 Operasi pada sistempernafasan (Operationson the respiratorysystem)

g. 35-39 Operasi pada sistemjantung dan pembuluhdarah (Operations onthe cardiovascular

system)

h. 40-41 Operasi pada sistemlymfe dan hemic(Operations on thehemic and lymphaticsystem)

i. 42-54 Operasi pada sistempencernaan (Operationson the digestive system)

j. 55-59 Operasi pada sistemperkemihan (Operationson the urinary system)

k. 60-64 Operasi pada organgenital pria (Operationson the male genitalorgans)

l. 65-71 Operasi pada organgenital wanita(Operations on thefemal genital organs)

m. 72-75 ProsedutKandungan(obstetricalprocedures)

n. 76-84 Operasi pada sistem ototdan rangka (Operationson the musculoskelatalsyste)

o. 85-86 Operasi pada sistemkulit (Operation on theintergumentary system)

(HCIA, 1992)

3. Dasar Hukum Penggunaan ICD-9-CM di

Indonesia

Pengkodefikasi prosedur diagnosis dan

tindakan di rumah sakit tidak bisa terlepas dari

Diagnosis Related Group (DRG). Diagnosis

Related Group adalah suatu sistem pemberian

imbalan jasa pelayanan kesehatan pada

Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) yang

ditetapkan berdasarkan pengelompokkan

diagnosa penyakit. Diagnosis dalam DRG

sesuai dengan International Classification

Disease Ninth Edition Clinical Modification

(ICD-9-CM) untuk kode prosedur tindakan

dan International Statistical Classification Of

Disease and Related Health Problem Tenth

14 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Page 5: 40-144-1-PB

Revision (ICD-10) untuk kode diagnosis

penyakit. Indonesia DRG didefinisikan

sebagai suatu sistem klasifikasi kombinasi

beberapa jenis penyakit dan prosedur/

tindakan pelayanan disuatu rumah sakit

dengan pembiayaan yang dikaitkan dengan

mutu dan efektivitas pelayanan terhadap

pasien. Indonesia mengadopsi sistem DRG

pada awal September 2005 dengan

didatangkannya tim dari Universitas

Kebangsaan Malaysia dengan didampingi tim

dari UGM dan UI diminta Depkes untuk

mensupport perencanaan Depkes dengan uji

coba pada 15 RSUP di Indonesia dan Pilot

Project INA-DRG dimulai sejak tahun 2006

dengan dasar hukum :

a. Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor : 989/Menkes/SK/IX/2007

tanggal 3 September 2007 tentang

Penetapan Tarif Kelas III RS diseluruh

Indonesia berlandaskan Indonesia

Related Group (INA-DRG).

b. Undang Undang No 40 tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN).

c. SK MENKES No. 1663/

MENKES/SK/XII/2005 tentang

Ujicoba Penerapan Sistem Diagnostic

Related Group (DRG) Case Mix di 15

rumah sakit di Indonesia.

d. Dirjen Bina Pelayanan Medik NO

HK.00.006.1.1.214 tentang

Pembentukan Kelompok Kerja Centre

For Case–Mix. (Husain F, 2008).

4. Langkah-langkah pengkodean tindakan

berdasarkan ICD-9-CM yaitu

a. Identifikasi prosedur diagnostic yang

akan dikode.

b. Cari “lead term” yang tepat

c. Lihat lead term pada buku indeks

alphabet.

d. Lihat pada beberapa lokasi”modifiers”.

e. Koreksi kode yang didapat pada buku

”Tabular list”.

f. Lihat/koreksi juga pada ”Inclusion and

Exclusion terms”.

g. Tetapkan kode.

5. Tujuan digunakan ICD-9-CM

a. Digunakan sebagai informasi

klasifikasi morbiditas dan mortalitas

untuk statistik.

b. Dasar untuk memasukkan jenis

tindakan/operasi dalam indeks penyakit

dan operasi.

c. Sebagai laporan diagnosis oleh dokter.

d. Mempermudah untuk penyimpanan

dan pengambilan data.

e. Digunakan sebagai pelaporan nasional

morbiditas dan mortalitas.

f. Dasar dalam pengelompokkan penyakit

pada sistem Diagnosis Related Group

(DRG).

g. Digunakan dalam membantu kompilasi

dan pelaporan data sebagai evaluasi

pelayanan.

h. Sebagai sumber dalam pola pelayanan

kesehatan. (Garmelia E, 2009)

6. Pembentukan Kelas Penyakit dalam INA-

DRG

Setiap kelas dalam sistem INA-DRG

disebut sebagai Diagnosis Related Groups

(DRG’s). Empat belas variabel untuk setiap

Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 15

Page 6: 40-144-1-PB

kelas didapat dengan mengisi data dari

sebagai berikut :

a. Identitas pasien (Identification)

b. Tanggal masuk RS (Admit Date)

c. Tanggal keluar RS (Discharge Date)

d. Lama hari rawatan (Length of Stay)

e. Tanggal lahir (Birth Date)

f. Umur (tahun) ketika masuk RS (Admit

Age In Years)

g. Umur (hari) ketika masuk RS (Admit

Age In Days)

h. Umur (hari) ketika keluar RS

(Discharge Age In Days)

i. Jenis Kelamin (Gender)

j. Status Keluar Rumah Sakit (Discharge

Disposition)

k. Berat Badan Baru Lahir (Birth Weight

in Grams)

l. Diagnosis Utama (Principal Diagnosis)

m. Diagnosis Keluar (Secondary

Diagnosis) (Komplikasi & Ko-morbid)

n. Prosedur/ Pembedahan Utama

(Surgical Procedures) (Depkes RI,

2007).

D. Analisis Akurasi Kode Tindakan

Operasi

1. Pengertian Analisis Akurasi Kode

Tindakan Operasi

Analisa adalah penyelidikan dan

penguraian terhadap suatu masalah untuk

mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya;

proses pemecahan masalah yang dimulai

dengan dugaan akan kebenarannya. (Kamisa,

1997) Analisis adalah penelaahan dan

penguraian data hingga menghasilkan

kesimpulan. Analisis adalah penyelidikan

terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan

dsb) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara

dsb); penjabaran sesudah dikaji sebaik-baik

nya; pemecahan persoalan yang dimulai

dengan dugaan akan kebenarannya.

(Depdiknas, 2001)

Akurasi dapat didefinisikan sebagai

kecermatan, ketelitian dan ketepatan dalam

pelaksanaan suatu pekerjaan (Depdiknas,

1991) Akurasi atau ketelitian yang dimaksud

adalah data yang dikumpulkan sama atau

mendekati angka atau nilai sumber data yang

sama. (Wijono D, 1999)

Akurasi adalah ketelitian, kecermatan dan

ketepatan. Akurasi adalah kecermatan,

ketelitian, ketepatan. (Depdiknas, 2001). Kode

adalah sandi, tanda yang disetujui secara

konvensional yang mempunyai maksud

tertentu. (Kamisa, 1997). Kode adalah tanda

(kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk

maksud tertentu (untuk menjamin kerahasiaan

berita pemerintah dsb); kumpulan peraturan

yang bersistem; kumpulan prinsip yang

bersistem. (Depdiknas, 2001). Tindakan

adalah sesuatu yang dilakukan atau perbuatan;

tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi

sesuatu. (Depdiknas, 2001). Kode tindakan

dapat didefinisikan sebagai tanda (kata-kata,

tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu

untuk menjamin kerahasiaan berita berupa

tindakan medis yang dilakukan. (Depdiknas,

1991). Operasi adalah setiap tindakan yang

dilakukan dengan instrument atau dengan

tangan seorang ahli bedah(Danis D, 2005).

Operasi adalah bedah atau bedel (untuk

mengobati penyakit); pelaksanaan rencana

yang telah dikembangkan. (Depdiknas, 2001).

16 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Page 7: 40-144-1-PB

Dari berbagai pengertian diatas disimpulkan

bahwa analisis keakuratan kode tindakan

operasi adalah penelaahan dan penguraian

data yang menghasilkan kesimpulan dan

ketepatan dalam penulisan kode tindakan yang

dilakukan oleh seorang ahli bedah.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi

kode diagnosis /tindakan

a. Kelengkapan diagnosis, banyak

diagnosis yang tidak bisa langsung

dikode untuk mendapatkan kode yang

akurat. Diagnosis Diabetes Mellitus

(DM), misalnya membutuhkan

informasi tambahan tentang jenis

kelamin, umur, kehamilan, riwayat

DM, komplikasi dan lain-lain. Jadi

untuk mengkode DM tidak bisa hanya

melihat diagnosis yang tertulis di RM1

saja (Formulir Ringkasan Masuk

Keluar).

b. Kemampuan petugas koding untuk

membaca diagnosis dan tindakan medis

yang ditulis dokter dengan benar, jika

petugas salah baca diagnosis dan

tindakan maka kode yang dihasilkan

akan salah juga.

c. Kemampuan petugas koding untuk

memahami terminologi medis,

misalnya penggunaan istilah–singkatan

dan simbol dalam rekam medis. Dalam

hal ini, pendidikan dan pengalaman

(jam terbang) bisa berpengaruh.

d. Beban kerja petugas koding.

e. Sarana kerja yang tersedia, misalnya

buku ICD-10 (ada rumah sakit yang

membagi-bagi ICD-10 per bab, ini

tidak dianjurkan), ICD-9-CM, kamus

bahasa inggris dan kamus kedokteran.

f. Sarana komunikasi ditempat kerja juga

perlu dipertimbangkan. Apakah

tersedia kemudahan telepon, intercom

atau sejenisnya agar petugas koding

mudah berkonsultasi dengan dokter

penulis diagnosis.

g. Masih perlu dipertimbangkan juga

kemampuan petugas koding untuk

berkomunikasi secara efektif dan

efisien dengan berbagai pihak,

terutama dengan dokter penulis

diagnosis. (Rano Center, 2008).

Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan

kesalahan pengkodean, selain faktor diatas,

antara lain:

a. Pemilihan kode yang salah

Ketidakakuratan kode

diagnosis/tindakan yang disebabkan

oleh ketidaksesuaian jenis diagnosis

/tindakan dengan kode, hal ini terjadi

karena kesalahan dalam pemberian

kode pada diagnosis dan tindakan oleh

petugas koding.

b. Tidak dilakukannya tinjauan ulang

keseluruhan rekam medis

Sumber kesalahan utama yang

ditemukan dalam pengkodean pada

umumnya adalah statement keputusan

diagnosis dan tindakan, biasanya pada

lembar awal, daripada melakukan

tinjauan ulang keseluruhan rekam

medis. Kemungkinan kesalahan

disebabkan oleh pengkodean yang

sering dilakukan pada dokumen yang

tidak lengkap.

Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 17

Page 8: 40-144-1-PB

c. Tidak dilakukan pengkodean pada jenis

diagnosis dan tindakan

Kesalahan yang disebabkan karena

tidak dilakukan pengkodean pada

diagnosis dan tindakan yang ditulis

dokter oleh petugas koding.

d. Pengkodean diagnosis atau tindakan

tidak dibenarkan oleh isi catatan

Kesalahan mungkin juga disebabkan

karena memasukkan kode untuk

diagnosis dan tindakan yang

seharusnya tidak dikode atau diagnosis

dan tindakan yang seharusnya dikode

akan tetapi tidak dikode.

e. Kesalahan juru tulis pada data base

atau rekening

Kesalahan dapat disebabkan oleh

kekeliruan dari juru tulis, misalnya

suatu kode yang benar mungkin salah

dimasukkan ke dalam index elektronik.

METODOLOGI PENELITIANA. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

diskriptif. Penelitian diskriptif adalah

penelitian yang hasilnya berupa diskripsi

(penggambaran) keadaan obyek penelitian

tanpa memberikan kesimpulan yang berlaku

umum (generalisasi). (Arif M, 2008).

Metode penelitian ini menggunakan studi

dokumentasi dan dibantu dengan metode

observasi. Studi dokumentasi yaitu suatu

tehnik pengambilan data dengan menghimpun

dan menganalisis dokumen-dokumen, baik

dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

(Arif M, 2003).

Dokumen yang dianalisis adalah Dokumen

Rekam Medis khususnya formulir resume

pasien pulang berupa kode tindakan dari 10

besar jenis tindakan operasi pada triwulan I

tahun 2009. Observasi yaitu melakukan

deskripsi terhadap fenomena ataupun kejadian

yang ditemukan tanpa mencoba melakukan

analisis bagaimana dan mengapa fenomena

tersebut dapat terjadi. (Arif M, 2003).

Observasi dilakukan pada Dokumen

Rekam Medis khususnya formulir resume

pasien pulang dengan hasil kode tindakan

operasi berdasarkan ICD-9-CM di BRSD

RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009.

B. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan

kelompok subyek dapat berupa manusia,

hewan percobaan, data laboratorium dan lain-

lain yang ciri-cirinya akan diteliti. (Arief M,

2008). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kode tindakan operasi

yang terdapat pada formulir resume pasien

pulang khususnya 10 besar besar tindakan

operasi di BRSD RAA Soewondo Pati

triwulan I tahun 2009. Jumlah populasi yang

ada adalah sebanyak 444 lembar formulir

resume pasien pulang. Sampel atau populasi

studi merupakan hasil pemilihan subjek dari

populasi untuk memperoleh karakteristik

populasi. (Arief M, 2008).

Dalam penelitian ini pengambilan sampel

dengan teknik non random (non probability

sampling) yaitu dengan teknik quota sampling

adalah pengambilan sampel secara quota yatu

dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata

atau daerah, tetapi mendasarkan diri pada

jumlah yang sudah ditentukan.

18 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Page 9: 40-144-1-PB

Dalam mengumpulkan data, peneliti

menghubungi subjek yang memenuhi

persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa

menghiraukan dari mana asal subjek tersebut

(asal masih dalam populasi). Biasanya yang

dihubungi adalah subyek yang mudah ditemui,

sehingga pengumpulan datanya mudah. Yang

penting diperhatikan disini adalah

terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah

ditetapkan. (Arikunto S, 2006). Peneliti

menetapkan sampel yang digunakan sebanyak

88 formulir resume pasien pulang.

C. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data :

1. Data Primer

Data primer adalah materi atau kumpulan

fakta yang dikumpulkan sendiri oleh si

peneliti pada saat berlangsungnya suatu

penelitian. Contoh: data reseach design,

survei, observasi dan eksperimen. (Chandra B,

1995). Data primer penelitian ini adalah dari

pengisian kuisioner terbuka kepada petugas

koding mengenai alat yang digunakan dalam

pengkodean jenis tindakan operasi dan

observasi secara langsung pada obyek

penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini adalah

data sekunder internal yaitu data yang berasal

dari lingkungan sendiri seperti hasil penelitian

sebelumnya atau data di rumah sakit berupa

medical records, kapasitas tempat tidur dan

lain-lain. (Chandra B, 1995). Data sekunder

pada penelitian ini diperoleh dari jenis dan

kode 10 besar tindakan operasi yang tertulis

pada formulir resume pasien pulang sebanyak

88 lembar dan indeks operasi pada triwulan I

tahun 2009.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Dalam Juknis 6 Unit Rekam Medis BRSD

RAA Soewondo Pati tentang Pemrosesan

Rekam Medis, Bagian Koding (Klasifikasi

Penyakit dan Operasi) adalah salah satu

kegiatan pada sub bidang rekam medis yang

berfungsi melaksanakan pengklasifikasian

penyakit dan tindakan pembedahan di BRSD

RAA Soewondo Pati. Dalam susunan

organisasinya, Bagian Koding bertanggung

jawab kepada Kepala Sub Bagian Sistem

Informasi Manajemen dan Rekam Medis.

Ruang untuk bagian koding di Unit Rekam

Medis BRSD RAA Soewondo Pati menjadi

satu bagian dengan petugas Assembling,

Analising, Entri data dan petugas bagian

pelaporan. Proses koding dilakukan setiap hari

sesuai jam kerja.

Bagian koding di unit rekam medis BRSD

RAA Soewondo Pati di laksanakan oleh satu

petugas berpendidikan D3 rekam medis.

Petugas koding bertugas sejak tahun 2001

sehingga dalam melakukan pengkodean tidak

mengalami kendala. Petugas koding bekerja

sesuai dengan Juklak yang ada di rumah sakit.

Petugas koding dalam menentukan diagnosis

penyakit berdasarkan ICD-10 dan kode

tindakan medis berdasarkan ICD-9-CM. ICD-

9-CM digunakan sebagai buku pedoman

dalam pengkodean tindakan medis di BRSD

RAA Soewondo Pati sejak bulan Agustus

tahun 2008. Di BRSD RAA Soewondo Pati

belum ada prosedur tetap tentang penggunaan

Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 19

Page 10: 40-144-1-PB

ICD-9-CM sebagai pedoman pengkodean

jenis tindakan medis. Buku/ perlengkapan

yang digunakan oleh petugas koding dalam

membantu melaksanakan pekerjaan sebagai

berikut:

a. Buku ICD-10 volume 1, volume 2 dan

volume 3 yang digunakan untuk

mengkode diagnosis penyakit.

b. Buku ICD-9-CM yang digunakan

untuk mengkode jenis tindakan medis

yang diberikan kepada pasien.

c. Kamus ICD-10 dan ICD-9-CM dari

RSUP Karyadi yang merupakan buku

bantu untuk mengkode diagnosis

penyakit dan jenis tindakan medis

pasien.

d. Buku bantu berupa kertas HVS

bertuliskan diagnosis penyakit dari

kode ICD-10 yang sering ada di rumah

sakit.

Petugas koding bertanggung jawab pada

pengisian kode penyakit, kode tindakan

pembedahan/operasi dan kode sebab kematian

(apabila pasien meninggal dunia). Pedoman

dalam penulisan dan pemberian koding sesuai

lampiran 4 adalah :

a. Menerima dokumen rekam medis yang

sudah lengkap dari petugas Assembling

dan Analising.

b. Memberi kode penyakit berdasarkan

ICD-10, pada lembar resume pasien

pulang (RM B1).

c. Memberi kode tindakan Pembedahan

berdasarkan Buku Pedoman ICOPIM,

pada lembar resume pasien pulang

(RM B1).

d. Memberi kode sebab kematian penyakit

pasien pada lembar Sebab Kematian (RM

B1), apabila pasien meninggal.

e. Dokumen Rekam Medis yang sudah diberi

kode diserahkan ke petugas bagian indeks.

Sepuluh besar jenis tindakan operasi pada

formulir resume pasien pulang di BRSD RAA

Soewondo pati periode triwulan I tahun 2009.

Tabel 2. Daftar 10 besar Tindakan Operasidi BRSD RAA Soewondo Pati Triwulan ITahun 2009.

NoNama

tindakan

KodeICD-9-CM

Jumlah %

1 Curettage 69.52 152 34,232 SCTP 74.4 133 29,95

3Vacuum

extraction72.79 29 6,53

4

Herniorrhaphy

Scrotalis /Inguinalis

53.00 23 5,18

5Orif

Radius79.32 22 4,95

6Manualassisteddelivery

73.59 18 4,05

7Mastectomy SimpleUnilateral

85.41 18 4,05

8PlacentaManual

75.4 17 3,82

9Orif

Ankle/Leg79.36 17 3,82

10Prostatect

omy60.69 15 3,37

Jumlah 444 100

Sumber : data Sekunder Indeks Operasi

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa

tindakan operasi terbesar di BRSD RAA

Soewondo Pati pada triwulan I tahun 2009

adalah tindakan Curettage sebanyak 152

tindakan operasi (34,23%), dan tindakan

operasi terkecil adalah Prostatectomy

sebanyak 15 tindakan operasi (3,37%).

Tata cara penentuan kode tindakan operasi

oleh petugas koding, petugas koding dalam

20 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Page 11: 40-144-1-PB

mempermudah pemberian kode tindakan

operasi menggunakan buku bantu yang berisi

jenis operasi/ tindakan medis beserta kodenya

berdasarkan ICD-9-CM yang disusun secara

alphabetic. Jenis operasi/tindakan medis yang

ada dalam buku bantu merupakan jenis

operasi/tindakan medis yang sering dilakukan

di BRSD RAA Soewondo Pati. Buku bantu

tersebut adalah buku yang terdiri dari

beberapa kertas HVS yang berisikan nama-

nama jenis operasi yang sering dilakukan di

BRSD RAA Soewondo Pati beserta kodenya

berdasarkan buku ICD-9-CM.

Petugas koding dalam menentukan kode

tindakan operasi yang tidak ada pada buku

bantu tersebut maka mencari kode tindakan

operasi dengan tahapan sebagai berikut:

Membaca jenis tindakan operasi pada formulir

resume pasien pulang pasien rawat inap yang

akan dikode, mencari kode dengan mencari

kata kunci/lead term pada indeks di ICD-9-

CM dari tindakan tersebut, setelah diperoleh

kode dari indeks, petugas koding membuka di

tabular list untuk menentukan kode tindakan

yang ditulis dokter tersebut, petugas koding

menulis kode tindakan di kolom yang tersedia

pada formulir resume pasien pulang.

Hasil Analisis Keakuratan Kode Tindakan

10 Besar Operasi pada Formulir Resume

Pasien Pulang triwulan I tahun 2009.

Penulisan kode tindakan operasi di BRSD

RAA Soewondo Pati dilaksanakan oleh sub

bagian koding unit rekam medis. Kode

tindakan operasi diisikan kolom operasi

/tindakan pada formulir resume pasien pulang

sesuai dengan jenis tindakan operasi yang

dituliskan oleh petugas medis pada kolom

tersebut. Pelaksanaan pengkodean tindakan

medis dilaksanakan dengan menggunakan

buku ICD-9-CM.

Hasil pengkodean tindakan operasi

berdasarkan ICD-9-CM pada formulir resume

pasien pulang yang diambil dari sampel

sebanyak 88 lembar formulir resume pasien

pulang dapat dilihat pada lampiran 11. Hasil

rekapitulasi akurasi kode tindakan operasi

tersebut terdapat pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Rekapitulasi Akurasi Kode 10Besar Tindakan Operasi berdasarkan ICD-9-CM pada Formulir Resume PasienPulang di BRSD RAA Soewondo Patiperiode Triwulan I tahun2009

No

Keakuratan Penulisan KodeBerdasarkan ICD-9-CM

Jml (%)

1 Akurat 66 75

2 Tidak Akurat 22 25

Jumlah 88 100Sumber : Data sekunder Analisis FormulirResume Pasien

Dari tabel dan diagram diatas dapat

diketahui bahwa dari 88 lembar formulir

resume pasien pulang pasien rawat inap

75%

25%

Persentase Penulisan KeakuratanKode Tindakan Operasi padaFormulir Resume Pasien Pulangberdasarkan ICD-9-Cm di BRSDRAA Soewondo Triwulan I Tahun2009

Akurat

TidakAkurat

Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 21

Page 12: 40-144-1-PB

terdapat 66 kode (75 %) tindakan operasi yang

akurat dan kode tindakan operasi yang tidak

akurat sebesar 22 kode (25%).

Faktor Ketidakakuratan Kode Tindakan

Operasi pada Formulir Resume Pasien Pulang.

Di BRSD RAA Soowondo Pati, faktor yang

mempengaruhi ketidakakuratan kode tindakan

operasi pasien rawat inap pada formulir

resume pasien pulang antara lain :

a. Pemilihan kode yang salah

Ketidakakuratan kode tindakan operasi

yang disebabkan oleh ketidaksesuaian

jenis operasi dengan kode tindakan

operasi. Ada 4 formulir resume pasien

pulang yang tidak akurat. Hal ini dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Ketidakakuratan Kode TindakanOperasi yang disebabkan oleh PemilihanKode yang Salah

N

o.

Jenis

Tindakan

Operasi

Jmlh Kode

berdasarkan

Ket.Petu

gas

Kod

ing

ICD

-9-

CM

1.Manual

aid1

73.5

3

73.5

9

Tidak

ada

kode

73.53

pada

ICD-9-

CM

2Orif

Radius1

79.6

2

79.3

2

79.62

diguna

kan

untuk

kode

tindak

an

Debrid

ement

of

open

fractur

e site

3Orif

Radius1

79.3

3

79.3

2

79,33

diguna

kan

untuk

kode

tindak

an Orif

carpals

and

mataca

rpals

4Orif

Radius1

79.3

1

79.3

2

79.31

diguna

kan

untuk

kode

tindak

an Orif

Humer

us

Sumber: Data Sekunder Analisis Formulir ResumePasien Pulang

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa

kode tindakan operasi yang tidak akurat

disebabkan pemilihan kode yang salah,

terbesaradalah pada jenis tindakan operasi

Orif Radius yang seharusnya diberi kode

79.32 sebanyak 3 formulir resume pasien

pulang.

Tidak dilakukannya tinjauan ulang

keseluruhan catatan/ penulisan kode

tindakan operasi terhadap jenis operasi.

Terdapat 13 kode tindakan operasi yang

tidak akurat disebabkan tidak

dilakukannya tinjauan ulang keseluruhan

catatan / penulisan kode tindakan operasi

terhadap jenis tindakan operasi. Untuk

lebih jelasnya terdapat pada tabel 4.

Tabel 4. Ketidakakuratan yang disebabkanTidak dilakukannya Tinjauan Ulang

22 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Page 13: 40-144-1-PB

Keseluruhan Penulisan Kode TindakanTerhadap Jenis Operasi

N

o

Jenis

Tindakan

Operasi

Jml Kode

berdasarkan

Ket.

Petu

gas

Kod

ing

ICD

-9-

CM

1. Transuretr

al

Prostatect

omy

2 60.6

9

60.2 60.69digunakanuntukkodetindakanOtherProstatectomy

2 ProstatectomyPerineal

1 60.69

60.62

60.69digunakanuntukkodetindakanOtherProstatectomy

3 SC Lowcervical

3 74.4 74.1 74.4digunakanuntukkodetindakanCesareanSection ofotherspecified type

4 MastectomyRadicalUnilateral

1 85.41

85.45

85.41digunakanuntukkodetindakanUnilateralSimpleMastec

tomy

5 SCTPClassical

1 74.4 74.0 74.4digunakanuntukkodetindakanCesareanSection ofotherspecified type

6 ProstatectomyRadical

1 60.69

60.5 60.69digunakanuntukkodetindakanOtherProstatectomy

7 HerniorrhapyUmbilicalwithprosthesis

1 53.00

53.41

53.00digunakanuntukkodetindakanInguinalherniorrhapy

8 ProstatectomyTransvesical

1 60.69

60.3 60.69digunakanuntukkodetindakanOtherProstatectomy

9 UnilateralHerniorrhapyfemoralwith graft

2 53.00

53.21

53.00digunakanuntukkodetindakanInguinalherniorrhapy

Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 23

Page 14: 40-144-1-PB

Sumber: Data Sekunder Analisis Formulir ResumePasien Pulang

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa

kode tindakan operasi yang tidak akurat

disebabkan tidak dilakukannya tinjauan

ulang penulisan kode tindakan operasi

terhadap jenis tindakan operasi, terbesar

adalah pada tindakan operasi SC Low

Cervical yang seharusnya dikode 74.1

sebanyak 3 formulir resume pasien pulang.

Tidak dilakukannya pengkodean pada

beberapa jenis tindakan operasi Terdapat 5

kode tindakan operasi yang tidak akurat

disebabkan tidak dilakukannya

pengkodean pada beberapa jenis tindakan

operasi. Untuk lebih jelasnya terdapat pada

tabel 5.

Tabel 5. Ketidakakuratan YangDisebabkanTidak DilakukannyaPengkodean Pada Beberapa JenisTindakan Operasi

No

.

Jenis

Tindakan

Operasi

Jmlh

Kode

berdasarkan

Ket.Petu

gas

Kodi

ng

ICD

-9-

CM

1.

SCTP 1 - 74.4 Tidakdikodeolehpetugaskoding

2

SC 1 - 74.99

Tidakdikodeolehpetugaskoding

3Manualaid

1 - 73.59

Tidakdikodeolehpetuga

skoding

4

Curettage 2 - 69.52

Tidakdikodeolehpetugaskoding

Sumber: Data Sekunder Analisis Formulir ResumePasien Pulang

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa

kode tindakan operasi yang tidak akurat

disebabkan tidak dilakukannya

pengkodean pada beberapa jenis tindakan

operasi, terbesar adalah pada tindakan

operasi Curettage yang seharusnya diberi

kode 69.52 sebanyak 2 formulir resume

pasien pulang.

PEMBAHASAN

1. Jenis 10 besar tindakan besar operasi di

BRSD RAA Soewondo pati periode

triwulan I tahun 2009

Dari tabel 4.1 daftar 10 besar tindakan

operasi di BRSD RAA Soewondo Pati

periode triwulan I tahun 2009 dapat kita

lihat bahwa:

a. Tindakan terbesar ditunjukkan pada

tindakan Curettage sebesar 152

tindakan operasi (34,23%). Data ini

ditunjukkan dengan informasi pada

indeks operasi selain pada lembar

formulir resume pasien pulang.

Hal ini terjadi karena banyak diagnosis

penyakit misalnya :Blighted Ovum,

Abortus Incompletus, Classical Mole

dilakukan dengan tindakan Curettage.

24 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Page 15: 40-144-1-PB

b. Tindakan terkecil adalah Prostatectomy

sebesar 15 tindakan operasi (3,37%).

Data ini ditunjukkan dengan informasi

pada indeks operasi selain pada lembar

formulir resume pasien pulang.

Hal ini terjadi karena beberapa

penyakit pada organ prostat tidak

hanya di berikan tindakan bedah

namun banyak yang diberikan terapi

obat-obatan dan chemotheraphy

sehingga tindakan Prostatectomy

khususnya di BRSD RAA Soewondo

Pati jarang dilakukan.

2. Tata cara penentuan kode tindakan operasi

oleh petugas koding

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tata

cara pengkodean di BRSD RAA

Soewondo Pati belum sesuai dengan tata

cara pengkodean tindakan operasi

berdasarkan ICD-9-CM. Dalam

pengkodean tindakan operasi petugas

koding kurang memperhatikan petunjuk

”see” yang terdapat dalam indeks. Dalam

menetapkan kode tindakan operasi,

petugas koding juga belum memperhatikan

”inclusion” dan ”exclusion term” untuk

mendapatkan kode tindakan operasi yang

akurat berdasarkan ICD-9-CM pada

formulir resume pasien pulang.

Akibat dari penentuan kode tindakan

operasi yang belum sesuai berdasarkan

ICD-9-CM adalah :

a. Pemilihan point 9 pada digit ke 4

tindakan operasi berdasarkan ICD-9

CM sering dilakukan. Hal ini dapat

berpengaruh karena kode tindakan

operasi menjadi tidak spesifik yang

berdampak pada penukaran

pembayaran (jika digunakan sebagai

klaim pembiayaan). Contoh pada

tindakan Prostatectomy selalu dikode

dengan menggunakan kode 60.69

disebutkan bahwa yang dikode

sebenarnya adalah tindakan operasi

Prostatectomy Perineal yang

seharusnya dikode 60.62.

b. Terjadinya ketidakakuratan pada kode

tindakan operasi yang berdampak pada

pengumpulan data yang salah sehingga

informasi yang dihasilkan menjadi

tidak akurat. Contoh pada tindakan

Orif Radius yang dikode 79.33 dimana

seharusnya kode tersebut digunakan

untuk kode tindakan Orif Carpals and

Metacarpals.

c. Apabila kode yang dipilih oleh petugas

koding digunakan sebagai klaim dalam

pembiayaan akan berakibat pada

kesalahan dalam besaran tarif

pelayanan.

3. Analisis Keakuratan Kode Tindakan

Operasi pada Formulir Resume Pasien

Pulang

Hasil penelitian keakuratan kode tindakan

operasi dari 88 lembar formulir resume

pasien pulang di BRSD RAA Soewondo

Pati, ditunjukkan adanya 66 lembar

formulir (75 %) kode tindakan operasi

yang akurat dan 22 lembar formulir (25 %)

kode tindakan operasi yang tidak akurat.

Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat

keakuratan kode tindakan operasi yang

Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 25

Page 16: 40-144-1-PB

dilaksanakan di BRSD RAA Soewondo

Pati belum mencapai standard hasil

keakuratan 100%.

4. Faktor Ketidakakuratan Kode Tindakan

Operasi pada Formulir Resume Pasien

Pulang

a. Ketidakakuratan kode tindakan operasi

disebabkan pemilihan kode yang salah.

Hal ini berarti bahwa ketidakakuratan

kode tindakan operasi disebabkan

karena penulisan kode yang tidak tepat

untuk suatu jenis tindakan operasi.

Terdapat 4 dokumen rekam medis, hal

ini disebabkan petugas kurang

memperhatikan jenis tindakan operasi

yang akan dikode. Contoh pada,

tindakan Orif Radius yang seharusnya

79.32, tetapi dikode 79.62.

b. Tidak dilakukannya tinjauan ulang

keseluruhan catatan/ penulisan

terhadap kode terhadap jenis operasi.

Terdapat 13 kode tindakan operasi

yang tidak akurat, hal ini disebabkan

oleh petugas koding hanya menghafal

kode tindakan operasi yang ada pada

buku bantu. Contoh pada jenis tindakan

operasi Prostatectomy yang sudah

identik dengan kode 60.69 dimana

sebenarnya bahwa jenis tindakan

adalah Prostatectomy Transuretral,

sehingga sedetail apapun penulisan

jenis tindakan operasi kodenya tetap

sama.

c. Tidak dilakukan pengkodean pada

beberapa jenis tindakan operasi.

Terdapat 4 kode tindakan operasi yang

tidak akurat, hal ini disebabkan karena

petugas koding mengira bahwa petugas

Entri Data hafal dengan kode dari jenis

tindakan operasi tersebut (jenis

tindakan operasi yang tidak dikode

adalah jenis tindakan operasi yang

sering ada di BRSD RAA Soewondo

Pati). Contoh, pada jenis tindakan

operasi Curettage tidak dikode oleh

petugas koding yang seharusnya diberi

kode 69.52.

KESIMPULAN

Jenis 10 besar tindakan operasi di BRSD

RAA Soewondo Pati triwulan I tahun 2009

adalah tindakan terbesar adalah Curettage

dengan 152 tindakan (34,23 %) dan tindakan

terkecil adalah Prostatectomy dengan 15

tindakan (3,37%). Tata cara penentuan kode

tindakan operasi oleh petugas koding di

BRSD RAA Soewondo Pati belum sesuai

dengan tata cara pengkodean prosedur

tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM.

Hasil penghitungan keakuratan kode 10 besar

tindakan operasi berdasarkan ICD-9-CM pada

formulir resume pasien pulang sebanyak 88

lembar diperoleh kode tindakan operasi yang

akurat sebanyak 66 lembar (75%) dan kode

tindakan operasi yang tidak akurat sebanyak

22 lembar (25%).Faktor ketidakakuratan kode

tindakan operasi adalah pemilihan kode yang

salah, tidak dilakukannya tinjauan ulang

keseluruhan penulisan kode tindakan operasi

terhadap jenis tindakan operasi dan tidak

dilakukannya pengkodean pada beberapa jenis

tindakan operasi.

Dibuatnya protap tentang penggunaan

ICD-9-CM sebagai pedoman dalam

26 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Page 17: 40-144-1-PB

pengkodean tindakan operasi dan

digunakannya sarana Kamus Bahasa Inggris

dan Kamus Kedokteran dalam membantu

melakukan pengkodean tindakan operasi

berdasarkan ICD-9-CM. Dilakukannya

tinjauan ulang keseluruhan catatan dalam

formulir laporan operasi yang didalamnya

tercantum jenis tindakan operasi yang

selanjutnya akan diberi kode dari tindakan

operasi tersebut. Petugas koding disarankan

senantiasa berusaha untuk meningkatkan

kemampuan, ketekunan, ketelitian dengan

cara mengikuti seminar / pelatihan mengenai

ICD-9-CM sehingga dapat menghasilkan kode

tindakan yang akurat. Dalam pembuatan buku

bantu yang digunakan dalam membantu

pengkodean tindakan operasi disarankan lebih

memperhatikan tata cara pengkodean

berdasarkan ICD-9-CM dengan format pada

tabel 6.

Tabel 6. Format pembuatan Buku Bantu

N

o

Nama Tindakan

Operasi

Kode

1 Prostatectomy -

Perineal - Radical

(any approach) -

Transuretral -

Transvesical Punch

(Suprapubic)

60.69 60.62

60.5 60.2

60.3

2 Cesarean Section -

Classical -

Extraperitoneal -

Supravesical -

Transperitoneal -

classical - low cervical

74.99 74.0

74.2 74.2

74.4 74.0

74.1

DAFTAR PUSTAKAArief, M. 2008. Pengantar Metodologi

Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan.Surakarta : Sebelas Maret UniversityPress, hal 8, 43, 53-4.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Jakarta : CetakanKe XIII. PT. Rineka Cipta, hal : 151-59.

Candra, B. 1995. Pengantar StatistikKesehatan. Jakarta: Cetakan I. EGC,hal : 7.

Danis, D. 2005. Kamus Istilah Kedokteran.Jakarta : Gita Media Press, hal : 454.

Depdiknas. 1991. Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka, hal : 24, 316.

Depdiknas. 2001. Kamus Bahasa IndonesiaEdisi ke3. Jakarta : Balai Pustaka, hal:25, 43, 578, 7999, 1195.

Depkes RI No. 269/PerMenKes/Per/III/2008.Rekam Medis Bab I Pasal 1, hal : 2.

Depkes RI. 1991. Petunjuk TeknisPenyelenggaraan Rekam Medis/Medical Record Rumah Sakit. Jakarta:Departemen Kesehatan RI, hal: 50.

Depkes RI. 2007. Buku Daftar Tarif IndonesiaDRG Rumah Sakit Umum dan KhususKelas B.. Jakarta: DepartemenKesehatan RI, hal: 4.

Garmelia E. 2009. Pelatihan KlasifikasiPenyakit dan Tindakan dengan ICD-10dan ICD-9-CM. Jakarta : PORMIKI,hal : 3-4.

HCIA. 1992. International Classification ofDiseases 9thRevision Clinical

Analisis Keakuratan Kode 10 Besar Tindakan Operasi... (Rosi Hariani,dkk) 27

Page 18: 40-144-1-PB

Modification. Michigan : Commisionon Professional and Hospital Activities,pp : vi-vii.

Husain, F. 2008. Jaminan PemeliharaanKesehatan Bagi Masyarakat Miskin(JAMKESMAS) di Rumah SakitBerlandaskan Indonesia DiagnosisRelated Groups (INA-DRG). Jakarta :Direktorat Jenderal Bina PelayananMedik Departemen Kesehatan RI, hal:7. 50

__________. 2008. Indonesia DiagnosisRelated Groups sebagai Tarif KelasIII. Jakarta : Direktorat Jenderal BinaPelayanan Medik DepartemenKesehatan RI, hal: 10. Kamisa. 1997.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya : Kartika, hal : 24, 36-37,316.

Kristiyono, E. 2009. Kompetensi PerekamMedis Dalam Mendukung PelaksanaanINA DRG’s. Diakses : 21 Maret 2009.http:://rekamkesehatan.wordpress.com/2009/02/2007/kompetensi-perekam-medis-dalam-mendukung-pelaksanaan-ina-drg%E2%80%99s/.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi PenelitianKesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta,hal: 88-9.

Rano Center. 2008. Keakuratan Pengkodean.Diakses pada 20 Maret 2009.http://ranocenter.net/modules.php?name=News&file=article&sid=139.

Shofari, B. 2002. PSRK 01. ModulPembelajaran Sistem danProsedurPelayanan Rekam MedisBuku 2. Semarang : PORMIKI, hal :47-62.

Shofari, B. 1974. Pedoman Medical RecordRS (Hosital Medical Record System

Procedure Manual. Jakarta: DepkesRI.

Sugeng. 2006. Statistik Kesehatan dan ICD-10. In: Training of Trainers (TOT).PORMIKI. Yogyakarta. (Tidakdipublikasikan). Hal : 2.

Wijono, D, H, M.S. Dr. 1999. ManajemenMutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya:Airlangga University Press, hal : 1235-54.

28 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, VOL. III, NO.1, MARET 2009, Hal 11-28

Page 19: 40-144-1-PB