8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru (80%), sedangkan 20% selebihnya merupakan TB ekstrapulmonar (Djojodibroto, 2009). Tuberkulosis menjadi penyebab buruknya kesehatan di antara jutaan orang setiap tahun dan menempati peringkat ke-2 penyebab kematian akibat penyakit menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Global Tuberculosis Report tahun 2012 melaporkan terdapat 9 juta kasus baru pada tahun 2011 dan 1,4 juta kematian akibat TB (990.000 diantaranya negatif HIV dan 430.000 terkait dengan HIV). Kasus TB di Indonesia menempati peringkat ke-4 dari lima negara terbesar insiden TB di dunia (WHO, 2012). Salah satu daerah di Indonesia yang tiap tahunnya dilaporkan terdapat kasus TB adalah Kalimantan Barat (Kalbar). Berdasarkan hasil rekapitulasi profil kabupaten/kota tahun 2011 tercatat TB paru dengan BTA positif sebanyak 4.367 kasus dengan angka insiden 98,9 per 100.000 penduduk. Menurut indikator kesehatan Kalbar tahun 2007-2011, selama lima tahun terakhir 1

6. BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bhjdjsbhs

Citation preview

25

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangTuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru (80%), sedangkan 20% selebihnya merupakan TB ekstrapulmonar (Djojodibroto, 2009). Tuberkulosis menjadi penyebab buruknya kesehatan di antara jutaan orang setiap tahun dan menempati peringkat ke-2 penyebab kematian akibat penyakit menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). Global Tuberculosis Report tahun 2012 melaporkan terdapat 9 juta kasus baru pada tahun 2011 dan 1,4 juta kematian akibat TB (990.000 diantaranya negatif HIV dan 430.000 terkait dengan HIV). Kasus TB di Indonesia menempati peringkat ke-4 dari lima negara terbesar insiden TB di dunia (WHO, 2012). Salah satu daerah di Indonesia yang tiap tahunnya dilaporkan terdapat kasus TB adalah Kalimantan Barat (Kalbar). Berdasarkan hasil rekapitulasi profil kabupaten/kota tahun 2011 tercatat TB paru dengan BTA positif sebanyak 4.367 kasus dengan angka insiden 98,9 per 100.000 penduduk. Menurut indikator kesehatan Kalbar tahun 2007-2011, selama lima tahun terakhir kasus TB cenderung meningkat meskipun terjadi penurunan angka penemuan kasus TB pada tahun 2009. Salah satu daerah di Kalbar yang termasuk dalam data penemuan kasus TB tersebut adalah Kota Pontianak (Dinkes Kalbar, 2012). Peningkatan kasus TB dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kondisi fisik lingkungan rumah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fahreza (2012), kualitas fisik rumah yang tidak sehat memegang peranan penting dalam penularan dan perkembangbiakan Mycobacterium tuberculosis. Kurangnya sinar yang masuk ke dalam rumah, ventilasi yang buruk cenderung menciptakan suasana yang lembab dan gelap, kondisi ini menyebabkan kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan di dalam rumah. Achmadi (2008) menjelaskan bahwa faktor risiko lingkungan rumah yang berperan terhadap timbulnya kejadian penyakit TB paru adalah kepadatan penghuni, jenis lantai, ventilasi, pencahayaan, dan kelembaban.Berdasarkan penelitian sebelumnya serta melihat adanya peningkatan kasus TB paru beberapa tahun terakhir, peneliti mencoba untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kondisi fisik lingkungan rumah dengan kejadian TB paru. Data profil kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pontianak tahun 2012 menunjukkan bahwa kasus tertinggi kejadian TB paru terdapat di Puskesmas Perumnas II Kecamatan Pontianak Barat (39 kasus) diikuti Puskesmas Perumnas I sebagai tertinggi kedua kasus TB paru BTA positif (38 kasus). Oleh karena itu, peneliti memilih untuk melakukan penelitian di dua wilayah kerja Puskesmas di Kecamatan Pontianak Barat tersebut.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat adalah apakah terdapat hubungan antara kondisi fisik lingkungan rumah dengan kejadian TB paru?

C. Tujuan PenelitianC.1. Tujuan UmumTujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik lingkungan rumah dengan kejadian TB paru.C.2. Tujuan KhususTujuan khusus penelitian ini adalah:a. Untuk mengetahui hubungan antara kepadatan hunian di dalam rumah dengan kejadian TB paru.b. Untuk mengetahui hubungan antara pencahayaan alami di dalam rumah dengan kejadian TB paru.c. Untuk mengetahui hubungan antara ventilasi alami dengan kejadian TB paru.d. Untuk mengetahui hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian TB paru.e. Untuk mengetahui hubungan antara kelembaban ruangan di dalam rumah dengan kejadian TB paru.

D. Manfaat PenelitianD.1. Bagi Instansi PemerintahManfaat penelitian ini bagi instansi pemerintah yaitu bisa menjadi sumber informasi bagi pihak Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat dan Dinas Kesehatan Kota Pontianak mengenai hubungan antara kondisi fisik lingkungan rumah dengan kejadian TB paru. Dengan demikian diharapkan dapat membantu mengoptimalisasi upaya pengendalian TB paru.

D.2. Bagi Instansi PendidikanManfaat penelitian ini bagi instansi pendidikan yaitu bisa menjadi sumber referensi dan informasi mengenai hubungan antara kondisi fisik lingkungan rumah dengan kejadian TB paru.

D.3. Bagi MasyarakatManfaat penelitian ini bagi masyarakat yaitu dapat memberikan masukan mengenai pentingnya kondisi fisik lingkungan rumah yang sehat karena dapat berperan terhadap terjadinya suatu penyakit.

D.4. Bagi PenelitiManfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu dapat menjadi salah satu penerapan ilmu yang didapat selama kuliah dan menambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit TB dan faktor yang mempengaruhinya.

E. Keaslian PenelitianPenelitian tentang hubungan kondisi fisik lingkungan dengan kejadian TB paru sudah pernah dilakukan, namun belum ada penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian tersebut di kota Pontianak khususnya di wilayah kerja Puskesmas Perumnas I dan II Kecamatan Pontianak Barat.Beberpa penelitian sebelumnya ditampilkan pada tabel berikut.Tabel 1.1 Keaslian Penelitiannama penelitijudul/tahun/tempat penelitianperbedaan penelitian

Erwin Ulinnuha FahrezaHubungan antara Kualitas Fisik Rumah dan Kejadian Tuberkulosis Paru dengan Basil Tahan Asam Positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Semarang/2012 Penelitian tersebut menggunakan metode case control, sedangkan penelitian ini menggunakan cross sectional Penelitian tersebut tidak memaparkan variabel kondisi fisik rumah yang diteliti, sedangkan penelitian ini memaparkan variabel kondisi fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian TB Penelitian dilakukan di tempat yang berbeda

Siti FatimahFaktor Kesehatan Lingkungan Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten Cilacap (Kecamatan: Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan, Gandrumangu, Bantarsar)/2008

Penelitian tersebut menggunakan metode case control sedangkan penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Penelitian dilakukan di tempat yang berbeda

nama penelitijudul/tahun/tempat penelitianperbedaan penelitian

Bambang RuswantoAnalisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau dari Faktor Lingkungan Dalam dan Luar Rumah di Kabupaten Pekalongan/2010 Penelitian tersebut menggunakan metode case control, sedangkan penelitian ini menggunakan cross sectional Analisis bersifat spasial untuk melihat pengaruh karakteristik wilayah dengan sebaran kasus tuberkulosis paru di Kabupaten Pekalongan, sedangkan penelitian ini analisis digunakan untuk mengetahui hubungan dan seberapa besar hubungan antar variabel Penelitian dilakukan di tempat yang berbeda

Deni Sri WahyuniHubungan Kondisi Fisik Rumah dan Karakteristik Individu dengan Kejadian Tuberkulosis Paru BTA positif di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 Penelitian menggunakan metode case control, sedangkan penelitian ini menggunakan cross sectional Penelitian dilakukan di tempat yang berbeda

1