Upload
aida-erna
View
259
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kuratif
Citation preview
MAKALAHAJARAN ISLAM DALAM UPAYA KURATIFMakalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam II Semester 5
DISUSUN OLEH:KELOMPOK 5
IKMB 2010
Achmad Sulthon 101011159Ambarwati 101011180Anisatun Azizah 101011160Chayang Yanisa Yunika 101011005Dea Nurma Ruditya 101011020Ishmatul Fajriyah 101011201Suci Cahyaning Tyas 101011143
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak 15 abad yang lalu, Nabi Muhammad SAW berdasarkan
reformasi yang dibawa melalui Risalah Islamiyyahnya, berkaitan dengan
hidup dan kehidupan manusia adalah terwujudnya suatu eksistensi
kebahagiaan, keselamatan, kesuksesan dan kenyamanan hidup di dunia dan di
akhirat. Sehat jiwa (sehat rohaniyah) yang terdapat pada hati dan sanubari dari
setiap umat manusia akan tetap terjaga untuk selalu tunduk di hadapan Allah
SWT, melalui sholat lima waktu. Selain itu, sikap yang selalu dilandasi bahwa
“La ilaha illallah” (Tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah) akan
mengusir dan mengantisipasi setiap penyakit ruhaniyyah, seperti sombong,
dengki, dendam, memikirkan diri sendiri, dan beberapa penyakit yang
tergolong berbahaya, yaitu munafik, kafir, dan musyrik.
Selain itu, sehat jasmaniah juga sangat penting untuk dijaga. Dengan
memiliki sehat jasmani, seorang hamba Allah mampu melakukan aktivitas dan
perbuatannya sesuai dengan aturan-aturan dan norma hukum islam secara
ikhlas, tanggung jawab dan penuh dengan kesadaran. Oleh karena itu, apabila
seseorang mengalami sakit pada jasmaninya, mereka dihimbau untuk
melakukan suatu perbuatan (mengobatinya) namun sesuai dengan ajaran atau
syariat Islam yang berlaku.
Sehat jasmani dan rohani merupakan nikmat Allah yang sangat luar
biasa yang dikaruniakan kepada setiap hamba-Nya secara cuma-cuma.
Namun, nikmat inilah yang sering kali dilupakan dan diabaikan oleh manusia
karena kesombongan dari manusia itu sendiri. Baru ketika seseorang tersebut
jatuh sakit, rasa ingat kepada Allah pun mulai muncul, berharap untuk segera
diberikan kesembuhan seperti sedia kala. Sakit pada dasarnya dapat dimaknai
sebagai suatu hikmah dan bahan untuk evaluasi diri bahwa siapapun dapat
mengalami kondisi yang tidak berdaya. Sehingga, sakit ini merupakan ujian
sekaligus hikmah bahwa Allah menunjukkan kuasa-Nya, Allah-lah tempat
manusia meminta dan memohon pertolongan.
Dalam keadaan sakit, Allah SWT tidak menghendaki umat-Nya pasif,
hanya bertawakal saja tanpa melakukan upaya memberbaiki kondisi
kesehatannya (berikhtiar). Secara khusus, Rasulullah SAW meminta kepada
para sahabat dan umatnya untuk berobat ketika sakit, karena setiap penyakit
akan ditemukan obatnya. Salain itu, sakit dan penyakit serta obat untuk
menanggulanginya merupakan tantangan tersendiri di bidang ilmu
pengetahuan dan kedokteran. Semakin berkembangnya suatu jaman, kegiatan
medis dan kefarmasian ini juga semakin bertambah dan berkembang pula.
Adapun pengobatan kuratif yang sekarang ini ada khususnya di Indonesia,
yaitu pengobatan tradisional dan modern.
Di Indonesia, pengobatan tradisional ada berbagai macam, yaitu
pengobatan tradisional China, Arab dan lokal (asli dari Indonesia).
Pengobatan ini memiliki kriteria dan caranya tersendiri, sebagai contoh
pengobatan tradisional dari Indonesia yang notabene merupakan pengobatan
turun temurun dari nenek moyang. Terkadang pengobatan ini memasukkan
unsur mistis di dalamnya yang sering kali masyarakat tidak mengetahui
apakah pengobatan tersebut sesuai dengan syariat Islam atau tidak. Sedangkan
untuk pengobatan modern terdapat berbagai cara yang dilakukan. Seperti yang
diketahui, rumah sakit telah menyediakan berbagai fasilitas pengobatan yang
canggih, seperti CT Scan, X-Ray, operasi plastik, sinar laser dan sebagainya.
Namun, berdasarkan pengobatan-pengobatan kuratif tersebut belum diketahui
apakah hal tersebut sesuai dengan pengobatan yang bersyariah Islam. Oleh
karena itu, dengan makalah ini akan dikaji lebih lanjut mengenai pengobatan
berdasarkan ajaran agama Islam.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal
sebagai berikut:
a. Apa saja pengertian dalam pengobatan islam?
b. Bagaimana hubungan antara sakit, obat, dan pengobatan dalam islam?
c. Apa prinsip pengobatan dalam islam?
d. Sebutkan petunjuk Alquran dan Alhadist tentang pengobatan?
e. Bagaimana metode pengobatan para nabi dan rasul sebelumnya?
f. Bagaimana metode Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)?
g. Bagaimana pengobatan tradisional dalam pandangan islam?
h. Bagaimana pengobatan modern dalam pandangan islam?
i. Bagaimana bentuk pengobatan yang dilarang dalam pandangan islam?
j. Bagaimana cara membedakan pengobatan yang syar’i dan tidak?
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-
hal sebagai berikut:
a. Mengetahui beberapa pengertian dalam pengobatan islam
b. Memahami hubungan antara sakit, obat, dan pengobatan dalam islam
c. Mengetahui prinsip pengobatan dalam islam
d. Mengetahui petunjuk Alquran dan Alhadist tentang pengobatan
e. Mengetahui metode pengobatan para nabi dan rasul sebelumnya
f. Mengetahui metode Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)
g. Memahami pengobatan tradisional dalam pandangan islam
h. Memahami pengobatan modern dalam pandangan islam
i. Mengetahui bentuk pengobatan yang dilarang dalam pandangan islam
j. Memahami cara untuk membedakan pengobatan yang syar’i dan tidak
BAB II
ISI
2.1 Pengertian dalam Pengobatan Islam
Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap
aspek kehidupan manusia, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan
pengobatan. Ilmu pengobatan islam sebenarnya tidak kalah dengan ilmu
pengobatan barat. Contohnya, Ibnu sina seorang muslim yang menjadi pionir
ilmu kedokteran modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada cara-cara
alami dan metode ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang
muslim dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakitnya.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah
SWT, disamping sebagai instink yang mendorong manusia untuk mencari
segala sesuatu yang di butuhkan untuk melestarikan hidupnya seperti makan,
minum dan tempat berlindung. Dalam mencari hal-hal tersebut, manusia akan
mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik maupun yang
membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta
mengembangkan pengalaman tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih
baik. Karena itu, manusia selalu dalam proses mencari dan menyempurnakan
hingga selalu progresif. Berbeda dengan binatang yang hanya dibekali dengan
instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah dan dan bersifat statis. Akal
lah yang membentuk serta membina kebudayaan manusia dalam bebragai
aspek kehidupannya termasuk dalam bidang pengobatan.
Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari
dari penyakit yang mengganggu hidup. Kebudayaan tidak saja dipengaruhi
oleh lingkungan, tetapi juga oleh kepercayaan dan keyakinan, karena manusia
telah merasa di alam ini ada sesuatu yang lebih kuat dari dia, baik yang dapat
dirasakan oleh pancaindera maupaun yang tidak dapat dirasakan dan bersifat
ghaib. Pengobatan ini pun tidak lepas dari pengaruh kepercayaan atau agama
yang dianut manusia.
Secara umum di dalam dunia pengobatan dikenal istilah medis dan
non medis. Para ahli berbeda pendapat tentang penjelasan batasan istilah
medis dan definisinya secara terminologis menjadi 3 pendapat, yaitu :
a. Pendapat pertama
Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi
tubuh manusia dari segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya.
Pendapat ini di nisbat kan oleh para dokter klasik dan Ibnu Rusyd Al-
hafidz.
b. Pendapat kedua
Medis atau kedokteran adalah ilmu tentang berbagai kondisi tubuh
manusia untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya
dari kondisi sakit.
c. Pendapat ketiga
Ilmu pengetahuan tentang kondisi-kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi
sehat dan kondisi menurunnya kesehatan untuk menjaga kesehatan yang
telah ada dan mengembalikannya kepada kondisi sehat ketika kondisi nya
tidak sehat. Ini adalah pendapat Ibnu sina.
Beberapa definisi tersebut walaupun kata dan ungkapannya berbeda
tetapi memiliki arti dan kandungan yang berdekatan. Namun, definisi ketiga
lah yang memiliki keistimewaan karena bersifat komprehensif mencakup
makna yang ditujukan oleh definisi pertama dan kedua. Istilah pengobatan
medis dapat disimpulkan sebagai suatu kebudayaan untuk menyelamatkan
diri dari penyakit yang menggaggu hidup manusia di dasar kan kepada ilmu
yang di ketahui dengan kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi sehat dan
kondisi menurunnya kesehatan, untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan
mengembalikannya ketika kondisi tidak sehat. Pengobatan medis sendiri
dalam sejarah manusia merupakan hasil proses panjang yang di awali secara
tradisional hingga menjadi modern seperti sekarang.
Selain pengobatan medis ada istilah ilmu kedokteran islam yang erat
kaitannya dengan pengobatan dalam pandangan islam. Ilmu kedokteran Islam
didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar, konsep, nilai, dan
prosedur- prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan Alquran dan
Assunnah. Prosedur medis atau alat pengobatan yang digunakan tidak
spesifik pada tempat atau waktu tertentu. Ilmu kedokteran Islam itu universal,
mencakup semua aspek, fleksibel, dan mengijinkan pertumbuhan serta
perkembangan berbagai metode investigasi dan pengobatan penyakit.
Definisi tersebut memerlukan perubahan dasar dari sistem
pengobatan. Dengan demikian, ilmu kedokteran Islam merupakan hasil
sebuah kritik Islami dan reformulasi paradigma dasar, metodologi penelitian,
pembelajaran, dan pelatihan ilmu kedokteran. Proses perubahan konseptual
ini juga memerlukan Islamisasi ilmu kedokteran. Hasil akhir dari proses
Islamisasi tidak akan menjadi system pengobatan, perawatan, atau prosedur
bagi umat Muslim saja tetapi juga bagi seluruh umat manusia karena Islam
merupakan sebuah tata nilai yang universal dan objektif. Islamisasi bukan
berarti ilmu pengobatan keagamaan, kedaerahan, atau yang lebih sempit
tetapi membuatnya luar biasa bagi seluruh umat manusia.
Proses Islamisasi meliputi semua sistem ilmu kedokteran, tetapi lebih
diprioritaskan pada ilmu kedokteran barat karena sudah mendominasi. Oleh
karena itu harus dimulai dengan pemeriksaan kritis dan menyusun ulang
metodologi penelitian. Ilmu pengetahuan dihasilkan oleh penelitian dan
manusia harusnya berada dalam posisi menghasilkan, bukan menggunakan
hasil proses ilmu pengetahuan. Sebuah metodologi penelitian yang baru
disusun ulang akan dibangun menggunakan pedoman Alquran berdasarkan:
a. Objektivitas (Istiqamah)
b. Ketidak berpihakkan (no hawa & dzann)
c. Kebenaran (haqq)
d. Memandang alam semesta dari sudut pandang holistik, harmoni dan
koordinasi (tauhid)
e. Pencarian hubungan sebab akibat (sunnah Allah fi al kaun al insan)
f. Kemanfaatan (‘ilm nafi)
g. Mengejar Keunggulan (ihsan).
Tugas berikutnya adalah penyusunan kembali nilai-nilai, etika serta
tingkah laku pelatihan dan praktek kesehatan. Hal ini akan membantu
perbaikan taraf hidup manusiaa dari segi kesehatan.
2.2 Hubungan antara Sakit, Obat, dan Pengobatan dalam Islam
Sehat jasmani dan rohani merupakan nikmat Allah yang sangat mahal
yang dikaruniakan kepada setiap hamba-Nya secara gratis dan sulit untuk
menghitung dan apalagi mau membayarnya. Sedangkan, sakit (al-maridh/as-
saqam) , dalam perspektif agama Islam, dimaknai sebagai sebuah hikmah dan
bahan muhasabah (evaluasi diri) bahwa siapapun hamba Allah dalam posisi
tidak berdaya ketika dalam keadaan sakit, baik sakit ringan, sakit sedang,
apalagi sakit yang kronis yang sudah mengancam eksistensi jiwanya yang
sudah terbaring, dan bahkan terkapar di pembaringan, yang hanya dapat
ditangisi oleh istreri/suami dan sanak saudara.
Sakit/penyakit itu bisa menjadi sebuah hikmah, sebuah ujian/test dan
cobaan (imtihan wa ibtilaan) bagi siapapun hamba-Nya, apakah dia seorang
yang kaya raya, pejabat, ulama, intelektual, pengusaha,rakyat biasa atau
dhu`afa, untuk menjadikan sakit itu sebagai sebuah hikmah untuk lebih
diposisikan Allah SWT sebagai tempat meminta, bermunajat, dan tempat
mengajukan berbagai keluhan dan problem, sehingga melalui sakit, Allah
SWT akan mendengar rintihan dan manja sosok seorang hamba-Nya. Seorang
hamba yang belum pernah mengalami sakit sepanjang hidupnya maka boleh
jadi dia tidak dapat bersyukur. Sehingga dia bertepuk dada, sombong bahkan
menganggap dirinya sakti sebagai Tuhan, seperti yang telah dilakukan oleh
Fir`aun.
Orang yang sakit diharapkan dapat mengevaluasi adanya sesuatu yang
salah dan tidak pas karena mengabaikan pola makan dan minum yang tidak
benar, bahkan apa saja masuk yang halal dan yang haram, atau melakukan
hubungan biologis di luar akad nikah sehingga terancam penyakit kelamin,
HIV dan Aids. Pada akhirnya, orang yang sakit itu memilih dua pilihan
sesuai dengan izin dan kehendak Allah SWT, apakah dia akan sembuh dan
pulih kembali dari sakitnya, atau sebaliknya sebagai faktor penyebab
kematiannya, wafat kembali kepada Al-Khaliq Rabbul `alamin. Inna Lillahi
wa Inna Lillahi Raji`un.
Rasulullah Muhammad SAW yang sangat disayangi oleh Allah SWT
sebagai uswah dan qudwah bagi umatnya, hanya diberikan amanah jatah
hidup kurang lebih 63 tahun, tidak seperti nabi dan rasul sebelumnya hidup
dalam rentangan ratusan tahun. Kehiduapan Rasulullah yang berlangsung
singkat namun sangat berkualiatas dalam berbagai aspek kehidupan beliau
yang sulit dilukiskan ini memberikan pembelajaran kepada umatnya untuk
selalu jadikan waktu-waktu hidup yang masih tersisa ini menjadi manfaat
dan maslahat untu diri pribadi, keluarga, masyarakat bangsa dan negara,
sehingga pada klimaksnya tinggalkan dunia ini dalam keadaan husnul
khatimah yang diridhai oleh Allah SWT dan didoakan oleh semua keluarga,
saudara yang masih hidup.
Berkait dengan soal sakit dan penyakit ini, Allah SWT tidak
menghendaki hamba-Nya membiarkan dirinya ketika sakit, hanya penuh
bertawakkal, berserah diri kepada-Nya, akan tetapi diminta, dan bahkan
diwajibkan untuk berikhtiar, berusaha maksimal untuk dapat menyembuhkan
penyakitnya. Secara khusus Rasulullah SAW meminta kepada sahabatnya dan
umatnya untuk berobat ketika sakit, karena setiap penyakit itu pasti
ditemukan obatnya. Ketika tidak berikhtiar, maka hamba Allah tersebut
dianggap telah menghancurkan dirinya, dan bahkan membunuh dirinya
disebabkan oleh sebab sakit dan penyakitnya itu menjadi yang bersangkutan
meninggal dunia. Di pihak lain, sakit dan penyakit serta resep obatnya ini
menjadi tantangan tersendiri bagi para intelektual dalam bidang ketabiban dan
kedokteran untuk menemukan faktor penyebab sakitnya (disebabkan oleh
virus, bakteri), atau disebabkan oleh pola makan dan minum yang terlarang,
atau ada faktor tekanan psikologis, arau ada intervensi jin/syaitan baik passif
maupun aktif.
Penyakit menjadi hikmah tersendiri, bagi dunia ketabiban dan
kedokteran dengan hadirnya rumah sakit dan juga farmasi yang berkait
dengan obat-obatan. Para ulama Islam, semisal Ibnu Sina (Avicena), dan Ibn
Rusyd (Averoes) dengan menulis kitab Al-kulliyyatnya yang mengurai
tentang obat dan pengobatan berdasarkan pesan teks ayat Alquran dan
Hadist Nabi, serta praktek Rasulullah dalam bentuk Thibbun-nabawi.
Sehingga konsep dan penemuan para ulama Islam, khususnya Ibn Rusyd ini
menjadi bahan dan cikal bakal pengembangan dunia kedokteran di Eropa dan
dunia modern kini.
Thibbun Nabawi mengacu pada kata dan tindakan Rasul yang terkait
dengan usaha menanggulangi wabah penyakit, penyembuhan penyakit, dan
perawatan pasien. Termasuk ucapan Rasul mengenai masalah kesehatan,
tindakan medis yang dipraktekkan orang lain pada masa Rasulullah, tindakan
medis yang dipraktekkan oleh Nabi pada diri beliau sendiri dan orang lain,
tindakan medis yang diamati oleh Rasul, prosedur kedokteran yang Rasul
dengar dan ketahui tentangnya dan tidak melarang, atau praktek-praktek
kedokteran umum yang harus diketahui Rasulullah.
Pengajaran Pengobatan Ala Nabi khusus untuk tempat, populasi, dan
waktu tertentu. Termasuk juga pedoman umum kesehatan fisik dan mental
yang bisa digunakan pada semua tempat, waktu dan segala kondisi. Thibbun
nabawi bukan satu-satunya sistem kesehatan sistematis monolitik
sebagaimana beberapa orang ingin kita mempercayainya. Hal ini bervariasi
sesuai kondisi, meliputi pengobatan pencegahan, pengobatan kuratif, keadaan
mental yang baik, spiritual yang terjaga, ruqyah, perawatan kesehatan dan
praktik bedah. Thibbun nabawi menyatu dengan pikiran dan badan, ruh dan
jasad.
Rasul mengatakan sebuah prinsip dasar dalam pengobatan untuk
setiap penyakit adalah perawatan (ma anzala allahu daa; illa anzala lahu
shifa'a- Kitaab al Tibb, al Bukhari). Hal ini mendorong kita untuk mencari
cara pengobatan. Dengan demikian, tradisi pengobatan ala Nabi tidak hanya
berhenti pada pengajaran pengobatan oleh Rasulullah ,melainkan untuk
mendorong manusia agar terus mencari dan bereksperimen dengan ilmu
pengobatan baru. Hal tersebut merupakan implikasi bahwa pengobatan ala
Nabi tidaklah statis. Ada ruang untuk berkembang , bahkan memunculkan
dasar ilmu yang baru. Implikasi-implikasi lainnya dari hadist ini adalah
pengobatan tidak bertentangan dengan qadar (ketentuan awal). Keduanya
baik penyakit maupun penyembuhannya adalah bagian dari qadar.
Adapun solusi untuk mengantisipasi secara preventif dan mengatasi
secara kuratif terhadap penyakit, adalah:
a. Orang yang sakit itu mesti jadikan penyakit ini sebagai sebuah hikmah
dan muhasabah, untuk terus berhusnuzzan bahwa yang bersangkutan
yakin kepada Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk sembuh
kembali. Pada hakikatnya yang menyembuhkan derita penyakitnya itu
adalah Allah SWT.
b. Dengan memperbanyak istigfar atas berbagai kealpaan, maksiat dan dosa
yang dilakukan, membaca zikir dan doa yang ma`tsur sesuai dengan
petunjuk Rasulullah SAW, dengan mengkonsumsi minuman air putih,
ikhlas dengan membaca sebelumknya surat al-fatihah, yang dikenal
dengan surat asy-Syifa (penyembuhan) sebelum meminumnya.
c. Jika masih belum sembuh, konsultasi kepada ahlinya yang berkompetensi
dalam bidang ketabiban dan kedokteran untuk berikhtiar baik rawat biasa,
maupun rawat inap. Dengan tetap mantapkan semangat husnuzzan Allah
SWT akan masih memberi kesempatan swembuh, untuk didayagunakan
kesempatan ribadah, dan hal-hal yang positif lainnya.
d. Memilah dan memilih sistem pengobatan yang tidak membawa kepada
kemusyrikan dengan mempersyaratkan sesuatu yang tidak rasional dan
mengada-ngada (tetapi di balik itu ada penipuan), demikian juga obat
yang digunakan adalah obat yang halal, baik yang nabati, maupun yang
hewani, yang diproduk dari bahan-bahan yang halal. Diharapkan obat
yang dapat menyembuhkan terhadap obyek sebuah penyakit, tidak
mempunyai side effect kepada penyakit lainnya.
e. Jika ikhtiar melalui pengobatan dan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT
sembuh, Insya Allah kesembuhan tersebuhan tersebut akan disyukuri
untuk lebih meningkatkan lagi amal salih, dan ibadah kepada-Nya. Jika
tidak sembuh, maka diakhiri kehidupan ini dengan penuh tawakkal
dengan disefrtai dengan ikhtiar, dan kembali ke hadirat Allah SWT dalam
penuh kepuasan, penuh dengan nilai-nilai kesalehan, dengan membawa
predikat husnul-Khatimah.
2.3 Prinsip Pengobatan dalam Islam
Ada beberapa prinsip pengobatan menurut standar Islam. Prinsip ini
secara umum terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Tidak berobat dengan zat yang diharamkan
Nabi Muhammad bersabda, ”Innallaha lam yaj’al sifaa’akum
fiimaa hurrima’alaykum (Allah tidak menjadikan penyembuhanmu
dengan apa yang diharamkan atas kamu).” (H.R.Al-Baihaqi). Prinsip ini
menunjukkan bahwa berobat dengan menggunakan zat-zat yang
diharamkan sementara kondisinya tidak benar-benar darurat3 maka
penggunaan zat tersebut diharamkan. Misal pengobatan (terapi) dengan
meminum air seninya sendiri, terapi hormon dengan menggunakan lemak
babi. Atau mengobati gatal ditubuh dengan memakan kadal, mengobati
mata rabun dengan memakan kelelawar dan seterusnya.
Adapun yang paling populer pada saat ini, dan sering tampil dalam
acara kuliner ekstrim adalah memakan daging ular kobra untuk mengobati
penyakit asma. Di dalam pelaksanaan ibadah haji, setiap calon jamaah
haji wajib diberi vaksin meningitis yang di dalamnya ada kandungan
unsur enzim babi (porcein). Ketika belum ditemukan alternatif vaksin
lainnya, maka klasifikasi penggunaan vaksin ini bersifat darurat karena
implikasi penyakit ini yang sangat berbahaya. Namun ketika sudah ada
alternatif penggunaan vaksin lainnya, maka penggunaan vaksin tersebut
menjadi diharamkan.
Demikian juga bagi orang yang akan berhaji untuk ke-sekian
kalinya, baik sebagai jama’ah biasa, tim kesehatan ataupun pemandu haji
maka penggunaan vaksin ini sudah diharamkan karena berhaji untuk yang
ke sekian kali menunjukkan kondisi yang sudah tidak darurat lagi
berdasarkan kaidah: keadaan darurat menyebabkan perkara yang dilarang
menjadi boleh (ad-Dharurat tabihu al-mahzhurat). Tanpa kondisi yang
darurat, maka yang haram atau tidak diperbolehkan tetap menjadi sesuatu
yang diharamkan. Berhaji wajib bagi setiap muslim satu kali seumur
hidupnya.
b. Berobat kepada ahlinya (ilmiah)
Prinsip ini menunjukkan bahwa pengobatan yang dilakukan harus
ilmiah. Yang dimaksudkan ilmiah dalam hal ini dapat diukur. Seorang
dokter dalam mengembangkan pengobatannya , dapat diukur kebenaran
metodologinya oleh dokter lainnya. Sementara seorang dukun dalam
mengobati pasiennya, tidak dapat diukur metode yang digunakannya oleh
dukun yang lain. Sistem yang tidak dapat diukur disebut tidak ilmiah dan
tidak metodologist. Dalilnya adalah hadist yang diriwayatkan oleh Imam
Ibnu Majah di atas.
c. Tidak menggunakan mantra (sihir)
Bagian ini yang harus dihindari dalam mendatangi para
penghusada alternatif tersebut. Butuh memperhatikan dengan seksama,
apakah pengobatan yang dilakukan itu menggunakan sihir atau tidak.
Nabi Muhammad bersabda: “Innarruka wattamaa’ima wattuwalata
syirkun (sesungguhnya pengobatan dengan mantra-mantra, kalung-gelang
penangkal sihir dan guna-guna adalah syirik),”(H.R.Ibnu Majah). Jika
pengobatan itu kemudian melibatkan unsur-unsur seperti yang
dimaksudkan dalam hadist di atas maka pengobatan tersebut masuk ke
dalam kelompok perbuatan syirik.
Tiga prinsip inilah yang harus ditransformasikan kepada masyarakat
secara umum. Untuk kaum terpelajar dan berkelas ekonomi tinggi, mereka
bisa memilih model pengobatan yang dia kehendaki. Mungkin tidak terlalu
sulit untuk mengharapkan mereka dapat menerima konsep ini mengingat
mayoritas mereka mengenal konsep di atas yang sudah mereka dapatkan saat
kuliah dulu. Hanya saja paradigma tradisional yang sudah mereka warisi dari
nenek moyang mereka, mempersulit proses penerimaan konsep di atas.
Ada juga sebagian masyarakat yang mendatangi model-model
pengobatan seperti itu karena disebabkan tidak memiliki cukup biaya untuk
menjalani pengobatan secara medis. Maka konsep ini butuh ditanamkan erat-
erat ke dalam diri mereka, agar jangan sampai ketidak berdayaan itu membuat
mereka mengorbankan aqidah mereka. Semoga dengan keteguhan
memegang prinsip-prinsip pengobatan yang Islami ini dapat menjadi entry-
point bagi seluruh muslim untuk ber-Islam secara kaffah.
� �ع�وا �ب ت ت آف�ة� وال � ك �م ل � ف�ي الس� �وا � اد�خ�ل �وا �ذ�ين آمن #ها ال ي ا أ ي
- �ين)- ٢٠٨ �م� عد�و* م#ب ك �ه� ل �ن �طان� إ ي خ�ط�وات� الش�
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S.Al-Baqarah:208).
Masyarakat harus disadarkan terus dari bahaya bid‟ah ini. Termasuk
juga bid’ah di dalam bidang kesehatan. Bukankah setiap bid‟ah itu sesat dan
setiap yang sesat itu pasti merugikan sehingga tempatnya adalah di
neraka.Seseorang yang mengaku penghusada alternatif, menyalah gunakan
ayat-ayat Alquran untuk mendukung upayanya menyesatkan ummat adalah
seorang penipu yang harus diwaspadai. Namun, industri media justru
memberi ruang untuk hal bid’ah seperti ini, “Barangsiapa menipu umatku
maka baginya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia,” Ditanyakan,
“Ya Rasulullah, apakah pengertian tipuan ummatmu itu?” Beliau menjawab,
“mengada-adakan amalan bid’ah, lalu melibatkan orang-orang
kepadanya,”(HR. Daruquthni dari Anas).
2.4 Petunjuk Alquran dan Alhadist tentang Pengobatan
Bukti bahwa Alquran sebagai salah satu sumber Thibbun nabawi,
yakni banyak ayat dalam Alquran yang berhubungan dengan penyakit dalam
tubuh dan pikiran serta cara penyembuhannya. Alquran berbicara tentang
kesehatan fisik dan mental yang buruk/ penyakit hati. Alquran memuat
tentang do’a untuk kesehatan yang baik sebagaimana panduan terapi khusus
seperti madu, hanya memakan makanan yang sehat dan halal, menghindari
makanan yang haram dan tidak sehat, serta tidak makan dalam jumlah yang
berlebihan.
Alquran bukanlah buku teks kesehatan tetapi sebuah kitab bimbingan
moral. Berisikan informasi dan pedoman dasar mengenai masalah kesehatan
yang memberikan kesempatan manusia untuk melakukan penelitian dan
menambah keterangan lebih detail. Menyempitkan jenis obat hanya sesuai
dengan ayat-ayat Alquran akan membuatnya sangat terbatas karena Alquran
sangat selektif dalam pengawasan secara khusus terhadap hal-hal mendetail
yang memungkinkan lahan terbuka bagi manusia untuk berobservasi, mencari
tanda-tanda kebesaran Allah di muka bumi, aayaat al llaah fi al ardh.
Banyak ayat Alquran yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena
Alquran itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang
mukmin.
� ال �م�ين إ ز�يد� الظ�ال ي �ين وال �م�ؤ�م�ن �ل ح�مة) ل فاء ور آن� ما ه�و ش� �ق�ر� ل� م�ن ال ز� �ن ون- ٨٢ -� ارا خس
“Dan kami menurunkan Alquran sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82).
Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Alquran yaitu Asysyifa yang
artinya secara terminologi adalah obat penyembuh.
�ما ف�ي الص#د�ور� فاء ل �م� وش� �ك ب قد� م�و�ع�ظة) م�ن ر� �م �ك �اس� جاءت #ها الن ي ا أ ي
- ٥٧- �ين �م�ؤ�م�ن �ل ح�مة) ل وه�د�ى ور“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran
dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)
Di samping mengisyaratkan tentang pengobatan, Alquran juga
menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat dijadikan sumber
dari pembuat obat-obatan.
ات� �مر �ل� الث اب وم�ن ك ع�ن �خ�يل واأل �ون والن �ت ي ع والز� ر� �ه� الز� ك�م ب �ت� ل �نب ي
- ١١ -ون �ر� فك ت R ي �قو�م ة� ل �ك آلي �ن� ف�ي ذل إ
“Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir,” (QS An-Nahl:11).
ج� م�ن خ�ر� � ي �ال �ك� ذ�ل ب �ل ر ب ل�ك�ي س� ات� فاس� �مر �ل� الث �ل�ي م�ن ك �م� ك ث
R �قو�م ة� ل �ك آلي �ن� ف�ي ذل �اس� إ �لن فاء ل �ه� ف�يه� ش� �وان ل ل�ف) أ ت اب) م#خ� ر �ها ش �ط�ون ب
- ٦٩ -ون �ر� فك ت ي
“Kemudian makanlah dari segala(macam)buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-muyang telah (dimudahkan bagimu). Dari perut
lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”,(QS An-Nahl:69)
Hadist sebagai sumber thibbun nabawi, bentuk-bentuk dari pengajaran
kesehatan oleh Rasulullah, yakni sabda Rasul tentang masalah pengobatan,
perawatan medis yang dipraktekkan orang lain pada masa Rasulullah,
perawatan medis yang diamati Rasul, prosedur medis yang Rasul
dengar/ketahui tentangnya dan tidak melarang. Jumlah keseluruhan hadist
tentang pengobatan sekitar 300. Banyak yang tidak mencapai tingkatan hasan.
Bukhari dalam Sahihnya menceritakan 299 hadist yang secara langsung
berhubungan dengan pengobatan. Beliau menyumbangkan dua buah buku
kesehatan: kitaab al tibb dan kitaab al mardha. Banyak hadist Bukhari lainnya
yang secara tidak langsung berhubungan dengan kesehatan.
Para akademisi telah mengumpulkan hadist-hadist ini dan beberapa
diantara mereka menghubungkannya dengan ilmu kedokteran yang telah ada .
Hadist mengenai pengobatan fisik berdasarkan pada wahyu maupun
pengalaman empiris. Dalam banyak kasus, kita tidak dapat memisahkan dua
sumber hukum tersebut, kecuali ada indikasi khusus bahwa wahyu
dibutuhkan, misalkan dalam hadist pemakaian madu untuk mengobati
penyakit perut ringan seorang shahabat. Jadi, hadist yang tidak menjelaskan
wahyu bersifat tidak mengikat, ghair mulzimat. Akan tetapi, semua hadist
mengenai penyembuhan jiwa dari penyakit adalah wahyu dan wajib,
mulzimat.
Pengobatan menggunakan madu dapat ditemui pada hadis berikut ini,
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan
Muhammad bin Basysyar; Dan lafazh ini miliknya Ibnu Al Mutsanna dia
berkata; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far; Telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah dari Abu Al Mutawakkil
dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah SAWlalu dia berkata; “Saudaraku sakit perut sehingga dia buang-
buang air.” Rasulullah SAW bersabda: “Minumkan madu kepadanya!” Lalu
diminumkan madu kepadanya. Kemudian dia datang lagi kepada Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu katanya: 'Telah kuminumkan madu
kepadanya, tetapi sakitnya bertambah.' Nabi SAW bersabda : “minumkan
madu sampai berulang tiga kali”. Dia datang untuk ketiga atau keempat
kalinya, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tetap menyuruhnya meminumkan
madu. Kata orang itu; “Aku telah meminumkannya, ya Rasulullah, namun
sakitnya bertambah juga.” Rasulullah SAW bersabda: “Allah Maha Benar!
Perut saudaramu itulah yang dusta.” Lalu diminumkannya pula madu dan
sembuhlah dia.” (HR. Muslim no : 5731).
2.5 Metode Pengobatan Para Nabi dan Rasul Sebelumnya
Banyak teladan yang dapat diambil dari para nabi dan rasul, termasuk
dalam hal kesehatan. Berikut ini ada beberapa metode pengobatan yang
dilakukan oleh para nabi dan rasul, yakni oleh Nabi Isa AS., Nabi Musa AS.,
Nabi Muhammad SAW.
2.5.1 Nabi Isa AS
“Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia
berkata) “Aku telah datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat)
dari Tuhan mu, yaitu aku membuatkanmu (sesuatu) dari tanah
berbentuk seperti burung, lalu aku meniup nya, maka ia menjadi
seekor burung atas izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang
buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku
menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan
kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di
rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu
tanda(kebenaran kerasulanku) bagimu,jika kamu orang yang
beriman”.(QS Ali-Imran:49). Menurut para mufassir, Nabi Isa
mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap dengan tangan
nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin
Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.
2.5.2 Nabi Musa AS
Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang
merupakan sunnatulloh yaitu sakit. Beliau pernah sakit lalu memetik
sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah
menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada
anggota tubuh yang sakit, karena mukjizatnya seketika itu sembuh.
Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian memetik sehelai daun
secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah
Sang Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.
2.5.3 Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diprinyahkan Allah
untuk menyampaikan wahyu kepada umat-nya tidak lepas tingkah
lakunya dari Alquran karena beliau dijadikan suri tauladan yang baik
untuk semua manusia. Firman Allah : “Sesungguhnya pada diri Rasul
itu terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang
yang mengharapkan rahmat (Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan
yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-Ahzab: 21). Imam Ali
berkata : “Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW
adalah Alquran”. Beberapa metode pengobatan yang dilakukan
Rasulullah :
a. Ruqyah
Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah
diajarkan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika
Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati tubuh
beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan
ketubuh Nabi, seketika itu beliau sembuh. Inilah doanya :
”Bismillahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika minsyarri kulli nafsin
au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika”. Ada 3 cara
ruqyah yang dilakukan oleh Nabi :
1) Nafats
Yaitu membacakan ayat Alquran atau doa kemudian di
tiupkan pada kedua telapak tangan kemudian di uasapkan
keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat
bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka
membaca Al-muawwidzat yaitu tiga surat Alquran yang diawali
dengan A’udzu yaitu surat An-Naas, Al-Falaq, dan Al-ikhlas
kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu
diusapkan keseluruh badan.
2) Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.
Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, bahwasanya Nabi
Muhammad SAW apabila ada manusia yang tergores kemudian
luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air liurnya
ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka
orang tersebut. Adapun doa yang dibaca adalah sebagai berikut
“Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasy-syafii laa syifa-
a illa syifa-uka laa yughodiru saqoman”.
3) Meletakkan tangan pada salah satu anggota badan.
Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman
bin Abil Ash yang sedang sakit dengan sabdanya : “letakkanlah
tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian bacalah
Basmalah 3x dan A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima
ajidu wa uhajiru 7x”.
4) Doa Mikjizat
Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umat nya, salah satunya yaitu:
“Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka
ila sholaah”.
5) Dengan Memakai Madu
Sebagaimana menurut QS An-Nahl: 69 bahwa madu
Allah jadikan sebagai obat maka Rasulullah menggunakan madu
untuk mengobati salah satu keluarga sahabat yang sedang sakit.
Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang kepaa Rasulullah
memberitahukan anaknya sedang sakit, kemudian Nabi
menyuruh meminumkan anaknya madu sambil membaca doa.
6) Bekam
Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan
Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW pernah melakukan
bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan
untuk mengobati penyakit adalah dengan melakukan bekam”.
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma mengabarkan, “Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam pada bagian
kepalanya dalam keadaan beliau sebagai muhrim (orang yang
berihram) karena sakit pada sebagian kepalanya.” (HR. Al-
Bukhari no. 5701). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda: “Obat/kesembuhan itu (antara lain) dalam tiga (cara
pengobatan): minum madu, berbekam dan dengan kay, namun
aku melarang umatku dari kay.”11 (HR. Al-Bukhari no. 5680).
7) Contoh pengobatan Nabi untuk asam urat
Asam urat sudah dikenal sejak 2.000 tahun yang lalu
dan menjadi salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia.
Dulu, penyakit ini juga disebut "penyakit para raja" karena
penyakit ini diasosiasikan dengan kebiasaan mengonsumsi
makanan dan minuman yang enak-enak. Kini, asam urat bisa
menimpa siapa saja.
Asam urat adalah hasil metabolisme tubuh oleh salah
satu unsur protein (zat purin) dan ginjal adalah organ yang
mengatur kestabilan kadarnya dalam tubuh dan akan membawa
sisa asam urat ke pembuangan air seni. Namun jika kadar asam
urat itu berlebihan, ginjal tidak akan sanggup mengaturnya
sehingga kelebihan itu akan menumpuk pada jaringan dan sendi.
Otomatis, ginjal juga akan mengalami gangguan. Kandungan
asam urat yang tinggi menyebabkan nyeri dan sakit persendian
yang amat sangat.
Gangguan asam urat ditandai dengan suatu serangan
tiba-tiba di daerah persendian. Saat bangun tidur, misalnya, ibu
jari kaki dan pergelangan kaki Anda terasa terbakar, sakit dan
membengkak. Bahkan selimut yang Anda gunakan terasa seperti
batu yang membebani kaki Anda. Seperti itulah gejala asam urat
atau arthritis gout. Gangguan asam urat disebabkan oleh
tingginya kadar asam urat di dalam darah, yang menyebabkan
terjadinya penumpukan kristal di daerah persendian sehingga
menimbulkan rasa sakit. Selain rasa sakit di persendian, asam
urat juga menyerang ibu jari kaki, dapat membentuk tofi atau
endapan natrium urat dalam jaringan di bawah kulit, atau
bahkan menyebabkan terbentuknya batu ginjal.
Sistem Pengobatan Nabawi untuk mengatasi asam urat
menggunakan metode Hijamah dan Herbal Islami. Penyebab
utama asam urat adalah kelebihan zat purin dalam darah,
sehingga bila kandungan purinnya sedikit atau normal, tubuh
bisa membuangnya lewat ginjal. Kelebihan purin ini harus
dikeluarkan dengan cara dibekam/hijamah bersama unsur-unsur
kotor lainnya dalam darah.
Selanjutnya disarankan untuk mengkonsumsi herbal-
herbal Islami terutama Habbatussauda dan minyak zaitun. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya habbah
sauda` ini merupakan obat dari semua penyakit, kecuali dari
penyakit as-samu”. Aku (yakni`Aisyah radhiallahu ‘anha)
bertanya: “Apakah as-samu itu?” Beliau menjawab:
“Kematian.” (HR. Al-Bukhari no. 5687 dan Muslim no. 5727).
Habbatussauda berfungsi untuk menggelontor toksin
dalam darah dan melakukan detoksifikasi intra sel (pengeluaran
racun yang ada dalam sel), yang kemudian bersama unsur darah
kotor lainnya dikeluarkan dari tubuh lewat bekam/hijamah.
Habbatussauda juga berfungsi menghilangkan rasa nyeri di
persendian karena mengandung zat yang memiliki efek anti
inflamatori atau anti peradangan.
Sementara minyak zaitun sangat efektif untuk
menghilangkan rasa sakit dipersendian yang amat mengganggu.
Bergabung bersama efek anti peradangan dari habbatussauda
maka rasa sakit ini akan sangat terkurangi.
2.6 Metode Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)
Hikmah adalah kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat
agama. Ahli Hikmah adalah orang-orang solih yang diberikan oleh Allah ilmu
dan karomah sehingga dia menjadi orang yang berpengetahuan luas untuk
memahami rahasia-rahasia syariat agama. Para ahli hikmah umumnya
dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang.
�مة �ح�ك �ؤ�ت ال اء� ومن ي ش �مة من ي �ح�ك �ي ال �ؤت ي
- اب�- ٢٦٩ �ب ل � األ �وا و�ل� � أ �ال �ر� إ ذ�ك � وما ي �يرا ث � ك �را ي �ي خ وت
� فقد� أ
“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang dia kehendaki. Barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi
kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat”.QS Al-Baqarah:269).
Beberapa metode yang digunakan oleh para ahli hikmah tidaklah
berbeda jauh dengan metode yang digunakan oleh Rasulullah SAW, karena
sebagian besar metode yang digunakan juga mengacu kepada ayat-ayat
Alquran serta hadist, beberapa metode yang digunakan yaitu :
a. Ruqyah
Ruqyah yang diajarkan kepada Nabi dan yang dilakukan oleh nabi,
lain dengan yang dilakukan oleh hukama, tetapi doa yang mereka gunakan
pengertiannya sama. Para ahli Hikmah apabila mengobati seseorang
dengan cara ruqyah dengan membacakan ayat Alquran atau doa kemudian
ditiupkan kedalam air yang nantinya air itu di minum oleh si pasien.
b. Wafaq
Wafaq ialah ayat Alquran, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis
diatas benda seperti kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan
atau lainnya oleh para Ahli Hikmah. Salah satu contoh : wafaq untuk
orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas putih kemudian diisi air lalu
di minumkan. Insya Allah sembuh. (tulis huruf Ha besar 2 kali dan huruf
‘ain 6 kali).
“Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit
akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla”.(HR.Muslim). “Allah
tidak akan menurunkan suatu penyakit melainkan Allah juga menurunkan
obatnya,”(HR.Abu Hurairah). Keberadaan berbagai penyakit termasuk
sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT. Penyakit-penyakit itu
merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hamba-
hamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan
bagi kaum mukminin.
Shuhaib Ar-Rumi RA berkata, Rasulullah SAW bersabda :
”Sungguh mengagumkan perkara seorang muslim, sehingga seluruh
perkaranya adalah kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh
seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia
bersyukur maka yang demikian itu baik baginya, dan jika ia ditimpa
kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya”.
(HR.Muslim no.2999). Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan
kepada kaum mukminin. Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang
mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana
tersebut dalam hadist : Abdullah bin Masud RA berkata : Rasulullah SAW
bersabda : “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau
lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya
sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya,”(HR.Bukhari no.5661
dan Muslim no.5678).
Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana maka
jangan beralih memakai obat yang kompleks. Setiap penyakit yang bisa
ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah
mencoba menolaknya dengan obat-obatan. Ibnul Qayyim berkata:
“Berpalingnya manusia dari pengobatan nubuwwah seperti halnya
berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Alquran, yang merupakan
obat bermanfaat,” (Ath-thibbun Nabawi hal.6, 29).
Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan
pengobatan nabawiyyah bukan hanya sekedar sebagai pengobatan
alternatif. Namun menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama,
karena kepastiannya datang dari Allah SWT. Namun tentunya berkaitan
dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh bersandar
semata dengan pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa
obatlah yang menyembuhkan penyakitnya. Namun seharusnya ia
bersandar dan berantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan yang
menurunkan obatnya sekaligus yaitu Allah SWT. Sungguh tidak ada yang
dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Karena itulah
Nabi Ibrahim memuji Rabbnya :
- ف�ين�- ٨٠ ش� مر�ض�ت� فه�و ي“Dan apabila aku sakit, Dia lah yang meyembuhkan ku”.
( QS Asy-Syu’ara’: 80).
2.7 Pengobatan Tradisional dalam Pandangan Islam
Sebelum islam hadir di tengah-tengah masyarakat, manusia sudah
memiliki pengetahuan dan cara pengobatan yang mereka peroleh berdasarkan
pengalaman. Hal ini di namai pengobatan tradisionalyang banyak berdasarkan
pada kegelapan mistik. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengobatan
tradisional ini dimanapun (termasuk di Indonesia), adalah yang primitif, jadi
tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magic dan statis serta tidak di ajarkan.
Jampi-jampi dan rajah serta azimat dilarang oleh islam. Karena semua itu
membawa manusia kepada perbuatan syirik.
Ada pengobatan tradisional lain yang tidak menghubungkan diri
dengan ruh halus sebagai penyebabnya. Yaitu hanya berdasarkan gejala /
keluhan penat-penat, lemah badan,dsb. Obatnya ialah berupa daun-daunan
sebagai jamu. Jamu bukan mistik dan bukan pula magic, tetapi tetapi berupa
pengobatan alamiah atau yang berasa dari alam.
Pengobatan tradisional lainnya adalah pijat (massage) bagi yang patah
tulang atau acupressure dengan menekan bagian tubuh tertentu atau dengan
nama lain akupuntur yang berasal dari cina, dan juga bekam. Pada dasarnya
obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak merusak
diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik.
Garis-garis besar pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantaranya
melarang “Kai”, yakni meletakkan besi panas di atas bagian tubuh yang sakit,
melarang jampi-jampi atau mantera yang membawa kepada syirik.
2.8 Pengobatan Modern dalam Pandangan Islam
Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional. Dan
merupakan perkembangan hasil dari kerja akal manusia yang diberi
kesempatan untuk aktif memikirkan dan merenungkan kehidupan ini.
Pengobatan modern menurut pandangan islam adalah segala tekhnik
pengobatan yang berdasarkan hasil dari befikir dan mengembangkan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah
diberikan oleh Allah SWT untuk di kembang kan dan di amalkan guna
manusia dan alam sekitarnya.
Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan
keadaan manusia yang terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Untuk obat
rohaniah adalah membaca Alquran dan untuk fisik adalah materi contohnya
madu.
Perlu diketahui Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan
secara terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya
tanpa menyebutkan apa obatnya dan bagaimana cara memakainya. Masalah
ini haruslah dikerjakan oleh manusia dengan akal, ilmu dan penyelidikan
yang sekarang dinamai science bersama teknologinya.
“Agama itu akal dan tidak ada agama bagi yang tidak berakal”. Inilah
dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan (science), termasuk
pengetahuan pengobatan (medical science). Pada waktu islam berkembang
keluar jazirah arab, umat islam bertemu dengan pengobatan Persia, Yunani
dan hindia. Mereka menyerap segala macam pengobatan itu serta
menyesuaikannya dengan ajaran islam.
Perkembangan yang pesat terjadi pada daulah abbasiyah, setelah
dimulai pada masa khalifah umayyah. Cordova dan Granada di spanyol
merupakan pusat ilmu yang di datnangi oleh ahli-ahli barat. Pada saat itu
muncullah dokter-dokter muslim dengan kualitas internasional seperti Ibnu
Uthal dan Wahid Abdul Malik, yang mendirikan perumahan untuk merawat
penderita kusta, Ibnu Al Baytan yang dirinya dengan mengumpulkan
tanaman-tanaman berkhasiat bagi pengobatan dan sebagainya, pada periode
abbasiyah mereka mendirikan rumah sakit modern di Baghdad.
Perhatikanlah kedahsyatan islam yang dapat mengubah manusia
jahiliyah penyembah berhala menjadi ilmiah yang selalu mengingat kepada
keMahabesaran Allah. Mereka mengubah pengobatan istik dan spekulatif-
magic menjadi pengobatan ilmiah yang tepat, objektif dan islami.
2.9 Bentuk Pengobatan yang Dilarang dalam Pandangan Islam
Di antara pengobatan yang diharamkan adalah pengobatan yang
mengandung unsur kesyirikan seperti berobat dengan menggunakan metode
sihir. Sihir merupakan ungkapan tentang jimat-jimat, mantra-mantra, dan
sejenisnya yang dapat berpengaruh pada hati dan badan. Di antaranya ada
yang membuat sakit, membunuh, dan memisahkan antara suami dan istri.
Namun, pengaruh sihir tersebut tetap tergantung pada izin Allah Ta’ala. Sihir
ini merupakan bentuk kekufuran dan kesesatan. Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabda, “Jauhilah tujuh hal yang membinasakan!” Para shahabat
bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apa saja itu?” Maka Rasulullah bersabda,
”Yaitu syirik kepada Allah, sihir (HR. Bukhari dan Muslim).
Pelaku sihir memiliki tanda-tanda yang dapat dikenali. Apabila
dijumpai salah satu di antara tanda-tanda tersebut pada seorang ahli
pengobatan, maka dapat diduga bahwa ia melakukan praktek sihir atau
melakukan praktek yang amat dekat dengan sihir. Di antara tanda-tanda
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mengambil bekas pakaian yang dipakai oleh pasien semisal baju, tutup
kepala, kaos dalam, celana dalam, dan lain-lainnya
b. Meminta binatang dengan sifat-sifat tertentu untuk disembelih dan tidak
menyebut nama allah ketika menyembelihnya, dan kadang-kadang
melumurkan darah binatang tersebut pada bagian anggota badan yang
sakit
c. Menuliskan jimat atau jampi-jampi yang tidak dapat difahami maksudnya
d. Memerintahkan pasien untuk menyepi beberapa waktu di kamar yang
tidak tembus cahaya matahari
e. Memerintahkan pasien untuk tidak menyentuh air selama jangka waktu
tertentu, dan kebanyakan selama 40 hari
f. Membaca mantra-mantra yang tidak dapat difahami maknanya
g. Kadang ia memberitahukan nama, tempat tinggal, dan semua identitas
pasien serta masalah yang dihadapi pasien tanpa pemberitahuan pasien
kepadanya.
Demikian pula, diharamkan bagi seseorang untuk berobat kepada
dukun. Pada hakikatnya, dukun tidak berbeda dengan tukang sihir dari sisi
bahwa keduanya meminta bantuan kepada jin dan mematuhinya demi
mencapai tujuan yang dia inginkan. Sedangkan perbuatan meminta bantuan
kepada jin sendiri termasuk syirik besar. Karena meminta bantuan kepada jin
dalam hal-hal seperti ini tidaklah mungkin kecuali dengan mendekatkan diri
kepada jin dengan suatu ibadah atau “ritual” tertentu. Seorang dukun harus
mendekatkan diri kepada jin dengan melaksanakan ibadah tertentu, seperti
menyembelih, istighatsah, kufur kepada Allah dengan menghina mushaf
Alqur’an, mencela Allah Ta’ala, atau amalan kesyirikan dan kekufuran yang
semisal, agar mereka dibantu untuk diberitahu tentang perkara yang ghaib.
(Lihat Fathul Majiid hal. 332, Syaikh Abdurrahman bin Hasan; At-Tamhiid
hal. 317, Syaikh Shalih Alu Syaikh).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa
mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka
sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada
Muhammad” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Al-
Irwa’ no. 2006). Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, ”Di
dalam hadits tersebut terdapat dalil kafirnya dukun dan tukang sihir karena
keduanya mengaku mengetahui hal yang ghaib, padahal hal itu adalah
kekafiran. Demikian pula orang-orang yang membenarkannya, meyakininya,
dan ridha terhadapnya” (Fathul Majiid, hal. 334).
Yang cukup memprihatinkan lagi adalah menyebarnya dukun dan
tukang sihir yang berkedok sebagai tabib dan mengaku mampu mengobati
berbagai penyakit. Di antara mereka banyak juga yang berani memasang
iklan di surat kabar dan mengklaim dirinya mampu mengetahui hal yang
ghaib. Wal ‘iyadhu billah! Di antara contoh praktik-praktik pengobatan yang
mereka lakukan misalnya pengobatan melalui jarak jauh, di mana keluarga
pasien cukup membawa selembar foto pasien. Setelah itu, si tabib akan
mengetahui bahwa ia menderita (misalnya) sakit jantung dan gagal ginjal.
Oleh si tabib, penyakit itu kemudian ditransfer jarak jauh ke binatang tertentu,
misalnya kambing. Hal ini jelas-jelas termasuk berobat kepada dukun, karena
apakah hanya melihat foto seseorang kemudian diketahui bahwa jantungnya
bengkak, ginjalnya tidak berfungsi, dan lain-lain.
Pengobatan metode lainnya, pasien hanya diminta menyebutkan
nama, tanggal lahir, dan kalau perlu weton-nya. Bisa hanya dengan telepon
saja. Setelah itu, si tabib akan mengatakan bahwa pasien tersebut memiliki
masalah dengan paru-paru atau jantungnya, atau masalah-masalah kesehatan
lainnya.
Dukun lainnya hanya meminta pasiennya untuk mengirimkan sehelai
rambutnya lewat pos. Setelah itu dia akan “menerawang ghaib” untuk
mendeteksi, me-rituali, dan memberikan sarana ghaib kepada pasiennya.
Pengobatan dengan “ajian-ajian” yang dapat ditransfer jarak jauh atau dengan
menggunakan “benda-benda ghaib” tertentu seperti “batu ghaib”, “gentong
keramat” (cukup dimasukkan air ke dalam gentong kemudian airnya
diminum), dan lain sebagainya.
Praktik perdukunan dan sihir seolah-olah memang tidak dapat
dipisahkan. Demikian pula pelakunya. Orang yang mengaku sebagai dukun,
paranormal, atau orang pintar juga melakukan sihir. Dan demikian pula
sebaliknya. Demikianlah salah satu kerusakan yang sudah tersebar luas di
Indonesia ini.
Bentuk pengobatan syirik lainnya adalah berobat dengan
menggunakan jimat. Termasuk kerusakan pada masa sekarang ini adalah
penggunaan jimat untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu. Tidak
sungkan-sungkan pula pemilik jimat tersebut akan menawarkan jimatnya
tersebut di koran-koran agar menghasilkan uang. Di antaranya jimat dalam
bentuk batu “mustika” atau cincin yang dapat mengeluarkan sinar tertentu
yang dapat menyembuhkan penyakit apa pun bentuknya. Hal ini termasuk
kesyirikan karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
”Barangsiapa menggantungkan jimat (tamimah), maka dia telah berbuat
syirik” (HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-
Shahihah no. 492).
Tidak boleh pula seseorang berobat dengan menggunakan sesuatu
yang haram, meskipun tidak sampai derajat syirik. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan
obatnya. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram”
(HR. Thabrani. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-
Shahihah no. 1633). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian dalam sesuatu
yang diharamkan-Nya” (HR. Bukhari). Hadits-hadits ini beserta dalil yang
lain semuanya tegas melarang berobat dengan sesuatu yang haram.
Misalnya, bentuk pengobatan dengan menggunakan air kencingnya
sendiri. Air seni yang diminum terutama air seni pertama kali yang
dikeluarkan pada waktu pagi hari setelah bangun tidur. Pengobatan seperti ini
tidak boleh dilakukan. Karena air seni adalah najis dan setiap barang najis
pasti haram, maka air seni termasuk ke dalam larangan ini. Begitu pula
berobat dengan memakan binatang-binatang yang haram dimakan.
Yang perlu diwaspadai pula adalah tidak sedikit pengobatan alternatif
yang melibatkan jin dalam prosesnya. Yaitu sang thabib dalam
menyembuhkan penyakit ia dibantu oleh jin yang menjadi partnernya. Allah
berfirman; “Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka
semuanya, (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya
kamu telah banyak (menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan
mereka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian
daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami
telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”.
Allah berfirman:
�م ت ر� �ث ك ت �ج�ن� قد� اس� ر ال ا مع�ش � ي و�م جم�يعا وي ه�م� ر� �ح�ش� ي
Rع�ض �ب ا ب ع�ض�ن ع ب م�ت ت ا اس� �ن ب م�ن ر �نس� آؤ�ه�م اإل �ي و�ل �نس� وقال أ م�ن اإل
� ما �ال �د�ين ف�يها إ ال �م� خ �واك قال مث �ار� ا الن ن ج�ل�ت ل �ذ�ي أ ا ال ن ل ج ا أ غ�ن ل وب
- �ك حك�يم) عليم)- ١٢٨ ب �ن� ر iه� إ اء الل ش
"Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Tuhanmu Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui” (Al An’am :128)
Al Hafidz Ibnu Katsir Rahimahullah berkata; “Maksud
“menghimpunkan mereka semuanya” adalah jin dan teman-temannya dari
golongan manusia yang beribadah kepada jin meminta perlindungan dan
menaati mereka” Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini, yaitu “tidaklah
bersenang-senang sebagian mereka dengan sebagian yang lain melainkan jin
yang memerintahkan dan manusia yang mengerjakannya. Jin merasa senang
karena manusia mengagungkannya setelah memberi pertolongan kepada
manusia” (Tafsir Ibnu Katsir). Oleh karena itu hendaklah seorang muslim
menjauhi pengobatan alternatif yang melibatkan jin di dalamnya, karena hal
ini terlarang secara syar’i.
2.10 Cara membedakan Pengobatan yang Syar’i dan Tidak
Tidaklah terlalu sulit untuk membedakan pengobatan alternatif yang
dibolehkan syar’i dan yang dilarang. Kendati dalam kondisi tertentu
diperlukan kejelian ekstra untuk membedakannya. Intinya adalah pemahaman
seseorang akan ilmu syar’i. Dengan ilmu syar’i yang memadai seseorang
akan dengan mudah bisa membedakannya. Jika cara pengobatan tersebut
dengan cara indrawi dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah maka
pengobatan ini diperbolehkan. Seperti pada ramuan tradisional, pijat refleksi
dan lainnya. Asalkan barang yang digunakan adalah barang yang halal, serta
tidak ada hal-hal aneh yang menjadi persyaratan pengobatan. Seperti adanya
pantangan terhadap sesuatu yang secara ilmiah tidak ada hubunganya dengan
penyakitnya atau mengamalkan amalan tertentu yang tidak ada tuntunannya
secara syar’i, seperti dengan cara semedi (meditasi), memperhitungkan
tanggal lahir, dan lainnya.
Selain cara hendaknya memperhatikan kondisi yang mengobati
(pengobatan menggunakan cara yang menunjukan simbol-simbol Islam).
Selain itu juga harus diperhatikan hal-hal aneh yang dilakukan dalam proses
penyembuhannya, seperti melakukan ritual puasa dengan cara dan batasan
tertentu yang tidak ada contohnya dalam syari’at. Diperintahkannya
mengamalkan dzikir tertentu, dengan bilangan dan waktu tertentu,
diperintahkannya membaca ayat tertentu, yang semuanya itu tidak ada
tuntunannya dari Rasulullah.
Semua amalan agama yang tidak ada tuntunannya dalam syari’at
maka hal itu terlarang. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membuat
perkara-perkara baru dalam urusan kami (perkara agama)yang tidak ada
contohnya maka ia tertolak’" (Riwayat Bukhari – Muslim). Dalam riwayat
lain dinyatakan, “Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan
urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak” (Riwayat
Muslim).
Tercapainya tujuan bukanlah suatu indikator bahwa Allah merestui
cara yang digunakannya, sebagaimana iblis dikabulkan doanya oleh Allah
bukanlah berarti Allah meridhai iblis. Tatkala iblis meminta tangguh kepada
Allah agar dapat hidup hingga hari kiamat, maka Allah mengabulkannya,
sebagaimana firman-Nya: “Allah berfirman:
- ١٥ -�ك م�ن الم�نظر�ين �ن قال إ
"Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."(Q.S. Al A’raf :15)
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi
tubuh manusia dari segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya. Ilmu
kedokteran Islam didefinisikan sebagai ilmu pengobatan yang model dasar,
konsep, nilai, dan prosedur- prosedurnya sesuai atau tidak berlawanan dengan
Alquran dan Assunnah. Berkaitan dengan sakit dan penyakit ini, Allah SWT
tidak menghendaki hamba-Nya membiarkan dirinya ketika sakit, hanya penuh
bertawakkal, berserah diri kepada-Nya, akan tetapi diminta, dan bahkan
diwajibkan untuk berikhtiar, berusaha maksimal untuk dapat menyembuhkan
penyakitnya. Prinsip pengobatan dalam islam antara lain adalah tidak berobat
dengan yang diharamkan, berobat kepada ahlinya, dan tidak menggunakan
mantra (sihir). Ada banyak petunjuk Alquran dah Alhadist tentang pengobatan
yang diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. ada
beberapa metode pengobatan yang dilakukan oleh para nabi dan rasul, yakni oleh
Nabi Isa AS, Nabi Musa AS, Nabi Muhammad SAW. Selain itu, para ahli hikmah
umumnya dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang. Ada banyak cara
membedakan pengobatan yang syar’i dan tidak antara lain Dengan ilmu syar’i
yang memadai seseorang akan dengan mudah bisa membedakannya. Jika cara
pengobatan tersebut dengan cara indrawi dan dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah maka pengobatan ini diperbolehkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Sisi Gelap Pengobatan Alternatif. http://masbadar.files.wordpress. com/2009/07/sisi-gelap-pengobatan-alternativ.pdf (Disitasi 13 September 2012)
Arwany. 2012. Bab Kuratif Pengobatan dengan minum madu. http://arwanee. blogspot.com/2012/08/bab-kuratif-pengobatan-dengan-minum-madu.html (Disitasi 12 September 2012)
Hakim, Saifudin. 2012. Bentuk-bentuk Pengobatan Alternatif yang Diharamkan. http://www.suaramedia.com/artikel/kumpulan-artikel/30173-bentuk-bentuk-pengobatan-alternatif-yang-diharamkan.html (Disitasi 13 September 2012)
Kasule, O.H. 2008. Pengobatan Ala Nabi. http://www.google.co.id/url?sa=t &rct=j&q=&source=web&cd=5&cad=rja&sqi=2&ved=0CDoQFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.unismuh.ac.id%2Fnew%2Ffiles%2FPemgobatan-ala-Nabi-UNISMUH.pdf&ei=C9BRUJOEEYmXiAfu-oGQAw&usg =AFQjCNFxIEmPIS4l3vZBdSf9ESGFCs-Oaw (Disitasi 13 September 2012)
Kasule, O.H. 2009. Konsep Ilmu Kedokteran Islam. http://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=pengobatan%20yang%20tidak%20islami%20pdf&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CDUQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.unismuh.ac.id%2Fnew%2Ffiles%2FKonsep%2520ilmu%2520kedoketran%2520Islami.pdf&ei=CdRRUNDZKoXTrQfH8IGYAg&usg=AFQjCNEgX73_Cr9WmvWZupNyx3RCj_9w9A (Disitasi 13 September 2012)
Kuntari, Titik. 2007. Prinsip-prinsip Pengobatan dalam Islam. http://fk.uii.ac.id /upload/klinik/elearning/ikm/Prinsip-Pengobatan-dalam-Islam-fkuii-tk.pdf (Disitasi 13 September 2012)
Muhsin, Bin. 2009. Pengobatan Menurut Pandangan Islam. http://binmuhsinhabbatussauda.blogspot.com/2009/11/pengobatan-menurut-pandangan-islam.html (Disitasi 12 September 2012)
MUI Bogor. 2011. Obat dan Pengobatan dalam Perspektif Hukum Islam. http://www.mui-bogor.org/index.php?option=com_content&view= article&id=75:obat-dan-pengobatan-dalam-perspektif-hukum-islam-&catid=8:artikel-ketua-umum&Itemid=54 (Disitasi 14 September 2012)